Makalah PBL Blok 9

36
Mekanisme Kerja Rongga Mulut, Esofagus, dan Lambung dalam Sistem Pencernaan Raja Ahmad Rusdan Musyawir Bin Raja Abdul Malek 102012505 / D6 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal mulai dari mulut sampai anus adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau sisa proses tersebut dari tubuh. 1 Makanan harus dicerna dan diuraikan menjadi molekul-molekul kecil untuk diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi dan di distribusikan ke sel-sel. Traktus digestivus terdiri dari mulut, tenggorokan (pharynx), larynx, gaster, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ tambahan yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu. Untuk mempertahankan homeostasis, molekul-molekul nutrien yang sudah habis terpakai untuk menghasilkan energi harus secara terus menerus diganti oleh nutrien baru yang kaya-energi. Demikian juga, air dan elekterolit yang terus menerus keluar melalui urin dan keringat serta melalui jalan lain juga harus diganti secara teratur. Sistem pencernaan berperan dalam homeostasis dengan memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. Sistem pencernaan tidak secara langsung mengatur konsentrasi setiap konstituen tersebut di lingkungan internal. Sistem tersebut tidak mengubah-ubah penyerapan nutrien, air atau 1

description

blok 9

Transcript of Makalah PBL Blok 9

Page 1: Makalah PBL Blok 9

Mekanisme Kerja Rongga Mulut, Esofagus, dan Lambung dalam Sistem Pencernaan

Raja Ahmad Rusdan Musyawir Bin Raja Abdul Malek

102012505 / D6

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Pendahuluan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal mulai dari mulut sampai anus adalah sistem

organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi

dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak

dapat dicerna atau sisa proses tersebut dari tubuh.1 Makanan harus dicerna dan diuraikan menjadi

molekul-molekul kecil untuk diserap dari saluran pencernaan ke dalam sistem sirkulasi dan di

distribusikan ke sel-sel. Traktus digestivus terdiri dari mulut, tenggorokan (pharynx), larynx, gaster,

usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ tambahan

yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Untuk mempertahankan homeostasis, molekul-molekul nutrien yang sudah habis terpakai

untuk menghasilkan energi harus secara terus menerus diganti oleh nutrien baru yang kaya-energi.

Demikian juga, air dan elekterolit yang terus menerus keluar melalui urin dan keringat serta melalui

jalan lain juga harus diganti secara teratur. Sistem pencernaan berperan dalam homeostasis dengan

memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke lingkungan internal. Sistem

pencernaan tidak secara langsung mengatur konsentrasi setiap konstituen tersebut di lingkungan

internal. Sistem tersebut tidak mengubah-ubah penyerapan nutrien, air atau elektrolit berdasarkan

kebutuhan tubuh, tetapi lebih berperan mengoptimalkan keadaan untuk mencerna dan menyerap apa

yang dimakan.

1

Page 2: Makalah PBL Blok 9

Gambar 1. Saluran pencernaan atau gastrointestinal manusia, serta organ pencernaan tambahan

(aksesoris).

Isi

1. Proses Dasar Pencernaan

1.1 Motilitas

Kontraksi otot yang mencampur dan mendorong isi saluran pencernaan. Otot polos di dinding

pencernaan terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut sabagai tonus. Tonus

berfungsi untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap. Selain itu ia juga

mencegah dinding saluran pencernaan daripada melebar secara permanen setelah mengalami distensi

atau peregangan. Terdapat dua jenis motilitas percernaan yaitu gerakan propulsif dan gerakan

mencampur. Gerakan propulsif untuk mendorong makanan dengan kecepatan berbeda-beda sesuai

dengan regio perncernaan. Di esofagus makanan didorong dengan cepat karena ia hanya bertindak

sebagai saluran namun di usus halus didorong dengan lambat untuk absorbsi yang maksimum.

Gerakan mencampur untuk mencampur makanan dengan getah pencernaan dan untuk memudahkan

penyerapan dengan memajankan semua isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan.

2

Page 3: Makalah PBL Blok 9

1.2 Sekresi

Kelenjar-kelenjar eksokrin akan mensekresikan sejumlah getah pencernaan ke dalam lumen

saluran pencernaan. Sekresi berupa air, elektrolit, enzim, garam empedu dan mukus. Namun sekresi

semua getah ini memerlukan energi untuk transport aktif bahan mentah ke sel dan mensintesis produk

sekretorik oleh retikulum endoplasma. Maka, sel-sel eksokrin memiliki banyak mitokondria untuk

menunjang tingginya kebutuhan energi yang diperlukan dalam proses sekresi.

1.3 Pencernaan

Merupakan proses penguraian makanan dar struktur kompleks diubah menjadi satuan yang

lebih kecil yang dapat dicerna oleh enzim pencernaan. Manusia mengonsumsi tiga komponen

makanan utama, yaitu lemak, karbohidrat dan protein. Makromolekul-makromolekul ini tidak mampu

menembus membran plasma untuk diserap dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau limfe.

Karbohidrat yang terdapat dalam makanan dalam bentuk polisakarida (kanji, glikogen) dan

disakarida (laktosa dan sukrosa) diubah melalui proses pencernaan menajdi konstituen-konstituen

monoskarida mereka, terutama glukosa dengan sedikit fruktosa atau galaktosa. Monosakarida adalah

unit karbohidrat yang paling sederhana dan dapat diserap. Protein diuraikan menjadi konstituen

mereka, yaitu asam amino serta beberapa polipeptida kecil. Keduanya merupakan satuan protein yang

dapat diserap. Lemak (lipid) terdapat dalam bentuk trigliserida, yang terdiri dari kombinasi gliserol

dengan tiga molekul asam lemak melekat padanya. Selama pencernaan, dua molekul asam lemak

dipisahkan, meninggalkan sebuah monogliserida, satu molekul gliserol dengan satu molekul asam

lemak melekat padanya. Dengan demikian, produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan

asam lemak, yang merupakan satuan lemak yang dapat diserap. Pencernaan dilakukan melalui proses

hidrolisis enzimatik. Dengan menambah H2O di tempat ikatan, enzim pencernaan memutuskan ikatan-

ikatan yang menyatukan unit-unit molekul kecil di dalam molekul nutrien. Enzim pencernaan bersifat

spesifik terhadap ikatan yang dapat mereka hidrolisis.

1.4 Penyerapan

Penyerapan adalah proses memindahkan hasil pencernaan, air, vitamin dan elektrolit dari

lumen saluran pencernaan ke darah dan limfe. Sebagian besar proses penyerapan terjadi di usus halus.

2. Pengaturan Fungsi Pencernaan

2.1 Fungsi otonom Otot Polos

Aktivitas listrik spontan yang paling menonjol ialah potensial gelombang lambat yang disebut

juga irama listrik dasar (basal electrical rhythm, BER) saluran pencernaan (pacesetter potential).

Gelombang lambat bukan potensial aksi dan tidak secara langsung menginduksi kontraksi otot.

