Makalah Pemicu 2 PH PBL 5

72
MAKALAH PEMICU 2 BLOK 13 Disusun oleh: KELOMPOK 5 Niki Putri Irianti 1006667440 Nisa Prika Biantama 1006667453 Olivia Elton Heryanto 1006667472 Raden Aqsa Aditya G. 1006667522 Riris Riany 1006667541 Riyan Adiputra Lukardi 1006667554 Riza Hakim Fazlurrahman 1006667560 Thomas Andrew 1006667623 Vanessa Honey Sumardi 1006667655 Vanissa 1006667661 Veronica Lakshmi M.P 1006667674 Vicky Novita Mulya 1006667680 Vinnie Zillianstetra 1006667693 Yan Lewis 1006667711 Saindra Arsa G. 1006769833 Sarah Fauzia 1006769846 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

description

Final group report

Transcript of Makalah Pemicu 2 PH PBL 5

MAKALAH PEMICU 2BLOK 13

Disusun oleh:

KELOMPOK 5Niki Putri Irianti1006667440Nisa Prika Biantama1006667453Olivia Elton Heryanto1006667472Raden Aqsa Aditya G. 1006667522Riris Riany1006667541Riyan Adiputra Lukardi1006667554Riza Hakim Fazlurrahman1006667560Thomas Andrew1006667623Vanessa Honey Sumardi1006667655Vanissa1006667661Veronica Lakshmi M.P1006667674Vicky Novita Mulya1006667680Vinnie Zillianstetra1006667693Yan Lewis1006667711Saindra Arsa G.1006769833Sarah Fauzia1006769846

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS INDONESIA2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan yang maha esa karena atas segala berkat serta rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah pemicu 2 blok 13 ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga ingin kami berikan kepada keluarga, teman-teman sekelompok, dan Herry Novrinda.,M.Kes selaku fasilitator PBL 5 dan drg. Anton Rahardjo, M.K.M Ph.D selaku ketua blok 13. Tanpa bantuan bapak dan ibu, kami tidak dapat menyelesaikan makalah yang kami buat ini.Makalah skenario 2 ini berisi tentang pelaksanaan dan pendekatan program kesehatan gigi Masyarakat. Makalah ini juga berisi mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya, terutama perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulutMakalah ini memang masih jauh dari kata sempurna tetapi kami harap makalah ini dapat berguna bagi yang membacanya. Kritik dan saran sangat kami harapkan untuk pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik lagi. Terima kasih.

Jakarta, 9 September 2013

Kelompok PBL 5

iDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.iDAFTAR ISI...iiBAB I PENDAHULUAN1. JABARAN SKENARIO....11. ISTILAH ASING..11. KEYWORDS.11. IDENTIFIKASI MASALAH....21. RUMUSAN MASALAH...21. HIPOTESIS....21. MINDMAP....41. SASARAN BELAJAR...5BAB II ISI1. PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN GIGI DAN MULUT...61. PERILAKU MASYARAKAT (KONSEP ILLNESS DISEASE BEHAVIOR)..81. STRATEGI PENDEKATAN PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI.131. PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN.......................................311. MODEL-MODEL PERILAKU KESEHATAN ......381. TAHAP-TAHAP PERUBAHAN PERILAKU....46BAB III KESIMPULAN.48DAFTAR PUSTAKA..........49ii

BAB 1PENDAHULUAN

A. JABARAN SKENARIO

Dokter gigi di Puskesmas Serpong yang telah bekerja selama 3 tahun ditugaskan untuk melaksanakan program kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang telah dirancang sebelumnya. Ia diminta untuk membantu program kesehatan gigi dan mulut balita kepada ibu-ibu peserta Posyandu yang mempunyai anak balita Sebelumnya ia telah mendapat informasi bahwa ibu-ibu bependapat bahwa masalah gigi susu anak tidak perlu dirisaukan sebab ia akan diganti dengan gigi tetap yang baru. Informasi ini akan mempengaruhi strategi pendekatan untuk mengubah perilaku ibu-ibu tersebut. Oleh karenanya sebelum melaksanakan program ini, dokter gigi tersebut harus mengantisipasi hambatan dalam pelaksanaan Program Kesehatan Gigi Masyrakat tersebut dan mempelajari teori yang mampu menjelaskan perubahan perilaku dalam masyarakat. Dokter gigi tersebut harus merancang tahap-tahap penyampaian pesan dalam melakukan komunikasi serta mempersiapkan kegiatan pendidikan kesehatan gigi masyarakat untuk mengubah perilaku ibu-ibu termasuk media dan alat bantu pendidikan yang akan digunakan.

B. ISTILAH ASING7. Posyandu

C. KEYWORDS0. Program Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat (Pelaksanaan)0. Informasi0. Strategi pendekatan untuk mengubah perilaku0. Hambatan pelaksanaan program Kesehatan Gigi Mulut0. Teori perubahan perilaku0. Tahap-tahap penyampaian pesan0. Komunikasi0. Kegiatan Pendidikan Kesehatan Gigi0. Media dan alat bantu pendidikan

D. IDENTIFIKASI MASALAH8. Apa saja yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program Kesehatan Gigi Mulut?8. Apa saja macam-macam perilaku kesehatan beserta faktor yang mempengaruhinya?8. Apa saja peran Posyandu dalam Program Kesehatan Gigi Mulut?8. Bagaimana strategi pendekatan untuk mengubah perilaku?8. Apa saja faktor pendukung dan penghambat Program Kesehatan Gigi dan Mulut? Bagaimana mengatasi hambatan tersebut?8. Apa saja dan bagaimana teori perubahan perilaku?8. Bagaimana teori komunikasi antar personal dan masyarakat?8. Apa saja tahap-tahap penyampaian pesan?8. Apa saja kegiatan pendidikan kesehatan gigi masyarakat?0. Media dan alat bantu pendidikan apa saja yang digunakan?0. Bagaimana strategi pendidikan yang paling tepat untuk mengubah perilaku ibu-ibu tersebut?

E. RUMUSAN MASALAH10. Bagaimana peran dokter gigi dalam pelaksanaan program Kesehatan Gigi dan Mulut masyarakat?10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program Kesehatan Gigi Mulut?

F. HIPOTESIS1. Peran dokter gigi dalam pelaksanaan Program Kesehatan Gigi Mulut antara lain menganalisa faktor pendukung dan penghambat program kesehatan, menyusun strategi pendekatan untuk mengatasi faktor penghambat ( perilaku masyarakat ), memberikan pendidikan kesehatan gigi dengan menggunakan media dan alat bantu pendidikan yang baik.1. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program Kesehatan Gigi Mulut, antara lain :Masyarakat yang kooperatif, status sosial ekonomi dan pendidikan yang memadai, staf pelaksana terdidik dan terlatih, ketersediaan sarana di wilayah pelaksanaan program.Faktor penghambat dalam pelaksanaan program Kesehatan Gigi Mulut, antara lain : Pengetahuan masyarakat mengenai Kesehatan Gigi Mulut yang kurang, kebudayaan masyarakat yang masih mengikat, dan ketidak tersediaan atau keterbatasan media alat bantu pendidikan.

