Makalah Pemicu 1 Termodinamika_Kelompok 6
-
Upload
rayhan-hafidz -
Category
Documents
-
view
140 -
download
19
description
Transcript of Makalah Pemicu 1 Termodinamika_Kelompok 6
-
i | P a g e
MAKALAH TERMODINAMIKA
PEMICU I
PVT Properties of a Pure Substance
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
Astrini (1306370493)
Mega Puspitasari (1306370713)
Pangiastika Putri W (1306370404)
Rayhan Hafidz (1306409362)
Salaha Harahap (1306423190)
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, FEBRUARI 2015
-
ii | P a g e
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Termodinamika mengenai PVT
Properties of a Pure Substance. Sehingga kami dapat menyusun serangkaian data mengenai
masalah terkait yang dibuat dalam bentuk makalah.
Dalam makalah ini terdapat jawaban pembahasan pemicu yang disajikan secara
sistematis dengan sumber informasi yang mendukung untuk membantu menjawab pemicu
yang diberikan. Data-data yang diperoleh sebagian diambil dari sumber terpercaya dan dapat
dibuktikan keasliannya.
Tak luput ucapan terimakasih atas segala bantuan sumber referensi yang telah diberikan
anggota kelompok serta dukungan dari dosen pebimbing yang menuntun lancarnya proses
penyusunan makalah ini secara sistematis.
Akhirnya Tiada ada gading yang tak retak , kami menyadari bahwa kesempurnaan
masih sangat jauh dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu segala bentuk kritik dan saran
yang membangun sangat diperlukan guna menunjang pembuatan makalah yang lebih baik lagi.
Kami berharap makalah yang sudah tersusun ini dapat menjadi sebuah informasi yang
bermanfaat bagi pembaca.
Depok , 26 Februari 2015
Penyusun
-
1 | P a g e
PEMBAHASAN PEMICU
Tugas I
Kemi would like to learn about p-v-T (pressure-volume-temperature) diagram of pure
compound all by himself as his thermodynamics class instructor encouraged the students
to improve their self-directed learning skill. Kemi ask you the following questions, could
you help?
a. Could you explain the meaning of the lines/surfaces/points shown in following PVT
diagram? Define triple point and critical point using your own words? (Hint: use the
Gibbs phase rule)
Answer :
Gambar 1. Diagram PVT untuk zat yang menyusut ketika dibekukan
Sumber: http://coecs.ou.edu/Feng.Chyuan.Lai/thermoweb/Lecture6/PvT-1.gif
Setiap garis pada permukaan menyatakan keadaan setimbang dan garis-garis
menunjukkan proses isotermal. Setiap permukaan menunjukkan keadaan fasa suatu zat.
Keadaan fasa dibagi menjadi dua, yaitu keadaan fasa tunggal dan keadaan dua fasa.
Keadaan fasa tunggal adalah keadaan dimana hanya terdapat padat, cair, maupun uap atau
gas. Pada keadaan fasa tunggal, tekanan, volume, dan suhu saling bebas dan tidak
terpengaruhi oleh satu sama lain. Keadaan dua fasa adalah keadaan dimana terdapat dua
fasa, yaitu padat-cair, padat-uap, dan cair-uap. Dalam keadaan dua fasa, terjadi proses
peleburan, penguapan, dan sublimasi. Pada daerah ini, tekanan dan suhu bukan merupakan
sifat yang saling bebas. Perubahan suhu diikuti oleh perubahan tekanan uap dan sebaliknya.
Daerah berbentuk kubah yang terdiri dari fasa cair dan fasa uap disebut kubah uap.
Kubah uap dibatasi oleh garis cair jenuh dan garis uap jenuh. Puncak kubah dimana garis
cair jenuh dan garis uap jenuh bertemu disebut titik kritis. Pada keadaan kritis, tidak ada
lagi perbedaan antara fasa cair fasa dan uap. Suhu pada titik kritis disebut suhu kritis. Pada
titik kritis, fasa cair dan fasa uap terjadi secara bersamaan sehingga volume jenis cairan
-
2 | P a g e
sama dengan volume jenis uap, volume ini disebut volume kritis. Tekanan pada titik kritis
disebut tekanan kritis.
Pada diagram PVT, juga terdapat garis triple. Garis triple adalah garis yang
menunjukkan kesetimbangan tiga fasa, yaitu fasa padat, fasa cair, dan fasa gas. Tidak ada
perbedaan antara ketiga fasa tersebut dalam keadaan ini.
Gibbs phase rule dirumuskan sebagai
= + 2 (1)
dimana F adalah degree of freedom, C adalah jumlah komponen, dan P adalah jumlah fasa.
Degree of freedom adalah jumlah sifat intensif. Untuk titik triple dengan zat murni, C
berjumlah 1, P berjumlah 3, sehingga F adalah 0. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
sifat intensif pada titik triple. Titik triple pada suatu zat hanya bisa dicapai dengan tekanan
dan suhu tertentu. Sedangkan pada titik kritis, C berjumlah 1, P berjumlah 2, sehingga F
adalah 1. Hal ini menunjukkan bahwa ada satu sifat intensif pada titik kritis.
b. If I say that the given PVT diagram is not valid for H2O, would you agree? What
observed phenomenon could you use to support your answer?
Answer :
Gambar 2. Diagram PVT untuk zat yang memuai ketika dibekukan
Sumber: http://coecs.ou.edu/Feng.Chyuan.Lai/thermoweb/Lecture6/PvT-2.gif
Diagram PVT pada soal sebelumnya berbeda dengan diagram PVT untuk air. Hal
tersebut dikarenakan saat air dibekukan, volume spesifik dari air tidak berkurang melainkan
bertambah (air akan memuai). Diagram PVT pada soal sebelumnya hanya berlaku pada zat
yang menyusut ketika dibekukan, contohnya adalah CO2.
Fenomena yang terjadi adalah fenomena anomali air. Berbeda dengan zat lainnya, jika
air mengalami pendinginan sampai suhu 4C, air akan menyusut dan menjadi berat. Namun,
jika proses pendinginan dilanjutkan, air akan memuai kembali dan mengakibatkan air
menjadi lebih ringan.
-
3 | P a g e
Apabila air pada lapisan permukaan sebuah kolam menjadi dingin pada musim dingin,
air tersebut akan turun ke bawah. Air di bawah yang lebih hangat naik ke permukaan dan
akan mengalami pendinginan. Air yang lebih dingin dan lebih panas terus-menerus berganti
tempat sampai seluruh air yang ada di dalam kolam bersuhu 4C.
Jika air permukaan mengalami pendinginan lebih lanjut, air itu memuai dan menjadi
lebih ringan, sehingga tidak turun ke bawah. Pada suhu 0C, air tersebut membeku menjadi
es, sementara air di dasar kolam masih tetap bersuhu 4C. Oleh karena itu, ikan-ikan yang
ada di dalam kolam yang membeku bisa tetap hidup sepanjang musim dingin.
c. Given the two dimensional PT diagram obtained from the three dimensional PVT
diagram given above, do you think the relative position (read: the PT coordinate) of
the three phases (solid, liquid, vapor) make sense? Explain.
Answer :
Gambar 3. Diagram PT
Sumber: http://www.metafysica.nl/ontology/phase_diagram_1.gif
Diagram PT dalam gambar diatas benar didapatkan dari proyeksi diagram PVT.
