MAKALAH PENDIDIKAN
-
Upload
stefanus-desianto-hariyadi -
Category
Documents
-
view
102 -
download
16
Transcript of MAKALAH PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas petunjuk-Nya, serta
berkat rahmat, karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah membawa kedamaian dan penerangan kepada umatnya
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ayah dan bunda tercinta yang telah
mencurahan segala perhatiannya kepada penulis. Serta kepada kepala sekolah beserta
guru guru SMA Negeri 1 Mandau yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan makalah ini seterusnya kepada sahabat-sahabat tercinta yang selalu
mendukung penulis dalam membuat makalah ini
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya.Untuk itu penulis membutuhkan masukan dari pembaca demi
sempurnanya makalah ini
Penulis juga berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
khususnya bagi generasi penerus bangsa agar lebih memperhatikan pentingnya
pendidikan itu sendiri
Duri,14 April 2011
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI PEMERATAAN
PENDIDIKAN TERHADAP ANAK DALAM SUDUT PANDANG
MASYARAKAT
Penulis :DEWI NURHASANAH PUTRI
Sekolah :SMA NEGERI 1 MANDAU
MENGETAHUI
KEPALA SEKOLAH PEMBIMBING
IRZALDI,SPd ASNAINI,SPd
Daftar Isi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak merupakan bagian dari warga masyarakat bahkan bangsa ini. Yang tentunya
mempunyai hak yang layak dalam kehidupan ini. Di antaranya adalah pendidikan. Sebagai
salah satu yang perlu diperoleh anak dalam mengarungi kehidupan di hari yang akan datang.
Dalam hal ini dapat memperoleh pendidikan sesuai kebutuhan guna mencapai cita-cita
merupakan dambaan setiap anak bangsa ini. Mereka berusaha untuk dapat memperoleh
kehidupan yang lebih sejahtera sebagai cita-citanya melalui proses pendidikan. Sehingga
wajar kalau orang tua, masyarakat dan pemerintah berusaha memberikan hak anak yang
berupa pendidikan tersebut.
Namun demikian walapun pendidikan dasar telah lama dicanangkan sebagai suatu
kewajiban, yaitu berupa wajar 9 tahun, namun masih banyak jumlah anak yang belum dapat
menikmati hak untuk memperoleh pendidikan tersebut secara optimal. Hal itu berkenaan
dengan mahalnya biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh peserta didik. Permasalahan
ekonomi yang dialami orang tua atau keluarga seringkali menjadi kendala rutin dan rumit
dalam kelangsungan pendidikan.Tidak hanya itu tetapi Hari ini jutaan anak di negeri ini
sedang terpuruk dalam kehidupan yang mengerikan. Terserak di jalan-jalan berdebu sebagai
pengemis, pengamen bahkan mencopet. Terkapar di tenda-tenda pengungsian, di
Palangkaraya, Sumenep, Makassar atau di Medan. Belum terhitung mereka yang menjadi
pekerja paksa di pabrik-pabrik, sejak pabrik sepatu, pabrik tahu atau sampai jermal
penangkapan ikan di tengah laut lepas. Apa yang dialami buruh anak di sana, tidak lebih baik
daripada rekan-rekan mereka di tenda pengungsian maupun di kolong jembatan.
Sesuai dengan tujuan Negara Republik Indonesia yang tercermin dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945,bahwa pemerintah Negara Indonesia berkewajiban antara
lain mencerdaskan kehidupan bangsa,maka pasal 31 ayat 1 menetapkan tiap-tiap warga
Negara berhak mendapatkan pengajaran.Dengan demikian,UUD 1945 mewajibkan
pemerintah mengusahakan dan menyelenggaraka satu sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan UUD 1945 pasal 31 ayat 2.Untuk mewujudkan hal itu pemerintah telah melakukan
berbagai upaya diantaranya memberikan hak memperoleh pendidikan bagi anak tersebut.
Oleh pemerintah telah diberikan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Namun dana
BOS tersebut ternyata juga tidak dapat menjangkau seluruh operasional proses pendidikan
dan pengajaran, sehingga orang tua juga harus masih banyak berperan dalam pendidikan.
Terlebih berkenaan dengan biaya di luar operasional yang harus dikelola oleh lembaga
pendidikan. Trasportasi, seragam, buku pelajaran dan lain-lainnya merupakan komponen
yang harus banyak ditanggung oleh orang tua secara maksimal.
