Makalah Pemicu 1 Termodinamika_Kelompok 6

42
i | Page MAKALAH TERMODINAMIKA PEMICU I PVT Properties of a Pure Substance Disusun Oleh: KELOMPOK 6 Astrini (1306370493) Mega Puspitasari (1306370713) Pangiastika Putri W (1306370404) Rayhan Hafidz (1306409362) Salaha Harahap (1306423190) DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, FEBRUARI 2015

description

Makalah Pemicu 1 Termodinamika_Kelompok 6

Transcript of Makalah Pemicu 1 Termodinamika_Kelompok 6

  • i | P a g e

    MAKALAH TERMODINAMIKA

    PEMICU I

    PVT Properties of a Pure Substance

    Disusun Oleh:

    KELOMPOK 6

    Astrini (1306370493)

    Mega Puspitasari (1306370713)

    Pangiastika Putri W (1306370404)

    Rayhan Hafidz (1306409362)

    Salaha Harahap (1306423190)

    DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK, FEBRUARI 2015

  • ii | P a g e

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, karena berkat rahmat dan

    karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Termodinamika mengenai PVT

    Properties of a Pure Substance. Sehingga kami dapat menyusun serangkaian data mengenai

    masalah terkait yang dibuat dalam bentuk makalah.

    Dalam makalah ini terdapat jawaban pembahasan pemicu yang disajikan secara

    sistematis dengan sumber informasi yang mendukung untuk membantu menjawab pemicu

    yang diberikan. Data-data yang diperoleh sebagian diambil dari sumber terpercaya dan dapat

    dibuktikan keasliannya.

    Tak luput ucapan terimakasih atas segala bantuan sumber referensi yang telah diberikan

    anggota kelompok serta dukungan dari dosen pebimbing yang menuntun lancarnya proses

    penyusunan makalah ini secara sistematis.

    Akhirnya Tiada ada gading yang tak retak , kami menyadari bahwa kesempurnaan

    masih sangat jauh dalam penulisan makalah ini. Oleh sebab itu segala bentuk kritik dan saran

    yang membangun sangat diperlukan guna menunjang pembuatan makalah yang lebih baik lagi.

    Kami berharap makalah yang sudah tersusun ini dapat menjadi sebuah informasi yang

    bermanfaat bagi pembaca.

    Depok , 26 Februari 2015

    Penyusun

  • 1 | P a g e

    PEMBAHASAN PEMICU

    Tugas I

    Kemi would like to learn about p-v-T (pressure-volume-temperature) diagram of pure

    compound all by himself as his thermodynamics class instructor encouraged the students

    to improve their self-directed learning skill. Kemi ask you the following questions, could

    you help?

    a. Could you explain the meaning of the lines/surfaces/points shown in following PVT

    diagram? Define triple point and critical point using your own words? (Hint: use the

    Gibbs phase rule)

    Answer :

    Gambar 1. Diagram PVT untuk zat yang menyusut ketika dibekukan

    Sumber: http://coecs.ou.edu/Feng.Chyuan.Lai/thermoweb/Lecture6/PvT-1.gif

    Setiap garis pada permukaan menyatakan keadaan setimbang dan garis-garis

    menunjukkan proses isotermal. Setiap permukaan menunjukkan keadaan fasa suatu zat.

    Keadaan fasa dibagi menjadi dua, yaitu keadaan fasa tunggal dan keadaan dua fasa.

    Keadaan fasa tunggal adalah keadaan dimana hanya terdapat padat, cair, maupun uap atau

    gas. Pada keadaan fasa tunggal, tekanan, volume, dan suhu saling bebas dan tidak

    terpengaruhi oleh satu sama lain. Keadaan dua fasa adalah keadaan dimana terdapat dua

    fasa, yaitu padat-cair, padat-uap, dan cair-uap. Dalam keadaan dua fasa, terjadi proses

    peleburan, penguapan, dan sublimasi. Pada daerah ini, tekanan dan suhu bukan merupakan

    sifat yang saling bebas. Perubahan suhu diikuti oleh perubahan tekanan uap dan sebaliknya.

    Daerah berbentuk kubah yang terdiri dari fasa cair dan fasa uap disebut kubah uap.

    Kubah uap dibatasi oleh garis cair jenuh dan garis uap jenuh. Puncak kubah dimana garis

    cair jenuh dan garis uap jenuh bertemu disebut titik kritis. Pada keadaan kritis, tidak ada

    lagi perbedaan antara fasa cair fasa dan uap. Suhu pada titik kritis disebut suhu kritis. Pada

    titik kritis, fasa cair dan fasa uap terjadi secara bersamaan sehingga volume jenis cairan

  • 2 | P a g e

    sama dengan volume jenis uap, volume ini disebut volume kritis. Tekanan pada titik kritis

    disebut tekanan kritis.

    Pada diagram PVT, juga terdapat garis triple. Garis triple adalah garis yang

    menunjukkan kesetimbangan tiga fasa, yaitu fasa padat, fasa cair, dan fasa gas. Tidak ada

    perbedaan antara ketiga fasa tersebut dalam keadaan ini.

    Gibbs phase rule dirumuskan sebagai

    = + 2 (1)

    dimana F adalah degree of freedom, C adalah jumlah komponen, dan P adalah jumlah fasa.

    Degree of freedom adalah jumlah sifat intensif. Untuk titik triple dengan zat murni, C

    berjumlah 1, P berjumlah 3, sehingga F adalah 0. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

    sifat intensif pada titik triple. Titik triple pada suatu zat hanya bisa dicapai dengan tekanan

    dan suhu tertentu. Sedangkan pada titik kritis, C berjumlah 1, P berjumlah 2, sehingga F

    adalah 1. Hal ini menunjukkan bahwa ada satu sifat intensif pada titik kritis.

    b. If I say that the given PVT diagram is not valid for H2O, would you agree? What

    observed phenomenon could you use to support your answer?

    Answer :

    Gambar 2. Diagram PVT untuk zat yang memuai ketika dibekukan

    Sumber: http://coecs.ou.edu/Feng.Chyuan.Lai/thermoweb/Lecture6/PvT-2.gif

    Diagram PVT pada soal sebelumnya berbeda dengan diagram PVT untuk air. Hal

    tersebut dikarenakan saat air dibekukan, volume spesifik dari air tidak berkurang melainkan

    bertambah (air akan memuai). Diagram PVT pada soal sebelumnya hanya berlaku pada zat

    yang menyusut ketika dibekukan, contohnya adalah CO2.

    Fenomena yang terjadi adalah fenomena anomali air. Berbeda dengan zat lainnya, jika

    air mengalami pendinginan sampai suhu 4C, air akan menyusut dan menjadi berat. Namun,

    jika proses pendinginan dilanjutkan, air akan memuai kembali dan mengakibatkan air

    menjadi lebih ringan.

  • 3 | P a g e

    Apabila air pada lapisan permukaan sebuah kolam menjadi dingin pada musim dingin,

    air tersebut akan turun ke bawah. Air di bawah yang lebih hangat naik ke permukaan dan

    akan mengalami pendinginan. Air yang lebih dingin dan lebih panas terus-menerus berganti

    tempat sampai seluruh air yang ada di dalam kolam bersuhu 4C.

    Jika air permukaan mengalami pendinginan lebih lanjut, air itu memuai dan menjadi

    lebih ringan, sehingga tidak turun ke bawah. Pada suhu 0C, air tersebut membeku menjadi

    es, sementara air di dasar kolam masih tetap bersuhu 4C. Oleh karena itu, ikan-ikan yang

    ada di dalam kolam yang membeku bisa tetap hidup sepanjang musim dingin.

    c. Given the two dimensional PT diagram obtained from the three dimensional PVT

    diagram given above, do you think the relative position (read: the PT coordinate) of

    the three phases (solid, liquid, vapor) make sense? Explain.

