Makalah Pendidikan
description
Transcript of Makalah Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum kepada setiap
manusia di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan manusia
Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan
pendidikan. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling
berinteraksi. Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik. Sejalan dengan
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat,
maka mutu pendidikan berkembang pula. Dalam rangka umum, mutu
mengandung derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik
berupa barang maupun jasa. Baik yang tangible maupun yang intangible. Dalam
konteks pendidikan, pengertian mutu dalam hal ini mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan.
Dalam proses pendidikan yang bermutu terlibat berbagai input. Input dimaksud
seperti bahan ajar (kognitif, afektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi
sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana
prasarana dan sumber daya lainnya serta menciptakan suasana yang kondusif.
Manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensinkronkan berbagai input
tersebut. Antara lain mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses)
belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas maupun
di luar kelas; baik konteks kurikuler, ekstrakurikuler, dalam hidup substansi yang
akademis maupun non akademis.
Mutu dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh
sekolah dalam kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir semester, akhir tahun).
Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa
hasil tes kemampuan akademis, (misal: ulangan harian, ujian semester, dan ujian
nasional). Dapat pula dibidang lain seperti prestasi di suatu cabang olahraga, seni
atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat pula berupa
penghormatan.
Mutu juga sering disebut kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu
yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional sesuai
dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sejalan dengan proses
pemerataan pendidikan, peningkatan mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan
juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada peningkatan mutu
masukan yang diproses dalam dunia pendidikan Berdasarkan pengamatan penulis
bahwa mutu pendidikan yang diharapkan belum terwujud. Hal ini disebabkan
karena:
(1) Ketidakmampuan anak itu sendiri
(2) terbatasnya waktu siswa dalam belajar
(3) motivasi siswa untuk belajar kurang
(4) penggunaan teknologi tidak tepat
(5) rendahnya pemerataan pendidikan
(6) rendahnya kualitas guru
(7) rendahnya sarana fisik
(8) pengelolaan yang tidak tepat
(9) mahalnya biaya pendidikan
(10) rendahnya relevansi dengan kebutuhan.
Agar masalah tersebut dapat terselesaikan, maka penulis menguraikan
peran mahasiswa dalam meningkatkan mutu pendidikan . Ada dua peran
mahasiswa dalam meningkatkan mutu pendidikan yakni:
(1) Berperan sebagai petugas knowledge transfer dari dunia kampus menuju
luar kampus dalam upaya mencerdaskan bangsa dalam berbagai bidang terutama
kalangan menengah ke bawah
(2) Sebagai pelopor dalam pembentukan community development untuk
memacu dinamisasi kehidupan masyarakat kelas menengah ke bawah.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dianalisis bahwa baik buruknya nasib
pendidikan bergantung pada kondisi pemuda dan mahasiswa sekarang ini, karena
mahasiswa dipandang sebagai agen perubahan sosial (agent of social chamge)
yang memiliki kualitas intelektual yang baik serta memiliki kepekaan dan nalar
yang rasional untuk memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan
pendidikan dan sosial di masyarakat. Selain itu, kurikulum sekolah yang tidak
terstruktur menjadi proses belajar kaku dan tidak menarik. Pelaksanaan
pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk kreatifitas siswa untuk belajar
secara efektif.
Jadi, menurut prediksi penulis bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Pulau Nias adalah bagaimana
peran mahasiswa sebagai calon guru yang profesional bertindak dan berperilaku
di dalam masyarakat untuk mewujudkan kualitas pendidikan yang diharapkan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Ketidakmampuan anak itu sendiri
2. Rendahnya kualitas guru atau mahasiswa
3. Rendahnya relevansi dengan kebutuhan
4. Motivasi siswa untuk belajar kurang
5. Penggunaan teknologi yang tidak tepat guna
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi penulisan ini
pada peran mahasiswa dan perlunya supervisi pendidikan dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Pulau Nias.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa saja penyebab rendahnya mutu pendidikan di Pulau Nias?
2. Apa saja Solusi yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan di
pulau Nias secara umum ?
3. Bagaimana peran mahasiswa dalam meningkatkan mutu pendidikan di Pulau
Nias ?
4. Apa pentingnya Supervisi Pendidikan di Pulau Nias ?
E. Tujuan Penulisan
Tujuan merupakan sesuatu yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam
penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan peran mahasiswa dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Pulau Nias.
2. Untuk mendeskripsikan penyebab rendahnya mutu pendidikan di Pulau
Nias.
3. Untuk mendeskripsika solusi yang dilakukan secara umum.
4. Untuk mengetahui tentang Pentingnya Supervisi Pendidikan di Pulau Nias
F. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah agar
pihak yang terkait (mahasiswa, masyarakat, pemerintah, guru/dosen) supaya
secara bersama-sama meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususny di
Pulau Nias.
G. Asumsi Penulisan
Asumsi merupakan anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan
pijakan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penulisan. Yang menjadi
asumsi dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mutu pendidikan berbeda-beda.
2. Hasil penulisan ini, merupakan gambaran mutu pendidikan di Pulau Nias
berdasarkan pengamatan penulis dan informasi dari web site.
H. Keterbatasan Penulisan
Adapun yang menjadi keterbatasan penulis dalam penulisan karya ilmiah
ini adalah :
1. Informasi-informasi dari berbagai web site dan ebook.
2. Variabel yang akan dikaji mencakup peranan mahasiswa dalam
meningkatkan mutu pendidikan di pulau Nias.
I. Batasan Operasional
Untuk menghindari timbulnya perbedaan, maka penulis memberikan
batasan istilah yaitu :
1. Mahasiswa merupakan insan akademis selain agen perubahan sosial
dipandang memiliki kekuatan intelektual yang lebih, sehingga kepekaan dan nalar
yang rasional diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
2. Meningkatkan berarti melakukan perubahan dari yang tidak baik menjadi
baik.
3. Mutu adalah gambaran mengenai baik buruknya hasil yang dicapai oleh
peserta didik dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan. Suatu proses
pembelajaran dianggap bermutu apabila mampu mengubah sikap, dan
keterampilan peserta didik sesuai dengan yang diharapkan.
