Makalah Pbl Viii

20
Sistem Pendengaran Pada Manusia Normal Martin Prayiggo Utomo* *Mahasiswa Semester Kedua Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Kri Wacana Alamat Korespondensi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana !alan "erusan Ar#una no$% !akarta &&'&( ) April )(&& +mail martindeng,)-hotmail$com Pendahuluan .rgan pendengaran merupakan sarana untuk menerima /er/agai in0ormasi secara sensorik dan akan diteruskan ke dalam otak kita tepatnya di lo/us tem temporal transversa$ .rgan pendengaran salah satunya merupaka telinga$ "elinga k ter/agi men#adi telinga dalam1 telinga tengah dan telinga luar$ "elinga dalam /e untuk mengam/il gelom/ang suara terse/ut dan diteruskan ke pusat pendengaran yai lo/us temporal1 telinga tengah mengumpulkan gelom/ang suara yang sudah terkumpul dan diteruskan ke telinga dalam dan akan dikirimkan ke telinga dalam1 telinga lu /er0ungsi untuk mengumpulkan gelom/ang suara dan diteruskan ke telinga 2angguan pendengaran /isa dise/a/kan oleh ) 0aktor yaitu 0actor dari t telinga itu sendiri4 stapes1 inkus1 maleus5 dan telinga luar dan #uga /isa /eras kerusakan sara0$ Pem/ahasan Anatomi telinga & &

description

eddqwd

Transcript of Makalah Pbl Viii

Bab I

Sistem Pendengaran Pada Manusia NormalMartin Prayiggo Utomo*

*Mahasiswa Semester Kedua Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi :

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna no.6

Jakarta 11510

24 April 2011

Email : [email protected]

Pendahuluan

Organ pendengaran merupakan sarana untuk menerima berbagai informasi secara sensorik dan akan diteruskan ke dalam otak kita tepatnya di lobus temporal, gyrus temporal transversa. Organ pendengaran salah satunya merupaka telinga. Telinga kita terbagi menjadi telinga dalam, telinga tengah dan telinga luar. Telinga dalam berfungsi untuk mengambil gelombang suara tersebut dan diteruskan ke pusat pendengaran yaitu lobus temporal, telinga tengah mengumpulkan gelombang suara yang sudah terkumpul dan diteruskan ke telinga dalam dan akan dikirimkan ke telinga dalam, telinga luar berfungsi untuk mengumpulkan gelombang suara dan diteruskan ke telinga tengah. Gangguan pendengaran bisa disebabkan oleh 2 faktor yaitu factor dari tulang-tulang telinga itu sendiri( stapes, inkus, maleus) dan telinga luar dan juga bisa berasal dari factor kerusakan saraf. PembahasanAnatomi telinga1

gambar 1 :daun telinga (diunduh dari www.google.co.id)

1. Aurikel (daun telinga) Terdiri dari tulang rawan dan kulit

Terdapat konkha, tragus, antitragus, helix, antihelix dan lobulus

Fungsi utama aurikel adalah untuk menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam MAE

2. Meatus Auditorius Eksternal (liang telinga luar) Panjang + 2, 5 cm, berbentuk huruf S

1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat kelenjar minyak dan kel. Serumen

2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang ( temporal ) dan sedikit kelenjar serumen.

Rambut halus dan serumen berfungsi untuk mencegah serangga kecil masuk.

MAE ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran tympani

3. Membrana Tympani Terdiri dari jaringan fibrosa elastis

Bentuk bundar dan cekung dari luar

Terdapat bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa dan umbo. Reflek cahaya ke arah kiri jam tujuh dan jam lima ke kanan

Dibagi 4 kwadran ; atas depan, atas belakang, bawah depan dan bawah belakang

Berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulang pendengaran

4. Tulang-tulang Pendengaran Terdiri dari Maleus, Incus dan Stapes

Merupaka tulang terkecil pada tubuh manusia.

Brfungsi menurunkan amplitudo getaran yang diterima dari membran tympani dan meneruskannya kjendela oval

5. Cavum Tympani Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang Mastoid, sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah dapat menjalar menjadi mastoiditis

6. Tuba Eustachius Bermula dari ruang tympani ke arah bawah sampai nasofaring

Struktur mukosanya merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring

Tuba dapat tertutup pada kondisi peningkatan tekanan secara mendadak.

