Makalah PBL Blok 7 Miranda

39
Fungsi dan Mekanisme Sistem Pernapasan Miranda Hartini Marpaung 10-2010-240 Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana [email protected] Kelompok D4 Pendahuluan Pernapasan adalah pengangkutan gas-gas ke dan dari sel-sel, dapat diperiksa secara anatomis, dan proses oksidasi biologik yang terjadi di dalam sel-sel dengan bantuan oksigen. Pada hewan-hewan yang bernapas dengan paru-paru, gas-gas diangkut melalui saluran pernapasan, trakea dan bronkus ke dalam paru- paru. Di sini oksigen yang dari udara yang dihirup berdifusi ke dalam darah dan CO 2 dari darah ke dalam udara yang dihembuskan. Udara penarikan napas mengandung 20,93% O 2 , 0,03% CO 2 dan 79,04% N 2 , dan udara pengeluaran napas mengandung kira- kira 16% O 2 , 4% CO 2 dan 80% N 2 serta gas-gas mulia.

description

napas

Transcript of Makalah PBL Blok 7 Miranda

Fungsi dan Mekanisme Sistem Pernapasan

Miranda Hartini Marpaung10-2010-240Fakultas Kedokteran Universitas Krida [email protected] D4

PendahuluanPernapasan adalah pengangkutan gas-gas ke dan dari sel-sel, dapat diperiksa secara anatomis, dan proses oksidasi biologik yang terjadi di dalam sel-sel dengan bantuan oksigen. Pada hewan-hewan yang bernapas dengan paru-paru, gas-gas diangkut melalui saluran pernapasan, trakea dan bronkus ke dalam paru-paru. Di sini oksigen yang dari udara yang dihirup berdifusi ke dalam darah dan CO2 dari darah ke dalam udara yang dihembuskan. Udara penarikan napas mengandung 20,93% O2, 0,03% CO2 dan 79,04% N2, dan udara pengeluaran napas mengandung kira-kira 16% O2, 4% CO2 dan 80% N2 serta gas-gas mulia. Pengangkatan gas antara paru-paru dan sel alat-alat serta jaringan-jaringan dicapai melalui aliran darah. Selama proses oksidasi biologik intraseluler, molekul-molekul nutrisi yang besar dipecah menjadi metabolit-metabolit yang lebih kecil dan lebih miskin energi: pembakaran lemak dan karbohidrat menjadi H2O dan CO2.1PembahasanFungsi pernapasanFungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeliminasi CO2 yang dihasilkan oleh sel. Respirasi internal atau seluler mengacu pada proses metabolisme intra sel yang berlangsung di dalam mitokondria, yang mengeluarkan O2 dan menghasilkan CO2 selama penyerapan energi dari molekul nutrien. Kuosien pernapasan yaitu perbandingan CO2 yang dihasilkan terhadap O2 yang dikonsumsi, bervariasi bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi. Respirasi eksternal mengacu kepada keseluruhan rangkaian kejadian yang terlibat dalam pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh. Pernapasan eksternal, meliputi 4 langkah :1. Udara secara bergantian bergerak masuk keluar paru, sehingga dapat terjadi pertukaran antara atmosfer (lingkungan eksternal) dan kantung udara (alveolus) paru. Pertukaran ini dilaksanakan oleh kerja mekanis pernapasan atau ventilasi. Kecepatan ventilasi diatur sedemikian rupa, sehingga aliran udara antara atmosfer dan alveolus disesuaikan dengan kebutuhan metabolik tubuh untuk menyerap O2 dan mengeluarkan CO2.2. Oksigen dan CO2 dipertukarkan antara udara di alveolus dan darah di dalam kapiler pulmonalis (pulmonalis mengacu kepada paru) melalui proses difusi. 3. Oksigen dan CO2 diangkut oleh darah antara paru dan jaringan.4. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi antara jaringan dan darah melalui proses difusi melintasi kapiler sistemik (jaringan).Sistem pernapasan tidak melakukan keempat langkah pernapasan tersebut, sistem ini hanya terlibat dengan ventilasi dan pertukaran O2 dan CO2 antara paru dan darah. Sistem sirkulasi menjalankan proses pernapasan selanjutnya. Sistem pernapasan juga melakukan fungsi nonrespirasi lain berikut ini. Menyediakan jalan untuk mengeluarkan air dan panas. Udara atmosfer yang dihirup dilembabkan dan dihangatkan oleh jalan napas sebelum udara tersebut dikeluarkan. Pelembaban udara yang dihirup ini penting dilakukan agar dinding alveolus tidak mengering. Oksigen dan CO2 tidak dapat berdifusi melintasi membran yang kering. Meningkatkan aliran balik vena. Berperan dalam memelihara keseimbangan asam dan basa normal dengan mengubah jumlah CO2 penghasil asam (H+) yang dikeluarkan. Memungkinkan kita berbicara, menyanyi, dan vokalisasi lain. Mempertahankan tubuh dari invasi bahan asing. Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan berbagai bahan yang melewati sirkulasi paru. Semua darah yang kembali ke jantung dari jaringan harus melewati paru sebelum dikembalikan ke sirkulasi sistemik. Paru, dengan demikian memiliki tempat yang unik untuk secara parsial atau total menyingkirkan bahan-bahan tertentu yang telah ditambahkan ke dalam darah di tingkat jaringan sebelum bahan-bahan tersebut memiliki kesempatan mencapai bagian tubuh lain melalui sistem arteri. Sebagai contoh, prostaglandin, sekumpulan zat perantara kimiawi yang dikeluarkan oleh banyak jaringan untuk memperantarai respons lokal tertentu, dapat tumpah ke dalam darah tetap dinonaktifkan pada saat melewati paru, sehingga zat-zat tersebut tidak menimbulkan efek sistemik. Di pihak lain, paru mengaktifkan angiotensin II, suatu hormon yang berperan penting dalam mengatur konsentrasi Na+ di cairan ekstrasel. Hidung, bagian sistem pernapasan, berfungsi sebagai organ penghidu.Saluran pernapasan menyalurkan udara antara atmosfer dan alveolusSistem pernapasan mencakup saluran pernapasan yang berjalan ke paru, paru itu sendiri, dan struktur-struktur toraks (dada) yang terlibat menimbulkan gerakan udara masuk keluar oaru melalui saluran pernapasan. Saluran pernapasan adalah saluran yang menyangkut udara antara atmosfer dan alveolus, tempat terakhir yang merupakan satu-satunya tempat pertukaran gas-gas antara udara dan darah dapat berlangsung. Saluran pernapasan berawal di saluran hidung (nasal). Saluran hidung berjalan ke faring (tenggorokan), yang berfungsi sebagai saluran bersama bagi sistem pernapasan maupun sistem pencernaan. Terdapat dua saluran yang berjalan dari faring-trakea, tempat lewatnya udara ke paru, dan esofagus, saluran tempat lewatnya makanan ke lambung.udara dalam keadaan normal masuk ke faring melalui