MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

38
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DISUSUN OLEH : Catur Prasetya (121011008) Herumay Prastama (121011010) Abdullah Dedi Rimawan (121011011) Asep Triwibowo (121011026) Selvina Wahyu Kristanti (121011028) JURUSAN TEKNIK KIMIA

description

tugas

Transcript of MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Page 1: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN

REPUBLIK INDONESIA

DISUSUN OLEH :

Catur Prasetya (121011008)

Herumay Prastama (121011010)

Abdullah Dedi Rimawan (121011011)

Asep Triwibowo (121011026)

Selvina Wahyu Kristanti (121011028)

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRY

INSTITUTE SAINS DAN TEKNOLOGO AKPRIND

YOGYAKARTA

Page 2: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerokhanian yang

dalam ilmu kenegaraan popular disebut sebagai dasar filsafat negara

(Philosofische Gronslag). Dalam kedudukan ini Pancasila merupakan sumber

nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk

sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya

seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa

berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu

Undang-Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak tertulis atau convensi.

Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum,

oleh karena itu segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara

diatur dalam suatu system peraturan perundang-undangan. Pengertian Pancasila

dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia adalah pembagian kekuasaan,

lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga negara, keadilan social

dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara. Pembukaan UUD

1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan

yang sangat penting karena merupakan staasfundamentalnorm dan berada pada

hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau

disingkat UUD 1945 atau UUD '45, adalah konstitusi negara Republik Indonesia

saat ini.

UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada

tanggal 18 Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1945, di Indonesia berlaku

Konstitusi RIS, dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS

Page 3: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

1950. Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan

dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22 Juli 1959.

Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali

perubahan (amandemen), yang merubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia.

Dalam pembahasan, akan dibahas lebih lanjut mengenai Undang - Undang

Dasar 1945, lembaga-lembaga Negara dan hubungannya. Dengan mempelajari

proses di atas maka kita sebagai mahasiswa akan lebih memahami kedudukan

Pancasila sebagai dasar negara yang realisasinya sebagai sumber dari segala

sumber hukum negara Indonesia. Mahasiswa juga diharapkan untuk memiliki

kemampuan untuk memahami isi pembukaan UUD 1945, pembukaan sebagai “

staasfundamentalnorm “ , memahami hubungan UUD 1945 dengan Pancasila dan

pasal – pasal UUD 1945 serta mahasiswa memiliki pengetahuan tentang

reformasi hukum tata negara maka mahasiswa diharapkan mempelajari latar

belakang amandemen serta proses amandemen.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur ketatanegaraan Republik Indonesia?

2. Bagaimana sistem ketatanegaraan menurut Pancasila?

3. Bagaimana makna isi pembukaan UUD 1945 dan kedudukan pembukaan UUD

1945?

C. Tujuan

1. Mengetahui struktur ketatanegaraan Republik Indonesia.

2. Mengetahui peran Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik

Indonesia.

3. Mengetahui makna isi pembukaan UUD 1945 dan kedudukan pembukaan

UUD 1945.

Page 4: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Undang-Undang Dasar 1945

Yang dimaksud dengan undang-undang dasar dalam UUD 1945 adalah

hukum dasar tertulis yang bersifat mengikat bagi pemerintah, lembaga negara,

lembaga masyarakat, dan warga negara Indonesia di mana pun mereka berada, serta

setiap penduduk yang ada di wilayah Republik Indonesia. Sebagai hukum, UUD

1945 berisi norma, aturan, atau ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati.

Undang-undang dasar merupakan hukum dasar yang menjadi sumber

hukum. Setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan, atau keputusan

pemerintah. bahkan setiap kebijaksanaan pemerintah harus berlandaskan dan

bersumber pada peraturan yang lebih tinggi dan tidak bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan UUD 1945.

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memasuki abad

21, hukum di Indonesia mengalami perubahan yang mendasar, hal ini adanya

perubahan terhadap Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan (amandemen)

dimaksud sampai empat kali, yang dimulai pada tanggal 19 Oktober 1999

mengamandemen 2 pasal, amandemen kedua pada tanggal 10 November 2001

sejumlah 10 pasal, dan amandemen keempat pada tanggal 10 Agustus 2002

sejumlah 10 pasal serta 3 pasal Aturan Peralihan dan Aturan Tambahan 2 pasal,

apabila dilihat dari jumlah pasal pada Undang-Undang Dasar 1945 adalah

berjumlah 37 pasal, akan tetapi setelah diamandemen jumlah pasalnya melebihi 37

pasal, yaitu menjadi 39 pasal. Hal ini terjadi karena ada pasal-pasal yang

diamandemen ulang seperti pasal 6A ayat 4 dan pasal 23 C.

1. Struktur Pemerintahan Indonesia Berdasarkan UUD 1945

Demokrasi Indonesia merupakan sistem pemerintahan dari rakyat, dalam

arti rakyat  sebagai asal mula kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut

serta dalam  pemerintahan untuk mewujudkan suatu cita –citanya.

