Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

27
Serangan Kronis Glaukoma Primer Sudut Terbuka Ajeng Aryuningtyas Dewanti 102012259 – C5 e-mail: [email protected] Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012 Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510 No. Telp (021) 5694-2061 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Glaukoma merupakan istilah penyakit yang diambil dari bahasa Yunani yaitu glaukos yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Kelainan mata pada pasien glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang padang yang dapat mengakibatkan kebutaan sebagai akhir dari penyakit glaukoma yang ditakuti. Hingga saat ini, glaukoma masih menjadi penyebab utama kebutaan secara global dan diperkirakan jumlah orang dengan penyakit ini akan terus bertambah secara drastis. Peningkatan tekanan intraokular pada pasien glaukoma ini, disebabkan karena bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar, dan karena berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil. 1

description

glaukoma

Transcript of Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Page 1: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Serangan Kronis Glaukoma Primer Sudut TerbukaAjeng Aryuningtyas Dewanti

102012259 – C5

e-mail: [email protected]

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012

Jl. Arjuna Utara No. 6, Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11510

No. Telp (021) 5694-2061

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Glaukoma merupakan istilah penyakit yang diambil dari bahasa Yunani yaitu glaukos

yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita

glaukoma. Kelainan mata pada pasien glaukoma ditandai dengan meningkatnya tekanan

bola mata, atrofi papil saraf optik, dan menciutnya lapang padang yang dapat

mengakibatkan kebutaan sebagai akhir dari penyakit glaukoma yang ditakuti. Hingga saat

ini, glaukoma masih menjadi penyebab utama kebutaan secara global dan diperkirakan

jumlah orang dengan penyakit ini akan terus bertambah secara drastis.

Peningkatan tekanan intraokular pada pasien glaukoma ini, disebabkan karena

bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar, dan karena berkurangnya

pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.

Glaukoma diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan klasifikasi oleh

Vaughen, antara lain glaukoma primer, glaukoma kongenital, glaukoma sekunder dan

glaukoma absolute dan glaukoma sendiri dapat berlangsung secara akut maupun secara

kronik.1 Diperlukan langkah diagnosis dan pemeriksaan fisik yang tepat untuk

mengidentifikasi tipe glaukoma yang dialami oleh seorang pasien dan apakah glaukoma

yang dideritanya bersifat akut atau kronik, serta diperlukan juga penatalaksanaan yang

tepat dan cepat sehingga dapat meminimalisir kerusakan yang disebabkan oleh

peningkatan tekanan intraokular ini.

Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membantu mahasiswa kedokteran dalam

memahami berbagai penyakit mata salah satunya adalah glaukoma primer sudut terbuka, baik

1

Page 2: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

anamnesa, pemeriksaan, diagnosa banding, etiologi, epidemiologi, gejala klinis, patologi,

penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, prognosis, serta klasifikasinya.

Skenario

Seorang wanita 72 tahun yang datang ke poliklinik diantar oleh anaknya dengan

keluhan utama kedua mata pandangan kabur kanan lebih buruk dari mata kiri. Keluhan sudah

dirasakan selama bertahun-tahun dan dirasakan makin lama makin memburuk. Anak pasien

mengatakan bahwa ibunya sering menabrak perabotan di dalam rumah. Pasien menderita DM

dan Hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik.

Pembahasan

Anatomi dan Fisiologi

Sudut Camera Oculi Anterior (COA)

Bilik mata depan (COA) merupakan struktur penting dalam hubungannya

dengan pengaturan tekanan intraokuler. Hal ini disebabkan karena pengaliran cairan

aquos harus melalui bilik mata depan terlebih dahulu sebelum memasuki kanal

Schlemm. Bilik mata depan dibentuk oleh persambungan antara kornea perifer dan

iris. Ciri-ciri anatomi utama sudut ini adalah garis Schwalbe (sudut filtrasi), trabekula

meshwork (yang terletak di atas kanalis Schlemm) dan taji-taji sclera. Garis Schwalbe

menandai berakhirnya endotel kornea. Jalinan trabekula berbentuk segitiga pada

potongan melintang yang dasarnya mengarah ke korpus siliare (berfungsi sebagai

pembentuk akuos humor). Garis ini tersusun dari jaringan kolagenelastik berlubang

yang membentuk suatu filter dengan memperkecil ukuran pori ketika mendekati

kanalis Schlemm.2

Gambar 1. Anatomi bilik mata depan (COA), kanalis Schlemm dan trabekula Meshwork.

Akuos Humor

Akuos humor adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera anterior dan

posterior mata. Akuos Humor diproduksi oleh korpus siliare. Setelah masuk ke

kamera posterior, humor akuos mengalir melalui pupil ke kamera anterior lalu ke

2

Page 3: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

jalinan trabekular di sudut kamera anterior. Selama periode ini, terjadi pertukaran

diferensial komponen-komponen dengan darah di iris.2

Organ yang berperan pada outflow akuos humor pada sudut COA disebut

trabekulum (trabecular meshwork). Jalinan trabekula terdiri dari berkas-berkas

jaringan kolagen dan elastis yang dibungkus oleh sel-sel trabekular yang membentuk

suatu saringan dengan ukuran pori-pori semakin mengecil sewaktu mendekati kanalis

schlemm. Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula

memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase akuos

humor juga meningkat.

