Makalah Penanganan Limbah Susu Fix

22
BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini masalah mengenai kerusakan lingkungan merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan. Kerusakan lingkungan dapat terjadi baik dari perilaku manusia sendiri maupun diakibatkan oleh alam. Limbah merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia. Salah satu faktor pencemaran lingkungan dihasilkan oleh limbah pabrik. Pabrik susu merupakan salah satu contoh penghasil limbah yang dapat mencemari lingkungan. Dari pabrik susu dapat mencemari lingkungan baik udara maupun darat. Namun, dewasa ini dari Dinas Pemerintah melakukan pemeriksaan terhadap setiap pabrik agar menindaklanjuti pembuangan limbah agar diharapkan ramah lingkungan. Salah satu contoh tindakan yang diberikan pabrik susu kepada lingkungan dengan mendirikan suatu Intalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) guna mensterilkan limbah yang akan di buang ke darat. Prospek industri susu yang semakin menjanjikan, mendorong produsen susu untuk terus menambah kapasitas produksi dan membangun pabrik baru di Indonesia. Namun, di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran baru dalam peningkatan volume limbah yang dihasilkan. Volume air limbah pabrik susu di Indonesia, rata-rata menghasilkan limbah dengan volume sebesar 2 liter/kg produk susu. Untuk mengurangi dampak negatif dari produksi susu 1

description

limbah

Transcript of Makalah Penanganan Limbah Susu Fix

BAB IPENDAHULUAN

Dewasa ini masalah mengenai kerusakan lingkungan merupakan isu yang sedang hangat dibicarakan. Kerusakan lingkungan dapat terjadi baik dari perilaku manusia sendiri maupun diakibatkan oleh alam. Limbah merupakan salah satu penyebab kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia. Salah satu faktor pencemaran lingkungan dihasilkan oleh limbah pabrik. Pabrik susu merupakan salah satu contoh penghasil limbah yang dapat mencemari lingkungan. Dari pabrik susu dapat mencemari lingkungan baik udara maupun darat. Namun, dewasa ini dari Dinas Pemerintah melakukan pemeriksaan terhadap setiap pabrik agar menindaklanjuti pembuangan limbah agar diharapkan ramah lingkungan. Salah satu contoh tindakan yang diberikan pabrik susu kepada lingkungan dengan mendirikan suatu Intalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) guna mensterilkan limbah yang akan di buang ke darat.Prospek industri susu yang semakin menjanjikan, mendorong produsen susu untuk terus menambah kapasitas produksi dan membangun pabrik baru di Indonesia. Namun, di sisi lain juga menimbulkan kekhawatiran baru dalam peningkatan volume limbah yang dihasilkan. Volume air limbah pabrik susu di Indonesia, rata-rata menghasilkan limbah dengan volume sebesar 2 liter/kg produk susu. Untuk mengurangi dampak negatif dari produksi susu olahan, maka limbah cair hasil produksi susu dapat harus ditindak lanjuti agar tidak mencemari lingkungan sekitar.Sebagian besar sumber utama limbah cair industri susu berasal dari produk susu yang terbuang selama proses produksi, biasanya disebabkan oleh kebocoran dan tumpahan selama proses produksi berlangsung, seperti sistem operasional kurang baik yang terjadi pada saat pemindahan pipa saluran produksi, mesin evaporasi, proses pengisian dan sisa bahan baku yang rusak. Susu yang hilang selama produksi berkisar antara 0,%1 3%. Industri susu juga tidak luput dari masalah limbah yang dihasilkan. Walaupun menurut Republika (2011) konsumsi susu masyarakat Indonesia masih jauh di bawah konsumsi rata-rata di beberapa negara Asia Tenggara, yaitu lebih kurang sebesar 11,09 kilo gram per kapita per tahun dan angka ini bahkan tak setengahnya konsumsi susu di Malaysia yang 23 kg/kapita/tahun, limbah cair yang berasal dari industri susu cukup melimpah dan mempunyai karakteristik khusus, yaitu kerentanannya terhadap bakteri. Limbah tersebut sangat mudah mengalami proses pembusukan dan apabila tidak segera didaur ulang akan sangat membahayakan lingkungan di sekitar industri.Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka perlu dicari alternatif pemecahan terhadap kemungkinan pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah industri susu melalui perancangan suatu metode proses pengolahan yang sederhana, murah, dan efisien untuk mengolah limbah tersebut sehingga menjadi air yang tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar daerah industri susu.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Industri SusuIndustri pengolahan susu merupakan salah satu industri yang terus bertumbuh di Indonesia. Asosiasi Industri Pengolah Susu (AIPS) memproyeksikan tahun 2012 industri pengolahan berbahan baku susu sapi bisa tumbuh antara 6,8 persen sampai 7 persen. AIPS beranggotakan sejumlah perusahaan pengolah susu besar seperti Nestle, Sari Husada, Frisian Flag, Ultra Jaya, Indolacto, dan lain-lain. Tahun 2011 nilai penjualan industri pengolah susu sapi sekitar Rp 31 triliun (AIPS, 2012).

