Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

37
SP Geo 144 Penginderaan Jauh Aprizon Putra (89059) Email: [email protected] 1 GEO 114 Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK) MAKALAH Penginderaan Jauh Jillid 1_Cet.2_1992 Prof.Dr.Sutanto Disusun Oleh: Aprizon Putra Nim : 89059.07 Dosen Pembimbing: Dra.Ernawati,M.Si Febriandi.S.Pd,M.Si JURUSAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2009

Transcript of Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

Page 1: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

1

GEO 114

Mata Kuliah Keilmuan dan Keterampilan (MKK)

MAKALAH

Penginderaan Jauh

Jillid 1_Cet.2_1992

Prof.Dr.Sutanto

Disusun Oleh:

Aprizon PutraNim : 89059.07

Dosen Pembimbing:

Dra.Ernawati,M.SiFebriandi.S.Pd,M.Si

JURUSAN GEOGRAFIFAKULTAS ILMU-ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG2009

Page 2: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

2

KATA PENGANTAR

Pertama-tama Penulis ingin mengucapkan puji

dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberkati

sehingga Penulisan Makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih bagi

seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam

pembuatan Makalah ini dan berbagai sumber yang telah

Penulis pakai sebagai data dan fakta pada Makalah ini.

Penulis mengakui bahwa Penulis adalah Manusia yang mempunyai

keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat

diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan Makalah Penginderaan

Jauh Prof.Dr.Sutanto Jillid 1_Cet.2_1992 ini yang telah Penulis selesaikan. Tidak

semua hal dapat Penulis deskripsikan dengan sempurna dalam Makalah ini. Penulis

melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang Penulis miliki. Di

mana Penulis juga memiliki keterbatasan kemampuan.

Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa Penulis memiliki

keterbatasan dan juga kekurangan, Penulis bersedia menerima kritik dan saran dari

pembaca yang budiman. Penulis akan menerima semua kritik dan saran tersebut

sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki Makalah Penulis di masa datang.

Sehingga semoga Makalah berikutnya dan Karya tulis lain dapat diselesaikan dengan

hasil yang lebih baik.

Dengan menyelesaikan Makalah ini penulis mengharapkan banyak manfaat

yang dapat dipetik dan diambil dari karya ini Kepada semua pihak yang telah

membantu demi terwujudnya Makalah ini dan tentunya penulis tidak lupa

menyucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Ibu Dra. Ernawati, M.Si dan

Bapak Febriandi. S.Pd, M.Si yang telah meluangkan waktunya untuk kami dalam

membimbing kami dalam perkuliahan semester pendek ini, dan penulis juga tidak

lupa mengucapkan juga terima kasih Staf TU Jurusan Geografi, juga kepada Rekan-

rekan angkatan 2005, 2006, 2007, dan 2008 Jurusan Geografi (atas masukan dan

sarannya kepada penulis). Mudah-mudahan kita semua masih memiliki kesempatan

untuk mewujudkan rencana kedepan yang lebih baik… Amien

Page 3: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

3

Dengan menyelesaikan Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1 ini Penulis

mengharapkan banyak manfaat yang dapat dipetik dan diambil dari Makalah dan

Perkuliahan Semester Pendek Penginderaan Jauh ini. Semoga dengan adanya

Makalah dan Perkuliahan Semester Pendek ini dapat menghilangi kejenuhan selama

libur penulis dan rekan-rekan sekalian sebagai civitas akademik. Dengan banyaknya

Ilmu pengetahuan, sulit rasanya kalau ilmu itu didapat Cuma dari menghafal saja

atau otodidak, maka dari itu penulis mencoba berusaha belajar untuk mengaplikasikan

tiap-tiap materi perkuliahan, masukan dari dosen dan diskusi kelompok.

Disini penulis juga mengharapkan kinerja yang lebih baik dan tegas serta

efektif dari pihak pengikut perkuliahan Semester Pendek yang merupakan bagian dari

kegiatan Civitas Akademik, yang dimaksudkan bukan untuk menyempurkan makalah

ini saja, dan tentunya mengarah Kepada Studi E_Learning yang lebih baik demi

kemajuan pembangunan pendidikan kita.

Padang, 9 Agustus 2009

Penulis,

Aprizon PutraNim: 89059

Page 4: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

4

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................!

Daftar isi.......................................................................................................................!!

Daftar Gambar

Struktur Ilmu (Aprizon, 2009)………………………………………………………………………….6

Panjang gelombang yang digunakan dalam penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978)……………………10

Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer…………………………………………………11

Sistem Penginderaan Jauh. (Prof Dr. Sutanto, Penginderaan Jauh, jilid I, 1999)……………………...17

Bentuk liputan foto udara. Blok bujur sangkar pada foto udara (Smith, 1943)………………………..17

Daftar TableTabel 1 Spektrum Elektromagnetik dan bagian-bagiannya……………………………………..……….9

Tabel 2 Beda antara citra foto dan non foto. ……………………………………………………...……15

BAB IPENDAHULUAH…………………..………………….…………..……………………………………1

BAB IIPENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRETASI CITRA....................................................................4

BAB IIIDASAR FISIKA PENGINDERAAN JAUH...........................................................................................8

BAB IVSISTEM PENGINDERAAN JAUH.......................................................................................................13

BAB VJENIS CITRA.........................................................................................................................................15

BAB VIUNSUR DAN TEKNIK INTERPRETASI............................................................................................20

BAB VIIALAT INTERPRETASI CITRA............................................................................................................31

BAB VIIPENUTUP..............................................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi

pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat potret

udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua, sehingga cara ini

dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah penginderaan jauh

(remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia pemetaan .

Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain

diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi tinggi

mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan

bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan dan

perekaman permukaan bumi berkembang lebih lanjut dengan menggunakan berbagai

sistim perekam data seperti kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon,

radiometer, spectrometer yang berlangsung sampai sekarang.

Pada tahun 1972 satelit Earth Resource Technology Satellite-1 (ERTS-1),

sekarang dikenal dengan Landsat, untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat.

Satelit ini dikenal sebagai satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk

memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari

berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang

program pemetaan, yang dalam waktu pendek disimpulkan bahwa data satelit tersebut

potensial untuk menunjang program pemetaan dalam lingkup area yang sangat luas.