Permukaan padat-cair dari diagram PVT menjadi garis peleburan (garis AB) pada diagram
PT, permukaan cair-uap menjadi garis penguapan (garis AC), dan permukaan padat-uap
menjadi garis sublimasi (garis OA). Garis triple juga diproyeksikan menjadi titik triple (titik
A).
Kemiringan garis sublimasi dan garis penguapan untuk semua zat selalu bernilai positif,
tetapi tidak untuk garis peleburan. Garis peleburan akan bernilai positif jika zat yang
digunakan adalah zat yang menyusut ketika dibekukan, sedangkan untuk zat yang memuai
ketika dibekukan, kemiringan garis peleburan akan bernilai negative.
-
4 | P a g e
Pada garis penguapan, fasa yang terjadi adalah kesetimbangan antara cair jenuh dan
uap jenuh. Jika cairan berada pada suhu lebih rendah daripada suhu jenuh, hal tersebut
dinamakan cairan subdingin, sedangkan jika tekanan lebih tinggi dari tekanan jenuh, hal
tersebut dinamakan cairan tekan. Uap yang berada pada suhu di atas suhu jenuh disebut
sebagai uap panas lanjut atau sering disebut sebagai gas.
d. Vapor at temperatures higher than its critical temperature is called a gas: what is the
distinction between a vapor and a gas? What is your definition of a supercritical gas?
Answer :
Perbedaan antara uap dan gas adalah uap berwujud padat atau cair pada suhu kamar
sedangkan gas tetap berwujud gas pada suhu kamar. Gas termasuk dalam empat keadaan
materi sedangkan uap tidak. Gas tidak terlihat sedangkan uap dapat dilihat. Uap menetap
di tanah sedangkan gas tidak.
Gas superkritis adalah zat yang berada pada suhu dan tekanan di atas titik kritis
termodinamika. Zat ini memiliki kemampuan untuk berdifusi melalui benda padat seperti
gas, dan melarutkan benda seperti cairan. Gas superkritis juga dapat mengubah
kepadatannya bila mengubah sedikit suhu dan tekanannya.
Tugas II
Vapor at temperatures higher than its critical temperature is called a gas : What is the
distinction between a vapor and a gas? What is your definition of a supercrtical gas?
Could you give definition of :
1. Intensive and extensive variables
Answer:
Sifat intensif adalah sifat dari suatu zat yang tidak tergantung dari ukuran atau jumlah
sistem. Contoh dari sifat intensif adalah konsentrasi, titik leleh, titik didih, tekanan, energi
spesifik, volume spesifik dan suhu.
Variabel ekstensif pada suatu sistem adalah nilai yang besarnya dipengaruhi oleh
jumlah setiap bagian yang menyusun sistem tersebut. Contoh sistem ekstensif adalah maasa,
volume, dan energi. Sedangkan variabel intensif adalah sifat yang tidak dipengaruhi oleh
ukuran atau jumlah sistem, sehingga memiliki variasi di setiap bagian pada waktu yang
berbeda. Dalam diagram P-v-T, contoh sifat intensif adalah tekanan dan temperatur.
Gambar 4. Konsep sifat ekstensif
Sumber : Moran, Michael J. dan Shapiro, Howard N. (2006). Fundamentals of
Engineering Thermodynamics. London : British Library
-
5 | P a g e
Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa massa total dan volume total
merupakan penjumlahan dari setiap bagian yang menyusunnya. Sedangkan temperatur
setiap bagian adalah sama, bukan penjumlahan temperatur dari setiap bagian. Jadi, massa
dan volume adalah sifat ekstensif dan temperatur adalah sifat ekstensif.
2. Isobaric/isochoric/isothermal processes
Answer :
A. Proses Isobarik
Untuk menjelaskan defenisi dari Proses Isobrik dapat dilihat pada gambar dibawah
Pada gambar diatas adalah sebuah diagram p-V dan dibawahnya adalah sebuah selinder
yang diisi dengan gas dan dianggap ideal dan didalam silinder ada torak yang dapat
bergerak bebas.
Proses perubahan keadaan pada tekanan konstan (isobarik)
Pada gambar terlihat keadaan gas berubah dari keadaan 1 dimana silinder yang telah
diisi gas yang dianggap ideal dengan volume (V1) berubah ke keadaan 2 dengan cara
memanaskan silinder akibatnya gas mengembang / ekspansi mengakibatkan sistem
melakukan kerja dengan mendorong torak keluar mengakibatkan volume gas bertambah
(V2) sehingga tekanan gas dalam silinder pada waktu dipanaskan naik/tinggi dengan
terdorongnya torak keluar sehingga tekanan lama kelamaan berkurang dan menjadi sama
dengan tekanan awal (p1 = p2) artinya tekanan dalam keadaan konstan/tetap.
Peristiwa isobarik dapat juga digambar seperti di bawah
Gambar 6. Diagram p-V
1 2
V2
V1
Gambar 5. Diagram p-V pada proses isobarik
p
V
-
6 | P a g e
Pada gambar diatas hubungan tekanan (P) terhadap fungsi volume (V) terlihat bahwa,
tekanan akan terus turun secara dratis pada fasa liquid seiring dengan turunnya suhu dan
volume sedikit tetap tetapi begitu masuk ke fase liquid-vapor tekanan akan konstan (tetap)
dan suhu tetap sehingga volume mengebang dan begitu masuk ke fasa vapor tekanan akan
turun seiring dengan turunnya suhu dan volume sistem mengembang.
Proses isobarik dapat diturunkan dalam persamaan gas ideal
PV = n R T
P V/n = R T
P v = R T
v = R T / P
v/T = R / P = konstan
v/T = konstan
Untuk perubahan keadaan dari keadaan 1 ke keadaan 2
v1 /T1 = v2 /T2 atau v1 /v2 = T1 /T2
dimana :
P = Tekanan V = Volume v = Volume molar
R = konstantagas
T = Suhu
B. Proses Isokhorik
Proses isokhorik (isovolum) merupakan suatu proses perubahan keadaan sistem yang
terjadi pada volume konstan. Proses isokhorik dapat digambarkan sebagai kurva pada
diagram p-T berikut.
Gambar 7 Diagram p-T proses isokhorik
Sumber : Yosef Agung Cahyanta : Termodinamika I PDF
Gambar 7 menunjukkan diagram p-T atau yang biasa dikenal sebagai diagram fase
yang merupakan proyeksi dari permukaan p-v-T. Apabila permukaan diproyeksikan seperti
-
7 | P a g e
ini, maka daerah dua fase akan tampak sebagai garis. Dimana garis yang menyatakan daerah
dua fase padat-cair pada diagram fase akan miring ke kiri untuk zat yang mengembang
seperti air dan miring ke kanan untuk zat yang menyusut.
Berdasarkan diagram di atas terlihat jelas bahwa untuk setiap tekanan jenuh terdapat
sebuah temperatur jenuh tertentu. Proses isokhorik ini berhubungan dengan beberapa
macam sifat gas ideal berdasarkan hukum gas ideal yang dikemukakan oleh Gay Lussac.
