MAKALAH PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN...
-
Upload
trinhtuong -
Category
Documents
-
view
302 -
download
5
Transcript of MAKALAH PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN...
MAKALAH
PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
“SISTEM PENGOLAHAN PERIKANAN MENJADI SESUATU YANG MENARIK
dan PENTING DI INDONESIA”
DOSEN PENGAMPU
Dr.Ir.Khodijah Ismail., Msi.
DISUSUN OLEH
Muhammad Syahrul Syah
Nim 160254244020
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2016/2017
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT., karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “Sistem Pengolahan
Perikanan Menjadi Sesuatu Yang Menarik dan Penting Di Indonesia” untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Pengantar Ilmu Kelautan Dan Perikanan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan,
baik dari segi pembahasan materi, teknik penulisan, dan tutur bahasa yang digunakan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari bapak/ibu dosen serta
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis ucapkan terimakasih atas
perhatian yang telah diberikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna
bagi kita semua.
Tanjungpinang, 10 Mei 2017
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….……….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………....…1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..….2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………….2
1.4 Manfaat Penulisan……………………………………………………………..….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Perikanan…………………………………………………………..…..….3
2.2 Inovasi Pengolahan Ikan Lele……………………………………………….…….3
2.2.1 Pengolahan Ikan Lele Asap………………………………………………………..4
2.2.2 Pengolahan Nugget Ikan Lele………………………………………………….….5
2.2.3 Pengolahan Kerupuk Kemplang Ikan Lele………………………………………..6
2.2.4 Bakso Ikan Lele…………………………………………………………….……...7
2.2.5 Abon Ikan Lele…………………………………………………………………….10
2.3 Dampak Positif Dari Inovasi………………………………………………………10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………………11
3.2 Saran………………………………………………………………………………..11
3.3 Daftar Pustaka………………………………………….………………………..…12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perikanan merupakan suatu kegiatan perekonomian, dimana manusia mengusahakan
sumberdaya alam perikanannya secara lestari guna mendapatkan manfaat yang sebesar-
besarnya bagi kesejahteraan umat manusia (Sofyan Ilyas dan Fuad Cholik, 1992 : 152 dalam
Dewayanti, 2003). Pembangunan sub sektor perikanan bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan nelayan dan petani ikan menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Di
Indonesia, menurut UU RI no. 9/1985 dan UU RI no. 31/2004, kegiatan yang termasuk dalam
perikanan dimulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Dengan demikian, perikanan dapat
dianggap merupakan usaha agribisnis. Pemasaran adalah suatau proses yang dinamis karena
merupakan suatu proses integral total dan bukanlah suatu pemilihan badan-badan yang
terpecah antara fungsi-fungsi dan produk. Dengan demikian, pemasaran bukanlah suatu
aktifitas atau sejumlah beberapa aktifitas saja, melainkan merupakan hasil dari hubungan
timbal balik dari beberapa aktifitas (Anwar, 1994 dalam Pusat Studi Terumbu Karang
Universitas Hasanuddin, 2002). Pemasaran merupakan hal yang paling penting dalam
menjalankan sebuah usaha perikanan karena pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang
berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan nelayan. Produksi yang baik akan sia-sia
karena harga pasar yang rendah, sehingga tingginya produksi tidak mutlak memberikan
keuntungan yang tinggi tanpa pemasaran yang baik dan efisien. Secara umum, pemasaran
dapat diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh berbagai perantara dengan
berbagai macam cara untuk menyampaikan hasil produksi, yaitu ikan laut segar, dari
produsen ke konsumen akhir. Pemasaran (marketing) pada prinsipnya adalah aliran barang
dari produsen ke konsumen. Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan lembaga
pemasaran.
1. Kelembagaan pemasaran memiliki peranan penting dalam mendukung Kelembagaan
dalam Pemasaran Komoditi Perikanan
2. keberhasilan usaha nelayan dan mengoptimalkan kegiatan pemasaran ikan.