Sukes program Landsat diikuti oleh negara-negara lain dengan diorbitkannya berbagai

satelit sejenis seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh

Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada.

Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis

sensor untuk mata-mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dan

diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil

di permukaan bumi dapat pula direkam. (La An: Prinsip dasar penginderaan Jauh

26:2007)

Page 6: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

6

1.2 Perumusan

Penginderaan Jauh berkembang sangat pesat sejak empat Dasawarsa terakhir

ini. Perkembangannya meliputi aspek sensor, wahana atau kendaraan pembawa

sensor, jenis citra serta liputan dan ketersediaanya, alat dan analisa data, dan jumlah

penggunaanya serta bidang penggunaanya. Didalam perkembangan yang pesat ini

masih saja terdengar pertanyaan-pertanyaan seperti antara lain:

1) Apakah itu penginderaan jauh.

2) Apa Citra dan interprestasi Citra.

3) Apakah penginderaan jauh sama dengan interprestasi citra.

4) Apakah penginderaan jauh merupakan ilmu atau teknik.

5) Mengapa penginderaan jauh semakin banyak digunakan.

1.3 Tujuan

Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak

dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan

energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang

kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data

satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah

ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas.

Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan

teknologi penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam,

selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang ilmu secara

umum. (La An: Prinsip dasar penginderaan Jauh 27:2007)

1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

a) Dapat memperoleh pengetahuan secara luas, baik dari dalam ataupun dari luar

jangkauan pendidikan secara umum khususnya pendidikan dalam ilmu

Penginderaan Jauh.

b) Meningkatkan kualitas keilmuan

c) Menghindari ketertinggalan informasi dalam ilmu-ilmu Geografi pada umumnya.

2. Bagi Dosen

a) Membantu dan memperlancar jalannya Proses Belajar Mengajar.

b) Membantu pencarian materi secara cepat, tepat dan luas.

Page 7: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

7

3. Bagi Pembaca

a) Ikut mendukung dan turut serta meningkatkan mutu pendidikan khususnya ilmu

Geografi.

b) Memiliki nilai tambah bagi akreditasi pendidikan Geografi dari Karya tulis

tentang Ilmu Penginderaan Jauh.

Page 8: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

8

BAB II

PENGINDERAAN JAUH DAN INTERPRESTASI CITRA

2.1 BATASAN DAN PENGERTIAN

2.1.1 Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh dapat diserupakan dengan suatu proses membaca. Dengan

penggunakan mata Anda bertindak sebagai alat pengindera (sensor) yang menerima

cahaya yang dipantulkan dari halaman modul ini. Data yang diterima oleh mata Anda

berupa energi sesuai dengan jumlah cahaya yang dipantulkan dari bagian terang pada

halaman modul ini. Data tersebut dianalisis atau ditafsir di dalam pikiran Anda agar

dapat menerangkan bahwa bagian yang gelap pada halaman ini merupakan

sekumpulan huruf-huruf yang menyusun kata-kata. Lebih dari itu, kata-kata tersebut

menyusun kalimat-kalimat, dan Anda menafsir arti informasi yang terdapat pada

kalimat-kalimat itu.

1) Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang

objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan

menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang

akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1990).

2) Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menemunjukkan

(mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan

daerah kajian (Avery, 1985).

3) Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh

dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi

elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi

(Lindgren, 1985).

Dari beberapa batasan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

penginderaan jauh merupakan upaya memperoleh informasi tentang objek dengan

menggunakan alat yang disebut “sensor” (alat peraba), tanpa kontak langsung dengan

objek.

Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa penginderaan jauh merupakan

upaya untuk memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan tertentu.

Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk berbagai

Page 9: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

9

keperluan. Data yang diperoleh dari penginderaan jauh dapat berbentuk hasil dari

variasi daya, gelombang bunyi atau energi elektromagnetik. Sebagai contoh

grafimeter memperoleh data dari variasi daya tarik bumi (gravitasi), sonar pada sistem

navigasi memperoleh data dari gelombang bunyi dan mata kita memperoleh data dari

energi elektromagnetik. (Tentang tiga hal ini akan diuraikan lebih lanjut pada bagian

lain). Jadi penginderaan jauh merupakan pemantauan terhadap suatu objek dari jarak

jauh dengan tidak melakukan kontak langsung dengan objek tersebut.

2.1.2 CitraCitra penginderaan jauh yang selanjutnya disingkat dengan citra, termasuk

dalam artian ketiga menurut Hornby.

1. Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya

(Hornby).

2. Citra adalah gambaran objek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar

yang difokuskan dari sebuah lensa atau cermin (Simonett, 1983).

Didalam bahasa Inggris ada dua istilah yang masing-masing diterjemahkan

dengan citra, yaitu Image dan Imagery. Untuk membedakannya. Berikut dikemukakan

batasannya menurut Ford (1979), yaitu:

Image ialah gambaran suatu objek atau suatu perwujudan suatu image

pada umumnya berupa sebuah peta, gambar, atau foto.

Imagery ialah gambaran visual tenaga yang direkam dengan

menggunakan piranti penginderaan jauh.

2.1.3 Interpretasi Citra

Interpretasi citra merupakan perbuatan mengkaji foto udara atau citra dengan

maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Jadi

di dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek

melalui tahapan kegiatan, yaitu: deteksi, identifikasi dan analisis.

Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu melalui

pengenalan objek melalui proses deteksi dan penilaian atas fungsi objek.

Pengenalan objek melalui proses deteksi yaitu pengamatan atas adanya suatu

objek, berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk

mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera

(sensor). Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaannya tidak

Page 10: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

10

dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil rekaman dari

foto udara atau satelit.

2.2 PENGINDERAAN JAUH SEBAGAI ILMU

2.2.1 Jensen dan Dahlberg

Seorang Geografiwan. Jensen dan Dahlberg (1986) mengemukakan bahwa

penginderaan jauh dan kartografi termasuk teknik dalam Geografi. Meskipun

demikian., dua teknik ini tumbuh menjadi disiplin baru didalam Geografi.

2.2.2 Lueder

Lueder (1959) mengemukakan bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu dan

teknik. Karena dikemukakan sebelum digunakannya istilah Penginderaan Jauh, ia

masih mempergunakan istilah Interprestasi Foto udara.