Page 5: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Demokrasi di Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945

mengakui adanya kebebasan dan persamaan hak juga mengakui perbedaan

serta keanekaragaman mengingat Indonesia adalah “Bhineka Tunggal Ika”.

Secara filosofi bahwa Demokrasi Indonesia mendasar pada rakyat.

Secara umun sistem pemerintahan yang demokratis mengandung unsur-

unsur penting yaitu:

a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.

b. Tingkat persamaan tertentu diantara warga negara

c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai

oleh warga negara.

d. Suatu sistem perwakilan

e. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

Dengan unsur-unsur di atas maka demokrasi mengandung ciri yang

merupakan petokan bahwa warga negara dalam hal tertentu pembuatan

keputusan-keputusan polotik, baik secara langsung maupun tidak langsung

adanya keterlibtan atau partisipasi.

Oleh karena itu di dalam kehidupan kenegaraaan yang menganut sistem

demokrasi, selalu menemukan adanya supra struktur dan infra struktur politik

sebagai pendukung tegaknya demokrasi. Dengan menggunakan konsep

Montesquiue maka supra struktur politik meliputi lembaga legislatif, lembaga

eksekutif, dan lembaga yudikatif. Di Indonesia di bawah sistem UUD 1945

lembaga-lembaga negara atau alat-alat perlengkapan negara adalah:

a. Majelis Permusyawaratan Rakyat

b. Dewan Perwakilan Rakyat

c. Presiden

d. Mahkamah Agung

Page 6: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

e. Badan Pemeriksa Keuangan

Alat perlengkapan di atas juga dinyatakan sebagai supra struktur politik.

Adapun infra struktur politik suatu negara terdiri lima komponen sebagai

berikut:

a. Partai Politik

b. Golongan Kepentingan (Interest Group)

c. Golongan Penekan (Preassure Group)

d. Alat Komunikasi Politik (Mass Media)

e. Tokoh-tokoh Politik

2. Pembagian Kekuasaan

Bahwa kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat, dan dilakukan

menurut Undang-Undang Dasar sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Dasar 1945 adalah sebagai berikut:

a. Kekuasaan Eksekutif didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat 1 UUD

1945)

b. Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD

(pasal 5 ayat 1, pasal 19 dan pasal 22C UUD 1945)

c. Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada Mahkamah Agung (pasal 24

ayat 1 UUD 1945)

d. Kekuasaan Inspektif atau pengawasan didelegasikan kepada Badan

Pengawas Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (pasal

20A ayat 1)

e. Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsulatatif,

sebelum UUD diamandemen kekuasaan tersebut dipegang oleh Dewan

Pertimbangan Agung (DPA)

3. Sistem Pemerintahan Negara Menurut UUD 1945 Hasil Amandemen

Page 7: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Sebelum adanya amandemen terhadap UUD 1945, dikenal dengan

Tujuh Kunci Pokok Sistem Pemerintahan Negara, namun tujuh kunci pokok

tersebut mengalami suatu perubahan. Oleh karena itu, sebagai studi

komparatif sistem pemerintahan negara menurut UUD 1945 mengalami

perubahan.

a. Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum (Rechstaat)

Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan

atas kekuasaan belaka (Machstaat), mengandung arti bahwa negara,

termasuk di dalamnya pemerintahan dan lembaga-lembaga negara lainnya

dalam melaksanakan tindakan apapun.

b. Sistem Konstitusi

Pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak

bersifat absolut (kekuasaan yang tidak terbatas).

Sistem ini memberikan penegasan bahwa cara pengendalian pemerintahan

dibatsai oleh ketentuan-ketentuan konstitusi dan juga oleh ketentuan-

ketentuan hukum lain merupakan produk konstitusional.

c. Presiden ialah penyelenggara pemerintahan negara yang tertinggi

disamping MPR dan DPR

Berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen 2002, Presiden penyelenggara

pemerintahan tertinggi di samping MPR dan DPR, karena Preside dipilih

langsung oleh rakyat. UUD 1945 pasal 6A ayat 1, jadi menurut UUD 1945

ini Presiden tidak lagi merupakan madataris MPR, melainkan dipilih oleh

rakyat.

Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR.

d. Menteri Negara ialah pembantu Presiden, Menteri tidak bertanggung

jawab kepada DPR. Presiden dalam melaksanakan tugas dibantu oleh

menteri-menteri negara, pasal 17 ayat 1 (hasil amandemen)

e. Kekuasaan Kepala Negara tak terbatas, meskipun Kepala Negara tidak

bertanggungjawab kepada DPR, ia bukan “diktaor” artinya kekuasaan

Page 8: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

tidak terbatas. Di sini Presiden sudah tidak lagi merupakan mandataris

MPR, namun demikian ia tidak membubarkan DPR atau MPR.

f. Negara Indonesia adalah negara hukum, negara hukum berdasarkan

Pancasila bukan berdasarkan kekuasaan.