Dimana proses isokhorik yang terjadi pada sistem tertutup akan berlaku hubungan :
= (
) = ...... (2)
= .............(3)
C. Proses Isothermal
Proses isothermal merupakan salah satu proses pada termodinamika yang menunjukkan
suatu perubahan keadaan yang dialami oleh suatu system pada saat suhunya konstan, atau
pada saat T = 0. Pada proses isothermal ini tetap berlaku rumus persamaan gas ideal : p.V
= n.R.T
Karena suhu pada sistem konstan dan nilai n serta R pada rumus persamaan gas ideal
diatas nilainya tidak berubah, maka sesuai dengan rumus tadi dapat dinyatakan p.V =
konstan, sehingga berlaku:
1. 1 = 2. 2 ........(4)
Dan karena suhu sistem konstan, grafik p-V pada proses isothermal menjadi:
Gambar 8. Diagram p-V pada proses isothermal
Sumber :http://1.bp.blogspot.com/_Y57OyyfFNEw/S17jhL5cmUI/AAAAAAAAAG4/HmplGkQ
Etxo/s320/hukum-pertama-termodinamika-9.jpg
-
8 | P a g e
Tugas III
Using the P-V-T and the p-T/P-V/V-T diagrams for water.
Could you explain why :
1. Water at the top of Himalaya mountain boils at lower temperature than it is in beach
area of Ancol-Jakarta?
Answer :
Tekanan di daerah pegunungan seperti puncak Himalaya lebih rendah dibandingkan
dengan daerah pantai seperti Ancol-Jakarta. Sesuai dengan diagram PT, jika tekanan
berubah, suhu untuk air mendidih juga akan berubah sebanding dengan perubahan tekanan
tersebut. Dikarenakan tekanan pada puncak Himalaya lebih rendah, air akan lebih cepat
mendidih dikarenakan terjadinya penurunan pada suhu untuk air mendidih.
2. Ice melts under the blade of skater shoe ?
Berdasarkan diagram P-v-T dan diagram P-T sebagai berikut :
Pada peristiwa ice skating, terjadi hukum fasa Gibbs yang menyebabkan es
mencair pada pisau yang berada pada bagian bawah sepatu skater. Hal
tersebut terjadi karena adanya peningkatan tekanan saat sepatu ice skating
digunakan. Berat badan skater hanya bertumpu pada permukaan pisau di
bagian bawah sepatu ice skating yang tipis, lancip, dan memiliki luas
penampang yang kecil. Sehingga dapat meningkatkan tekanan pada
permukaan es yang menyebabkan es dapat mencair. Oleh karena itu,
terbentuk lapisan air di antara ujung pisau sepatu ice skating dengan
permukaan es di bawah sepatu.
Gambar 10. Pisau
pada Sepatu Ice
Skating
Sumber:
en.wikibooks.org
Ice
Gambar 9. Diagram P-v-T zat yang mengembang saat membeku a) Diagram Tiga dimensi
b) Diagram Fasa
Sumber : Moran, Michael J. dan Shapiro, Howard N. (2006). Fundamentals of
Engineering Thermodynamics. London : British Library
-
9 | P a g e
Pada diagram P-T di samping, suatu fase
padat dapat diberikan tekanan sampai
berubah menjadi fase cair. Hal ini
menunjukkan bahwa diagram P-T tersebut
menggambarkan suatu peristiwa ketika fase
padat lebih tidak rapat daripada fase cair
sehingga dapat ditekan sampai berubah fase
(sifat anomali).
3. Water and water vapor having the same the density at the critical point ?
Answer :
Untuk menjawab pertanyaan diatas dapat dijelaskan pada diagram dibawah
Gambar 11. Proyeksi Dua Dimensi Permukaan P-V-T
Sumber : Anonim. Phases of Matter. Chem.ufl.edu.
Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill
-
10 | P a g e
Pada gambar 3.2 (a) dan (b) terdapat informasi :
Pada suhu dibawah titik kritis, tekanan akan konstan ketika melalui daerah dua fasa
(liquid-vapor) dapat dilihat pada gambar (b) titik J K tetapi pada daerah satu fasa (liquid
, Vapor dan solid) dapat dilihat pada gambar (a) dan (b) tekanan akan turun . sedangkan
saat temperatur sama atau lebih dari temperatur kritis (Tc) maka tekanan akan terus
menerus turun pada temperatur tetap (isotermal) dan volume spesifik naik dan tidak
memotong padadaerah dua fasa (gambar b).
Pada gambar 3.2 (b) terlihat garis KN dimulainya proses terlihat mulainya cekungan
lebih kecil pada titik K kemudian dengan pemanasan menyebabkan cairan menguap
mengakibatkan cekungan berkurang ke titik N
Pada gambar 3.3 terlihat garis (J,K) N,Q,C merupakan kurva uap. Proses diawali dari J,K
dengan pemanasan yang meningkat sampai dengan titik kritis (critical point) dan
berlanjut disepanjang garis volume spesifik yang konstan (Vc). Vc adalah volume
spesifik /molar yang konstan sepanjang garis setelah titik kritis.
Pada titik kritis volume jenis air jenuh sama dengan volume jenis uap jenuh.
Dari penjelasan gambar diatas bahwa densitas air dan uap air akan memiliki densitas
yang sama pada titik kritis karena volume spesifik/ molar akan konstan (seperti pada gambar
3.3). Hal ini juga dapat diturunkan dengan formula :
= m/V bila V = konstan sehingga = m
Massa liquid air sama dengan massa vapor air karena mempunyai massa yang sama
Massa liquid air akan sama dengan vapornya karena jumlah mol yang sama akan memiliki
volume jenis/molar yang sama
Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill
-
11 | P a g e
4. Enthalpy of vaporization becomes zero at the critical point?
Answer :
Entalpi penguapan merupakan jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah air pada
suhu didihnya menjadi steam. Perubahan ini tidak melibatkan perubahan pada suhu
campuran antara steam dan air, dan seluruh energi digunakan untuk mengubah keadaan dari
cairan (air) ke uap (steam jenuh).
Gambar 12. Permukaan p-v-T dan proyeksinya pada suatu zat yang mengembang saat
membeku. (a) Daigram p-v-T. (b) Diagram p-T. (c) Diagram p-v. (d) Diagram T-v
Sumber : Yosef Agung Cahyanta : Termodinamika I PDF
-
12 | P a g e
Air merupakan salah satu zat murni yang apabila membeku maka akan mengembang.
Gambar 2.1 menunjukkan permukaan p-v-T suatu zat murni seperti air yang mengembang
saat membeku. Berdasarkan gambar 2.1 berbagai daerah pada permukaan p-v-T ditandai
dengan padat (solid), cair (liquid) dan uap (vapor). Terlihat pada diagram p-v-T terdapat
tiga buah fase yang muncul dalam kesetimbangan di sepanjang garis yang disebut garis
tripel (tripel line). Garis tripel pada permukaan tiga dimensi p-v-T dapat diproyeksikan
menjadi sebuah titik pada diagram p-T (diagram fase) yang disebut titik tripel (tripel point)
. Berdasarkan kesepakatan, temperatur yang ditetapkan sebagai titik tripel air adalah 273,16
K dengan tekanan pada titik tripel air sebesar 0,00602 atm.
Pada diagram p-v-T, diagram p-v , dan diagram T-v terdapat daerah berbentuk kubah
yang terdiri dari dua fase keadaan cair-uap yang disebut kubah uap (vapor dome). Garis-
garis yang membatasi kubah uap disebut garis cair jenuh dan garis uap jenuh. Puncak kubah
dimana garis cair jenuh dan uap jenuh bertemu disebut titik kritis (critical point). Jika
tekanan air terus naik menuju titik kritis maka entalpi penguapannya akan berkurang sampai
menjadi nol pada titik kritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa air berubah langsung menjadi
uap (steam jenuh) pada titik kritisnya. Ini disebabkan karena ketika air dipanaskan pada
tekanan kritisnya yaitu tekanan pada titik kritis air (218 atm), maka pada saat temperatur air
mencapai temperatur kritisnya (374oC) semua molekul air akan berubah secara cepat dari
fase cair menjadi fase uap tanpa melalui proses penyerapan energi untuk proses penguapan.