G. MIND MAPStrategi Pendekatana. Komunikasi dan Tahap tahapb. Penyampaian pesanc. Kegiatan Pendidikan dan alat bantu

Perubahan Perilakua. Teorib. Tahap-tahapProgram Pelaksanaan Kesehatan Gigi dan MulutPelaksanaanPendukungHambatan1. Perilaku Masyarakat2. Kondisi Masyarakat3. Pelayanan Kesehatana. SDMb. Sarana Prasaranac. Sistem

Penjelasan mindmap :

Program kesehatan gigi dan mulut masyarakat memiliki faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaannya yang meliputi perilaku masyarakat, kondisi masyarakat dan pelayanan kesehatan (sumber daya manusia, sarana prasarana). Ktiga komponen besar ini dapat menjadi faktor pendukung atau faktor penghambat tergantung dari situasi dan kondisinya. Maka dari itu, apabila perilaku masyarakat menjadi salah satu penghambat pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut masyarakat, diperlukannya suatu strategi pendekatan.

Strategi pendekatan ini sendiri meliputi komunikasi dan tahap-tahapnya, penyampaian pesan yang baik, kegiatan pendidikan (penyuluhan) serta alat bantu yang tepat dan efektif. Setelah strategi dijalankan, perubahan perilaku diharapkan terjadi sehingga perilaku kesehatan masyarakat lebih baik dan dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat. Dalam mengevaluasi perubahan perilaku yang terjadi sudah optimal, perlu diketahui teori dan tahap-tahap perubahan perilaku masyarakat, apakah masyarakat sudah sepenuhnya sadar akan kesehatan atau belum.

H. SASARAN BELAJAR1. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut masyarakat2. Perilaku Masyarakat mengenai konsep Illness, Disease, Health Behavior3. Strategi pendekatan pendidikan kesehatan gigi dan mulut masyarakat (komunikasi, penyampaian pesan, kegiatan pendidikan dan alat bantu)4. Perubahan Perilaku (macam-macam dan teori)5. Model-model perilaku kesehatan6. Tahap-tahap perubahan perilaku

BAB IIISI

A. PELAKSANAAN PROGRAM KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Menurut Teori Hendrik L. Blum, faktor yang mempengaruhi kesehatan masyarakat antara lain:1. LingkunganFaktor lingkungan terbagi menjadi beberapa aspek antara lain, aspek fisik seperti sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan dan aspek sosial yang merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya2. PerilakuPerilaku masyarakat merupakan faktor terbesar yang mempengaruh derajat kesehatan masyarakat, karena sehat atau tidaknya individu, keluarga dan masyarakat tergantung dari perilaku manusia itu sendiri. Faktor perilaku ini dipengaruh oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, pendidikan, social ekonomi.3. Pelayanan kesehatanFaktor pelayanan kesehatan sangat menentukan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan keperawatan masyarakat. Faktor ini dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat dijangkau atau tidak. Peran tenaga kesehatan antara lain memberi pelayanan, informasi dan motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas masyarakat serta menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya kesehatan melalui pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut.Faktor-faktor di atas dapat menjadi faktor penghambat atau pendukung tergantung situasi dan kondisi masyarakat dan pelayanan kesehatan yang tersedia.

Faktor hambatan dalam pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut (Taylor) Struktur dan sikap medical establishmentLebih mendorong untuk menyembuhkan daripada mencegah akibatnya upaya pendidikan, pencegahan, dan promosi kesehatan diabaikan.Contoh : Dokter akan lebih mudah untuk memberikan pengobatan menurunkan tekanan darah daripada mencegah pasien untuk tidak merokok. Hambatan IndividualYang termasuk dalam hambatan individual adalah kebiasaan dan persepsi resiko.Contoh : seseorang menganggap karies bukan merupakan penyakit yang parah, maka jika ada penyuluhan tentang karies, dia akan cenderung mengabaikan. Jaring koperasi dan perencanaan yang rumitTermasuk praktisi dari berbagai disiplin ilmu dan pembuat kebijakan di berbagai tingkat.

Hambatan dalam Implementasi Kebijakan Kesehatan MasyarakatDalam implementasi kebijakan kesehatan, terdapat beberapa hambatan yang perlu diperhatikan yakni sebagai berikut:1. Kurangnya penekanan dalam program pencegahan.2. Kurangnya kebijakan yang dibuat berdasarkan bukti (evidence-based).3. Waktu yang tidak tepat. 4. Kekuatan kepentingan. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah kepentingan-kepentingan yang mendukung gaya hidup tidak sehat, seperti rokok yang disebutkan menghasilkan devisa Negara yang besar.5. Peneliti tidak diikutsertakan dalam pembuatan kebijakan. Peneliti, khususnya peneliti kesehatan, tidak cukup interaksi dengan para pembuat kebijakan sehingga kebijakan yang dihasilkan belum tentu tepat.6. Kompleks dan sulitnya membuat kebijakan. Psikologi social menyebutkan bahwa para pembuat keputusan seringkali bergantung pada kebiasaan, stereotip, dan norma budaya dalam mengambil suatu keputusan, padahal hal tersebut belum tentu bijak.7. Individu-individu dalam salah satu disiplin ilmu mungkin tidak memahami proses pengambilan keputusan secara menyeluruh, sehingga sebaiknya saat pembuatan kebijakan, pendekatan multidisiplin dilakukan.8. Para praktisi tidak memiliki cukup kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan yang evidence-based.

B. PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT (KONSEP ILLNESS DISEASE BEHAVIOR)B.1 Sakit dan Penyakit Pengertian sakit dalam bahasa inggris diartikan illness dan disease perbedaan kedua istilah ini sebagai berikut;1. Illness: Konsepnya abstrak. Sifatnya subyektif. Akibat mekanisme koping (pertahanan) tak adekuat.2. Disease: Suatu kondisi yang patologis Terdapat sign dan symptom

Ada beberapa pendapat mengenai kondisi sakit sbb:1. sakit adalah gangguan dalam siklus hidup. (Imogene King)2. sakit adalah suatu keadaan gangguan yang tidak menyenangkan menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial (Perkins)3. Kriteria sehat menurut WHO, Seseorang dikatakan sehat jiwa: Dapat menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan. Dapat berhubungan dengan orang lain secara tolong menolong dan saling memuaskan. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima. Dapat menerima kecemasan untuk dipakainya sebagai pelajaran dikemudian hari. Dan akhirnya, tidak kalah pentingnya mempunyai rasa kasih sayang yang besar.4. Kriteria sehat-sakit jiwa menurut America Psychiatriy Association. Menilai kesehatan jiwa terdiri dati 6 dimensi: Ketidak bahagian. Kehilangan kegembiraan. Ketegangan. Perasaan muda tersinggung. Kurang percaya diri. Keragu-raguan.5. Kriteria sehat-sakit mental A. Maslow: Memiliki persepsi realitas yang efektif. Menerima diri, orang lain, lingkungan. Spontan. Sederhana dan wajar.

Sakit merupakan ketidak seimbangan dari kondisi normal tubuh manusia diantaranya sistem biologik dan kondisi penyesuaian. Sakit menurut Bauman, 1985. mengemukakan tiga kriteria dari keadaan sakit: Adanya gejala Persepsi tentang keadaan yang dirasakan. Kemampuan dalam aktivitas sehari-hari.

