MAKALAH PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI ...

9
PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA Oleh Liliek Rihardiana Rosli SARI Penyelidikan geofisika dengan cara magnet telah dilakukan di daerah panas bumi Akesahu. Secara administratif daerah Akesahu termasuk ke dalam wilayah Kematan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara dan secara koordinat UTM antara 5826140 mE – 5837040 mE dan 968360 mN – 984280 mN. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km x 16 km. Penyelidikan magnet di daerah Akesahu telah dilakukan terhadap 6 (enam) lintasan yaitu A, B, C, D, E, F dan lintasan regional dengan jumlah titik ukur 248. Dari hasil penyelidikan diperoleh harga anomali magnet positif berkisar antara 4.0 gamma sampai 1261 gamma dan anomali negatif -2.0 gamma sampai -713 gamma. Nilai anomali positif ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik (lava, andesit), dan nilai anomali negatif ditafsirkan sebagai batuan non magnetik (sedimen dan piroklastik). Diperkirakan nilai anomali magnet negatif ini mempunyai kaitan yang erat dengan keberadaan manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan, yang dicirikan dengan munculnya mata air panas Akesahu. Hasil penafsiran dari penampang magnet dan peta anomali magnet total diperoleh 3 (tiga) kelompok anomali magnet, yaitu : anomali magnet > 50 gamma (tinggi) ditafsirkan sebagai batuan lava dan andesit; anomali magnet berharga antara 0 – 50 gamma (sedang) ditafsirkan sebagai lava dan andesit yang telah terlapukan dan anomali magnet < -2 gamma (rendah), ditafsirkan sebagai batuan sedimen dan piroklastik dan diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan munculnya mata air panas di daerah penyelidikan. Dari penyelidikan magnet di daerah Akesahu ditemukan 6 (enam) struktur sesar yang masing-masing berarah hampir Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut – Baratdaya. Sesar-sesar tersebut ini diperkirakan sebagai pengontrol adanya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan. PENDAHULUAN Dalam rangka merealisasikan salah satu rencana kerja Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi pada tahun anggaran 2005 telah dilaksanakan penyelidikan geofisika cara magnet di daerah panas bumi Akesahu Pulau Tidore oleh staf Subdit. Panas Bumi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Setelah adanya pemekaran wilayah secara administratif daerah penyelidikan panas bumi Akesahu termasuk ke dalam wilayah Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km x 16 km yang berada pada koordinat geografis antara 127° 21´ 36" - 127° 27´ 18" Bujur Timur dan 0° 37´ 14" - 0° 45´ 54" Lintang Utara atau secara koordinat UTM terletak antara 5826140 mE - 5837040 mE dan 968360 mN 984000 mN. Berdasarkan pertimbangan keilmu-bumian bahwa di daerah Akesahu ada indikasi aktivitas panas bumi, dan dipilihnya daerah tersebut sebagai daerah penyelidikan panas bumi, sehingga diharapkan akan punya potensi yang prospek terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Maluku utara merupakan daerah yang sangat memerlukan pengembangan sumber daya energi alternatif mengingat tidak terdapatnya sumber daya energi yang baik, kecuali pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Untuk mencapai lokasi memakan waktu sekitar 3 (tiga) hari dari Bandung dengan menggunakan kendaraan udara, laut dan darat dengan rute Bandung – Jakarta – Manado – Ternate – Tidore – Akesahu/Lokasi. Metoda Penyelidikan Pada daerah penyelidikan ini telah dilakukan penyelidikan geofisika cara magnet yang bertujuan untuk mencari informasi struktur geologi bawah permukaan seperti instrusi, sesar/patahan, sedangkan maksudnya diharapkan akan ada hubungannya dengan sistem manifestasi panas bumi yang terjadi di daerah penyelidikan. Penyelidikan magnet merupakan salah satu bagian dari metoda geofisika yang sudah biasa digunakan dalam penyelidikan panas bumi disamping metode gaya berat dan geolistrik. Metoda magnet ini dilakukan dengan cara mengukur intensitas medan magnet yang terjadi pada batuan- batuan yang ada di sekitarnya akibat adanya proses induksi medan magnet bumi yang sudah ada secara alami di bumi ini. Di dalam Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005 31 - 1

Transcript of MAKALAH PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI ...