Ciri-ciri suatu negara hukum adalah:

1) Pengakuan adan perlindungan hak-gak asasi yang mengandung

persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, dan

kebudayaan.

2) Perlindungan yang bebas dari suatu pengaruh kekuasaan atau

kekyuatan lain dan tidak memihak

3) Jaminan kepastian hukum

g. Kekuasaan Pemerintah Negara

Pasal 4 ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa Presiden Republik

Indeonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 19445,

Presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden pasal 4 ayat 2) dalam

melaksanakan tugasnya.

Menurut sistem pemerintahan negaa berdasarkan UUD 1945 hasil

aandemen 2002, bahwa Presiden dipilih langsung oleh rakyat secara

legitimasi. Presiden kedududukannya kuat, di sini kekuasaan Presiden

tidak lagi berada di bawah MPR selaku mandataris. Akan tetapi jika

Presiden dalam melaksanakan tugasnya menyimpang dari konstitsi, maka

MPR melakukan Impeachment, pasal 3 ayat 3 UUD 1945 dan dipertegas

oleh pasal 7A. Proses Impeachment agar bersifat adil dan obyektif harus

diselesaikan melalui Mahkamah Konstitusi(pasal 7B ayat 4 dan 5), dan

jika Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa Presiden dan Wakil

Presiden melanggar hukum, maka MPR harus segera bersidang dan

keputusan didukung ¾ dari anggota dan 2/3 dari jumlah anggota yang

hadir (pasal 7B ayat 7)

h. Pemerintah Baerah, diatur oleh pasal 18 UUD 1945

Page 9: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Pasal 18 ayat 1 menjelaskan bahwa Negara Republik Indonesia atas

daerah-daerah propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan

daerah yang diatur dengan Undang-Undang. Pasal  18 ayat 2 mengatur

otonomi pemerintahan daerah, ayat tersebut menyatakan bahwa

pemerintshsn daerah propinsi, kabupaten, dan kota mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan, atau pengertian otonomi sama artinya mengatur rumah

tangga sendiri.

i. Pemilihan Umum

Hasil amandemen UUD 1945 tahun 2002 secara eksplisit mengatur

tentang Pemilihan Umum dilakukan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil setiap 5 tahun sekali (pasal 22E ayat 1). Untuk

memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden (pasal 22E ayat

2)

j. Wilayah Negara

Pasal 25A UUD 1945 hasil amandemen 2002 memuat ketentuan bahwa,

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

yang bercirir nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya

ditetapkan dengan Undang-Undang.

k. Hak Asasi Manusia menurut UUD 1945

Hak asasi manusia tidaklah mendadak sebagaimana kita lihat dalam

“Universal Declaration of Human Right” pada tanggal 10 Desember 1948

yang ditanda-tangani oleh PBB. Hak asasi manusia sebenarnya tidak dapat

dipisahkan dengan filosofis manusia yang melatarbelakanginya.

Bangsa Indonesia di dalam hak asasi manusia lebih dahulu sudah memiliki

aturan hukumnya seperti dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 1

dinyatakan bahwa : “kemerdekaan adalah hak segala bangsa.” Sebagai

contoh di dalam UUD 1945 pasal 28A menyatakan : “Setiap orang berhak

untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”

Page 10: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Pasal 28A sampai dengan pasal 28J mengatur tentang hak asasi manusia di

dalam UUD 1945.

B.     Sistem Ketatanegaraan RI Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Sistem Konstitusi (hukum dasar) republik Indonesia, selain tersusun dalam

hukum dasar yang tertulis yaitu UUD 1945, juga mengakui hukum dasar yang tidak

tertulis. Perlu diperhatikan bahwa kaidah-kaidah hukum ketatanegaraa terdapat juga

pada berbagai peaturan ketatanegaraan lainnya seperti dalam TAP MPR, UU, Perpu,

dan sebagainya.

Hukum dasar tidak tertulis yang dimaksud dalam UUD 1945 adalah konvensi

atau kebiasaan ketatanegaraan dan bukan hukum adat (juga tidak tertulis), terpelihara

dalam praktek penyelenggaraan negara.

Meminjam rumusan (dalam teori) mengenai konvensi dari AV. Dicey : adalah

ketentuan yang mengenai bagaimana seharusnya mahkota atau menteri melaksanakan

“discretionary powers”

Directionary Powers adalah kekuasaan untuk bertindak atau tidak bertindak

yang semata-mat didasarkan kebijaksanaan atau pertimbangan dari pemegang

kekuasaan itu sendiri.

Hal di atas yang mula-mula mengemukakan adalah Dicey di kalangan sarjana

di Inggris, pendapat tersebut dapat diterima, lebih lanjut beliau memerinci konvensi

ketatanegaraan merupakan hal-hal sebagai berikut:

1. Konvensi adalah bagian dari kaidah ketatanegaraan (konstitusi) yang tumbuh,

diikuti dan ditaai dalam praktek penyelenggaraan negara.