2.2.3 Everett dan Simonett

Everett dan Simonett (1976) mengutarakan bahwa penginderaan jauh

merupakan ilmu, antara lain karena karakteristik yang berupa:

Gambar 1

Struktur Ilmu (Aprizon, 2009)

Everett dan Simonett (1976) menyatakan bahwa yang menjadi masalah utama

bagi para filosofiwan dalam penginderaan jauh yaitu antara lain :

a. Tingkat konsistensi yang diperoleh.

b. Pengubah ujud alamiah menjadi ujud budaya (artefacting).

c. Ketidak pastian.

d. Tidak tepatnya ekstrapolasi antara data yang skalanya berbeda.

e. Keanekaan parameter lingkungan secara spasial dan secara temporal untuk diubah

menjadi data.

Everett dan Simonett

Konsepsi Dasar Filosofi

Diskriminasi

Resolusi

Strategi jamak

Pengelola Ilmu Baru

Page 11: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

11

2.2.4 Abler, Adams, dan Gould (1972)

Abler, Adams, dan Gould (1972) mengutarakan bahwa ilmu pengetahuan atau

sains dikembangkan dan dilaksanakan oleh kelompok-kelompok pakar dengan tugas

yang berbeda-beda. Berdasarkan pendapat empat orang pakar kenamaan tersebut

maka penulis berpendapat bahwa penginderaan jauh merupakan ilmu. Bila digunakan

oleh pakar lain untuk menopang penelitian atau pekerjaan, maka penginderaan jauh

merupakan teknik bagi mereka itu.

2.3 MENGAPA PENGINDERAAN JAUH SEMAKIN BANYAK DIGUNAKAN.

Baik diukur dari jumlah bidang penggunaanya maupun dari frekwensi

penggunaanya pada tiap bidang, penggunaan penginderaan jauh memang meningkat

pesat pada emapt dasawarsa terakhir ini. Peningkatan dilandasi oleh beraneka alasan.

Sekurang-kurangnya ada enam alasan yang melandasi peningkatan

penggunaan Penginderaan jauh, yaitu:

1). Citra menggambarkan obyek, daerah dan gejala dipermukaan bumi.

Ujud dan letak obyek yang mirip ujud dan letaknya dipermukaan bumi.

Relatif lengkap.

Meliputi daerah luasan.

Permanen.

2). Dari jenis Citra dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional apabila

pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.

Menkaji model medan yang berbeda.

Relief lebih jelas karena adanay pembesaran vertical.

Memungkinkan pengukuran beda tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk peta

kontur, perencanaan lintas jalan, dan saluran irigasi.

Memungkinkan pengukuran lereng untuk menetukan kelas lahan, konservasi,

dan keperluan lainnya.

3). Karateristik obyek yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga

dimungkinkan pengenalan obyek.

4). Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara

terestrial.

5). Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.

6). Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.

Page 12: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

12

Page 13: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

13

BAB III

DASAR FISIKA PENGINDERAAN JAUH

3.1 TENAGA UNTUK PENGINDERAAN JAUH

Pengumpulan data dalam penginderaan jauh dilakukan dari jarak jauh dengan

menggunakan sensor buatan. Dengan melakukan analisis terhadap data yang

kumpulkan ini dapat diperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala yang

dkaji.

Ada 3 Pengumpulan data dalam penginderaan jauh yaitu:

1. Distribusi daya (force)

Contoh: Gravitometer mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik bumi.

2. Distribusi gelombang bunyi

Contoh: Sonar digunakan untuk mengumpulkan data gelombang suara dalam air.

3. Distribusi gelombang electromagnetik

Contoh: Camera untuk mengumpuilkan data yang berkaitan dengan pantulan sinar.

3.2 TENAGA ELEKTROMAGNETIK

3.1.1 Batasan Elektromagnetik

Tenaga elektromagnetik dapat dibedakan berdasarkan panjang gelombang

maupun frekuensinya .

1. Panjang Gelombang ialah jarak lurus dari puncak gelombang yang satu

kepuncak gelombang lain terdekat.

2. Frekuensi ialah jumlah siklus gelombang yang melalui satu titik dalam satu

detik, dinyatakan dalam hertz yang sering disingkat dengan Hz.

Informasi tersebut berupa data tentang objek yang diindera dan dikenali dari

hasil rekaman berdasarkan karakteristiknya dalam bentuk cahaya, gelombang bunyi,

dan tenaga elektromagnetik. Contoh: Salju dan batu kapur akan memantulkan sinar

yang banyak (menyerap sinar sedikit) dan air akan memantulkan sinar sedikit

(menyerap sinar banyak). Informasi tersebut merupakan hasil interaksi antara tenaga

dan objek.

Interaksi antara tenaga dan objek direkam oleh sensor, yang berupa alat-alat

sebagai berikut:

Gravimeter : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.

Page 14: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

14

Magnetometer : mengumpulkan data yang berupa variasi daya magnet.

Sonar : mengumpulkan data tentang distribusi gelombang dalam air.

Mikrofon : mengumpulkan/menangkap gelombang bunyi di udara.

Kamera : mengumpulkan data variasi distribusi tenaga elektromagnetik yang

berupa sinar.

Seperti telah disebutkan bahwa salah satu tenaga yang dimanfaatkan dalam

penginderaan jauh antara lain berasal dari matahari dalam bentuk tenaga

elektromagnetik. Matahari merupakan sumber utama tenaga elektromagnetik ini. Di

samping matahari sebagai sumber tenaga alamiah, ada juga sumber tenaga lain, yakni

sumber tenaga buatan.

3.1.2 Spektrum Elektromagnetik

Tenaga Elektromagnetik terdiri dari berkas atau spektrum yang luas, yakni

meliputi spektra kosmik, Gamma, X, Ultraviolet, tampak, inframerah, gelombang

mikro (microwave) dan radio.

Tabel 1 Spektrum Elektromagnetik dan bagian-bagiannya

(Sumber. Paine. 1981)

Page 15: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

15

Gambar 2

Panjang gelombang “Special Band” spektrum elektromagnetik dan saluran yang digunakan dalam

penginderaan jauh (Sabins Jr., 1978)

(Sumber. Paine. 1981)

3.1.3 Spektrum Elektromagnetik untuk Penginderaan Jauh

3.1 Jendela Atmosfer

Jendela Atmosfer ialah Bagian-bagian spektrum elektromagnetik yang dapat

melalui atmosfer dan mencapai permukaan Bumi.