3

Page 4: Makalah PBL Blok 9

Gelombang tersebut bersifat ritmik, berfluktuasi seperti gelombang potensial membran yang secara

berkala membawa membaran mendekati atau menjauhi ambang. Ketika titik awal mendekati ambang

seperti pada saat makanan pada saluran pencernaan depolarisasi puncak gelombang lambat akan

mencapai ambang mengakibatkan frekuensi potensial aksi dan aktivitas kontraktil meningkat begitu

juga sebaliknya.

2.2 Pleksus Saraf Intrinsik

Pleksus saraf adalah jaringan sel-sel saraf yang saling berhubungan. Di saluran pencernaan

terdapat dua jenis yaitu pleksus mienterikus (Auerbach) dan pleksus Meissner. Pleksus Auerbach

terletak di antara lapisan otot polos longitudinal dan sirkuler, sedangkan pleksus Meissner terletak

submukosa. Keduanya dikenal sebagai pleksus intrinsik karena terletak seluruhnya berada di dalam

dinding saluran pencernaan. Dengan demikian, saluran pencernaan memiliki sistem saraf intramural

sendiri, sehingga ia cukup memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya. Bersama-sama, kedua

pleksus tersebut sering disebut sebagai sistem saraf enterik. Aktivitas saraf intrinsik, pada gilirannya,

dapat dipengaruhi oleh pleksus ekstrinsik.

2.3 Saraf Ekstrinsik

Merupakan saraf otonom yang berasal dari luar saluran pencernaan dan mempengaruhi

pelbagai organ pencernaan. Saraf simpatis akan menghambat dan memperlambat kontraksi dan

sekresi saluran pencernaan. Efek tersebut sesuai dilihat dari kenyataan bahwa proses pencernaan

bukan merupakan prioritas tertinggi apabila tubuh menghadapi suatu kedaruratan atau ancaman dari

lingkungan eksternal. Manakala saraf parasimpatis melalui nervus vagus akan meningkatkan motilitas

otot polos dan mendorong sekresi enzim dan hormon pencernaan, sesuai dengan kenyataan bahwa ia

mendominasi pada situasi tenang dan pada aktivitas yang bersifat pemeliharaan, misalnya pencernaan.

Salah satu tujuan utama pengaktifan spesifik saraf ekstrinsik adalah kooordinasi aktivitas antara

berbagai bagian sistem pencernaan. Sebagai contoh, tindakan mengunyah makanan secara refleks

meningkatkan tidak hanya sekresi air liur tetapi juga sekresi lambung, pankreas, dan hati melalui

refleks-refleks vagal sebagai antisipasi terhadap kedatangan makanan. Tujuan lain pengaktifan

spesifik saraf ekstrinsik adalah pemberian jalan bagi faktor-faktor di luar sistem pencernaan untuk

dapat mempengaruhi pencernaan. Sebagai contoh, peningkatan getah pencernaan yang diperantarai

oleh saraf vagus yang terjadi dalam mengantisipasi makanan saat seseorang melihat atau mencium

adanya makanan.

2.4 Hormon Saluran Pencernaan

Di dalam mukosa bagian tertentu terdapat sel-sel kelenjar endokrin yang mengeluarkan

hormon-hormon ke dalam darah jika mendapat rangsangan sesuai. Berbagai hormon pencernaan

4

Page 5: Makalah PBL Blok 9

tersebut diangkut oleh darah ke bagian lain saluran pencernaan tempat hormon bekerja dengan

menimbulkan pengaruh eksitatorik atau inhibitorik pada sel otot polos atau kelenjar eksokrin. Melalui

mekanisme feedforward, hormon-hormon ini juga bekerja di sel-sel endokrin pankreas untuk

mempengaruhi sekresi hormon pankreas, yang berperan penting dalam penyerapan dan penyimpanan

molekul nutrien yang diserap. Hormon-hormon pencernaan dikeluarkan terutama sebagai respons

terhadap perubahan lokal spesifik di isi lumen, misalnya adanya lemak, protein, atau asam, yang

bekerja secara langsung pada sel-sel kelenjar endokrin atau tidak langsung melalui pleksus intrinsik

atau saraf ekstrinsik.1 Aktivitas pencernaan melalui jalur refleks pendek (pleksus intrinsik) dan refleks

panjang (saraf otonom ekstrinsik) serta jalur hormonal diubah oleh pengaktifan reseptor sensorik di

dinding saluran pencernaan. Terdapat tiga jenis reseptor sensorik tersebut yaitu kemoreseptor yang

peka terhadap komponen-komponen kimia dalam lumen, mekanoreseptor yang peka terhadap

pergangan atau ketegangan dalam lumen, dan osmoreseptor yang peka terhadap osmolaritas isi

lumen.1

3. Strukur umum saluran pencernaan

Dinding saluran pencernaan memiliki struktur umum yang sama di sebagian besar panjangnya

dari esophagus sampai anus, dengan variasi lokal yang khas untuk tiap-tiap daerah. Dari yang paling

dalam ke paling luar lapisan-lapisan itu adalah mukosa, submukosa, muskularis eksterna, dan serosa.

3.1 Mukosa

Mukosa melapisi permukaan luminal saluran pencernaan. Bagian ini dibagi menjadi tiga

lapisan. Komponen utama mukosa adalah membran mukosa, suatu lapisan epitel bagian dalam yang

berfungsi sebagai permukaan protektif serta mengalami modifikasi di daerah-daerah tertentu untuk

sekresi and absorpsi. Membrane mukosa mengandung sel eksokrin untuk sekresi getah pencernaan,

sel endokrin untuk sekresi hormon pencernaan, dan sel epitel yang khusus untuk penyerapan nutrien.

Seterusnya, lamina propria adalah lapisan tengah jaringan ikat yang tipis tempat epitel melekat.

Pembuluh-pembuluh darah halus, pembuluh limfe, dan serat saraf berjalan melewati lamina propria,

dan lapisan ini mengandung gut associated lyphoid tissue (GALT) yang penting dalam pertahanan

melawan bakteri usus. Yang terakhir adalah muskularis mukosa yang merupakan lapisan otot polos

dan terletak di sebelah lapisan submukosa. Permukaan mukosa umumnya tidak datar dan halus, tetapi

dipenuhi lipatan-lipatan sehingga luas permukaan untuk absorpsi sangat meningkat. Derajat pelipatan

mukosa di berbagai bagian saluran pencernaan berbeda-beda, yang paling ekstensif di usus halus

tempat berlangsungnya penyerapan nutrien maksimal, dan paling rendah di esofagus yang hanya

merupakan saluran tempat lewatnya makanan. Pola pelipatan permukaan mukosa dapat dimodifikasi

oleh kontraksi muskularis mukosa.

5

Page 6: Makalah PBL Blok 9

3.2 Submukosa

Submukosa adalah lapisan tebal jaringan ikat yang menyebabkan saluran pencernaan

memiliki elastisitas dan distensibilitas. Lapisan ini memiliki pembuluh darah dan limfe yang lebih

besar, keduanya bercabang ke ke arah dalam lapisan mukosa dan ke arah luar ke lapisan otot di

sekitarnya. Yang juga terdapat dalam lapisan submukosa adalah jaringan saraf yang dikenal sebagai

pleksus Meissner yang membantu mengontrol aktivitas lokal masing-masing bagian usus.