Perbedaan Disease dan IllnessDisease (penyakit) mengacu kepada konsep media tentang ketidak-normalan yang patologis, yang bercirikan seperangkat tanda (signs) dan gejala (symptoms). Disease adalah suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran dan disebabkan oleh proses fisik dan patofisiologis yang sedang berlangsung. Disease bersifat objektif.Illness (sakit) mengacu terutama pada pengalaman subjektif perorangan akan kesehatan yang buruk, yang ditandai perasaan nyeri, tidak nyaman dan sejenisnya. Illness bersifat subjektif. Sakit adalah persepsi seseorang bila merasa kesehatannya terganggu. Adalah mungkin bagi seseorang untuk merasa sakit (ill) tanpa memiliki penyakit (disease), atau sebaliknya. Penelitian Koos (1954) mengungkapkan contoh-contoh nyata bahwa illness dan disease didefinisikan menurut seperangkat nilai-nilai dan norma-norma.

B.2 Perilaku terhadap penyakitPerilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. (soekidjo)Ada 4 alasan pokok penyebab seseorang berperilaku kesehatan atau tidak, yaitu :1. Pikiran dan perasaan dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap kesehatan.2. Perilaku kesehatan dari orang yang menjadi panutan akan cenderung dicontoh.3. Sumber daya yang mencakup fasilitas-fasilitas kesehatan, uang, waktu, tenaga, jarak ke fasilitas kesehatan akan berpengaruh positif maupun negatif terhadap perilaku seseorang.4. Kebudayaan akan terbentuk dalam jangka waktu lama sebagai akibat kehidupan masyarakat bersama, akan berubah baik secara cepat maupun lambat sesuai dinamika masyarakat. Kelompok masyarakat dengan adat kebiasaan bersih akan menunjang perilaku kesehatan individu. Rumusannya menurut WHO :B = f(TF,PR,R,C)B = behavior ; f= fungsi; TF = Thought and Feeling; PR = personal reference; R=resources; C=culture

Perilaku kesehatan terbentuk dari tiga faktor utama yaitu :1. Faktor predisposisi (predisposing factors) pengetahuan, sikap, kepercayaan, umur, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi2. Faktor pendukung (enabling factors) lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya suatu sarana, serta ada tidaknya program kesehatan.3. Faktor pendorong (reinforcing factors) sikap dan perbuatan orang lain yang menjadi panutan.

Secara lebih terperinci perilaku kesehatan itu mencakup:1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini sendirinya sesuai dengan tingkat-tingkat pencegahan penyakit, yakni :a. Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga, dll.b. Perilaku penceahan penyakit (health prevention behaviour), adalah respons untuk melakukan pencegahan penyakit. Misalnya: tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria, Imunisasi, termasuk juga perilaku untuk tidak menularkan penyakit kepada orang lain.c. Perilaku sehubungan dengan pencarian pengobatan (health seeking behaviour), yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan. Misalnya usaha-usaha mengobati sendiri penyakitnya atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas, mantri, dokter praktek, dll), maupun ke fasilitas kesehatan tradisional (dukun, sinshe, dll).d. Perilaku kesehatan berhubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behaviour), yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet, mematuhi anjuran-anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya.2. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap, dan penggunaan fasilitas, petugas, dan obat-obatan.3. Perilaku terhadap makanan (nutrition behaviour), yakni respons seseorag terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya (zat gizi), pengelolaan makanan, dll4. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behaviour) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini antara lain mencakup, perilaku sehubungan dengan air bersih, perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, perilaku sehubungan dengan limbah, perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, serta perilaku yang berhubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk.Becker (1979) mengajukan klasifikasi yang berhubungan dengan kesehatan (health related behaviour) sebagai berikut :1. Perilaku kesehatan (health behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi, dan sebagainya.2. Perilaku sakit (illness behaviour), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk disini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut.3. Perilaku peran sakit (the role sick behaviour), yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggung jawab terhadap kesehatannya.

Perilaku kesehatan gigiPerilaku kesehatan gigi meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berkaitan dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya.Empat faktor utama seseorang melakukan pemeliharaan kesehatan gigi (Kegeles61): Seseorang merasa mudah terserang penyakit gigi Orang percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah Orang memandang penyakit gigi dapat berakibat fatal Orang tersebut mampu menjangkau dan memanfaatkan fasilitas kesehatan.

C. STRATEGI PENDEKATAN PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI

Strategi-strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO adalah :1. Menggunakan Kekuatan/Kekuasaan atau DoronganDalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan misalnya dengan adanya peraturan yang harus dipenuhi. Cara ini menghasilkan perubahan yang cepat namun belum tentu bertahan lama karena tidak didasarkan atas kemauan sendiri.2. Pemberian InformasiDengan cara pemberian informasi, informasi tersebut bisa menjadi pengetahuan bagi sasaran dan akhirnya membuat sasaran berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu.3. Diskusi dan PartisipasiPemberian informasi tidak hanya berlangsung satu arah tetapi dua arah. Dalam hal ini sasaran ikut aktif berdiskusi sehingga pengetahuan yang mereka miliki menjadi lebih dalam. Oleh karena itu, diharapkan dasar perubahan perilaku mereka lebih kuat, bahkan akan menjadi referensi bagi orang lain.

Pendekatan pendidikan kesehatan gigi sesuai dengan pendekatan dalam komunikasi pada dasarnya ada empat macam pendekatan, yaitu :1. Pendekatan secara persuasivePendekatan persuasive yaitu pendekatan secara pendidikan, dengan tujuan merubah perilaku sasaran pendidikan meskipun prosesnya memakan waktu yang relative lebih lama. Pada pendekatan persuasive ini dapat dilakukan pemberian imbalan positif bagi sasaran pendidikan yang telah berubah perilakunya, dapat berupa pujian maupun hadiah. Namun sebaliknya , sanksi akan diberikan bagi yang tidak mau merubah perilakunya sesuai dengan yang dikehendaki.

2. Pendekatan secara pervarsif

Pendekatan pervasive yaitu pendekatan dengan cara memberikan contoh nyata dan pengulangan-pengulangan setiap peristiwa yang perlu untuk dipelajari atau diteladani bagi sasaran pendidikan. Disini terjadi proses imitasi yaitu perubahan perilaku yang terjadi akibat pengulangan peristiwa atau perubahan. Pendekan pendidikan ini sangat cocok untuk sasaran dengan tingkat pendidikan rendah ataupun anak balita

3. Pendekatan secara kompulsif

Pendekatan kompulsif yaitu pendekatan secara tidak langsung pada sasaran pendidikan yang kita maksud. Misalnya bagi kelompok masyarakat yang sulit didekati, maka kelompok sekitarnya yang sudah siap secara mental maupun fisik untuk menerima pendidikan kesehatan gigi dengan maksud agar secara berantai hasil pendidikan kesehatan gigi tersebut dapat diteruskan kepada kelompok yang sulit didekati tersebut.

4. Pendekatan koersif

Pendekatan koersif yaitu pendekatan secara pemaksaan, instruksi atau dengan ancaman dan sanksi tertentu apabila tidak melaksanakan perilaku yang dikehendaki. Perubahan perilaku sasaran pendidikan yang terjadi dengan pendekatan secara koersif ini bersifat semu artinya mau berubah perilakunya karena ancaman, apabila ancaman tidak ada lagi maka sasaran pendidikan akan kembali ke perilaku lama.

