Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan.Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat , sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman.Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal yang diluar kemampuannya menghindari. Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan secara tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern.Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan medis.Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang dilakukan oleh pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya.Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan,pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang membutuhkannya. Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesua fungsi dan tujuan dari asuhan keperawatan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syariat islam

Transcript of Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

Page 1: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

BAB I

PENDAHULUAN

A.                 Latar belakang

Islam sangat memperhatikan dunia kesehatan dan keperawatan guna menolong orang

yang sakit dan meningkatkan kesehatan.Anjuran islam untuk hidup bersih juga menunjukkan

obsesi islam untuk mewujudkan kesehatan masyarakat , sebab kebersihan pangkal kesehatan,

dan kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman.Jadi walaupun seseorang sudah menjaga

kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan masih besar, disebabkan faktor eksternal

yang diluar kemampuannya menghindari.

Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit, maka profesi keperawatan tidak bisa

dihindari karena keperawatan sangat dibutuhkan secara tradisional sampai pada yang semi

modern dan super modern.Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan

kesehatan dan pelayanan medis.Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang dilakukan oleh

pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai

tujuannya.Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan

pencegahan,pengobatan dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan

individual antara para ahli pelayanan medis dengan individu yang membutuhkannya.

Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesua fungsi dan

tujuan dari asuhan keperawatan dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan

keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syariat islam

B.    TUJUAN

Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan

umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Agama.

Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :

1.menjelaskan tentang tata cara merawat pasien menurut islam dan kesehatan.

2.Menjadi perawat profesional dengan bertindak sesuai fungsi dan tujuan dari asuhan

keperawatan.

3.Mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai dengan syariat islam dalam masayarakat.

Page 2: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pandangan islam dan kesehatan tentang etika merawat pasien?

2. Bagaimana tata cara merawat pasien menurut islam dan kesehatan?

3. Apakah tujuan merawat pasien menurut kesehatan?

4. Bagaimana tata cara beribadah untuk orang sakit?

BAB II

PEMBAHASAN

A.                 Dimensi keperawatan dalam Islam

ISLAM menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan keperawatan guna

menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan merupakan modal utama

untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya. Ajaran Islam yang selalu

menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik dan halal menunjukkan

apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan salah satu penentu sehat

tidaknya seseorang. “Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari

Page 3: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

apa yang terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-

baik yang Kami rezekikan kepadamu (QS al-Baqarah: l68, l72).

Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga makanan

yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun ukuran atau

takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu baik bagi

kesehatan. Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi

perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat Nabi

Muhammad Saw adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus

proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR. Turmudzi

dan al-Hakim)..

Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk mewujudkan

kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan kebersihan dipandang

sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat melarang pola hidup yang

mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah sembarangan, membuang

sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak mengalir dan sejenisnya, dan Islam

sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin.

Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari

perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.

Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan menjalankan pekerjaan,

dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama sangat melarang perilaku nekad

dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman atau ngebut di jalan raya yang dapat

membahayakan diri sendiri dan orang lain. “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri

ke dalam kebinasaan” (al-Baqarah:: l95). Hal ini karena sumber penyakit dan kesakitan, tidak

jarang juga berasal dari pekerjaan dan risiko perjalanan. Sekarang ini kecelakaan kerja masih

besar disebabkan kurangnya pengamanan dan perlindungan kerja. Lalu lintas jalan raya;

darat, laut dan udara juga seringkali diwarnai kecelakaan, sehingga kesakitan dan kematian

karena kecelakaan lalu lintas ini tergolong besar setelah wabah penyakit dan peperangan.

Jadi walaupun seseorang sudah menjaga kesehatannya sedemikian rupa, risiko kesakitan

masih besar, disebabkan faktor eksternal yang di luar kemampuannya menghindari.

Termasuk di sini karena faktor alam berupa rusaknya ekosistem, polusi di darat, laut dan

udara dan pengaruh global yang semakin menurunkan derajat kesehatan penduduk dunia.

Karena itu Islam memberi peringatan antisipatif: jagalah sehatmu sebelum sakitmu, dan

Page 4: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

jangan abaikan kesehatan, karena kesehatan itu tergolong paling banyak diabaikan orang.