    Answer :

    Gambar 3. Diagram PT

    Sumber: http://www.metafysica.nl/ontology/phase_diagram_1.gif

    Diagram PT dalam gambar diatas benar didapatkan dari proyeksi diagram PVT.

    Permukaan padat-cair dari diagram PVT menjadi garis peleburan (garis AB) pada diagram

    PT, permukaan cair-uap menjadi garis penguapan (garis AC), dan permukaan padat-uap

    menjadi garis sublimasi (garis OA). Garis triple juga diproyeksikan menjadi titik triple (titik

    A).

    Kemiringan garis sublimasi dan garis penguapan untuk semua zat selalu bernilai positif,

    tetapi tidak untuk garis peleburan. Garis peleburan akan bernilai positif jika zat yang

    digunakan adalah zat yang menyusut ketika dibekukan, sedangkan untuk zat yang memuai

    ketika dibekukan, kemiringan garis peleburan akan bernilai negative.

  • 4 | P a g e

    Pada garis penguapan, fasa yang terjadi adalah kesetimbangan antara cair jenuh dan

    uap jenuh. Jika cairan berada pada suhu lebih rendah daripada suhu jenuh, hal tersebut

    dinamakan cairan subdingin, sedangkan jika tekanan lebih tinggi dari tekanan jenuh, hal

    tersebut dinamakan cairan tekan. Uap yang berada pada suhu di atas suhu jenuh disebut

    sebagai uap panas lanjut atau sering disebut sebagai gas.

    d. Vapor at temperatures higher than its critical temperature is called a gas: what is the

    distinction between a vapor and a gas? What is your definition of a supercritical gas?

    Answer :

    Perbedaan antara uap dan gas adalah uap berwujud padat atau cair pada suhu kamar

    sedangkan gas tetap berwujud gas pada suhu kamar. Gas termasuk dalam empat keadaan

    materi sedangkan uap tidak. Gas tidak terlihat sedangkan uap dapat dilihat. Uap menetap

    di tanah sedangkan gas tidak.

    Gas superkritis adalah zat yang berada pada suhu dan tekanan di atas titik kritis

    termodinamika. Zat ini memiliki kemampuan untuk berdifusi melalui benda padat seperti

    gas, dan melarutkan benda seperti cairan. Gas superkritis juga dapat mengubah

    kepadatannya bila mengubah sedikit suhu dan tekanannya.

    Tugas II

    Vapor at temperatures higher than its critical temperature is called a gas : What is the

    distinction between a vapor and a gas? What is your definition of a supercrtical gas?

    Could you give definition of :

    1. Intensive and extensive variables

    Answer:

    Sifat intensif adalah sifat dari suatu zat yang tidak tergantung dari ukuran atau jumlah

    sistem. Contoh dari sifat intensif adalah konsentrasi, titik leleh, titik didih, tekanan, energi

    spesifik, volume spesifik dan suhu.

    Variabel ekstensif pada suatu sistem adalah nilai yang besarnya dipengaruhi oleh

    jumlah setiap bagian yang menyusun sistem tersebut. Contoh sistem ekstensif adalah maasa,

    volume, dan energi. Sedangkan variabel intensif adalah sifat yang tidak dipengaruhi oleh

    ukuran atau jumlah sistem, sehingga memiliki variasi di setiap bagian pada waktu yang

    berbeda. Dalam diagram P-v-T, contoh sifat intensif adalah tekanan dan temperatur.

    Gambar 4. Konsep sifat ekstensif

    Sumber : Moran, Michael J. dan Shapiro, Howard N. (2006). Fundamentals of

    Engineering Thermodynamics. London : British Library

  • 5 | P a g e

    Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa massa total dan volume total

    merupakan penjumlahan dari setiap bagian yang menyusunnya. Sedangkan temperatur

    setiap bagian adalah sama, bukan penjumlahan temperatur dari setiap bagian. Jadi, massa

    dan volume adalah sifat ekstensif dan temperatur adalah sifat ekstensif.

    2. Isobaric/isochoric/isothermal processes

    Answer :

    A. Proses Isobarik

    Untuk menjelaskan defenisi dari Proses Isobrik dapat dilihat pada gambar dibawah

    Pada gambar diatas adalah sebuah diagram p-V dan dibawahnya adalah sebuah selinder

    yang diisi dengan gas dan dianggap ideal dan didalam silinder ada torak yang dapat

    bergerak bebas.

    Proses perubahan keadaan pada tekanan konstan (isobarik)

    Pada gambar terlihat keadaan gas berubah dari keadaan 1 dimana silinder yang telah

    diisi gas yang dianggap ideal dengan volume (V1) berubah ke keadaan 2 dengan cara

    memanaskan silinder akibatnya gas mengembang / ekspansi mengakibatkan sistem

    melakukan kerja dengan mendorong torak keluar mengakibatkan volume gas bertambah

    (V2) sehingga tekanan gas dalam silinder pada waktu dipanaskan naik/tinggi dengan

    terdorongnya torak keluar sehingga tekanan lama kelamaan berkurang dan menjadi sama

    dengan tekanan awal (p1 = p2) artinya tekanan dalam keadaan konstan/tetap.

    Peristiwa isobarik dapat juga digambar seperti di bawah

    Gambar 6. Diagram p-V

    1 2

    V2

    V1

    Gambar 5. Diagram p-V pada proses isobarik

    p

    V

  • 6 | P a g e

    Pada gambar diatas hubungan tekanan (P) terhadap fungsi volume (V) terlihat bahwa,

    tekanan akan terus turun secara dratis pada fasa liquid seiring dengan turunnya suhu dan

    volume sedikit tetap tetapi begitu masuk ke fase liquid-vapor tekanan akan konstan (tetap)

    dan suhu tetap sehingga volume mengebang dan begitu masuk ke fasa vapor tekanan akan

    turun seiring dengan turunnya suhu dan volume sistem mengembang.

    Proses isobarik dapat diturunkan dalam persamaan gas ideal

    PV = n R T

    P V/n = R T

    P v = R T

    v = R T / P

    v/T = R / P = konstan

    v/T = konstan

    Untuk perubahan keadaan dari keadaan 1 ke keadaan 2

    v1 /T1 = v2 /T2 atau v1 /v2 = T1 /T2

    dimana :

    P = Tekanan V = Volume v = Volume molar

    R = konstantagas

    T = Suhu

    B. Proses Isokhorik

    Proses isokhorik (isovolum) merupakan suatu proses perubahan keadaan sistem yang

    terjadi pada volume konstan. Proses isokhorik dapat digambarkan sebagai kurva pada

    diagram p-T berikut.

    Gambar 7 Diagram p-T proses isokhorik

    Sumber : Yosef Agung Cahyanta : Termodinamika I PDF

    Gambar 7 menunjukkan diagram p-T atau yang biasa dikenal sebagai diagram fase

    yang merupakan proyeksi dari permukaan p-v-T. Apabila permukaan diproyeksikan seperti

  • 7 | P a g e

    ini, maka daerah dua fase akan tampak sebagai garis. Dimana garis yang menyatakan daerah

    dua fase padat-cair pada diagram fase akan miring ke kiri untuk zat yang mengembang

    seperti air dan miring ke kanan untuk zat yang menyusut.

    Berdasarkan diagram di atas terlihat jelas bahwa untuk setiap tekanan jenuh terdapat

    sebuah temperatur jenuh tertentu. Proses isokhorik ini berhubungan dengan beberapa

    macam sifat gas ideal berdasarkan hukum gas ideal yang dikemukakan oleh Gay Lussac.