Tuba ini terbuka saat menelan dan bersin

Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar tubuh dengan di dalam telinga tengah

7. Koklea Skala vestibuli yang berhubungan dengan vestibular berisi perilymph.

Skala tympani yang berakhir pada jendela bulat, berisi perilymph

Skala media / duktus koklearis yang berisi endolymph

Dasar skala vestibuli disebut membran basalis, dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ pendengaran

8. Kanalis Semi Sirkularis Terdiri dari 3 duktus semiserkular, masing-masing berujung pada ampula.

Pada ampula terdapat sel rambut, krista dan kupula

Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal rotasi

9. Vestibula Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung makula

Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal posisi.

Gambar 2: Daun telinga (diunduh dari www.google.com)Anatomi Telinga Luar2,3Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Anatomi Telinga TengahTelinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Anatomi Telinga DalamTelinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.

gambar3:struktur anatomis telinga tengah (diunduh dari www.google.com)tahukah anda bahwa suara yang bisa sampai ke telinga anda itu melalui berbagai proses atau lebih kerennya di sebut dengan mekanisme pendengaran, mekanisme ini melalui 2 cara yaitu dengan air condaction dan bone condaction. berikut proses dari mekanisme pendengaran.

Mekanisme Pendengaran2,41. air condactionGelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar kemudian disalurkan ke lubang telinga kemudian menuju gendang telinga kemudian gendang telinga bergetar untuk merespon gelombang suara yang menghantamnya kemudian getaran ini mengakibatkan 3 tulang pendengaran( malleus, stapes, incus ) yang sering disebut osikuli di telinga tengah begerak kemudian secara mekanis getaran dari gendang telinga akan disalurkan menuju cairan yang ada di koklea kemudian getaran yang sampai ke koklea akan menghasilkan gelombang kemudian rambut sel di koklea bergerak kemudian gerakan ini merubah energy mekanik menjadi energy elektrik ke saraf pendengaran (auditory nerve, saraf VIII ( saraf akustikus )) kemudian menuju ke pusat pendengaran di otak bagian lobus temporal kemudian menerjemahkan energy jadi suara yang dapat dikenal di otak kemudian hearing occurs.

2. bone condaction berjalan melalui penghantar tulang kemudian getaran sumber suara kemudian menggetarkan tulang kepala kemudian menggetarkan perylimph pada skala vestibuli kemudian skala tympani kemudian penghantaran udara

penghantaran melalui tulang dapat dilakukan dengan percobaaan rine, sedangkan penghantaran bunyi melalui tulang kemudian dilan-jutkan melalui udara dapat dilakukan dengan percobaan weber

kecepatan penghantaran suara terbatas, makin tambah usia makin berkurang daya tangkap suara atau bunyi yang dinyatakan antara 30 20.000 siklus/detik

FISIOLOGI PENDENGARAN

Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat dan terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan) molekul-molekul udara yang berselang seling dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan molekul tersebut. Pendengaran seperti halnya indra somatik lain merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di udara.3,4

Suara ditandai oleh nada, intensitas, kepekaan.3 Nada suatu suara ditentukan oleh frekuensi suatu getaran. Semakin tinggi frekuensi getaran, semakin tinggi nada. Telinga manusia dapat mendeteksi gelombang suara dari 20 sampai 20.000 siklus per detik, tetapi paling peka terhdap frekuensi 1000 dan 4000 siklus per detik. Intensitas atau Kepekaan. Suatu suara bergantung pada amplitudo gelombang suara, atau perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah berpenjarangan yang bertekanan rendah. Semakin besar amplitudo semakin keras suara. Kepekaan dinyatakan dalam desible (dB). Peningkatan 10 kali lipat energi suara disebut 1 bel, dan 0,1 bel disebut desibel. Satu desibel mewakili peningkatan energi suara yang sebenarnya yakni 1,26 kali. Suara yang lebih kuat dari 100 dB dalam merusak perangkat sensorik di koklea. Kualitas suara atau warna nada (timbre) bergantung pada nada tambahan, yaitu frekuensi tambahan yang menimpa nada dasar. Nada-nada tambahan juga yang menyebabkan perbedaan khas suara manusia