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA

Oleh

Liliek Rihardiana Rosli SARI Penyelidikan geofisika dengan cara magnet telah dilakukan di daerah panas bumi Akesahu. Secara administratif daerah Akesahu termasuk ke dalam wilayah Kematan Tidore, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara dan secara koordinat UTM antara 5826140 mE – 5837040 mE dan 968360 mN – 984280 mN. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km x 16 km. Penyelidikan magnet di daerah Akesahu telah dilakukan terhadap 6 (enam) lintasan yaitu A, B, C, D, E, F dan lintasan regional dengan jumlah titik ukur 248. Dari hasil penyelidikan diperoleh harga anomali magnet positif berkisar antara 4.0 gamma sampai 1261 gamma dan anomali negatif -2.0 gamma sampai -713 gamma. Nilai anomali positif ditafsirkan sebagai batuan bersifat magnetik (lava, andesit), dan nilai anomali negatif ditafsirkan sebagai batuan non magnetik (sedimen dan piroklastik). Diperkirakan nilai anomali magnet negatif ini mempunyai kaitan yang erat dengan keberadaan manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan, yang dicirikan dengan munculnya mata air panas Akesahu. Hasil penafsiran dari penampang magnet dan peta anomali magnet total diperoleh 3 (tiga) kelompok anomali magnet, yaitu : anomali magnet > 50 gamma (tinggi) ditafsirkan sebagai batuan lava dan andesit; anomali magnet berharga antara 0 – 50 gamma (sedang) ditafsirkan sebagai lava dan andesit yang telah terlapukan dan anomali magnet < -2 gamma (rendah), ditafsirkan sebagai batuan sedimen dan piroklastik dan diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan munculnya mata air panas di daerah penyelidikan. Dari penyelidikan magnet di daerah Akesahu ditemukan 6 (enam) struktur sesar yang masing-masing berarah hampir Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut – Baratdaya. Sesar-sesar tersebut ini diperkirakan sebagai pengontrol adanya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan.

PENDAHULUAN Dalam rangka merealisasikan salah satu rencana kerja Proyek Inventarisasi Potensi Panas Bumi pada tahun anggaran 2005 telah dilaksanakan penyelidikan geofisika cara magnet di daerah panas bumi Akesahu Pulau Tidore oleh staf Subdit. Panas Bumi, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Setelah adanya pemekaran wilayah secara administratif daerah penyelidikan panas bumi Akesahu termasuk ke dalam wilayah Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara. Luas daerah penyelidikan sekitar 11 km x 16 km yang berada pada koordinat geografis antara 127° 21´ 36" –- 127° 27´ 18" Bujur Timur dan 0° 37´ 14" –- 0° 45´ 54" Lintang Utara atau secara koordinat UTM terletak antara 5826140 mE –- 5837040 mE dan 968360 mN – 984000 mN. Berdasarkan pertimbangan keilmu-bumian bahwa di daerah Akesahu ada indikasi aktivitas panas bumi, dan dipilihnya daerah tersebut sebagai daerah penyelidikan panas bumi, sehingga diharapkan akan punya potensi yang prospek terutama untuk pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP). Maluku utara merupakan daerah yang sangat memerlukan pengembangan

sumber daya energi alternatif mengingat tidak terdapatnya sumber daya energi yang baik, kecuali pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD). Untuk mencapai lokasi memakan waktu sekitar 3 (tiga) hari dari Bandung dengan menggunakan kendaraan udara, laut dan darat dengan rute Bandung – Jakarta – Manado – Ternate – Tidore – Akesahu/Lokasi. Metoda Penyelidikan Pada daerah penyelidikan ini telah dilakukan penyelidikan geofisika cara magnet yang bertujuan untuk mencari informasi struktur geologi bawah permukaan seperti instrusi, sesar/patahan, sedangkan maksudnya diharapkan akan ada hubungannya dengan sistem manifestasi panas bumi yang terjadi di daerah penyelidikan. Penyelidikan magnet merupakan salah satu bagian dari metoda geofisika yang sudah biasa digunakan dalam penyelidikan panas bumi disamping metode gaya berat dan geolistrik. Metoda magnet ini dilakukan dengan cara mengukur intensitas medan magnet yang terjadi pada batuan-batuan yang ada di sekitarnya akibat adanya proses induksi medan magnet bumi yang sudah ada secara alami di bumi ini. Di dalam