    Dimana proses isokhorik yang terjadi pada sistem tertutup akan berlaku hubungan :

    = (

    ) = ...... (2)

    = .............(3)

    C. Proses Isothermal

    Proses isothermal merupakan salah satu proses pada termodinamika yang menunjukkan

    suatu perubahan keadaan yang dialami oleh suatu system pada saat suhunya konstan, atau

    pada saat T = 0. Pada proses isothermal ini tetap berlaku rumus persamaan gas ideal : p.V

    = n.R.T

    Karena suhu pada sistem konstan dan nilai n serta R pada rumus persamaan gas ideal

    diatas nilainya tidak berubah, maka sesuai dengan rumus tadi dapat dinyatakan p.V =

    konstan, sehingga berlaku:

    1. 1 = 2. 2 ........(4)

    Dan karena suhu sistem konstan, grafik p-V pada proses isothermal menjadi:

    Gambar 8. Diagram p-V pada proses isothermal

    Sumber :http://1.bp.blogspot.com/_Y57OyyfFNEw/S17jhL5cmUI/AAAAAAAAAG4/HmplGkQ

    Etxo/s320/hukum-pertama-termodinamika-9.jpg

  • 8 | P a g e

    Tugas III

    Using the P-V-T and the p-T/P-V/V-T diagrams for water.

    Could you explain why :

    1. Water at the top of Himalaya mountain boils at lower temperature than it is in beach

    area of Ancol-Jakarta?

    Answer :

    Tekanan di daerah pegunungan seperti puncak Himalaya lebih rendah dibandingkan

    dengan daerah pantai seperti Ancol-Jakarta. Sesuai dengan diagram PT, jika tekanan

    berubah, suhu untuk air mendidih juga akan berubah sebanding dengan perubahan tekanan

    tersebut. Dikarenakan tekanan pada puncak Himalaya lebih rendah, air akan lebih cepat

    mendidih dikarenakan terjadinya penurunan pada suhu untuk air mendidih.

    2. Ice melts under the blade of skater shoe ?

    Berdasarkan diagram P-v-T dan diagram P-T sebagai berikut :

    Pada peristiwa ice skating, terjadi hukum fasa Gibbs yang menyebabkan es

    mencair pada pisau yang berada pada bagian bawah sepatu skater. Hal

    tersebut terjadi karena adanya peningkatan tekanan saat sepatu ice skating

    digunakan. Berat badan skater hanya bertumpu pada permukaan pisau di

    bagian bawah sepatu ice skating yang tipis, lancip, dan memiliki luas

    penampang yang kecil. Sehingga dapat meningkatkan tekanan pada

    permukaan es yang menyebabkan es dapat mencair. Oleh karena itu,

    terbentuk lapisan air di antara ujung pisau sepatu ice skating dengan

    permukaan es di bawah sepatu.

    Gambar 10. Pisau

    pada Sepatu Ice

    Skating

    Sumber:

    en.wikibooks.org

    Ice

    Gambar 9. Diagram P-v-T zat yang mengembang saat membeku a) Diagram Tiga dimensi

    b) Diagram Fasa

    Sumber : Moran, Michael J. dan Shapiro, Howard N. (2006). Fundamentals of

    Engineering Thermodynamics. London : British Library

  • 9 | P a g e

    Pada diagram P-T di samping, suatu fase

    padat dapat diberikan tekanan sampai

    berubah menjadi fase cair. Hal ini

    menunjukkan bahwa diagram P-T tersebut

    menggambarkan suatu peristiwa ketika fase

    padat lebih tidak rapat daripada fase cair

    sehingga dapat ditekan sampai berubah fase

    (sifat anomali).

    3. Water and water vapor having the same the density at the critical point ?

    Answer :

    Untuk menjawab pertanyaan diatas dapat dijelaskan pada diagram dibawah

    Gambar 11. Proyeksi Dua Dimensi Permukaan P-V-T

    Sumber : Anonim. Phases of Matter. Chem.ufl.edu.

    Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill

  • 10 | P a g e

    Pada gambar 3.2 (a) dan (b) terdapat informasi :

    Pada suhu dibawah titik kritis, tekanan akan konstan ketika melalui daerah dua fasa

    (liquid-vapor) dapat dilihat pada gambar (b) titik J K tetapi pada daerah satu fasa (liquid

    , Vapor dan solid) dapat dilihat pada gambar (a) dan (b) tekanan akan turun . sedangkan

    saat temperatur sama atau lebih dari temperatur kritis (Tc) maka tekanan akan terus

    menerus turun pada temperatur tetap (isotermal) dan volume spesifik naik dan tidak

    memotong padadaerah dua fasa (gambar b).

    Pada gambar 3.2 (b) terlihat garis KN dimulainya proses terlihat mulainya cekungan

    lebih kecil pada titik K kemudian dengan pemanasan menyebabkan cairan menguap

    mengakibatkan cekungan berkurang ke titik N

    Pada gambar 3.3 terlihat garis (J,K) N,Q,C merupakan kurva uap. Proses diawali dari J,K

    dengan pemanasan yang meningkat sampai dengan titik kritis (critical point) dan

    berlanjut disepanjang garis volume spesifik yang konstan (Vc). Vc adalah volume

    spesifik /molar yang konstan sepanjang garis setelah titik kritis.

    Pada titik kritis volume jenis air jenuh sama dengan volume jenis uap jenuh.

    Dari penjelasan gambar diatas bahwa densitas air dan uap air akan memiliki densitas

    yang sama pada titik kritis karena volume spesifik/ molar akan konstan (seperti pada gambar

    3.3). Hal ini juga dapat diturunkan dengan formula :

    = m/V bila V = konstan sehingga = m

    Massa liquid air sama dengan massa vapor air karena mempunyai massa yang sama

    Massa liquid air akan sama dengan vapornya karena jumlah mol yang sama akan memiliki

    volume jenis/molar yang sama

    Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill

  • 11 | P a g e

    4. Enthalpy of vaporization becomes zero at the critical point?

    Answer :

    Entalpi penguapan merupakan jumlah panas yang diperlukan untuk mengubah air pada

    suhu didihnya menjadi steam. Perubahan ini tidak melibatkan perubahan pada suhu

    campuran antara steam dan air, dan seluruh energi digunakan untuk mengubah keadaan dari

    cairan (air) ke uap (steam jenuh).

    Gambar 12. Permukaan p-v-T dan proyeksinya pada suatu zat yang mengembang saat

    membeku. (a) Daigram p-v-T. (b) Diagram p-T. (c) Diagram p-v. (d) Diagram T-v

    Sumber : Yosef Agung Cahyanta : Termodinamika I PDF

  • 12 | P a g e

    Air merupakan salah satu zat murni yang apabila membeku maka akan mengembang.

    Gambar 2.1 menunjukkan permukaan p-v-T suatu zat murni seperti air yang mengembang

    saat membeku. Berdasarkan gambar 2.1 berbagai daerah pada permukaan p-v-T ditandai

    dengan padat (solid), cair (liquid) dan uap (vapor). Terlihat pada diagram p-v-T terdapat

    tiga buah fase yang muncul dalam kesetimbangan di sepanjang garis yang disebut garis

    tripel (tripel line). Garis tripel pada permukaan tiga dimensi p-v-T dapat diproyeksikan

    menjadi sebuah titik pada diagram p-T (diagram fase) yang disebut titik tripel (tripel point)

    . Berdasarkan kesepakatan, temperatur yang ditetapkan sebagai titik tripel air adalah 273,16

    K dengan tekanan pada titik tripel air sebesar 0,00602 atm.

    Pada diagram p-v-T, diagram p-v , dan diagram T-v terdapat daerah berbentuk kubah

    yang terdiri dari dua fase keadaan cair-uap yang disebut kubah uap (vapor dome). Garis-

    garis yang membatasi kubah uap disebut garis cair jenuh dan garis uap jenuh. Puncak kubah

    dimana garis cair jenuh dan uap jenuh bertemu disebut titik kritis (critical point). Jika

    tekanan air terus naik menuju titik kritis maka entalpi penguapannya akan berkurang sampai

    menjadi nol pada titik kritisnya. Hal ini menunjukkan bahwa air berubah langsung menjadi

    uap (steam jenuh) pada titik kritisnya. Ini disebabkan karena ketika air dipanaskan pada

    tekanan kritisnya yaitu tekanan pada titik kritis air (218 atm), maka pada saat temperatur air

    mencapai temperatur kritisnya (374oC) semua molekul air akan berubah secara cepat dari

    fase cair menjadi fase uap tanpa melalui proses penyerapan energi untuk proses penguapan.

