makalah pelumas

29
TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI OLEOKIMIA PEMBUATAN BIOPELUMAS OLEH : NURUL AINI/110405014 CICI NOVITA SARI/110405022 WIDYA GEMA BESTARI/110405028 DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

description

jenis - jenis pelumas serta reaksi pembentukan biopelumas

Transcript of makalah pelumas

TUGAS MATA KULIAHTEKNOLOGI OLEOKIMIA

PEMBUATAN BIOPELUMAS

OLEH :NURUL AINI/110405014CICI NOVITA SARI/110405022WIDYA GEMA BESTARI/110405028

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSaat ini pelumas yang beredar di pasar umumnya disintesis menggunakan bahan baku berasal dari turunan minyak bumi. Di samping ketersediaannya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui, penggunaan minyak bumi sebagai bahan baku pelumas dinilai tidak ramah lingkungan. Sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran dan keprihatinan masyarakat international terhadap polusi lingkungan yang disebabkan oleh pemakaian pelumas dari minyak bumi, permintaan dunia terhadap pelumas yang ramah lingkungan juga cenderung semakin meningkat. Pelumas dari minyak bumi menggunakan 1,1% dari total produksi minyak bumi dunia yang setara dengan 40 juta ton/tahun. Penggunaan pelumas tersebut meliputi kebutuhan untuk pelumas mesin 48%, process oil 15,3%, hydrolic oil 10,2%, dan penggunaan lainya 26,5% (Wahyuni dan Setiawan, 2013).Selama ini bahan baku pembuatan base oil (pelumas adasar) adalah dari mineral oil, padahal ketersediaan mineral oil semakin menipis (Phina, 2012). Penggunaan minyak petroleum sebagai bahan pelumas juga banyak dilakukan. Namun, penggunaan ekstensif pelumas berbasis minyak bumi telah menyebabkan masalah lingkungan yang serius karena faktanya minyak pelumas berbahan petroleum kurang biodegradable. Sehingga tumpahan pelumas yang berasal dari mesin atau akibat dari kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan sangat berbahaya (Joaquin et al., 2011).Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi untuk mencari pengganti berupa sumber daya alam yang dapat diperbarui. Salah satu sumber yang dikembangkan berasal dari tumbuh tumbuhan (minyak nabati). Minyak nabati menjadi alternatif karena sifatnya yang lebih mudah diuraikan oleh alam. Sifat lainnya adalah tidak beracun dan sumbernya yang melimpah karena dapat diperbaharui. Hal ini juga mendukung upaya pelestarian lingkungan, mendorong berkembangnya sektor pertanian, dan mengurangi kerusakan di bumi. Kebutuhan akan pelumas yang besar ini memberikan peluang bagi biolubricant seperti minyak jarak sebagai alternatif substitusinya (Phina, 2012).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 PelumasKontak mekanik antara elemen satu dengan yang lain adalah hal yang tidak bisa dihindari pada permesinan. Kontak mekanik yang terjadi dapat memberikan keausan pada mesin (Darmanto, 2011). Keausan (wear) adalah hilangnya materi dari permukaan benda padat sebagai akibat dari gerakan mekanik (Sukirno, 2010). Pemberian pelumas pada mesin dapat meminimalkan keausan pada suatu mesin (Darmanto, 2011). Pelumas adalah substansi atau material yang dapat menurunkan gesekan dan keausan serta memberikan smooth running dan umur yang memuaskan untuk suatu elemen mesin. Minyak pelumas digunakan sebagai salah satu pendeteksi dini terhadap kegagalan mesin (Jain dan Suhane, 2012). Pelumasan sangat penting dalam hampir berbagai