3.3 Muskularis eksterna

Muskularis eksterna merupakan lapisan otot polos utama di saluran pencernaan mengelilingi

submukosa. Di sebagian besar saluran pencernaan, lapisan ini terdiri dari dua bagian : lapisan sirkuler

(melingkar) dalam dan lapisan longitudinal (memanjang) luar. Kontraksi serat otot sirkuler

menyebabkan konstriksi, sedangkan kontraksi serat otot longitudianl menyebakan saluran memendek.

Bersama-sama, aktivitas kontraktil lapisan otot polos menghasilkan gerakan propulsif dan

mencampur. Di antara kedua lapisan otot ini terdapat jaringan saraf pleksus mienterikus atau pleksus

Auerbach. Bersama dengan pleksus Meissner, pleksus Auerbach membantu aktivitas usus lokal.

3.4 Serosa

Pembungkus jaringan ikat di sebelah luar saluran pencernaan adalah serosa, yang

mengeluarkan cairan serosa encer yamg melumasi dan mencegah gesekan antara organ-organ

pencernaan dan visera di sekitarnya. Di sepanjang saluran pencernaan, serosa berhubungan dengan

mesenterium yang menggantung organ-organ pencernaan dalam rongga abdomen seperti sebuah

ayunan. Perlekatan itu menghasilkan fiksasi relatif, yang menunjang organ-organ pencernaan dalam

posisinya, sementara masih memungkinkan kebebasan berlangsungnya gerakan mendorong dan

mencampur.2

6

Page 7: Makalah PBL Blok 9

Gambar 2. Struktur umum saluran pencernaan.

4. Rongga mulut

Rongga mulut (rongga oral atau cavum oris) adalah pintu masuk saluran pencernaan. Rongga

ini dibentuk oleh bibir atau labium oris, yang membantu memperoleh, mengarahkan, dan menampung

makanan di mulut. Langit-langit (palatum) yang membentuk atap lengkung rongga mulut,

memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan mengunyah

atau menghisap berlangsung bersamaan. Ke arah depan mulut, palatum terdiri dari tulang dikenal

sebagai palatum durum. Ke arah belakang mulut, palatum tidak memiliki tulang dan disebut palatum

molle. Di bagian belakang dekat tenggorokan terdapat suatu tonjolan menggantung dari palatum

molle, yakni uvula (anak lidah). Uvula berperan penting untuk menutup saluran hidung ketika

menelan.

7

Page 8: Makalah PBL Blok 9

Gambar 3. Struktur rongga mulut (rongga oral atau cavum oris).

Lidah atau lingua, yang membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang

dikontrol secara volunter. Pergerakan lidah penting untuk memandu makanan di mulut sewaktu

mengunyah dan menelan. Di dorsal lidah tertanam papil-papil pengecap yang juga tersebar di palatum

molle, tenggorokan dan dinding dalam pipi. Ada tiga jenis papil pengecap yang sering dijumpai pada

manusia. Papilla filiformis adalah yang terkecil dan tersebar ke seluruh dorsum lidah di depan sulcus

terminalis. Epitelnya adalah berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Ia tidak mengandung taste buds

dan bekerja secara mekanis. Seterusnya, papilla fungiformis yang berbentuk seperti jamur. Ia terletak

antara papilla filiformis, dan lebih banyak terdapat di ujung lidah. Ia mengandung taste buds. Yang

terakhir adalah papilla sirkumvalata yang besar dan berbentuk seperti kubah. Ia terletak di anterior

sulcus terminalis. Manusia hanya ada 8 sampai 12 papilla sirmuvalata. Ia juga mengandung taste

buds. Tekanan mengunyah dapat bersifat volunter, tetapi sebagian besar proses mnegunyah ketika

makan merupakan suatu refleks ritmik yang ditimbulkan oleh pengaktifan otot-otot rangka pada

rahang, bibir, pipi, dan lidah sebagai respons terhadap tekanan makanan ke jaringan mulut.3

8

Page 9: Makalah PBL Blok 9

Gambar 4. Struktur lidah (lingua) dan papil-papil pengecap yang terdapat di atasnya.

Gambar 5. Jenis-jenis papil pengecap pada lidah.

Faring adalah rongga di belakang tenggorokan. Rongga faring merupakan saluran bersama

untuk saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Bagian awal dari esofagus berjalan melewati

rongga faring ini. Gigi merupakan bagian yang terllibat dalam langkah pertama dalam proses

pencernaan yaitu mastikasi, atau mengunyah. Mastikasi adalah motilitas mulut yang melibatkan

9

Page 10: Makalah PBL Blok 9

pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan yang masuk oleh gigi. Bagian gigi

yang terpajan dilapisi oleh email atau enamel, struktur terkeras di tubuh. Email mengandung 98%

kalsium hidroksiapatit dan dihasilkan oleh ameloblas, sedangkan lapisan di bawahnya yaitu dentin

dihasilkan oleh odontoblas.

Gambar 6. Struktur faring.

Gambar 7. Struktur gigi.

Di rongga mulut juga terdapat saliva yang disekresi oleh tiga pasang kelenjar saliva utama

yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar lingualis, yang terletak di luar rongga

mulut dan menyalurkan air liur melalui duktus-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu, terdapat

kelenjar liur minor, misalnya kelenjar bukal, di lapisan mukosa pipi. Saliva terdiri daeri 95% air serta

10

Page 11: Makalah PBL Blok 9

0,5% protein dan elektrolit. Protein air liur, yakni amilase, mukus, dan lisozim, menentukan fungsi

saliva. Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur, suatu enzim yang

mengubah polisakarida menjadi disakarida. Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi

partikel-partikel makanan, sehingga mereka saling menyatu, serta dengan menghasilkan pelumasan

karena adanya mukus yang kental dan licin. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda.

Pertama oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu. Kedua,

dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.

Peningkatan sekresi saliva tergantung kepada dua refleks yaitu refleks saliva sederhana (tidak

terkondisi) apabila ada bolus di mulut (mekanoreseptor/kemoreseptor) dan kedua adalah refleks saliva

didapat (terkondisi) dengan hanya melihat, mendengar dan mencium adanya makanan. Kedua saraf

simpatis dan parasimpatis akan meningkatkan sekresi saliva. Bedanya simpatis akan menghasilkan

saliva yang encer dalam jumlah besar dan kaya dengan enzim. Manakala yang parasimpatis pula

menghasilkan saliva yang jauh lebih sikit, kental dan kaya dengan mukus.4

Pencernaan di mulut sangat minimal, dan di sini tidak terjadi penyerapan nutrien. Pencernaan

di mulut melibatkan hidrolisis polisakarida menjadi disakarida oleh amilase. Namun, sebagian besar

pencernaan yang dilakukan oleh enzim ini berlangsung di korpus lambung setelah massa makanan

dan air liur telah tertelan. Asam menyebabkan amilase tidak aktif, tetapi di bagian tengah massa

makanan yang belum dicapai oleh asam lambung, enzim ini terus berfungsi selama beberapa jam lagi.

Gambar 8. Kelenjar yang menghasilkan saliva.