Frekuensi suara yang dapat didengar oleh ornag muda adalah antara 20 dna 20.000 silkuls per detik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan kekerasan suara yang sangat besar. Jika kekerasannya 60 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara, rentang suara adalah samapai 500 hingga 5000 siklus per detik. Hanya dengan suara keras rentang 20 sampai 20.000 siklus dapat dicapai secara lengkap. Pada usia tua, rentang frekuensi biasanya menurun menjadi 50 sampai 8.000 siklus per detik atau kurang. Suara 3000 siklus per detik dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel dibawah 1 dyne/cm2 tingkat tekanan suara. Sebaliknya, suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitasnya 10.000 kali lebih besar dari ini.

A. Mekanisme Pendengaran3,4,5

Proses pendengaran terjadi mengikuti alur sebagai berikut: gelombang suara mencapai membran tympani. Gelombang suara yang bertekanan tinggi dan rendah berselang seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka tersebut menekuk keluar-masuk seirama dengan frekuensi gelombang suara. Ketika membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara, rantai tulang-tulang tersebut juga bergerak dengan frekuensi sama, memindahkan frekuensi gerakan tersebut dari membrana timpani ke jendela oval. Tulang stapes yang bergetar masuk-keluar dari tingkat oval menimbulkan getaran pada perilymph di scala vestibuli. Oleh karena luas permukaan membran tympani 22 kali lebih besar dari luas tingkap oval, maka terjadi penguatan tekanan gelombang suara15-22 kali pada tingkap oval. Selain karena luas permukaan membran timpani yang jauh lebih besar, efek dari pengungkit tulang-tulang pendnegaran juga turut berkontribusi dalam peningkatan tekanan gelombang suara.

Gerakan stapes yang menyerupai piston terhadap jendela oval menyebabkan timbulnya gelombang tekanan di kompartemen atas. Karena cairan tidak dapat ditekan, tekanan dihamburkan melalui dua cara sewaktu stapes menyebabkan jendela oval menonjol ke dalam yaitu, perubahan posisi jendela bundar dan defleksi membrana basilaris.

Pada jalur pertama, gelombang tekanan mendorong perilimfe ke depan di kompartemen atas, kemudian mengelilingi helikoterma, dan ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar untuk mengkompensasi peningkatan tekanan. Ketika stapes bergerak mundur dan menarik jendela oval ke luar, perilimfe mengalir ke arah yang berlawanan mengubah posisi jendela bundar ke arah dalam. Pada jalur kedua, gelombang tekanan frekuensi yang berkaitan dengan penerimaan suara mengambil jalan pintas. Gelombang tekanan di kompartemen atas dipindahkan melalui membrana vestibularis yang tipis, ke dalam duktus koklearis dan kemudian melalui mebrana basilaris ke kompartemen bawah, tempat gelombang tersebut menyebabkan jendela bundar menonjol ke luar-masuk bergantian.

Membran basilaris yang terletak dekat telinga tengah lebih pendek dan kaku, akan bergetar bila ada getaran dengan nada rendah. Hal ini dapat diibaratkan dengan senar gitar yang pendek dan tegang, akan beresonansi dengan nada tinggi. Getaran yang bernada tinggi pada perilymp scala vestibuli akan melintasi membrana vestibularis yang terletak dekat ke telinga tengah. Sebaliknya nada rendah akan menggetarkan bagian membrana basilaris di daerah apex. Getaran ini kemudian akan turun ke perilymp scala tympani, kemudian keluar melalui tingkap bulat ke telinga tengah untuk diredam.