Berdasarkan diagram T-v tampak bahwa untuk tekanan yang lebih rendah dari tekanan
kritisnya maka tekanan dan temperatur tersebut akan konstan pada saat melintasi daerah dua
fase. Sementara pada daerah fase tunggal untuk cair maupun uap , temperatur akan
meningkat dengan tekanan tetap pada volume spesifik yang meningkat. Untuk tekanan yang
lebih besar atau sama dengan tekanan kritisnya maka temperatur akan terus meningkat dan
tidak terdapat lintasan yang melintasi daerah dua fase cair-uap. Hal ini juga berlaku pada
temperatur tertentu yang lebih rendah dari temperatur kritis yang menyebabkan tekanan
tetap pada daerah dua fase namun menurun pada daerah fase tunggal seperti yang terlihat
pada diagram p-v. Sedangkan untuk temperatur yang lebih besar atau sama dengan
temperatur kritis maka tekanan akan terus menurun pada temperatur tetap.
5. Using the p-V-T and the p-T/p-V/V-T diagram of water, could you explain why water
and ice are incompressible?
Answer :
-
13 | P a g e
Gambar 13. Diagram p-V air
Sumber : http://engineering-references.sbainvent.com/thermodynamics/pictures/p-v-
diagram-contracts.jpg
Fluida incompressible merupakan fluida yang memiliki densitas yang konstan terhadap
perubahan tekanan, sementara fluida compressible adalah fluida yang memiliki densitas
yang berubah terhadap perubahan tekanan. Fluida yang incompressible memiliki susunan
partikel yang rapat, dapat bergerak, tetapi masih terdapat ikatan. Contoh fluida yang
incompressible adalah air, dan contoh yang compressible adalah udara.
Contoh kasusnya adalah, pada saat kita mengkompres ban dengan volume 3 L
menggunakan pompa udara bervolume 4 L dan semua udara dikompres ke dalam ban,
pompa tersebut akan menjadi keras namun tidak berubah bentuk. Hal tersebut menunjukkan
bahwa udara dapat menyesuaikan densitasnya dengan perubahan tekanan dan wadah yang
ditempatinya. Sementara jika kita memompa air volume 4 L ke ban bervolume 3 L, ban
akan menggembung atau berubah bentuk. Hal tersebut memperlhatkan bahwa air tidak dapat
menyesuaikan densitasnya terhadap perubahan tekanan dan wadah yang ditempatinya, atau
bersifat konstan.
Pada diagram p-V air, terlihat bahwa pada saat tekanan (p) pada air ditambah, volume
H2O liquid (air) dan solid (es) cenderung konstan/tidak berubah, yang berarti bahwa densitas
air tersebut pastilah juga tidak berubah dengan asumsi massa air selalu tetap. Hal tersebut
menunjukkan bahwa air bersifat incompressible.
Tugas IV
Could you determine the following :
1. Vapor liquid phase envelope consisting of saturated liquid and saturated vapor
volumes covering temperatures from the triple point up to the critical point (hint: use
excel and steam table)
Answer :
-
14 | P a g e
Dari steam table, diambil beberapa data suhu dari titik triple hingga titik kritis, yang
menghasilkan:
Sehingga dari steam table disebut, dapat dibentuk grafik perbandingan antara suhu
dengan volume spesifik cairan jenuh dan uap jenuh, yang menghasilkan:
Temp (C) V liquid (cm3/g) V vapor (cm3/g)
0.01 0 206000
10 1.0004 106300
50 1.0122 12027
100 1.4035 1671.8
150 1.091 392.4
200 1.156 127.2
250 1.251 50.04
256 1.266 45.11
260 1.276 42.13
266 1.291 38.06
270 1.303 35.59
276 1.32 32.2
280 1.332 30.13
286 1.352 27.28
290 1.366 25.54
296 1.388 23.13
300 1.404 21.65
306 1.43 19.6
310 1.448 18.33
315 1.478 16.57
320 1.5 15.48
326 1.535 13.95
330 1.561 12.99
336 1.606 11.63
340 1.639 10.78
346 1.696 9.566
350 1.741 8.799
356 1.824 7.674
360 1.896 6.94
366 2.046 5.819
370 2.214 4.973
373.946 3.17 3.17
-
15 | P a g e
-
16 | P a g e
2. Vapor pressure curve from the triple point up to the critical point, the temperature
dependence of vapor pressure and the normal boiling point (hint : use excel and
steam table)
Answer :
Tabel 1. Tekanan Terhadap Temperatur dari Triple Point Hingga Critical Point
T (oC) P (MPa)
273,16 5,7831
275 5,9463
280 6,4165
285 6,9145
290 7,4416
295 7,999
300 8,5877
305 9,2092
310 9,8647
315 10,556
320 11,284
325 12,051
330 12,858
335 13,707
340 14,6
345 15,54
350 16,529
355 17,57
360 18,666
365 19,822
370 21,043
373,946 22,064
-
17 | P a g e
Berdasarkan data pada Steam Table dan di plot pada grafik tersebut, dari tripel point
hingga critical point membuktikan bahwa Tekanan Uap jenuh semakin meningkat seiring
dengan peningkatan temperatur.
3. Is vapor presure of aliquid sensitive to temperature change ?
Answer :
0
5
10
15
20
252
73
,16
278
,16
283
,16
288
,16
293
,16
298
,16
303
,16
308
,16
313
,16
318
,16
323
,16
328
,16
333
,16
338
,16
343
,16
348
,16
353
,16
358
,16
363
,16
368
,16
373
,16
Tek
an
an
(M
Pa
)
Temperatur (oC)
Grafik Tekanan Terhadap Temperatur (Triple
Point Up to the Critical Point)
P (MPa)
B
C
D
E
Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill
-
18 | P a g e
Pada gambar diatas garis BC merupakan garis tekanan uap sebagai fungsi temperatur.
Tekanan uap cairan sangat sensitif terhadap perubahan suhu seperti terlihat pada titik D
akan terjadi perubahan fasa dari uap menjadi gas bila suhu dinaikan dan sebaliknya pada
titik E bila suhu diturunkan akan terjadi perubahan fasa uap menjadi cair (mengembun)
4. Compare the data from steam table to the data generated using correlation (hint:use
generalized correlations for molar volumes of saturated liquid and the Antoine
equations).
Answer :
Dengan menggunakan data pada steam tables:saturated temperature steam yang
bersumber pada buku Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics karangan
Smith Van Ness pada Appendix F dan dengan menggunakan parameter pada persamaan
Antoine untuk air serta penggunaan generalized correlation for liquid dapat diketahui
tekanan jenuh yang nilainya tidak jauh berbeda.