2. Konvensi sebagai bagian dari konstitusi tidak dapat dipaksakan oleh (melalui)

pengadilan.

3. Konvensi ditaati semata-mata didorong oleh tuntutan etika, akhlak atau politik

dalam penyelenggaraan negara.

4. Konvensi adalah ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana seharusnya

discretionary powers dilaksanakan.

Page 11: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Menyinggung ketatanegaraan adalah tak terlepas dari organisasi negara, di

sini meuncul pertanyaan yaitu : “apakah negara itu?” Untuk menjawab pertanyaan

tersebut kita pinjam “Teori Kekelompokan” yang dikemukakan oleh Prof. Mr. R.

Kranenburg adalah sebagai berikut:

“Negara itu pada hakikatnya adalah suatu organissasi kekuasaan yang diciptakan oleh

sekelompok manusia yang disebut bangsa dengan tujuan untuk menyelenggarakan

kepentingan mereka bersama”.

Tentang negara muncul adanya bentuk negara dan sistem pemerintahan,

keberadaan bentuk negara menurut pengertian ilmu negara dibagi menjadi dua yaitu:

Monarki dan Republik, jika seorang kepala negara diangkat berdasarkan hak waris

atau keturunan maka bentuk negara disebut Monarki dan kepala negaranya disebut

Raja atau Ratu. Jika kepala negara dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan,

bentuk negaranya disebut Republik dan kepala negaranya adalah Presiden.

Bentuk negara menurut UUD 1945 baik dalam Pembukaan dan Batang Tubuh

dapat diketahui pada  pasal 1 ayat 1, tidak menunjukkan adanya persamaan

pengertian dalam menggunakan istilah bentuk negara (alinea ke-4), “...... maka

disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu Undang-Undang Dasar

Negara Indonesia yang berkedaulan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang

Maha Esa,...... dan seterusnya. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang

berbentuk republik.”

Dalam sistem ketatanegaraan dapat diketahui melalui kebiasaan

ketatanegaraan (convention), hal ini mengacu pengertian Konstitusi,

Konstitusimengandung dua hal yaitu : Konstitusi tertulis dan Konstitusi tidak tertulis,

menyangkut konstitusi sekelumit disampaikan tentang sumber hukum melelui ilmu

hukum yang membedakan dalam arti material adalah sumber hukum yang

menentukan isi dan substansi hukum dalam arti formal adalah hukum yang dikenal

dari bentuknya, karena bentuknya itu menyebabkan hukum berlaku umum, contoh

Page 12: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

dari hukum formal adalah Undang-Undang dalam arti luas, hukum adat, hukum

kebiasaan, dan lain-lain.

Konvensi atau hukum kebiasaan ketatanegaraan adalah hukum yang tumbuh

dalam praktek penyelenggaraan negara, untuk melengkapi, menyempurnakan,

menghidupkan mendinamisasi kaidah-kaidah hukum perundang-undangan. Konvensi

di Negara Republik Indonesia diakui merupakan salah satu sumber hukum tata

negara.

Pengertian Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 2 kelompok yaitu:

Pembukaan, Batng Tubuh yang memuat pasal-pasal, dan terdiri 16 bab, 37 pasal, 3

pasal aturan peralihan dan aturan tambahan 2 pasal. Mengenai kedudukan Undang-

Undang Dasar 1945 sebagai sumber hukum tertinggi, Pancasila merupakan segala

sumber hukum. Dilihat dari tata urutan peraturan perundang-undangan menurut TAP

MPR No. III/MPR/2000, tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan

Perundang-undangan.

TAP MPR NO XX/MPRS/1966 TAP MPR NO III/MPR/2000

Tata urutannya sebagai berikut:

1.      UUD 1945

2.      TAP MPR

3.      Undang-Undang / Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang

4.      Peraturan Pemerintah

5.      Keputusan Presiden

6.      Peraturan Pelaksanaan lainnya

seperti:

         Peraturan Menteri

         Instruksi Menteri

Tata urutannya sebagai berikut:

1.      UUD 1945

2.      TAP MPR RI

3.      Undang-Undang

4.      Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang (Perpu)

5.      Peraturan Pemerintah

6.      Keputusan Presiden

7.      Peraturan Daerah

Page 13: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Sifat Undang-Undang Dasar 1945, singakt namun supel, namun harus ingat

kepada dinamika kehidupan masyarakat dan Negara Indonesia, untuk itu perlu

diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Pasalnya hanya 37 buah, hanya mengatur pokok-pokoknya saja, berisi instruksi

kepada penyelenggaraan negara dan pimpinan pemerintah untuk:

1) Menyelenggarakan pemerintahan negara dan

2) Mewujudkan kesejahteraan sosial

b. Aturan pelaksanaan diserahkan kepada tataran hukum yang lebih rendah yakni

Undang-Undang, yang lebih cara membuat, mengubah, dan mencabutnya.