Karena organ corti menumpang pada membrana basilaris, sewaktu membrana basilaris bergetar, sel-sel rambut juga bergerak naik turun dan rambut-rambut tersebut akan membengkok ke depan dan belakang sewaktu membrana basilaris menggeser posisinya terhadap membrana tektorial. Perubahan bentuk mekanis rambut yang maju mundur ini menyebabkan saluran-saluran ion gerbang mekanis di sel-sel rambut terbuka dan tertutup secara bergantian. Hal ini menyebabkan perubahan potensial depolarisasi dan hiperpolarisasi yang bergantian. Sel-sel rambut berkomunikasi melalui sinaps kimiawi dengan ujung-ujung serat saraf aferen yang membentuk saraf auditorius (koklearis). Depolarisasi sel-sel rambut menyebabkan peningkatan kecepatan pengeluaran zat perantara mereka yang menaikan potensial aksi di serat-serat aferen. Sebaliknya, kecepatan pembentukan potensial aksi berkurang ketika sel-sel rambut mengeluarkan sedikit zat perantara karena mengalami hiperpolarisasi (sewaktu membrana basilaris bergerak ke bawah). Perubahan potensial berjenjang di reseptor mengakibatkan perubahan kecepatan pembentukan potensial aksi yang merambat ke otak. Impuls kemudian dijalarkan melalui saraf otak statoacustikus (saraf pendengaran) ke medulla oblongata kemudian ke colliculus. Persepsi auditif terjadi setelah proses sensori atau sensasi auditif.

B. Jaras Persarafan Pendengaran4 Diperlihatkan bahwa serabut dari ganglion spiralis organ corti masuk ke nukleus koklearis yang terletak pada bagian atas medulla oblongata. Pada tempat ini semua serabut bersinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus tersebut, berjalan ke atas melalui lemniskus lateralis. Beberapa serabut berakhir di nukleus lemniskus lateralis, tetapi sebagian besar melewati nukleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, tempat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya, jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorik, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. Beberapa tempat penting harus dicatat dalam hubunganya dengan lintasan pendengaran pertama implus dari masing-masing telinga dihantarkan melalui lintasan pendengaran kedua batang sisi otak hanya dengan sedikit lebih banyak penghantaran pada lintasan kontralateral.Kedua banyak serabut kolateral dari traktus audiorius berjalan langsung ke dalam system retikularis batang otak sehingga bunyi dapat mengaktifkan keseluruhan otak.

C. Fungsi korteks serebri pada pendengaran3,4Setiap daerah di membrana basilaris berhubungan dengan daerah tertentu di korteks pendengaran dalam lobus temporalis. Dengan demikian, setiap neuron korteks hanya diaktifkan oleh nada-nada tertentu. Neuron-neuron aferen yang menangkap sinyal auditorius dari sel-sel rambut keluar dari koklea melalui saraf auditorius. Jalur saraf antara organ corti dan korteks pendengaran melibatkan beberapa sinap dalam perjalanannya, terutama adalah sinaps di batang otak dan nukleus genikulatus medialis talamus. Batang otak menggunakan masukan pendengaran untuk kewaspadaan. Sinyal pendengaran dari kedua telinga disalurkan ke kedua lobus temporalis karena serat-seratnya bersilangan secara parsial di otak. Karena itu, gangguan di jalur pendengaran pada salah satu sisi melewati batang otak tidak akan mengganggu pendengaran kedua telinga. Korteks pendengaran tersusun atas kolom-kolom. Korteks pendengaran primer mepersepsikan suara diskret sementara korteks pendengaran yang lebih tinggi di sekitarnya mengintegrasi suara-suara yang berbeda menjadi pola yang koheren dan berarti. Proyeksi lintasan pendengaran korteks serebri menunjukan bahwa korteks pendengaran terletak terutama tidak hanya pada daerah supratemporal girus tempralis superior tetapi juga meluas melewati batas lateral lobus temporalis jauh melewati korteks insula dan sampai ke bagian paling lateral lobus parietalis.