Pengembangan kelembagaan pemasaran hasil perikanan memerlukan adanya strategi/
analisis yang dapat memberikan masukan prioritas pengembangan yang harus dilakukan
untuk mendapatkan hasil pengembangan yang lebih maksimal.
Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem pasar yang berlaku dan
karakteristik aliran barang yang dipasarkan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yakni :
1. Apa definisi dari sistem perikanan?
2. apa saja hasil olahan yang diperoleh?
3. Bagaimana cara pengolahanya?
4. apa dampak positif dari inovasinya?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yakni :
1. Untuk mengetahui definisi dari sistem perikanan
2. Untuk mengetahui hasil inovasi pengolahan ikan lele
3. Untuk mengetahui dampak positif dari hasil inovasinya
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan mempuyai manfaat teoritis dan manfaat praktif, yaitu:
1. Memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang cara inovasi pengolahanikan lele
2. Manfaat bagi penulis itu sendiri selain untuk meningkatkan pemahaman penulis
sekaligus juga sebagai salah satu syarat penilaian pada mata kuliah Pengantar Ilmu
Kelautan dan Perikanan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem Perikanan
Sistem perikanan merupakan gabungan dari dua buah kata,yaitu kata Sistem
berarti sekelompok komponen dan elemen yang digabungkan menjadi satu untuk
mencapai tujuan tertentu yang komplek. sedangkan perikanan yaitu kegiatan manusia
yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfatan sumber daya hayati
perairan,mencakup ikan,amfibi,dan berbagai biota penghuni perairan,serta lingkunganya.
jadi sitem perikanan yaitu sekelompok komponen dan elemen yang dipadukan untuk
dikelola menjadi suatu produk yang bermanfaat untuk kepentingan bersama,yang
dikelola oleh perorangan,maupun yang terkoordinir oleh pemerintah.
pengolahan sumberdaya ikan adalah semua upaya termasuk proses yang
terintegrasi dalam pengumpulan informasi,analisis,perencanaan,konsultasi,pembuatan
keputusan,alokasi sumberdaya ikan,dan implementsi serta penegakan hukum dari
peraturan perundang-undangan dibidangperikanan,yang dilakukan oleh pemerintah atau
otorits lain yang diarahkan bertujuan agar sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan secara
optimal dan mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan yang
terus menerus.
2.2 Inovasi Pengolahan Ikan Lele
Lele yang selama ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan
menjadi produk olahan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan Lele,
kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biskuit Lele dan masih banyak lagi
produk yang lain. Pengolahan ikan lele menjadi produk lain bertujuan untuk
meningkatkan minat masyarakat terhadap ikan lele tersebut karena tidak semua lapisan
masyarakat ingin mengkonsumsi ikan lele dalam keadaan utuh (misalnya pecel lele atau
lele goreng). Dengan pertimbangan tersebut di atas dan melihat karakteristik ikan lele
maka sangat besar peluang untuk mengembangkan ikan lele menjadi berbagai produk
olahan.
Disamping itu diversifikasi olahan lele ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani
khususnya ikan bagi masyarakat Indonesia. Salah satu olahan lele yang sangat terkenal
adalah Ikan Lele Asap.Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan
memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami
dari hasil pembakaran bahan bakar alami.
3
Tujuan pengasapan ikan adalah untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap serta
untuk memberikan aroma yang khas dari asap.
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik, beberapa jenis olahan ikan lele harus
mengalami proses pencucian daging (leaching). Pencucian (leaching) adalah suatu
proses yang terjadi pada saat pencucian daging lumat yaitu proses terekstraknya actin
dan myosin yang teksturnya seperti jala, masa ini di sebut sol yang sifatnya lengket.
Tujuan dari pencucian daging (leaching) ini adalah untuk memperbaiki warna daging.
Hasil pencucian daging menjadi membentuk gel (kenyal), proses pencucian ini akan
dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki warna daging.
Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar ikan lele? Banyak yang tidak menyangka
kalau ikan yang dikenal dengan patil tajamnya ini bisa dibuat berbagai jenis olahan yang
sangat gurih, bergiji tinggi serta disukai oleh seluruh lapisan masyarakat. Lele yang
selama ini dikenal sebagai ikan budidaya ternyata dapat dikembangkan menjadi produk
makanan seperti Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan Lele, kaki Naga
Ikan Lele, Abon Lele, Kue Semprong, Biscuit Lele dan masih banyak lagi produk yang
lain.
2.2.1. Pengolahan Ikan Lele Asap
Ikan merupakan sumber protein hewani yang rendah kolesterol dan sangat baik
untuk kecerdasan otak. Salah satu teknologi pengolahan ikan yang dapat meningkatkan
nilai ekonomis serta daya awet ikan adalah pengasapan. Lele asap merupakan salah satu
menu yang banyak dicari penggemar lele, rasanya yang khas disukai semua orang. Dari
mulai anak kecil sampai orang tua, dan tanpa membedakan pria maupun wanita. Ikan
yang digunakan untuk pengasapan hendaknya benar-benar masih segar, tidak cacat fisik,
dan bermutu tinggi. Satu hal yang perlu selalu diingat, tidak ada satu cara apapun-betapa
pun hebatnya cara dan peralatannya- yang mampu mencegah terjadinya kerusakan.
Tujuan pengasapan ikan, pertama untuk mendapatkan daya awet yang dihasilkan asap.
Tujuan kedua untuk memberikan aroma yang khas tanpa peduli kemampuan daya
awetnya. Pengasapan merupakan cara pengolahan atau pengawetan dengan
memanfaatkan kombinasi perlakuan pengeringan dan pemberian senyawa kimia alami
dari hasil pembakaran bahan bakar alami. Melalui pembakaran akan terbentuk senyawa
asap dalam bentuk uap dan butiran-butiran tar serta dihasilkan panas. Senyawa asap
tersebut menempel pada ikan dan terlarut dalam lapisan air yang ada di permukaan tubuh
ikan, sehingga terbentuk aroma dan rasa yang khas pada produk dan warnanya menjadi
keemasan atau kecoklatan.
4
2.2.2 Pengolahan Nugget Ikan Lele
Nugget adalah sejenis makanan yang dibuat dari daging giling atau
daging cacah yang diberi bumbu, yang dibentuk dalam cetakan tertentu, kemudian di
kukus, dipotong-potong sesuai ukuran, dipanir, dibekukan, dan sebelum dikonsumsi
dilakukan penggorengan. Nugget merupakan makanan siap saji yang merupakan
modifikasi dari produk daging giling yang biasanya berasal dari daging ayam. Dikatakan
nugget karena bentuk awalnya seperti nusset atau balok emas dengan warna kuning
keemasan.
Sekarang bentuk nugget sudah bervariasi seperti drum stick, finger, dinosaurus, dan
berbagai bentuk yang menarik yang disukai anak-anak. Nugget ikan adalah salah satu
bentuk olahan dari ikan yang dapat dikembangkan. Respon konsumen terhadap nugget
cukup bagus mengingat sekarang ini orang juga memperhatikan kepraktisan sebuah
produk. Nugget dapat disimpan dalam bentuk beku. Pengolahan nugget juga dapat
memperpanjang daya simpan daging ikan lele. Nugget ikan lele berpotensi untuk
dikembangkan. Nugget ikan lele dapat dikonsumsi baik anak-anak maupun orang
dewasa. Rasa nugget lele memang sedikit unik namun tetap lezat sebagai hidangan
pelengkap. Nugget merupakan makanan yang disukai anak-anak maupun orang dewasa
karena rasanya yang mengundang selera
1. Alat: Kompor, Gilingan daging, Penumbuk, Dandang, Baskom plastic, Pisau
dan Wajan
2. Bahan : Ikan lele 250 g, Telur 1 butir, Tepung roti 25 g, Bawang putih 2 siung, Keju
50 g, Kecap 1 sendok makan, Minyak goreng secukupnya, Tepung roti 25 g, dan Telur 1
butir
3. Cara Pengolahan
Bersihkan ikan dari sirip, tulang dan bagian lain yang tidak diinginkan lalu cuci hingga
bersih,
Haluskan daging dengan gilingan daging atau penumbuk atau blender.