2.2Standar Baku Mutu Air BuanganSesuai dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 menyebutkan bahwa baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1990). Sudarmadji (2002), menjelaskan bahwa baku mutu air adalah persyaratan mutu air yang sudah disiapkan oleh suatu negara atau daerah bersangkutan.Mahbub (1982) dalam Sudarmadji (2002), menyatakan bahwa dalam pengelolaan mutu air bagi sumber air dikenal dua macam baku mutu air yaitu sebagai berikut:1) Stream standard, adalah persyaratan mutu air bagi sumber air seperti sungai, danau, air tanah yang disusun dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air tersebut, kemampuan mengencerkan serta faktor ekonomis.2) Effluent standard, adalah persyaratan mutu air limbah yang dialirkan ke sumber air, sawah, tanah, dan lokasi-lokasi lainnya dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber air yang bersangkutan dan faktor ekonomis pengolahan air buangan (untuk daerah industri).2.3Limbah Cair Karakteristik air yang telah mengalami pencemaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu karakteristik fisis, kimia dan biologi ( Linsley and Frannzini, 1991)1. Karakteristik FisisPerubahan yang ditimbulkan oleh parameter fisis berupa limbah cair yaitu suhu, zat padat terlarut,zat padat tersusupensi, kekeruhan ,daya hantar listrik, warna, rasa dan bau. Air limbah dengan tingkat pencemar sedang mengandung sekitar 60% zat-zat terlarut dan sekitar 40% zat padat tersupensi.2. Karakteristik KimiaKarakteristik ini ditentukan oleh kandungan unsur yang membentuk sifat-sifat kimia dari limbah cair yang meliputi pH, kadar khlor, alkalinitas, kadar sulfur, zat beracun seperti : CN ( cianida ), Cr ( chrom ), logam berat ( Na, Mg, Cr, Cd, Zn, Cu, Fe, dan Hg ), fosfor, gas-gas seperti NH3, CH4O2dan lain- lain, methane, dan nitrogen. Bahan organik dalam limbah mengandung sekitar 40%-60% protein, 25% - 50% karbohidrat serta 10% lainnya berupa lemak. pH menunjukan derajat asam-basa suatu cairan, melalui konsentrasi (aktifitas) ion Hidrogen. Peranan ion hidrogen dalam air dapat mempengaruhi aktifitas manusia, binatang, mikroorganisme serta proses-proses lainya. Ion hidrogen sangat berperan dalam air, namun tidak begitu berperan dalam pelarut organik seperti alkohol dan lain-lain. Oleh karena itu, derajat asam basa hanya dapat diukur di dalam pelarut air.3. Karakteristik BiologiKarakteristik ini ditentukan oleh kandungan organisme di dalam air seperti bakteri coliform dan organisme mikro lainnya termasuk ganggang dan jamur.2.4Karakteristik Limbah Cair SusuSumber utama limbah cair industri susu adalah produk yang hilang selama operasi pencucian yang dilakukan secara intensif selama proses proses produksi. Limbah cair yang berasal dari industri susu karakteristiknya tidak jauh berbeda dari perusahaan makanan lainnya. Tetapi limbah cair dari industri susu mempunyai karakteristik khas yaitu kerentanannya terhadap bakteri pengurai. Dengan demikian limbah cair industri susu akan mudah mengalami kebusukan. (Agus,2000). Selain itu juga industri pengolahan susu melibatkan bahan baku susu murni menjadi produk konsumen seperti susu, mentega, keju, yoghurt, susu kental, susu kering (susu bubuk), dan es krim, menggunakan proses seperti chilling (pendinginan), pasteurisasi, dan homogenisasi. Limbah susu mengandung gula terlarut dan protein, lemak serta residu dari aditif. Parameter-parameter penting yang harus diperhatikan dalan dairy industry adalah :a. BOD dengan rata-rata berkisar 0,8-2,5 kilogram per metrik ton (kg/t) susu dalam limbah yang belum ditreatmentb. COD yang biasanya sekitar 1,5 kali kadar BODc. TSS di 100-1,000 miligram per liter (mg/l)d. Total padatan terlarut fosfor (10-100 mg/l), dan nitrogen (sekitar 6% dari tingkat BOD).Berikut Tabel 1 di bawah ini berisi mengenai parameter yang memegang peranan penting dalam kualitas limbah industri olahan susu.