BAB II
PEMECAHAN MASALAH
A. Konsep Dasar Mutu Pendidikan
A.1. Pengertian Pendidikan
Para praktisi pendidikan, seperti guru ataupun dosen di lembaga
pendidikan ataupun disekolah formal, pelatih pada tempat kursus maupun
lokakarya bahkan para pemandu pelatihan diberbagai arena pendidikan non-
formal, pengajar di pendidikan rakyat (popular education) dikalangan buruh,
petani maupun rakyat miskin, banyak yang tidak sadar bahwa ia tengah bergelut
dan terlibat dalam pergumulan politik dan ideologi melalui arena pendidikan.
Umumnya orang memahami pendidikan sebagai kegiatan mulia yang selalu
mengandung kebaikan dan senantiasa berwatak netral.
Pendidikan merupakan suatu berkah dari Maha Pencipta terhadap ciptaan-
Nya. Manusialah salahsatunya mahkluk yang ditakdirkan untuk memperoleh
pendidikan. Perolehan pendidikan itu bukanlah merupakan ikatan terhadap
manusia itu tetapi justru untuk pembebasan manusia dari hakikatnya sebagai
mahkluk yang bebas dan berakal budi. Proses menjadi manusia terjadi di dalam
habitus kemanusiaannya yaitu alam sekitar, keluarga, lingkungan masyarakat
lokal, habitus suku dan adat-istiadatnya, dan berakhir pada masyarakat yang lebih
luas, yakni masyarakat negara dan umat manusia.
Dalam konteks ke-Indonesia-an, pendidikan merupakan upaya
mencerdeskan kehidupan bangsa dan merupakan hak seluruh rakyat untuk
menuntutnya. Amanah dari dasar negara kita (UUD 1945) diartikan bahwa bangsa
cerdas adalah bangsa yang berdiri sendiri, berdikari, dan mandiri. Hal ini
diperkuat pada pasal 3 UU No. 23 Tahun 2003, bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Tujuan merupakan sesuat yang ideal untuk dicapai. Perdebatan sekarang
adalah bagaimana mewujudkan tujuan yang mulia itu. Kita sudah mahfum bahwa
pendidikan merupakan sebuah proses yang panjang dan beberapa elemen atau
subsistem yang ada di dalamnya harus terpadu dan berjalan bersinergi.
Pemerintah, tenaga pendidik,tenaga kependidikan, sarana prasarana, kurikulum,
sistem evaluasi,peserta didik, dan masyarakat merupakan bagian vital dalam
sistem pendidikan kita. Sinergitas semua elemen ini dalam rangka mencerdaskan
bangsa Indonesia sangat perlu ditekankan. Keterpaduan inilah yang akan
mengantarkan kita pada “Memenangkan Masa Depan Indonesia”.
Akan tetapi sejak era reformasi, terjadi loncatan-loncatan besar dalam
kehidupan bangsa Indonesia, begitupan dalam dunia pendidikan. Loncatan
perubahan ini disertai pula dengan gejala elitis dalam dunia pendidikan nasional
seperti lahirnya berbagai sekolah elit yang hanya diperuntukkan bagi kelompok
yang berduit. Pendidikan tinggi berebutan menjadi world class university yang
pada hakikatnya menjauhkan pendidikan tinggi dari jangkauan anak-anak dari
keluarga miskin atau warga kelas menengah ke bawah.
JAKARTA - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Djoko
Santoso menyatakan siap berpartisipasi membenahi dan memajukan pendidikan
tinggi di Indonesia. Sebagai langkah awal, Djoko akan memperjuangkan payung
hukum bagi penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagai pengganti Undang-
Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). ecara pribadi, Djoko berkeinginan
memperkenalkan pendidikan Indonesia di kancah internasional. “Bukan
pendidikan dari luar kita bawa ke sini terus diberi label internasional. Tetapi
bagaimana kita meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia sehingga
memiliki level yang setara dengan pendidikan luar negeri, atau bahkan lebih
baik,” papar alumnus Teknik Geologi ITB ini.
Menurut Djoko, untuk mewujudkan visinya, langkah kongkret yang bisa diambil
adalah menyuarakan apa yang dimiliki Indonesia.
“Kita harus berani mengatakan apa yang kita punya. Contohnya berbagai macam
local genius. Itu kan sebenarnya (tingkat) internasional. Kita memiliki apa yang
tidak dimiliki negara lain. Nah, kalau tidak segera kita akui secara tegas, nanti
diaku negara lain,” tandasnya.
Pada website www.metrotvnews.com Kamis, 31 Oktober 2013 - Kembali
ke pengertian pendidikan kita dan mencoba mengaitkannya dengan “Pendidikan
sebagai Instrumen Rekayasa Masa Depan.” Anies Baswedan mengatakan bahwa
politik pendidikan rekayasa masa depan selama ini terlewatkan, kita melihat
pendidikan semata-mata soal kecerdasan, semata-mata soal meningkatkan kualitas
manusia. Kita lupa bahwa politik pendidikan itulah yang menentukan siapa
dididik apa hari ini menentukan siapa duduk di mana hari esok. Begitu rumusnya
pada ‘who gets what today.’ Kita harus melihat pendidikan lebih dari sekedar alat
mencerdaskan, kita harus melihat pendidikan sebagai instrumen rekayasa masa
depan.
Sejalan dengan pendapat Anies di atas, tujuan pendidikan yang termaktub dalam
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional hanya bersifat “ke-dini-an”, dalam
artian tujuan pendidikan sekedar diarahkan pada tujuan yang temporer atau hanya
“pada saat ini”, tidak diarahkan kepada tujuan jangka panjang. Padahal
pendidikan bagian dari kemerdekaan dan kemandirian bangsa, tentu terarah pada
keberlangsungan kenegaraan kita. Pendidikan sebagai instrumen rekayasa masa
depan bangsa.
A.2. Defenisi Mutu Pendidikan
Belum semua masyarakat menikmati pendidikan berkualitas yang gencar
didengungkan pemerintah. Pendidikan baru bisa dinikmati sebagian besar
masyarakat urban dan masyarakat yang tinggal di perkotaan. “Ini tidak adil.
Sedang mereka yang tinggal di daerah pedesaan, masih sulit meraih akses
pendidikan. Kalaupun ada masih sangat terbatas," ujar Rektor Universitas
Paramadina Prof Anies Rasyid Maswedan .