Orang baru sadar arti sehat setelah ia merasakan sakit.

B.                 PERSPEKTIF KEPERAWATAN

Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi keperawatan

tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang

dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang semi modern dan supermodern.

Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan medis.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan diartikan sebagai pelayanan

yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan

suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990: 504). Menurut Benjamin Lumenta (l989: l5),

pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang sama, yang dilakukan oleh pranata sosial atau

pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya. Pelayanan kesehatan

merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara pranata atau lembaga dengan suatu

populasi, masyarakat atau komunitas tertentu.

Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan

penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan kesehatan yang

dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli pelayanana medis dengan

individu yang membutuhkannya. Pelayanan medis ini merupakan kegiatan mikrososial yang

berlaku antara orang perorangan (Lumenta, l989: l5). Al Purwa Hadiwardoyo (l989: l6)

menambahkan, pelayanan medis mengandung semangat pelayanan dan usaha maksimal

dengan mengutamakan kepentingan pasien dan mengandung nilai ethos yang tidak egoistis

dan materialistis.

Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau institusi

kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan pelayanan

medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis, dalam hal ini dokter,

paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang membutuhkan pelayanan

medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja profesional dan tidak materialistis.

Dalam tulisan ini, perbedaan istilah di atas tidak terlalu dipersoalkan, karena muaranya juga

sama, yakni mencegah penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Lumenta mengatakan,

pelayanan kesehatan dan pelayanan medis mempunyai tujuan yang sama, yakni memenuhi

kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi

Page 5: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

semua masalah atau semua penyimpangan terhadap keadaan kesehatan, atau semua masalah

dan penyimpangan terhadap keadaan medis normatif.

Karena itu pranata sosial atau politik, seperti ormas kepemudaan, keagamaan dan partai

politik, memang bisa saja memberikan pelayanan kesehatan, misalnya untuk meningkatkan

pengabdian pada masyarakat, bakti sosial dan sejenisnya, tetapi tetap harus bekerjasama

dengan institusi dan pemberi layanan medis yang profesional. Sebab tanpa melibatkan para

profesional di bidang kesehatan dan medis, pelayanan yang diberikan tidak akan berhasil,

bahkan akan kontraproduktif. Di tengah tingginya tuntutan kepada profesionalisme kerja

sekarang serta daya kritis masyarakat yang juga meningkat, setiap pekerjaan harus dijalankan

secara profesional. Terlebih pekerja di bidang kesehatan dan medis, sebab pekerjaan ini

sangat berisiko dan berkaitan dengan hidup matinya manusia, yang dalam sumpah dunia

kedokteran, harus dilindungi dan diselamatkan sejak calon manusia itu masih berada di dalam

perut ibunya.

C.                 MULIANYA PROFESI PERAWAT

Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout (l973: l24), banyak

sekali petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi

keperawatan. Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah

mengasingkan diri terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk

tubuh, dll, menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut

hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi

di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu

perawat yang mengabdi di dalamnya. Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis

atau perawat, sepanjang ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia

merupakan orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus

yang membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).

Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan keperawatan

merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin Maryam dan

Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah sebagai

penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu

kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang

mengajarkan kepada manausia apa yang tidak diketahuinya. Allah berfirman: Iqra wa

rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam ya’lam (Bacalah dan

Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca

Page 6: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya. QS al-Alaq:

3-5). Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme

dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca

tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di

bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap

makhluk-makhluk-Nya.

Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama

kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk

melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap

orang tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya.

Kewajiban ini merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter

dan perawat dalam berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban

negara terhadap warganegaranya.

Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah

tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan

pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan

ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan kesenangan yang pantas.

Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan

siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan

bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itu dokter

dan perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah

bersumpah dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya,

melindungi jiwa manusia dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu

mungkin untuk menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.

Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja yang

menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah

menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi

penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah

sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup

para pasien bersangkutan.

Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar teoritis,

melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa

Page 7: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang

keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman

Nabi Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena

penyakit maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry

Dunant, dokter Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang

Merah Interasional, diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama,

maka Rufaidah-lah yang dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.

Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki dokter dan perawat istana yang mendapatkan

kedudukan istimewa turun temurun. Jurjis ibnu Bakhti, Hunain bin Ishak dan keturunannya

merupakan para dokter dan perawat yang handal. Bazmi Alim, bukan saja aktif dalam dunia

keperawatan, tapi juga membangun rumah sakit Yamki Baghcha di Istanbul-Turki, dan masih

banyak lagi. Figuritas Ibnu Sina (Avicenna) dan Abubakar al-Razi (Razez) yang dianggap

pelopor ilmu kedokteran dengan karya-karya tulis monumentalnya di bidang keperawatan

medis, semakin memacu banyaknya masyarakat yang terjun dalam profesi keperawatan, baik

pria maupun wanita.

D.                 KESIAPAN MENGABDI MASYARAKAT

Sekarang sejumlah akademi dan perguruan tinggi semakin banyak membina mahasiswanya

yang berorientasi kepada profesi keperawatan. Kondisi ini tentu patut disambut gembira,

sebab tenaga keperawatan di daerah kita, apalagi di perdesaan dan pedalaman masih sangat

kurang. Untuk lebih memberikan kesiapan fisik dan mental dalam menekuni profesi

keperawatan, kiranya penting digarisbawahi hal-hal mendasar berikut:

Pertama, hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi yang

sebenarnya. Menurut pakar pendidikan, Ahmad Tafsir (l996), suatu pekerjaan dapat

dipandang sebagai pekerjaan profesional apabila:

1. Memiliki keahlian khusus untuk profesi tersebut, dilengkapi dengan kecakapan diagnostik

dan kompetensi aplikatif untuk membantu klien atau pasien. Ini berarti para perawat harus

terus meningkatkan ilmu, keahlian dan pengalamannya, baik melalui pembelajaran teoritis

maupun praktis. Di tengah semakin majunya dunia kedokteran dan keperawatan, tentu

menuntut setiap orang yang menggelutinya tidak boleh berhenti untuk menambah ilmu dan

skill-nya untuk disumbangkan kepada masyarakat.

2. Profesi dipilih karena panggilan hidup yang akan dijalani sepenuh waktu, jadi bukan

profesi terpaksa yang akan dijalani sambil lalu. Ketika sudah memantapkan hati menjadi

Page 8: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

perawat, haruslah all out menggeluti bidang ini sampai akhir dengan motivasi yang tulus

ikhlas dan penuh pengabdian. Dengan motivasi dan dedikasi tinggi, tentu jenjang karier dan

prospeknya akan terus meningkat.

3. Profesi haruslah untuk kepentingan masyarakat, bukan individu dan golongan. Ini berarti

prinsip yang mendasari profesi keperawatan adalah kepentingan masyarakat yang

membutuhkan pertolongan, tanpa boleh membedakan status orang yang diberikan pelayanan.

4. Profesi juga memiliki organisasi dan kode etik tertentu, ini berarti para perawat mestilah

merasakan bahwa dirinya merupakan bagian dari institusi dan organisasi yang mewadahinya,

sekaligus sadar untuk menaati kode etik yang berlaku.

5. Sebuah profesi pada dasarnya memiliki otonomi, tapi juga tetap terbuka menjalin

kerjasama dengan pihak lain yang terkait. Ini berarti para perawat, meskipun di satu sisi yakin

akan kemampuannya, tapi untuk efektivitas pekerjaannya, ia harus tertap terbuka dan proaktif

bekerjasama dengan para pihak yang dapat menunjang kesuksesan layanan keperawatan. Jadi

dalam profesi terkandung persyaratan pemilikan kompetensi personal berupa kepribadian

terpuji, kompetensi profesional berupa keahlian, serta kompetensi sosial berupa semangat

pengabdian yang tinggi untuk masyarakat.

Kedua, dalam menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi dengan kecermatan,

kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang mungkin timbul.

Seringnya mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini haruslah dijadikan pelajaran bagi

segenap insan keperawatan, dokter dan paramedis, untuk lebih hati-hati dan cermat dalam

melakukan pekerjaan. Agama menggariskan beberapa sikap waspada yang perlu direnungi

bagi para perawat. Sayyid Sabiq mengatakan, dalam memberikan perawatan medis,

hendaknya paramedis menjalankan tugas sesuai bidang keahliannya.