hidung, tetapi udara juga dapat masuk melalui mulut jika hidung tersumbat, karena faring berfungsi sebagai saluran bersama untuk makanan dan udara, terdapat mekanisme-mekanisme refleks untuk menutup trakea selama proses menelan, sehingga makanan masuk ke esofagus dan tidak ke saluran napas. Esofagus tetap tertutup, kecuali sewaktu menelan, untuk mencegah udara masuk ke lambung sewaktu kita bernapas.Laring atau kotak suara, yang terletak di pintu masuk trakea, memiliki penonjolan di bagian anterior yang membentuk jakun (Adams apple). Pita suara, dua pita jaringan elastik yang terentang di bukaan laring, dapat diregangkan dan diposisikan dalam berbagai bentuk otot-otot laring. Pada saat udara mengalir cepat melewati pita suara yang tegang, pita suara tersebut bergetar untuk menghasilkan bermacam-macam bunyi. Lidah, bibir, dan langit-langit lunak memodifikasi bunyi menjadi pola-pola yang dapat dikenal. Pada saat menelan, pita suara mengambil posisi rapat satu sama lain untuk menutup pintu masuk ke trakea. Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang masing-masing masuk ke paru kanan dan kiri. Di dalam setiap paru, bronkus terus bercabang-cabang menjadi saluran napas yang semakin sempit, pendek, dan banyak, seperti percabangan pohon. Cabang terkecil dikenal sebagai bronkiolus. Di ujung-ujung bronkiolus terkumpul alveolus, kantung udara kecil tempat terjadinya pertukaran gas-gas antara udara dan darah. Agar udara dapat masuk keluar bagian paru tempat terjadinya pertukaran gas tersebut, keseluruhan saluran pernapasan dari pintu masuk melalui bronkiolus terminal ke alveolus harus tetap terbuka. Trakea dan bronkus besar merupakan saluran tidak berotot dan cukup kaku yang dikelilingi oleh serangkaian cincin tulang rawan yang mencegah kompresi saluran tersebut. Bronkiolus yang lebih kecil tidak memiliki tulang rawan yang dapat menahannya tetap terbuka. Dinding bronkiolus mengandung otot polos yang dipersarafi oleh sistem saraf otonom dan peka terhadap hormon dan zat kimia lokal tertentu. Faktor.faktor ini, dengan mengubah-ubah derajat kontraksi otot polos bronkiolus (serta kaliber saluran pernapasan halus ini), mampu mengatur jumlah udara yang mengalir antara atmosfer dan setiap kelompok alveolus.Alveolus tempat pertukaran gas adalah suatu kantung udara kecil, berdinding tipis, dan dapat mengembang yang dikelilingi oleh kapiler paruParu memiliki struktur ideal untuk melaksankan fungsinya melakukan pertukaran gas. Menurut hukum difusi Fick semakin pendek jarak yang ditempuh melewati tempat difusi terjadi, semakin tinggi kecepatan difusi. Demikian juga semakin besar luas permukaan tempat berlangsungnya difusi, semakin tinggi kecepatan difusi.Alveolus adalah kantung udara berdinding tipis, dapat mengembang dan berbentuk seperti anggur yang terdapat di ujung percabangan saluran pernapasan. Dinding alveolus terdiri dari satu lapisan sel alveolus tipe I yang gepeng. Jaringan padat kapiler paru yang mengelilingi setiap alveolus juga hanya setebal satu lapisan sel. Ruang interstitium antara alveolus dan jaringan kapiler di sekitarnya membentuk suatu sawar yang tipis, dengan ketebalan hanya 0,2 mikrometer yang memisahkan udara di dalam alveolus dan darah di dalam kapiler paru. Selain itu pertemuan udara darah di alveolus membentuk permukaan yang sangat luas untuk pertukaran gas. Di dalam paru terdapat sekitar 300 juta alveolus, masing-masing bergaris tengah sekitar 300 mikrometer. Sedemikian padatnya jaringan kapiler paru, sehingga setiap alveolus dikelilingi oleh suatu lapisan darah yang hampir kontinu. Dengan demikian, luas permukaan total yang terpajan antara udara alveolus dan darah kapiler paru adalah sekitar 75 meter persegi. Sebaliknya, apabila paru terdiri dari hanya sebuah ruang berongga dengan ukuran sama dan tidak terbagi-bagi menjadi satuan-satuan alveolus yang sangat banyak tersebut, luas permukaan totalnya hanya akan mencapai 1/100 meter persegi.Selain sel tipe I yang tipis dan membentuk dinding alveolus, epitel alveolus juga mengandung sel alveolus tipe II yang mengeluarkan surfaktan paru, suatu kompleks fosfolipoprotein yang mempermudah pengembangan (ekspansi) paru. Di dalam lumen kantung udara juga terdapat makrofag alveolus untuk pertahanan tubuh. Di dinding alveolus terdapat pori-pori Kohn berukuran kecil yang memungkinkan aliran udara antara alveolus-alveolus yang berdekatan, suatu proses yang dikenal sebagai ventilasi kolateral. Saluran-saluran ini penting untuk mengalirkan udara segar ke suatu alveolus yang salurannya tersumbat akibat penyakit.Paru menempati sebagian besar rongga toraksTerdapat dua buah paru, masing-masing dibagi menjadi beberapa lobus dan masing-masing dipasok oleh satu bronkus. Jaringan paru itu sendiri terdiri dari serangkaian saluran napas yang bercabang-cabang yaitu alveolus, pembuluh darah paru, dan sejumlah besar jaringan ikat padat elastik. Satu-satunya otot di dalam paru adalah otot polos di dinding anteriol dan bronkiolus, keduanya dapat dikontrol. Tidak terdapat otot di dinding alveolus yang dapat menyebabkan alveolus mengembang atau menciut selama proses bernapas. Perubahan volume paru ditimbulkan oleh perubahan dimensi-dimensi toraks. Paru menempati sebagian besar volume rongga toraks, struktur lain yang terdapat di dalamnya hanyalah jantung, dan pembuluh-pembuluh terkait, esofagus, timus, dan beberapa saraf. Dinding dada luar dibentuk oleh dua belas pasang iga yang melengkung dan menyatu di sternum di sebelah anterior dan vertebra torakalis di posterior. Sangkar iga membentuk tulang pelindung bagi paru dan jantung. Diafragma, yang membentuk dasar rongga toraks, adalah lembaran besar otot rangka berbentuk kubah yang memisahkan secara total rongga toraks dan rongga abdomen. Diafragma hanya ditembus oleh esofagus dan pembuluh darah yang melintas di antara rongga toraks dan abdomen. Rongga toraks ditutup di daerah leher oleh otot-otot dan jaringan ikat. Satu-satunya komunikasi antara toraks dan atmosfer adalah melalui saluran pernapasan ke dalam alveolus. Seperti paru, dinding dada mengandung sejumlah besar jaringan ikat elastik.