Gambar 2. Sirkulasi dari Aquous Humor

Anamnesis

Dalam setiap pemeriksaan anamnesis harus selalu dilakukan dengan benar,

karena hal ini sangat membantu dalam membuat suatu diagnosis dan juga langkah

terapi yang akan dilakukan. Beberapa hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesis

adalah:

1. Identitas pasien

Dalam kasus ini identitas yang didapat wanita usia 72 tahun.

2. Keluhan utama

Pada kelainan penglihatan bisa menimbulkan berbagai macam gejala,

diantaranya:

Penurunan penglihatan

Mata merah, nyeri, dan berair

Penglihatan berbayang

Dalam kasus ini keluhan utama yang dinyatakan adalah kedua mata

pandangan kabur kanan lebih buruk dari mata kiri. Pada pasien glaukoma

sudut terbuka sangat susah untuk menentukan diagnosis dengan hanya

melakukan anamnesis, karena tidak adanya gejala sampai stadium akhir

3

Page 4: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

sehingga sering menyebabkan telat diagnosis dan penatalaksaan, sehingga

biasanya pasien datang sewaktu pasien menyadari ada pengecilan lapangan

pandang.2

3. Keluhan penyerta

Ditanyakan apakah ada keluhan lain selain keluhan yang diderita saat

itu.

4. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci

dan jelas keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhatan utama sampai

pasien datang berobat. Pada kasus pasien mengeluh keluhan sudah dirasakan

selama bertahun-tahun dan makin memburuk, dan pasien sering menabrak

perabotan didalam rumahnya.

5. Riwayat penyakit dahulu

Adakah riwayat hipertensi sebelumnya?

Adakah riwayat penyakit Diabetes Mellitus?

Dalam kasus ini, pasien menderita DM dan Hipertensi yang tidak terkontrol

dengan baik.

6. Obat-obatan

7. Riwayat keluarga

Adakah riwayat hipertensi dalam keluarga?

Adakah riwayat penyakit Diabetes Mellitus pada keluarga?

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan oleh dokter perlu dilakukan untuk menegakan diagnosa

glaukoma. Dokter akan melihat ke dalam bola mata melalui pupil yang telah

dilebarkan. Pemeriksaan tekanan bola mata (tonometri) belum bisa digunakan

patokan pasti diagnosa glaukoma sebab 25% penderita glaukoma memiliki tekanan

bola mata yang normal. Berikut beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk

mendiagnosa glaukoma:

Tes Ketajaman Penglihatan

Tes ketajaman penglihatan atau visual acuity ialah tes untuk

menilai kekuatan resolusi mata. Tes standar yang dilakukan ialah

dengan menggunakan Snellen chart, yang terdiri dari baris-baris huruf

yang ukurannya semakin kecil. Tiap baris diberi nomor dengan jarak

4

Page 5: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

dalam meter. Pada pasien penderita glaukoma ketajaman penglihatan

dapat berkisar antara 20/400 hingga hanya persepsi cahaya.

Pemeriksaan Mata Eksternal

1. Palpebra

Biasanya kelopak mata letaknya sejajar, tepi kelopak terletak

dekat bola mata pada mata yang sehat. Jika tepi kelopak mengarah

keluar dari bola mata maka terdapat ektropion, jika tepi ini

mengarah ke dalam dan bulu mata bergesekan dengan bola mata

maka terdapat entropion. Kelopak mata yang jatuh atau ptosis

dapat menunjukkan kelainan anatomis dan masalah organik

misalnya kelemahan otot levator pada miastenia gravis.

2. Konjungtiva

Periksa fornix bawah dan eversi kelopak mata atas dengan

cotton buds dilihat apakah mengalami injeksi (inflamasi), apakah

terdapat sekret, bagaimana distribusi kemerahan, apakah terdapat

perdarahan konjungtiva.

3. Penlight/senter

- Pupil

Gunakan penlight untuk melihat bagian depan mata dan

amati baik-baik bentuk pupil dan responnya terhadap cahaya.

Pupil dengan bentuk ireguler dan respon cahaya yang menurun

dapat mengindikasikan adanya sinekia posterior dari uveitis

atau bekas trauma yang pernah dialami, yang keduanya dapat

mengarah kepada glaukoma. Jika pasien mengalami penurunan

ketajaman penglihatan dan pupil terlihat masih hitam, katarak

bukan penyebabnya

- Kornea dan Lensa

Pemeriksaan kornea dan lensa menggunakan

penlight/senter pada orang normal akan terlihat jernih dan

bening tidak terlihat adanya benda asing, akan tetapi pada

pasien penderita glaukoma kornea dan lensa akan tampak

keruh.