c. Yang penting adalah semangat para penyelenggara negara dan pemerintah

dalam praktek pelaksanaan

d. Kenyataan bahwa UUD 1945 bersifat singkat namun supel seperti yang

dinyatakan dalam UUD 1945, secara kontekstual, aktual dan konsisten dapat

dipergunakan untuk menjelaskan ungkapan “Pancasila merupakan ideologi

terbuka” serta membuatnya operasional.

e. Dapat kini ungkapan “Pancasila merupakan ideologi terbuka” dioperasikan

setelah ideologi Pancasila dirinci dalam tataran nilai. Pasal-pasal yang

mengandung nilai-nilai Pancasila (nilai dasar) yakni aturan pokok di dalam

UUD 1945 yang ada kaitannya dengan pokok-pokok pokiran atau ciri khas yang

terdapat pada UUD 1945. Nilai instrumen Pancasila, yaitu aturan yang

menyelenggarakan aturan pokok itu (TAP MPR, UU, PP, dsb).

Fungsi dari Undang-Undang Dasar merupakan suatu alat untuk menguji

peraturan perundang-undangan di bawahnya apakah bertentangan dengan UUD di

samping juga merupakan sebagai fungsi pengawasan.

Makna Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi

perjuangan dan tekad bangsa Indonesia yang merupakan sumber dari cita hukum dan

cita moral yang ingin ditegakkan baik dalam lingkungan nasional maupun dalam

hubungan pergaulan bangsa-bangsa di dunia. Pembukaan yang telah dirumuskan

secara padat dan hikmat dalam alinea 4 itu, setiap alinea mengandung arti dan makna

Page 14: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

yang sangat mendalam, mempunyai nilai-nilai yang dijunjung bangsa-bangsa

beradab, kemudian di dalam pembukaan tersebut dirumuskan menjadi alinea 4.

Alinea pertama berbunyi “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak

segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan

karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

1. Adanya keteguhan dan kuatnya pendirian bangsa Indonesia membela

kemerdekaan melawan penjajah.

2. Tekad bangsa Indonesia untuk merdeka dan tekad untuk tetap berdiri dibarisan

yang paling depan untuk menentang dan menghapus penjajahan diatas dunia.

3. Pengungkapan suatu dalil obyektif, yaitu bahwa penjajahan tidak sesuai dengan

perkemanusiaan dan perikeadilan; penjajah harus ditentang dan dihapuskan.

4. Menegaskan kepada bangsa / pemerintah Indonesia untuk senantiasa berjuang

melawan setiap bentuk penjajahan dan mendukung kemerdekaan setiap bangsa.

Alinea kedua berbunyi : “Dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah

sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa menghantarkan

rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang

merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”, makna yang terkandung di sini

adalah:

1. Bahwa kemerdekaan yang merupakan hak segala bangsa itu bagi bangsa

Indonesia, dicapai dengan perjuangan pergerakkan bangsa Indonesia.

2. Bahwa perjuangan pergerakan tersebut telah sampai pada tingkat yang

menentukan, sehingga momentum tersebut harus dimanfaatkan untuk menyatakan

kemerdekaan.

3. Bahwa kemerdekaan bukan merupakan tujuan akhir tetapi masih harus diisi

dengan mewujudkan Negara Indonesia yang bebas, bersatu, berdaulat, adil dan

makmur, yang tidak lain adalah merupakan cita –cita bangsa Indonesia ( cita –cita

nasional ).

Page 15: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Alinea ke tiga berbunyi : “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan

dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas

maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya “. Maknanya adalah:

1.   Motivasispiritual yang luhur bahwa kemerdekaan kita adalah berkat ridho Tuhan.

2.   Keinginan yang didambakan oleh segenap bangsa Indonesia terhadap suatu

kehidupan di dunia dan akhirat.

3.   Penguuhan dari proklamasi kemerdekaan

Alinea ke-empat berbunyi : “Kemudian daripada itu untuk membentuk

pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berdasarkan kemerdekaan, perdamian abadi, keadilan sosial, maka disusunlah

kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang–Undang Dasar Negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat berdasar kepada: Ketuhanan Yang

Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan

yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “.

Alinea ke empat ini sekaligus mengandung :

1.      Fungsi sekaligus tujuan Negara Indonesia yaitu:

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

b. Memajukan kesejahteraan umum

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan

d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial

2.      Susunan / bentuk Negara adalah Republik

3.      Sistem pemerintahan Negara adalah Kedaulatan Rakyat

4.      Dasar Negara adalah Pancasila, sebagaimana seperti dalam sila–sila yang

terkandung di dalamnya.

Page 16: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Dari uraian diatas maka, sementara dapat disimpulkan bahwa sungguh tepat

apa yang telah dirumuskan di dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu: Pancasila

merupakan landasan ideal bagi terbentuknya masyarakat adil dan makmur material

dan spiritual di dalam Negara Republik Indonesia yang bersatu dan demokratif.