Para ulama sepakat, bahwa orang yang memberikan perawatan yang di luar keahliannya, lalu

menimbulkan kecacatan atau risiko yang menambah berat penyakit pasiennya, maka dia

harus bertanggung jawab sesuai kadar bahaya yang ditimbulkannya, dan risiko tersebut dapat

ditebus dengan ganti rugi dari hartanya sendiri, bukan harta negara atau institusi. Tetapi jika

paramedis berbuat kekeliruan, sedangkan ia seorang memiliki ilmu dan keahlian cukup, maka

risiko yang timbul, juga harus dibayarkan kepada korban. Dalam hal ini ada yang

berpendapat diambil dari hartanya, ada pula berpendapat diambil dari harta negara atau

institusi tempatnya bekerja. Imam Malik berpendapat, paramedis tidak perlu dituntut apa-apa,

Page 9: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

karena kesalahan itu di luar kemauannya, dan perawatan yang diberikan beserta risikonya

sudah seizin pasien sendiri atau keluarganya.

Adanya keharusan bertanggung jawab tidak lain untuk melindungi jiwa manusia dan

mengingatkan paramedis atau perawat agar lebih cermat dan hati-hati dalam menjalankan

pekerjaannnya, sebab pekerjaannya berkaitan langsung dengan jiwa manusia. Ketika seorang

pasien meninggal, tidak hanya keluarga kehilangan anggotanya, tapi bisa pula kehilangan

pengasuh, pengayom dan pemimpin keluarga, penopang ekonomi keluarga, kehilangan orang

tercinta, kehilangan harapan hidupnya dan sebagainya.

Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada

masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua

mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia, human

development index (HDI), di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding

bangsa-bangsa di dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah

satu indikator kriteria yang digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas

kesehatannya rendah tersebut berada pada level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini

baru berobat atau terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh

karenanya, para perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di

masyarakat dapat dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik

mencegah daripada mengobati.***

E. ASUHAN KEPERAWATAN ISLAM

Pada zaman Nabi perawat dapat diberi nama ”Al Asiyah “ dari kata Aasa yang berarti

mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan memberikan obat. Pelayanan

kesehatan telah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat wanita

yang pertama yang bernama Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas kesehatan

karna petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.

Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan kepada orang yang

membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan atau pelayanan kepada pasien. Hubungan

antara petugas kesehatan dan pasien adalah sebagai penjual jasa dan pemakai jasa.

Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad Hijrah. Akad Hijrah adalah suatu

akad dimana satu pihak memanfaatkan Barang, Tenaga, Pikiran dan Keahlian.Islam sangat

memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan Fisik, Mental maupun kesehatan

lingkungan.

Page 10: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

F.                  HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN.

  kewajiban petugas keperawatan

·        melaksanakan tugas sesuai dengan sumpah jabatan

·        memberikan pelayanan dengan baik

·        menetapkan tarip yang terjangkau oleh masyarakat

·        mengusahakan keringanan biaya

·        bertanggung jawab atas kematian /penderitaan dan kerugian pasien yang disebabkan oleh

kesalahan perawat

·        melimdungi pasien dari sasaran propaganda agama lain

·        menyampaikan wasiat pasien yang meninggal kapada keluarganya

·        membantu pemakaman jenazah secepat mungkin

·        menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan ajaran agama.

  Hak – Hak petugas keperawatan

·        Mendapatkan Gaji dan Honorer

·        Mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah

·        Mendapat perlindungan hukum

·        Melindungi pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya.

·        Menolak pelanyanan kesehatan yang bertentangan dengan ajaran Agama

Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia.akan

tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keprawatan yang dilakukan sesuai dengan syari’ah

islam,yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam.dalam Al-

Qur’an disebutkan bahwa:

”bertolong-tolonglah kamun dalam hal kebaikan,dan janganlah kamu bertolong-

tolong dalam hal keburukan atau kejahatan”.

Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an menganjurkan untuk membantu

orang orang yang sedang kesulitan dalam hal ini adalah pada keadaan sakit.seperti yang

dicontohkan oleh rufaidah di zaman Rasulullah Saw.sebagai perumpamaan dalam penerapan

asuhan keperawatan yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam islam.misalnya adalah

bagaimana cara bersuci dan shalat bagi pasien yang sedang sakit.