11

Page 12: Makalah PBL Blok 9

5. Faring dan esofagus

Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan, atau deglutisi. Menelan

dimulai ketika suatu bolus atau bola makanan secara volunter didorong oleh lidah ke bagian belakang

mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang kemudian

mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula oblongata. Pusat menelan kemudian secara

refleks serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan. Menelan adalah suatu contoh refleks all-

or-none yang terprogram secara sekuensial dengan berbagai respons dipicu dalam suatu rangkaian

waktu yang spesifik. Menelan dimulai secara volunter, tetapi setelah dimulai proses tersebut tidak

dapat dihentikan.1

Menelan dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring

berlangsung sekitar satu detik dan berupa perpindahan bolus dari mulut melalui faring masuk ke

esofagus. Saat masuk faring sewaktu menelan, bolus harus diarahkan masuk ke esofagus dan dicegah

untuk masuk ke trakea yang juga berhubungan dengan faring. Makanan dicegah kembali ke mulut

selama menelan oleh posisi lidah menekan palatum durum. Uvula terangkat dan tersangkut di bagian

belakang tenggorokan, sehingga saluran hidung tertutup dari faring dan makanan tidak masuk hidung.

Makanan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara

melintasi lubang laring, atau glotis. Bagian awal trakea adalah laring, tempat pita suara terentang di

dalamnya. Selama menelan, pita suara melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan berbicara.

Kontraksi otot-otot laring menyebabkan pita suaramerapat erat satu sama lain, sehingga pintu masuk

glotis tertutup.5, 6 Selain itu, bolus menyebabkan suatulembaran kecil jaringan ikat, epiglotis, tertekan

ke belakang menutupi glotis yang menambah proteksi untuk mencegah makanan masuk ke saluran

pernapasan. Karena saluran pernapasan tertutup sementara saat menelan, pernapasan terhambat secara

singkat sehingga individu tidak mencoba melakukan usaha yang sia-sia untuk bernapas. Dengan

laring dan trakea tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke dalam esofagus.

Esofagus adalah saluran berotot yang relatif lurus dan berjalan memanjang di antara faring

dan lambung. Sebagian besar esofagus terletak di rongga toraks dan menembus diafragma untuk

menyatu dengan lambung di rongga abdomen beberepa sentimeter di bawah diafragma.5 Esofagus

dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur berotot berbentuk seperti cincin yang,

jika tertutup, mencegah lewatnya benda melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah

sfingter faringoesofagus, dan sfingter bawah adalah sfingter gastroesofagus. Kecuali sewaktu

menelan, sfingter faringoesofagus menjaga pintu masuk esofagus tetap tertutup untuk mencegah

masuknya sejumlah besar udara ke esofagus dan lambung saat bernapas. Malahan, udara hanya

diarahkan ke saluran pernapasan. Apabila tidak ada sfingter faringoesofagus, saluran pencernaan akan

menerima banyak gas, yang dapat menyebabkan eruktasi (bersendawa) berlebihan. Berbeda dengan

kebanyakan sfingter, yang menyebabkan esofagus menutup saat sfingter esofagus melemas adalah

12

Page 13: Makalah PBL Blok 9

ketegangan elastik pasif di dinding sfingter tersebut. Selama menelan, sfingter tersebut berkontraksi,

sehingga sfingter terbuka dan bolus dapat lewat ke dalam esofagus. Setelah bolus berada di dalam

esofagus, sfingter faringoesofagus menutup, saluran pernapasan terbuka, dan bernapasa dapat kembali

dilakukan. Tahap orofaring selesai, dan tahap ini memakan waktu kira-kira satu detik setelah proses

menelan dimulai.

Tahap esofagus sekarang dimulai. Pusat menelan memulai gelombang peristaltik primer yang

mengalir dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya melewati esofagus ke

lambung. Peristalsis mengacu pada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak

secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi.

Dengan demikian, pendorongan makanan melalui esofagus adalah proses aktif yang tidak

mengandalkan gravitasi. Makanan dapat didorong ke lambung bahkan dalam posisi kepala di bawah.

Gelombang peristaltik berlangsung sekitar lima sampai sembilan detik untuk mencapai ujung bawah

esofagus. Kemajuan gelombang peristaltik ini dikontrol oleh pusat menelan melalui persarafan vagus.

Cairan yang tidak tertahan oleh friksi dinding esofagus, dengan cepat turun ke sfingter gastroesofagus

akibat gravitasi dan kemudian harus menunggu sekitar lima detik sampai gelombang peristalsis

primer akhirnya sampai sebelum cairan tersebut dapat melewati sfingter gastroesofagus.

Apabila bolus berukuran besar atau lengket tertelan, dan tidak dapat didorong oleh gelombang

peristaltik primer, bolus yang tertahan tersebut akan meregangkan esofagus dan memicu

mekanoreseptor di dalam dinding esofagus, menimbulkan gelombang peristaltik kedua yang lebih

kuat yang diperantarai oleh pleksus saraf intrinsik di tempat peregangan. Gelombang peristaltik

sekunder ini tidak melibatkan pusat menelan. Peregangan esofagus juga secara refleks meningkatkan

sekresi saliva. Bolus yang terperangkap tersebut akhirnya dilepaskan dan digerakkan ke depan melalui

kombinasi lubrikasi saliva dan geloombang peristaltik sekunder yang lebih kuat.

Kecuali sewaktu menelan, sfingter gastroesofagus tetap berkontraksi untuk mempertahankan

sawar antara esofagus dan lambung, sehingga mengurangi kemungkinan refluks isi lambung yang

asam ke esofagus. Jika ini terjadi, keasaman isi lambung tersebut akan mengiritasi esofagus,

menimbulkan rasa tidak nyaman di esofagus yang dikenal sebagai heartburn atau nyeri ulu hati.

Sfingter gastroesofagus berkontraksi secara refleks saat gelombang peristaltik mencapai bagian bawah

esofagus sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah itu, sfingter gastroesofagus kembali

berkontraksi.

Sekresi esofagus seluruhnya adalah mukus. Pada kenyataannya, mukus disekresikan di

sepanjang saluran pencernaan. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan, mukus

esofagus memperkecil kemungkinan rusaknya esofagus oleh bagian-bagian tajam makanan yang

masuk. Selain itu, mukus melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim getah lambung apabila

13

Page 14: Makalah PBL Blok 9

terjadi refluks lambung. Waktu transit keseluruhan di faring dan esofagus rata-rata adalah enam

sampai sepuluh detik, terlalu singkat untuk terjadinya pencernaan atau penyerapan di daerah tersebut.

6. Lambung

Lambung (ventrikulus atau gaster) adalah ruang berbentuk kantung mirip huruf J yang

terletak dia antara esofagus dan usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan

perbedaan anatomis, histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas

lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus. Lapisan otot polos di korpus dan

fundus relatif tipis, tetapi bagian bawah lambung, antrum, memiliki otot yang jauh lebih tebal. 4,6 Di

antara regio-regio tersebut juga terdapat perbedaan kelenjar di mukosa. Bagian akhir lambung adalah

sfingter pilorus, yang berfungsi sebagai sawar antara lambung dan duodenum, bagian atas usus halus.

Gambar 9. Struktur lambung (ventrikulus/ gaster).