Pengenalan obyek pada Penginderaan jauh yang menggunakan Spektrum

Ultraviolet, Spektrum tampak, dan Spektrum Inframerah dekat ialah dengan

mendasarkan atas beda pantulan tiap obyek terhadap tenaga yang mengenainya.

3.2 Hambatan Atmosfer

Tenaga elektromagnetik dalam jendela atmosfer tidak dapat Mencapai

permukaan bumi secara utuh, karena sebagian dari padanya mengalami hambatan

oleh atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan oleh butir-butir yang ada di

atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses penghambatannya terjadi dalam bentuk

serapan, pantulan dan hamburan.

Page 16: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

16

Gambar 3

Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer

(Sumber. Paine. 1981)

Pantulan ialah tenaga yang dipantulkan sampai keobjek dipantulkan kembali

objek kesensor. Objek yang banyak memantulkan tenaga elektromagnetik tampak

cerah pada citra, sedangkan objek yang banyak menyerap tenaga tampak gelap.

Pemahaman empat istilah pantulan dilandasi oleh pengertian

E= p + s + t

(E)= jumlah tenaga yang diterima oleh suatu benda sama

(p)= jumlah total tenaga yang dipantulkan

(s) = jumlah tenaga ditambah

(t) = jumlah tenaga diserap dan yang menebus batas

Didalam perpustakaan bahasa Inggris sering dijumpai empat istilah yaitu:

Reflectivity ialah Pantulan obyek

Reflectance ialah Perbandingan tenaga yang dipantulakan oleh objek

Reflection ialah Jumlah tenaga yang mengenai suatu benda dikurangi dengan

tenaga yang diserap

Albedo ialah Jumlah pantulan tenaga oleh obyek (Janza.1975)

Kendala yang terjadi pada jendela atmosfer bersifat selektif. Kendala-kendala yan

tampak berupa:

Page 17: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

17

a.Hamburan

H.Rayleigh = Atmosfer yang mengandung butir-butir oksigen dan nitrogen.

H. Mie = Atmosfer yang putih hingga kemerahan disebabkan oleh butir debu d

H. Nonselektif = Butiran dalam atmosfer yang diameternya jauh lebih besar

dari panjang spektrum tampak.

b. Serapan

Merupakan gangguan yang lebih parah terhadap terhadap tenaga

elektromagnetik.karena merupakan kendala utama bagi spektrum inframerah.

Penyebab utama uap air. Karbon dioksid dan ozon.

3.3 BEBERAPA FORMULA

Defenisi Tentang Gelombang diutara teori dan hokum fisika yang

mendasari penginderaan jauh:

3.1 Teori Gelombang

Teori gelombang Elektromagnetik. Gerakan radiasi Elektromagnetik mengikuti

bentuk gelombang dengan gejala elektrik dan magnetik.

3.2 Teori Kuantum:

Teori kuantum juga disebut teori partikel. Dalam teori ini dinyatakan bahwa

spektrum elektromagnetik terdiri dari bagian-bagian kecil yang berkesinambungan

yang disebut `photons` atau `quanta`.

3.3 Hukum plank:

Merupakan panas atau tenaga akibat gerakan partikel suatu benda secara acak.

3.4 Hukum Stefan-Boltzmann:

Merupakan tenaga yang dipancarkan oleh tiap benda antara fungsi suhu permukaan

obyek.

3.5 Hukum Wien:

Tentang Kurva Pancaran tenaga kenetik benda hitam sempurna.

BAB IV

SISTEM PENGINDERAAN JAUH

Page 18: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

18

Penginderaan jauh dengan menggunakan tenaga matahari dinamakan

penginderaan jauh sistem pasif. Penginderaan jauh sistem pasif menggunakan

pancaran cahaya, hanya dapat beroperasi pada siang hari saat cuaca cerah.

Penginderaan jauh sistem pasif yang menggunakan tenaga pancaran tenaga thermal,

dapat beroperasi pada siang maupun malam hari. Citra mudah pengenalannya pada

saat perbedaan suhu antara tiap objek cukup besar. Kelemahan penginderaan jauh

sistem ini adalah resolusi spasialnya semakin kasar karena panjang gelombangnya

semakin besar.

Penginderaan jauh dengan menggunakan sumber tenaga buatan disebut

penginderaan jauh sistem aktif. Penginderaan sistem aktif sengaja dibuat dan

dipancarkan dari sensor yang kemudian dipantulkan kembali ke sensor tersebut untuk

direkam. Pada umumnya sistem ini menggunakan gelombang mikro, tapi dapat juga

menggunakan spektrum tampak, dengan sumber tenaga buatan berupa laser.

Penginderaan jauh yang menggunakan Matahari sebagai tenaga alamiah

disebut penginderaan jauh sistem pasif, sedangkan yang menggunakan sumber

tenaga lain (buatan) disebut penginderaan jauh sistem aktif.

Tenaga elektromagnetik pada penginderaan jauh sistem pasif dan sistem aktif

untuk sampai di alat sensor dipengaruhi oleh atmosfer. Atmosfer mempengaruhi

tenaga elektromagnetik yaitu bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karena itu

timbul istilah “Jendela atmosfer”, yaitu bagian spektrum elektromagnetik yang dapat

mencapai bumi. Adapun jendela atmosfer yang sering digunakan dalam penginderaan

jauh ialah spektrum tampak yang memiliki panjang gelombang 0,4 mikrometer

hingga 0,7 mikrometer.

Spektrum elektromagnetik merupakan spektrum yang sangat luas, hanya

sebagian kecil saja yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh, itulah sebabnya

atmosfer disebut bersifat selektif terhadap panjang gelombang. Hal ini karena

sebagian gelombang elektromagnetik mengalami hambatan, yang disebabkan oleh

butirbutir yang ada di atmosfer seperti debu, uap air dan gas. Proses

penghambatannya terjadi dalam bentuk serapan, pantulan dan hamburan.

Gambar 4Sistem Penginderaan Jauh.