    Berdasarkan diagram T-v tampak bahwa untuk tekanan yang lebih rendah dari tekanan

    kritisnya maka tekanan dan temperatur tersebut akan konstan pada saat melintasi daerah dua

    fase. Sementara pada daerah fase tunggal untuk cair maupun uap , temperatur akan

    meningkat dengan tekanan tetap pada volume spesifik yang meningkat. Untuk tekanan yang

    lebih besar atau sama dengan tekanan kritisnya maka temperatur akan terus meningkat dan

    tidak terdapat lintasan yang melintasi daerah dua fase cair-uap. Hal ini juga berlaku pada

    temperatur tertentu yang lebih rendah dari temperatur kritis yang menyebabkan tekanan

    tetap pada daerah dua fase namun menurun pada daerah fase tunggal seperti yang terlihat

    pada diagram p-v. Sedangkan untuk temperatur yang lebih besar atau sama dengan

    temperatur kritis maka tekanan akan terus menurun pada temperatur tetap.

    5. Using the p-V-T and the p-T/p-V/V-T diagram of water, could you explain why water

    and ice are incompressible?

    Answer :

  • 13 | P a g e

    Gambar 13. Diagram p-V air

    Sumber : http://engineering-references.sbainvent.com/thermodynamics/pictures/p-v-

    diagram-contracts.jpg

    Fluida incompressible merupakan fluida yang memiliki densitas yang konstan terhadap

    perubahan tekanan, sementara fluida compressible adalah fluida yang memiliki densitas

    yang berubah terhadap perubahan tekanan. Fluida yang incompressible memiliki susunan

    partikel yang rapat, dapat bergerak, tetapi masih terdapat ikatan. Contoh fluida yang

    incompressible adalah air, dan contoh yang compressible adalah udara.

    Contoh kasusnya adalah, pada saat kita mengkompres ban dengan volume 3 L

    menggunakan pompa udara bervolume 4 L dan semua udara dikompres ke dalam ban,

    pompa tersebut akan menjadi keras namun tidak berubah bentuk. Hal tersebut menunjukkan

    bahwa udara dapat menyesuaikan densitasnya dengan perubahan tekanan dan wadah yang

    ditempatinya. Sementara jika kita memompa air volume 4 L ke ban bervolume 3 L, ban

    akan menggembung atau berubah bentuk. Hal tersebut memperlhatkan bahwa air tidak dapat

    menyesuaikan densitasnya terhadap perubahan tekanan dan wadah yang ditempatinya, atau

    bersifat konstan.

    Pada diagram p-V air, terlihat bahwa pada saat tekanan (p) pada air ditambah, volume

    H2O liquid (air) dan solid (es) cenderung konstan/tidak berubah, yang berarti bahwa densitas

    air tersebut pastilah juga tidak berubah dengan asumsi massa air selalu tetap. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa air bersifat incompressible.

    Tugas IV

    Could you determine the following :

    1. Vapor liquid phase envelope consisting of saturated liquid and saturated vapor

    volumes covering temperatures from the triple point up to the critical point (hint: use

    excel and steam table)

    Answer :

  • 14 | P a g e

    Dari steam table, diambil beberapa data suhu dari titik triple hingga titik kritis, yang

    menghasilkan:

    Sehingga dari steam table disebut, dapat dibentuk grafik perbandingan antara suhu

    dengan volume spesifik cairan jenuh dan uap jenuh, yang menghasilkan:

    Temp (C) V liquid (cm3/g) V vapor (cm3/g)

    0.01 0 206000

    10 1.0004 106300

    50 1.0122 12027

    100 1.4035 1671.8

    150 1.091 392.4

    200 1.156 127.2

    250 1.251 50.04

    256 1.266 45.11

    260 1.276 42.13

    266 1.291 38.06

    270 1.303 35.59

    276 1.32 32.2

    280 1.332 30.13

    286 1.352 27.28

    290 1.366 25.54

    296 1.388 23.13

    300 1.404 21.65

    306 1.43 19.6

    310 1.448 18.33

    315 1.478 16.57

    320 1.5 15.48

    326 1.535 13.95

    330 1.561 12.99

    336 1.606 11.63

    340 1.639 10.78

    346 1.696 9.566

    350 1.741 8.799

    356 1.824 7.674

    360 1.896 6.94

    366 2.046 5.819

    370 2.214 4.973

    373.946 3.17 3.17

  • 15 | P a g e

  • 16 | P a g e

    2. Vapor pressure curve from the triple point up to the critical point, the temperature

    dependence of vapor pressure and the normal boiling point (hint : use excel and

    steam table)

    Answer :

    Tabel 1. Tekanan Terhadap Temperatur dari Triple Point Hingga Critical Point

    T (oC) P (MPa)

    273,16 5,7831

    275 5,9463

    280 6,4165

    285 6,9145

    290 7,4416

    295 7,999

    300 8,5877

    305 9,2092

    310 9,8647

    315 10,556

    320 11,284

    325 12,051

    330 12,858

    335 13,707

    340 14,6

    345 15,54

    350 16,529

    355 17,57

    360 18,666

    365 19,822

    370 21,043

    373,946 22,064

  • 17 | P a g e

    Berdasarkan data pada Steam Table dan di plot pada grafik tersebut, dari tripel point

    hingga critical point membuktikan bahwa Tekanan Uap jenuh semakin meningkat seiring

    dengan peningkatan temperatur.

    3. Is vapor presure of aliquid sensitive to temperature change ?

    Answer :

    0

    5

    10

    15

    20

    252

    73

    ,16

    278

    ,16

    283

    ,16

    288

    ,16

    293

    ,16

    298

    ,16

    303

    ,16

    308

    ,16

    313

    ,16

    318

    ,16

    323

    ,16

    328

    ,16

    333

    ,16

    338

    ,16

    343

    ,16

    348

    ,16

    353

    ,16

    358

    ,16

    363

    ,16

    368

    ,16

    373

    ,16

    Tek

    an

    an

    (M

    Pa

    )

    Temperatur (oC)

    Grafik Tekanan Terhadap Temperatur (Triple

    Point Up to the Critical Point)

    P (MPa)

    B

    C

    D

    E

    Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill

  • 18 | P a g e

    Pada gambar diatas garis BC merupakan garis tekanan uap sebagai fungsi temperatur.

    Tekanan uap cairan sangat sensitif terhadap perubahan suhu seperti terlihat pada titik D

    akan terjadi perubahan fasa dari uap menjadi gas bila suhu dinaikan dan sebaliknya pada

    titik E bila suhu diturunkan akan terjadi perubahan fasa uap menjadi cair (mengembun)

    4. Compare the data from steam table to the data generated using correlation (hint:use

    generalized correlations for molar volumes of saturated liquid and the Antoine

    equations).

    Answer :

    Dengan menggunakan data pada steam tables:saturated temperature steam yang

    bersumber pada buku Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics karangan

    Smith Van Ness pada Appendix F dan dengan menggunakan parameter pada persamaan

    Antoine untuk air serta penggunaan generalized correlation for liquid dapat diketahui

    tekanan jenuh yang nilainya tidak jauh berbeda.