Masalah pendidikan bukan hanya memberi subsidi bagi mereka yang
miskin dan kurang mampu. Tetapi, lanjut Anies, juga menyangkut akses terhadap
pendidikan berkualitas bagi semua rakyat Indonesia. Kendala ekonomi dan
geografis ditengarai masih menjadi penyebab terbesar terhentinya pendidikan bagi
anak-anak di sebagian wilayah. Artinya bahwa pendidikan belum bisa dinikmati
semua masyarakat dengan berbagai latar belakang ekonomi, sosial budaya dan
geografis Indonesia. Anies mengatakan, jika bangsa ini ingin maju, akses
pendidikan yang berkeadilan harus terus didorong untuk membangun kualitas
manusia melalui nilai-nlai karakter. "Semua masyarakat harus memiliki akses
pendidikan yang sama dan merata sehingga dengan pendidikannya mereka bisa
meningkatkan kesejahteraan hidup," ujar Anies. Untuk meningkatkan akses
pendidikan masyarakat, jelas Anies, tidak berarti membangun sekolah baru,
melainkan bisa memanfaatkan sarana yang ada. Misalnya, paginya untuk SD,
siangnya bisa digunakan untuk SMP atau sebaliknya.
Di sisi lain, Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini,
mengingatkan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkan
pendidikan seperti yang diamanahkan UUD 1945. “Amanah tersebut sampai saat
ini belum mampu direalisasikan pemerintah. Terbukti masih terdapat ketimpangan
akses terhadap pendidikan berkualitas yang dirasakan banyak anak dinegeri ini,”
katanya.
Ambon (ANTARA News www.antaranews.com) Jumat, 27 September
2013 - Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
Kebudayaan (BPSDMPK) dan Peningkatan Mutu Pendidikan (PMP),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Syahwal Gultom,
mengakui mutu dan kualitas guru di Tanah Air saat ini masih rendah.
"Hasil uji kompetensi yang dilakukan selama tiga tahun terakhir menunjukkan
kualitas guru di Indonesia masih sangat rendah," kata Syahwal Gultom, di
Ambon, Jumat. Syahwal Gultom yang berada di Ambon sebagai pembicara pada
Seminar Mutu Pendidikan Nasional yang digelar Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (LPMP) Maluku bekerja sama dengan Kemdikbud, mengakui masih
banyak guru terutama di daerah-daerah yang tidak lulus uji kompetensi dan
sertifikasi sebagai akibat rendahnya kualitas mereka.
Menurut dia, buruknya hasil Ujian Nasional (UN) pada beberapa provinsi
juga sebagai salah satu indikator rendahnya kualitas guru. Banyak guru yang tidak
memahami substansi keilmuan yang dimiliki maupun pola pembelajaran yang
tepat diterapkan kepada anak didik. Dia mencontohkan dari sisi kualifikasi
pendidikan, hingga saat ini dari 2,92 juta guru, baru sekitar 51 persen yang
berpendidikan S-1 atau lebih, sedangkan sisanya belum berpendidikan S-1.
Begitu pun dari persyaratan sertifikasi hanya 2,06 juta guru atau sekitar 70,5
persen guru yang memenuhi syarat. Sedangkan 861.67 guru lainnya belum
memenuhi syarat sertifikasi, yakni sertifikat yang menunjukkan guru tersebut
profesional.
"Ada banyak masalah yang harus dibenahi dalam persoalan guru. Selain
jenjang pendidikan yang belum memadai, kompetensi guru juga masih
bermasalah. Saat dilakukan tes terhadap guru semua bidang studi, rata-rata tak
sampai 50 persen soal yang bisa dikerjakan," katanya. Selain tingkat pendidikan
yang belum memadai, pada 2010--2015 ada sekitar 300.000 guru di semua
jenjang pendidikan yang akan pensiun sehingga harus segera dicari pengganti
untuk menjamin kelancaran proses belajar mengajar. Dia menambahkan standar
kualitas guru sudah menjadi fokus perhatian Kemdikbud sejak 2012, tetapi
pemerintah juga tak ingin melukai guru yang sudah lama mengabdi.
"Standardisasi guru dimulai dengan melakukan uji kompetensi awal.
Tujuannya untuk seleksi awal guru yang layak ikut proses sertifikasi dan
pemetaan," katanya. Ke depan, Kemdikbud akan mengajukan tiga pola pembinaan
guru, yakni uji kompetensi, penilaian kinerja, dan diklat secara berkelanjutan dan
berjenjang, sehingga kualitas para pendidik semakin meningkat.
www.Huzei.com 02 Mei 2012 -Sudah benarkah sistem pendidikan kita?
Banyak yang meragukannya. Namun, jika pun sistem pendidikan kita dikatakan
sudah benar, lalu kenapa mutu pendidikan kita masih belum tinggi? Mustahil
untuk menyalahkan umber daya manusia kita. Sebab, selain karena tak ada anak
yang bodoh, juga fakta yang ada menunjukkan bahwa secara personal anak-anak
Indonesia selalu berprestasi di berbagai ajang Olimpiade Dunia, seperti direkam
dalam film "Mestakung". Lalu, di manakah sebenarnya masalahnya?
Ketika dihubungi oleh Mizan.com, Munif Chatib (pakar dan konsultan
pendidikan yang sukses menulis buku best seller "Sekolahnya Manusia" dan
"Gurunya Manusia") memaparkan bahwa sebenarnya sistem pendidikan kita
sudah mengarah ke sistem yang benar. Menurut Munif, kurikulum, input, proses,
dan output dari sistem pendidikan kita sudah relatif baik. "Sistem pendidikan di
Indonesia sebenarnya sudah mengarah ke sistem yang benar. Mulai dari
kurikulum, input, proses, dan output. Misalnya, untuk kurikulum, sudah mulai
memasukkan unsur character building dan life skill. Untuk input, sekolah sudah
tidak boleh lagi melakukan tes masuk bagi siswa SD. Untuk prosesnya, sudah
menjadikan lesson plan guru sebagai pekerjaan wajib guru. Dari output, UN
sudah direduksi kewenangan pusat menjadi 60% dalam standar kelulusan,"
tandas Munif.