(Prof Dr. Sutanto, Penginderaan Jauh, jilid I, 1999)

Page 19: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

19

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah tenaga matahari untuk sampaike permukaan bumi adalah:1. Waktu (jam atau musim)

Faktor waktu berpengaruh terhadap banyak sedikitnya energi matahari untuksampai ke bumi. Misalnya pada siang hari jumlah tenaga yang diterima lebih banyakdibandingkan dengan pagi.2. Lokasi

Lokasi ini erat kaitannya dengan posisinya terhadap lintang geografi danposisinya terhadap permukaan laut. Misalnya di daerah khatulistiwa jumlah tenagayang diterima lebih banyak dari pada daerah lintang tinggi.3. Kondisi cuaca

Kondisi cuaca mempengaruhi adanya hambatan di atmosfer. Misalnya saatcuaca berawan jumlah tenaga yang diterima lebih sedikit dari pada saat cuaca cerah.

BAB V

JENIS CITRA

Page 20: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

20

Penginderaan jauh berupa bermacam-macam data. Hasil proses rekaman data

penginderaan jauh tersebut berupa:

1. Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.

2. Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk

dianalisis dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya,

sedangkan data non citra berupa garis atau grafik.

Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan

citra non foto (non photographic image).

Tabel 2Beda antara citra foto dan non foto.

5.1. Citra Foto

Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor

kamera Citra foto dapat dibedakan berdasarkan:

5.1.1 Spektrum Elektromagnetik yang digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat

dibedakan atas:

1. Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra

violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.

2. Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum

tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).

Page 21: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

21

3. Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak

mata.

4. Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang

dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang

gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah

modifikasi(infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran

merah dan saluran hijau.

5.1.2 Peta berdasarkan foto

Foto di sebelah kanan diambil dari pesawat terbang. Tampak sebuah kota kecil

di gunung di Jepang. Foto ini digunakan untuk membuat peta yang terpampang di

bawah. Perhatikan foto itu dan lihat berapa tempat yang dapat kalian kenali di peta.

Titik di dalam segitiga kecil-kecil itu patok duga, yakni tempat yang ketinggian dan

posisinya diketahui dengan tepat. Pada peta, elevasi suatu patok duga, yakni tinggi

patok itu dari permukaan laut, dinyatakan dalam meter di sebelahnya. Beberapa

digambar sebagai titik tanpa segitiga. Di tengah atas terdapat sebuah kontur dengan

bilangan 300 berwarna cokelat. Setiap titik pada kontur itu berelevasi 300 meter.

5.1.2 Sumbu kamera

Foto udara dapat dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan

bumi, yaitu:

1. Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan

sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.

2. Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat

dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan bumi.

Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila sudut

condongnya masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih

digolongkan sebagai foto vertikal. Foto condong masih dibedakan lagi menjadi:

a) Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu apabila cakrawala tidak

tergambar pada foto.

b) Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu apabila pada foto

tampak cakrawalanya.

Beda antara foto vertikal, foto agak condong dan foto sangat condong disajikan padagambar 1.4 dan 1.5.

gambar 4Bentuk liputan foto udara.

Page 22: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

22

(Sutanto, Penginderaan jauh jilid I, 1999).

gambar 5Blok bujur sangkar pada foto udara (Smith, 1943)

A = Foto vertikal, B = Foto agak condong, C = Foto sangat condong.(Sutanto, Penginderaan jauh, jilid I, 1999).

5.1.3 Warna yang digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:

a) Foto berwarna semua (false colour). Warna citra pada foto tidak sama dengan

warna aslinya. Misalnya pohonpohon yang berwarna hijau dan banyak

memantulkan spketrum infra merah, pada foto tampak berwarna merah.

b) Foto berwarna asli (true colour). Contoh: foto pankromatik berwarna. A B C

5.1.4 Wahana yang digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yakni:

1) Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon

2) Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit

5.2 Citra Non Foto

Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera.

Citra non foto dibedakan atas:

5.2.1 Spektrum elektromagnetik yang digunakan

Page 23: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

23

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra

non foto dibedakan atas:

1. Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra

merah thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu

objek dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda

warnanya.

2. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan

spektrum gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan

sistim aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro

dihasilkan dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga

alamiah.

5.2.2 Sensor yang digunakan

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:

1) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya

lebar.

2) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi salurannya

sempit, yang terdiri dari:

Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya

tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non

fotografik.

Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum

tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari

pesawat udara.

5.2.3 Wahana yang digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:

1. Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang

beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar

dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.

2. Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari

antariksa atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya,

yakni:

a) Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit Viking

(AS), Citra satelit Venera (Rusia).

Page 24: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

24

b) Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra

Meteor (Rusia).

c) Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra

Landsat (AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).

d) Citra satelit untuk penginderaan laut. Contoh: Citra Seasat (AS), Citra

MOS (Jepang).

BAB VI

UNSUR DAN TEKNIK INTERPRESTASI CITRA

6.1 Unsur Interpretasi Citra

Page 25: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

25

Pengenalan objek merupakan bagian vital dalam interpretasi citra. Tanpa

dikenali identitas dan jenis objek yang tergambar pada citra, tidak mungkin dilakukan

analisis untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Prinsip pengenalan objek pada citra mendasarkan atas penyidikan

karakteristiknya atau atributnya pada citra. Karakteristik objek yang tergambar pada

citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati kenampakan objek dalam

foto udara, yaitu:

1. Rona dan Warna

Rona atau tone adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang

terdapat pada foto udara atau pada citra lainnya. Pada foto hitam putih rona yang ada

biasanya adalah hitam, putih atau kelabu. Tingkat kecerahannya tergantung pada

keadaan cuaca saat pengambilan objek, arah datangnya sinar matahari, waktu

pengambilan gambar (pagi, siang atau sore) dan sebagainya.

Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang

elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet,

spektrum tampak, spektrum infra merah dan sebagainya. Perbedaan penggunaan

spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu

karakter pemantulan objek terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga

mempengaruhi warna dan rona pada foto udara berwarna.

2. Bentuk

Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan konfigurasi

atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek

yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja.

Contoh:

a) Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U atau empat persegi

panjang.

b) Gunung api, biasanya berbentuk kerucut.

3. Ukuran

Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi lereng

dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam memanfaatkan

ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.

Contoh:

Page 26: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

26

Lapangan olah raga sepakbola dicirikan oleh bentuk (segi empat) dan ukuran

yang tetap, yakni sekitar (80 m-100 m).

4. Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang

mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang

terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan: kasar,

halus, dan sedang.

Misalnya:

Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang dan semak bertekstur halus. Pabrik

dapat dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya yang besar

5. Pola

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak

objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah.