D. Penentuan Frekuensi Suara4 Suara dengan tinggi nada yang rendah menyebabkan pengaktifan maksimum membrane basilis di dekat apeks koklea dan suara dengan frekuensi yang tinggi mengaktifkan membrane basilaris dekat basis koklea, sedangkan suara dengan frekuensi menengah mengaktifkan membrana di antara kedua nilai yang ekstrim tersebut. Selanjutnya, ada pengaturan spasial pada serabut saraf di jaras koklearis, yang berasal dari koklea sampai korteks serebri. Perekaman sinyal di traktus auditorius pada batang otak dan di area penerima pendengaran pada korteks serebri memperlihatkan neuron-neuron otak yang spesifik diaktivasi oleh frekuensi suara tertentu. Oleh karena itu cara yang digunakan oleh sistem saraf untuk mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah dengan menentukan posisi di sepanjang membrane basilaris yang paling terangsang. Ini dinamakan prinsip letak untuk menentukan frekuensi suara.

E. Penentuan keras suara3,4Kekerasan suara ditentuka oleh sistem pendengaran sekurnag-kurangnya melalui tiga cara. Pertama, ketika suara menjadi lebih keras terjadi peningkatan amplitudo getaran yang merangsang ujung-ujung saraf bereksitasi lebih cepat. Kedua, ketika amplitudo meningkat akan menyebabkan semakin banyak sel-sel rambut di pinggir bagian mebran basilar yang beresonasi, sehingga terjadi pemjumlahan spasial impuls, dimana transmisi melalui banyak serabut saraf. Ketiga, sel-sel rambut luar tidak terangsang secara bermakna sampai getaran membran basilar mencapai intensitas yang tinggi.

Suara yang sangat keras yang tidak dapat diperlembut secara adekuat oleh refleks-refkes protektif telinga dapat menyebabkan getaran membrana basilaris yang hebat sehingga sel-sel rambut yang tidak dapat digantikan itu terlepas atau rusak secara permanen dan menimbulkan gangguan pendengaran parsial.

F. Diskriminasi arah asal suara4Destruksi korteks pendengaran pada kedua sisi otak baik pada manusia atau pada mamalia yang lebih rendah menyebabkan kehilangan sebagian besar kemampuannya mendeteksi arah asal suara. Namun, mekanisme untuk deteksi ini dimulai pada nuklei olivarius superior di dalam batang otak.

Nukleus olivarius superior dibagi menjadi dua yakni nukleus olivarius superior medial dan lateral. Nukleus lateral bertanggung jawab unuk mendeteksi arah sumber suara, agaknya melalui perbandingan sederhana diantara perbedaan intensitas suara yang mencapai kedua telinga, dan mengirimkan sinyal yang tepat ke korteks auditorik untuk memperkirakan arahnya. Nukleus olivarius superior medial mempunyai mekanisme spesifik untuk mendeteksi perbedaan waktu antara sinyal akustik yang memasuki kedua telinga. Nukleus ini terdiri atas sejumlah besar neuron yang mempunyai dua dendrit utama yang menonjol ke arah kanan dan kiri. Intensitas eksitasi di setiap neuron sangat sensitif terhadap perbedaan waktu yang spesifik antara dua sinyal akustik yang berasal dari kedua telinga. Pada nukleus tersebut terjadi pola spasial perangsangan neuron. Suara yang datang langsung dari depan kepala merangsang satu perangkat neuron olivarius secara maksimal dan suara dari sudut sisi yang berbeda menstimulasi pernagkat neuron lainnya dari sisi yang berlawanan.

G. Ketulian5Tuli biasanya dibagi dalam dua jenis. Pertama yang sisebabkan oleh gangguan koklea atau saraf pendengaran, yang biasanya dimasukkan dalam tuli saraf dan kedua yang disebabkan oleh gangguan mekanisme telinga tengah untuk menghantarkan suara ke koklea, yang biasanya dinamakan tuli hantaran sebenarnya bila koklea atau saraf pendengaran dirusak total makan orang tersebut akan tuli total akan tetapi bila koklea dan saraf masih utuh tetapi system osikular rusak atau mengalami ankilosis kaku karena fibrosis atau kalsifikasi, gelombang suara tetap dapat dihantarkan ke koklea dengan cara konduksi tulang seperti penghantaran bunyi dari ujung garputala yang bergetar, yang ditempelkan langsung pada tengkorak.