    Persamaan Antoine

    Dengan menggunakan parameter sebagai berikut :

    A = 16,262 P dalam kPa

    B = 3799,89 T dalam OC

    C = 226,35

    Melalui persamaan

    =

    + (5)

    Generalized Correlation

    Dengan menggunakan persamaan Rackett dapat ditentukan volume molar cair jenuh

    dengan persamaan :

    = (1)

    0,2857 (6)

    Untuk air maka berdasarkan Appendix B pada buku Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics karangan Smith Van Ness diperoleh informasi :

    Vc = 55,9 cm3 mol-1

    Zc = 0,229

    Tc = 647,1 K

    Sehingga berdasarkan perhitungan dalam rumus tersebut diiperoleh tekanan jenuh

    pada beberapa rentang suhu air yang disajikan pada tabel di bawah ini :

    NO Rentang Suhu

    (oC)

    P (kPa)

    *Antoine

    P(kPa)

    *steam Tables

    Vsat (m3.kmol-1)

    *Rackett

    1 0,01 0,591595 0,611 0,01585

    2 4 0,791237 0,813 0,015911

    3 5 0,849715 0,872 0,015926

  • 19 | P a g e

    4 6 0,911956 0,935 0,015942

    5 8 1,048548 1,072 0,015973

    6 10 1,202755 1,227 0,016004

    7 11 1,287049 1,312 0,01602

    8 12 1,376468 1,401 0,016036

    9 13 1,471273 1,497 0,016052

    10 14 1,571736 1,597 0,016068

    11 15 1,678141 1,704 0,016084

    12 16 1,790781 1,817 0,016099

    13 17 1,909962 1,936 0,016115

    14 18 2,036 2,062 0,016132

    15 19 2,169225 2,196 0,016148

    16 20 2,309979 2,337 0,016164

    17 21 2,458616 2,485 0,01618

    18 22 2,615503 2,642 0,016196

    19 23 2,781021 2,808 0,016213

    20 24 2,955564 2,982 0,016229

    21 25 3,139542 3,166 0,016245

    22 26 3,333375 3,36 0,016262

    23 27 3,537502 3,564 0,016278

    24 28 3,752376 3,778 0,016295

    25 29 3,978463 4,004 0,016311

    26 30 4,216248 4,241 0,016328

    27 31 4,466229 4,491 0,016345

    28 32 4,728922 4,753 0,016362

    29 33 5,00486 5,029 0,016378

    30 34 5,294592 5,318 0,016395

    31 35 5,598686 5,622 0,016412

    32 36 5,917724 5,94 0,016429

    33 38 6,603068 6,624 0,016463

    34 40 7,355667 7,375 0,016498

    35 45 9,567305 9,582 0,016584

    36 50 12,32611 12,34 0,016673

    37 55 15,73806 15,74 0,016762

    38 60 19,92372 19,92 0,016853

    39 65 25,01925 25,01 0,016946

    40 70 31,17746 31,16 0,01704

    41 75 38,56877 38,55 0,017136

    42 80 47,38218 47,36 0,017234

    43 85 57,82604 57,8 0,017333

    44 90 70,12895 70,11 0,017434

    45 95 84,5404 84,53 0,017538

  • 20 | P a g e

    46 100 101,3314 101,33 0,017643

    47 110 143,2472 143,27 0,017859

    48 120 198,4936 198,54 0,018084

    49 130 270,0576 270,13 0,018318

    50 140 361,299 361,38 0,018562

    51 150 475,9478 476 0,018818

    52 160 618,0958 618,06 0,019085

    53 170 792,1824 792,02 0,019366

    54 180 1002,976 1002,7 0,01966

    55 190 1255,548 1255,1 0,019971

    56 200 1555,252 1554,9 0,020299

    57 210 1907,687 1907,7 0,020646

    58 220 2318,668 2319,8 0,021016

    59 230 2794,194 2797,6 0,02141

    60 240 3340,412 3347,8 0,021832

    70 250 3963,582 3977,6 0,022286

    71 260 4670,04 4694,3 0,022777

    72 270 5466,171 5505,8 0,023312

    73 280 6358,367 6420,2 0,0239

    74 290 7353,001 7446,1 0,02455

    75 300 8456,395 8592,7 0,025278

  • 21 | P a g e

    Karena tekanan jenuh yang diperoleh dari persamaan Antoine tidak berbeda jauh

    dengan tekanan pada steam tables yang hanya memiliki kesalahan relatif berkisar antara

    0,1%-3% menyebabkan grafik tekanan jenuh antara keduanya hampir sama. Hal ini

    menunjukkan bahwa baik menggunakan steam table ataupun persamaan Antoine akan

    menghasilkan nilai tekanan jenuh yang tidak jauh berbeda.

    Berdasarkan volume jenuh yang dapat dihitung dengan generalized correlation juga

    akan dapat menghasilkan nilai tekanan jenuh pada rentang suhu yang diberikan. Nilai

    volume jenuh hasil perhitungan menggunakan persamaan Rackett cukup jauh berbeda

    dengan nilai volume cair jenuh pada steam tables.

    5. Determine the quality of the saturated liquid and the saturated vapor mixture, if the

    mixtures having mass of 100 kg fills a 1 m3 container.

    Answer :

    Diketahui : Massa campuran (liquid + Saturated vapor) (M) = 100 kg

    Volume container (V) = 1 m3

    Volume jenis (v) = V / m = 1 m3 / 100 kg = 0,01 m3 / kg

    Pada steam table pada volume jenis (v) = 0,01 m3/kg berada pada suhu (T) = 340 0C dan

    tekanan 14,60 MPa = 14,60 x 1/0,101325 = 144 atm.

    Dengan memasukan data tekanan dan suhu pada program NIST didapatkan density vapour

    sebesar 92,74 kg /m3 dengan diketahui density kita dapat mencari massa dari vapour :

    M = . V = 92,74 kg /m3 x 1m3 = 92,74 kg

    Jadi quality dari campuran (X) = M uap / M total = 92,74 kg / 100 kg = 0,9274

    6. If you use the following equation to represent vapor pressure as a function of

    temperature: ln(psat) = a+bT and you know, that the equation is valid at the lower and

    the upper limit of temperature (triple and critical temperatures, respectively), how

    could you determine the values of parameter a and b? (hint: use excel!)

    Answer :

    Persamaan tekanan uap jenuh dalam fungsi temperatur diatas dapat digunakan dalam

    keadaan pada batas bawah dan atas temperature (pada titik tripel dan temperatur kritis).

    Variabel a dan b dapat dicari dengan memanfaatkan Microsoft Excel, dengan cara

    menginput data-data tekanan jenuh (Psat) dan temperatur (T). Lalu, nilai Psat diolah dengan

    menjadikannya bentuk ln(Psat) agar dapat disesuaikan dengan rumus.

    Setelah hal tersebut, dilakukan plot data-data ln(Psat) dan T ke dalam grafik x-y

    (ln(Psat) sebagai sumbu y, T sebagai sumbu x). Dari grafik tersebut, kita dapat mendapatkan

    rumus grafik tersebut yang berbentuk y = ax+b. Karena y menunjukkan ln(Psat) dan x

    menunjukkan temperatur (T), variable a dan b dapat ditentukan.

  • 22 | P a g e

    Gambar 13. Penentuan variabel A dan B melalui excel

    Tugas V

    Natural gas transportation over long distances could be done efficiently if gas is shipped

    either as liquefied natural gas (LNG) or compressed natural gas (CNG). If the ship cargo

    capacity is 2500 m3, determine which model of transportation would accommodate more

    natural gas each trip? Assume the following storage conditions: 1 bar and -162 C for

    LNG and 125 bar and room temperature for CNG. To do the calculations, use the

    compressibility factor that could be downloaded from the internet (Savidge:

    compressibility of natural gas). Compare your results with the values calculated using the

    generalized correlation for Z proposed by Pitzer, employing the acentric factor. Assume

    natural gas to be pure methane and report the difference in percent value. Explain the

    difference between two parameters and three parameters generalized correlation. Define

    the acentric factor using your own words.

    Answer :

    Berdasarkan soal tersebut, asumsi gas alam yang digunakan mengandung gas metana

    murni. Sehingga dapat diperoleh beberapa data mengenai gas metana pada Apendix B-1 pada

    buku Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van

    Ness) sebagai berikut :

  • 23 | P a g e

    Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill

    Volume kargo pada kapal pengangkut = 2500 m3

    (Faktor Asentrik) = 0,012

    Tc (Suhu Kritis) = 190,6 K

    Pc (Tekanan Kritis) = 45,99 bar

    Vc (Volume Kritis) = 98,6 cm3/mol

    Zc (Kompresibilitas Gas Kritis) = 0,286

    Berdasarkan data yang diketahui pada soal, LNG yang akan diangkut berada dalam

    tekanan 1 bar dan temperatur -162 C, sedangkan CNG dalam tekanan 125 bar dan temperatur

    25 oC (suhu kamar).