Campur daging hasil gilingan dengan seluruh bahan, lalu uleni hingga merata.
Masukkan adonan ke dalam dandang dan kukus selama 25 menit, lalu dinginkan
Potong-potong adonan sesuai dengan selera
Celupkan potongan adonan ke dalam telur, kemudian gulingkan ke tepung roti beberapa
kali.
Goreng potongan adonan sampai kering.
Nugget siap dikemas atau dimakan.
5
2.2.3. Pengolahan Kerupuk Kemplang Ikan Lele
Kerupuk adalah suatu makanan kecil yang bersifat kering, ringan dan porous
yang terbuat dari bahan-bahan yang mengandung pati cukup tinggi yang merupakan
makanan khas Indonesia dan banyak digemari oleh masyarakat luas. Biasanya kerupuk
dikonsumsi sebagai makanan selingan atau sebagai variasi dalam lauk-pauk. Kerupuk
adalah sejenis makanan kecil yang mengalami pengembangan volume membentuk
produk yang porous dan memiliki densitas rendah selama penggorengan sehingga
memiliki kerenyahan (Siaw. et al, 1985).
Kerupuk dapat berfungsi sebagai media simpan, media distribusi dan media saji pangan
dan sekaligus merupakan produk budaya pangan masyarakat Indonesia. Bila dipandang
sebagai media simpan potensinya sangatlah besar karena produk kerupuk adalah produk
yang memiliki daya awet yang tinggi. Kerupuk sebagai media simpan ikan, hal ini dapat
dilihat dari 30% hasil tangkapan ikan segar di Jawa adalah ikan dengan produk ikan asin,
surimi, dan kerupuk (Rohimah, 1997).
Dalam proses pembuatan kerupuk ikan memiliki tahapan-tahapan berupa persiapan
bahan baku, pencucian, penyiangan, pengambilan daging, pencucian II, pelumatan
daging, pencampuran dengan bahan dasar, pembentukan, pengukusan, pendinginan,
pengeringan, dan pengemasan (SNI 2713.1.2009). Proses produksi kerupuk lele tidaklah
sulit untuk dikerjakan. Membutuhkan waktu kurang lebih dua hari untuk menghasilkan
kerupuk mentah kering yang berkualitas. Lamanya waktu produksi juga ditentukan
dengan proses pengeringan apakah dengan menggunakan tenaga matahari yaitu dengan
dijemur atau dengan mesin pengering.
Salah satu keunggulan dari kerupuk ikan lele ini adalah mengandung kalsium yang lebih
tinggi dibanding kerupuk ikan lainnya karena semua bagian dari lele digunakan sebagai
bahan termasuk duri dan kepala. Kandungan kalsium yang tinggi ini sangat cocok
dikonsumsi ibu hamil, balita, hingga lansia karena kandungan kalsium di dalamnya bisa
mengurangi resiko terkena osteoporosis. Kerenyahan kerupuk dapat dipengaruhi oleh
volume pengembangan kerupuk, sedangkan volume pengembangan kerupuk dapat
dipengaruhi oleh kadar amilopektin dan kandungan protein yang terkandung pada bahan.
Kerupuk dengan kandungan amilopektin yang lebih tinggi akan memiliki pengembangan
yang lebih tinggi, karena pada saat proses pemanasan akan terjadi proses gelatinasi dan
akan terbentuk struktur yang elastis, kemudian dapat mengembang pada tahap
penggorengan sehingga kerupuk dengan volume pengembangan yang tinggi akan
memiliki tingkat kerenyahan yang tinggi (Zulfiani, 1992).