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 1

penyelidikan magnet besarnya intensitas magnet suatu batuan ditentukan juga oleh faktor kerentanan (susceptibilitas) magnet k dari batuan tersebut, yaitu kemampuan dari suatu batuan dalam menerima sifat magnet dari medan magnet bumi. Kerentanan magnet k suatu batuan sebanding dengan konsentrasi kelompok mineral magnetit di dalam batuan tersebut. Dengan kata lain batuan yang sedikit atau sama sekali tidak mengandung mineral magnetit, akan mempunyai intensitas magnet yang kecil, sehingga untuk batuan yang telah mengalami ubahan (alterasi) atau pelapukan, intensitasnya akan rendah. Besarnya intensitas batuan yang termagnetisasi pada suatu titik amat secara rumus dapat dinyatakan sebagai berikut I = k H Dimana I = intensitas medan magnet batuan (nT) H = intensitas madan magnet bumi yang menginduksi batuan dalam (nT) k = kerentanan magnet batuan Cara Kerja Lapangan Secara umum penyelidikan dengan cara magnet ini menggunakan 2 (dua) buah alat magnetometer, satu alat digunakan untuk pengukuran medan magnet di Base Stasion (BS) untuk variasi harian dan satu lagi digunakan untuk pengukuran medan magnet di lapangan. Alat yang digunakan buatan USA, yaitu Unimag dengan no seri 7041 dan 7043. Pada pengukuran medan magnet variasi harian, dilakukan pembacaan setiap interval waktu 10 (sepuluh) atau 15 (lima belas) menit ditentukan sendiri sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari pengukuran variasi harian adalah untuk digunakan sebagai koreksi terhadap harga pengukuran medan magnet di lapangan, terutama apabila suatu saat terjadi badai magnet (magnetic storm). Menentukan tempat atau lokasi untuk menjadi Base Stasion (BS) harus dicari suatu tempat yang mempunyai harga pembacaan stabil, artinya bila dilakukan beberapa kali pengukuran harganya harus relatif stabil. Caranya adalah tempat Base Stasion ini harus agak jauh dari gangguan benda-benda yang mengandung sifat magnet, seperti rumah-rumah beratap seng, pagar besi, lalu lintas kendaraan dan jaringan listrik.

Setiap akan melakukan pengukuran di lapangan terlebih dahulu dilakukan pembacaan di Base Stasion dan berlaku juga setiap selesai pengukuran di lapangan.harus melakukan pembacaan di Base Stasion (BS). Harga intensitas total magnetik titik amat tetap untuk daerah Maluku Utara termasuk daerah panas bumi Akesahu P. Tidore adalah 40000 nT (dari peta IGRF). Sedangkan untuk harga intensitas magnet tetap lokal (IGRF/lokal) didapat dari rata-rata titik ikat pengukuran di lapangan. HASIL PENYELIDIKAN Dalam penyelidikan ini telah dilakukan pengukuran magnet pada 6 (enam) lintasan grid dengan panjang lintasan antara 4 km hingga 7.5 km tergantung dari keadaan morfologi di lapangan, dan juga pada beberapa lintasan regional. Jarak titik ukur pada lintasan grid 250 meter, kecuali apabila menemukan daerah yang mempunyai harga anomali yang kontras dengan daerah sekitarnya, maka dilakukan jarak titik ukur yang lebih rapat menjadi 100 meter hingga 50 meter. Sedangkan pada lintasan regional jarak titik ukur sekitar 500 meter sampai 1000 meter yang dilakukan secara random (acak). Pada penyelidikan dengan cara magnet di daerah panas bumi Akesahu Pulau Tidore telah diukur sebanyak 248 titik ukur (lihat gambar 2.1 memperlihatkan sebaran titik ukur magnet pada lintasan grid dan regional). Selanjutnya dari hasil penyelidikan magnet dapat ditampilkan tabel kerentanan magnet batuan, penampang anomali magnet dari ke 6 (enam) lintasan ukur magnet secara grid, sedangkan untuk lintasan regional dibuatkan penampang, dianggap karena sudah cukup terwakili dari penampang-penampang dari lintasan grid. Dari hasil penyelidikan, nilai anomali magnet positif yang diperoleh berkisar antara 4.0 gamma sampai 1261 gamma dan nilai anomali negatif berkisar antara -2.0 gamma sampai -713 gamma. Nilai anomali magnet positif ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik dan ditempati oleh satuan batuan lava dan andesit, sedangkan anomali magnet negatif ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat non magnetik , yaitu ditempati oleh batuan sedimen, dan piroklastik.