Terdapat kantung pleura yang memisahkan paru dari dinding dadaTerdapat kantung tertutup berdinding ganda, yang disebut kantung pleura, yang memisahkan tiap-tiap paru dari dinding toraks dan struktur di sekitarnya. Dalam ilustrasi, ukuran rongga pleura di dalam kantung pleura sangat diperbesar untuk mempermudah visualisasi, pada kenyataanya lapisan-lapisan kantung pleura berkontak satu dengan yang lainnya. Permukaan pleura mengeluarkan cairan interpleura encer, yang membasahi permukaan pleura sewaktu kedua permukaan saling bergeser satu sama lain saat gerakan bernapas. Pleuritis, peradangan kantung pleura, menyebabkan rasa nyeru sewaktu bernapas karena setiap pengembangan atau penciutan paru menyebabkan friction rub.2Mekanisme ventilasi paru-paruMekanisme dasar pengembangan dan pengempisan paru :Paru-paru dapat dikembangkan dan dikempiskan dalam dua cara : Gerakan turun dan naik diafragma untuk memperbesar atau memperkecil rongga dada. Elevasi dan depresi iga-iga untuk meningkatkan dan menurunkan diameter anteroposterior rongga dada.Hampir seluruh pernapasan tenang yang normal dicapai melalui pergerakan inspirasi diafragma. Selama inspirasi diafragma menarik batas bawah rongga dada ke arah bawah. Selama pernapasan hebat, tetapi tenaga elastik tidak cukup kuat untuk menyebabkan ekspirasi cepat yang diperlukan, jadi ini dicapai dengan kontraksi otot perut yang mendorong isi perut ke atas pada bagian bawah diafragma.Metode kedua untuk mengekspansi paru-paru adalah mengangkat sangkar iga. Ia mengekspansikan paru-paru karena pada posisi istirahat alamiah iga-iga miring ke arah bawah sehingga memungkinkan sternum jatuh ke arah belakang ke arah kolumna spinalis. Tetapi bila sangkar iga terelevasi, maka iga-iga menonjol secara langsung ke arah depan, sekarang sternum juga bergerak ke arah depan menjauhi tulang punggung, membuat diameter anteroposterior dada kira-kira 20 persen lebih besar selama inspirasi maksimum daripada selama ekspirasi. Oleh karena itu, otot-otot yang meninggalkan rangka dada dapat digolongkan sebagai otot-otot inspirasi, dan otot-otot yang menurunkan sangkar dada sebagai otot ekspirasi.Tekanan-tekanan pernapasanTekanan intra-alveolar. Otot-otot pernapasan menyebabkan ventilasi paru-paru dengan mengempiskan dan mengembangkan paru-paru secara berganti-ganti, yang kemudian menyebabkan peningkatan dan penurunan tekanan di dalam alveolus. Selama inspirasi, tekanan intra-alveolar menjadi agak negatif bila dibandingkan dengan tekanan atmosfer, biasanya kurang dari -1mmHg, dan ini menyebabkan aliran udara ke dalam saluran pernapasan. Sebaliknya selama ekspirasi normal tekanan intra-alveolar meningkat menjadi hampir +1mmHg, yang menyebabkan aliran udara keluar melalui saluran pernapasan.Selama usaha ekspirasi maksimum dengan glotis tertutup, tekanan intra-alveolar dapat meningkat menjadi lebih dari 100 mmHg pada pria sehat dan kuat, dan selama usaha inspirasi maksimum ia dapat berkurang menjadi serendah -80mmHg. Kecenderungan rekoil paru-paru dan tekanan intrapleura. Paru terus menerus mempunyai kecenderungan elastik untuk kempis sehingga menjauhi dinding dada. Kecenderungan elastik ini disebabkan oleh dua macam faktor, yaitu :1. Di seluruh paru-paru terdapat banyak serabut elastik yang diregangkan oleh pengembangan paru sehingga berusaha untuk memendek.2. Bahkan lebih penting lagi tegangan permukaan cairan yang melapisi alveolus mempunyai kecenderungan elastik yang terus menerus untuk mengempiskan alveolus. Efek ini disebabkan oleh karena daya tarik antar molekul-molekul permukaan cairan tersebut yang terus cenderung mengurangi luas permukaan masing-masing alveolus, semua kekuatan kecil ini yang dipersatukan cenderung mengempiskan seluruh paru dan menyebabkannya menjauhi dinding dada. Biasanya, serabut elastik di dalam paru-paru menyebabkan kira-kira sepertiga kecenderungan rekoil, dan fenomena tegangan permukaan menyebabkan kira-kira duapertiganya.Kecenderungan rekoil total dari paru-paru dapat diukur dengan jumlah tekanan negatif di dalam ruang intrapleura yang diperlukan untuk mencegah pengempisan paru-paru, dan tekanan ini disebut tekanan intrapleura atau kadang-kadang tekanan rekoil. Biasanya besarnya kira-kira -4mmHg yaitu bila ruangan alveolus terbuka ke atmosfer melalui trakea sehingga tekanannya pada tekanan atmosfer, suatu tekanan -4mmHg di dalam ruangan intrapleura yang diperlukan untuk mempertahankan pengembangan paru-paru pada ukuran normal. Bila paru-paru mengembang sangat besar, seperti pada akhir inspirasi dalam, tekanan intrapleura yang diperlukan untuk mengembangkan paru-paru dapat mencapai sebesar -12 sampai -18mmHg.Surfaktan di dalam alveolus, dan efeknya pada kecenderungan mengempis. Suatu campuran lipoprotein yang disebut surfaktan disekresikan oleh sel khusus pensekresi surfaktan yang merupakan bagian epitel alveolus. Campuran ini yang terutama mengandung fosfolipid dipalmitoil lesitin, menurunkan tegangan permukaan cairan yang melapisi alveolus. Bila tidak ada surfaktan, pengembangan paru menjadi sangat sulit, sering memerlukan tekanan intrapleura sebanyak -15 sampai -20 mmHg untuk mengatasi kecenderungan alveoli untuk kolaps. Ini menunjukkan bahwa surfaktan sangat penting untuk mengurangi efek tegangan permukaan dalam menyebabkan pengempisan paru. Beberapa neonatus, terutama bayi-bayi prematur, tidak mensekresikan surfaktan dalam jumlah mencukupi, sehingga menyebabkan sulitnya pengembangan paru.Surfaktan bekerja dengan membentuk suatu lapisan pada permukaan pertemuan di antara cairan yang melapisi alveolus dan udara di dalam alveolus. Ini mencegah timbulnya permukaan pertemuan air dan udara, yang mempunyai tegangan permukaan 2 sampai 14 kali tegangan permukaan surfaktan udara.Surfaktan mempunyai suatu sifat khusus yaitu lebih menurunkan tegangan permukaan ketika alveolus menjadi lebih kecil. Sebagai akibatnya, surfaktan sangat penting dalam memperthankan kesamaan ukuran alveolus. Alveolus besar mempunyai tegangan permukaan lebih besar sehingga ia mengecil, sedangkan alveolus yang lebih kecil mempunyai tegangan permukaan lebih kecil sehingga cenderung membesar. Daya pengembangan paru-paru dan toraks : complianceParu-paru dan toraks merupakan struktur yang viskoelastik. Sifat elastik paru, seperti dijelaskan di atas disebabkan oleh :1. Tegangan permukaan cairan yang melapisi alveolus.2. Serabut elatik di seluruh jaringan paru sendiri. Sifat-sifat elastik toraks disebabkan oleh elastisitas alamiah otot, tendo, dan jaringan penyambung dada. Oleh karena itu, sebagian usaha yang dikeluarkan oleh otot inspirasi selama bernapas adalah untuk meregangkan struktur elastik paru dan toraks.Daya pengembangan paru-paru dan toraks disebut compliance. Ini dinyatakan sebagai peningkatan volume di dalam paru-paru untuk setiap satuan peningkatan tekanan intra-alveolar. Compliance gabungan paru-paru dan torak normal adalah 0,13 liter per sentimeter tekanan air. Yaitu, setiap kali tekanan alveolus ditingkatkan 1 cm air, paru-paru mengembang 130 ml.Compliance paru-paru sendirian. Paru-paru sendirian bila dikeluarkan dari toraks, hampir dua kali daya pengembangan paru-paru dan toraks bersama-sama karena rangka dada sendiri harus diregangkan pula bila paru-paru normal bila dikeluarkan dari toraks kira-kira 0,22 liter per cm air. Ini menjelaskan bahwa otot-otot inspirasi harus mengeluarkan energi tidak hanya untuk mengembangkan paru-paru tetapi juga untuk mengembangkan rangka dada di sekitar paru-paru.Pengukuran compliance paru-paru .compliance paru-paru diukur dengan cara sebagai berikut:1. Glotis orang tersebut harus terbuka sama sekali dan tetap demikian.2. Udara dihirup secara bertahap, kira-kira 50 sampai 100 ml untuk sekali penghirupan, dan pengukuran tekanan dilakukan dari suatu balon intra-esofagus (yang mengukur tekanan intrapleura dengan hampir tepat) pada akhir setiap tahap, sampai volume total udara di dalam paru-paru sama dengan volume tidal normal orang tersebut. 3. Kemudian udara dikeluarkan secara bertahap sampai volume paru kembali ke tingkat ekspirasi istirahat.4. Gambarkan hubungan volume paru dengan tekanan.Faktor-faktor yang menyebabkan compliance abnormalKeadaan apapun yang merusak jaringan paru, menyebabkannya menjadi fibrotik atau edema, menyumbat bronkiolus, atau dengan cara lain apa pun menghalangi pengembangan dan pengempisan yang menyebabkan penurunan compliance paru. Bila memikirkan compliance paru dan toraks secara bersama-sama, orang harus memasukkan pula setiap kelainan yang mengurangi daya pengembangan sangkar dada. Jadi, kelainan bentuk sangkar dada, seperti kifosis, skiliosis berat, dan keadaan lain yang menghambat pengembangan paru-paru dan toraks, seperti pleuritis fibrosa atau paralisis dan fibrosis otot, semuanya dapat mengurangi daya pengembangan paru dan dengan demikian menurunkan compliance total paru.