    Tabel 2. Keterangan LNG dan CNG pada Soal

    Keterangan LNG CNG

    P (bar) 1 125

    T (K) 111 298

    Perhitungan mol (n) pada Tranportasi LNG :

    Untuk menentukan volume molar pada LNG, digunakan rumus korelasi umum untuk

    cairan karena LNG berbentuk cair sehingga tidak dapat menggunakan grafik faktor

    kompresibilitas gas.

    1. Menghitung nilai Tr dan Pr

    =

    =

    = 111

    190,6 =

    1

    45,99

  • 24 | P a g e

    = 0,5824 = 0,0217

    2. Mencari volume molar LNG menggunakan persamaan (3.64) pada buku Introduction to

    Chemical Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van Ness) seperti

    berikut :

    =

    (3.64)

    =

    = 98,6 3

    3. Menentukan massa jenis tereduksi (r)

    Nilai massa jenis tersebut diperoleh dengan menggunakan grafik 3.17 pada buku

    Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van

    Ness) sebagai berikut :

    Berdasarkan nilai Tr dan Pr yang telah dihitung dan dibaca menggunakan grafik 3.17 di

    atas, r1 yang diperoleh adalah 2,74. Nilai r2 dianggap sama dengan r1 yaitu 2,74,

    sehingga :

    =

    = 98,6 3

    2,74

    = 35,99 3

    = 35,99 106 3

    4. Menentukan jumlah mol (n) pada LNG

    =

    =

    =2500 3

    35,99 106 3

    = 69,464 106

  • 25 | P a g e

    Perhitungan mol (n) pada Tranportasi CNG :

    1. Menghitung nilai Tr dan Pr

    =

    =

    = 298

    190,6 =

    125

    45,99

    = 1,5635 = 2,718

    2. Menentukan Nilai Z berdasarkan Tr dan Pr Menggunakan Grafik A.2 Pada Appendix

    Moran

    Berdasarkan nilai Tr dan Pr yang telah diperoleh dan diplot pada grafik di atas, nilai Z yang

    diperoleh adalah sebesar 0,84. Maka, jumlah mol CNG yang dapat dihitung.

    3. Menentukan jumlah mol (n) pada CNG

    Menggunakan rumus berikut :

    . = . . .

    Diketahui :

    P = 125 bar = 123,365 atm

    V = 2500 m3 = 2,5 x 106 liter

    Z = 0,84

    R = 0,082 atm.L/mol.K

    T = 298 KMaka :

    . = . . .

    123,365 2,5 106 = 0,84 0,082 . . 298

    = 15,025 106

  • 26 | P a g e

    Berdasarkan jumlah mol (n) masing-masing gas alam yang telah diperoleh melalui

    perhitungan, yaitu LNG sebesar 69,464 106 dan CNG sebesar 15,025 106 ,

    maka dapat disimpulkan bahwa pengangkutan gas alam yang paling efisien adalah gas

    alam jenis LNG karena jumlah mol yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan

    jumlah mol CNG pada kondisi yang diberikan.

    Membandingkan dengan Menggunakan Metode 3 Parameter (Pitzer)

    Perhitungan pada CNG :

    Rumus Pitzer (persamaan 3.54) yang diperoleh dari buku Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics ed. 6th (Smith, Abbot dan Van Ness) adalah sebagai berikut :

    = 0 + . 1 (3.54)

    1. Menghitung nilai Tr dan Pr

    =

    =

    = 298

    190,6 =

    125

    45,99

    = 1,5635 = 2,718

    2. Menentukan Nilai Z0 berdasarkan Tr dan Pr

    Nilai Z0 yang diperoleh yaitu :

    Tabel Appendix E.3

    Melakukan interpolasi untuk memperoleh nilai Z0

    Tabel 2. Tr dan Pr untuk menentukan Z

    Tr Pr

    2,0000 3,0000

    1,5 0,8328 0,7887

    1,6 0,8738 0,8410

    Menentukan nilai Z1 :

    1,5635 1,5

    1,6 1,5=

    1 0,8328

    0,8738 0,8328

    1 = 0,858835

    Menentukan nilai Z2 :

    1,5635 1,5

    1,6 1,5=

    2 0,7887

    0,8410 0,7887

    2 = 0,8219105

    Menentukan nilai Z :

    Tabel 3. Interpolasi pada Pr

    Tr Pr

    2,0000 3,0000

  • 27 | P a g e

    1,5635 0,858835 0,8219105

    2,718 2

    3 2=

    0,858835

    0,8219105 0,858835

    0 = 0,83232

    3. Menentukan Nilai Z1 berdasarkan Tr dan Pr

    Tabel Appendix E.4

    Melakukan interpolasi untuk memperoleh nilai Z1

    Tabel 4. Tr dan Pr untuk menentukan Z1

    Tr Pr

    2,0000 3,0000

    1,5 0,1806 0,2433

    1,6 0,1729 0,2381

    Menentukan nilai Z1 :

    1,5635 1,5

    1,6 1,5=

    1 0,1806

    0,1729 0,1806

    1 = 0,1757105

    Menentukan nilai Z2 :

    1,5635 1,5

    1,6 1,5=

    2 0,2433

    0,2381 0,2433

    2 = 0,239998

    Menentukan nilai Z1 :

    Tabel 5. Interpolasi pada Pr

    Tr Pr

    2,0000 3,0000

    1,5635 0,1757105 0,239998

    2,718 2

    3 2=

    1 0,1757105

    0,239998 0,1757105

    1 = 0,22187

    4. Menentukan nilai Z menggunakan Z0 dan Z1 berdasarkan persamaan Pitzer

    = 0 + . 1 (3.54)

    = 0,83232 + 0,012. (0,22187)

    = 0,83834

  • 28 | P a g e

    5. Menentukan jumlah mol CNG

    . = . . .

    123,365 2,5 106 = 0,83834 0,082 . . 298

    = 15,055 106

    Membandingkan Hasil Perhitungan Biasa dengan Hasil Perhitungan Pitzer (CNG)

    Diketahui :

    Hasil perhitungan biasa, = 15,164 106

    Hasil perhitungan dengan persamaan Pitzer, = 15,055 106

    Maka :

    |

    | 100%

    = |15,025 106 15,055 106

    15,025 106 | 100%

    = 0,199 %

    Perbedaan 2 parameter dan 3 parameter

    Teori corresponding state dengan 2 parameter menyatakan bahwa semua fluida jika

    dibandingkan pada suhu reduksi (Tr) dan tekanan reduksi (Pr) yang sama akan memiliki

    faktor kompresibilitas (z) yang sama dan semua penyimpangan dari perilaku gas ideal juga

    sama.

    Prinsip dengan 2 parameter hanya berlaku untuk fluida sederhana gas mulia seperti Argon,

    Kripton, dan Xenon. Apabila prinsip 2 parameter ini diterapkan pada fluida lain, akan

    terjadi penyimpangan yang menandakan peningkatan ketidakidealan fluida tersebut.

    Bentuk penyimpangan dapat dilihat pada kurva log (Pr) vs. Tr berikut:

    Jika kita memplot grafik log Pr vs 1/Tr maka untuk fluida sederhana (Argon, Xenon,

    dan Kripton) akan memiliki gradien yang sama dimana nilai adalah nol artinya memenuhi

    teori keadaan sebanding dua parameter. Dari data experimen menunjukkan faktor

    Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill

  • 29 | P a g e

    kompresibilitas dari ketiga fluida tersebut sama dengan hasil dari merepresentasikan nilai

    faktor kompresibilitas sebagai fungsi Tr dan Pr. Pada grafik terlihat bahwa pada saat Tr =

    0,7, fluida sederhana memiliki nilai log Pr = -1, sehingga ketika dimasukkan dalam rumus

    akan diperoleh nilai = 0. sedangkan pada fluida lain, seperti hidrokarbon (n-butana dan

    n-oktana) pada saat Tr = 0.7, memiliki nilai log Pr lebih kecil dari -1, sehingga ketika

    dimasukkan kedalam rumus akan diperoleh nilai >0. Daerah yang diarsir itulah yang

    disebut sebagai faktor asentrik. Nilai adalah faktor asentrik.