C.1 Komunikasia. Definisi KomunikasiKomunikasi berasal dari perkataan communicare yang berpartisipasi atau memberitahukan atau communis yang artinya milik bersama atau berlaku dimana-mana. Menurut Azrul Anwar definisi komunikasi antara lain adalah:1. Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain.2. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini, atau emosi antar dua orang atau lebih. 3. Komunikasi adalah suatu hubungan yang dilakukan melalui surat, kata-kata, simbol atau pesan yang bertujuan agar setiap manusia yang terlibat dalam proses dapat saling tukar menukar arti dan pengertian terhadap sesuatu.Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama komunikasi adalah untuk menimbulkan saling pengertian bukan persetujuan. Seseorang yang tidak setuju terhadap suatu hal, namun paham benar apa yang tidak disetujuinya tersebut, juga telah mempunyai komunikasi yang baik.Ada 2 macam peranan komunikasi yaitu:1. Menyempurnakan pekerjaan administrasiDengan komunikasi akan diperoleh berbagai keterangan yang apabila diolah dengan baik akan dapat dimanfaatkan untuk membantudalam mengambil keputusan.2. Menimbulkan suasana kerja yang menguntungkanDengan komunikasi akan dapat dibina sesuatu yang menguntungkan, yakni dengan baiknya hubungan antara pemimpin dan karyawan ataupun sesama karyawan. Prinsip-prinsip dasar komunikasi :1. Adanya proses komunikasiProses yang mendasar dalam komunikasi adalah penggunaan bersama. Ada yang memberi informasi (mengirim) dan ada yang menerima informasi.2. Makna yang dikandung pesanSuatu pesan itu terdiri dari isyarat-isyarat atau simbol-simbol yang sebenarnya tidak mengandung makna. Makna baru timbul jika ada seseorang yang menafsirkan isyarat atau simbol bersangkutan dan berusaha memahami artinya. Dari segi psikologis, isyarat atau simbol bertindak selaku perangsang untuk membangkitkan balasan di pihak penerima pesan.3. Menuju suatu proses komunikasi yang umum dan memusatUnsur Komunikasi:

b. Proses KomunikasiPeristiwa terjadinya komunikasi itu amat kompleks. Berbagai teori telah dikemukakan. Secara umum terdapat 2 teori tentang komunikasi yaitu:1. Model linierPada model ini komunikasi terjadi melalui suatu urutan tertentu. Urutannya adalah:a. Tersedianya pesan dan orang yang menyampaikan pesanb. Adanya upaya menterjemahkan pesan ke dalam bentuk yang dapat disampaikan (enconded)c. Adanya media yang digunakan untuk menyampaikand. Adanya upaya menterjemahkan pesan yang diterima ke dalam bentuk yang mudah dimengertie. Adanya orang yang menerima pesan serta timbulnya pengertian terhadap pesan yang disampaikan

Umpan Balik

Jika diperhatikan proses yang dikemukakan pada model linier ini adalah segera terlihat ada perbedaan kedudukan dan peranan antara sumber dengan sasaran. Kedudukan sumber seolah-olah lebih tinggu dari sasaran. Dalam kehidupan sehari-hari keadaan ini tidak selalu terjadi karena sering pula disaksikan terjadinya komunikasi antar dua pihak yang sama kedudukan dan perannya. Karena itulah model linier ini banyak ditinggalkan orang.2. Model sistemKarena kelemahan model linier, maka dikembangkan komunikasi menurut model sistem. Prinsip model sistem:a. Menempatkan kedudukan dan peranan sumber sama dengan kedudukan dan peranan sasaran.b. Fungsi setiap unsur komunikasi terutaman unsur dan sasaran tidaklah hanya tunggal tetapi bersifat ganda

Penjelasan model:Peranan seseorang yang menyampaikan ceramah ada 3:- sumber pesan menyampaikan pesan- pesan dari gerak dan perilaku yang diperlihatkannya- sasaran pesan harus menangkap reaksi timbul dari pesan yang disampaikannya

Contoh dari model sistem ini adalah peristiwa ceramah. Pada ceramah kedudukan dan peranan sumber yang memberikan ceramah belum tentu lebih tinggi dari sasaran yang memberikan ceramah. Peranan sumber disini juga tidak hanya sebagai sumber pesan, tetapi juga sekaligus sebagai sasaran arau si penerima pesan, karena ia juga menerima pesan dari hadirin yang menghadiri ceramahnya. Dirinya sendiri lengkap dengan segala pola tingkah dan perilakunya adalah pesan bagi pendengar ceramah, sedangkan pola tingkah dan perilaku hadirin merupakan pesan bagi si pemberi ceramah. Dengan kedudukan dan peranan yang seperti ini, mudah dipahami bahwa proses komunikasi yang terjadi bersifat amat kompleks. Tiap-tiap orang yang terlibat mempunyai banyak fungsi, misalnya disamping mengalami proses encoded juga deconded. Namun kesemuanya membentuk satu sistem utuh, yang satu sama lain bukan hanya saling berhu bungan tetapi juga saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan komunikasi.

c. Faktor yang mempengaruhi Komunikasi Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar, dalam arti mencapai tujuan yang diharapkan, ada beberapa faktor yang diperhatikan. Faktor-faktor yang dimaksud berperanan dalam setiap unsur komunikasi yang dikenal, yang dapat bersifat positif dan menunjang keberhasilan komunikasi dan atau bersifat negatif dalam arti menghambat berlangsungnya proses komunikasi. Ada 7 faktor yang disebut seven C:1. CredibilityFaktor ini terdapat dan berperanan pada sumber. Harus diupayakan bahwa kridibilitas sumber tinggi sehingga dapat memudahkan kepercayaan dari sasaran terhadap pesan yang disampaikan.2. ContentFaktor ini terdapat dan berperanan pada pesan, artinya pesan yang disampaikan hendaknya mengandung isi yang ada manfaatnya bagi sasaran. Jika isi tersebut besar manfaatnya bagi kepentingan sasaran , maka hasil dari komunikasi akan lebih baik.3. ContextFaktor ini terdapat dan berperanan pada pesan, artinya berupaya agar pesan yang disampaikan ada hubungannya dengan kepentingan ataupun kehidupan serta realita sehari-hari. Makin erat hubungan tersebut, makin dapat diharapkan keberhasilan dari komunikasi.4. ClarityFaktor ini terdapat dan berperanan pada pesan, artinya harus diupayakan untuk memilih pesan komunikasi sedemikian rupa sehingga pesan yang disampaikan akan lebih mudah diterima secara jelas. Jika pesan yang ingin disampaikan tidak jelas, tentu sulit mengharapkan keberhasilan komunikasi.5. Continuity and ConsistencyFaktor ini terdapat dan berperanan pada pesan, artinya pesan yang harus disampaikan harus sering dan terus menerus disampaikan sehingga bersifat menetap.6. ChannelsFaktor ini terdapat dan berperanan pada media, artinya harus dapat dipilih media penyampaian psan yang sesuai dengan sasaran yang akan dicapai.7. Capability of the AudienceFaktor ini terdapat dan berperanan pada sasaran, artinya dalam menyampaikan pesan harus diperhitungkan kemampuan dari sasaran dalam menerima pesan. Hal ini ditentukan pula oleh latar belakang sasaran seperti pendidikan, tingkat sosial ekonomi, tingkat sosial budaya, dan lain sebagainya.

Kesemua faktor ini saling berhubungan dan berpengaruh satu sama lain. Jika sumber tidak berkridibilitas tinggi maka dapay mempengaruhi pemilihan pesan dan media yang tidak sempurna sehingga tujuan komunikasi tidak akan tercapai. Ketujuh C ini juga berpengaruh pada semua unsur komunikasi yaitu sumber, pesan, media, serta sasaran.