Lambung melakukan beberapa fungsi. Fungsi terpenting adalah menyimpan makanan yang

masuk sampai disalurkan ke usus halus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan

penyerapan yang optimal. Makanan yang dikonsumsi hanya beberapa menit memerlukan waktu

beberapa jam untuk dicerna dan diserap. Karena usus halus adalah tempat utama pencernaan dan

penyerapan, lambung perlu menyimpan makanan dan menyalurkannya sedikit demi sedikit ke

duodenum dengan kecepatan yang tidak melebihi kapasitas usus. Fungsi kedua lambung adalah untuk

mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim-enzim yang memulai pencernaan protein.

Akhirnya, melalui gerakan mencampur lambung, makanan yang masuk dihaluskan dan dicampur

dengan sekresi lambung untuk menghasilkan campuran kental yang dikenal sebagai kimus (chyme).

14

Page 15: Makalah PBL Blok 9

Terdapat empat aspek motilitas lambung yaitu pengisian lambung (gastric filling),

penyimpanan lambung (gastric storage), pencampuran lambung (gastric mixing), dan pengosongan

lambung (gastric emptying). Jika kosong, lambung memiliki kapasitas volume sekitar 50 ml, tetapi

organ ini dapat mengembang sehingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan.

Akomodasi perubahan volume lambung hingga 20 kali lipat tersebut akan menimbulkan ketegangan

pada dinding lambung dan sangat meningkatkan tekanan intralambung jika tidak terdapat plastisitas

otot polos lambung dan relaksasi reseptif lambung pada saat ia terisi.

Plastisitas mengacu pada kemampauan otot polos mempertahankan ketegangan konstan

dalam rentang panjang yang lebar. Dengan demikian, pada saat serat-serat otot polos lambung

teregang pada pengisian lambung, serat-serat tersebut melemas tanpa menyebabkan peningkatan

ketegangan otot. Namun, peregangan yang melebihi batas tertentu akan memicu kontraksi yang dapat

menutupi perilaku plastisitas yang pasif tersebut. Peregangan dalam tingkat tertentu menyebabkan

depolarisasi sel-sel pemacu, sehingga sel-sel tersebut mendekati potensial istirahat yang membuat

potensial gelombang lambat mampu mencapai ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil.

Sifat dasar otot polos tersebut diperkuat oleh relaksasi reseptif lambung saat ia terisi. Interior

lambung membentuk lipatan-lipatan dalam yang dikenal sebagai rugae. Selama makan, lipatan-lipatan

tersebut mengecil dan mendatar pada saat lambung sedikit demi sedikit melemas karena terisi.

Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi reseptif. Relaksasi ini

meningkatkan kemampuan lambung mengakomodasi volume makanan tambahan dengan hanya

sedikit mengalami peningkatan tekanan. Apabila lebih dari 1 liter makanan yang masuk, lambung

akan sangat teregang dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Relaksasi reseptif dipicu oleh tindakan

makan dan diperantarai oleh saraf vagus.

Sebagian sel otot polos mampu mengalami depolarisasi parsial yang otonom dan berirama.

Salah satu kelompok sel-sel pemacu tersebut terletak di fundus lambung. Sel-sel tersebut

menghasilkan gelombang lambat yang menyapu ke bawah di sepanjang lambung menuju sfingter

pilorus dengan kecepatan tiga gelombang per menit. Pola depolarisasi spontan ritmik itu, yaitu irama

listrik dasar atau BER (basal electrical rhythm) lambung berlangsung secara terus menerus dan

mungkin disertai oleh kontraksi lapisan otot polos sirkuler lambung. Bergantung pada tingkat

eksitabilitas otot polos, BER dapat dibawa ke ambang oleh aliran arus dan mengalami potensial aksi,

yang kemudian memulai kontraksi otot yang dikenal sebagai gelombang peristaltik dan menyapu isi

lambung dengan kecepatan yang sesuai dengan BER, yaitu tiga kali per menit.

Setelah dimulai, gelombang peristaltik meneyebar ke seluruh fundus dan korpus lalu ke

antrum dan sfingter pilorus. Karena lapisan otot fundus dan korpus tipis, kontraksi peristaltik di

daerah tersebut lemah. Pada saat mencapai antrum, gelombang menjadi jauh lebih kuat disebabkan

opleh lapisan otot di antrum yang jauh lebih tebal. Karena di fundus dan korpus gerakan mencampur

15

Page 16: Makalah PBL Blok 9

terjadi kurang kuat, makanan yang masuk ke lambung dari esofagus tersimpan relatif tenang tanpa

mengalami pencampuran. Daerah fundus biasanya tidak menyimpan makanan, tetapi berisi sejumlah

gas. Makanan secara bertahap disalurkan dari korpus ke antrum, tempat berlangsungnya pencampuran

makanan.

Kontraksi peristaltik lambung yang kuat di antrum merupakan penyebab makanan bercampur

dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong

kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Kontraksi tonik sfingter pilorus dalam keadaan normal

menjaga sfingter hampir, tetapi tidak seluruhnya, tertutup rapat. Lubang yang tersedia cukup besar

untuk air dan cairan lain lewat, tetapi terlalu kecil untuk kimus yang kental lewat, kecuali apabila

kimus terdorong oleh kontraksi peristaltik yang kuat. Walaupun demikian, dari 30 ml kimus yang

dapat ditampung oleh antrum, hanya beberapa mililiter isi antrum yang terdorong ke duodenum oelh

setiap gelombang peristaltik. Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik

sudah mencapai sfingter pilorusdan menyebabkan sfingter tersebut berkontraksi lebih kuat, menutup

pintu keluar dan menghambat aliran kimus lebih lanjut ke duodenum. Bagian terbesar kimus antrum

yang terdorong ke depan, tiba-tiba berhenti pada sfingter yang tertutup dan tertolak kembali ke

antrum, hanya untuk didorong ke depan dan tertolak kembali pada saat gelombang peristaltik yang

baru datang. Gerakan maju mundur tersebut, yang disebut retropulsi, menyebabkan kimus bercampur

secara merata di antrum.

Gambar 10. Kontraksi peristaltik lambung.

Kontraksi peristaltik antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung, juga menghasilkan

gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang lolos ke duodenum pada setiap

gelombang peristaltik sebelum sfingter pilorus tertutup erat terutama bergantung pada kekuatan

peristalsis. Intensitas peristalsis antrum dapat sangat bervariasi di bawah pengaruh berbagai sinyal

dari lambung dan duodenum. Dengan sedikit menimbulkan depolarisasi atau hiperpolarisasi otot

polos lambung, faktor lambung dan duodenum mempengaruhi eksitabilitas otot, yang pada gilirannya

menentukan tingkat aktivitas peristaltik antrum. Semakin tinggi eksitabilitas, semakin sering BER

menghasilkan potensial aksi, semakin besar aktivitas peristaltik di antrum, dan semakin cepat

pengosongan lambung.

16

Page 17: Makalah PBL Blok 9

Faktor lambung yang mempercepat pengosongan lambung. Faktor lambung utama yang

mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah jumlah kimus di dalam lambung. Apabila hal-hal lain

setara, lambung mengosongkan isinya dengan kecepatan yang sesuai dengan volume kimus setiap

saat. Peregangan lambung memicu peningkatan motilitas lambung melalui efek langsung peregangan

otot polos serta melalui keterlibatan pleksus intrinsik, saraf vagus, dan hormon lambung gastrin.