    Penjelasan faktor asentrik

    Faktor asentrik merupakan deviasi antara tekanan uap jenuh tereduksi suatu fluida

    dengan tekanan uap jenuh tereduksi fluida sederhana. K.S. Pitzer membentuk persamaan baru

    yang disebut prinsip keadaan bersamaan dengan 3 parameter yang menyatakan semua fluida

    mempunyai nilai yang sama ketika dibandingkan pada Tr dan Pr yang sama serta mempunyai

    nilai faktor kompresibilitas (Z) yang sama, karena penggunaan persamaan keadaan bersamaan

    2 parameter menunjukkan penyimpangan bagi fluida tak sederhana. Karena itu, Pitzer

    menambahkan satu parameter baru, yaitu faktor asentrik ().

    Tugas VI

    You want to know whether the following gases could be considered ad ideal gases :

    a. Steam at 60 bar and 200oC

    b. Air at 1 bar and 25oC

    c. n-butane at 10 atm and 400 K

    What could you do without doing any experiments in the lab? Define ideal gas or ideal

    gas condition using your own words?

    Answer :

    Suatu gas dapat dikatakan ideal jika gas tersebut mematuhi hukum persamaan gas ideal.

    Gas ideal merupakan gas hipotetis karena smeua gas sebenarnya gas nyata dan molekul-

    molekul gasnya dianggap tdak tarik-menarik sedangkan volume moleulnya dapat diabaikan

    terhadap gas itu sendiri. Gas ideal memiliki faktor kompresibilitas (Z) sama dengan satu yang

    dapat dihitung melalui persamaan :

    =

    (5)

    Selain menggunakan persamaan di atas nilai faktor kompresibilitas (Z) juga dapat

    ditentukan dengan beberapa metode untuk mengetahui apakah suatu gas ideal atau tidak.

    Metode tersebut adalah :

  • 30 | P a g e

    1. Metode Grafik

    Grafik yang digunakan merupakan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan

    tereduksi (Pr). Untuk mendapatkan nilai Z dapat ditarik garis dari satu titik pertemuan atau titik

    perpotongan antara Pr,Tr dan Vr. Nilai Pr dan Tr dapat diperoleh melalui persamaan :

    =

    (6)

    =

    (7)

    Gambar 14. Grafik Faktor Kompresibilitas Tekanan Tereduksi Sumber : Smith, J.M., Van Ness, H.C., dan Abbot, M.M. (2001). Introduction to Chemical

    Engineering Thermodynamics. ed. 6th. New York : McGraw-Hill

    2. Metode faktor asentri korelasi Pitzer

    = 0 + 1 .......... (8)

    Nilai Z0 dan Z1 didapat dari The LeeIKesler Generalized-correlation Tables pada buku

    Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics. Begitu pula untuk nilai dapat

    diperoleh pada tabel Properties of Pure Species di buku yang sama.

    A. Menentukan kondisi steam pada tekanan 60 bar dan 2000C

    Tc = 647,1 K T = 2000C = 473 K

    Pc = 220,55 bar = 217,66 atm P = 60 bar = 59,21 atm

    = 0,345

  • 31 | P a g e

    Langkah pertama: Menghitung nilai Pr dan Tr.

    =

    =

    473

    647,1 = 0,73

    =

    =

    59,21

    217,66 = 0,27

    Langkah kedua : Menggunakan metode grafik

    Berdasarkan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan tereduksi (Pr) pada

    Tr = 0,73 dan Pr = 0,27 sulit diperoleh titik perpotongan pada Z karena garis Tr di 0,73 tidak

    sampai pada ujung grafiknya dan garis tidak memiliki kemiringan yang lurus untuk ditarik

    garis lurus sehingga tidak dapat memberikan nilai Z yang sesuai . Oleh sebab itu dapat

    dilakukan perhitungan menggunakan metode faktor asentrik untuk mengetahui nilai Z yang

    dihasilkan..

    Langkah ketiga : Menggunakan metode faktor asentrik.

    *Menghitung nilai Z0

    Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,70

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,0687 0

    0,0687 0.0344

    0,65 =0,0687 0

    0,0343

    0,0223 = 0,0687 0

    0 = 0,0464

    0,2000 0,27 0,4000

    0,70 0,0344 0,0464 0,0687

    0,73 - 0,0457 -

    0,75 0,0336 0,0,0453 0,0670

  • 32 | P a g e

    *Menentukan nilai Z1

    0,2000 0,27 0,4000

    0,70 -0,0148 -0,0199 -0,0294

    0,73 - -0,0195 -

    0,75 -0,0143 -0,0192 -0,0282

    Sehingga nilai Z yang dihasilkan adalah

    Z = Z0+ Z1= 0,0457+ (0,345)( -0,0195) = 0,0390

    Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,75

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,0670 0

    0,0670 0,0336

    0,65 =0,0670 0

    0,0334

    0,0217 = 0,0670 0

    0 = 0,0453

    Interpolasi Z0 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,73

    0,75 0,73

    0,75 0,70=

    0,0453 0

    0,0453 0,0464

    0,4 =0,0453 0

    1,1 103

    4,4 104 = 0,0453 0

    = ,

    Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,70

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,0294 1

    0,0294 + 0,0148

    0,65 =0,0294 1

    0,0146

    9,49 103 = 0,0294 1

    1 = 0,0199

    Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,95

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,0282 1

    0,0282 + 0,0143

    0,65 =0,0282 1

    0,0139

    9,035 103 = 0,0282 1

    1 = 0,0192

    Interpolasi Z1 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,73

    0,75 0,73

    0,75 0,70=

    0,0192 1

    0,0192 + 0,0199

    0,4 =0,0192 1

    7 104

    2,8 104 = 0,0192 1

    = ,

  • 33 | P a g e

    Nilai Z yang dihasilkan kurang dari satu dan terbilang sangat kecil sehingga tidak dapat

    ditentukan melalui metode grafik. Dari hasil tersebut diketahui bahwa steam pada tekanan 60

    bar dengan temperatur 2000C bukan merupakan gas ideal melainkan gas nyata .

    b. Menentukan kondisi udara pada tekanan 1 bar dan 250C

    Tc = 132,2 K T = 250C = 298 k

    Pc = 37,45 bar = 36,96 atm P = 1 bar = 0,9869 atm

    = 0,035

    Langkah pertama: Menghitung nilai Pr dan Tr.

    =

    =

    298

    132,2 = 2,254

    =

    =

    0,9869

    36,96 = 0,0267

    Langkah kedua : Menggunakan metode grafik

    Berdasarkan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan tereduksi (Pr) pada

    Tr = 2,254 dan Pr = 0,0267 diperoleh titik perpotongan pada Z= 1. Untuk mengakuratkan hasil

    dapat dilakukan perhitungan menggunakan metode faktor asentrik.

    Langkah ketiga : Menggunakan metode faktor asentrik.