Konsentrasi oksigen dan tekanan parsial di dalam alveolusOksigen terus diabsorpsi ke dalam darah paru-paru, dan oksigen baru terus memasuki alveolus dari atmosfer. Makin capat oksigen diabsorpsi, makin rendah konsentrasinya di dalam alveolus sebaliknya makin cepat oksigen baru dimasukkan ke dalam alveolus dari atmosfer, makin tinggi konsentrasinya. Oleh karena itu, konsentrasi oksigen di dalam alveolus maupun tekanan parsialnya, diatu oleh keseimbangan antara kecepatan absorpsi oksigen ke dalam darah dan kecepatan masuknya oksigen baru ke dalam paru-paru oleh proses ventilasi. Tekanan parsialnya yang normal dalam alveoli adalah 104 mmHg.Tetapi harus diperhatikan bila seseorang bernapas dengan udara pada tekanan di ketinggian permukaan laut yang normal, juga peningkatan ventilasi alveolar yang sangat besar tak pernah dapat meningkatkan PO2 alveolus di atas 149 mmHg, karena ini merupakan tekanan maksimum oksigen dalam udara yang lembab.Konsentrasi dan tekanan parsial CO2 di dalam alveolusKarbon dioksida terus dibentuk di dalam tubuh, kemudian dikeluarkan ke dalam alveolus dan ia terus dikeluarkan dari alveolus oleh proses ventilasi. Oleh karena itu, dua faktor yang menentukan konsentrasi dan tekanan parsial karbon dioksida di dalam paru-paru adalah :1. Kecepatan ekskresi karbon dioksida dari darah ke dalam alveolus.2. Kecepatan pengeluaran karbon dioksida dari alveolus oleh ventilasi alveolus.Secara kunatitatif seseorang dapat mudah mengeri bahwa peningkatan PCO2 berbanding langsung dengan kecepatan ekskresi karbon dioksida dan penurunannya berbanding terbalik terhadap ventilasi alveolar. PCO2 alveolar yang normal adalah 40mmHg.Difusi gas melalui membran respirasiUnit respirasi yang tterdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium, alveolus (jumlahnya dalam kedua paru-paru kira-kira 300 juta, diameter rata-rata setiap alveolus kira-kira 0,25 mm). Dinding alveolus sangat tipis, dan didalamnya terdapat jaringan kapiler yang saling berhubungan dan hampir penuh mengisi dinding tersebut.Membran respirasi terdapat difusi oksigen dari alveolus ke dalam sel darah merah dan difusi karbon dioksida dalam arah berlawanan. Ada berbagai lapisan membran respirasi yaitu :1. Suatu lapisan cairan yang melapisi alveolus dan mengandung surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan cairan alveolus.2. Epitel alveolus yang terdiri dari sel epitel sangat tipis.3. Suatu membrana basalis epitel.4. Suatu ruang interstitial sangat tipis di antara epitel alveolus dan membran kapiler.5. Suatu membrana basalis kapiler yang pada banyak tempat bersatu dengan membrana basalis epitel.6. Membran endotel kapiler.Meskipun jumlag lapisannya banyak, tebal keseluruhan membran respirasi di beberapa daerah hanya 0,2 milimikron dan tebal rata-rata mungkin 0,5 mikron.Kapasitas difusi membran respirasiSeluruh kemampuan membran respirasi untuk menukarkan suatu gas di antara alveolus dan darah paru dapat dinyatakan dalam istilah kapasitas difusinya, yang didefinisikan sebagai volume suatu gas yang berdifusi melalui membran tersebut setiap menit untuk suatu perbedaan tekanan sebesar 1 mmHg. Kapasitas difusi untuk oksigenPada pria dewasa muda, kapasitas difusi untuk oksigen dalam keadaan istirahat rata-rata 21 ml per menit. Perbedaan tekanan oksigen rata-rata di antara membran respirasi selama pernapasan tenang normal kira-kira 11mmHg. Perkalian tekanan ini dengan kapasitas difusi menghasilkan suatu jumlah total sebesar kira-kira 230 ml oksigen yang berdifusi normal melalui membran respirasi tiap menit, dan ini sama dengan kecepatan penggunaan oksigen oleh tubuh.Perubahan kapasitas difusi oksigen selama gerak badan. Selama gerak badan berat, atau selama keadaan lain yang sangat meningkatkan kegiatan paru, kapasitas difusi oksigen meningkat sekitar tiga kali lipat. Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa macam faktor :1. Pembukaan sejumlah kapiler paru-paru yang tadinya tidak aktif, dengan demikian meningkatkan luas permukaan darah ke dalam mana oksigen dapat berdifusi. 2. Dilatasi semua kapiler paru yang telah terbuka, sehingga lebih meningkatkan lagi luas permukaan itu. Oleh karena itu, selama gerak badan, oksigen darah ditingkatkan tidak hanya oleh peningkatan ventilasi alveolus tetapi juga oleh kapasitas membran respirasi yang lebih besar untuk meneruskan oksigen ke dalam darah.Kapasitas difusi untuk karbon dioksidaKapasitan difusi untuk karbon dioksida belum pernah diukur karena kesulitan teknik berikut ini : karbon dioksida berdifusi melalui membran respirasi sedemikian cepat hingga PCO2 rata-rata di dalam darah paru tidak jauh berbeda dari PCO2 di dalam alveolus, perbedaan rata-rata kurang dari 1mmHg, dan dengan teknik yang ada, perbedaan ini terlalu kecil untuk diukur.Pentingnya kapasitas difusi yang tinggi bagi karbon dioksida adalah : bila membran respirasi menjadi rusak secara progresif, kapasitasnya untuk meneruskan oksigen ke dalam darah selalu cukup untuk menyebabkan oksigen ke dalam darah selalu cukup untuk menyebabkan kematian orang tersebut jatuh sebelum terjadinya gangguan difusi karbon dioksida secara berarti.Transport oksigen ke jaringanAmbilan oksigen oleh dara paru dimana alveolus paru di dekat suatu kapiler paru, yang memperlihatkan difusi molekul oksigen diantara udara alveolus dan darah paru. Meskipun demikian, PO2 darah vena yang sedang memasuki kapiler hanya 40 mmHg karena sejumlah besar oksigen telah dikeluarkan dari darah ini ketika ia mengalir melalui kapiler jaringan. PO2 di dalam alveolus adalah 104 mmHg yang memberikan suatu perbedaan tekanan awal untuk difusi oksigen ke dalam kapiler paru sebesar 104-40 atau 64 mmHg. Oleh karena itu, jauh lebih banyak oksigen berdifusi ke dalam kapiler paru daripada dalam arah sebaliknya. Pada kurva di bawah, kapiler memperlihatkan peningkatan progresif dalam PO2 darah ketika darah tersebut sedang mengalir melalui kapiler itu. Kurva ini melukiskan bahwa PO2 tersebut meningkat hampir sama dengan PO2 udara alveolus sebelum mencapai titik tengah kapiler itu, menjadi kira-kira 104 mmHg. Tetapi sejumlah kecil darah vena patu melintasi alveoli yang teraerasi jelek dan tak menjadi teroksigenisasi di dalam jantung kiri, PO2 di dalam aorta menjadi sekitar 95 mmHg.Ambilan oksigen oleh darah paru selama gerak badan. Selama gerak badan berat, tubuh seseorang mungkin memerlukan oksigen sebanyak 20 kali normal. Namun, karena ada suatu faktor pengaman yang besar untuk difusi oksigen melalui membran paru dan karena kapasitas difusi untuk oksigen meningkat sekitar tiga kali lipat, darah tersebut hampir sepenuhnya dijenuhkan dengan oksigen ketika ia meninggalkan paru. Difusi oksigen dari kapiler