Maka dari itu upaya diatas belum cukup,sampai saat ini pemerintah masih melakukan
berbagai upaya agar hak-hak anak dalam pendidikan dapat terpenuhi secara optimal,dan
permasalahan ini perlu dikaji lebih dalam lagi
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi pendidikan anak Indonesia saat ini?
2. Kendala apa yang menyebabkan pendidikan di Indonesia tidak merata?
3. Upaya apakah yang harus dilakukan pemerintah dalam pemerataan pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui upaya-upaya pemerintah
dalam menjalankan hak pendidikan terhadap anak,pemerataan pendidikan dan manfaat
pendidikan tersebut.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini dapat dijadikan masukan untuk pembacanya dan juga
kepada pemerintah agar pendidikan di Indonesia lebih di mantapkan lagi . Yang paling
utama kepada generasi muda agar dapat memahami arti pentingnya pendidikan
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Arti Penting Pendidikan
PENDIDIKAN merupakan hal yang sangat fundamental dalam meningkatkan
kualitas kehidupan dan merupakan faktor penentu perkembangan sosial dan ekonomi sosial
yang lebih baik. Tidak itu saja, pendidikan merupakan sarana yang paling strategis untuk
mengangkat harkat dan martabat suatu bangsa. Saat ini pemerintah sangat memperhatikan
segala aspek pendidikan yang ada untuk dikembangkankan kembali agar pendidikan di
Indonesia menjadi yang terdepan dalam pembangunan. Bentuk perhatian ini khususnya
tercermin dengan peningkatan anggaran yang dialokasikan bagi pendidikan sampai
penyempurnaan berbagai regulasi yang berlaku untuk memajukan dunia pendidikan ini.
Menurut pendapat lain adalah sebagai berikut:
Banyak golongan menyebutkan arti dari pendidikan. Dan inilah berbagai ungkapan
dari golongan-golongan itu.
Golongan I
Pendidikan adalah proses belajar mengajar antara pengajar dengan yang diajar untuk
mendapatkan suatu pengetahuan yang diharapkan dan akan menjadi sebuah bekal untuk masa
depannya.
Golongan II
Pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar di sekolah antara guru dengan muridnya
untuk mencerdaskan pada murid yang akan menjadi penerus bangsa.
Golongan III
Proses pembelajaran secara langsung maupun tidak langsung antara seseorang
maupun golongan yang dengan sengaja atau tidak disengaja melakukan kegiatan
pembelajaran baik di sesuatu ruangan maupun secara terbuka untuk menambahkan ilmu
pengetahuan kepada seseorang yang belum faham akan pendidikan itu.
Dari berbagai prespektif di atas, ungkapan dari golongan III adalah ungkapan yang
sangat kuat. Karena :
1. Pendidikan dilakukan secara langsung maupun tak langsung
2. Perseorangan atau golongan
3. Di dalam ruangan maupun terbuka
4. Untuk menambahkan wawasan kepada yang belum mengetahui akan wawasan itu.
Jadi, pendidikan bukanlah sekadar hanya dalam sekolah saja. Kita bermain juga
termasuk belajar. Karena tujuan dari itu adalah untuk menambahkan wawasan. Kita ketika
kecil dibantu untuk berjalan oleh orang tua atau orang lain, dan itu juga termasuk pendidikan.
Karena tanpa sadar kita dilatih untuk menambahkan wawasan dalam mengetahui cara belajar
berjalan
2.2 Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan
Dalam pelaksanaan pendidikan di suatu lembaga pendidikan tidak terlepas dari lima
faktor pendidikan agar kegiatan pendidikan terlakana dengan baik. Apabila salah satu faktor
tidak ada maka mutu pendidikan tidak dapat tercapai dengan baik karena faktor yang satu
dengan yang lainnya saling melengkapi dan saling berhubungan. Adapun kelima faktor
tersebut adalah:
a. Faktor Tujuan
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka faktor tujuan perlu diperhatikan.
Sebab mutu suatu lembaga pendidikan yang berjalan tanpa berpegang pada tujuan akan sulit
mencapai apa yang diharapkan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah senantiasa
harus berpegang pada tujuan sehingga mampu menghasilkan output yang berkualitas.
Dengan adanya perencanaan seperti itu dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang harus
dijadikan pedoman dalam melaksanakan pendidikan nasional, intruksional maupun tujuan
yang lain yang sebih sempit.
b. Faktor Guru (pendidik)
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, guru harus benar-benar membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai.
Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan kriteria bagi
seorang guru ialah harus memiliki kewibawaan.
Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, karena gurulah yang merupakan aktor utama dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan.
c. Faktor Siswa
Anak didik atau siswa merupakan objek dari pendidikan, sehingga mutu
pendidikan yang akan dicapai tidak akan lepas dengan ketergantungan terhadap kondisi fisik
tingkah laku dan minat bakat dari anak didik.
d. Faktor Alat
Yang dimaksud faktor alat (alat pendidikan), adalah segala usaha atau tindakan
dengan sengaja yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan ini
merupakan masalah yang esensial dalam pendidikan, karena itu perlu dilakukan upaya untuk
menyediakan alat-alat tersebut. Yang dikatagorikan sebagai alat pendidikan adalah sesuatu
yang dapat memenuhi tercapainya tujuan pendidikan yaitu sarana, prasarana dan kurikulum.
e. Faktor Lingkungan/ Masyarakat
Kemajuan pendidikan sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakat termasuk orang tua
siswa, karena tanpa adanya bantuan dan kesadaran dari masyarakat sulit untuk melaksanakan
peningkatan mutu pendidikan. Sekolah dan masyarakat merupakan dua kelompok yang tidak
dapat dipisahkan dan saling melengkapi satu sama lainnya. Karena itulah dibentuklah komite
sekolah berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan No 044/V/2002 tentang pembentukan
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, maka otonomi sekolah bermitra kerja dengan
Komite Sekolah. Peran Komite Sekolah memberi pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan, mendukung penyelenggaraan pendidikan,
mengontrol, mediator antara pemerintah dan masyarakat
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kondisi Pendidikan Indonesia
Pentingnya pendidikan anak merupakan bagian tak terpisahkan dari persoalan
mencerdaskan bangsa. Bahwa anak-anak membutuhkan pendidikan demi tumbuh
kembangnya yang baik di masa-masa mendatang, dan bekal untuk kehidupan selanjutnya.
Pendidikan adalah upaya humanisasi. Karena melalui proses tersebut, anak-anak diasah
melalui seperangkat pengetahuan untuk memiliki kesadaran dan kemauan yang positif dalam
menemukan dan merumuskan tujuan untuk dirinya sendiri.
Konvensi Hak Anak (KHA) pasal 28 - 29 menekankan soal pendidikan sebagai hak
anak yang harus dipenuhi. Termasuk ketika bangsa, negara, dan masyarakat berada dalam
kondisi terburuk. Bahkan dalam situasi seperti ini, pendidika justru merupakan cermin
terbalik, yang memungkinkan anak-anak memiliki sebuah wilayah damai dalam situasi
konflik. Hal ini bertujuan agar anak-anak dipastikan berada dalam wilayah aman, dengan
refleksi, pencernaan, dan sosialisasi nilai-nilai kehidupan yang positif. Berbeda dari kondisi
terburuk umum di tengah masyarakatnya.
Sejauh pemantauan YPHA, pemerintah dan lembaga-lembaga pemegang mandat
pemenuhan hak anak belum mempunyai mekanisme penanganan bencana yang baik,
khususnya pemenuhan pendidikan dalam situasi krisis (bencana dan konflik). Data-data
periode Januari – Maret 2008 menunjukkan bahwa, terjadi pelanggaran hak anak di bidang
pendidikan, dengan indikasi sejumlah anak terancam putus sekolah dengan berbagai alasan.
Karena itu, YPHA terdorong untuk menunjukkan alasan-alasan signifikan, yang perlu
diperhatikan secara serius dalam memaksimalkan perhatian dan pemenuhan kepentingan
terbaik anak di bidang pendidikan. Proses ini dilandasi oleh tujuan:
♦ Memperlihatkan sejumlah alasan signifikan yang menjadi faktor penghambat pemenuhan
kepentingan terbaik anak di bidang pendidikan
♦ Mendorong para pemegang mandat KHA untuk memiliki mekanisme penanganan bencana
yang ramah anak
♦ Memaksimalkan perhatian dan dukungan masyarakat terhadap pemenuhan kepentingan
terbaik anak di bidang pendidikan
3.2 Masalah-masalah yang di hadapi pemerintah dalam menjalankan hak pendidikan
anak
3.2.2 TIDAK MERATANNYA PENDIDIKAN DI INDONESIA
Indonesia adalah negara berkembang yang masih mengalami berbagai proses
pembangunan. Di sektor pendidikan, Indonesia masih kurang mengembangkan SDM yang
dimiliki masyarakat. Buktinya, dalam sebuah survei mutu pendidikan, Indonesia menempati
urutan ketiga dari bawah di antara 40 negara lain.