aspek yang berkontribusi terhadap perkembangan masyarakat pada saat ini seperti perindustrian, transportasi, rekonstruksi, mesin, dan lain-lain (Jain dan Suhane, 2013).Dalam pelumas seringkali ditambahkan bahan aditif. Bahan tambahan aditif itu ialah zat kimia yang ditambahkan pada minyak dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat tertentu dari minyak yang bersangkutan. Berbagai macam bahan tambahan itu diberi nama menurut sifat yang diperbaikinya dalam minyak. Jenis bahan tambahan yang umunya sering ditambahkan adalah sebagai berikut :a. Bahan tambahan untuk menurunkan titik bekub. Bahan tambahan untuk meningkatkan indeks viskositasc. Bahan tambahan pemurni dan penyebarAditif ini menjaga supaya bagian-bagaian zat arang tetap tinggal melayang- layang dan mencegah melekat pada logam, dengan demikian pesawat yang bersangkutan tetap dalam kondisi bersih. Aditif antioksidan mengurangi ketuaan minyak, jadi minyak yang diberi aditif antioksidan tidak cepat mengoksida sehingga pengasaman dapat dicegah. Aditif antikorosi memberi lapisan pelindung pada bagian mesin dengan demikian dapat dicegah termakanya oleh asam yang terjadi dalam minyak. Aditif dapat mencegah dua bagian permukaan logam yang saling bersinggungan berpadu dan juga meningkatkan daya lumas minyak. Minyak yang diberi aditif dapat meningkatkan nilai tekanan batas, tahan terhadap tekanan tinggi (Prodi, 2003).Saat ini sebagian besar bahan pelumas yang digunakan berasal dari minyak petroleum. Namun, penggunaan ekstensif pelumas berbasis minyak bumi telah menyebabkan masalah lingkungan yang serius karena faktanya minyak pelumas berbahan petroleum kurang biodegradable. Sehingga tumpahan pelumas yang berasal dari mesin atau akibat dari kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan sangat berbahaya. Untuk meningkatkan kepedulian dan keamanan terhadap lingkungan, disamping meningkatnya harga minyak bumi maka dilakukan suatu pengembangan baru yaitu biopelumas yang sedikit memberikan kontaminan dan lebih cepat terurai (Joaquin et al., 2011).Biopelumas merupakan zat yang berasal dari minyak nabati dan aditif (Wagner et al., 2001). Minyak nabati biasanya diperoleh dari ekstraksi tumbuhan dengan mengambil bagian yang sesuai dari tanaman tersebut dapat berupa daun, biji, akar dan lain lain (Jain dan Suhane, 2013).Bahan biopelumas berasal dari alam. Biopelumas lebih disukai karena gampang terurai dan memiliki toksisitas yang rendah terhadap lingkungan. Keuntungan utama dari biopelumas adalah indeks viskositas yang tingi, sehingga memungkinkan viskositas untuk berada dalam keadaan yang hampir stabil pada suhu yang konstan tidak seperti pada minyak mineral (Jeffrey, 2007).Viskositas adalah ukuran tahanan mengalir suatu minyak merupakan sifat yang penting dari minyak pelumas. Beberapa pengujian telah dikembangkan untuk menentukan viskositas, antara lain pengujian Saybolt, Redwood, Engler, dan Viscosity Kinematic. Viskositas semua cairan tergantung pada suhu. Bila suhu meningkat maka daya kohesi antar molekul berkurang. Sebagai jenis minyak perubahan viskositasnya sangat drastis dibandingkan yang lainnya. Titik beku suatu minyak adalah suhu dimana minyak berhenti mengalir atau dapat juga disebut titik cair yaitu suhu terendah dimana minyak masih mengalir. Pengetahuan mengenai hal ini penting dalam pemakaian minyak pada suhu yang rendah (Prodi, 2003).