Lalu, apa masalahnya? Munif menjelaskan bahwa setidaknya ada dua
hambatan besar non-sistem, yaitu tidak totalnya pemerintah dalam memberikan
kebijakan dan tak sampainya kebijakan pusat ke tingkat daerah. Dua hal itu yang
kemudian menjadi kendala bagi berjalannya sistem yang sudah raltif benar itu.
"Hanya saja, ada 2 hambatan besar yaitu, pertama, kebijakan pemerintah yang
belum total 100% dalam melakukan kebijakan perbaikan, jadi terkesan nanggung.
Kedua, kebijakan yang baik tersebut tidak sampai pada pelaksana di daerah,
sehingga banyak sekali kebijakan dari pusat tidak dijalankan oleh daerah,"
ungkap Munif
Menurut Combs dalam buku Zebua dan Lase (2004:81-2). Agar mutu
pendidikan itu baik, maka perlu diperhatikan sub-sub daripada pendidikan sebagai
suatu sistem. Ada 12 sub sistem dalam pendidikan, yakni :
1. Tujuan. Tujuan menjelaskan tentang apa yang hendak dicapai oleh
pendidikan. Sub sistem tujuan merupakan panduan dan acuan bagi seluruh
kegiatan dalam sistem pendidikan
2. Murid/Siswa
Murid/siswa menjelaskan khalayak yang menjadi peserta dalam proses
pendidikan; anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui
proses pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tersebut.
3. Manajemen
Manajemen merupakan segala kegiatan perencanaan, pengkoordinasian,
pengarahan dan penilaian dalam sistem pendidikan.
4. Struktur dan jadwal waktu
Struktur dan jadwal waktu menjelaskan tentang cara pelaksanaan kegiatan dan
pengaturan waktu untuk mencapai tujuan.
5. Materi
Materi merupakan hal-hal yang pokok yang perlu disampaikan oleh pengajar dan
perlu dipelajari oleh murid/siswa untuk mencapai keterampilan akhir yang
menjadi tujuan pendidikan. Materi ini diatur dalam seperangkat rencana sistematis
yang disebut kurikulum berfungsi sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar-mengajar.
6. Tenaga Pengajar dan Pelaksana
Tenaga pengajar dan pelaksana merupakan tenaga penggerak sistem pendidikan
dan memperlancar proses pendidikan untuk menunjang tercapainya tujuan
pendidikan.
7. Alat Batu Belajar
Alat bantu belajar bersumber kepada barang-barang hasil produksi masyarakat.
Sebagai sub-sistem pendidikan, alat bantu belajar berfungsi memungkinkan
terjadinya proses belajar yang lengkap, menarik dan beragam. Contoh: buku
pelajaran, papan tulis, peta, peralatan laboratorium, audivisual, dan lain-lain.
8. Fasilitas
Fasilitas dapat diartikan secara sempit sebagai kampus yang terdiri dari gedung
dan perlengkapannya. Secara luas, fasilitas dapat diartikan sebagai tempat
terjadinya proses pendidikan. Sehingga, secara luas proses pendidikan dapat
terjadi dimana saja, tidak hanya di kampus, tetapi juga diberbagai tempat di luar
kampus, seperti di rumah, di museum, dan lain-lain.
9. Teknologi
Teknologi merupakan cara yang dipergunakan untuk meningkatkan mutu
pendidikan dari segi proses maupun keluarannya. Teknologi ini terdiri dari
perangkat keras, yaitu peralatan yang dapat digunakan untuk menunjang proses
pendidikan yang lebih baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Perangkat lunak,
yaitu cara-cara, strategi dan metode yang dirancang secara sistematis untuk
menunjang proses pendidikan dan meningkatkan hasil guna proses tersebut.
10. Kendali Mutu
Kendali mutu bersumber kepada sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan
falsafah hidup bangsa. Sistem nilai dan falsafah menjadi standar untuk
menyeleksi, masukan sistem, mengidentifikasi proses yang tepat, dan
mengevaluasi sistem pendidikan. Pengendalian kualitas pendidikan berfungsi
guna membina peraturan-peraturan pendidikan dan standar pendidikan untuk
mencapai tujuan pendidikan yang sesuai dengan tujuan pembangunan bangsa.
11. Penelitian
Penelitian merupakan pertanyaan terhadap keefektifan sistem pendidikan
sebagaimana diimplementasikan di masyarakat. Penelitian pendidikan
menghasilkan informasi untuk memperbaiki pengetahuan dan pengelolaan sistem
pendidikan di masyarakat.
12. Biaya pendidikan
Biaya pendidikan berfungsi melancarkan kelangsungan proses pendidikan. Biaya
pendidikan biasanya berasal dari penghasilan masyarakat dan negara. Biaya
pendidikan menjadi indikator dari tingkat efisiensi sistem pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat menyimpulkan bahwa kualitas
atau mutu proses pembelajaran merupakan gambaran mengenai baik buruknya
hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Proses pembelajaran dianggap berkualitas apabila berhasil
mengubah sikap, perilaku dan keterampilan peserta didik sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang membuahkan hasil ke arah yang lebih baik dari sebelumnya
B. Penyebab Rendahnya Mutu Pendidikan di Pulau Nias
Nias | SNN – Tim Dirjend Dikti Kemendiknas RI bersama rombongan
pertama kali berkunjung di Kepulauan Nias khususnya di Kabupaten Nias, dalam
rangka persiapan pendirian perguruan tinggi negeri Nias, Selasa (11-06-2013).
Dalam pertemuan antara Pemkab Nias dan Tim Dirjend Dikti yang berlangsung
di Pendopo Bupati Nias,maka pada kesempatan itu Wakil Bupati Nias Arosokhi
Waruwu SH, MH menjelaskan tentang keadaan dan geografis kepulauan Nias
melalui kata sambutannya, dimana Kepulauan Nias berada disebelah barat Pulau
Sumatera dengan jarak kurang lebih 85 Mil laut dari Sibolga dengan lama tempuh
9 jam Kapal laut dan 1 jam pesawat dari Medan. Dan secara Administrasi
Pemerintah kepulauan Nias memiliki 4 Kabupaten dan 1 Kota, jumlah penduduk
kurang lebih 900.000 ribu jiwa, ucapnya. Rata-rata pencaharian penduduk di
dominasi oleh pertanian utamannya perkebunan rakyat, letak geografis kepulauan
Nias yang terpisah dari daratan Sumatera membuat Daerah ini jauh tertinggal
dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai oleh sesame Kabupaten / Kota
didaratan Sumatera, terlebih pada musim hujan dan badai sering terjadi penundaan
keberangkatan maupun kedatangan kapal untuk mengangkut hasil bumi
masyarakat maupun untuk mendatangkan kebutuhan pokok masyarakat, ujarnya.