Tabel 1. Kualitas Limbah Industri SusupH memiliki pengaruh besar dalam pertumbuhan mikroba. Pengukuran tingkat keasaman ini dapat mengunakan elektroda pH yang tahan terhadap kondisi limbah itu sendiri. Produksi krim, mentega, keju, dan whey adalah sumber utama dari BOD dalam air limbah. Pada umumnya, beban limbah dari konstituen susu adalah sebagai berikut : 1 kg lemak susu setara dengan 3 kg COD ; 1 kg laktosa setara dengan 1,13 kg COD; dan 1 kg protein setara dengan 1,36 COD kg. Air limbah dapat mengandung zat patogen dari bahan yang terkontaminasi atau proses produksi. Susu sering menghasilkan bau dan debu (dalam beberapa kasus) yang perlu dikontrol. Sebagian besar limbah padat dapat diolah menjadi produk lain dan produk sampingan.Penentuan BOD dan COD sangat penting untuk mengetahui tingkat pencemaran limbah yang menuju ke perairan umum. Kandungan BOD dan COD perlu diketahui agar senyawa organik dalam limbah air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang mudah atau sukar didegradasi secara biologis . BOD dapat diukur dengan menggunakan prinsip manometrik dan respirometrik. COD dapat diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri setelah mengalami pemanasan pada suhu dan waktu tertentu. Total Suspended Solid (TSS) adalah salah satu parameter yang digunakan untuk pengukuran kualitas air. Penentuan padatan tersuspensi total perlu dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat berdampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam air dan meningkatkan kekeruhan air yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi organisme air. Penentuan kadar TSS dapat dilakukan dengan menggunakan metode gravimetric, spektrofotometri atau dengan TSS meter. Lemak dan minyak biasa ditemukan mengapung di permukaan air meskipun sebagaian terdapat dibawah permukaan air. Adanya minyak dan lemak diatas permukaan air menghambat proses biologi dalam air sehingga proses fotosintesis sulit terjadi. Penentuan kadar minyak dan lemak secara akurat dapat dilakukan dengan melakukan ekstraksi atau dengan metode spektrofotometri. Limbah dari pengolahan susu segar mempunyai bahan organik terlarut yang tinggi dan bahan tersuspensi yang rendah (Jenie. 2004).Pengendalian senyawa nitrogen dan fosfor penting dilakukan karena senyawa-senyawa tersebut bersifat metabolistik. Keberadaan fosfor yang berlebihan disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakkan pertumbuhan algae di perairan yang akhirnya membentuk lapisan di atas permukaan air yang dapat menghambat penetrasi oksigen dan matahari sehingga akan mengganggu kehidupan biota air. Penentuan kadar nitrogen dan fosfor dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri.Limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khusus, yaitu kerentanannya terhadap bakteri. Limbah tersebut mudah mengalami proses pembusukan dan apabila tidak segera didaur ulang akan membahayakan lingkungan di sekitar industri (R. Wagini, 2002). Suhu mempretasikan aktivitas dan pertumbuhan bakteri dalam limbah. Pengukuran suhu dapat dilakukan dengan menggunakan termometer biasa. Selain itu juga terdapat bakteri coliform merupakan indikator mikroorganisme berbahaya di dalam air limbah. Pada umumnya, penentuan banyaknya bakteri coliform dalam limbah dapat menggunakan metode MPN.