Faktor Penghambat Komunikasi: Hambatan Fisik Hambatan sosiologis Hambatan psikologis Hambatan mekanis Hambatan semantik Hambatan ekologis

d. Penyebaran pesanYang diharapkan dari komunikasi tidak hanya apakah pesan yang disampaikan dapat diterima seseorang namun juga penyebaran pesan tersebut dapat menyebar kepada orang-orang yang membutuhkan. Penyebaran pesan juga menempuh suatu proses yang kompleks sama seperti komunikasi. Ada 3 macam teori penybaran pesan yaitu:1. Penyebaran vertikalPenyebaran terjadi secara vertikal dalam arti dari lapisan yang lebih tahu (sumber) kepada lapisan yang tidak tahu (sasaran). Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Spurres (1920) yang dikenal pula sebagai teori T model.

2. Penyebaran vertikal dan horizontalTeori ini dikemukakan oleh Lazarsfeld< Brelson, dan Gaudet (1940). Teori ini menyebutkan bahwa penyebaran pesan disampin terjadi secara vertikal juga terjadi secara horisontal, dalam arti berlangsung dalam satu lapisan masyarakat yang sama.

3. Penyebaran lingkaran konsentrisTeori ini pertama kali dikemukakakn oleh Elmo Roper (1954) yang mengemukakan bahwa pesan menyebar dari lapisan luar (sumber) yakni mereka yang memiliki pengetahuan dan pengalaman, ke lapisan dalam (sasaran) yang tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman. Roper menempatkan sumber pada lapisan luar, karena menurutnya hanya masyarakat yang berada di posisi inilah yang memungkinkan adanya hubungan dengan sesuatu yang baru. Keadaan yang seperti ini tidak ditemukan pada lapisan dalam karena kedudukannya, kurang memiliki kesempatan berhubungan dengan dunia luar dan karena itu miskin akan pesan yang dapat dikomunikasikan. e. Macam-macam Komunikasi1. Ditinjau dari media yang dipergunakan Komunikasi Visual seperti surat kabar, majalah, pameran, poster, leaflet Komunikasi Audio seperti radio, kaset, telepon Komunikasi Audiovisual seperti film, televisi, drama, ceramah, sandiwara2. Ditinjau dari hubungan sumber dan sasaran Komunikasi langsung atau tatap muka (face to face communication) seperti wawancara, ceramah, konferensi diskusi Komunikasi tidak langsung (indirect communication) seperti surat menyurat, surat kabar, majalah, buku, poster dan leaflet3. Ditinjau dari umpan balik yang diperoleh Komunikasi dua arah (two way communication) di mana sasaran turut mengemukakan pendapatnya. Komunikasi satu arah (one way communication) di mana sasaran hanya sebagai pendengar saja. 4. Ditinjau dari simbol yang dipergunakan Komunikasi lisan, simbol yang dipergunakan adalah kata-kata yang diucapkan Komunikasi tulisan, simbol yang dipergunakan adalah huruf Komunikasi isyarat, simbol yang dipergunakan adalah isyarat tertentu seperti gerakan anggota badan, tanda-tanda tertentu5. Ditinjau dari suasana atau lingkungan berlangsungnya komunikasi Komunikasi formal, dalam suasana resmi misalnya pertemuan dan rapat Komunikasi informal, dalam suasana tidak resmi misalnya berdarmawisata, berjalan berduaf. Strategi Komunikasi1. Mengenali sasaran komunikasiSebelum melancarkan komunikasi, kita perlu mempelajari siapa-siapa yang akan menjadi sasaran kita. Yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah: a. Kerangka referensiPesan komunikasi yang akan disampaikan kepada komunikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi (frame of reference), dalam memberikan pesan harus memperhatikan siapa yang menjadi komunikan, agar mereka mudah memahami. Kerangka referensi setiap orang berbeda-bedab. Faktor situasi dan kondisiSituasi komunikasi pada saat komunikan akan menerima pesan yang kita sampaikan. Kondisi adalah state of personality komunikan, yaitu keadaan fisik dan psikis komunikan pd saat menerima pesan Komunikasi yang kita lakukan tidak akan efektif apabila komunikan sedang marah, sedih, bingung, lapar, sakit dsb.

2. Pemilihan Media KomunikasiApakah media elektronik, media letak, bisa juga dengan media tradisional seperti kentongan, bedug, pagelaran kesenian, atau media yang sudah modern seperti telepon, telegraf, pamflet, poster, spanduk, dan lain-lain. Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan dipergunakan.

3. Pengkajian tujuan pesan komunikasiAktivitas komunikasi dikatakan berhasil jika pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dipahami secara benar oleh komunikan. Ada dua hal yang harus dipersiapkan secara matang yaitu:a) Fokus pesan (what to say)b) Cara atau pendekatan dalam menyampaikan (how to say)Semakin sederhana dan simpel pesan yang disampaikan meski yang disampaikan kompleks, maka semakin besar kemungkinan audiens memahaminya.

4. Pesan komunikator dalam komunikasia. Daya tarik sumberKomunikan bersedia taat pada isi pesan yang disampaikan oleh komunikator apabila komunikator ikut serta atas apa yang telah disampaikan, sehingga dengan kata lain komunikan merasa ada persamaan dengan komunikator. Disitulah seorang komunikator dikatakan berhasil karena dapat merubah opini, sikap dan perilaku komunikan.b. Kredibilitas sumberFaktor kedua yang dapat menyebabkan komunikasi berhasil adalah kepercayaan komunikan pada komunikator.Berdasarkan kedua faktor tersebut, seorang komunikator dalam menghadapi komunikan harus bersikap empirik (empathy), yaitu kemampuan seorang untuk dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.

Terdapat dua macam strategi komunikasi antara lain:1. Strategi Komunikasi Massa Komunikasi massa ditujukan kepada sejumlah besar orang yang heterogen, anonim, dan tersebar melalui media massa. Untuk strategi komunikasi yang tepat, diperlukan kegiatan-kegiatan untuk mengenali siapa yang menjadi sasaran komunikasi massa yaitu melalui kegiatan analisis: pengumpulan fakta, analisis kebutuhan khalayak, dan identifikasi permasalahan yang dihadapi khalayak. Data yang perlu dikumpulkan dari khalayak meliputi data mengenai ciri karakteristik pribadi, baik karakteristik psikologis maupun karakteristik sosiologis; data eksternal yang berupa data lingkungan sekitar baik yang berupa data mengenai lingkungan fisik (geografis) maupun data mengenai lingkungan sosial Langkah selanjutnya adalah pengelolaan khalayak, yakni bagaimana kita harus memperlakukan khalayak dalam kegiatan komunikasi yang kita rencanakan. Pengelolaan khalayak dapat berupa pengelompokan khalayak ke dalam kelompok-kelompok tertentu sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan yang dimilikinya. Pengelolaan khalayak berhubungan dengan upaya kita dalam menetapkan strategi komunikasi yang perlu dilakukan.