    *Menghitung nilai Z0

  • 34 | P a g e

    *Menentukan nilai Z1

    0,0100 0,0267 0,0500

    2,20 0,0007 1,95 x 10-3 0,0037

    2,25 - 1,91 x 10-3 -

    2,40 0,0007 1,87 x 10-3 0,0035

    Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 2,20

    0,0500 0,0267

    0,0500 0,0100=

    0,9992 0

    0,9992 0,9998

    0,5825 =0,9992 0

    6 104

    3,495 104 = 0,9992 0

    0 = 0,9995

    Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 2,40

    0,0500 0,0267

    0,0500 0,0100=

    0,9996 0

    0,9996 0,9999

    0,5825 =0,9996 0

    3 104

    1,7475 104 = 0,9996 0

    0 = 0,9998

    Interpolasi Z0 untuk Pr = 0,0267 pada Tr = 2,25

    2,40 2,25

    2,40 2,20=

    0,9998 0

    0,9998 0,9995

    0,5 =0,9998 0

    3 104

    1,5 104 = 0,9998 0

    = ,

    0,0100 0,0267 0,0500

    2,20 0,9998 0,9995 0,9992

    2,25 - 0,9996 -

    2,40 0,9999 0,9998 0,9996

    Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 2,20

    0,0500 0,0267

    0,0500 0,0100=

    0,0037 1

    0,0037 0,0007

    0,5825 =0,0037 1

    3 103

    1,7475 104 = 0,0037 1

    1 = 1,95 x 103

  • 35 | P a g e

    Sehingga nilai Z yang dihasilkan adalah

    Z = Z0+ Z1= 0,9996+ (0,035)( 1,91 x 10-3) = 0,9997 = 1

    Nilai Z yang dihasilkan sama dengan satu, maka udara pada tekanan 1 bar dengan temperatur

    250C merupakan gas ideal .

    c. Menentukan kondisi n-butane pada tekanan 10 atm dan 400 K

    Tc = 425,1 K T = 400 K

    Pc = 37,96 bar = 37,46 atm P = 10 atm

    = 0,200

    Langkah pertama: Menghitung nilai Pr dan Tr.

    =

    =

    400

    425,1 = 0,94

    =

    =

    10

    37,46 = 0,27

    Langkah kedua : Menggunakan metode grafik

    Berdasarkan grafik hubungan faktor kompresibilitas (Z) dengan tekanan tereduksi (Pr) pada

    Tr = 0,94 dan Pr = 0,27 diperoleh titik perpotongan pada Z= 0,87. Untuk mengakuratkan hasil

    dapat dilakukan perhitungan menggunakan metode faktor asentrik.

    Langkah ketiga : Menggunakan metode faktor asentrik.

    Menghitung nilai Z0

    Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,95

    0,0500 0,0267

    0,0500 0,0100=

    0,0035 1

    0,0035 0,0007

    0,5825 =0,0035 1

    2,8 103

    1,631 103 = 0,0035 1

    1 = 1,87 x 103

    Interpolasi Z1 untuk Pr = 0,0267 pada Tr = 2,25

    2,40 2,25

    2,40 2,20=

    1,87 x 103 1

    1,87 x 103 1,95 x 103

    0,5 =1,87 x 103 1

    8 105

    4 105 = 1,87 x 103 1

    = ,

  • 36 | P a g e

    Menentukan nilai Z1

    Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,93

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,8059 0

    0,8059 0,9115

    0,65 =0,8059 0

    0,1056

    0.0686 = 0,8059 0

    0 = 0,8745

    Interpolasi Z0 pada Pr di Tr = 0,95

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,8206 0

    0,8206 0,9174

    0,65 =0,8206 0

    0,0968

    0.0629 = 0,8206 0

    0 = 0,8835

    Interpolasi Z0 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,94

    0,95 0,94

    0,95 0,93=

    0,8835 0

    0,8835 0,8745

    0,5 =0,8835 0

    9 103

    4,5 103 = 0,8835 0

    = ,

    0,2000 0,27 0,4000

    0,93 0,9115 0,8745 0,8059

    0,94 - 0,879 -

    0,95 0,9174 0,8835 0,8206

  • 37 | P a g e

    0,2000 0,27 0,4000

    0,93 -0,0326 -0,0479 -0,0763

    0,94 - -0,0428 -

    0,95 -0,0262 -0,0377 -0,0589

    Sehingga nilai Z yang dihasilkan adalah

    Z = Z0+ Z1= 0,879 + (0,200)( -0,00428) = 0,8704

    Nilai Z yang dihasilkan kurang dari satu, meskipun hampir mendekati satu. Sehingga n-butane

    pada kondisi 10 atm dan 400 K tidak dapat dianggap gas ideal atau gas tersebut adalah gas

    nyata.

    Tugas VII

    Kara asked Kemi to study phase diagram of a substance other than water. Find out the

    reasons why dry ice (solid CO2 is used to keep ice cream stays cold and not melt? Use the

    following p-T diagram of CO2.

    Answer :

    Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,93

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,0763 1

    0,0763 + 0,0326

    0,65 =0,0763 1

    0,0437

    0.0284 = 0,0763 1

    1 = 0,0479

    Interpolasi Z1 pada Pr di Tr = 0,95

    0,40 0,27

    0,40 0,20=

    0,0589 1

    0,0589 + 0,0262

    0,65 =0,0589 1

    0,0327

    0.0212 = 0,0589 1

    1 = 0,0377

    Interpolasi Z1 untuk Pr = 0,27 pada Tr = 0,94

    0,95 0,94

    0,95 0,93=

    0,0377 1

    0,0377 + 0,0479

    0,5 =0,0377 1

    0,0102

    5,1 103 = 0,0377 1

    = ,

  • 38 | P a g e

    Gambar 15. Diagram P-V-T CO2

    Sumber :http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/13/Carbon_dioxide_pressure-

    temperature_phase_diagram.svg

    Pada diagram P-T CO2 diatas, terlihat bahwa titik tripel CO2 terletak pada suhu -78,5oc

    dan tekanan 5,11 atm. Sementara CO2 akan mencapai titik kritis pada suhu 30,98oc dan tekanan

    72,79 atm. Dibandingkan dengan diagram P-T air dan refrigerant lain, garis kesetimbangan

    CO2 lebih memiliki kemiringan yang lebih besar ke kanan.

    Pada soal disebut tentang es kering. Es kering (CO2 padat) dapat digunakan untk

    menjaga es kering tetap dingin dan tidak mencair. Hal ini dikarenakan suhu es kering sangat

    dingin, dimana titik beku untuk mengubah wujud CO2 gas menjadi es kering mencapai -78,5oc.

    Suhu tersebut jauh lebih dingin dari titik beku H2O yang bersuhu 0oc. Bahkan pada saat kita

    menyentuh es kering sembarangan dengan tangan tanpa pengaman, akan terjadi luka bakar

    akibat suhu dinginnya.

    Gambar 16. Luka bakar akibat es kering

    Sumber :http://cdn2b.examiner.com/sites/default/files/styles/image_content_width/hash/23/4f

    /234f77aab23abdfc3099d295b44ae91d.jpg?itok=0iah3zhT

    Karena suhunya yang sangat dingin, es kering biasa dipakai untuk menjaga es krim agar

    tetap dingin dan tidak meleleh. Es kering juga tidak mencair karena jika suhu dinaikkan (pada

    tekanan konstan), CO2 padat akan langsung berubah menjadi CO2 fasa gas/menyumblim tanpa

  • 39 | P a g e

    harus lebih dulu menjadi fasa liquid. Hal tersebut membuat es krim yang dijaga tidak akan

    basah dan tetap kering.

    Gambar 17. Es kering yang langsung menyumblim

    Sumber : http://www.eatbydate.com/wp-content/uploads/dryice.jpg

  • 40 | P a g e

    DAFTAR PUSTAKA

    Cengel, Yunus A. dan Boles, Michael A. 1994. Thermodynamics an Engineering Approach,

    fifth edition. McGraw-Hill.

    Kor\retsky, Milo D.1807.Engineering and chemical Thermodynamics 2nd Edition.John

    Wiley&sons.inc.

    Maron dan Lando.1974.Fundamental of physical chemistry.New York:Macmillan

    international .

    Moran,Shapiro.2006.Fundamentals of Engineering Thermodynamics 5th Edition.England John

    Wiley&sons.inc.

    Smith,Vannes.1087.Introduction to Chemical Engineering Thermocdynamics 4th Edition,

    Singapore : MC-Graw Hill.