2.5Metode Proses Pengolahan Limbah CairProses pengolahan limbah cair yang telah berkembang hingg saat ini adalah proses pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Dalam penerapannya masing-masing proses dapat berdiri sendiri atau dengan cara mengkombinasikannya (Wagini, 1996).1. Proses FisikaProses pengolahan secara fisika yaitu proses pengolahan yang mengakibatkan perubahan kualitas limbah cair akibat berlangsungnya proses-proses fisis. Proses ini meliputi : proses sekrining, flotasi, filtrasi,dan absorpsi.2. Proses KimiaProses pengolahan secara kimia, meliputi proses-proses : koagulasi-tiokulasi, yaitu proses pemisahan partikel dengan menambahkan bahan koagulan yang dibantu dengan proses flokulasi. Proses-proses lainnya adalah : proses pertukaran ion dan proses yang mampu nienghilangkan zat terlarut organik.3. Proses BiologiProses pengolahan secara biologi sesungguhnya merupakan proses oksidasi yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Proses pengolahan secara biologi dklasifikasi berdasarkan ketergantungan prosesnya dengan oksigen, yaitu proses aerob dan proses anaerob.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

Penelitian pengolahan limbah cair industri susu, dilakukan di Laboratorium Fisika Terapan dan Lingkungan, di bawah Laboratorium Fisika Dasar, Jurusan Fisika FMIPA UGM. Sedangkan obyek yang diteliti adalah limbah cair industri susu PT. Sari Husada Yogyakarta. Bahan-bahan lainnya adalah : tawas sebagai bahan koagulan, batu kapur, arang aktif dan pasir kuarsa sebagai bahan penyaring.Sesuai dengan karaktenistik limbah cair industri susu, maka proses-proses pengolahan dipilih dengan mengkombinasikannya proses secara fisika, kimia dan biologi. Pada penelitian ini proses-proses yang telah dipilih tersebut dikombinasikan dan dipilih alur proses pengolahan limbah cair industri susu secara seksama disajikan pada gambar berikut.

Peralatan proses pengolahan limbah cair industri susu dirancang dalam bentuk bak-bak yang disesuaikan dengan fungsinya. Peralatan hasil rancangan diinstalasi sesuai dengan alur proses yang telah dipilih dan secara seksama disajikan pada gambar 2. Sebelum proses pengolahan limbah cair industri susu yang sesungguhnya berlangsung, terlebih dahulu dilakukan eksperimen pendahuluan yaitu proses aerasi dan analisa Jart Test.

3.1 Eksperimen Pendahuluan3.1.1Proses AerasiProses ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme. Konsentrasi mikroorganisme yang besar akan menurunkan kandungan bahan pencemar dalam waktu yang sangat singkat. Eksperimen pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan mikroorgansme yang paling besar selama kurun waktu 10 jam. Proses aerasi dilakukan dengan memasukkan oksigen ke dalarn limbah cair industri susu dengan menggunakan aerator pump. Pemberian oksigen dilakukan secara terus menerus, sebelum dan selama proses aerasi berlangsung, setiap 2 jam dilakukan pengujian terhadap jumlah bakteri untuk mengetahui pertumbuhannya.