2.2 Fungsi Pelumasa. Mengurangi gesekan (reduce friction)Tujuan utama dari pelumas adalah untuk menurunkan gesekan, pelumasan berfungsi untuk memisahkan dua permukaan yang bergerak dengan memberikan selaput pelumas diantara dua permukaan tersebut.

Gambar 2.1 Permukaan Kering Yang Bersentuhan(Pramono, 2011)Sebagai anti gesekan pelumas tidak apat diabaikan begitu saja dalam pemilihannya sebelum dipakai dalam permesinan (Pramono, 2011).b. Menurunkan keausan (reduce wearKeausan pada bagian mesin umumnya disebabkan karena gesekan. Pemberian pelumas dapat mengurangi gesekan, maka proses keausan juga dapat berkurang.

Gambar 2.2 Gesekan Gelinding Rendah Karena Luasan Kontak Kecil(Pramono, 2011)c. Membantu menahan hentakanProses pelumasan adalah untuk membantu meredakan hentakan. Suatu proses pelumasan dapat membantu menyerap hentakan antara dua metal yang bersentuhan (kontak) langsung yang serin terjadi pada gerakan mekanis.

Gambar 2.3 Kaitan Antar Roda Gigi dengan HentakanTeredam (Pramono, 2011)

d. Kemampuan untuk mendinginkan elemen elemen yang bergerak Panas yang timbul akibat adanya gesekan dapat menyebabkan banyak masalah pada mesin. Panas yang timbul pada mesin dapat menyebabkan komponen akan mengembang lebih cepat dari yang lainnya.

Gambar 2.4 Sistem Pelumasan Pompa dengan Pendingin Air(Pramono, 2011)e. Mencegah terjadinya karatMencegah karat ataupun menahan karat dan korosi merupakan salah satu fungsi lain dari pelumas. Pelumas akan bekerja menahan karat pada waktu membentuk suatu lapisan pelindung pada bagian bagian metal mesin. Lapisan pelumas ini akan langsung membendung kontak langsung antara metal dengan oxygen, sehingga metal tersebut tidak teroksidasi (Pramono, 2011).

2.3 Jenis Jenis PelumasAda beberapa tipe pelumas, diantaranya :1. Berdasarkan material dari pelumas, terbagi atas:a. Pelumas cair (liquid lubricants)Pelumas yang mencair pada suhu ruangan dimana kandungan dari pelumas tersebut umumnya berupa zat cair, sehingga dapat membentuk wadah yang ditempatinya dan dapat dituangkan dari satu wadah ke wadah yang lain. b. Pelumas semi padat (semi solid lubricants)Pelumas jenis ini akan menjadi cair ketika suhu naik dan akan menjadi kental ketika suhu diturunkan.c. Pelumas padat (solid lubricants)Pelumas jenis ini umumnya berbentuk bubuk atau butiran butiran, yang umumnya digunakan pada daerah yang sangat dingin dimana oli akan membeku dan pada daerah yang panas oli akan terbakar.d. Pelumas gas (gases)Pelumas jenis ini masih asing kita dengar.contoh dari pelumas gas ini adalah pada kunci impact, dimana gas berfungsi sebagai pemisah gigi didalam kunci impact tersebut. Karena fungsi dari pelumas itu sendiri adalah untuk memisahkan dua buah benda yang berhadapan dan bergerak.(Pramono, 2011).2. Berdasarkan sumbernya dibedakan atas :a. Minyak tumbuh tumbuhanMinyak tumbuh tumbuhan diperoleh dengan cara memeras biji atau buah. Pada minyak tumbuh tumbuhan yang terpenting dalam teknik ialah minyak lobak (rape oil), minyak biji katun dan biji risinus.b. Minyak Hewan Minyak yang diperoleh dari hewan. Minyak ini umumnya dibuat dari bagian tubuh hewan. Minyak hewan memiliki daya lumas yang baik, oleh sebab itu minyak tersebut dinamakan minyak berlemak. Kelemahan dari minyak ini cepat menjadi tengik.c. Minyak mineral Minyak mineral diperoleh dengan cara distilasi (penyulingan) minyak bumi secara bertahap. Minyak mineral lebih murni dari pada minyak tumbuh tumbuhan atau minyak hewan, akan tetapi lebih tahan lama dari kedua macam minyak tersebut. Namun daya lumas dari minyak mineral tidak sebaik minyak tumbuh-tumbuhan dan minyak hewan.d. Minyak komponMinyak ini merupakan campuran dari minyak mineral dengan sedikit minyak tumbuh tumbuhan atau minyak hewan. Campuran ini mempunyai daya lumas yang lebih sempura dari pada minyak mineral.(Prodi, 2003)

2.4 Kharakteristik Minyak PelumasAspek-aspek kimia yang melingkupi karakteristik minyak pelumas yakni viskositas, indeks viskositas, titik nyala, titik tuang, 1. ViskositasViskositas minyak lumas dipengaruhi oleh suhunya . Lapisan pelumas ini diperlukan dengan ketebalan minimum. Ketebalan lapisan pelumas bergantung pada kekentalan. Kekentalan adalah karakteristik yang sangat penting dari pelumas. Kalau kekentalan pelumas tinggi, maka lapisan pelumas yang terbentuk akan tebal. Bila kekentalan rendah maka lapisan pelumas yang terbentuk akan tipis. Unit yang paling banyak digunakan pengukuran viskositas adalah Centistoke (cSt).2. Indeks viskositasindeks viskositas merupakan karakteristik yang digunakan untuk menunjukkan variasi viskositas minyak pelumas dengan perubahan suhu. Semakin tinggi tingkat indeks viskositas, semakin rendah variasi viskositas pada perubahan suhu.3. Titik Nyala Titik nyala pada minyak lumas adalah temperatur minimal minyak lumas yang merupakan indikator mudah terbakarnya minyak lumas tersebut pada temperatur operasi mesin.4.Titik TuangTitik tuang dari minyak pelumas merupakan indikator mudah atau tidaknya minyak lumas tersebut membeku pada temperatur tersebut. Apabila minyak lumas tersebut cepat membeku, maka akan menyebabkan mesin tidak dapat dipompakan dan pelumasan tidak terjadi. Selain itu juga , mengindikasikan jenis minyak lumas dasar yang digunakan (Eni, 2014).