6
2.2.4 Pengolahan Bakso Ikan lele
a. Alat :
- Kompor - Timbangan - Baskom
- Sendok - Pisau - Talenan
b. Bahan :
- Daging Ikan lele - Tepung Tapioka - Garam
- Bawang Putih - Lada - Gula
c. Cara pengolahan :
1. Penyiangan
Penyiangan dilakukan segera mungkin yaitu dengan cara membuang kepala dan isi perut
sebelum daging dipisahkan. Penyiangan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter
sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada tahap berikutnya. Ikan harus disiangi
segera mungkin setelah ikan mati karena apabila darahnya mulai beku, maka daging
akan mengalami diskolorisasi (perubahan warna) sehingga akan mempengaruhi warna
produk akhir. Perubahan warna banyak disebabkan karena perubahan zat warna darah
dan zat warna lain. Hemoglobin dan myoglobin yang mula-mula berwarna cerah akan
berubah menjadi merah kecoklatan atau coklat karena terbentuknya methemoglobin.
2. Pencucian
Ikan dicuci dengan secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan menggunakan air
dingin bersih yang mengalir.
3. Pemfilletan dan Pengambilan daging
Ikan yang telah disiangi dan dicuci kemudian di fillet yaitu mengambil dan memisahkan
daging dari kulit dan tulang ikan. Pemfilletan ini dilakukan dengan cara ikan diletakkan
di atas talenam, kemudian disayat memanjang dengan pisau pada ekor hingga ke arah
kepala. Selama proses, bahan baku ditangani secara hati-hati, cepat, cermat dan saniter
dan tetap mempertahankan suhu ikan maksimal 5˚C. Daging ikan yang masih menempel
di tulang diambil (dikerok) menggunakan sendok. Proses ini dapat dilakukan
menggunakan mesin maupun secara manual. Daging fillet harus tetap dipertahankan
suhunya dengan selalu menambahkan es. Menurut Adawyah (2007), cara yang paling
mudah untuk mendinginkan ikan adalah dengan menggunakan es. Es mendinginkan
dengan cepat tanpa banyak mempengaruhi keadaan ikan, serta biayanya murah. Pada
prinsipnya, es harus dicampurkan dengan ikan sedemikian rupa sehingga permukaan
ikan bersinggungan dengan es, maka pendinginan ikan akan berlangsung lebih cepat
sehingga pembusukan dapat segera dihambat.
7
4. Penghancuran daging/Penggilingan
Daging ikan dihancurkan dengan menggunakan alat penghancur. Proses dilakukan
secara cepat, cermat dan saniter serta tetap mempertahankan suhu 0˚C- 5˚C.
Penggilingan daging ikan dilakukan dengan menggunakan mesin penggiling yang
umummya disebut alat penghancur (grinder) selama kurang lebih 5 menit hingga daging
ikan hancur dan halus. Penggilingan yang terlalu lama akan menyebabkan tekstur daging
ikan lembek sehingga produk yang dihasilkan tidak dapat dibentuk atau dicetak.
5. Pencucian daging (leaching)
Proses pencucian meliputi pencucian daging ikan yang dilumatkan dengan air es (air
dingin). Dan diberi garam ( ± 0,3 %). Perbandingan ikan dengan air dingin 1: 3 dan
perendaman dilakukan selama 15 menit sambil diaduk-aduk. Tujuan dari pencucian ini
adalah untuk memperbaiki warna daging. Hasil pencucian daging menjadi membentuk
gel (kenyal), proses pencucian ini akan dapat memperbaiki gel dan juga memperbaiki
warna daging. Pencucian akan menghilangkan kandungan protein sakroplasma yang
dapat larut dalam air yang tidak bisa membentuk gel, enzim protease, darah atau warna
yang dapat merusak penangkapan lemak komponen utama yang menyebabkan oksidasi
lemak dan denaturasi protein (Hall dan Ahmad, 1992). Leaching adalah suatu proses
yang terjadi pada saat pencucian daging lumat yaitu proses terekstraknya actin dan
myosin yang teksturnya seperti jala, masa ini di sebut sol yang sifatnya lengket.