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 2

Gambar 2.1 Peta lokasi titik amat geomagnetik

Kerentanan Magnet Batuan di Daerah Penyelidikan Kerentanan magnetik batuan merupakan parameter fisis fundamental dalam penyelidikan magnetik, karena merupakan ukuran kemampuan dari suatu batuan untuk menerima magnetisasi dari medan magnet bumi. Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang sifat-sifat kemagnetan batuan yang dijumpai di daerah penyelidikan telah dilakukan pengukuran susceptibilitas (kerentanan) magnetik batuan pada 9 (sembilan) contoh batuan yang representatif yang diukur pada beberapa lokasi titik amat (tabel 2.1), nilai tersebut merupakan nilai rata-rata pembacaan. Nilai kerentanan magnit batuan di daerah penyelidikan berkisar antara 0.0 sampai 2.47 x 10-6 cgs. Di lapangan nilai terendah terdapat pada batuan sedimen vulkanik (tufa dan abu gunung api) dan nilai tertinggi terdapat pada batuan andesit. Batuan

yang memberikan nilai kerentanan magnit < 1 menandakan batuan tersebut bersifat non magnetik (sedimen dan piroklastik) dan batuan yang telah mengalami proses demagnetisasi. Sedangkan batuan yang masih segar dan mengandung mineral magnetik seperti lava andesit mempunyai nilai kerentanan magnet k yang relatif tinggi > 1, bila dibandingkan dengan batuan lain yang ada di daerah penyelidikan. Harga kerentanan magnet suatu batuan sebanding dengan besarnya kandungan mineral magnetik yang ada di dalam batuan tersebut. Artinya bahwa apabila di dalam batuan itu kandungan mineral magnetitnya tinggi, maka akan menjadi batuan bersifat magnetik, dan dikatakan bahwa batuan tersebut akan mempunyai nilai kerentanan magnet k yang relatif tinggi > 1 ( tinggi ) dan sebaliknya.

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 3

Tabel 2.1 Hasil pengukuran kerentanan (susceptibilitas) magnetik batuan di daerah Akesahu-Tidore, Maluku Utara.

No No. Conto

Lokasi X Y

Nama batuan

k Batuan (10-6 cgs)

1 R-1 328066 80074 Lava andesit 1.7 2 R-32 328274 79563 Lava Andesit 1.2 3 R-33 328579 79130 Lava andesit 1.5 4 R-51 325218 69782 Lava andesit 1.1 5 R-61 323035 74836 andest 1.5 6 R-64 324708 73789 andesit 2.5 7 RB-2 324530 76713 andesit lapuk 0.3 8 RB-3 324445 77175 andesitlapuk 0.6 9 A

6700 328152 78966

andesit

1.6 Penampang Anomali Magnet Penampang anomali magnit dilakukan pada 6 (enam) lintasan ukur yang terdiri dari 4(empat) lintasan berada di bagian timur Pulau Tidore, berarah hampir utara-selatan yakni A, B, C, D serta 2 (dua) lintasan yakni E dan F berada di bagian utara berarah barat-timur. Penampang anomali magnet tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2a s/d 2.2f. 2.2.1 Penampang Lintasan A Pada lintasan A, (gambar 2.2a), nilai kemagnetan yang berupa tonjolan-tonjolan positif dan negatif terdapat silih berganti (berselingan). Nilai kemagnetan positif berkisar antara 4 sampai 288 gamma, nilai positif terendah terdapat pada titik amat A2750 dan tertinggi pada titik amat A7500. Nilai kemagnitan negatif berkisar antara –2.0