Sistem pendidikan di Indonesia selalu disesuaikan dengan kondisi politik dan birokrasi yang
ada. Padahal menurut saya, itu bukanlah masalah utama dalam meningkatkan mutu
pendidikan. Yang lebih penting adalah bagaimana pelaksanaan di lapangan, termasuk
kurangnya pemerataan pendidikan, terutama di daerah tertinggal.
Dapat terlihat bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia belum tercapai, seperti
dapat terlihat pada tahun 1999 Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD mencapai
94,4%. Namun, APM untuk usia SLTP masih berkisar 54,8% dan SLTA 31,5%.
Ketidakmerataan ini umumnya terjadi pada kelompok masyarakat pedesaan dan kelompok
miskin. Pemerataan pendidikan masyarakat miskin di Indonesia dapat dibagi menjadi
pemerataan pendidikan formal dan non-formal
Pendidikan Formal
Masalah pemerataan pendidikan merupakan masalah di bidang pendidikan pada
negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen
Pendidikan Nasional (Depdiknas) dari periode 2001/02 sampai 2005/06, angka partisipasi
murni SD di Indonesia cukup bagus sebesar 94,20%. Untuk level pendidikan SMP, SMU dan
Perguruan Tinggi terjadi ketidakmerataan pendidikan dengan angka partisipasi bersekolah
yang kecil.
Jika melihat angka partisipasi murni untuk usia SMP tahun 2005/2006 (data dari
Depdiknas) maka menunjukkan angka 62,06% yang berarti 37,94% yang tidak dapat
melanjutkan ke pendidikan SMP. Itupun belum memperhitungkan jumlah anak yang putus
sekolah, maka jumlah tersebut akan berkurang. APM sebesar 42,64% pada level SMU,
menunjukkan lebih besarnya jumlah anak usia SMU yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke level SMU. Hal ini juga belum memperhitungkan anak putus sekolah di level
pendidikan SMU.
Pendidikan Non-formal
Seperti halnya pendidikan formal, pendidikan non-formal pun mengalami
permasalahan dalam hal pemerataan pendidikan.Sampai dengan tahun 2006, pendidikan non
formal yang berfungsi baik sebagai transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja (transition from
school to work) maupun sebagai bentuk pendidikan sepanjang hayat belum dapat diakses
secara luas oleh masyarakat. Pada saat yang sama, kesadaran masyarakat khususnya yang
berusia dewasa untuk terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya masih
sangat rendah, apalagi pendidikan non formal yang pada umumnya membutuhkan biaya yang
cukup mahal sehingga tidak dapat terangkau oleh masyarakat miskin.
3.2.3Anggaran yang tidak sesuai dengan ketetapan Undang-Undang
Anggaran pendidikan yang dialokasi dari APBN ternyata kurang dari 10%, padahal
menurut UU Sistem Pendidikan Nasional 2003 seharusnya 20% dari APBN. Anggaran yang
dialokasikan untuk penanggulangan anak-anak putus sekolah sangat sedikit dan cenderung
berkurang setiap tahunnya. Padahal anak-anak putus sekolah setiap tahunnya bertambah
dengan krisis ekonomi dan beban hidup yang makin meningkat karena kenaikan BBM.
Masalah anggaran ini juga termasuk masalah yang cukup besar karena anggaran untk
pendidikan telah ditetapkan namun belm dapat berjalan namun malah berkurang.
4.1 Upaya pemerintah memenuhi hak anak dalam pendidikan
4.2.1 Pendidikan Murah, Berkualitas bagi anak Indonesia
Dunia pendidikan kita tidak pernah lepas dari masalah. Polemik demi polemik silih
berganti muncul dan saling terkait. Awalnya muncul masalah nasib guru, kemudian muncul
soal gedung sekolah yang rusak, dan akhirnya masalah kemampuan biaya sekolah menjadi
persoalan serius di dunia pendidikan. Bahkan boleh dikata, soal biaya bisa menjadi persoalan
utama dalam dunia pendidikan di Indonesia. Memang, permasalahan yang dihadapi
masyarakat adalah biaya pendidikan yang mahal dan sangat mempengaruhi mutu pendidikan.