2. Strategi Komunikasi Instruktural Sasaran kelompok berisi pengajaran tentang sesuatu pengetahuan atau keterampilan tertentu, komunikasi instrukstural berupa pendidikan orang dewasa Prinsip dasar: belajar sepanjang hayat (lifelong education). Dalam komunikasi instruksional baik yang formal maupun nonformal, tujuan utama yang harus dicapai di dalamnya adalah terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik. Perubahan perilaku yang harus dicapai melalui proses pendidikan mencakup dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor. Tujuan-tujuan pendidikan yang dipilih dan diorganisasikan berguna bagi kita dalam upaya menetapkan arah kegiatan, menentukan pengalaman belajar yang harus diberikan, menentukan dasar pijakan untuk melakukan evaluasi, dan mengambil keputusan dan menentukan prediksi. Rumusan tujuan bersumber pada diri peserta didik, keadaan zaman atau masyarakat dan para ahli dan disiplin ilmu. Perumusan tujuan dalam proses pembuatan perencanaan komunikasi instruktural bagi orang dewasa harus berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan peserta didik. Untuk mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai oleh program yang bersangkutan, diperlukan evaluasi dalam komunikasi instruktural. Evaluasi komunikasi instruksional bagi orang dewasa meliputi: pretest, evaluasi proses, evaluasi hasil (post test) dan evaluasi dampak.

C.2 Pendidikan atau Penyuluhan Kesehatan GigiAda lima proses untuk memahami penyuluhan, yaitu:1. Penyuluhan sebagai proses penyebaran informasi: Melalui penyuluhan akan terjadi penyebarluasan informasi.2. Penyuluhan sebagai proses penerangan: proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang sesuatu yang belum diketahui dengan jelas. Dalam memberikan penyuluhan, perlu dilakukan secara terus-menerus sampai sasarannya mampu memahami, menghayati, dan akhirnya melaksanakan apa yang dibutuhkannya. 3. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku: Tujuan dari penyuluhan adalah terjadinya perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksud menyangkut pengetahuan, sikap dan keterampilan sasaran komunikasi. 4. Penyuluhan sebagai proses pendidikan: Perubahan perilaku dilakukan melalui pendidikan. Dengan demikian penyuluhan tersebut mengandung maksud: Menyampaikan pemahaman/pengetahuan tentang segala sesuatu yang lebih baik atau bermanfaat Dilakukan tanpa adanya paksaan dari pihak manapun Adanya kemampuan untuk menyediakan sumber daya yang diperlukan5. Penyuluhan sebagai proses transformasi sosial: Penyuluhan merupakan proses transformasi sosial, dimana ada upaya-upaya yang dilakukan oleh para penyuluh untuk mengadakan transfer nilai-nilai sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sehinga sasaran komunikasi hanya sebagai objek.

Tujuan dari penyuluhan/PKG adalah untuk mengubah perilaku masyarakat ke arah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pencapaian target PKG dibagi menjadi tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Jangka pendek: tercapainya perubahan pengetahuan dari masyarakat Jangka menengah: adanya peningkatan pengertian, sikap dan keterampilan yang akan mengubah perilaku masyarakat ke rah perilaku sehat. Jangka panjang: masyarakat dapat menjalankan perilaku sehat dalam kehidupan sehari-hari.

Tahap-tahap penyuluhan yaitu:1. Mengumpulkan dataData yang dikumpulkan, antara lain adalah: Data umum : wilayah, demografi, sosial ekonomi, sosial budaya, dll. Data khusus : fasilitas kesehatan, keadaan sakit penyakit, anggaran, tenaga kesehatan, dll. Data perilaku Data dapat dikumpulkan dengan metode wawancara, pemeriksaan, pengamatan untuk kemudian data disajikan dalam pertemuan utnuk dibahas bersama oleh para staf pelayanan kesehatan.2. Menentukan prioritas masalah Prioritas masalah dapat ditentukan dengan metode pembobotan, antara lain dilihat dari: Besarnya masalah Penyebab masalah Akibat jika masalah tidak ditanggulangi Perilaku yang mendorong terjadinya masalah Potensi masyarakat yang dapat menunjang mengatasi masalah 3. Menentukan tujuan (Jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang)4. Menentukan sasaran 5. Menentukan pesan Syarat pesan: jelas dan tidak rumit, bahasa mudah dipahami, singkat, dapat diterima (norma, adat, dan agama), mudah dilaksanakan, diberikan sesuai kebutuhan6. Menentukan metode Metode dipilih sesuai dengan aspek apa yang akan ditingkatkan (kognitif, sikap, keterampilan)7. Menentuan media/ alat bantu pendidikan/ peraga 8. Menentukan rencana penilaian 9. Menyusun jadwal kegiatan Termasuk didalamnya: apa yang akan dikerjakan, siapa yang mengerjakan, dan siapa penanggungjawabnya.

C.3 Alat Bantu PendidikanAlat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pendidikan atau pengajaran. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan memeragakan sesuatu dalam proses pendidikan.

a. Jenis-Jenis Alat Peraga.Secara garis besar, ada 3 jenis alat peraga:1. Alat Bantu Lihat (Visual Aids), yakni alat yang berguna dalam membantu menstimulasi indra penglihatan (mata) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk:Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip, dsb.Alat yang tidak diproyeksikan :Dua dimensi : gambar, peta, bagan, dsbTiga dimensi : bola dunia, boneka, dsb2. Alat Bantu Dengar (Audio Aids), yakni alat yang berguna dalam membantu menstimulasi indra pendengaran pada waktu terjadinya proses pendidikan. Misalnya: radio, kaset, CD, dll.3. Alat Bantu Dengar Lihat (Audio Visual Aids), yakni penggabungan dari alat bantu audio dan visual. Misalnya: Televisi, VCD, dll.

Jenis-jenis alat peraga yang dikemukakan oleh Population Education (1981) adalah sbb:Motivational materialsAlat peraga yang dibuat dan dikembangkan untuk menimbulkan kesadaran dan rasa tertarik pada tambahan ilmu pengetahuan yang diberikan. Tambahan ini dapat berkaitan dengan masalah gagasan, program ataupun kegiatan tertentu. Jenis alat peraga ini misalnya:Berbentuk bahan cetak seperti poster, flash card, kalender, buku, komik, flip chart, bulletin, leaflet, dsb.Berbentuk audio-visual seperti acara televisi /radio, lagu-lagu, slide, film, dsb.Berbentuk media khusus seperti teater, permainan boneka, dsb.

Instructional materialsAlat peraga ini dikembangkan sebagai penghubung suatu konsep, gagasan atau content tertentu pada target peserta khusus seperti kalangan profesi, kelompok / masyarakat umum yang berpartisipasi dalam berbagai program yang sedang dikembangkan. Contoh yang dapat disebutkan disini misalnya buku pegangan guru, handbooks, manuals, booklet, dsb.

Follow-up materialsAlat peraga yang digolongkan dalam kelompok ini adalaah alat peraga yang dikembangkan untuk membantu mempertahankan perubahan-perubahan sikap dan kebiasaan yang mendukung tujuan program (goals) yang ingin dicapai. Secara umum alat peraga ini dikembangkan untuk: Mempertahankan perubahan dari sikap dan perilaku. Mengembangkan perubahan selanjutnya dari pengetahuan, sikap/perilaku, kebiasaan dam keterampilan. Memberikan dukungan untuk memperkuat kelanjutan pemanfaatan suatu gagasan atau praktek tertentu. Menyimpulkan fakta-fakta atau gagasan yang berarti, yang telah diajarkan sebelumnya melalui alat peraga lain Memperbaiki kekurangan dari bahan / alat peraga yang ada.