sampai –233 gamma, masing-masing terdapat pada titik amat A 3250 dan A 4500. Tonjolan anomali positif dan negatif yang berselingan seperti tampak pada gambar 2.2a mengindikasikan struktur dan cukup komplek seperti adanya perselingan antara batuan yang segar belum terlapukan dengan batuan terlapukan atau batuan sedimen vulkanik. Lintasan A di permukaan ditempati oleh batuan piroklastik kaldera Talaga dan aluvium di utara dan piroklastik Kie Matubu di selatan. Kontras anomali positif dan negatif yang cukup besar (>300 gamma), tampak antara titik amat A1500 sampai A7500, kondisi demikian mengindikasikan adanya sesar/kontak litologi di daerah tersebut. Hal ini juga didukung oleh data geologi dengan ditemukannya batuan yang berbeda di atas permukaan pada lokasi tersebut.

Penampang Lintasan A

-300-200-100

0100200300400

Titik amat - mtr

gamma

Gambar 2.2a. Penampang anomali magnet lintasan A

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 4

Penampang Lintasan B Seperti halnya lintasan A, lintasan B juga memperlihatkan kondisi yang sama yakni nilai anomali positif dan negatif yang berselingan. Nilai kemagnitan positif berkisar antara 10 sampai 698 gamma, nilai positif terendah terdapat pada titik amat B 5000 dan tertinggi pada titik amat B 1500. Nilai kemagnitan negatif berkisar antara –54 sampai –672 gamma, masing-masing terdapat pada titik amat B 6000 dan B 7750. Secara geologi nilai anomali positif dan negatif yang berselingan seperti tampak pada gambar 2.2b, mengindikasikan struktur yang

komplek seperti diuraikan sebelumnya struktur tsb antara lain berupa perselingan antara batuan batuan yang segar belum terlapukkan dengan batuan terlapukan atau batuan sedimen vulkanik. Di permukaan, lintasan B didominasi oleh batuan piroklastik kaldera Talaga di utara dan piroklastik Kie Matubu di ujung selatan. Kontras nilai kemagnitan positif dan negatif di sekitar titik amat B 1000 – B 2000, B 3000 – B4500 dan B 7000 – B 8000 yang mencapai nilai 500 – 1000 gamma mengindikasikan adanya struktur sesar ataupun kontak litologi di sekitar titik amat tsb di atas.

Penampang lintasan B

-800-600-400-200

0200400600800

Titik amat- mtr

gamma

Gambar 2.2b. Penampang anomali magnet lintasan B

Penampang Lintasan C

Seperti halnya lintasan A dan B, lintasan C juga memperlihatkan pola anomali yang sama yang dicirikan dengan nilai anomali positif dan negatif yang berselingan. Pada lintasan ini nilai kemagnetan positif berkisar antara 39 sampai 1246 gamma, masing-masing terdapat pada titik amat C5750 dan C7500, sedangkan nilai kemagnetan negatif yang berkisar antara –42 sampai –713 gamma. Nilai anomali negatif terendah terdapat pada titik amat C2250 dan negatif terkecil pada titik amat C5250 (lihat gambar 2.2c). Seperti halnya pada dua lintasan sebelumnya, nilai anomali positif dan negatif yang berselingan seperti tampak pada gambar 2.2c juga mengindikasikan struktur yang komplek

pada lintasan sebelumnya yang berkelanjutan sampai lintasan ini (terdapat perselingan antara batuan yang segar belum terlapukan dengan batuan terlapukan atau batuan sedimen vulkanik). Kondisi geologi lintasan C di permukaan ditempati oleh batuan lava andesit pra kaldera Telaga dan batuan piroklastik kaldera Talaga di utara serta piroklastik Kie Matubu di ujung selatan. Kontras nilai kemagnetan positif dan negatif yang lebih besar dari 500 gamma di sekitar titik amat C1250 – C2500, C3250 – C4500, C6500 –- C7000 dan C8000 –- C8500 mengindikasikan adanya struktur sesar ataupun kontak litologi di sekitar titik amat tersebut di atas.