ke cairan interstitialPada kapiler jaringan, oksigen berdifusi ke dalam jaringan. Yaitu PO2 di dalam cairan interstitial tepat diluar suatu kapiler rendah dan meskipun sangat berubah-ubah rata-rata sekitar 40 mmHg, sedangkan yang ada di dalam darah arteri tinggi kira-kira 95 mmHg. Oleh karena itu pada ujung arterial kapiler, suatu perbedaan tekanan sebesar 55 mmHg menyebabkan difusi oksigen. Difusi oksigen dari cairan interstitial ke dalam selKarena oksigen selalu sedang digunakan oleh sel, PO2 intrasel tetap lebih rendah daripada PO2 cairan interstitial. Oksigen berdifusi melalui membran sel dengan sangat cepat. Oleh karena itu, PO2 intrasel hampir sama dengan PO2 cairan interstitial. Transport karbon dioksida ke dalam paru-paruDifusi karbon dioksida dari sel ke kapiler jaringan karena karbon dioksida terus dibentuk dalam jumlah besar di dalam sel, PCO2 intrasel cenderung meningkat. Tetapi, difusi karbon dioksida kira-kira 20 kali lebih mudah daripada difusi oksigen, sehingga ia berdifusi dari sel dengan sangat cepat ke dalam cairan interstitial dan kemudian ke dalam darah kapiler. Misalnya intrasel sebesar 46 mmHg sedangkan di dalam cairan interstitial tepat di dekat kapiler kira-kira 45 mmHg, suatu perbedaan tekanan hanya sebesar 1 mmHg. Darah arteri yang sedang memasuki kapiler jaringan mengandung karbon dioksida dengan tekanan kira-kira 40 mmHg. Ketika darah mengalir melalui kapiler, PCO2 darah tersebut meningkat mendekati PCO2 cairan interstitial sebesar 45 mmHg. Dan juga, karena koefisien difusi karbon dioksida sangat besar, PCO2 darah yang meninggalkan kapiler dan memasuki vena juga kira-kira 45 mmHg dalam suatu fraksi dari suatu milimeter untuk mencapai keseimbangan sempurna dengan PCO2 cairan interstitial.Pengeluaran karbondioksida dari darah paruKetika tiba di paru-paru, PCO2 darah vena kira-kira 45 mmHg sedangkan PCO2 alveolus 40 mmHg. Oleh karena itu, perbedaan tekanan awal untuk difusi hanya 5 mmHg yang jauh lebih kecil daripada untuk difusi oksigen melintasi membran itu. Namun, meskipun demikian, karena koefisien difusi untuk karbon dioksida 20 kali koefisien difusi oksigen, kelebihan karbon dioksida di dalam darah cepat dipindahkan ke dalam alveolus. Sesungguhnya, memperlihatkan bahwa PCO2 darah kapiler paru menjadi hampir sama dengan PCO2 alveolus dalam empat persepuluh pertama dari perjalanan darah melalui kapiler paru.3Volume dan kapasitas paru Metode sederhana untuk meneliti ventilasi paru adalah merekam volume pergerakan udara yang masuk dan ke luar dari paru-paru, suatu proses yang dinamai spirometri. Spirometer yang khas terdiri dari drum yang terbalik di atas suatu ruang yang berisi air dan drum diseimbangkan oleh suatu beban. Di dalam drum ini terdapat campuran gas pernapasan, biasanya udara atau oksigen, suatu pipa menghubungkan mulut dengan ruang gas ini. Bila seseorang menarik napas atau meniupkan napasnya ke ruangan ini makan drum akan turun dan naik, dan perekaman yang selayaknya dibuat di atas lembaran kertas yang bergerak.Arti tiap-tiap volume paru adalah : Volume tidal merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan di setiap pernapasan normal, dan jumlahnya kira-kira 500 ml. Volume cadangan inspirasi merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal normal, dan ia biasanya sama dengan kira-kira 3000 ml. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suati ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya biasanya kira-kira 1100 ml. Volume sisa adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat. Volume ini rata-rata sekitar 1200 ml.Kapasitas paruDalam menguraikan peristiwa-peristiwa pada siklus paru, kadang-kadang diperlukan untuk menyatukan dua volume di atas atau lebih. Kombinasi seperti itu disebut kapasitas paru. Kapasitas paru terdiri dari :1. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah dengan volume cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500ml) yang dapat dihirup oleh seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumlah maksimum.2. Kapasitas sisa fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa. Ini adalah jumlah udara yang tersisa di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal (kira-kira 2300 ml)3. Kapasitas vital sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru seseorang setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600ml).4. Kapasitas total paru adalah volume maksimum pengembangan paru-paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya (kira-kira 5800 ml).Tingkat ekspirasi istirahat. Ventilasi paru normal hampir seluruhnya dilakukan oleh otot-otot inspirasi. Pada waktu otot inspirasi berelaksasi, sifat elastis paru dan toraks menyebabkan paru mengempis secara pasif. Oleh karena itu, bila semua otot inspirasi sama sekali berelaksasi, paru-paru kembali ke suatu keadaan relaksasi yang disebut tingkat ekspirasi istirahat. Volume udara di dalam paru-paru pada tingkat ini sama dengan kapasitas sisa fungsional, atau kira-kira 2300 ml pada dewasa muda.Makna volume sisa. Volume sisa merupakan udara yang tidak dapat dikeluarkan dari paru-paru bahkan dengan ekspirasi kuat sekalipun ini penting karena ia menyediakan udara di dalam alveolus untuk mensekresikan darah bahkan di antara dua siklus pernapasan. Seandainya tidak ada udara sisa, konsentrasi oksigen dan karbondioksida di dalam darah akan naik dan turun secara jelas dengan setiap pernapasan, yang tentu saja akan merugikan proses pernapasan. Makna kapasitas vital. Selain dari bentuk anatomi seseorang, faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas vital adalah:1. Posisi orang tersebut selama pengukuran kapasitas vital2. Kekuatan otot pernapasan3. Distensibilitas paru-paru dan sangkar dada yang disebut compliance paru-paru.Kapasitas vital rata-rata pada pria dewasa muda kira-kira 4,6 L dan pada wanita dewasa muda kira-kira 3,1 L, meskipun nilai-nilai ini jauh lebih besar pada beberapa orang dengan berat badan yang sama daripada orang lain. Paralisis otot pernapasan, yang sering terjadi setelah cedera medulla spinalis atau poliomielitis, dapat menyebabkan penurunan besar dalam penurunan kapasitas vital, menjadi serendah 500 sampai 1000 mL. Hampir tidak cukup mempertahankan kehidupan, ataupun sampai 0 pada kasus dimana terjadi kematian. Dan keadaan seperti itu, seperti tuberkulosis, emfisema, asma kronika, kanker paru, bronkitis kronika, dan pleuritis fibrosa semuanya dapat menurunkan compliance paru-paru dan dengan demikian menurunkan kapasitas vital. Oleh karena itu pengukuran kapasitas vital merupakan salah satu pengukuran terpenting dari semua pengukuran pernapasan klinis untuk menilai kemajuan berbagai jenis penyakit.4