Page 11: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

Allah berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 185:

“artinya : allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran

bagimu”(QS.Al-baqarah;185)

G.                TATA CARA BERIBADAH BAGI ORANG YANG SAKIT

     Tata Cara Bersuci Bagi Orang Yang Sakit

1. diwajibkan bersuci dengan air, berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika berhadats besar

2.   Jika tidak bisa dengan air karena dikhawtirkan dapat memperlambat kesembuhan, maka

boleh tayamum

3.   Bila tidak mampu bersuci sendiri maka dapat dibantu orang lain

4.   Jika pada tubuh terdapat luka yang digips atau dibalut maka cukup mengusap balutan tadi

dengan air

5.   Cara bertayamum ialah memukulkan dua tangannya ketanah yang suci sekali pukulan,

kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya

6.   Jika sebagian tubuh yang harus disucikan terluka, maka dibasuh dengan air jika

membahayakan cukup diusap sekali saja jika membahayakan juga maka bias bertayamum

7.  Dibolehkan bertayamum pada dinding yang mengandung debu yang suci

8.  Jika tidak mungkin bertayamum diatas tanah atau dinding atau tempat lain yang mengandung

debu maka boleh menggunakan sapu tangan

9.   Orang yang sakit juga wajib membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak mungkin maka ia

solat apa adanya, dan solatnya sah

10. Orang yang sakit wajib menggunakan pakaian yang suci dalam melaksanakan solat jika tidak

memungkainkan maka solat apa adanya dan solatnya sah

11. orang yang sakit juga wajib solat ditempat yang suci jika tidak mungkin maka cara sholat

ditempat apa adanya dan sholatnya sah.                                                                                   

  Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit

1.   Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada

tongkat

2.   Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah solat dengan duduk

3.   Bila tidak mampu duduk maka solat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi

tubuh sebelah kanan menghadap kiblat

Page 12: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

4.   Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat dan

kepala agak ditinggikan

5.  Jika tidak mampu juga maka solat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika

kepala tidak mampu maka dengan mata

6.  Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat solat didalam hati

7.  Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan solat pada waktunya, maka dibolehkan

menjamak

  Orang yang diperbolehkan tidak berpuasa dalam bulan suci rhamadan 

1.      Orang yang sedang bepergian (musafir)

Selama bepergian tersebut tidak untuk maksiat dan sesuai dengan ketentuan ukum islam

maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan dapat menggantinya dihari yang lain sesuai

dengan puasa yang ditinggalkannya.

2. Orang yang sakit

Sakit yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa adalah yang mengakibatkan bahaya bagi jiwa,

atau bertanmbahnya penyakit baginya, atau dikhawatirkan terlambatnya kesembuhan akibat

dari puasa tersebut dan dapat menggantinya dihari yang lain sesuai dengan puasa yang

ditinggalkannya.

3. Wanita yang haid dan nifas

Wajib mengganti dihari yang lain dan jika wanita tersebut berpuasa maka puasanya tidak sah.

4.   Orang yang sudah lanjut usia

Orang yang lanjut usia dan perempuan tua yang tidak mampu berpuasa hendaknya memberi

makanan setiap hari, satu orang miskin

5.   Wanita yang hamil dan menyusui

Allah meringankan bagi mereka untuk tidak berpuasa, dan termasuk dari golongan hambanya

yang lemah adalah wanita hamil dan menyusui. 

Para pemimpin rumah sakit-rumah tidak boleh menugaskan seorang perawat laki-laki

dan seorang perawat wanita untuk piket dan jaga malam bersama, ini suatu kesalahan dan

kemungkaran besar, dan ini artinya mengajak kepada perbuatan keji. Jika seorang laki-laki

hanya berduaan dengan seorang wanita di suatu tempat, tidak bisa dijamin aman dari godaan

setan untuk melakukan perbuatan keji dan sarana-sarananya.

Page 13: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

Karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

” Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepian dengan seorang wanita (yang bukan

mahramnya) kecuali yang ketiganya setan"

Menurut islam kesehatan yang bersifat (Prepentif) lebih diutamakan dari pada Kuratif

(pengobatan).