Selain itu, derajat keenceran (fluidity) kimus di dalam lambung juga mempengaruhi pengosongan

lambung. Isi lambung harus diubah menjadi bentuk cair kental merata sebelum dikosongkan. Semakin

cepat derajat keenceran dicapai, semakin cepat isi lambung siap dievakuasi.

Faktor di duodenum menghambat pengosongan lambung. Walaupun terdapat pengaruh

lambung, faktor di duodenumlah yang lebih penting untuk mengontrol kecepatan pengosongan

lambung. Duodenum harus siap menerima kimus dan dapat bertindak untuk memperlambat

pengosongan lambung dengan menurunkan aktivitas peristaltik di lambung sampai duodenum siap

mengakomodasi tambahan kimus. Bahkan sewaktu lambung teregang dan isinya sudah berada dalam

bentuk cair, lambung tidak dapat mengosongkan isinya sampai duodenum siap menerima kimus baru.

Empat faktor duodenum terpenting yang mempengaruhi pengosongan lambung adalah lemak,

asam, hipertonisitas, dan peregangan. Adanya satu atau lebih rangsangan tersebut di duodenum

mengaktifkan reseptor duodenum yang sesuai, kemudian memicu respons saraf atau hormon untuk

mengerem motilitas lambung dan memperlambat pengosongan lambung dengan menurunkan

eksitabilitas otot polos lambung. Respons saraf diperantarai oleh pleksus intrinsik (refleks pendek)

dan saraf otonom (saraf panjang). Secara kolektif, refleks-refleks tersebut disebut refleks

enterogastrik. Respons hormon melibatkan pengeluaran dari mukosa duodenum beberapa hormon

yang secara kolektif disebut enterogastron. Hormon-hormon itu diangkut oleh darah ke lambung,

tempat mereka menghambat kontraksi antrum untuk mengurangi pengosongan lambung. Tiga dari

enterogastron tersebut adalah sekretin, kolesistokinin, dan peptida inhibitorik lambung.

Lemak dicerna dan diserap lebih lambat dibandingkan dengan nutrien lain. Selain itu,

pencernaan dan penyerapan lemak hanya berlangsung di dalam lumen usus halus. Oleh karena itu,

apabila di duodenum sudah teradpat lemak, pengosongan isi lambung yang berlemak lebih lanjut ke

duodenum ditunda sampai usus halus selesai mengolah lemak yang ada di sana. Pada kenyataannya,

lemak adalah perangsang terkuat untuk menghambat motilitas lambung.

Karena lambung mengeluarkan asam hidroklorik (HCl), kimus yang sangat asam dikeluarkan

ke duodenum, tempat kimus mengalami netralisasi oleh natrium bikarbonat (NaHCO3) yang

disekresikan ke dalam lumen duodenum oleh pankreas. Asam yang tidak dinetralkan akan mengiritasi

mukosa duodenum dan menyebabkan inaktivasi enzim-enzim pencernaan pankreas yang disekresikan

ke dalam lumen duodenum. Dengan demikian, asam yang tidak dinetralkan di duodenum

menghambat pengosongan isi lambung yang asam lebih lanjut sampai proses netralisasi selesai.

17

Page 18: Makalah PBL Blok 9

Pada pencernaan protein dan kanji di lumen duodenum, dibebaskan sejumlah besar molekul

asam amino dan glukosa. Apabila penyerapan molekul-molekul ini tidak seimbang dengan kecepatan

pencernaan protein dan karbohidrat, molekul-molekul dalam jumlah besar tersebut tetap berada dalam

kimus dan meningkatkan osmolaritas isi duodenum. Osmolaritas bergantung pada jumlah molekul

yang ada, bukan pada ukurannya, dan satu molekul protein dapat dipecah menjadi beberapa ratus

molekul asam amino, yang masing-masing memiliki aktivitas osmotik yang sama dengan molekul

protein semula. Hal yang sama juga berlaku untuk molekul kanji (karbohidrat). Karena air dapat

berdifusi bebas menembusi dinding duodenum, air memasuki lumen duodenum dari plasma jika

osmolaritas duodenum meningkat. Air dalam jumlah besar yang masuk ke dalam usus halus dari

plasma menyebabkan usus teregang, dan terjadi gangguan sirkulasi karena volume plasma menurun.

Untuk mencegah efek tersebut, pengosongan lambung secara refleks dihambat jika osmolaritas isi

duodenum mulai meningkat. Dengan demikian, jumlah makanan yang memasuki duodenum untuk

pencernaan lebih lanjut menjadi partikel-partikel yang lebih kecil tetapi aktif secara osmotis tersebut

berkurang sampai proses penyerapan dapat mengimbangi proses pencernaan. Hal ini disebut

hipertonisitas.

Kimus yang terlalu banyak terdapat di duodenum akan menyebabkan duodenum teregang

menghambat pengosongan isi lambung lebih lanjut, sehingga duodenum mendapat kesempatan untuk

menangani kelebihan volume kimus yang sudah dikandungnya sebelum menerima tambahan kimus

dari lambung. Setelah makanan yang masuk dikosongkan dari lambung, tidak ada lagi faktor lambung

yang meningkatkan eksitabilitas lambung, sehingga kontraksi peristaltik perlahan-lahan dan lambung

untuk sementara beristirahat. Namun, bersamaan dengan perasaan lapar sebelum jadwal makan

berikutnya, kontraksi peristaltik kembali aktif, melakukan gerakan ke antrum yang hampir kosong.

Bangkitnya kembali motilitas lambung ini tampaknya diperantarai oleh aktivitas parasimpatis,

mungkin diaktifkan oleh hipotalamus sebagai respons terhadap penurunan pemakaian glukosa

hipotalamus sewaktu jadwal makan berikutnya mulai mendekat. Seseorang mungkin merasa lapar

sewaktu kontraksi peristaltik berlangsung, tetapi kontraksi itu sendiri bukan penyebab rasa lapar. Rasa

lapar dan peningkatan aktivtas peristaltik tersebut dipicu secara simultan oleh penurunan jumlah

glukosa yang dimetabolisasi oleh otak.

7. Sekresi getah lambung

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung. Sel-sel yang

bertanggungjawab untuk sekresi getah lambung terletak di mukosa lambung, yang dibagi menjadi dua

bagian terpisah, yaitu mukosa oksintik yang melapisi fundus dan korpus, dan daerah kelenjar pilorik

atau DKP (pyloric gland area atau PGA) yang melapisi antrum. Sel-sel kelenjar mukosa terdapat di

kantung lambung (gastric pits), yaitu invaginasi atau kantung dalam di permukaan luminal

lambung.2,7 Di dinding kantung-kantung mukosa oksintik terdapat tiga jenis sel sekretorik. Pintu

18

Page 19: Makalah PBL Blok 9

masuk atau leher kantung lambung dilapisi oleh sel leher mukosa (mucous neck cell), yang

mensekresikan mukus yang encer. Bagian kantung yang lebih dalam dilapisi oleh sel-sel utama (chief

cells), yang mengeluarkan prekursor enzim pepsinogen, dan sel parietal (oksintik) yang mengeluarkan

HCl dan faktor intrinsik. Sel-sel parietal terletak di dinding luar kantung lambung dan tidak berkontak

dengan lumen kantung. Walaupun terpisah dari lumen kantung lambung oleh sel-sel utama, sel-sel

parietal menyalurkan sekresi HCl mereka ke dalam lumen melalui saluran-saluran halus, atau

kanalikulus, yang berjalan di antara sel-sel utama.