Persamaan Antoine
Dengan menggunakan parameter sebagai berikut :
A = 16,262 P dalam kPa
B = 3799,89 T dalam OC
C = 226,35
Melalui persamaan
=
+ (5)
Generalized Correlation
Dengan menggunakan persamaan Rackett dapat ditentukan volume molar cair jenuh
dengan persamaan :
= (1)
0,2857 (6)
Untuk air maka berdasarkan Appendix B pada buku Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics karangan Smith Van Ness diperoleh informasi :
Vc = 55,9 cm3 mol-1
Zc = 0,229
Tc = 647,1 K
Sehingga berdasarkan perhitungan dalam rumus tersebut diiperoleh tekanan jenuh
pada beberapa rentang suhu air yang disajikan pada tabel di bawah ini :
NO Rentang Suhu
(oC)
P (kPa)
*Antoine
P(kPa)
*steam Tables
Vsat (m3.kmol-1)
*Rackett
1 0,01 0,591595 0,611 0,01585
2 4 0,791237 0,813 0,015911
3 5 0,849715 0,872 0,015926
-
19 | P a g e
4 6 0,911956 0,935 0,015942
5 8 1,048548 1,072 0,015973
6 10 1,202755 1,227 0,016004
7 11 1,287049 1,312 0,01602
8 12 1,376468 1,401 0,016036
9 13 1,471273 1,497 0,016052
10 14 1,571736 1,597 0,016068
11 15 1,678141 1,704 0,016084
12 16 1,790781 1,817 0,016099
13 17 1,909962 1,936 0,016115
14 18 2,036 2,062 0,016132
15 19 2,169225 2,196 0,016148
16 20 2,309979 2,337 0,016164
17 21 2,458616 2,485 0,01618
18 22 2,615503 2,642 0,016196
19 23 2,781021 2,808 0,016213
20 24 2,955564 2,982 0,016229
21 25 3,139542 3,166 0,016245
22 26 3,333375 3,36 0,016262
23 27 3,537502 3,564 0,016278
24 28 3,752376 3,778 0,016295
25 29 3,978463 4,004 0,016311
26 30 4,216248 4,241 0,016328
27 31 4,466229 4,491 0,016345
28 32 4,728922 4,753 0,016362
29 33 5,00486 5,029 0,016378
30 34 5,294592 5,318 0,016395
31 35 5,598686 5,622 0,016412
32 36 5,917724 5,94 0,016429
33 38 6,603068 6,624 0,016463
34 40 7,355667 7,375 0,016498
35 45 9,567305 9,582 0,016584
36 50 12,32611 12,34 0,016673
37 55 15,73806 15,74 0,016762
38 60 19,92372 19,92 0,016853
39 65 25,01925 25,01 0,016946
40 70 31,17746 31,16 0,01704
41 75 38,56877 38,55 0,017136
42 80 47,38218 47,36 0,017234
43 85 57,82604 57,8 0,017333
44 90 70,12895 70,11 0,017434
45 95 84,5404 84,53 0,017538
-
20 | P a g e
46 100 101,3314 101,33 0,017643
47 110 143,2472 143,27 0,017859
48 120 198,4936 198,54 0,018084
49 130 270,0576 270,13 0,018318
50 140 361,299 361,38 0,018562
51 150 475,9478 476 0,018818
52 160 618,0958 618,06 0,019085
53 170 792,1824 792,02 0,019366
54 180 1002,976 1002,7 0,01966
55 190 1255,548 1255,1 0,019971
56 200 1555,252 1554,9 0,020299
57 210 1907,687 1907,7 0,020646
58 220 2318,668 2319,8 0,021016
59 230 2794,194 2797,6 0,02141
60 240 3340,412 3347,8 0,021832
70 250 3963,582 3977,6 0,022286
71 260 4670,04 4694,3 0,022777
72 270 5466,171 5505,8 0,023312
73 280 6358,367 6420,2 0,0239
74 290 7353,001 7446,1 0,02455
75 300 8456,395 8592,7 0,025278
-
21 | P a g e
Karena tekanan jenuh yang diperoleh dari persamaan Antoine tidak berbeda jauh
dengan tekanan pada steam tables yang hanya memiliki kesalahan relatif berkisar antara
0,1%-3% menyebabkan grafik tekanan jenuh antara keduanya hampir sama. Hal ini
menunjukkan bahwa baik menggunakan steam table ataupun persamaan Antoine akan
menghasilkan nilai tekanan jenuh yang tidak jauh berbeda.
Berdasarkan volume jenuh yang dapat dihitung dengan generalized correlation juga
akan dapat menghasilkan nilai tekanan jenuh pada rentang suhu yang diberikan. Nilai
volume jenuh hasil perhitungan menggunakan persamaan Rackett cukup jauh berbeda
dengan nilai volume cair jenuh pada steam tables.
5. Determine the quality of the saturated liquid and the saturated vapor mixture, if the
mixtures having mass of 100 kg fills a 1 m3 container.
Answer :
Diketahui : Massa campuran (liquid + Saturated vapor) (M) = 100 kg
Volume container (V) = 1 m3
Volume jenis (v) = V / m = 1 m3 / 100 kg = 0,01 m3 / kg
Pada steam table pada volume jenis (v) = 0,01 m3/kg berada pada suhu (T) = 340 0C dan
tekanan 14,60 MPa = 14,60 x 1/0,101325 = 144 atm.
Dengan memasukan data tekanan dan suhu pada program NIST didapatkan density vapour
sebesar 92,74 kg /m3 dengan diketahui density kita dapat mencari massa dari vapour :
M = . V = 92,74 kg /m3 x 1m3 = 92,74 kg
Jadi quality dari campuran (X) = M uap / M total = 92,74 kg / 100 kg = 0,9274
6. If you use the following equation to represent vapor pressure as a function of
temperature: ln(psat) = a+bT and you know, that the equation is valid at the lower and
the upper limit of temperature (triple and critical temperatures, respectively), how
could you determine the values of parameter a and b? (hint: use excel!)
Answer :
Persamaan tekanan uap jenuh dalam fungsi temperatur diatas dapat digunakan dalam
keadaan pada batas bawah dan atas temperature (pada titik tripel dan temperatur kritis).
Variabel a dan b dapat dicari dengan memanfaatkan Microsoft Excel, dengan cara
menginput data-data tekanan jenuh (Psat) dan temperatur (T). Lalu, nilai Psat diolah dengan
menjadikannya bentuk ln(Psat) agar dapat disesuaikan dengan rumus.
Setelah hal tersebut, dilakukan plot data-data ln(Psat) dan T ke dalam grafik x-y
(ln(Psat) sebagai sumbu y, T sebagai sumbu x). Dari grafik tersebut, kita dapat mendapatkan
rumus grafik tersebut yang berbentuk y = ax+b. Karena y menunjukkan ln(Psat) dan x
menunjukkan temperatur (T), variable a dan b dapat ditentukan.
-
22 | P a g e
Gambar 13. Penentuan variabel A dan B melalui excel
Tugas V
Natural gas transportation over long distances could be done efficiently if gas is shipped
either as liquefied natural gas (LNG) or compressed natural gas (CNG). If the ship cargo
capacity is 2500 m3, determine which model of transportation would accommodate more
natural gas each trip? Assume the following storage conditions: 1 bar and -162 C for
LNG and 125 bar and room temperature for CNG. To do the calculations, use the
compressibility factor that could be downloaded from the internet (Savidge:
compressibility of natural gas). Compare your results with the values calculated using the
generalized correlation for Z proposed by Pitzer, employing the acentric factor. Assume
natural gas to be pure methane and report the difference in percent value. Explain the
difference between two parameters and three parameters generalized correlation. Define
the acentric factor using your own words.