Contoh:

Pola aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai

struktur lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu

ukuran rumah dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet,

kebun kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan

polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

6 Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di daerah

gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang

penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya bayangan menjadi lebih jelas.

Contoh:

Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan, begitu juga

cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas dengan adanya bayangan. Foto-foto

yang sangat condong biasanya memperlihatkan bayangan objek yang tergambar

dengan jelas, sedangkan pada foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika

pengambilan gambarnya dilakukan pada tengah hari.

7. Situs

Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya.

Misalnya:

Page 27: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

27

permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting pantai, tanggul

alam atau sepanjang tepi jalan. Juga persawahan, banyak terdapat di daerah dataran

rendah, dan sebagainya.

8. Asosiasi

Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya.

Contoh:

Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih

dari satu (bercabang).

9. Konvergensi Bukti

Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga

lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu.

Contoh:

Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon

palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair

payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu.

6.2 Teknik Interpretasi Citra

Pada awal bab 5 telah diutarakan bahwa teknik adalah alat khusus untuk

melaksanakan metode. Teknik dapat pula diartikan sebagai cara melaksanakan

sesuatu secara ilmiah. Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau cara

khusus untuk melaksanakan metode penginderaan jauh, Ia jiga merupakan cara

melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain adalah interpretasi citra.

Bahwa interpretasi citra dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi.

Interpretasi citra dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori

tertentu pula. Mungkin kadang-kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan,

akan tetapi ia berupa dugaan ilmiah (Scientific guess).

Di dalam teknik interpretasi citra ini dibincangkan cara-cara interpretasi citra

yang lebih menguntungkan. Istilah menguntungkan ini dapat diartikan dalam segi

kemudahan pelaksanaan interpretasinya, lebih akurat hasil interpretasinya, atau lebih

banyak informasi yang dapat diperoleh. Cara-cara tersebut antara lain dilakukan

dengan: (1) data acuan), (2) kunci interpretasi citra, (3) penanganan data, (4)

pengamatan stereoskopik, (5) metode pengkajian, dan (6) penerapan konsep multi.

Page 28: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

28

6.1.2 Data Acuan

Pada bab pertama telah diutarakan bahwa citra menyajikan gambaran lengkap

yang mirip ujud dan letak sebenarnya. Kemiripan ujud ini memudahkan

pengenalannya pada citra, sedang kelengkapan gambarannya memungkinkan

penggunaannya oleh pelbagai pakar untuk pelbagai keperluan. Meskipun demikian,

masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil interpretasinya dan untuk

menambah data yang diperlukan, tetapi tidak diperoleh dari citra. Data ini disebut data

acuan yang dapat berupa pustaka, pengukuran, analisis laboratorium, peta, kerja

lapangan, foto teresterial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Ia dapat

berupa tabel statistik tentang meteorologi atau penggunaan lahan yang dikumpulkan

oleh perorangan maupun instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang ada akan

meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang dapat memperjelas lingkup, tujuan,

dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu

Meskipun citra menyajikan gambarn lengkap, pada umumnya masih

diperlukan pekerjaan medan. Ia dimaksudkan untuk menguji atau meyakinkan

kebenaran hasil interpretasi citra bagi objek yang perlu di uji. Pekerjaan ini disebut uji

medan (field check). Ia terutama diperlukan di beberapa tempat yang interpretasinya

meragukan. Karena uji medan dapat dilakukan di tempat-tempat yang mudah dicapai

untuk mewakili perujudan sama yang terletak di tempat yang jauh dari jalan, untuk

objek yang tidak meragukan interpretasinya pun sebaiknya diyakinkan pula

kebenarannya. Karena dapat diambil tempat yang mudah dicapai, pekerjaan ini pada

dasarnya tidak memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang berarti, akan tetapi

keandalan interpretasinya jadi meningkat cukup berarti. Jumlah pekerjaan medan

yang diperlukan dalam interpretasi citra sangan beraneka. Ia tergantung pada : (a)

kualitas citra yang meliputi skala, resolusi, dan informasi yang harus diinterpretasi,

(b) jenis analisis atau interpretasinya, (c) tingkat ketelitian yang diharapkan, baik yang

menyangkut penarikan garis batas (delineasi) atau klasifikasinya, (d) pengalaman

penafsir dan pengetahuannya tentang sensor, daerah, dan objek yang harus

diinterpretasi, (e) kondisi medan dan kemudahan mencapai daerah, yang untuk alasan

tertentu ada daerah yang tidak dapat dijangkau untuk uji medan, dan (f) ketersediaan

data acuan.

Page 29: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

29

Untuk verifikasi hasil interpretasi citra sering harus dilakukan cara

‘sampling’dalam pekerjaan medan. Untuk ini perlu dipertimbangkan ‘sampling’ mana

yang terbaik dan kenudian merancang strategi sampling yang cocok. Pada umunya

dipilih ‘sampling multitingkat’ untuk perkiraan tepat terhadap parameter lingkungan.

Seperti pekerjaan medan yang dilakukan dengan maksud ganda, data acuan

pun bermanfaat ganda pula yaitu untuk: (a) membantu proses interpretasi dan analisis,

dan (b) verifikasi hasil interpretasi dan analisis.

Barangkali ada yang memikirkan mengapa sudah menggunakan foto udara

atau citra lainnya masih juga perlu pekerjaan medan. Apakah hal demikian bukan

berarti pemborosan? Untuk menjelaskannya mungkin diperlukan keterangan seperti

yang diutrakan oleh Van der meer (1965) dalam pemetaan tanah. Dalam pekerjaan

pemetaan tanah diperlukan penentuan jenistanah ditiap tempat dan delineasi batasnya.

Penentuan jenis tanah meliputi 15-20% volume pekerjaan, sedang delineasi jenis

tanah meliputi 80-85% volume pekerjaan. Penentuan jenis tanah tetap dilakukan di

medan dan di laboratorium, akan tetapi batas jenis tanahnya dapat dilakukan pada foto

udara berdasarkan pola agihan lereng, vegetasi, dan perujudan lain yang erat

kaitannya dengan pola agihan jenis tanah.