Pencucian dengan air sangat diperlukan dalam pembuatan surimi, karena
dapat menunjang kemampuan untuk pembentukan gel, dan menghambat denaturasi
protein akibat pembekuan. Selama pencucian daging ikan dibersihkan dari darah, lemak,
lendir dan protein yang larut dalam air, dengan cara ini warna dan bau daging menjadi
lebih baik disamping kandungannya aktomiosinnya meningkat yang dibuat dengan
proses pencucian sehingga secara nyata dapat memperbaiki sifat elastisitas produk
(Fardiaz, 1985).
Pencucian dengan air es merupakan tahap yang paling penting dalam pembuatan surimi,
karena dalam proses pencucian ini komponen nitrogen terlarut, darah dan juga lemak
yang ada pada daging lumat akan terbuang, sedangkan protein myofibliar menjadi pekat,
sehingga kemampuan membentuk gel meningkat. Air yang digunakan untuk pencucian
haruslah air dingin. Pencucian dengan air kran dapat merusak tekstur dan mempercepat
degradasi lemak, sedangkan pencucian dengan air laut dapat meningkatkan kehilangan
protein. Pencucian berulang dilakukan dengan penambahan hancuran es pada saat
pencucian agar suhu tetap stabil sekitar 10 oC (Suzuki, 1981).
8
Gel berbentuk rekat hasil pencucian mengubah daging bewarna putih, tidak berbau, tidak
berlemak dan kenyal, adanya asam amino actin dan myosin yang banyak terkandung
dalam protein daging ikan. Apabila protein daging ikan yang sedang dilumatkan
ditambah dengan garam (NaCl), maka actin dan myosin ini akan
terekstrak dalam bentuk actomyosin yang teksturnya seperti jala. Masa ini disebut sol,
yang sifatnya lengket dan adesing, apabila masa sol ini dipanaskan maka akan terbentuk
gel, yang memberikan elastisitas (Dacker, 1980).
6. Pencampuran/Pengadonan
Hancuran daging dimasukkan kedalam alat pencampur, ditambahkan garam dan
dicampur hingga didapatkan adonan yang lengket. Selanjutnya dilakukan penambahan
bumbu lainnya, dicampur sampai homogen. Adapun bumbu yang dicampurkan ke dalam
daging ikan sebagai berikut : garam, tepung tapioka, air es, minyak sayur, gula, bawang
putih. Proses ini harus dilakukan dengan cepat dan bersih dan suhu adonan
dipertahankan sampai 5˚C. Cara pencampuran adonan dapat dilihat pada Gambar 8.
7. Pembentukan
Adonan dicetak secara manual atau dapat dicetak dengan menggunakan mesin pencetak
bakso dengan ukuran yang sudah ditentukan.
8. Perebusan atau pemasakan
Bakso ikan direbus menggunakan panci stainless steel pada suhu 100˚C selama 10 menit
(sampai bakso mengambang di permukaan air perebusan). Bakso yang direbus dapat
dikonsumsi langsung atau dilakukan pengolahan lebih lanjutan sesuai dengan selera.
9. Penirisan
Setelah perebusan, bakso ikan diletakkan di meja untuk penirisan. Penirisan juga
sekaligus untuk menurunkan suhu bakso yang biasanya dilakukan dengan alat bantu
kipas angin. Proses ini dilakukan hingga bakso menjadi agak kering dan tidak
menyebabkan penguapan setelah dikemas. Penirisan dilakukan selama 10 – 15menit.
10. Pengemasan
Bakso dikemas dengan menggunakan plastik HDPE (High Density Poly Etilen) dengan
kapasitas sesuai keinginan, kemudian direkatkan dengan electric heatseller. Dipilihnya
plastik HDPE karena mempunyai ketebalan yang dapat melindungi produk yang telah
dikemas agar tidak rusak selama masih di dalam kemasan.Bakso disimpan di dalam
freezer dengan suhu -25oC. Penyimpanan produk bakso sebaiknya dilakukan terpisah
dari bahan baku (ikan beku).