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 5

Penampang Lintasan C

-1000

-500

0

500

1000

1500

Titik amat- mtr

gamma

Gambar 2.2c. Penampang anomali magnet lintasan C

Penampang Lintasan D

Seperti halnya tiga lintasan sebelumnya, lintasan D, (gambar 2.2d), juga memperlihatkan pola anomali yang relatif sama yang dicirikan dengan pola anomali positif dan negatif yang berselingan. Pada lintasan ini nilai kemagnitan positif berkisar antara 73 gamma dan 1261 gamma, masing-masing diperoleh pada titik ukur D5250 dan D7500, sedangkan nilai kemagnitan negatif bervariasi antara –39 sampai –721 gamma masing-masing tampak pada titik amat D3500 sampai pada titik ukur D2250. Sama seperti lintasan-lintasan sebelumnya kondisi geologi lintasan D juga

mengindikasikan geologi ataupun struktur geologi yang komplek yang berkaitan dengan kontak ataupun struktur sesar. Di permukaan lintasan ini ditutupi oleh batuan lava andesit pra kaldera Talaga di utara dan batuan piroklastik Talaga di bagian tengah serta lava andesit Gulili dan G. Kici di selatan. Perkiraan adanya struktur sesar ataupun kontak litologi dari batuan yang berbeda dicirikan oleh nilai kontras anomali positif dan negatif yang mencapai > 1000 gamma di sekitar titik amat D1500 – D2250, D2500 – D4000, D4500-D5750, D6250 - D7250 dan D7500 - D8000

LINTASAN D

-1500

-1000

-500

0

500

1000

1500

TITIK AM AT - M ETER

GAM M A

Gambar 2.2d. Penampang anomali magnet lintasan D

Penampang Lintasan E

Berbeda dengan penampang sebelumnya yang berarah hampir utara – selatan, penampang lintasa E dan F berarah hampir barat – timur. Pola anomali magnet pada lintasan ini tampak berbeda dengan pola anomali magnet lintasan lainnya, yaitu tidak didapatkannya nilai

kontras anomali magnet. Pada sepanjang lintasan ini mulai dari titik E1000 memperlihatkan pola tonjolan secara berselang-seling tinggi rendah yang makin menurun mulai dari titik E1000 dengan nilai anomali 1100 gamma sampai pada titik E5000 dengan nilai anomali 80 gamma tetapi masih

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 6

dalam harga positif (lihat gambar 2.2e). Dengan keadaan nilai anomali magnet seperti ini, mengindikasikan pada lintasan ini tidak ditemukan adanya zona struktur sesar atau patahan. Di permukaan daerah ini ditempati oleh batuan lava dan andesit yang

diperkirakan telah terlapukan ke arah titik amat E5000 sesuai dengan harga anomali positif yang semakin menurun mengecil , diduga , karena semakin mendekati daerah manifestasi air panas Akesahu.

LINTASAN E

0200

400600

8001000

1200

JARAK TITIK AM AT - M

gamma

Gambar 2.2e. Penampang anomali magnet lintasan E

Penampang Lintasan F

Pada lintasan F, tidak berbeda jauh dengan lintasan E, nilai kemagnitan positif hampir mendominasi sepanjang lintasan ini mulai dari titik amat F1000 dengan nilai anomali magnet 1100 gamma sampai dengan titik amat F4250 dengan nilai anomali magnet 10 gamma (lihat gambar 2.2f). Dari titik amat F4500 hingga titik amat F5000 baru didapat nilai anomali

magnet negatif dari -2.0 hingga -390 gamma, yang mencirikan bahwa pengukuran makin mendekati ke daerah mata air panas Akesahu. Kondisi permukaan masih sama seperti pada lintasan E ditempati oleh satuan batuan lava dan andesit yang semakin terlapukan ke arah titik amat F5000.

LINTASAN F

-800

-400

0

400

800

1200

TITIK AM AT - M

gamma

Gambar 2.2f. Penampang anomali magnet lintasan F

Peta Anomali Sisa Magnet Total Pada penyelidikan geomagnetik untuk panas bumi target anomali magnit yang diharapkan adalah anomali rendah karena anomali rendah

tsb berkaitan dengan demagnitisasi batuan akibat panas yang dilepaskan dari suatu lapangan panas bumi, sedangkan anomali sedang ataupun tinggi tidak merupakan sasaran dalam penelitian panas bumi. Dengan