3.1.2 Analisa Jart TestAnalisa ini dilakukan untuk mengetahui optimasi penggunaan bahan koagulan sebagal destabilitator koloid (Tjokrokusurno.1995). Pada penelitian ini digunakan bahan koaguIan tawas dengan konsentrasi 10% dalam 1000 ml air. Proses didahului dengan melakukan penambahan koagulan ke dalam setiap 500 ml sampel, dengan variasi dosis koagulan yang disertai pengadukan cepat selama 1 menit dan diteruskan dengan pengadukan lambat selarna 2 menit. Setelah proses penambahan koagulan dan pengadukan dilakukan, masing-masing sampel dengan dosis koagulan yang berbeda-beda dipindahkan ke dalam tabung gelas ukur secara perlahan supaya flok yang terbentuk tidak pecah. Pemantauan dilakukan dengan mengamati warna secara visual dan mengukur besaran pH, kekeruhan dan zat padat tersuspensi.

3.2PengolahanProses sesungguhnya pengolahan limbahcair indusri susu dengan peralatan proses hasil instalansi yang disajikan pada gambar 2 dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

Gambar 2.Instalasi Peralatan Proses Pengolahan Limbah Cair Industri SusuTahap 1. Proses equalisasi atan proses penyeragaman, yaitu proses pendahuluan yang akan sangat membantu terhadap proses aerasi anaerob.Tahap 2. Proses aerasi anaerob, yaitu proses yang bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik terlarut dan senyawa organik Iainnya dengan bantuan bakteri anaerob.Tahap3. Proses aerasi, bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organic dan senyawa organik lainnya dengan cara rnemasukkan oksigen secara terus menerus.Tahap 4. Proses sedimentasi pertama, proses untuk mengendapkan lumpur yang dihasilkan pada proses aerasi.Tahap 5. Proses koagulasi-flokulasi, yaitu proses penambahan dosis koagulan dan dilanjutkan dengan proses pengadukan untuk membentuk flok.Tahap 6. Proses sedimentasi kedua, yaitu proses pengendapan terhadap flok yang terbentuk pada proses 5.Tahap 7. Proses flotasi, yaitu proses pengapungan untuk meningkatkan laju pemindahan partikel-partikel tersuspensi yang masih ada.Tahap 8.Proses sedimentasi ketiga, yaitu proses pengendapan partikel ringan.Tahap 9. Proses penyaringan dengan pasir, untuk menyaring partikel halus.Tahap 10. Proses penyaringan dengan arang aktif, untuk menyerap bahan-bahan kimia yang masih tersisa.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Pengujian AwalHasil pengujian awal terhadap sampel limbah cair industri susu rnenunjukkan bahwa limbah tersebut mengandung bahan pencemar yang cukup tinggi. Pada tabel 1, parameter-parameter BOD dan COD melebihi ambang batas baku mutu air buangan. Disamping limbah cair industri susu sangat rentan terhadap bakteri. Dari kurva pertumbuhan bakteri dengan waktu aerasi, pada gambar 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri relatif konstan dan agak lambat pada 6 jam pertama aerasi. Pertumbuhan yang lambat ini disebabkan oleh adanya suasana pada limbah cair, sehingga bakteripun menyesuaikan diri. Setelah 8 jam aerasi bakteri mulai tumbuh berlipat ganda dan akhirnya akan turun secara drastis setelah 10 jam. Pertumbuhan bakteri yang berlipat ganda ini mengakibatkan persediaan makanan yang berupa bahan organik yang terkandung didalam limbah akan cepat habis. Apabila keadaan ini berlangsung secara terus-menerus tanpa ada tambahan makanan dan luar maka bakteri akan kelaparan dan mati. Pada eksperimen pendahuluan proses aerasi ini diketahui bahwa pertumbuhan bakteri yang paling maksimum terjadi pada aerasi selama 8 jam dan waktu aerasi inilah digunakan sehagai dasar proses aerasi pada proses pengolahan yang sesungguhnya, sedangkan dan analisa jar test mewujudkan adanya penurunan tingkat kekeruhan, jumlah zat padat tersuspensi dan pH terhadap penambahan dosis koagulan, lihat gambar 4, 5 dan 6. Penurunan yang besar terjadi pada penambahan dosis koagulan 5 ml. Sedangkan pada penambahan dosis koagulan 10 ml hingga 35 ml justru akan rnenaikkan tingkat kekeruhan. Jumlah total padat tersuspensi dan tingkat keasaman (pH). Dari analisa ini menunjukkan bahwa penambahan dosis koagulan yang paling ideal untuk proses pengolahan limbah cair industri susu adalah 5 ml kedalarn 500 ml sampel. Hasil ini digunakan sebagai dasar pada proses pengolahan yang sesungguhnya. Optimasi yang diperoleh dan eksperimen pendahuluan diaplikasikan pada proses pengolahan yang sesungguhnya.