Answer :
Berdasarkan soal tersebut, asumsi gas alam yang digunakan mengandung gas metana
murni. Sehingga dapat diperoleh beberapa data mengenai gas metana pada Apendix B-1 pada
buku Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van
Ness) sebagai berikut :
-
23 | P a g e
Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill
Volume kargo pada kapal pengangkut = 2500 m3
(Faktor Asentrik) = 0,012
Tc (Suhu Kritis) = 190,6 K
Pc (Tekanan Kritis) = 45,99 bar
Vc (Volume Kritis) = 98,6 cm3/mol
Zc (Kompresibilitas Gas Kritis) = 0,286
Berdasarkan data yang diketahui pada soal, LNG yang akan diangkut berada dalam
tekanan 1 bar dan temperatur -162 C, sedangkan CNG dalam tekanan 125 bar dan temperatur
25 oC (suhu kamar).
Tabel 2. Keterangan LNG dan CNG pada Soal
Keterangan LNG CNG
P (bar) 1 125
T (K) 111 298
Perhitungan mol (n) pada Tranportasi LNG :
Untuk menentukan volume molar pada LNG, digunakan rumus korelasi umum untuk
cairan karena LNG berbentuk cair sehingga tidak dapat menggunakan grafik faktor
kompresibilitas gas.
1. Menghitung nilai Tr dan Pr
=
=
= 111
190,6 =
1
45,99
-
24 | P a g e
= 0,5824 = 0,0217
2. Mencari volume molar LNG menggunakan persamaan (3.64) pada buku Introduction to
Chemical Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van Ness) seperti
berikut :
=
(3.64)
=
= 98,6 3
3. Menentukan massa jenis tereduksi (r)
Nilai massa jenis tersebut diperoleh dengan menggunakan grafik 3.17 pada buku
Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van
Ness) sebagai berikut :
Berdasarkan nilai Tr dan Pr yang telah dihitung dan dibaca menggunakan grafik 3.17 di
atas, r1 yang diperoleh adalah 2,74. Nilai r2 dianggap sama dengan r1 yaitu 2,74,
sehingga :
=
= 98,6 3
2,74
= 35,99 3
= 35,99 106 3
4. Menentukan jumlah mol (n) pada LNG
=
=
=2500 3
35,99 106 3
= 69,464 106
-
25 | P a g e
Perhitungan mol (n) pada Tranportasi CNG :
1. Menghitung nilai Tr dan Pr
=
=
= 298
190,6 =
125
45,99
= 1,5635 = 2,718
2. Menentukan Nilai Z berdasarkan Tr dan Pr Menggunakan Grafik A.2 Pada Appendix
Moran
Berdasarkan nilai Tr dan Pr yang telah diperoleh dan diplot pada grafik di atas, nilai Z yang
diperoleh adalah sebesar 0,84. Maka, jumlah mol CNG yang dapat dihitung.
3. Menentukan jumlah mol (n) pada CNG
Menggunakan rumus berikut :
. = . . .
Diketahui :
P = 125 bar = 123,365 atm
V = 2500 m3 = 2,5 x 106 liter
Z = 0,84
R = 0,082 atm.L/mol.K
T = 298 KMaka :
. = . . .
123,365 2,5 106 = 0,84 0,082 . . 298
= 15,025 106
-
26 | P a g e
Berdasarkan jumlah mol (n) masing-masing gas alam yang telah diperoleh melalui
perhitungan, yaitu LNG sebesar 69,464 106 dan CNG sebesar 15,025 106 ,
maka dapat disimpulkan bahwa pengangkutan gas alam yang paling efisien adalah gas
alam jenis LNG karena jumlah mol yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan
jumlah mol CNG pada kondisi yang diberikan.
Membandingkan dengan Menggunakan Metode 3 Parameter (Pitzer)
Perhitungan pada CNG :
Rumus Pitzer (persamaan 3.54) yang diperoleh dari buku Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van Ness) adalah sebagai berikut :
= 0 + . 1 (3.54)
1. Menghitung nilai Tr dan Pr
=
=
= 298
190,6 =
125
45,99
= 1,5635 = 2,718
2. Menentukan Nilai Z0 berdasarkan Tr dan Pr
Nilai Z0 yang diperoleh yaitu :
Tabel Appendix E.3
Melakukan interpolasi untuk memperoleh nilai Z0
Tabel 2. Tr dan Pr untuk menentukan Z
Tr Pr
2,0000 3,0000
1,5 0,8328 0,7887
1,6 0,8738 0,8410
Menentukan nilai Z1 :
1,5635 1,5
1,6 1,5=
1 0,8328
0,8738 0,8328
1 = 0,858835
Menentukan nilai Z2 :
1,5635 1,5
1,6 1,5=
2 0,7887
0,8410 0,7887
2 = 0,8219105
Menentukan nilai Z :
Tabel 3. Interpolasi pada Pr
Tr Pr
2,0000 3,0000
-
27 | P a g e
1,5635 0,858835 0,8219105
2,718 2
3 2=
0,858835
0,8219105 0,858835
0 = 0,83232
3. Menentukan Nilai Z1 berdasarkan Tr dan Pr
Tabel Appendix E.4
Melakukan interpolasi untuk memperoleh nilai Z1
Tabel 4. Tr dan Pr untuk menentukan Z1
Tr Pr
2,0000 3,0000
1,5 0,1806 0,2433
1,6 0,1729 0,2381
Menentukan nilai Z1 :
1,5635 1,5
1,6 1,5=
1 0,1806
0,1729 0,1806
1 = 0,1757105
Menentukan nilai Z2 :
1,5635 1,5
1,6 1,5=
2 0,2433
0,2381 0,2433
2 = 0,239998
Menentukan nilai Z1 :
Tabel 5. Interpolasi pada Pr
Tr Pr
2,0000 3,0000
1,5635 0,1757105 0,239998
2,718 2
3 2=
1 0,1757105
0,239998 0,1757105
1 = 0,22187
4. Menentukan nilai Z menggunakan Z0 dan Z1 berdasarkan persamaan Pitzer
= 0 + . 1 (3.54)
= 0,83232 + 0,012. (0,22187)
= 0,83834
-
28 | P a g e
5. Menentukan jumlah mol CNG
. = . . .
123,365 2,5 106 = 0,83834 0,082 . . 298
= 15,055 106
Membandingkan Hasil Perhitungan Biasa dengan Hasil Perhitungan Pitzer (CNG)
Diketahui :
Hasil perhitungan biasa, = 15,164 106
Hasil perhitungan dengan persamaan Pitzer, = 15,055 106
Maka :
|
| 100%
= |15,025 106 15,055 106
15,025 106 | 100%
= 0,199 %
Perbedaan 2 parameter dan 3 parameter
Teori corresponding state dengan 2 parameter menyatakan bahwa semua fluida jika
dibandingkan pada suhu reduksi (Tr) dan tekanan reduksi (Pr) yang sama akan memiliki
faktor kompresibilitas (z) yang sama dan semua penyimpangan dari perilaku gas ideal juga
sama.
Prinsip dengan 2 parameter hanya berlaku untuk fluida sederhana gas mulia seperti Argon,
Kripton, dan Xenon. Apabila prinsip 2 parameter ini diterapkan pada fluida lain, akan
terjadi penyimpangan yang menandakan peningkatan ketidakidealan fluida tersebut.