Ketiga jenis alat peraga tersebut dalam praktik sehari-hari tidaklah berdiri sendiri-sendiri. Materi alat peraga untuk memotivasi dapat pula digunakan sebagai instructional material atau follow-up material, ataupun sebaliknya. Kesemuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai melalui bantuan alat peraga tersebut.Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat RI (1994) membagi kelompok alat peraga ini secara lebih sederhana, yakni alat peraga rumit dan alat peraga sederhana. Alat peraga rumit berupa film-film strip, slide, dll yang membutuhkan peralatan lain seperti proyektor dan lain-lainnya untuk pemanfaatnnya. Sedangkan alat peraga sederhana dapat dibuat sendiri atau dengan bantuan tenaga setempat. Bahan-bahannya pun sederhana dan banyak terdapat di sekitar kita.Sebagai contoh, dibawah ini dikemukakan beberapa alat peraga sederhana yang dapat digunakan di berbagai tempat: Di Rumah (keluarga) : Flash card, model, leaflets, buku cerita bergambar, diorama, benda nyata, misalnya:buah-buahan, sayuran, dsb. Di Instansi (kantor-kantor) : Papan tulis, flannel graph, poster, chart, diorama, leaflets, flipchart, model. Di Masyarakat Umum : poster, leaflets, flannel graph, boneka.

b. Menetapkan Metode dan Alat Bantu/Media PendidikanKriteria pemilihan dalam menetapkan metode dan alat bantu pendidikan :1. pergunakan data penelitian2. kemampuan mengantar suatu pesan3. pertimbangkan tingkat kesulitan dan besar biaya produksi4. analisis jangkauan dan frekuensi5. buatlah daftar perincian tentang upaya logistik yang diperlukan

Kombinasi metode dan alat bantu/media pendidikan adalah mencampur berbagai metode dan alat bantu/media pendidikan dengan maksud menghasilkan sebuah paket komunikasi yang akan jauh lebih efektif dalam pencapaian tujuan, dengan cara :1. tetapkan apa yang ingin dicapai dengan pesan tersebut2. jajaki semua metode dan alat bantu/media pendidikan yang tersedia3. pelajari mana yang mungkin bisa dikombinasikan/dicampur4. pilih kombinasi berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan frekuensi tersering5. pelajari apakah kombinasi tersebut terjangkau dan disenangi sasaran6. pertimbangkan juga sumberdaya yang dimiliki

Menurut Elgar Dale alat bantu pendidikan/promosi kesehatan dibagi dalam 11 tingkatan/macam. Setiap tingkatan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap alat bantu.

Kerucut Edgar Dale

Dalam proses pendidikan/promosi kesehatan, kata-kata mempunyai intensitas paling rendah untuk mempersepsikan bahan pendidikan/promosi, sedangkan benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi dalam mempersepsikan bahan pendidikan/promosi.

D. PERUBAHAN PERILAKU KESEHATAN

D.1 Konsep Perilaku Kesehatan

a. Pengertian PerilakuPerilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atauStimulus Organisme Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :1. Perilaku tertutup (convert behavior)Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.1. Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.b.Klasifikasi Perilaku KesehatanPerilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.1. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.1. Perilaku kesehatan lingkunganAdalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.c.Domain PerilakuMenurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor (psicomotor domain).Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :1. Pengetahuan (knowlegde)Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :1. Faktor Internal : faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat, kondisi fisik.1. Faktor Eksternal : faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, sarana.1. Faktor pendekatan belajar : faktor upaya belajar, misalnya strategi dan metodedalam pembelajaran.Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :1. Tahu (Know)Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yangtelah dipelajari sebelumnya.1. Memahami (Comprehension)Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.1. AplikasiDiartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.1. AnalisisAdalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.1. SintesaSintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.1. EvaluasiEvaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

1. Sikap (attitude)Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek1. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek1. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :1. Menerima (receiving)Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).1. Merespon (responding)Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.1. Menghargai (valuing)Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikansuatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.1. Bertanggung jawab (responsible)Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

1. Praktik atau tindakan (practice)Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :1. Persepsi (perception)Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.1. Respon terpimpin (guide response)Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.1. Mekanisme (mecanism)Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.1. Adopsi (adoption)Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.

Menurut penelitianRogers(1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :1. Kesadaran (awareness)Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)1. Tertarik (interest)Dimana orang mulai tertarik pada stimulus1. Evaluasi (evaluation)Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.1. Mencoba (trial)Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.1. Menerima (Adoption)Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.d.Asumsi Determinan PerilakuMenurut Spranger membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.

D.2 Teori Perubahan PerilakuBeberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:

1. Teori Lawrence Green (1980)Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :1)Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.2)Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.3)Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.2. Teori Snehandu B. Kar (1983)Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :1)Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention).2)Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).3)Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information).4)Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan(personal autonomy).5)Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).3. Teori WHO (1984)WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).(1) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.(2) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.(3) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhiorang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.2) Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.3)Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.4)Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).

E. MODEL-MODEL PERILAKU KESEHATAN

1. Health Belief Model

Model perilaku ini disarankan oleh Rosenstock et al., 1988. Model ini menunjukkan suatu cara spesifik untuk mengerti dan menyusun kepercayaan personal yang relevan dengan perilaku kesehatan. Dalam model ini, para peneliti bermaksud untuk memaknai proses kausal yang mendasari perilaku manusia, di mana suatu kepercayaan dapat berupa asersi dari orang lain mengenai suatu hal, perilaku maupun ide (contoh: menyikat gigi) dengan suatu sikap (contoh: memakan waktu).

Menurut teori ini, kemungkinan seseorang akan berusaha untuk mencegah penyakit bergantung pada persepsi orang tersebut akan beberapa hal berikut ini:1. Mereka rentan terhadap kondisi tersebut1. Konsekuensi akan kondisi nantinya akan berakhir serius1. Perilaku pencegahan sangat efektif mencegah kondisi tersebut1. Keuntungan/manfaat dari mengurangi ancaman dari kondisi tersebut melebihi biaya yang dikeluarkan

Keempat faktor diatas secara tidak langsung mempengaruhi kemungkinan untuk melakukan protective health behaviours dengan mempengaruhi persepsi mengenai ancaman akan penyakit tersebut dan ekspektasi akan hasilnya.Terdapat 4 kunci utama model teori HBM ini yaitu :1. Perceived susceptibilityAdalah bagaimana seseorang memandang tingkat toleransi mereka terhadap sebuah penyakit. Secara umum, ditemukan bahwa orang-orang sering meremehkan tingkat toleransi mereka1. Perceived severityAdalah pandangan seseorang terhadap konsekuensi keparahan sebuah penyakit jika terkena penyakit tersebut.1. Perceived effectivenessMerujuk pada tingkat kepercayaan seseorang pada keuntungan akan tindakan pencegahan sebuah penyakit.1. Perceived costMelihat pada tingkat kesulitan sebuah saran jika dijalankan atau seberapa besar harga yang harus dibayar.

Faktor- faktor di atas akan berakibat pada seorang individu membuat setidaknya dua hasil pertimbangan. Benefits outweighting:kesimpulan yang harus tercapai di mana individu menyadari keuntungan yang diperoleh lebih besar dengan melakukan perilaku kesehatan, sehingga individu dapat melanjutkan keputusannya dengan melakukan suatu perilaku kesehatan. Perceived threat of the condition:kesadaran akan resiko ancaman kesehatan menambahkan keyakinan untuk melakukan perilaku kesehatan yang sesuai.Dapat dilihat juga berdasarkan skema di atas bahwa model ini juga mempertimbangkan aspek demografis, sosiopsikologis dan variabel-variabel structural yang juga dapat mempengaruhi hasil lebih lanjut setelah seseorang mengadaptasikan perilaku kesehatan yang lebih sesuai.