Sebelmu menjelaskan mengenai sistem ketatanegaraan Republik Indonesia

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 disampaikan terlebih dahulu mengenai struktur

ketatanegaraan pada umumnya. Istilah struktur ketatanegaraan di sini adalah

terjemahan dari istilah Inggris “The Structure of Government”. Pada umunya struktur

ketatanegaraan suatu negara meliputi dua suasana, yaitu: supra struktur politik dan

infra struktur politik. Yang dimaksud supra struktur politik dan infra struktur di sini

adalah segala sesuatu yang bersangkutan dengan apa yang disebut alat-alat

perlengkapan negara termasuk segala hal yang berhubungan dengannya. Hal-hal yang

termasuk dalam supra struktur politik ini adalah : mengenai kedudukannya,

kekuasaan dan wewenagnya, tugasnya, pembentukannya, serta hubungan antara alat-

alat perlengkapan itu satu sama lain. Adapun infra struktur politik meliputi lima

macam komponen, yaitu : komponen Partai Politik, komponen golongan kepentingan,

komponen alat komunikasi politik, komponen golongan penekan, komponen tokoh

politik.

Praktek ketatanegaraan Negara Republik Indonesia sebelum amandemen

UUD 1945 dapat diuraikan mengenai pendapat-pendapat secara umum yang

berpengaruh berpendapat, UUD 1945 dan Pancasila harus dilestarikan. Upaya

pelestarian ditempuh dengan cara antara lain tidak  memperkenankan UUD 1945

diubah. Secara hukum upaya tersebut diatur sebagai berikut:

MPR menyatakan secara resmi tidak akan mengubah UUD 1945 seperti

tercantum dalam TAP MPR No. I/MPR/1983, pasal 104 berbunyi sebagai berikut

“Majelis berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945 tidak berkehendak dan

tidak akan melakukan perubahan serta akan melaksanakan secara murni dan

konsekuen.”

Page 17: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Diperkenalkannya “referendum” dalam sistem ketatanegaraan RI. Kehendak

MPR untuk mengubah UUD 1945 harus terlebih dahulu disetujui dalam sebuah

referendum sebelum kehendak itu menjelma menjadi perubahan UUD. Referendum

secara formal mengatur tentang tata cara perubahan UUD 1945 secara nyata.

Lembaga ini justru bertujuan untuk mempersempit kemungkinan mengubah UUD

1945, hal ini dapat diketahui pada bunyi konsideran TAP MPR No. IV/MPR/1983

yang berbunyi “Bahwa dalam rangka makinmenumbuhkan kehidupan demokrasi

Pancasila dan keinginan untuk meninjau ketentuan pengangkatan 1/3 jumlah anggota

MPR perlu ditemukan jalan konstitusional agar pasal 37 UUD 1945 tidak mudah

digunakan untuk merubah UUD 1945.”

Kata “melestarikan” dan “mempertahankan” UUD 1945 secara formal adalah

dengan tidak mengubah kaidah-kaidah yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945

diakui bahwa UUD 1945 seperti yang terdapat di dalam penjelasan adalah sebagai

berikut:

“Memang sifat auran itu mengikat, oleh karena itu makin “supel” (elastic) sifatnya

aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjaga supaya siatem UUD jangan sampai

ketinggalan jaman.”

Dari uraian di atas dapat diketahui adanya dua prinsip yang berbeda yaitu :

yang pertama, berkeinginan mempertahankan, sedangkan prinsip yang kedua,

menyatakan UUD jangan sampai ketinggalan jaman, yang artinya adanya

“perubahan”, mengikuti perkembangan jaman. Dalam hal ini perlu dicari jalan keluar

untuk memperjelas atas kepastian hukum dalam ketatanegaraan. Jalan keluar salah

satu diantaranya bentuk ketentuan yang mengatur cara melaksanakan UUD 1945

adalah konvensi. Konvensi merupakan keadaan sesungguhnya untuk melaksanakan

UUD 1945. Untuk melestarikan atau mempertahankan UUD 1945 yaitu agar UUD

1945 dapat dilihat sebagai aspek statis dari upaya mempertahankan atau melestarikan

UUD 1945.

Page 18: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Selain alasan-alasan di atas, kehadiran konvensi dalm sistem ketatanegaraan

RI, didorong pula oleh:

1. Konvensi merupakan sub sistem konstitusi yang selalu ada di setiap negara.

2. Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat. Konvensi

merupakan salah satu sarana untuk menjamin pelaksanaan kedaulatan rakyat.