Hak dan kewajiban petugas kesehatan lebih besar dari pada hak dan kewajiban pasien karna

hak dan kewajiban petugas kesehatan bertanggung jawab atas jiwa dan raga pasien.

Menurut islam bahwasan orang sakit wajib melakukan berobat untuk mengobati penyakit

nya.sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.

“berobatlah kamu, hai hamba – hamba Allah! Sebab sesungguhnya Allah SWT tidak

membuat penyakit kecuali membuat pula obat nya, selain itu penyakitnya, ialah sakit

tua.”(Hadis riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

            Menurut hukum islam, seseorang yang melakukan praktek kedokteran dan

pengobatan, sedangkan ia bukan ahlinya, misalnya, ia “Kunter” (dukun yang melakukan

praktek dokter seperti operasi), atau “Terkun “ (dokter yang melakukan praktek dukun)

Seperti ia tidak memberikan resep obat kepada pasiennya yang sesuai dengan disiplin ilmu

kedokteran yang ia pelajari, tetapi ia harus bertanggung jawab atas kerugian pasien nya,

jiwa/materialnya. Hal ini berdasarkan sabda Hadis Nabi :

“Barang siapa melakukan praktek kedokteran/pengobatan, sedangkan ia bukan ahlinya,

maka ia harus bertanggung jawab menggung kerugian”.

kemudian ketika memberikan pelayanan perawatan bagi pasien yang perempuan

hendaknya dirawat oleh perawat perempuan.begitu juga sebaliknya,pasien laki-laki dirawat

oleh perawat laki-laki pula.

ruang lingkup itu mencakup berbagai aspek dan keadaan yang sesuai dengan kaidah

dan aturan dalam islam.misalnya :

  Tata cara dan aturan tentang alat kontrasepsi atau KB

1.      Proses dan pasca melahirkan

2.      Transplantasi organ tubuh

3.      Tranfusi darah

4.      Aturan dan cara pengadopsian anak

5.      Dan lain sebagainya.

Page 14: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

Sebagai seorang praktisi keperawatan kita harus bertindak professional sesuai fungsi dan

tujuan dari asuhan keperawatan.dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan

keperawatan yang bermutu dan sesuai dengan syari’ah islam.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dalam padangan agama islam merawat pasien merupakan tugas mulia,baik secara

tersurat maupun tersirat agama islam sangat menuntut akan hadirnya peran perawan(rufidah)

di tengah masyarakat. Dalam mengabdi kepada masyarakat diperlukan kesiapan-kesiapan

tertentu yang harus dimiliki oleh perawat antara lain profesi keperawatan dijadikan sebagai

profesi yang sebenarnya,dalam menjalankan tugas harus memperhatikan aspek-aspek

meliputi ketelitian,kecermatan dan kewaspadaaan guna meminimalisir resiko negatif yang

mungkin akan timbul. Serta rasa tanggung jawab yang harus dijunjung tinggi dalam

menghadapi segala tindakan yang dilakukan. Sebagai seorang perawat harus proaktif dalam

menjalankan tugas yang diembannya bukan sebagai penunggu pasien yang sakit ketika

datang ke rumah sakit.

B.     Saran

      Dalam merawat pasien seorang perawat harus memperhatikan aspek-aspek hati-

hati,teliti,dan cekatan serta tanggung jawab terhadap semua tindakan yang dilakukan.

      Menganjurkan pasien utuk tidak lupa melaksanakan mewajiban sebagai umat muslim.

Page 15: Makalah perlakuan terhadap orang sakit dan sakaratul maut menurut ajaran islam

      Sesibuk apapun kegiatan yang dilakukan perawat maupun petugas kesehatan yang lain

tidak boleh meninggalkan sholat.

      Memegang teguh prinsip perawat profesional.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kreasimahasiswa.page.tl/MATERI-AGAMA-ISLAM.htm

Hidayat A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Eds 2. Salemba

Medika: Jakarta

Asmadi.(2008).Konsep Dasar Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

Anonim2009.sejarah perkembangan keperawatan di dunia,dalam di akses selasa 24 agustus

2010 pukul 10:15am