Gambar 11. Kelenjar dan kantung lambung.

Di antara kantung-kantung lambung, mukosa lambung dilapisi oleh epitel permukaan, yang

mengeluarkan mukus kental alkalis dan membentuk lapisan setebal beberapa milimeter menutupi

permukaan mukosa. Sel-sel leher mukosa cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi

semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari pembelahan sel akan bermigrasi

ke luar kantung untuk menjadi sel epitel permukaan atau bermigrasi ke bawah bagian kantung yang

lebih dalam untuk berdiferensiasi menjadi sel utama atau sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh

mukosa lambung diganti setiap sekitar tiga hari. Kantung-kantung lambung pada DKP terutama

mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen. Berbeda dengan mukosa oksintik, tidak ada

asam yang disekresikan di DKP. Yang lebih penting, sel-sel endokrin di DKP mengeluarkan hormon

gastrin ke dalam darah. Dengan demikian, sekresi terpenting getah lambung yang dihasilkan oleh

korpus dan fundus adalah HCl, pepsinogen, mukus, dan faktor intrinsik, yang dikeluarkan ke dalam

lumen lambung. Di pihak lain, produk terpenting DKP adalah hormon gastrin yang dikeluarkan ke

dalam darah.

19

Page 20: Makalah PBL Blok 9

7.1 Sekresi asam hidroklorida

Sel-sel parietal secara aktif mengeluarkan HCl ke dalam lumen kantung lambung, yang

kemudiannya mengalirkannya ke dalam lumen lambung. pH isi lumen turun sampai 2 akibat sekresi

HCl. Ion hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl-) secara aktif ditransportasikan oleh pompa yang berbeda

di membran plasma sel parietal. Ion hidrogen secara aktif dipindahkan melawan gradien konsentrasi

yang sangat besar dengan konsentrasi H+ di dalam lumen mencapai 3 sampai 4 juta kali lebih besar

daripada konsentrasinya dalam darah. Karena untuk memindahkan H+ melawan gradien konsentrasi

yang sedemikian besar diperlukan banyak energi, sel-sel parietal memiliki banyak mitokondria.

Klorida juga disekresikan secara aktif, tetapi melawan gradien konsentrasi yang jauh lebih kecil,

yakni hanya sekitar 1,5 kali.

Ion H+ yang disekresikan tidak dipidahkan dari plasma tetapi berasal dari proses-proses

metabolisme di dalam sel parietal. Apabila sebuah H+ disekresikan, netralitas inferior sel

dipertahankan oleh pembentukan H+ baru dari asam karbonat (H2CO3) untuk menggantikan H+ yang

keluar tersebut. Sel-sel parietal memiliki banyak enzim karbonat anhidrase (ca). Dengan adanya ca,

H2O mudah berikatan dengan CO2, yang diproduksi oleh sel parietal melalui proses-proses

metabolisme atau berdifusi masuk dari darah. Kombinasi antara H2O dengan CO2 menghasilkan

H2CO3, yang secara parsial terurai menjadi H+ dan HCO3- :

H2O + CO2 ↔ H2CO3 ↔ H+ + HCO3-

Ion H+ yang dihasilkan ini menggantikan H+ yang disekresikan. HCO3- yang terbentuk

dipindahkan ke dalam plasma oleh pembawa yang sama dengan yang mengangkut Cl - dari plasma ke

dalam lumen lambung. Pergeseran klorida ini mempertahankan netralitas listrik plasma selama sekresi

HCl. Walaupun sebenarnya HCl tidak mencerna apapun dan tidak mutlak diperlukan bagi fungsi

saluran pencernaan, zat ini melakukan beberapa fungsi yang membantu pencernaan. HCl

mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin dan membentuk lingkungan

asam yang optimal untuk aktivitas pepsin, membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat sehingga

partikel makanan yang berukuran besar dapat dipecah-pecah menjadi partikel-partikel kecil, bersama

lisozim saliva, mematikan sebagian besar mikroorganisme yang masuk bersama makanan.

7.2 Sekresi pepsinogen

Konstituen pencernaan utama pada getah lambung adalah pepsinogen, suatu molekul enzim

inaktif yang disintesis dan dikemas oleh kompleks Golgi dan retikulum endoplasma sel utama.

Pepsinogen disimpan di sitoplasma sel utama di dalam vesikel sekretorik yang dikenal sebagai

granula zimogen, dan dari sana pepsinogen dikeluarkan melalui proses eksositosis bila ada stimulasi

yang sesuai. Pada saat disekresikan dalam lumen lambung, molekul pepsinogen mengalami

20

Page 21: Makalah PBL Blok 9

penguraian oleh HCl menjadi enzim bentuk aktif, pepsin. Setelah terbentuk, pepsin bekerja pada

molekul pepsinogen lain untuk menghasilkan lebih banyak pepsinogen. Mekanisme semacam itu,

yakni terdapat bentuk aktif suatu enzim mengaktifkan molekul enzim yang sama, disebut sebagai

proses otokatalitik.

Pepsin memulai pencernaan protein dengan memecah ikatan peptida tertentu di protein untuk

menghasilkan fragmen-fragmen peptida (rantai pendek asam amino). Enzim ini bekerjapaling efektif

pada lingkungan asam. Karena dapat mencerna protein, pepsin harus disimpan dan disekresikan

dalam bentuk inaktif, sehingga zat ini tidak mencerna sendiri sel-sel tempat ia terbentuk. Oleh karena

itu, pepsin dipertahankan dalam bentuk inaktif pepsinogen sampai zat tersebut mencapai lumen

lambung, tempat ia diaktifkan oleh HCl.

7.3 Sekresi mukus

Permukaan mukosa lambung dilindungi oleh selapis mukus, yang berasal dari sel epitel

permukaan dan sel leher mukosa. Mukus ini berfungsi sebagai sawar protektif mengatasi beberapa

bentuk cedera terhadap mukosa lambung. Karena sifat lubrikasinya, mukus melindungi mukosa

lambung dari cedera mekanis. Mukus membantu melindungi dinding lambung dari pencernaan sendiri

karena pepsin dihambat apabila berkontak dengan lapisan mukus yang membungkus dinding

lambung. Karena bersifat alkalis, mukus juga membantu melindungi lambung dari cedera asam

dengan mentralisasi HCl yang terdapat di dekat mukosa lambung.

7.4 Sekresi faktor intrinsik

Faktor intrinsik, suatu produk sekretorik sel parietal selain HCl, penting dalam penyerapan

vitamin B12, yang hanya dapat diserap jika berikatan dengan faktor tersebut. Penyerapan vitamin B12

dilaksanakan oleh mekanisme transportasi khusus di bagian akhir ileum. Vitamin B12 esensial untuk

pembentukan eritrosit (sel darah merah) yang normal. Apabila tidak terdapat faktor intrinsik, vitamin

B12 tidak dapat diserap, sehingga produksi eritrosit terganggu, dan timbul anemia pernisiosa.