Gambar 1. Volume respirasi paru-paru Struktur respirasi secara makroStruktur yang membentuk sistem pernafasan dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:51. Struktur utamaa. Rongga hidung dan nasal Hidung eksternal, berbentuk piramid disertai dengan suatu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang, kartilago hialin, dan jaringan fibroareolar.6 Septum nasal, membagi hidung menjadi sisi kiri dan sisi kanan rongga nasal. Bagian anterior dari septum adalah kartilago. Naris (nostril) eksternal, dibatasi oleh kartilago nasal. Kartilago nasal lateral terletak di bawah jembatan hidung. Ala besar dan ala kecil kartilago nasal mengelilingi nostril. Tulang hidung, tulang ini membentuk jembatan dan bagian superior kedua sisi hidung. Vomer dan lempeng perpendicular tulang etmoid membentuk bagian posterior septum nasal. Lantai rongga nasal adalah palatum keras yang terbentuk dari tulang maksila dan palatinum. Langit-langit rongga nasal pada sisi medial terbentuk dari lempeng kribriform tulang ethmoid, pada sisi anterior dari tulang frontal dan nasal, dan pada sisi posterior dari tulang sphenoid. Terdapat juga konka superior, medial, dan inferior yang menonjol pada sisi medial dinding lateral rongga nasal. Dibawahnya ada meatus superior, medial, dan inferior yang merupakan jalan udara rongga nasal. Sinus paranasalis, terdiri dari empat pasang, yaitu frontal, ethmoid, maksilar, dan sphenoid (lihat Gambar 1). Sinus ini berupa kantong tertutup yang dilapisi membran mukosa. Sinus ini berfungsi untuk meringankan tulang kranial, memberi area permukaan tambahan pada saluran nasal untuk menghangatkan dan melembabkan udara yang masuk serta memproduksi mukus. Membran mukosa nasal, kulit pada bagian eksternal permukaan hidung yang mengandung folikel rambut, keringat, dan kelenjar sebasea, merentang sampai vestibula yang terletak di dalam nostril. Kulit di bagian dalam ini mengandung rambut (vibrissae) yang berfungsi untuk menyaring partikel udara yang terhisap. Fungsi membran mukosa nasal secara umum adalah untuk menyaring partikel kecil, penghangatan, dan pelembaban udara yang masuk.