Di dalam memperjelas mengenai ketatanegaraan di Indonesia, pada UUD

1945 sebelum amandemen dapat dilihat pada bagan lampiran tersendiri, dan setelah

UUD 1945 dilakukan amandemen yang pertama disahkan pada tanggal 19 Oktober

1999, kedua pada tanggal 18 Agustus 2000, ketiga pada tanggal 9 November 2001

dan keempat pada tanggal 10 Agustus 2002, dari amandemen UUD 1945 tampak

terlihat adanya perubahan struktur ketatanegaraan RI yang selanjutnya di dalam

struktur setelah amandemen adanya lembaga baru yaitu Mahkamah Konstitusi dalam

hal ini diatur ke dalam UUD 1945 yang diamandemen pasal 7B ayat 1-5 yang intinya

adalah menyangkut jabatan Presiden dan Wakil Presiden. Apabila Presiden dan Wakil

Presiden melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,

seperti melakukan korupsi, penyuapan, dan lainlain harus diajukan terlebih dahulu ke

Mahkamah Konstitusi untuk diperiksa, diadili dan diputuskan seadil-adilnya. Dalam

hal ini, DPR mengajukan masalahnya ke Mahkamah Konstitusi selanjutnya

diserahkan kepada MPR untuk diambil langkah-langkah selanjutnya dalam sidang

istimewa.

Hubungan negara dan warga negara serta HAM menurut UUD 1945 dilihat

dari sejarah bangsa Indonesia tentang kewarganegaraan pada Undang-Undang Dasar

1945 sebagaimana pasal 26 ayat 1 menentukan bahwa “Yang menjadi warga negara

ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan dengan

Undang-Undang sebagai warga negara”, sedangkan ayat 2 menyebutkan bahwa

“Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan Undang-Undang.”

Page 19: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Mengacu pada pembahasan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

Kemerdekaan Indonesia, masalah hak asasi manusia Indonesia menjadi perdebatan

sengit. Ada yang mengusulkan agar hak asasi manusia dimasukkan ke dalam ide

tetapi ada juga yang menolaknya. Pada akhirnya antara pro dan kontra tentang hak

asasi manusia dimasukkan dalam UUD dilengkapi suatu kesepakatan yaitu masuk ke

dalam pasal-pasal : 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34. Yang dimaksud kewajiban asasi

adalah setiap pribadi untuk berbuat agar eksistensi negara atau masyarakat dapat

dipertahankan, sebaliknya negara memiliki kemampuan menjamin hak asasi warga

negaranya. Mengenai hak asasi manusia merupakan hak yang melekat pada diri

manusia itu sejak lahir, terlihat dari uraian di atas mengenai hubungan antar warga

negara masing-masing memiliki hak dan kewajiban.

Page 20: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB III

PERMASALAHAN

A. Permasalaha dalam Ketatanegaraan (Keistimewaan Yogyakarta)

Pada satu tema, gubernur dipilih langsung oleh rakyat atau ditetapkan. Perbedaan

pendapat antara istana dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X semakin kentara saat

wacana referendum mengemuka.

Sultan meminta keputusan penentuan gubernur dan wakil gubernur Daerah

Istimewa Yogyakarta dipilih secara langsung harus disepakati melalui referendum.

Pemerintah dan DPR, kata Raja Yogyakarta itu, tak bisa menentukan itu sendiri.

Keistimewaan Yogyakarta dipertanyakan?

Pada jumat 26 november 2011, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat

membuka rapat kabinet terbatas di kantornya mengatakan tidak pernah melupakan

sejarah dan keistimewaan DIY.

Keistimewaan DIY itu sendiri berkaitan dengan sejarah dari aspek-aspek lain

yang harus diperlakukan secara khusus sebagaimana pula yang diatur dalam undang-

undang dasar. Maka itu harus diperhatikan aspek Indonesia adalah negara hukum dan

negara demokrasi.

Pernyataan ini yang mungkin menuai kontroversi. "nilai-nilai demokrasi tidak

boleh diabaikan. Oleh karena itu, tidak boleh ada sistem monarki yang bertabrakan

dengan konstitusi mau pun nilai-nilai demokrasi," kata SBY.

Sejak sebelum Indonesia merdeka, baru kali ini keistimewaan Yogyakarta

dipertanyakan. Status sebagai daerah istimewa itu merujuk pada runutan sejarah

berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah proklamasi kemerdekaan

Republik Indonesia.

Page 21: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi

pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat

juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan

pemerintahannya sendiri, di zaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende

Landschappen. Di zaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja.

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh

Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I.

Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo,

(saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I.

Pemerintah Hindia Belanda saat itu mengakui kasultanan maupun pakualaman,

sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua itu dinyatakan

dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik kasultanan tercantum dalam

Staatsblad 1941 no 47 dan kontrak politik pakualaman dalam staatsblaad 1941 nomor

577.

Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri

Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah

Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara

Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Sri sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik

Indonesia. Pegangan hukumnya adalah:

1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII

tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI

2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII

tertanggal 5 September 1945 (yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah)

Page 22: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

3. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30

Oktober 1945 (yang dibuat bersama dalam satu naskah).

Dengan dasar pasal 18 Undang-undang 1945, DPRD DIY menghendaki agar

kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat I, tetap lestari dengan

mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang

sepatutnya dihormati.