Sebagai contoh lain, di dalam pemetaan penggunaan lahan pun diperlukan

gabuangan antara interpretasi citra dan pekerjaan teresterial. Untuk ketelitiannya,

tidak ada cara yang menyamai pekerjaan teresterial. Perlu dicankam bahwa yang

dimaksud dengan pekerjaan teresterial di dalam pemetaan penggunaan lahan yaitu

pekerjaan medan untuk mengidentifikasi jenis penggunaan lahan, mengukur lokasi,

bentangan, dan luasnya serta menggambarkannya pada peta dasar yang andal

ketelitiannya. Masalah akan segera timbul bagi wilayah seperti indonesia yaitu tidak

tersedianya peta andal untuk tiap daerah, dan tidak dimungkinkannya menjangkau

tiap jenis penggunaan lahan, mengukurnya dan memasukkannya ke dalam peta untuk

daerah kita yang luas ini.

6.1.3 Kunci Interprestasi Citra

Kunci interpretasi citra pada umunya berupa potongan citra yang telah

diinterpretasi dan diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan seperlunya.

Page 30: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

30

Keterangan ini meliputi jenis objek yang digambarkannya, unsur interpretasinya, dan

keterangan tentang citra yang menyangkut jenis, skala, saat perekaman, dan lokasi

daerahnya.

Kunci interpretasi citra dimaksudkan sebagai pedoman di dalam melaksanakan

interpretasi citra. Ia dapat berupa kunci interpretasi citra secara individual maupun

berupa kumpulannya. Kunci interpretasi citra dibedakan atas dasar lingkupnya dan

atas dasar lainnya.

Berdasarkan lingkupnya, kunci interpretasi citra dibedakan atas empat jenis,

yaitu:

a. Atas Dasar Lingkupnya

1) Kunci individual (item key), yaitu kunci interpretasi citra yang

digunakan untuk objek atau kondisi individual. Contoh misalnya kunci

interpretasi untuk tanaman karet.

2) Kunci subjek (subject key), yaitu himpunan kunci individual yang

digunakan untuk identifikasi objek-objek atau kondisi penting dalam

suatu subjek atau kategori tertentu. Sebagai contoh misalnya kunci

interpretasi untuk tanaman perkebunan.

3) Kunci regional (regional key), yaitu himpunan kunci individual atau

kunci subjek untuk identifikasi objek-objek atau kondisi-kondisi suatu

wilayah tertentu. Wilayah ini dapat berupa daerah aliran sungai,

wilayah administratif atau wilayah lainnya.

4) Kunci analog (analogues key), ialah kunci subjek atau kunci regional

untuk daerah yang terjangkau secara teresterial, tetapi dipersiapkan

untuk daerah lain yang tak terjangkau secara teresterial. Ia disiapkan

untuk daerah lain yang serupa atau analog. Sebagai contoh misalnya

digunakan kunci interpretasi hutan Kalimantan untuk interpretasi hutan

di Irian Jaya. Cara ini tidak dianjurkan, kecuali dalam keadaan darurat.

b. Atas Dasar lainnya

Page 31: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

31

Disamping berdasarkan lingkupnya, kunci interpretasi citra sering dibedakan

dengan beraneka dasar. Salah satu dasar pembedaan lainnya ialah pada karakter dasar

atau karakter instrinsiknya. Berdasarkan karakter intrinsiknya ini maka kunci

interpretasi citra dinedakan atas dua jenis, yaitu :

1) Kunci langsung (direct key), ialah kunci interpretasi citra yang disiapkan

untuk objek atau kondisi yang tampak langsung pada citra, seperti bentuklahan

dan pola aliran permukaan.

2) Kunci asosiatif (Asosiative key), ialah kunci interpretasi citra yang terutama

digunakan untuk deduksi informasi informasi yang tidak tampak langsung

pada citra, seperti misalnya tingkat erosi dan kepadatan penduduk.

Kunci interpretasi citra sebaiknya digunakan untuk daerah tertentu saja tertentu

saja, yaitu yang dibuat untuk daerah A tidak seyogianya diterapkan begitu saja untuk

daerah B (mengapa), kecuali untuk kunci analog.

6.1.4 Penanganan data (data Handling)

Meskipun dalam interpretasi citra masih banyak digunakan citra dalam bentuk

kertas cetakan, transparansi juga semakin banyak digunakan. Transparansi dat berujud

lembaran tunggal maupun gulungan. Dalam menanganinya perlu berhati-hati jangan

sampai menimbulkan goresan atau bahkan penghapusan padanya. Untuk transparansi

gulungan lebih mudah penangannya, akan tetapi terhadap yang lembaran perlu lebih

berhati-hati, baik lembaran transparansi maupun lembaran kertas cetak.

Cara yang terbaik untuk mengatur citra dengan baik ialah : (1) menyusun citra

tiap satuan perekaman atau secara numerik dan menghadap ke atas, (2) mengurutkan

tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan

meletakkan kertas penyekat diantaranya, (3) meletakkan tumpukan citra sedemikian

rupa sehingga jalur terbang membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat,

sedapat mungkin dengan arah bayangan mengarah ke pengamat, (4) meletakkan citra

yang akan digunakan sebagai pembanding di sebelah menyebelah yang akan

diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam

urutannya.

Page 32: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

32

6.1.5 Pengamatan stereoskopik

Pengamatan stereoskopik pada pasangan citra yang bertampalan dapat

menimbulkan gambaran tiga dimensional bagi jenis citra tertentu. Citra yang telah

lama dikembangkan untuk pengamatan stereoskopik ialah foto udara. Perujudan tiga

dimensional ini memungkinkan penggunaan foto udara untuk membuat peta kontur.

Disamping foto udara, dari pasangan citra radar atau citra lain yang bertampalan juga

dapat ditimbulkan perujudan tiga dimensional bila diamati secara stereoskopik.

Ligterink (1972) mengutarakan bahwa untuk dapat melakukan pengamatan

stereoskopik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :

1) Pasangan foto udara harus menggambarkan sebagian daerah yang sma

(bertampalan).

2) Adanya paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks yaitu perubahan

letak objek pada citra terhadap titik acuan. Pada umumnya ia disebabkan oleh

perubahan letak titik pengamatan (Wolf, 1980). Titik pengamatan ini berupa

tempat pemotretan. Pertampalan pada foto udara ada yang berupa pertampalan

depan (Endlap) dan pertampalan samping (sidelap).