Gambar 2. Struktur anatomi nasal

b. Faring, berbentuk tabung muskular yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terdiri dari tiga (lihat Gambar 2), yaitu:

Gambar 3. Anatomi faring

Nasofaring, merupakan bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui dua naris internal (koana). Dua tuba eustachius (auditorik) menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga. Orofaring, dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muskular, suatu perpanjangan palatum keras tulang. Laringofaring, faring ini mengelilingi mulut esofagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya.

c. Laring (kotak suara), penghubung faring dengan trakea. Laring adalah tabung pendek berbentuk seperti kotak triangular dan ditopang oleh tiga kartilago berpasangan dan tiga kartilago tidak berpasangan (lihat Gambar 3). Kartilago berpasangan Kartilago tiroid (jakun), terletak di bagian proksimal kelenjar tiroid. Pada laki-laki ukurannya lebih besar dan lebih menonjol akibat hormon yang disekresi saat pubertas. Kartilago krikoid, cincin anterior yang lebih kecil dan lebih tebal, terletak di bawah kartilago tiroid. Epiglotis, katup kartilago elastis yang melekat pada tepian anterior kartilago tiroid. Saat menelan, epiglottis secara otomatis menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya makanan dan cairan. Kartilago tidak berpasangan Kartilago aritenoid, terletak di atas dan di kedua sisi kartilago krikoid. Kartilago ini melekat pada pita suara sejati. Kartilago kornikulata, melekat pada bagian ujung kartilago aritenoid. Kartilago kuneiform, berupa batang-batang kecil yang membantu menopang jaringan lunak.

Gambar 4. Anatomi laringd. Trakea (pipa udara), tuba yang terletak di atas permukaan anterior esofagus. Tuba ini merentang dari laring pada area vertebra serviks keenam sampai area vertebra toraks kelima tempatnya membelah menjadi dua bronkus (lihat Gambar 4), yaitu bronkus dekstra dan bronkus sinistra. Bronkus akan bercabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus dibedakan menjadi dua, yaitu bronkiolus terminalis dan brinkiolus respiratorik. Bronkiolus bercabang lagi menjadi alveolus.

Gambar 5. Trakea

e. Paru-paru terdiri dari dua lobus, yaitu lobus kanan dan lobus kiri. Masing-masing dari lobus tersebut terbagi lagi, yaitu pada lobus kanan terbagi menjadi tiga lobus, sedangkan pada lobus kiri terbagi menjadi dua lobus. Di dalam lobus tersebut terdapat kantong-kantong kecil yang merupakan kantong-kantong udara paru-paru (alveolus).

2. Struktur tambahan, merupakan struktur penunjang yang diperlukan untuk bekerjanya sistem pernafasan itu sendiri. Struktur tambahan terdiri dari tiga, yaitu:7a. Dinding toraks, terdiri dari: Tulang pembentuk rongga dada, terdiri dari tulang iga (12 buah), vertebra torakalis (12 buah), sternum (1 buah), klavikula (2 buah), dan skapula (2 buah). Otot pernafasan, menurut kegunaannya terbagi menjadi tiga, yaitu: Otot inspirasi utama M. interkostalis ekternus M. interkartilaginus parasternal Otot diafragma Otot inspirasi tambahan M. sternokleidomastoideus M. skalenus anterior M. skalenus medius M. skalenus posterior Otot ekspirasi tambahan, diperlukan ketika ada serangan asma yang membutuhkan pernafasan aktif, terdiri dari: M. interkostalis interna M. interkartilaginus parasternal M. rektus abdominis M. oblikus abdominis ekternusb. Diafragma, suatu septum berupa jaringan muskulotendineus yang memisahkan rongga toraks dengan rongga abdomen sehingga diafragma menjadi dasar dari rongga toraks.c. Pleura, dibentuk oleh jaringan yang berasal dari mesodermal. Pembungkus ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pleura viseralis yang melapisi paru dan pleura parietalis yang melapisi dinding dalam hemitoraks. Di antara kedua pleura ini terdapat ruang potensial yang berisi cairan yang dapat memisahkan lapisan pleura viseralis dan pleura parietalis agar tidak saling bersinggungan atau berlengketan.

Struktur respirasi secara mikroSaluran nafas terdiri atas bagian konduksi dan bagian respirasi.8 Bagian konduksi adalah saluran nafas solid baik di luar maupun di dalam paru yang menghantar udara ke dalam paru untuk respirasi. Sedangkan bagian respirasi adalah saluran nafas di dalam paru tempat berlangsungnya respirasi atau pertukaran gas.Bagian superior atau atap rongga hidung mengandung epitel yang yang sangat khusus untuk mendeteksi dan meneruskan bebauan. Epitel ini adalah epitel olfaktoris yang terdiri atas tiga jenis sel, yaitu sel penyokong (sustentakular), sel basal, dan sel olfaktoris (lihat Gambar 5). Sel olfaktoris adalah neuron bipolar sensoris yang berakhir pada permukaan epitel olfaktori sebagai bulbus olfaktoris kecil. Di dalam jaringan ikat di bawah epitel olfaktoris terdapat N. olfaktoris dan kelenjar olfaktoris.

Gambar 6. Sel olfaktoris

Bagian konduksi sistem pernafasan terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea, bronki ekstrapulmonal dan sederetan bronki dan bronkioli intrapulmonal dengan diameter yang semakin kecil dan berakhir pada bronkioli terminalis. Saluran ini ditunjang oleh tulang rawan hialin. Trakea dilingkari oleh cincin-cincin tulang rawan hialin berbentuk C. Setelah bercabang menjadi bronki yang kemudian memasuki paru, cincin hialin diganti oleh lempeng-lempeng tulang rawan hialin. Saat diameter brinkiolus mengecil, semua lempeng hialin menghilang dari saluran pernafasan bagian konduksi. Bagian konduksi saluran nafas yang terkecil adalah bronkiolus terminalis. Bronkiolus yang lebih besar dilapisi epitel bertingkat semu bersilia, seperti pada trakea dan bronki. Epitel ini berangsur memendek sampai menjadi epitel selapis bersilia. Bronkiolus yang lebih besar masih mengandung sel goblet yang berangsur berkurang sampai tidak dijumpai lagi pada bronkiolus terminalis. Brinkioli yang lebih kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Pada bronkioli terminalis juga terdapat sel kuboid tanpa silia yang disebut sel clara.Bagian respirasi adalah lanjutan distal bagian konduksi dan terdiri atas saluran-saluran napas tempat berlangsungnya pertukaran gas atau respirasi yang sebenarnya. Bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus respiratorius yang ditandai dengan mulai adanya kantong-kantong udara (alveoli) berdinding tipis. Respirasi hanya dapat berlangsung di dalam alveoli karena sawar antara udara yang masuk ke dalam alveoli dan darah vena dalam kapiler sangat tipis. Struktur intrapulmonal lain tempat berlangsungnya respirasi adalah duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli. Pada alveoli paru terdapat dua jenis sel (lihat Gambar 6), yaitu sel alveolar gepeng (pneumosit tipe 1) yang melapisi seluruh permukaan alveoli dan sel alveolar besar (pneumosit tipe 2) yang terselip di antara sel alveolar gepeng.9