Pasal 18 undang-undang dasar 1945 itu menyatakan bahwa "pembagian Daerah

Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya

ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar

permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam

Daerah-daerah yang bersifat Istimewa".

Sebagai Daerah Otonom setingkat Propinsi, DIY dibentuk dengan Undang-

undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut.

Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas

Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman.

Jakarta - Daerah Istimewa Yogyakarta paling berperan saat Republik Indonesia

mengalami masa-masa sulit di masa awal kemerdekaan. Jutaan gulden dikucurkan

dari kocek pribadi kraton untuk membayar para pegawai pemerintah tiga bulan

pertama pemerintahan dipindah ke Yogya. Ibaratnya, Yogyakarta merawat bayi RI

yang baru lahir.

"Kita hendaknya hargai sejarah, termasuk membalas budi kepada DIY, termasuk

juga Sultan HB IX. Pada tahun 1945-1948 bahkan sampai awal 1949, Yogyakarta

bagaikan bidan yang merawat bayi RI yang baru lahir," kata sejarawan LIPI, Asvi

Warman Adam, saat dihubungi detikcom, Selasa (30/11/2010).

Pada tahun-tahun tersebut, Ibukota Indonesia yang masih berada di Jakarta

sedang dalam suasana mencekam. Ribuan orang tewas dibantai oleh Belanda,

Page 23: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Jepang, dan bahkan penduduk pribumi sendiri hingga akhirnya Soekarno-Hatta pun

mengungsi ke Yogyakarta.

"Bayangkan, Soekarno dan keluarganya bersama Hatta waktu itu ke Yogyakarta

naik satu gerbong ke Yogya tanpa bawa apa-apa. Kemudian ditampung di Yogya

oleh Sultan HB," papar Asvi.

Tak cuma itu, para pegawai pemerintah pun saat itu yang menggaji adalah

Kraton Yogya. Sedikitnya 5 juta gulden telah dikeluarkan oleh pihak kraton untuk

menggaji para pegawai pemerintah kala itu.

"Kalau mau mencopot keistimewaan Yogyakarta, kembalikan dulu 5 juta gulden

termasuk bunga-bunganya. Zaman dulu uang segitu banyak banget," papar Asvi.

Bahkan, imbuh Asvi, saat Soekarno dan Hatta ditahan oleh pemerintah Belanda,

baik Fatmawati Soekarno dan Rahmi Hatta, hidupnya juga masih dibiayai oleh

Sultan HB IX. "Ibu Rahmi Hatta mengakui diberi 300 gulden," ujarnya.

RUU Keistimewaan DIY pertama kali diusulkan pada 2002 dan hingga kini

belum juga diserahkan kepada DPR. Substansi kontroversial yang menyebabkan

RUU ini tak juga beringsut aadalah kemimpinan DIY apakah dipilih langsung atau

ditetapkan.

Pres iden SBY memerintahkan RUU itu intens digodok. Dia

menyebutkan,"Tidak mungkin ada sistem monarki yang bertabrakan baik dengan

konstitusi maupun nilai demokrasi."

Statemen ini dimaknai bahwa SBY ingin Gubernur DIY dipilih lewat pilkada.

Statemen itu juga disebut melukai perasaan warga Yogya.

Page 24: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

BAB IV

PERMASALAHAN

A.    KESIMPULAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, adalah

konstitusi negara Republik Indonesia yang disahkan sebagai undang-undang dasar

negara oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, yang pada kurun waktu tahun 1999-

2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen), yang merubah susunan

lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia.

Indonesia adalah Negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum. Oleh

karena itu, dalam segala aspek pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara diatur dalam

sistem peraturan perundang-undangan. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian

Pancasila dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia.

B.     SARAN

Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai yang

terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara,

sebagai masyarakat madani, yaitu masyarakat yang tidak buta akan posisi dasar

negara, hendaknya kita bisa mengaplikasikan semua aspek-aspek yang terkandung

dalam Pancasila kedalam kehidupan sehari-hari.

Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang sudah

tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang sudah mengalir

dalam konvensi, perlu adanya suatu evaluasi untuk menciptakan suasana masyaakat

yang kondusif.

Page 25: MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.umy.ac.id/suhe08/2011/12/14/pancasila-dalam-konteks-ketatanegaraan-

republik-indonesia/ (diakses pada : minggu, 12 mei 2013)

http://politik.kompasiana.com/2013/05/09/implementasi-pancasila-sebagai-dasar-

negara-dalam-sistem-ketatanegaraan-republik-indonesia-554238.html(diakses pada :

minggu, 12 mei 2013)

http://verahadiyati.blogspot.com/2012/06/pancasila-dalam-konteks-

ketatanegaraan.html(diakses pada : minggu, 12 mei 2013)

http://bebylifestory.wordpress.com/2013/01/11/pancasila-dalam-konteks-

ketatanegaraan-republik-indonesia/(diakses pada : minggu, 12 mei 2013)