Akibat biaya pendidikan yang mahal, membuat masyarakat di bawah garis kemiskinan tidak
mampu membiayai pendidikan anaknya. Padahal, pemerintah ingin menuntaskan wajib
belajar atau wajar sembilan tahun. Jika masalah pendanaan itu tidak mendapat perhatian
maka program wajar yang telah ditetapkan dipastikan tidak akan terealisasi. Banyak anak
putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah mereka.
Kecenderunganya, pemerintah kita dewasa ini kesulitan memberikan perhatian
kepada masalah pendidikan. Apalagi banyaknya bencana alam dan musibah yang menimpa
negeri ini membuat pemerintah harus mengencangkan ikat pinggang mengatur anggaran
keuangannya. Sehingga harus ada yang menjadi korban dan salah satunya anggaran
pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari anggaran pendidikan nasional yang masih berada di
bawah nilai anggaran yang diperlukan. Meski dalam UU Sistem Pendidikan Nasional telah
ditetapkan untuk anggaran pendidikan harus sebesar 20 persen dari total APBN.
Namun, saat ini alokasi anggaran pendirikan nasional baru direalisasi sekitar 14
persen dari nilai total APBN. Memang kondisi alokasi anggaran pendidikan nasional kita
masih dalam taraf memprihatinkan. Ini dikarenakan adanya kenyataan anggaran yang
seharusnya disalurkan ke sektor pendidikan namun justru diperuntukkan bagi sektor politik.
Kita memang sadar, masih banyak sektor-sektor lain yang harus diperhatikan oleh
negara untuk diberi anggaran melalui kebijakan-kebijakan liberalisasi. Meski demikian,
kebijakan yang dapat mendorong majunya dunia pendidikan seharusnya tetap diperioritaskan
oleh pemerintah. Bila tidak, maka dunia pendidikan akan terus berada dalam krisis mutu dan
jauh tertinggal dari negara-negara berkembang lainnya. Mutu pendidikan di Indonesia harus
ditingkatkan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia sudah
tertinggal jauh dengan negara-negara tetangga dalam peningkatan mutu pendidikan dan harus
bisa diatasi. Salah satu cara yang harus dilakukan oleh pemerintah tidak ada jalan lain hanya
dengan meningkat anggaran belanja bagi pendidikan dalam APBN/APBD (berdasarkan UUD
45 dan UU No.20/2003) sebesar 20 persen. Sebetulnya prosentasi anggaran pendidikan
tersebut masih jauh tertinggal dari anggaran pendidikan di luar negeri yang mencapai sebesar
40 persen. Dana pendidikan di negara asing itupun di luar gaji dan pendidikan kedinasan dan
sumbangan dari pengusaha terutama untuk membiayai penelitian. Kalau demikian, alangkah
kecilnya anggaran pendidikan kita
Namun ada upaya pemerintah yang dapat terealisasi yaitu Bos (Bantuan Operasional
Sekolah -red).BOS(Bantuan Operasional Sekolah-red) merupakan salah satu upaya dari dari
pemerintah untuk mewujudkan pendidikan murah. Program ini sudah banyak tersebar di
beberapa daerah termasuk bagi merekaa yang belajar di sekolah swasta. Salah satunya di
MTs Tajul Ulum sudah ada Bos sejak dua tahun yang lalu dengan adanya Bos biaya sekolah
tidak terasa berat karena dulunya para siswa harus membayar Rp 17.000,- / bulan sekarang
hanya Rp 1.000,00 perbulan. Hal itu dirasa dapat benar-benar meringankan beban orang tua,
karena dirasa sangat murah.
Sejumlah kalangan pendidikan mengungkapkan tentang dana Bos, yaitu berharap
agar dana tersebut lancar. Sehingga siswa yang ingin mengenyam pendidikan semakin
meningkat setiap tahunnya karena merasa tidak terbebani oleh biaya pendidikan. Memang
pendidikan sangat penting bagi anak-anak Bangsa.