Dari data sementara yang diterima Dinas Pendidikan Kabupaten Nias
angka buta aksara yang ada diberbagai desa se Kabupaten Nias tercatat mencapai
40 ribu jiwa. Melalui gerakan nasional penuntasan wajib belajar 9 Tahun dan
pemberantasan buta aksara diharapkan pada tahun 2008 dapat dituntaskan sampai
70-80 persen. Beberapa faktor yang menjadi penyebab terkendalanya penuntasan
wajib belajar 9 tahun serta masih tingginya angka buta aksara di Kabupaten Nias
antara lain masalah ekonomi keluarga, kurangnya pemahaman para orang tua
pentingnya pendidikan terhadap anak usia sekolah. Selain itu masih kurangnya
sarana prasarana pendidikan seperti saat ini ruang belajar yang masih layak
digunakan tercatat 1565 ruangan, sedangkan yang tidak layak pakai sebanyak
1034 ruangan. Faktor lain juga dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia
tenaga pendidik yang masih rendah, belum optimalnya program pengendalian dan
pengawasan bidang pendidikan, masih rendahnya mutu lulusan, jumlah guru yang
masih kurang, dan terbatasnya alokasi pendanaan anggaran pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diuraikan masalah-masalah
yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Pulau Nias. Ada dua faktor
yang mempengaruhinya, yakni :
1. Faktor Internal
a. Ketidakmampuan anak itu sendiri
b. Terbatasnya waktu siswa dalam belajar
c. Motivasi siswa untuk belajar kurang
d. Penggunaan teknologi tidak tepat guna
2. Faktor Eksternal
Adapun yang menjadi faktor eksternal penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Pulau Nias adalah :
a. Rendahnya pemerataan pendidikan
b. Rendahnya kualitas guru
c. Rendahnya sarana fisik
d. Pengelolaan yang tidak tepat
e. Mahalnya biaya pendidikan
f. Rendahnya relevansi dengan kebutuhan
C. Solusi yang Dilakukan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan di Pulau
Nias secara umum
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, maka ada beberapa solusi
yang dilakukan, yakni:
1. Siswa yang melanjut pada jenis dan jenjang pendidikan perlu diadakan
seleksi, terutama melalui tes wawancara. Dengan tujuan, agar siswa tidak salah
memasuki suatu sekolah dalam keadaan terpaksa.
2. Menerapkan disiplin, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
3. Memberikan motivasi kepada siswa dengan berbagai cara yang ditempuh
oleh orang tua, guru dan pemerintah.
4. Memberikan pemahaman yang jelas tentang penggunaan teknologi yang
tepat serta menjelaskan dampak terhadap penyalahgunaan teknologi tersebut.
5. Pemerataan pendidikan dilakukan dari pusat hingga sampai ke daerah
secara berkesinambungan oleh pihak yang terkait.
6. Untuk menempatkan seseorang guru di dalam tugasnya harus sesuai
dengan profesinya, mengikuti seminar dan pelatihan lainnya yang berhubungan
dengan pendidikan.
7. Membangun sarana fisik seperti, ruang belajar, perpustakaan,
laboratorium, dan lain-lain.
8. Melakukan pengelolaan yang tepat yang dimulai dari pusat sampai kepada
lembaga-lembaga pedesaan.
9. Pemerintah harus memberikan bantuan kepada siswa yang ekonomi
keluarganya menengah ke bawah.
10. Sarana dan prasarana dilengkapi sesuai dengan kebutuhan yang tepat.
D. Upaya yang Dilakukan Mahasiswa Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan di Pulau Nias
Mahasiswa merupakan sebagai generasi muda yang memiliki peranan
penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Mahasiswa sebagai insan
akademis juga sebagai makhluk sosial. Dengan tingkat intelektual yang dimiliki
mahasiswa, diharapkan dapat memberikan perubahan yang berarti terhadap
kemajuan pendidikan di Pulau Nias.
Dengan tingkat intelektualitas dan cara berpikir yang dimiliki oleh
mahasiswa secara dinamis. Hal itu belumlah cukup, jika tidak dibarengi dengan
akhlak dan nilai norma-norma yang sesuai agama. Mahasiswa bukan hanya
menjadi supervisor terhadap kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan politik
saja. Melainkan mahasiswa harus mencari cara untuk memberikan sosial
responbility dari arah yang lain. Salah satunya ialah dengan berperan aktif dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Pulau Nias.
Mahasiswa yang sudah mampu dalam berpikir, adalah mahasiswa yang
tidak sekedar memikirkan kepentingan akademis semata. Namun jauh tersirat
dalam benaknya tentang arti dan kualitas hidupnya sebagai pribadi yang mampu
mengabdi terhadap masyarakat. Pribadi yang diharapkan dalam hal ini adalah
pribadi yang mampu melihat permasalahan disekitarnya serta menjadi bagian
penentu arah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Suatu keadaan yang
sangat menyedihkan terhadap rendahnya mutu pendidikan di Pulau Nias,
hendaknya menjadi perhatian mahasiswa.
Fungsi agent of social change yang melekat pada jati diri mahasiswa pada
saat ini, hendaklah bukan sebatas slogan-slogan demontrasi saja. Namun suatu
pemikiran yang yang rekonstruktif dan solutif terhadap permasalahan
pendidikan.Oleh karena itu diperlukan Mahasiswa yang mempunyai Pribadi yang
Unggul.
Pribadi yang unggul adalah mereka yang tahu secara persis potensi apa yang
mereka miliki, dan dengan kemampuan yang optimal, mereka mampu
menggerakkan setiap elemen yang bergerak disekitarnya.