2.5 Proses Pembuatan Pelumas

1. Reaksi epoksidasiEpoksida dihasilkan oleh reaksi ikatan ganda dengan peroksida.Asam karboksilat yang dihasilkan adalah asam yang lebih kuat dari ikatan hidrogen peroksida yang kuat dan dapat menyebabkan reaksi pembukaan cincin berturut-turut, terutama dalam kasus asam format.Epoksida sangat reaktif dan mudah mengalami reaksi pembukaan cincin dalam asam. Banyak penelitian telah menunjukkan pentingnya penggunaan katalis untuk tujuan epoksidasi.

Untuk proses epoksidasi yang dijalankan pada temperatur tinggi, penambahan terkontrol H2O2 penting bagi stabilitas enzim. Karena reaksi ini eksotermik, proses skala besar mungkin akan paling efisien jika menggunakan program suhu. Epoksidasi minyak dan asam lemak tak jenuh banyak digunakan untuk produksi oksiran yang merupakan produk industri yang berharga yang memberikan akses ke berbagai bahan kimia penting. Sayangnya, belum ditemukan pengaplikasian dalam industri. Hidrogen peroksida ditemukan memiliki pengaruh paling signifikan pada laju reaksi dan tingkat dari epoksidasi. Laju reaksi meningkat dengan konsentrasi hidrogen peroksida.

2. Reaksi pembukaan cincin oksiranKarena reaktivitas cincin oxirane yang tinggi, epoksidasi dari ikatan ganda memungkinkan berbagai reaksi yang dapat dilakukan di bawah kondisi reaksi.Berbagai modifikasi kimia minyak nabati terepoksidasi dan asam lemak yang mungkin, dan salah satu yang paling umum digunakan adalah reaksi pembukaan cincin. Pembukaan cincin terjadi melalui pembelahan salah satu ikatan karbon oksigen.Hal ini dapat dimulai dengan oleh elektrofil atau nukleofil, atau dikatalisasi oleh salah satu asam atau basa.Sebagai contoh, hidrolisis asam-katalis dari epoksida sering digunakan untuk mempersiapkan glikol. Penambahan nukleofilik dari kelompok karboksil ke pusat epoksida dapat dengan mudah dilakukan dengan protonasi menggunakan katalis asam padat. Tingkat pembukaan cincin oxirane dari lemak terepoksidasi asam sangat tergantung pada sifat dan struktur asam karboksilat. Katalis asam membantu pembukaan cincin epoksida dengan berkontribusi menyediakan leaving group yang lebih baik saat terjadi serangan nukleofilik pada karbon.Katalisis ini sangat penting jika nukleofil tersebut lemah seperti air atau alkohol.Dengan tidak adanya katalis asam maka leaving group harus merupakan ion alkoksida yang kuat. Bagaimanapun reaksi seperti itu sangat tidak ramah lingkungan.

3. Reaksi Esterifikasi dan TransesterifikasiAsam lemak diubah menjadi ester melalui reaksi dengan alkohol berlebih menggunakan katalis asam atau lipase.Boraks trifluoride, asam sulfat, atau anhidrat hidrogen klorida dalam metanol umumnya digunakan untuk membentuk metil ester. Reaksi dilakukan dalam 30 menit menggunakan refluks kondensor. Alkohol berlebih tidak bisa selalu digunakan, misalnya, dalam sintesis triasilgliserol menggunakan gliserol dilindungi.misalnya, dalam sintesis asil gliserol, sebuah asam lemak yang lebih reaktif seperti asam klorida atau anhidrida digunakan, atau asam lemak bereaksi langsung dengan alkohol, menggunakan dicyclohexylcarbodiimide dan 4-dimetilaminopiridin sebagai kopling agen.Beberapa kelompok asam lemak yang lebih jarang adalah asam sensitif, misalnya, epoksida, siklopropana, siklopropena, dan senyawa hidroksi, dan karenanya diperlukan metode yang tidak melibatkan katalis asam. Reaksi dengan diazometana atau trimethylsilyldiazometana yang kurang berbahaya mungkin saja dilakukan.Banyak penelitian telah dilakukan pada proses esterifikasi menggunakan katalis dan alkohol yang berbeda. Poliester (pelumas) disintesis dari esterifikasi minyak nabati dan dilanjutkan dengan transesterifikasi (Salimot, 2014).