4.2.2 Menyediakan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar
Seperti yang kita ketahui bahwa sarana dan prasarana sangat di butuhkan untuk
menunjang keberhasilan belajar mengajar.Tanpa sarana penunjang tentu proses belajar
mengajar akan sulit berjalan dengan baik.Begitu pentingya masalah sarana dan prasarana ini
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia telah memberlakukan peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomoe 24 Tahun 2007 tentang standar Sarana dan
Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah(SD/MI),Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah(SMP/MTS),dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah(SMA/MA)
4.2.3 Gerakan Orang Tua Asuh(GOTA)
Bekerja sama dengan Gerakan Orang Tua Asuh merupakan upaya pemerintah untuk
menyelamatkan nasib anak yang tak mampu bersekolah melalui lembaga-lembaga sosial.Bagi
anak yang orang tuanya tidak mampu menyekolahkannya maka anak tersebut di daftarkan ke
lembaga sosial tersebut kemudian lembaga tersebut akan mencarikan donator untuk
membiayai anak yang tak mampu tadi yaitu melalui orang tua asuh.Melalui dompet-dompet
amal tersebut maka anak dapat bersekolah dan beban orang tua untuk menyekolahkan
anaknya menjadi berkurang.
4.2.4 Tersedianya tenaga pendidik yang professional
Untuk mengupayakan pendidikan pemerintah memberikan tenaga pengajar yang
professional sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No
16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. sehingga dapat
membimbing anak-anak tersebut dengan sistem yang tertata dengan baik dan hasil dari
didikan yang baik, mampu menjadi intelektual yang mampu bersaing.Dan tenaga pengajar ini
pun telah sampai ke pelosok-pelosok desa agar mereka juga mendapatkan pendidikan dari
pengajar professional sama seperti anak-anak di kota.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sesuai dengan penjabaran makalah diatas maka kita dapat mengambil kesimpulan,
bahwa upaya pemerintah belum sepenuhnya dapat meratakan pendidikan terhadap anak.
Ditandai dengan penganggaran dana pendidikan dari APBN sebesar 20% belum terpenuhi,
dan yang paling mencolok adalah anak – anak Indonesia masih banyak belum mengenyam
pendidikan wajib 9 tahun. Sesuai dengan data dibawah ini:
5.2 Saran-saran
Untuk dapat meraih kemajuan bangsa ini pemerintah hendaknya selalu
mengupayakan pendidikan yang baik dan bermutu seperti:
1.Pendidikan murah dan berkualitas agar semua anak dapat mrasakan indahnya sekolah
2.Menyediakan fasilitas yang lengkap dan memadai sebagai penunjang pelaksanaan
pendidikan
3.Melakukan pemerataan pendidikan hinggaa ke pelosok-pelosok desa
…… “Ternyata, peningkatan jumlah anak putus sekolah di Indonesia sangat mengerikan. Lihatlah, pada tahun 2006 jumlahnya “masih” sekitar 9,7 juta anak; namun setahun kemudian sudah bertambah sekitar 20 % menjadi 11,7 juta jiwa. Tidak ada keterangan dari Komnas PA apakah jumlah tersebut merupakan akumulasi data tahun sebelumnya, lalu ditambah dengan jumlah anak-anak yang baru saja putus sekolah. Tapi kalaupun jumlah itu bersifat kumulatif, tetap saja terasa sangat menyesakkan.”……
Sumber : http://ayomerdeka.wordpress.com
4.Menyediakan pengajar yang professional dan berpengalaman
DAFTAR PUSTAKA
Http://pppakb.grobogan.go.id
Kalselprov.go.id
Departemen Pendidikan Nasional,Undanng-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem Pendidikan Nasional
C.S.T.Kansil,Nurlaili.2004.Pendidikan Kewarganegaraan.Jakarta:Bumi Aksara
Rohmadlhoni,Moh Syahrul.2010.Pendidikan Murah dan Berkualitas.Tasikmalaya
Rustantiningsih.2008.Upaya Pemberian Layanan Pendidikan
Mukhaelani.2008.Usaha Orang Tua Dalam Memenuhi Hak Anak Dalam Memperoleh
Pendidikan.Majalah Gema Besemi
Http://skripsi.umm.id/files/disk1/233/jiptummpp-gdp-sp-yusni darfa-11614-PENDAHU-
N.pdf
Id.wikipedia.org
Junne 2010.Pemerataan Akses Pendidikan Masyarakat Miskin Sebagai Solusi Pembangun Di
INDONESIA.Jakarta
Herlianti,Yanti.2007.Hak Pendidikan Bagi Setiap Anak Indonesia Bisahkah Terpenuhi?
Haq,Moh Syahidul.2007.Pendidikan Murah,berkualitas Hak Masyarakat Indoesia
http://ayomerdeka.wordpress.com