Adapun ciri-ciri yang jadi pribadi yang unggul adalah:
(1) fisik dan mental sehat
(2) percaya diri
(3) tidak mudah putus asa
(4) bertanggung jawab
(5) melayani semua orang
(6) berpikir ke depan
(7) motivasi tinggi
(8) mengembangkan potensi
(9) inisiatif dan kreatif
(10) gairah hidup tinggi
(11) komunikasi baik
(12) loyalitas tinggi.
Untuk menjadi pribadi yang profesional harus memiliki kompetensi
kepribadian, sosial, paedagogik, profesional, ketulusan dan keikhlasan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita artikan bahwa mahasiswa sebagai calon
guru yang profesional harus memiliki pribadi yang unggul. Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan mahasiswa dalam meningkatkan mutu pendidikan di pulau
Nias, antara lain:
1. Sadar bahwa pendidikan itu penting
Kesadaran merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup.
Ketika adanya kesadaran seseorang bahwa pendidikan itu penting, maka ia
berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya. Sebaliknya jika kesadaran
itu tidak ada, maka tidak akan pernah memiliki motivasi ingin tahu.
2. Intropeksi diri
Maksudnya seorang mahasiswa harus betul-betul mengintropeksi dirinya, baik
secara kognitif, afektif dan psikomotor. Setelah pribadinya terbenahi, maka ia
dapat mentransfer sejumlah ilmu yang diperolehnya kepada masyarakat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berkomunikasi secara efektif
dan empatik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama mahasiswa, dan
masyarakat; memanfatkan teknologi informasi secara tepat.
3. Sebagai mediator
Merupakan suatu peran yang dilakukan dengan menyiapkan perangkat
pembelajaran selama berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan tujuan untuk
mempermudah siswa dalam memahami apa yang ingin disampaikan.
4. Melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah,
Maksudnya mahasiswa peka terhadap kebijakan pemerintah dan mengajukan
suatu pendapat dan saran sebagai solusi untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Pulau Nias.
5. Sebagai fasilitator,
Merupakan peran mahasiswa dalam memberi pelayanan untuk memudahkan
siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
6. Sebagai pelopor
Dalam pembentukan kelompok belajar untuk memacu dinamisasi masyarakat
kalangan menengah ke bawah.
7. Sebagai pembangkit,
Pendorong terhadap kelompok yang sudah ada di masyarakat yang selama ini
belum berfungsi dan berusaha untuk memfungsikannya.
E. PENTINGNYA SUPERVISI PENDIDIKAN
Secara morfologis Supervisi berasalah dari dua kata bahasa Inggris, yaitu
super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun
dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan
yang dilakukan oleh atasan –orang yang berposisi diatas, pimpinan-- terhadap hal-
hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi
sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervise bukan mencari-cari
kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi
pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata-
mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Secara sematik Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar dan belajar pada khususnya.
E.1 Tujuan Supervisi Pendidikan
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses
belajar mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi pendidikan tidak
hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan
profesi guru termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang
kelancaran proses belajar mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan
keterampilan guru-guru, pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal
implementasi kurikulum, pemilihan dan penggunaan metode mengajar, alat-alat
pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran.
Ketika seorang mahasiswa menjadi guru Prefesional agar Supervisi
Pendidikan terlaksa dengan baik maka seperti yang dikatakan oleh Munif Chatib
dibukunya ‘’Sekolahnya Manusia “ halaman 19 .
Supervisi yang baik mengarahkan perhatiannya pada dasar-dasar
pendidikan dan cara-cara belajar serta perkembangannya dalam pencapaian tujuan
umum pendidikan. Dan pandangan orang tua menurut Munir Chatib dibukunya
berjudul “Sekolahnya Manusia” pada halaman 4 tentang orang tua yang memilih
sekolah untuk anaknya yaitu
Oleh karena itu Supervisi Pendidikan harus berjalan dengan baik.
Fokusnya bukan pada seorang atau sekelompok orang, akan tetapi semua orang
seperti guru-guru, para pegawai, dan kepala sekolah lainnya adalah teman sekerja
yang sama-sama bertujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan
terciptanya kegiatan belajar mengajar yang baik.
Secara nasional tujuan konkrit dari supervisi pendidikan adalah:
1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan
2. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
3. Membantu guru dalam menggunakan alat pelajaran modern.
4. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid-murid dan hasil pekerjaan
guru itu sendiri.
5. Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar.
6. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.
7. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam
rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
8. Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan
tugas yang diperolehnya.
9. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap
masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber yang berasal dari
masyarakat.
10. Membantu guru-guru agar waktu dan tenaganya tercurahkan sepenuhnya
dalam pembinaan sekolah.
E.2 Sasaran Supervisi Pendidikan
Sebetulnya apabila dicermati secara rinci, kegiatan supervisi yang sesuai
dengan sasarannya dapat dibedakan menjadi dua yaitu: supervisi akademik,
supervisi ini lebih menitikberatkan pengamatan pada masalah akademik, yaitu
yang langsung berada dalam lingkup kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
guru untuk membantu siswa ketika sedang dalam proses belajar mengajar. Dan
yang kedua adalah supervisi administrasi, yang lebih menitikberatkan pengamatan
pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya
pembelajaran. Di samping dua macam supervisi yang disebut dengan objeknya
atau sasarannya, ada lagi supervisi yang lebih luas yaitu supervisi lembaga dan
akreditasi. Yang membedakan antara kedua hal tersebut adalah pelaku dan waktu
dilaksanakannya. Supervisi lembaga dilakukan oleh orang yang ada di dalam
lembaga yaitu kepala sekolah dan dari luar lembaga yaitu pengawas secara terus
menerus, sedangkan supervisi akreditasi dilakukan oleh tim dari luar hanya dalam
waktu-waktu tertentu. Tujuannya sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga baik
parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain yang menjadi sasaran atau objek
supervisi akademik, supervisi administrasi, supervisi lembaga, dan supervisi
akreditasi adalah sama yaitu meningkatkan kualitas lembaga, tetapi lingkup dan
harapan tentang kualitasnya berbeda.
E.3 Fungsi Supervisi Pendidikan
Secara garis besar fungsi supervisi dapat dikelompokkan dalam tiga
bidang yaitu kepemimpinan, kepengawasan dan pelaksana. Fungsi kepemimpinan
melekat pada seorang supervisor karena dia adalah pemimpin. Begitu pula
pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan. Sedangkan fungsi
pelaksana terdapat pada supervisor, karena ia adalah para pelaksana di lapangan
yang dalam istilah bakunya adalah pejabat fungsional, sama halnya dengan guru
dan kepala sekolah.