7.5 Sekresi gastrin

Sel-sel endokrin khusus, sel G, yang terletak di DKP lambung, mensekresikan gastrin ke

dalam darah apabila mendapat rangsangan yang sesuai. Setelah diangkut dalam darah kembali ke

mukosa oksintik, gastrin merangsang sel utama dan sel parietal, sehingga terjadi peningkatan sekresi

getah lambung yang sangat asam. Gastrin juga bersifat trofik (mendorong pertumbuhan) mukosa

lambung dan usus halus, sehingga keduanya dapat mempertahankan kemampuan sekresi mereka.

21

Page 22: Makalah PBL Blok 9

8. Fase sekresi lambung

Kecepatan sekresi lambung dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang timbul sebelum

mencapai lambung (fase sefalik), faktor-faktor yang timbul akibat adanya makanan di dalam lambung

(fase lambung), dan faktor-faktor di duodenum setelah makanan meninggalkan lambung (fase usus).

8.1 Fase sefalik

Fase sefalik mengacu pada peningkatan sekresi HCl dan pepsinogen yang terjadi secara

feedforward sebagai respons terhadap rangsangan yang bekerja pada kepala (rongga mulut dan

faring). Berpikir mengenai, mencicipi, mengunyah, membaui, dan menelan makanan meningkatkan

sekresi lambung melalui aktivitas saraf vagus dengan dua cara. Pertama, stimulasi pleksus intrinsik

oleh vagus mendorong sekresi HCl dan pepsinogen oleh sel sekretorik. Kedua, stimulsi DKP oleh

vagus menyebabkan pengeluaran gastrin, yang kemudian semakin meningkatkan sekresi HCl dan

pepsinogen.

8.2 Fase lambung

Fase lambung terjadi sewaktu makanan sudah ada di dalam lambung. Rangsangan yang

bekerja pada lambung, yaitu protein, peregangan, kafein, atau alkohol, meningkatkan sekresi lambung

melalui jalur-jalur eferen yang saling tumpang tindih. Sebagai contoh, keberadaan protein di lambung,

yang merupakan stimulus terkuat, memulai refleks pendek lokal di pleksus saraf intrinsik untuk

merangsang sel sekretorik. Selain itu, protein memulai refleks panjang, sehingga serat saraf vagus

ekstrinsik ke lambung diaktifkan. Aktivitas vagus lebih lanjut meningkatkan stimulasi saraf intrinsik

pada sel-sel sekretorik dan memicu pengeluaran gastrin. Protein juga secara langsung merangsang

pengeluaran gastrin. Gastrin, pada gilirannya, adalah perangsang kuat bagi sekresi HCl dan

pepsinogen lebih lanjut. Melalui jalu-jalur yang sinergistik dan tumpang tindih tersebut, protein

menginduksi sekresi getah lambung yang sangat asam dan kaya-pepsin, yng melanjutkan pencernaan

protein yang yang pertama kali dimulai oleh proses tersebut.

Apabila lambung teregang oleh makanan kaya-protein yang perlu dicerna, respons sekretorik

ini sesuai. Kafein, dan dengan tingkat yang lebih rendah, alkohol juga merangsang sekresi getah

lambung yang sangat asam, walaupun tidak ada makanan. Asam yang tidak perlu ini dapat mengiritasi

dinding lambung dan duodenum. Karena itu, pengidap tukak atau hiperasiditas lambung harus

menghindari minuman berkafein atau beralkohol.

8.3 Fase usus

Fase usus mencakup faktor-faktor yang berasal dari usus halus yang mempengaruhi sekresi

lambung. Fase usus memiliki komponen eksitatorik dan inhibitorik. Untuk tingkat yang terbatas,

22

Page 23: Makalah PBL Blok 9

keberadaan produk-produk pencernaan protein di duodenum merangsang sekresi lambung lebih lanjut

dengan memicu pengeluaran gastrin usus yang dibawa oleh darah ke lambung. Produk tersebut adalah

komponen eksitatorik fase usus sekresi lambung. Namun, komponen inhibitorik fase usus sekresi

lambung lebih dominan dibandingkan dengan komponen eksitatorik. Komponen inhibitorik penting

dalam membantu menghentikan aliran getah lambung sewaktu kimus mulai mengalir ke usus halus.

Ketika makanan secara bertahap berpindah ke dalam duodenum, rangsangan utama bagi

meningkatkan sekresi lambung yaitu adanya protein di duodenum menghilang. Setelah makanan

meninggalkan lambung dan getah lambung menumpuk sampai menyebabkan pH lambung turun

sangat rendah, sekresi lambung dihambat karena tingginya konsentrasi H+ langsung menghambat

DKP mengeluarkan gastrin. Karena sekresi gastrin menurun, rangsangan paling kuat untuk sekresi

lambung juga berkurang. Rangsangan yanng sama dengan yang menghambat motilitas lambung

(lemak, asam, hipertonisitas, dan peregangan duodenum yang disebabkan oleh pengosongan lambung)

juga menghambat sekresi lambung. Refleks enterogastron menekan sel-sel sekretorik lambung

sementara secara bersamaan mereka juga mengurangi eksitabilitas sel otot polos lambung. Respons

inhibitorik itu adalah komponen inhibitorik pada fase usus lambung.4,6

Kesimpulan

Empat proses dasar pencernaan adalah motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan.

Aktivitas pencernaan diatur secara cermat oleh mekanisme hormona dan saraf otonom, baik intrinsik

maupun ekstrinsik, yang sinergistik. Pengaturan ini memastikan bahwa makanan yang masuk

disajikan secara maksimal pada tubuh untuk digunakan sebagai bahan baku atau menghasilkan energi.

Mengacu pada skenario 3, mahasiswa B yang mengalami gejala mual, kembung dan nyeri ulu hati

adalah dikarenakan refluks isi lambung kembali ke esofagus. Keadaan ini menjadi lebih parah akibat

tabiatnya yang tidak pernah sarapan pagi dan selalu minum kopi. Kafein yang terdapat pada kopi

merangsang sekresi getah lambung yang sangat asam, walaupun tidak ada makanan (karena tidak

sarapan). Asam yang tidak perlu ini dapat mengiritasi dinding lambung dan duodenum.

23

Page 24: Makalah PBL Blok 9

Daftar pustaka

1. Sherwood L. Fisologi manusia: Dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2001. h. 537-62.

2. Junquiera LC, Carneiro J, Kelley RO. Basic histology. Edisi ke-10. Washington: Lange;

2003. h. 316-23

3. Moore KL, Dalley AF. Clinically oriented anatomy. Edisi ke-5. United States: Lippincott

Williams & Wilkins; 2006. h. 231-305.

4. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-14. Jakarta: EGC; h. 485-531.

5. Junqueira LC, Carneiro J, Kelly RO. Histologi dasar. Edisi ke-8. Jakarta: EGC; 2002. h.249-

85.

6. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; h. 267-78.

7. Richard SS. Clinical anatomy by region. Edisi ke-8. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2008. h. 201-56.

24