H. Hambatan Persepsi Auditif5 Sensori auditif diaktifkan oleh adanya rangsang bunyi atau suara. Persepsi auditif berkaitan dengan kemampuan otak untuk memproses dan menginterpretasikan berbagai bunyi atau suara yang didengar oleh telinga. Kemampuan persepsi auditif yang baik memungkinkan seorang anak dapat membedakan berbagai bunyi dengan sumber, ritme, volume, dan pitch yang berbeda. Kemampuan ini sangat berguna dalam proses belajar membaca. Persepsi auditif mencakup kemampuan-kemampuan berikut : a. Kesadaran fonologis yaitu kesadaran bahwa bahasa dapat dipecah ke dalam kata, suku kata, dan fonem (bunyi huruf) b. Diskriminasi auditif yaitu kemampuan mengingat perbedaan antara bunyi-bunyi fonem dan mengidentifikasi kata-kata yang sama dengan kata-kata yang berbeda. c. Ingatan (memori) auditif yaitu kemampuan untuk menyimpan dan mengingat sesuatu yang didengar d. Urutan auditif yaitu kemampuan mengingat urutan hal-hal yang disampaikan secara lisan e. Perpaduan auditif yaitu kemampuan memadukan elemen-elemen fonem tunggal atau berbagai fonem menjadi suatu kata yang utuh

Hambatan persepsi auditif dapat terjadi sebagai bagian dari auditory processing disorder(gangguan proses auditori) yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Gangguan ini mungkin disebabkan oleh adanya gangguan proses di otak atau berhubungan dengan kondisi kondisi lain seperti disleksia, Attention Defisit Disorder, Autism Spectrum Disorder, gangguan bahasa spesifik, atau hambatan perkembangan. Anak yang mengalami gangguan proses auditori biasanya dapat mendengar suara (informasi bunyi) tetapi memiliki kesulitan untuk memahami, menyimpan, menempatkan, mengemukakan kembali atau menjelaskan informasi tersebut untuk kepentingan akademik maupun sosial.

Hambatan persepsi auditif dapat mencakup beberapa hal seperti: kesulitan menentukan figur dan latar bunyi kesulitan mengingat (memori) bunyi kesulitan diskriminasi bunyi kesulitan untuk memperhatikan bunyi kesulitan untuk proses kohesi (memadukan) bunyi Tes Gangguan Pendengaran6Tes Rinne

Tujuan kita melakukan tes Rinne adalah untuk membandingkan antara hantaran tulang dengan hantaran udara pada satu telinga pasien.

Ada 2 cara kita melakukan tes Rinne, yaitu :

1.Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien (belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita pindahkan di depan meatus akustikus eksternus pasien. Tes Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat mendengarnya.

2.Garpu tala 512 Hz kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan tankainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien. Segera pindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi garpu tala di depan meatus akustikus eksterna lebih keras daripada di belakang meatus akustikus eksterna (planum mastoid). Tes Rinne positif jika pasien mendengarnya lebih keras. Sebaliknya tes Rinne negatif jika pasien mendengarnya lebih lemah.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Rinne yang kita lakukan, yaitu :

1.Normal. Jika tes Rinne positif.2.Tuli konduktif. Jika tes Rinne negatif.3.Tuli sensorineural. Jika tes Rinne positif.

Interpretasi tes Rinne dapat false Rinne baik pseudo positif dan pseudo negatif. Hal ini dapat terjadi manakala telinga pasien yang tidak kita tes menangkap bunyi garpu tala karena telinga tersebut pendengarannya jauh lebih baik daripada telinga pasien yang kita periksa.Kesalahan pemeriksaan pada tes Rinne dapat terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien. Kesalahan dari pemeriksa misalnya meletakkan garpu tala tidak tegak lurus, tangkai garpu tala mengenai rambut pasien dan kaki garpu tala mengenai aurikulum pasien. Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid pasien tebal.Kesalahan dari pasien misalnya pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak mendengar bunyi garpu tala saat kita menempatkan garpu tala di planum mastoid pasien. Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah berhenti saat kita memindahkan garpu tala di depan meatus akustikus eksterna.

Tes Weber

Tujuan kita melakukan tes Weber adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga pasien.