Rincian dalam fungsi kepemimpinan, seorang supervisor hendaknya
melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
a. Meningkatkan semangat kerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah yang
berada di bawah tanggung jawab dan kewenangannya.
b. Mendorong aktifitas dan kreatifitas serta dedikasi seluruh personil sekolah.
c. Mendorong terciptanya suasana kondusif di dalam dan di luar lingkungan
sekolah.
d. Menampung, melayani dan mengakomodir segala macam keluhan aparat
kependidikan disekolah tersebut dan berusaha membantu pemecahannya.
e. Membantu mengembangkan kerja sama dan kemitraan kerja dengan semua
unsur terkait.
f. Membantu mengembangkan kegiatan intra dan ekstra kurikuler di sekolah.
g. Membimbing dan mengarahkan seluruh personil sekolah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran pada sekolah tersebut.
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, supervisor hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Mengamati dengan sungguh-sungguh pelaksanaan tugas kepala sekolah,
guru dan seluruh staf sekolah diketahui dengan jelas tugas yang dilaksanakan itu
sesuai dengan rencana atau tidak.
b. Memantau perkembangan pendidikan di sekolah yang menjadi tanggung
jawab dan kewarganegaraannya termasuk belajar siswa pada sekolah yang
bersangkutan.
c. Mengawasi pelaksanaan administrasi sekolah secara keseluruhan yang
didalamnya terdapat administrasi personil, materil, kurikulum dsb.
d. Mengendalikan penggunaan dan pendistribusian serta pengelolaan sarana
dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah tersebut.
Dalam melaksanakan fungsi pelaksana, seorang supervisor hendaknya
memperhatikan kegiatan-kegiatan berikut:
a. Melaksanakan tugas-tugas supervisi/pengawasan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
b. Mengamankan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan.
c. Melaporkan hasil supervisi/pengawasan kepada pejabat yang berwenang
untuk dianalisis dan ditindaklanjuti.
E.4 Ruang Lingkup Dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat tiga unsur pokok yang saling berkaitan
antara satu dengan lainnya unsur-unsur yang dimaksud adalah personal, material
dan operasional, oleh sebab itu ruang supervisi pendidikan pun mencakup ketiga
unsur tersebut yang bila dijabarkan sebagai berikut:
1. Unsur Personal
Lingkup pertama dalam supervisi pendidikan adalah para personal dalam
sekolah yang disupervisi, para personal yang dimaksud adalah Kepala Sekolah,
pegawai tata usaha, guru, siswa.
a. Kepala Sekolah
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap kepala sekolah yaitu:
o Masalah jalannya pendidikan dan pengajaran
o Masalah program pendidikan dan pengajaran disekolah
o Masalah kepemimpinan kepala sekolah
o Masalah administrasi sekolah
o Masalah kerja sama sekolah lain dan instansi terkait lainnya
o Masalah kebijaksanaan sekolah yang menyangkut kegiatan intra dan ekstra
kurikuler
o Masalah BP3 dan POMG dan lain -lain
b. Pegawai Tata Usaha
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap tata usaha sekolah dan
seluruh stafnya antara lain:
o Masalah administrasi sekolah
o Masalah data dan statistik sekolah
o Masalah pembukuan
o Masalah surat menyurat dan kearsipan
o Masalah rumah tangga sekolah
o Masalah pelayanan terhadap kepala sekolah, guru dan siswa
o Masalah laporan sekolah dan lain –lain
c. Guru
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap guru antara lain:
o Masalah wawasan dan kemampuan
o Masalah kehadiran dan aktivitas guru
o Masalah persiapan mengajar guru, mulai dari penyusunan analisis materi
pelajaran, program tahunan, program semester, program satuan pelajaran sampai
dengan persiapan mengajar harian atau perencanaan pengajaran
o Masalah pencapaian target kurikuler dan kegiatan ekstra kurikuler
o Masalah kerjasama guru dengan siswa, dengan sesama guru, dengan tata usaha
dan dengan kepala sekolah
o Masalah tri pusat pendidikan yang terdiri atas sekolah, keluarga dan
masyarakat
o Masalah kemampuan belajar siswa
d. Siswa
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap siswa antara lain:
o Motivasi belajar siswa
o Tingkat kesulitan yang dialami siswa
o Keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan intra dan ekstra kurikuler
o Pengembangan organisasi siswa
o Sikap guru dan kepala sekolah terhadap siswa
o Keterlibatan orang tua siswa dalam berbagai kegiatan sekolah
o Kesempatan memperoleh pelayanan secara prima dari sekolah
2. Unsur Material
Hal-hal pokok yang perlu disupervisi terhadap material dan sarana fisik
lainnya :
a. Ketersediaan ruangan untuk perpustakaan, labolaturium, ruang praktek
ibadah, aula dan lain-lain
b. Pengelolaan dan perawatan terhadap fasilitas tersebut
c. Pemanfaatan buku-buku teks pokok dan buku-buku penunjang
d. Pemanfaatan dan perawatan alat-alat kesenian dan sebagainya
3. Unsur Operasional
Hal-hal yang perlu disupervisi dari unsur operasional antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan teknik edukatif, yang mencakup:
o Kurikulum
o Proses belajar mengajar
o Evaluasi/penilaian
o Kegiatan ekstra kurikuler
b. Masalah yang berkaitan dengan teknik administrasi, mencakup:
o Administrasi personal
o Administrasi material
o Administrasi kurikulum dan sebagainya
c. Masalah yang berkaitan dengan koordinasi dan kerjasama, mencakup:
o Sekolah dengan keluarga dan masyarakat
o Sekolah dengan sekolah-sekolah lainnya
o Sekolah dengan lembaga swadaya masyarakat
o Sekolah dengan organisasi kepemudaan
o Sekolah dengan instansi pemerintah terkait
Teknik-teknik Supervisi Pendidikan. Tugas pengawas satuan pendidikan
ketika melaksanakan tugas pengawasannya, haruslah memahami metode dan
teknik supervisi akademik agar kegiatan supervisi dapat dilaksanakan dengan baik
dan hasil pembinaannya mencapai tujuan pembinaan.