9
2.2.5 Pengolahan Abon Ikan lele
a. Alat :
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan abon ikan lele terdiri dari
Kompor,mTimbangan, baskom, sendok, pisau dan talenan.
b. Bahan
Adapun bahan yang diperlukan dalam membuat abon ikan lele adalah : Lele 10 kg, Gula
Merah 3 kg, Gula Pasir 1 kg, Lengkuas 250 gram, Sereh 10 batang, Daun Salam 10
lembar, Ketumbar 50 gram, Bawang Putih 250 gram, Bawang Merah 250 gram, Jahe
100 gram, Asam Jawa 100 gram, direbus dengan 200 ccm air, saring, ambil airnya;
Garam secukupnya dan Minyak goreng
c. Cara Pembuatan
Potong bagian ikan, pisahkan kulit dan daging dengan bantuan pisau.
Kukus daging hingga matang dan dinginkan setelah itu daging disuwir-suwir dengan
garpu hingga halus.
Siapkan bumbu-bumbu, haluskan ketumbar, bawang putih, bawang merah, jahe,
lengkuas.Tumis bumbu halus tersebut dengan minyak goreng hingga harum, tambahkan
sereh dan daun salam, kemudian tambahkan air asam jawa, garam, gula pasir dan gula
merah.
Masukkan daging lele yang sudah dihaluskan, masak dan aduk hingga bumbu meresap
Panaskan minyak goreng dalam wajan, goreng daging lele sedikit demi sedikit hingga
kecoklatan, angkat dan tiriskan.
Masukkan dalam alat pengepres minyak, Abon lele siap disajikan dan bias disimpan
dalam toples
2.3 Dampak Positif Dari Inovasi
Adapun dampak positif dari inovasinya merupakan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat Indonesia dengan meningkatnya permintaan akan ikan lele
dan banyaknya tingkat konsumsi,dikarnakan ikan lele memiliki nilai gizi yang tinggi dan
masyarakat tidak lagi melihat bentuk asli lele tersebut,namun masyarakat yang memiliki
sugesti yang berbeda dengan ikan lele mereka dapat mengkonsumsinya. dengan
demikian produk-produk inovasinya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat
bahkan Indonesia sendiri.terutama dapat meningkatkan nilai jual ikan lele itu
sendiri,sehingga lele memiliki nilai jual yang stabil,dan lele tidak lagi dianggap ikan
sebagai ikan yang memiliki nilai jual yang rendah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yaitu ikan lele tidak hanya bisa menjadi olahan seperti pecel
lele,lele goreng,dan lele sambal. namun ikan lele juga bisa di inovasikan lagi menjadi
produk olahan yang berkelas seperti: Lele Asap, Nugget Lele, Kerupuk Lele, Bakso Ikan
Lele, kaki Naga Ikan Lele, Abon Lele,dan masih banyak lagi produk-produk olahan
yang dapat meningkatkan nilai jual lele itu sendiri. dengan demikian meningkatnya
tingkat konsomsi akan lele tentu dapat meningkatkan perekonomian Indonesia terutama
masyarakat.
3.2 SARAN
Diharapkan kepada generasi-generasi muda agar kedepan dapat terus melakukan
inovasi terhadap produk-produk yang kurang digemari. supaya produk-produk yang
memiliki daya tarik sedikit dapat menjadi produk yang berkelas kedepanya sehingga
dapat memiliki nilai jual yang tinggi. dan terutama untuk pemerintah agar dapat terus
mendukung anak bangsa terhadap inovasi-inovasi terbarunya karna dengan inovasi yang
dilakukan dapat membantu untuk meningkatkan perekonomian Indonesia.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Aji. 2015. Kelembagaan yang terlibat dalam pemasaran komoditi hasil.
Makalah Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan Online. http://www.Makalah-
Kelembagaan Pemasaran-Komoditi-Perikanan.html. (Diakses 09 Mei 2017, 17.32)
http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.apwi-
pwu.com/1/index.php/blog/2015/02/teknologi-pengolahan-ikan-
lele&ei=RvDvi6ic&lc=id-
ID&s=1&m=534&host=www.google.co.id&ts=1494372394&sig=AJsQQ1Dv9-
Fjft7jz5boQdWnwyNxr3nA-Q
12