BAB IIIAPLIKASI PEMBUATAN BIOPELUMAS

3.1 Pembuatan Pelumas dari Minyak Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas)Bahan dan reagen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut: Minyak mentah jarak, metanol, kalium hidroksida, etilen glikol, asam klorida, asam sulfat, heksana, natrium metoksida (30% dalam metanol), metil ester dan indikator fenolftalein. Produk yang dihasilkan adalah polyol ester.Sifat sifat bahan baku dan produka. Minyak biji jarak pagar (jatropha curcas) Warna : kuning keemasanTotal kandungan lemak : 59,32FFA (asam oleat) : 1,89Nilai asam (mg KOH/g) : 3,76Nilai iodin : 104,90Viskositas pada temperatur kamar : 32(Abdullah, dkk., 2013)b. Heksana (C6H14)Wujud : cair tidak berwarnaBerbau seperti gasolinBerat molekul : 86,18 g/molTitik didih : 68CTitik leleh : -95CSpesifik gravity : 0,66Tekanan uap : 17,3 kPaDensitas uap : 2,97Larut dalam minyak, dietil eter, aseton. Tidak larut dalam air dingin maupun panas. Reaktif dengan agen pengoksidasi(ScienceLab, 2013)c. Metanol (CH3OH)Nama lain : metil alkohol, carbinol, MethylolWujud : cairan tidak berwarnaBerat molekul : 32,04 g/molTitik didih : 64,5CTitik leleh : -97,8CTemperatur kritis : 240CSpesifik gravity : 0,7915Tekanan uap : 12,3 kPaDensitas uap : 1,11Mudah larut dalam air, bersifat non-ionik, reaktif dengan agen pengoksidasi, metal dan asam(ScienceLab, 2013)d. Asam sulfat (H2SO4)Wujud : cairan tidak berwarnaBerat molekul : 98,08 g/molTitik didih : 270C Titik leleh : -35CSpesifik gravity : 1,84Densitas uap : 3,4Mudah larut dalam air. Larut dalam etil alkohol. Reaktif dengan agen pengoksidasi, agen pereduksi, asam, alkali, metal, material organik. Korosif terhadap aluminium, tembaga, stainless steel. Tidak korosif terhadap kaca. (ScienceLab, 2013)e. Kalium Hidroksida (KOH)Wujud : Padatan berwarna putihBerat molekul : 56,11 g/molTitik didih : 1384CTitik leleh : 380C Spesifik gravity : 2,044Larut dalam air. Tidak larut dalam dietil eter. Sangat reaktif terhadap asam, reaktif dengan materi organik dan metal. Korosif terhadap aluminium dan zinc. Tidak korosif terhadap stainless steel. Higroskopik (menyerap kelembaban dari udara)(ScienceLab, 2013)f. Etilen GlikolNama lain : glykol alkohol, TescolWujud : cairan tidak berwarnaTitik didih : 197,6CTitik leleh : -13CSpesifik gravity : 1,1088Tekanan uap : 6 mmHgDensitas uap : 2,14Larut dalam air, aseton, dietil eter. Tidak bercampur dengan gliserol, alkohol alifatik, asam asetat, keton, aldehid, piridin. Tidak larut dalam benzene, petroleum eter. Reaktif dengan agen pengoksidasi, asam, alkali. Higroskopi. Tidak korosif terhadap kaca. (ScienceLab, 2013)g. Sodium Metoksida (CH3ONa)Wujud : padatan berwarna putihBerat molekul : 54,03 g/molTitik leleh : >126CSpesifik gravity : 1.1Densitas uap : 1,1Larut dalam metanol dan etanol. Reaktif dengan agen pengoksidasi, asam. (ScienceLab, 2013)h. Phenolphtalein (C20H14O4) Wujud : padatan berwarna kuningBerat molekul : 318,33 g/molTitik leleh : 260CSpesifik gravity : 1,299Larut dalam aseton, dietil eter. Reaktif dengan agen pengoksidasi. i. Polyol EsterWujud : cair berwarna kuningSpesifik gravity : 1%, sedagkan katalis basa akan rusak (tidak stabil) dalam kondisi tersebut (Wahyuni dan Setyawan, 2103). Katalis asam heterogen memiliki lebih banyak keuntungan daripada katalis homogen, antara lain lebih mudah dipisahkan, dapat digunakan kembali dan lebih ramah lingkungan. Katalis tersebut juga dapat digunakan pada proses transesterifikasi dan esterifikasi sehingga memberikan harga yang lebih murah (Hawash, dkk., 2014). Katalis cair sering menyebabkan korosi (Oh, dkk., 2013). Beberapa katalis padat yang bersifat asam untuk memproduki ester dari minyak nabati telah dikembangkan, seperti amberlyst-15 dan asam zeolit padat. Namun, amberlyst-15 dilaporkan sebagai katalis yang efektif dalam reaksi esterifikasi, namun aktivitas katlis ini menurun pada reaksi yang berlangsung dengan kondisi temperatur 120C. Katalis asam zeolit padat juga telah dicoba dalam proses esterifikasi, namun zeolit padat memiliki pori-pori yang kecil sehingga penggunaannya terbatas (Oh, dkk., 2013). Kemudian muncullah suatu katalis yang mungkin dapat menggantikan beberapa katalis di atas, yaitu sulfated zirconia. Sulfated zirconia merupakan katalis asam heterogen yang memiliki kekuatan asam yang lebih tinggi daripada katalis asam heterogen lainnya (Hawash, dkk., 2014). Katalis ini sangat efektif memiliki permukaan pori yang lebuih besar sehingga menghasilkan yield yang besar pula. Katalis tersebut juga dapat direcycle atau digunakan kembali. Hal ini dikarenakan katalis tersebut setelah digunakan yang kemudian dipisahkan dan dicuci serta dikeringkan dapat digunakan kembali. Sulfated zirconia memiliki gugus tertragonal yang tetap stabil walaupun telah digunakan dan aktivitas katalisnya menurun setelah digunakan hingga lima kali proses reaksi (Oh, dkk., 2013).