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 7

demikan aspek anomali rendah lebih diutamakan di dalam pembahasan ini. Nilai anomali magnet total (gambar 2.3), di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok anomali, yakni sebagai berikut : anomali magnet berharga > 50 gamma (tinggi); anomali magnet berharga 0 sampai 50 gamma (sedang ); dan anomali magnet berharga < - 50 gamma (rendah). Kelompok anomali magnet rendah (negatif) penyebarannya berbentuk lensa-lensa tersebar di pantai timur, utara, dan barat-utara. Di bagian timur anomali rendah terdapat sekitar Akesahu; Lintasan D sekitar titik amat D 7000, 4000 dan 2750; Lintasan C sekitar titik amat C 8000, 6750, 4500 dan 2250; Lintasan

B sekitar titik amat B 7500, 6000; 5000; 4000 dan 2750; Lintasan A, sekitar titik amat A 6000-5000 dan 3000. Di utara sekitar titik amat R 13 dan E 2000, sedangkan di bagian barat sekitar titik amat R22-21 dan K.2. Kelompok anomali rendah ini ditutupi oleh batuan sedimen, pirolastik kaldera Talaga, dan aluvium di utara, dan piroklastik Kie Matubu di selatan, sedangkan kelompok anomali magnet sedang mendominasi sebagian besar daerah penyelidikan lainnya, dan ditutupi oleh batuan lava dan andesit yang lapuk karena telah mengalami proses demagnetisasi.

318000 320000 322000 324000 326000 32800068000

70000

72000

74000

76000

78000

80000

82000

84000

250

250

250

250

500

750

1000

1250

1500

1250

1000

750

500 750500

500

BS

R1

R2

R3

R4

R5R6R7R8R9

R10R11R12

R13R14

R15

R16R17

R18R19

R20R21

R22

R23

R24

R25

R26

R27

R32

R33

R34

R35

R36

R37

R38

R39

R40

R41

R42

R43

R44

R45

R46

R47

R61 R62

R63

R64

R65

R66R67

R68

R69R70

R71

R72

R73R74R74A

R75

R76

RB1RB2

RB3

RB4

RA1

RA2RA3

K1

K2

K3

K4K5

R77

R78

R79

R80

R81

R82

R83

A 1000

A 2000

A 3000

A 4000

A 5000

A 6000

A 7000

B 1000

B 2000

B 3000

B 4000

B 5000

B 6000

B 7000

B 8000

C 1000

C 2000

C 3000

C 4000

C 5000

C 6000

C 7000

C 8000

D2000

D3000

D4000

D5000

D6000

D7000

D8000

E 1000 E 2000E 3000

E 4000

E 5000

F 1000 F 2000

F 3000

F 4000

F 5000

PETA ANOMALI SISA MAGNET TOTALDAERAH PANAS BUMI AKESAHU, P.TIDORE

PROVINSI MALUKU UTARA

0 m 1000 m 2000 m 3000 m 4000 m

gamma

KETERANGAN

Titik pengukuran geomagnet

Kontur anomali magnet

Mata air panas

Struktur

Jalan raya

Kontur ketinggian interval 50 meter

A 2000

Datum horizontal WGS 84Proyeksi peta UTM zona 52 N

0 250 500-1000 1200

Gambar 2.3 Penampang anomali magnet total PEMBAHASAN Dari hasil penyelidikan yang dilakukan terhadap 6 (enam) lintasan, yaitu A, B, C, D, E dan F diperoleh harga anomali magnet positif dan negatif yang sangat kontras diperlihatkan hanya pada 4 (empat) lintasan A,B,C, dan D saja, hingga mencapai perbedaan lebih dari 1000 gamma. Harga anomali positif tinggi ditempati batuan bersifat magnetik, yaitu oleh batuan lava dan andesit sedangkan untuk harga anomali sedng sampai rendah ditempati oleh batuan yang non magnetik yaitu batuan yang telah mengalami

demagnetisasi, batuan sedimen dan piroklastik. Harga anomali pada lintasan E dan F relatif sama, yakni pada sepanjang kedua lintasan tersebut hamir hanya memperlihatkan anomali positif, kecuali pada ujung lintasan F mulai dari titik F4500 sampai F5000, yakni berharga anomali magnet -10 gamma sampai -390 gamma, dan ditempati oleh batuan sedimen dan piroklastik. Perubahan harga anomali positif tinggi kepada positif rendah dan menerus ke anomali negatif diduga akibat karena pengkuran pada lintasan E dan F makin menuju mendekati ke arah mata air panas Akesahu, yaitu ke daerah titik ukur