3) Nisbah basis udara dan tinggi terbang (Base Height ratio) atau B/H

mempunyai nilai tertentu. Bila nilai B/H < 0,02, kita masih dapat melakukan

fusi terhadap dua objek, akan tetapi kesan kedalamannya tidak akan lebih dari

kesan kedalaman yang diperoleh bila kita mengamati satu foto. Nilai B/H yang

ideal belum diketahui, agaknya tidak jauh dari 0,25. Nilai B/H hingga 2 atau

lebih masih dapat digunakan dalam stereoskopi. Basis udara ialah jarak antara

dua stasiun pemoteretan yang berurutan.

Karena objek tampak dengan perujudan tiga dimensional, pengenalan objek

pada citra lebih mudah dilaksanakan. Disamping itu, pengenalan objek juga

dipermudah oleh dua hal yaitu: (a) pembesaran tegak yang memperjelas relief, dan (b)

pembesaran (tegak dan mendatar) bila digunakan binokuler di dalam pengamatannya.

Tanpa binokuler, seluruh daerah pertampalan dapat diamati secara stereoskopik.

Dengan menggunakan binokuler, objek diperbesar, tetapi luas daerah pengamatan

menyusut. Luas daerah pengamatan berbanding terbalik terhadap kuadrat

Page 33: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

33

pembesarannya. Bagi pembesaran tiga kali, luas daerah pengamatannya menyusut

menjadi sepersembilan luas daerah pertampalan.

6.1.6Metode Pengkajian

Para penafsir citra pada umumnya sependapat bahwa interpretasi citra

sebaiknya mengikuti metodik tertentu, yaitu mulai dari pertmbangan umum yang

dilanjutkan ke arah objek khusus atau dari arah yang diketahui ke arah yang belum

diketahui. Pengkajian dari umum ke khusus dapat dilakukan bila tidak ada ‘bias’

anatara perujudan umum dan perujudan khusus.

Pada umumnya ada dua metode pengkajian secara umum, yaitu :

1) ‘Fishing expedition’

Citra menyajikan gambaran lengkap objek di permukaan bumi. Sebagai

akibatnya maka bagi penafsir citra yang kurang berpengalaman sering mengambil

data lebih banyak dari yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena penafsir citra

mengamati seluruh citra dan mengambil datanya seperti orang mencari ikan di dalam

air, yaitu menjelajah seluruh daerah. Di dalam hal ini berarti pengamatan atas seluruh

objek yang tergambar pada seluruh citra.

2) ‘Logical Search’

Dalam logical search, penafsir citra juga mengamati citra secara menyeluruh,

tetapi ia secara selektif hanya mengkaji objek atau daerah secara selektif. Sebagai

contoh, eksplorasi deposist minyak bumi hanya dicari didaerah endapan marin,

khususnya yang berupa daerah lipatan.

6.1.7 Konsep Multi

Konsep multi ialah cara perolehan dan analisis data penginderaan jauh yang

meliputi : (1) multispektral, (2) multitingkat, (3) multitemporal, (4) multiarah, (5)

multipolarisasi, dan (6) multidisiplin (Estess, 1985)

1) Multispektral

Page 34: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

34

Ada tiga manfaat citra multispektral, yaitu: (a) meningkatkan kemampuan

citra secara manual, (b) dimungkinkannya pembuatan citra komposit warna (color)

composit berdasarkan citra multispektral hitam putih, dan (c) dimungkinkannya

peragaan citra paduan warna dengan menggunakan alat pengamat warna aditif (aditif

color viewer). Bila datanya berupa data digital multispektral, mak : (d)

memungkinkan dilakukannya pengenalan pola sehingga kemampuan interpretasinya

meningkat sangat berarti.

a) meningkatkan kemampuan interpretasi secara manual

Objek pada citra lebih mudah dikenali pada citra multispektral maupun

multisaluran dengan spektrum elektromagnetik yang dirinci menjadi spektrum sempit.

Hal ini disebabkan karena pada spektrum sempit tertentu maka karakteristik objek

sering menonjol bedanya terhadap karakteristik spektral objek pada saluran sempit

lainnya maupun terhadap spektrum lebar.

Rincian spektrum ini dapat dilakukan pada spektrum tertentu seperti pada

spektrum ultraviolet, spektrum tampak, inframerah, atau pada spektrum gelombang

mikro. Ia dapat pula berupa rincian lebih dari satu spektrum, misalnya spektrum

tampak dan spektrum atau spektrum tampak dan spektrum inframerah termal. Citra

yang dibuat berdasarkan rincian satu spektrum disebut citra multisaluran (multiband),

sedangkan yang dibuat berdasarkan rincian lebih dari satu spektrum disebut citra

multispektral.

b) Pembuatan citra paduan warna

Manfaat lain citra multispektral ialah dapat dilakukannya penajaman warna

(color enhancment) dari tiga citra multispektral hitam putih yang salurannya berbeda.

Dengan penajaman warna ini maka objek pada citra hitam putih yang semula belum

dapat dikenali karena dujudkan dengan warna yang bedanya terhadap objek lain

dipertajam. Hasil akhirnya berupa citra paduan warna.

Page 35: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

35

Page 36: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

36

BAB VIII

PENUTUP

8.1.1 Kesimpulan

Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak

dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan

energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang

kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data

satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah

ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil

sangat terbatas.

Dalam pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada perkembangan

teknologi penginderaan jauh tanpa membahas prinsip dasarnya secara mendalam,

selain itu membahas mengenai prospek penggunaannya untuk bidang Ilmu geografi

secara umum.

8.2.1 Saran

Melalui pendidikan yang modern, para ahli diharapkan mampu mengolah

(menginterpretasi, mengoreksi, dan menyajikan) data dari satelit agar dapat digunakan

untuk membantu pembangunan.

Page 37: Makalah Penginderaan Jauh Jillid 1

SP Geo 144 Penginderaan Jauh

Aprizon Putra (89059)Email: [email protected]

37

DAFTAR PUSTAKA

Sutanto, Penginderaan Jauh Jillid 1, Jakarta, 1992

La An, Prinsip dasar Penginderaan Jauh, Surabaya 2007

Dra. Cut Meurah R, Penginderaan Jauh, Jakarta, 2007

Febriandi, Ditulis dalam Uncategorized.Wolfpress.Penginderaan jauh jilid 1,

Padang, 2008