3.3 Pembuatan Biopelumas Skala Pabrik

Hammer MillImpeller Humidifier

EkstraktorCrusher rolBiji Jarak Pagar

steam

MetanolMetanolHeksanar

S-ZrO2

Reaktor Transesterifikasi Tahap IRotary EvaporatorReaktor Esterifikasi

GliserolClarifier

AirS-ZrO2

AcetoneHeksana

Washing TankDryer

Etilen Glikol

S-ZrO2

Reaktor Transesterifikasi Tahap II

ClarifierPolyol Ester

Gambar 3.1 Diagram Balok Pembuatan Biopelumas Menggunakan Katalis Sulfated Zirconia Skala Pabrik

BAB IVKESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang kami peroleh adalah :1. Pelumas adalah substansi atau material yang dapat menurunkan gesekan dan keausan serta memberikan smooth running dan umur yang memuaskan untuk suatu elemen mesin2. Biopelumas merupakan zat yang berasal dari minyak nabati dan aditif3. Pelumas dapat dibuat dengan reaksi epoksidasi, reaksi pembukaan cincin oksiran, reaksi esterifikasi dan transesterifikasi4. Katalis asam heterogen lebih baik penggunaannya dalam pembuatan pelumas5. Sulfated zirconia merupakan katalis asam heterogen yang memiliki kekuatan asam lebih tinggi daripada katalis asam heterogen lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Bashar Mudhaffar., Yusop, Rahimi M., Salimon, Jumat., Yousif, Emad., Salih, Nadia. Physical and Chemical Properties Analysis of Jatropha curcas Seed Oil for Industrial Applications. International Journal of Chemical, Nuclear, Metallurgical and Materials Engineering, Volume 7, Nomor 12. 2013Bilal S, Mohammed-Dabo I. A, Nuhu M, Kasim S.A, Almustapha I. H dan Yamusa Y. A. Production of Biolubricant from Jatropha curcas Seed Oil. Journal of Chemical Engineering and Materials Science, ISSN : 2141-6605, Volume 4, Nomor 6, Halaman 72-79. 2013Darmanto, Mengenal Pelumas Pada Mesin, Momentum Jurnal, Vol 7, No 1, hal : 5 10, 2011Eni, 2014. Requirements and characteristics of lubricants. http://www.eni.com/en_HU /products-services/automotive-lubricants/requirements characteristics-lubricants. html diakses pada tanggal 11 desember 2014.Hawash, S.I., Kader, E. Abdel., Farah, Joseph Y dan Diwani, G.I.EI. Biodiesel Production by Esterification / Transesterification of Jatropha Oil over Sulfated Zirconia. International Journal of Innovative Science, Engineering & Technology, Volume 1, Nomor 7, Halaman 86-96. 