Cara kita melakukan tes Weber yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu tangkainya kita letakkan tegak lurus pada garis median (dahi, verteks, dagu, atau gigi insisivus) dengan kedua kakinya berada pada garis horizontal. Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau mendengar lebih keras.Jika telinga pasien mendengar atau mendengar lebih keras pada 1 telinga maka terjadi lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua telinga pasien sama-sama tidak mendengar atau sama-sama mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Weber yang kita lakukan, yaitu :

1.Normal. Jika tidak ada lateralisasi.2.Tuli konduktif. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit.3.Tuli sensorineural. Jika pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

Misalnya terjadi lateralisasi ke kanan maka ada 5 kemungkinan yang bisa terjadi pada telinga pasien, yaitu :

-Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri normal.-Telinga kanan dan telinga kiri mengalami tuli konduktif tetapi telinga kanan lebih parah.-Telinga kiri mengalami tuli sensorineural sedangkan telinga kanan normal.-Telinga kiri dan telinga kanan mengalami tuli sensorineural tetapi telinga kiri lebih parah.-Telinga kanan mengalami tuli konduktif sedangkan telinga kiri mengalami tuli sensorineural.

Tes Schwabach

Tujuan kita melakukan tes Schwabach adalah untuk membandingkan hantaran tulang antara pemeriksa dengan pasien.

Cara kita melakukan tes Schwabach yaitu membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. Setelah bunyinya tidak terdengar oleh pemeriksa, segera garpu tala tersebut kita pindahkan dan letakkan tegak lurus pada planum mastoid pasien. Apabila pasien masih bisa mendengar bunyinya berarti Scwabach memanjang. Sebaliknya jika pasien juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek atau normal.Cara kita memilih apakah Schwabach memendek atau normal yaitu mengulangi tes Schwabach secara terbalik. Pertama-tama kita membunyikan garpu tala 512 Hz lalu meletakkannya tegak lurus pada planum mastoid pasien. Setelah pasien tidak mendengarnya, segera garpu tala kita pindahkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. Jika pemeriksa juga sudah tidak bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach normal. Sebaliknya jika pemeriksa masih bisa mendengar bunyinya berarti Schwabach memendek.

Ada 3 interpretasi dari hasil tes Schwabach yang kita lakukan, yaitu :

Normal. Schwabch normal.Tuli konduktif. Schwabach memanjang.Tuli sensorineural. Schwabach memendek.

Kesalahan pemeriksaan pada tes Schwabach dapat saja terjadi. Misalnya tangkai garpu tala tidak berdiri dengan baik, kaki garpu tala tersentuh, atau pasien lambat memberikan isyarat tentang hilangnya bunyi.

Kesimpulan Pendengaran adalah persepsi saraf mengenai energi suara. Suara ditandai oleh nada, intensitas, kepekaan. Proses pendnegaran dimulai saat suara masuk melewati slauran telinga kemudian menggetarkan gendang telinga. Kemudian gelombang suara diteruskan oleh tulang-tulang pendengaran pada telinga tengah. Selanjutnya peningkatan tekanan gelombang suara bertambah saat melewati jendela oval, cairan pada koklea pun bergetar. Getaran ini menyebabkan sel-sel rambut yang melekat pada membran basalis bergerak naik turun dan memunculkan potensial aksi. Impuls listrik ini kemudian diteruskan hingga ke otak untuk diterjemahkan. sistem saraf untuk mendeteksi perbedaan frekuensi suara adalah dengan menentukan posisi di sepanjang membrane basilaris yang paling terangsang.Daftar Pustaka

1. Sloane E. Anatomy dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta: EGC; 2004. H.189-91

2. Campbell NA,Reece JB,Mitchell LG.Biologi.Ed 5.Jakarta:Erlangga,2004.h.245-7.

3. Sherwood, Lauralee. Human Physiology. 6thed. USA: The Thomson Corporation. 20074. Guyton A.C. Physiology of The Human Body. 11th ed. Philadelphia: W.B. Saunders Company. 20035. Prihardini D, dkk. Sensori dan Persepsi Auditif. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 20016. Sardjono S,Rukmini S,Herawati S. Teknik Pemeriksaan Telinga, Hidung & Tenggorok. Jakarta : EGC. 2000

PAGE 7