4.2Hasil Setelah Pengolahan

Hasil pengujian terhadap air hasil pengolahan limbahcair tersebut menunjukkan bahwa besaran-besaran seperti: kekeruhan, zat padat terlarut, zat padat tersuspensi, BOD dan COD mengalami penurunan yang sangat nyata. Kemudian jika hasil pengujian tersebut dibandingkan dengan standar baku mutu air buangan golongan III menunjukkan bahwa air hasil pengolahan dan penelitian ini memenuhi kualitas air buangan sehingga cukup aman dibuang kelingkungan.

BAB VKESIMPULAN

1) Limbah cair industri susu rnengandung zat pencemar yang cukup tinggi melebihi ambang batas baku mutu air buangan, sehingga akan mengakibatkan pencemaran lingkungan jika limbah tersebut langsung dibuang. Oleh karena itu limbah tersebut harus diolah.2) Dan eksperirnen pendahuluan aerasi anaerob diperoleh pertumbuhan bakteri yang paling maksimum terjadi dengan lama waktu aerasi 8 jam.3) Penambahan dosis koagulan yang paling ideal pada proses pengolahan limbah cair industri susu adalah 5 ml kedalam 500 ml sampel. Metode penambahan koagulan dan penggunaan alur proses yang dipilih pada proses pengolahan ini dinilai paling efisien.4) Dengan proses pengolahan yang dipilih pada penelitian ini, diperoleh air hasil pengolahan memenuhi kualitas baku mutu air buangan golongan III, sehingga air hasil pengolahan akan sangat aman jika dibuang ke lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S.B., 2000, Studi Fisis Pengolahan Limbah Cair Industri Susu PT. Sari Husada,Yogyakarta, FMIPA, UGM, Yogyakarta.

Economopoulos, Alexander P. 1993. Assessment of Sources of Air, Water, and Land Pollution: A Guide to Rapid Source Inventory Techniques and Their Use in Formulating Environmental Control Strategies. Part 1: Rapid Inventory Techniques in Environmental Pollution. WHO/PEP/GETNET/93.1-A. Geneva: World Health Organization.

Linsey, Ray K.Franzini & Joshep B., 1991.Teknik Sumber DayaAir(terjemahan)jilid 2, edisi Ketiga, Penerbit Erlangga. Jakarta.

Robinson, R. K. 1986. Advances in Milk Products. In Modern Dairy Technology, Vol. 2. Amsterdam: Elsevier Applied Science Publishers.

Tjokrokusumo, KRT., 1995, Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan dan Pengolahan Air, STTL YLH, Yogykarta.

Wagini, R., 1996, Teknologi Daur Ulang Limbah Industri Peternakan Sapi Sebagal Alternatif Diversifikasi Sumber Energi dan Mengatasi Pencemaran Lingkungan.RUT V, FMIPA, UGM, Yogyakarta.

Ward hana, WA., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit And Ofset,Yogyakarta.

1