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 8

A7500 dan B8000. Di daerah ujung sampai daerah tengah lintasan E dan F sebagian besar ditempati oleh batuan lava dan andesit yang terlapukan kuat. Interpretasi yang dilakukan ini masih merupakan interpretasi secara kualitatif belum kuantitatif. Dari hasil penafsiran yang mengacu pada bentuk pola kontur anomali magnet total dan penampang anomali magnet terdapat 3 (tiga) kelompok anomali magnet, yaitu anomali magnet > 50 gamma (tinggi) ditafsirkan sebagai lava dan andesit, anomali magnet antara 0 – 50 gamma (sedang) ditafsirkan sebagai lava dan andesit terlapukan, anomali magnet < -2.0 gamma (rendah) ditafsirkan sebagai batuan sedimen dan piroklastik yang diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan manifestasi panas bumi daerah penyelidikan. Dari bentuk pola kontur anomali magnet hasil penyelidikan di daerah panas bumi Akesahu ditemukan 6 (enam) struktur sesar yang masing-masing berarah hampir Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut – Baratdaya, dan berada terkonsentrasi pada daerah mulai dari titik ukur 4000 sampai ke daerah titik ukur di ujung-ujung lintasan A, B, C dan D di sebelah utara. Sesar-sesar tersebut ini diperkirakan sebagai pengontrol terhadap terjadinya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan.

KESIMPULAN Dari hasil penyelidikan magnet dan hasil interpretasi data lapangan di daerah manifestasi panas bumi Akesahu dan sekitarnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : - Hasil penyelidikan dengan cara magnet

yang diterapkan di daerah manifestasi panas bumi Akesahu telah ditemukan 6 (enam) buah struktur sesar dan adanya kelurusan-kelurusan anomali magnet yang arahnya bervariasi, yakni masing-masing berarah hampir Barat – Timur, Baratlaut – Tenggara dan Timurlaut – Baratdaya. Sesar-sesar tersebut diperkirakan sebagai penyebab terjadinya manifestasi panas bumi di daerah penyelidikan yang ditandai dengan munculnya mata air panas Akesahu.

- Anomali magnet tinggi yang tersebar di beberapa tempat di daerah penyelidikan ditempati oleh batuan bersifat magnetit, seperti batuan lava andesit diperkirakan mempunyai hubungan yang erat dengan batuan intrusi yang muncul sebagai

singkapan, dan bersifat magnetik sedang sampai tinggi.

- Terdapat harga anomali magnet sedang, yang hanya terdapat di sebagian daerah penyelidikan, ditafsirkan sebagai batuan yang non magnetik seperti sedimen dan piroklastik serta batuan yang telah mengalami demagnetisasi yang diperkirakan sudah empunyai kaitan dengan mata air panas di daerah penyelidikan.

- Terdapat harga anomali magnet rendah yang terdapat pada sebagian daerah penyelidikan yaitu di daerah kaldera Talaga di utara dan di daerah kaki pegunungan Kie Matubu, ditafsirkan sebagai batuan yang telah mengalami demagnetisasi (lava dan andesit yang telah lapuk), abu gunung api, batuan sedimen, serta piroklastik, diperkirakan mempunyai kaitan erat dengan keterdapatan munculnya manifestasi panas bumi, mata air panas Akesahu P. Tidore.

- Nilai anomali magnet positif pada daerah penyelidikan ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat magnetik yang ditempati oleh batuan lava dan andesit yang masih segar seperti tersebut, mempunyai harga kerentanan magnet > 1, sedangkan untuk nilai anomali magnet negatif ditafsirkan sebagai batuan yang bersifat non magnetik, yang ditempati oleh batuan sedimen dan piroklastik dan batuan yang mengalami demagnetisasi mempunyai harga kerentanan magnet < 1.

Daftar Pustaka o Breiner.S. 1973, Application Manual for

Portable Magnetometers o Telford and Sheriff, 1990, Applied

Geophysics, Cambridge University.

Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi 2005

31 - 9