Bentuk penyimpangan dapat dilihat pada kurva log (Pr) vs. Tr berikut:
Jika kita memplot grafik log Pr vs 1/Tr maka untuk fluida sederhana (Argon, Xenon,
dan Kripton) akan memiliki gradien yang sama dimana nilai adalah nol artinya memenuhi
teori keadaan sebanding dua parameter. Dari data experimen menunjukkan faktor
Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill
-
29 | P a g e
kompresibilitas dari ketiga fluida tersebut sama dengan hasil dari merepresentasikan nilai
faktor kompresibilitas sebagai fungsi Tr dan Pr. Pada grafik terlihat bahwa pada saat Tr =
0,7, fluida sederhana memiliki nilai log Pr = -1, sehingga ketika dimasukkan dalam rumus
akan diperoleh nilai = 0. sedangkan pada fluida lain, seperti hidrokarbon (n-butana dan
n-oktana) pada saat Tr = 0.7, memiliki nilai log Pr lebih kecil dari -1, sehingga ketika
dimasukkan kedalam rumus akan diperoleh nilai >0. Daerah yang diarsir itulah yang
disebut sebagai faktor asentrik. Nilai adalah faktor asentrik.
Penjelasan faktor asentrik
Faktor asentrik merupakan deviasi antara tekanan uap jenuh tereduksi suatu fluida
dengan tekanan uap jenuh tereduksi fluida sederhana. K.S. Pitzer membentuk persamaan baru
yang disebut prinsip keadaan bersamaan dengan 3 parameter yang menyatakan semua fluida
mempunyai nilai yang sama ketika dibandingkan pada Tr dan Pr yang sama serta mempunyai
nilai faktor kompresibilitas (Z) yang sama, karena penggunaan persamaan keadaan bersamaan
2 parameter menunjukkan penyimpangan bagi fluida tak sederhana. Karena itu, Pitzer
menambahkan satu parameter baru, yaitu faktor asentrik ().
Tugas VI
You want to know whether the following gases could be considered ad ideal gases :
a. Steam at 60 bar and 200oC
b. Air at 1 bar and 25oC
c. n-butane at 10 atm and 400 K
What could you do without doing any experiments in the lab? Define ideal gas or ideal
gas condition using your own words?
Answer :
Suatu gas dapat dikatakan ideal jika gas tersebut mematuhi hukum persamaan gas ideal.
Gas ideal merupakan gas hipotetis karena smeua gas sebenarnya gas nyata dan molekul-
molekul gasnya dianggap tdak tarik-menarik sedangkan volume moleulnya dapat diabaikan
terhadap gas itu sendiri. Gas ideal memiliki faktor kompresibilitas (Z) sama dengan satu yang
dapat dihitung melalui persamaan :
=
(5)
Selain menggunakan persamaan di atas nilai faktor kompresibilitas (Z) juga dapat
ditentukan dengan beberapa metode untuk mengetahui apakah suatu gas ideal atau tidak.
Metode tersebut adalah :
-
30 | P a g e
1. Metode Grafik
Grafik yang digunakan merupakan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan
tereduksi (Pr). Untuk mendapatkan nilai Z dapat ditarik garis dari satu titik pertemuan atau titik
perpotongan antara Pr,Tr dan Vr. Nilai Pr dan Tr dapat diperoleh melalui persamaan :
=
(6)
=
(7)
Gambar 14. Grafik Faktor Kompresibilitas Tekanan Tereduksi Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical
Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill
2. Metode faktor asentri korelasi Pitzer
= 0 + 1 .......... (8)
Nilai Z0 dan Z1 didapat dari The LeeIKesler Generalized-correlation Tables pada buku
Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics. Begitu pula untuk nilai dapat
diperoleh pada tabel Properties of Pure Species di buku yang sama.
A. Menentukan kondisi steam pada tekanan 60 bar dan 2000C
Tc = 647,1 K T = 2000C = 473 K
Pc = 220,55 bar = 217,66 atm P = 60 bar = 59,21 atm
= 0,345
-
31 | P a g e
Langkah pertama: Menghitung nilai Pr dan Tr.
=
=
473
647,1 = 0,73
=
=
59,21
217,66 = 0,27
Langkah kedua : Menggunakan metode grafik
Berdasarkan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan tereduksi (Pr) pada
Tr = 0,73 dan Pr = 0,27 sulit diperoleh titik perpotongan pada Z karena garis Tr di 0,73 tidak
sampai pada ujung grafiknya dan garis tidak memiliki kemiringan yang lurus untuk ditarik
garis lurus sehingga tidak dapat memberikan nilai Z yang sesuai . Oleh sebab itu dapat
dilakukan perhitungan menggunakan metode faktor asentrik untuk mengetahui nilai Z yang
dihasilkan..
Langkah ketiga : Menggunakan metode faktor asentrik.
*Menghitung nilai Z0
Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,70
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,0687 0
0,0687 0.0344
0,65 =0,0687 0
0,0343
0,0223 = 0,0687 0
0 = 0,0464
0,2000 0,27 0,4000
0,70 0,0344 0,0464 0,0687
0,73 - 0,0457 -
0,75 0,0336 0,0,0453 0,0670
-
32 | P a g e
*Menentukan nilai Z1
0,2000 0,27 0,4000
0,70 -0,0148 -0,0199 -0,0294
0,73 - -0,0195 -
0,75 -0,0143 -0,0192 -0,0282
Sehingga nilai Z yang dihasilkan adalah
Z = Z0+ Z1= 0,0457+ (0,345)( -0,0195) = 0,0390
Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,75
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,0670 0
0,0670 0,0336
0,65 =0,0670 0
0,0334
0,0217 = 0,0670 0
0 = 0,0453
Interpolasi Z0 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,73
0,75 0,73
0,75 0,70=
0,0453 0
0,0453 0,0464
0,4 =0,0453 0
1,1 103
4,4 104 = 0,0453 0
= ,
Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,70
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,0294 1
0,0294 + 0,0148
0,65 =0,0294 1
0,0146
9,49 103 = 0,0294 1
1 = 0,0199
Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,95
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,0282 1
0,0282 + 0,0143
0,65 =0,0282 1
0,0139
9,035 103 = 0,0282 1
1 = 0,0192
Interpolasi Z1 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,73
0,75 0,73
0,75 0,70=
0,0192 1
0,0192 + 0,0199
0,4 =0,0192 1
7 104
2,8 104 = 0,0192 1
= ,
-
33 | P a g e
Nilai Z yang dihasilkan kurang dari satu dan terbilang sangat kecil sehingga tidak dapat
ditentukan melalui metode grafik. Dari hasil tersebut diketahui bahwa steam pada tekanan 60
bar dengan temperatur 2000C bukan merupakan gas ideal melainkan gas nyata .
b. Menentukan kondisi udara pada tekanan 1 bar dan 250C
Tc = 132,2 K T = 250C = 298 k
Pc = 37,45 bar = 36,96 atm P = 1 bar = 0,9869 atm
= 0,035
Langkah pertama: Menghitung nilai Pr dan Tr.
=
=
298
132,2 = 2,254
=
=
0,9869
36,96 = 0,0267
Langkah kedua : Menggunakan metode grafik
Berdasarkan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan tereduksi (Pr) pada
Tr = 2,254 dan Pr = 0,0267 diperoleh titik perpotongan pada Z= 1. Untuk mengakuratkan hasil
dapat dilakukan perhitungan menggunakan metode faktor asentrik.
Langkah ketiga : Menggunakan metode faktor asentrik.