2. Protection-motivation theoryTeori proteksi-motivasi adalah salah satu teori yang dikembangkan dari teori HBM. Teori ini menambahkan konsep efficacy (suatu kepercayaan bahwa upaya preventif yang spesifik adalah upaya yang efektif). Diyakini bahwa seseorang yang merasa dirinya sanggup dapat melakukan perilaku kesehatan yang baik dan menghasilkan manfaat yang baik. Oleh karena itu, teori ini menjelaskan mengenai motivasi yang dimiliki seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu tindakan yang menjaga kesehatan.

3. The theory of reasoned actionMenurut teori ini, komitmen maupun keinginan seseorang untuk melakukan suatu perilaku kesehatan merupakan syarat seseorang melakukan perilaku kesehatan. Diyakini bahwa suatu keinginan berdasar pada sikap seseorang terhadap perilaku kesehatan tersebut dan bagaimana norma subjektif seseorang berlaku terhadap perilaku tersebut. Norma subjektif di sini berarti keyakinan seseorang mengenai apa yang seharusnya ia lakukan menurut orang-orang yang ia anggap penting.

4. Theory of Reasoned Action/Planned BehaviourAdalah sebuah teori mengenai prediksi perilaku yang digunakan secara luas yang merepresentasikan pendekatan sosio-psikologi untuk memahami dan memprediksi determinan dari health behaviour.

2 asumsi mendasari TRA adalah: 1) tingkah laku berada di bawah kontrol sebuah kehendak, dan 2) manusia adalah makhluk yang rasional. Menurut perspektif TRA, kita berkelakuan dengan cara tertentu karena kita memilih untuk melakukan itu dan kita menggunakan akal sehat untuk menentukan serta melaksanakan tindakan kita.

TRA digunakan untuk memprediksi tingkah laku dari niat dan menyajikan hubungan antara kepercayaan, sikap, niat, dan tingkah laku.

5. Social Cognitive TheoryTeori ini tidak hanya meliputi faktor individu saja namun juga lingkungan dan faktor sosial. SCT menyajikan bahwa terdapat 3 kunci utama sebagai determinan yang disebut reciprocal determinism. Konsep ini menyatakan bahwa terdapat interaksi yang terus menerus dan dinamis antara individu, lingkungan, dan tingkah laku. Oleh sebab itu, perubahan pada 1 faktor saja dapat mempengaruhi 2 faktor yang lain. Contohnya adalah seorang eksekutif muda yang terkena darah tinggi akibat sifatnya yang workaholic untuk mencapai obsesi pribadinya yaitu mendapatkan penghargaan dan pengakuan orang sekitarnya.

Menurut Bandura, self efficacy merupakan hal yang paling penting dalam kontribusinya secara psikologis terhadap perubahan health behaviour secara umum.

6. Transtheoretical Model. Model perilaku ini merupakan model perilaku yang bersifat progresif dan bertahap. Teori ini menggambarkan hubungan antara: tahapan perubahan; proses perubahan; pertimbangan perubahan (untung rugi perubahan); keyakinan berdasarkan situasi tertentu (kepercayaan diri akan perubahan tingkah laku); dan godaan kembali ke tingkah laku awal. Teori ini juga membantu untuk mengerti bagaimana peran motivasi dan keinginan bekerja dalam perilaku kesehatan. Menurut Prochaska dan Di Clemente (1982), perlu diperhatikan 5 tahap proses yang menjelaskan mengenai terjadinya suatu perubahan perilaku. Tahap-tahap ini adalah precontemplation, contemplation, preparation, action dan maintenance/ relapse prevention.

F. TAHAP-TAHAP PERUBAHAN PERILAKUProses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif. Dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keasaan sebelumnya. Proses perubahan perilaku tidak terlepas dari proses belajar yang digambarkan.

Tahap proses perubahan perilaku (Hoslan) : stimulus yang diberikan kepada organisme dapat ditolak atau diterima, apabila stimulus ditolak berarti stimulus tidak efektif mempengaruhi individu apabila stimulus mendapat perhatian dari organisme, berarti organisme mengerti stimulus setelah itu organisme mengolah stimulus sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulasi yang diterima (bersikap) dengan dukungan fasilitas dan lingkungan, stimulus mempunyai efek tindakan dari individu (perubahan perilaku)

Tahap perubahan perilaku (Roger) : seorang sadar akan adanya informasi individu tertarik mengetahui lebih lanjut mengenai manfaat informasi individu menilai apakah akan melakukan apa yang ada dalam informasi individu mulai melakukan kegiatan tersebut orang yakin dan menerima bahwa informasi itu bermanfaat untuknya

Cara mengubah perilaku : memberikan pengetahuan/informasi memberikan contoh atau model memberikan pengalaman langsung memberikan kesempatan untuk berdiskusi latihan Role Playing

Proses perubahan perilaku dalam pendidikan kesehatan gigi

The Ladder of Learning Process

BAB IIIKESIMPULAN

A. KesimpulanPeran dokter gigi dalam pelaksanaan Program Kesehatan Gigi Mulut antara lain menganalisa faktor pendukung dan penghambat program kesehatan, menyusun strategi pendekatan untuk mengatasi faktor penghambat yang salah satunya adalah perilaku masyarakat. Salah satu strategi untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan gigi menggunakan media dan alat bantu pendidikan yang baik.

Faktor pendukung dalam pelaksanaan program Kesehatan Gigi Mulut, antara lain : masyarakat yang kooperatif, status sosial ekonomi dan pendidikan yang memadai, staf pelaksana terdidik dan terlatih, ketersediaan sarana di wilayah pelaksanaan program. Jika hal ini dapat tercapai, maka pelaksanaan program kesehatan gigi dan mulut pun baik.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan program Kesehatan Gigi Mulut, antara lain : pengetahuan masyarakat mengenai Kesehatan Gigi Mulut yang kurang sehingga kurangnya kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut, kebudayaan masyarakat setempat yang masih mengikat (misalnya sikat gigi dua kali sehari, pagi dan sore), dan ketidak tersediaan atau keterbatasan media alat bantu pendidikan.

Dalam pelaksanaan program Kesehatan gigi mulut terkadang ditemukan faktor penghambat yang perlu diintervensi melalui pendekatan dan cara yang tepat. Pada kasus kali ini, kurangnya pemahaman ibu-ibu setempat mengenai kesehatan gigi susu dapat diintervensi melalui pemberian informasi baik interpersonal ataupun pengadaan program penyuluhan sehingga terjadi perubahan perilaku pada ibu-ibu setempat yang pada akhirnya mendukung program kesehatan gigi mulut untuk dapat berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga. Jakarta : Binarupa AksaraBrownson, Ross C., Chriqui, Jamie F., Stamataksis, Katherine A., 2009. Understanding Evidence-Based Public Health Policy, (diunduh tanggal 11 September 2013, pukul 18.57) http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2724448Colleen A. Redding et al.. 2000. The International Electronic Journal of Health Education; 3 (Special Issue): 180-193Corcoran, N. 2007.Communicating Health: Strategies for Health Promotion.Maulana, Heri DJ. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGCNotoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka CiptaNotoatmodjo, Soekidjo. 2007.Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni.. Jakarta : Rineka CiptaPine, Cynthia M. 1997. Community oral health Oxford . Boston : Wright.

49