2014.Isah, A. G., Abdulkadir, M., Onifade, K. R., Musa, U., Garba, M. U., Bawa, A. A and Sani, Y. Regeneration of Used Engine Oil Proceedings of the World Congress on Engineering 2013 Vol I, 2013.Jain, Amit Kumar dan Amit Suhane. Research Approach and Prospects of Non Edible Vegetable Oil as a Potential Resource for Biolubricants, Advanced Engineering and Applied Sciences : An International Journal, Vol 1 (Desember, 2012), hal : 23-32Jain, Amit Kumar dan Amit Duhane, Capability of Biolubricants in Industrial and Maintenance Applications, International Journal of Current Engineering and Technology ISSN : 2277-4106, Vol 3, (Maret, 2013), No 1, hal : 179 183Jeffrey, S. M. (2007). Bio Lubricants ManualJoaquin J. Salas, M.Victoria Ruiz-Mndez y Rafael Garcs grasas y aceites, Prologe: Biodegradable lubricants from vegetable oils,ISSN : 0017-3495, Vol 62 , No 1, 2011Oh, Jinho., Yang, Sungeun., Kim, Chanyeon., Choi, Inchang., Kim, Jae Hyun dan Lee, Hyunjoo. Synthesis of Biolubricants using Sulfated Zirconia Catalysts. Journal of Applied Catalyst A : General, Volume 455, Halaman 164-171. 2013.

Pramono, Agus. Menentukan Pemakain Pelumas Bahan Bakar dan Bahan Pelumas Mesin Diesel. Jurnal Teknis. Vol 6. No 1. hal : 10 17. 2010Prodi. 2003. Bahan Pelumas. Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum DIKMENJUR. Direktorat Pendididkan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional.National Industrial Chemicals Notification and Assessment Scheme. Polyol Ester. 1996National Refrigerants, Inc. Material Safety Data Sheet National Polyolester Lubricant. 2013.Phina, 2012. Pabrik Base Oil dari Minyak Dedak Padi (RBO) dengan Proses Esterifikasi. Institute Sepuluh November. Salimon, Jumat., Abdullah, Bashar Mudhaffar., Yusop, Rahimi M dan Salih, Nadia. Synthesis, Reactivity adn Application Studies for Different Biolubricants. Chemistry Central Journal, Volume 8, Nomor 16, Halaman 1-11. 2014ScienceLab. Material Safety Data Sheet Hexane. 2013_________. Material Safety Data Sheet Sulfuric Acid. 2013_________. Material Safety Data Sheet Potassium Hydroxide. 2013_________. Material Safety Data Sheet Methanol. 2013_________. Material Safety Data Sheet Etylen Glycol. 2013_________. Material Safety Data Sheet Sodium Methoxide. 2013Sukirno, 2010. Pelumasan dan Teknologi Pelumas. Lecture Note. Departemen Teknik Kimia.Universitas Indonesia : DepokWagner, H., Luther, R., Mang, T, Lubricant base fluids based on renewable raw materials : Their catalytic manufacture and modification, Appl. Catal. A: Gen. Vol 221, hal : 429442, 2001Wahyuni, Sri dan Setyawan, Heru. Sisntesis Silika Tersulfonasi dari Waterglass dengan Tempat PEF sebagai Katalis Asam Padat dalam Pembuatan Pelumas dari Minyak Nabati, Jurnal Menara Perkebunan, Volume 81, Nomor 2, Halaman 67-75. 2013. Yanto Tri, Naufalin, Rifd dan Erminawati, 2013. Karakteristik Pelumas Food Grade Grease Berbahan Dasar Minyak Sawit Dengan Tambahan Antioksidan, Jurnal Teknologi Pertanian. Vol. 14 No. 1, 2013