Gambar 7. Sel alveolar tipe 1 dan sel alveolar tipe 2

Mukosa olfaktoris terdapat pada permukaan konka superior, yaitu salah satu sekat bertulang dalam rongga hidung. Epitel respirasi di dalam rongga hidung adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dan bersel goblet. Epitel olfaktoris dikhususkan untuk menerima rangsang tbau yang terdiri dari epitel bertingkat semu silindris tinggi tanpa sel goblet. Epitel olfaktorius terdapat di atap rongga hidung, pada kedua sisi septum, dan di dalam konka nasal superior. Di bawah lamina propia terdapat kelenjar Bowman yang menghasilkan sekret serosa, berbeda dengan sekret campur mukosa dan serosa yang dihasilkan kelenjar di bagian lain rongga hidung.Faring adalah ruangan di belakang kavum nasi, yang menghubungkan traktus digestivus dan traktus respiratorius. Yang termasuk bagian dari faring adalah nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Nasofaring tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Orofaring terdiri dari epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedangkan pada laringofaring epitelnya bervariasi, sebagian besar epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.Laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet kecuali ujung plika vokalis berlapis gepeng. Dindingnya tersusun dari tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, jaringan ikat, otot bercorak, dan kelenjar campur.Epiglotis adalah bagian superior laring, terjulur ke atas dari dinding anterior laring berupa lembaran pipih. Tulang yang membentuk kerangka epiglotis adalah sepotong tulang rawan (elastis) epiglotis sentral. Permukaan anterior dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Lamina propia dibawahnya menyatu dengan perikondrium tulang rawan epiglotis. Sedangkan pada permukaan posterior yang menghadap ke arah laring terdiri dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet.Trakea berbentuk huruf C yang terdiri dari tulang rawan hialin. Cincin-cincin tulang rawan satu dengan yang lain dihubungkan oleh jaringan penyambung padat fibroelastis dan retikulin disebut ligamentum anulare untuk mencegah agar lumen trakea tidak meregang berlebihan. Trakea terdiri dari tiga lapisan, yaitu:1. Tunika mukosa, tersusun dari epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Lamina basalis agak tebal dan jelas. Lamina propria mempunyai serat-serat elastin yang berjalan longitudinal membentuk membran elastika interna. Pada tunika ini terdapat kelenjar-kelenjar campur.2. Tunika submukosa, terdiri dari jaringan ikat jarang, lemak, kelenjar campur (glandula trakealis) yang banyak di bagian posterior.3. Tunika adventisia, terdapat kelenjar campur.Terdapat lima jenis sel-sel epitel trakea/respiratorius, yaitu:5a. Sel goblet, merupakan sel mukus yang menggelembung dan berisi granula sekretorik. b. Sel silindris bersilia, sel ini memiliki sekitar 300 silia di apikalnya. Pada sel ini terdapat banyak mitokondria kecil yang menyediakan ATP untuk pergerakan sel.c. Sel sikat, sel ini memiliki mikrovili di apex yang berbentuk seperti sikat.d. Sel basal, merupakan sel induk yang akan bermitosis dan berubah menjadi sel lain.e. Sel sekretorik/bergranula, sel yang memiliki granula dengan diameter 100-300 milimikron yang berfungsi mengatur sekresi mukosa dan serosa.Bronkus intrapulmonal biasanya dikenali dari adanya beberapa lempeng tulang rawan yang letaknya berdekatan. Epitelnya adalah epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet. Sisa dindingnya terdiri atas lamina propria tipis, selapis tipis otot polos, submukosa dengan kelenjar bronkial, lempeng tulang rawan hialin, dan adventisia.Bronkiolus mempunyai epitel yang rendah, yaitu epitel semu silindris bersilia dengan sel goblet. Mukosanya berlipat dan otot polos yang mengelilingi lumennya relatif banyak. Tidak ada tulang rawan dan kelenjar lagi, adventisia mengelilingi struktur ini.Bronkiolus terminalis menampakkan mukosa yang berombak dengan epitel silindris bersilia. Tidak ada sel goblet pada bronkiolus terminalis. Lamina propria tipis, selapis otot polos, dan masih ada adventisia pada bronkiolus terminalis. Bronkiolus respiratorius langsung berhubungan dengan duktus alveolaris dan alveoli. Epitel pada bronkiolus ini adalah selapis silindris rendah atau kuboid dan dapat bersilia di bagian proksimal saluran ini. Bagian terminal setiap bronkiolus respiratorius bercabang menjadi beberapa duktus alveolaris. Sekelompok alveoli bermuara ke dalam sebuah duktus alveolaris disebut sakus alveolaris. Alveoli lonjong dilapisi selapis epitel gepeng yang tidak jelas pada pembesaran ini. Alveoli yang berdekatan memiliki septum interalveolar bersama.10 Kesimpulan Mekanisme pernapasan terdiri dari transport O2 dan CO2 dan proses difusi. Sistem pernapasan pun dibagi secara makro dan mikro yang meliputi jalannya pernapasan dari hidung sampai akhirnya ke paru-paru. Mekanisme dan fungsi pernapasan yang terganggu dapat menyebabkan gangguan pernapasan. Daftar pustaka 1. Leonhardt H. Atlas berwarna dan teks anatomi manusia alat-alat dalam. Jakarta: Hipokrates; 2005. h.107-8.2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC; 2001. h.410-13.3. Guyton AC. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2003. h. 346-51.4. Bickley LS, Szilagyi PG. Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. Jakarta: EGC; 2009. h.231-3.5. Djojodibroto D. Respirologi. Jakarta: EGC, 2009: 5-20.6. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2003: 266-75.7. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia, 2009: 257-70.8. Eroschenko VP. Atlas histologi. Edisi ke-9. Jakarta: EGC, 2003: 231-46.9. Bloom, Fowcett. Buku ajar histologi. Edisi ke-12. Jakarta: EGC, 2002: 629-48.10. Gunardi S. Anatomi sistem pernapasan. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009.