Ada beberapa metode dan teknik supervise yang dapat dilakukan
pengawas. Metode-metode tersebut dibedakan antara yang bersifat individual dan
kelompok.
a. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi yang diberikan
kepada guru tertentu yang mempunyai masalah khusus dan bersifat perorangan.
Supervisor atau pengawas hanya berhadapan seorang guru yang dipandang
memiliki persoalan tertentu. Teknik-teknik supervisi yang dikelompokkan sebagai
teknik individual meliputi: kunjungan kelas, observasi kelas, pertemuan
individual, kunjungan antar kelas, dan menilai diri sendiri.
b. Teknik Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program
supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang diduga sesuai
dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau kelemahan-
kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi satu/bersama-
sama. Kemudian pada kelompok ini diberikan layanan supervisi sesuai dengan
permasalahan atau kebutuhan yang dihadapi. Teknik supervisi kelompok ada
beberapa diantaranya adalah: Kepanitiaan-kepanitiaan, Kerja kelompok,
Laboratorium kurikulum, Baca terpimpin, Demonstrasi pembelajaran,
Darmawisata, Diskusi panel, Organisasi professional, Pertemuan guru, Lokakarya
atau konferensi kelompok.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang
akan datang. Bila kita perhatikan bahwa mutu Pendidikan di Pulau Nias masih
rendah bila dibandingkan dengan mutu pendidikan di daerah lain. Kehadiran
mahasiswa di tengah-tengah masyarakat, hendaknya memberikan solusi yang
positif kepada masyarakat dalam meningkatkan mutu pendidikan. Bahwa
mahasiswa dengan tingkat intelektualitasnya dan cara berpikir yang dinamis, itu
belumlah cukup jika tidak dibarengi dengan akhlak dan nilai norma-norma sesuai
dengan agama. Mahasiswa merupakan penentu masa depan Pulau Nias. Apabila
mahasiswa rapuh, maka Pulau Nias ini akan perlahan sirna. Adapun hal-hal yang
menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Pulau Nias dapat digolongkan
menjadi dua bagian, yakni :
1. Faktor Internal
a. Ketidakmampuan siswa itu sendiri
b. Terbatasnya waktu siswa dalam belajar
c. Motivasi siswa untuk belajar kurang
d. Penggunaan teknologi tidak tepat guna.
2. Faktor Eksternal
a. Rendahnya pemerataan pendidikan
b. Rendahnya kualitas guru
c. Rendahnya sarana fisik
d. Pengelolaan yang tidak tepat
e. Mahalnya biaya pendidikan
f. Rendahnya relevansi dengan kebutuhan
Berdasarkan masalah di atas maka mahasiswa yang merupakan insan akademis
dan juga agen perubahan sosial (agent of social) dipandang memiliki kekuatan
intelektual yang lebih sehingga kepekaan dan nalar yang rasional diharapkan
dapat memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan mutu pendidikan di
Pulau Nias.
Adapun upaya yang dapat dilakukan mahasiswa dalam meningkatkan mutu
pendidikan di Pulau Nias adalah :
1. Sadar bahwa pendidikan itu penting
2. Intropeksi diri
3. Sebagai mediator
4. Melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah
5. Sebagai fasilitator
6. Sebagai pelopor dalam pembentukan kelompok belajar untuk memacu
dinamisasi masyarakat kalangan menengah ke bawah.
7. Sebagai pembangkit, pendorong terhadap kelompok yang sudah ada di
masyarakat yang selama ini belum berfungsi dan berusaha untuk
memfungsikannya.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi mengandung
arti yang luas dan demokratis, dengan paradigma baru yang tidak hanya melihat
kinerja kepala sekolah guru dan pegawai sekolah saja akan tetapi juga mencari
jalan keluar apabila terjadi permasalahan. Para supevisor berkewajiban memberi
bimbingan, pembinaan dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan, hubungan antara
pengawas dengan yang diawasi lebih bersifat kemitraan, hubungan komunikasi
pun tidak lagi one way traffic tetapi menjadi two way traffic.
B. Saran
Adapun yang menjadi saran dalam makalah ini adalah :
1. Hendaknya kurikulum tidak selalu berubah-ubah. Apalagi berganti Mentri
berganti juga kurikulum. Hal ini dapat mempengaruhi mutu dari pada pendidikan.
2. Dalam menjalankan proses pendidikan, hendaknya seluruh pihak yang
terlibat didalamnya betul-betul dilaksanakan sesuai dengan hati nuraninya.
3. Sebagai Mahasiswa FKIP harus siap merubah pendidikan Indonesia yang
lebih maju, mampu mebuat grafis yang menjulang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Baeha, B. Binahati , 2010, Mutu Pendidikan Nias Sangat Tertinggal Jauh Dengan
Daerah Lain, (online), (http://niasonline.net/2010/04/4/, tanggal diakses 1
Desember 2013).
Karsidi, Ravik, 2005, Profesionalisme Guru dan Peningkataqn Mutu Pendidikan
di Era Otonomi Daerah, (online), ( http://lowongankerjamu.com,).
Nazara, Sua Hasil, 2010, Peningkatan Mutu Pendidikan, (online)
(http://nusantara.wordspress.com)
Chatib, Munif, 2009, Sekolahnya Manusia, KAIFA, Jakarta.
http://mohamad-haris.blogspot.com/2011/10/konsep-dasar-supervisi-
pendidikan.html
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/10/31/3/191732/Anies-Baswedan-Prihatin-Pendidikan-belum-Merata-di-Indonesia
http://www.antaranews.com/berita/397722/kemdikbud-akui-kualitas-guru-masih-rendah
http://mizan.com/news_det/munif-chatib-2-hal-penyebab-tak-suksesnya-pendidikan-kita.html
http://korannias.wordpress.com/2007/11/22/jumlah-buta-aksara-di-nias-capai-40-ribu-orang/
http://niasonline.net/2010/04/14/seminar-nasional-pendidikan-mutu-pendidikan-nias-sangat-tertinggal-jauh-dengan-daerah-lain/
http://kampus.okezone.com/read/2010/06/15/373/343303/dirjen-dikti-pendidikan-indonesia-menuju-go-international