*Menghitung nilai Z0
-
34 | P a g e
*Menentukan nilai Z1
0,0100 0,0267 0,0500
2,20 0,0007 1,95 x 10-3 0,0037
2,25 - 1,91 x 10-3 -
2,40 0,0007 1,87 x 10-3 0,0035
Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 2,20
0,0500 0,0267
0,0500 0,0100=
0,9992 0
0,9992 0,9998
0,5825 =0,9992 0
6 104
3,495 104 = 0,9992 0
0 = 0,9995
Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 2,40
0,0500 0,0267
0,0500 0,0100=
0,9996 0
0,9996 0,9999
0,5825 =0,9996 0
3 104
1,7475 104 = 0,9996 0
0 = 0,9998
Interpolasi Z0 untuk Pr = 0,0267 pada Tr = 2,25
2,40 2,25
2,40 2,20=
0,9998 0
0,9998 0,9995
0,5 =0,9998 0
3 104
1,5 104 = 0,9998 0
= ,
0,0100 0,0267 0,0500
2,20 0,9998 0,9995 0,9992
2,25 - 0,9996 -
2,40 0,9999 0,9998 0,9996
Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 2,20
0,0500 0,0267
0,0500 0,0100=
0,0037 1
0,0037 0,0007
0,5825 =0,0037 1
3 103
1,7475 104 = 0,0037 1
1 = 1,95 x 103
-
35 | P a g e
Sehingga nilai Z yang dihasilkan adalah
Z = Z0+ Z1= 0,9996+ (0,035)( 1,91 x 10-3) = 0,9997 = 1
Nilai Z yang dihasilkan sama dengan satu, maka udara pada tekanan 1 bar dengan temperatur
250C merupakan gas ideal .
c. Menentukan kondisi n-butane pada tekanan 10 atm dan 400 K
Tc = 425,1 K T = 400 K
Pc = 37,96 bar = 37,46 atm P = 10 atm
= 0,200
Langkah pertama: Menghitung nilai Pr dan Tr.
=
=
400
425,1 = 0,94
=
=
10
37,46 = 0,27
Langkah kedua : Menggunakan metode grafik
Berdasarkan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan tereduksi (Pr) pada
Tr = 0,94 dan Pr = 0,27 diperoleh titik perpotongan pada Z= 0,87. Untuk mengakuratkan hasil
dapat dilakukan perhitungan menggunakan metode faktor asentrik.
Langkah ketiga : Menggunakan metode faktor asentrik.
Menghitung nilai Z0
Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,95
0,0500 0,0267
0,0500 0,0100=
0,0035 1
0,0035 0,0007
0,5825 =0,0035 1
2,8 103
1,631 103 = 0,0035 1
1 = 1,87 x 103
Interpolasi Z1 untuk Pr = 0,0267 pada Tr = 2,25
2,40 2,25
2,40 2,20=
1,87 x 103 1
1,87 x 103 1,95 x 103
0,5 =1,87 x 103 1
8 105
4 105 = 1,87 x 103 1
= ,
-
36 | P a g e
Menentukan nilai Z1
Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,93
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,8059 0
0,8059 0,9115
0,65 =0,8059 0
0,1056
0.0686 = 0,8059 0
0 = 0,8745
Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,95
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,8206 0
0,8206 0,9174
0,65 =0,8206 0
0,0968
0.0629 = 0,8206 0
0 = 0,8835
Interpolasi Z0 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,94
0,95 0,94
0,95 0,93=
0,8835 0
0,8835 0,8745
0,5 =0,8835 0
9 103
4,5 103 = 0,8835 0
= ,
0,2000 0,27 0,4000
0,93 0,9115 0,8745 0,8059
0,94 - 0,879 -
0,95 0,9174 0,8835 0,8206
-
37 | P a g e
0,2000 0,27 0,4000
0,93 -0,0326 -0,0479 -0,0763
0,94 - -0,0428 -
0,95 -0,0262 -0,0377 -0,0589
Sehingga nilai Z yang dihasilkan adalah
Z = Z0+ Z1= 0,879 + (0,200)( -0,00428) = 0,8704
Nilai Z yang dihasilkan kurang dari satu, meskipun hampir mendekati satu. Sehingga n-butane
pada kondisi 10 atm dan 400 K tidak dapat dianggap gas ideal atau gas tersebut adalah gas
nyata.
Tugas VII
Kara asked Kemi to study phase diagram of a substance other than water. Find out the
reasons why dry ice (solid CO2 is used to keep ice cream stays cold and not melt? Use the
following p-T diagram of CO2.
Answer :
Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,93
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,0763 1
0,0763 + 0,0326
0,65 =0,0763 1
0,0437
0.0284 = 0,0763 1
1 = 0,0479
Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,95
0,40 0,27
0,40 0,20=
0,0589 1
0,0589 + 0,0262
0,65 =0,0589 1
0,0327
0.0212 = 0,0589 1
1 = 0,0377
Interpolasi Z1 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,94
0,95 0,94
0,95 0,93=
0,0377 1
0,0377 + 0,0479
0,5 =0,0377 1
0,0102
5,1 103 = 0,0377 1
= ,
-
38 | P a g e
Gambar 15. Diagram P-V-T CO2
Sumber :http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/13/Carbon_dioxide_pressure-
temperature_phase_diagram.svg
Pada diagram P-T CO2 diatas, terlihat bahwa titik tripel CO2 terletak pada suhu -78,5oc
dan tekanan 5,11 atm. Sementara CO2 akan mencapai titik kritis pada suhu 30,98oc dan tekanan
72,79 atm. Dibandingkan dengan diagram P-T air dan refrigerant lain, garis kesetimbangan
CO2 lebih memiliki kemiringan yang lebih besar ke kanan.
Pada soal disebut tentang es kering. Es kering (CO2 padat) dapat digunakan untk
menjaga es kering tetap dingin dan tidak mencair. Hal ini dikarenakan suhu es kering sangat
dingin, dimana titik beku untuk mengubah wujud CO2 gas menjadi es kering mencapai -78,5oc.
Suhu tersebut jauh lebih dingin dari titik beku H2O yang bersuhu 0oc. Bahkan pada saat kita
menyentuh es kering sembarangan dengan tangan tanpa pengaman, akan terjadi luka bakar
akibat suhu dinginnya.
Gambar 16. Luka bakar akibat es kering
Sumber :http://cdn2b.examiner.com/sites/default/files/styles/image_content_width/hash/23/4f
/234f77aab23abdfc3099d295b44ae91d.jpg?itok=0iah3zhT
Karena suhunya yang sangat dingin, es kering biasa dipakai untuk menjaga es krim agar
tetap dingin dan tidak meleleh. Es kering juga tidak mencair karena jika suhu dinaikkan (pada
tekanan konstan), CO2 padat akan langsung berubah menjadi CO2 fasa gas/menyumblim tanpa
-
39 | P a g e
harus lebih dulu menjadi fasa liquid. Hal tersebut membuat es krim yang dijaga tidak akan
basah dan tetap kering.
Gambar 17. Es kering yang langsung menyumblim
Sumber : http://www.eatbydate.com/wp-content/uploads/dryice.jpg
-
40 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Cengel, Yunus A. dan Boles, Michael A. 1994. Thermodynamics an Engineering Approach,
fifth edition. McGraw-Hill.
Kor\retsky, Milo D.1807.Engineering and chemical Thermodynamics 2nd Edition.John
Wiley&sons.inc.
Maron dan Lando.1974.Fundamental of physical chemistry.New York:Macmillan
international .
Moran,Shapiro.2006.Fundamentals of Engineering Thermodynamics 5th Edition.England John
Wiley&sons.inc.
Smith,Vannes.1087.Introduction to Chemical Engineering Thermocdynamics 4th Edition,
Singapore : MC-Graw Hill.