5

Page 6: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

- Camera Oculi Anterior

Pemeriksaan COA dengan menggunakan penlight

ditujukan untuk melihat kedalaman dari COA. Apabila penlight

disenter dari temporal dan sinar tembus ke bagian nasal maka

hasilnya normal dan dalam, akan tetapi apabila sinar tidak

tembus dan dangkal maka pasien tersebut menderita glaukoma.

4. Lapang Pandang

o Tes Konfrontasi

Satu mata pasien ditutup dan pemeriksa duduk di

seberangnya, menutup matanya pada sisi yang sama. Satu

objek, biasanya kepala jarum berukuran besar, kemudian

digerakkan dalam lapang pandang mulai dari perifer

menuju ke pusat. Pasien diminta mengatakan kapan ia

pertama kali melihat objek tersebut. Tiap kuadran diperiksa

dan lokasi bintik buta ditentukan. Selanjutnya, lapang

pandang pasien dibandingkan dengan lapang pandang

pemeriksa.3

5. Funduskopi

Funduskopi dilakukan untuk pemeriksaan retina dengan

menggunakan (1) oftalmoskopi direk dan (2) oftalmoskopi indirek

yang mampu melihat retina sampai ke area yang sangat perifer.

Teknik yang harus dikuasai oleh nonspesialis adalah oftalmoskopi

direk. Oftalmoskop direk memberikan (1) suatu bayangan refleks

fundus (2) pandangan yang diperbesar dari papil saraf optik,

makula, pembuluh darah retina, dan retina hingga ekuator.

Oftalmoskopi direk terdiri dari (1) sumber cahaya, yang ukuran dan

warnanya dapat diubah (2) sistem lensa yang memungkinkan

kelainan refraksi pemeriksa dan pasien dikoreksi. Beberapa hal

yang perlu dinilai dalam oftalmoskopi direk, antara lain: Temukan

lempeng optik, nilailah batasnya (apakah jelas), nilailah warna

lempeng (apakah pucat), nilailah mangkuk optik. Periksa daerah

makula. Apakah refleks fovea normal (pada orang muda lekukan

fovea tampak sebagai cahaya pinpoint terang di tengah retina).

6

Page 7: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Apakah terdapat lesi abnormal seperti perdarahan, eksudat atau

cotton wool spot. Kembalilah ke lempeng optik dan ikuti tiap

cabang pembuluh darah utama hingga ke perifer. Apakah diameter

pembuluh darah normal, apakah arteri menekan vena di tempat

mereka bersilangan (A/V Nipping), apakah terdapat emboli di

arteriol. Pada glaukoma dapat terlihat:

a. Kelainan papil saraf optik (papil glaukomatous)

pembesaran cup yang konsententrik, saraf optik pucat

atau atropi, saraf optik tergaung

b. Kelainan serabut retina, serat yang pucat atau atropi

akan berwarna hijau

c. Tanda lainnya seperti perdarahan peripapilar

Gambar 3. Normal funduskopi (kiri) dan funduskopi pada pasien Glaukoma (kanan)

6. Tonometri untuk mengukur tekanan bola mata

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata.

Rentang tekanan intra okuler normal adalah 10-21 mmHg. Yang

paling sering digunakan adalah tonometer aplanasi Goldman. Ada

tiga bentuk tonometri atau pengukur tekanan bola mata :

Tonometri Digital (palpasi)

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang

paling tidak cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan

jari telunjuk. Dapat digunakan dalam keadaan terpaksa (bila

tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai, dan tidak ada

alat lain). Caranya adalah dengan kedua jari telunjuk diletakkan

diatas bola mata sambil penderita disuruh melihat ke bawah.

Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata mengakibatkan

tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata.

7

Page 8: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Dilakukan dengan palpasi, dimana satu jari menahan, jari

lainnya menekan secara bergantian.

Tonometri Schiotz

Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi atau

menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak

bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada kornea akan

menekan bola mata kedalam dan mendapat perlawanan tekanan

dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan tergantung

pada beban tonometer. Penderita diminta berbaring dan

matanya ditetesi pantokain 0,5% 1 kali. Penderita diminta

melihat lurus ke satu titik di langit-langit. Pemeriksa berdiri di

sebelah kanan penderita. Dengan ibu jari tangan kiri kelopak

mata digeser ke atas tanpa menekan bola mata, jari kelingking

tangan kanan yang memegang tonometer, menyuai kelopak

inferior. Dengan demikian celah mata terbuka lebar. Perlahan-

lahan tonometer diletakkan di atas kornea. Pembacaan skala

dikonfersi pada tabel untuk mengetahui bola mata dalam

mmHg. Tekanan bola mata normal 15-20 mmHg.

Gambar 4. Tonometri Schiotz

Tonometri Aplanasi

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan

tekanan intra okuler dengan menghilangkan pengaruh kekakuan

sklera dengan mendatarkan permukaan kornea. Untuk

mengukur tekanan mata harus diketahui luas penampang yang

ditekan alat sampai kornea rata dan jumlah tenaga yang

diberikan. Alat yang di gunakan untuk pemeriksaan ini adalah

slitlamp dengan sinar biru, tonometer aplanasi, flouresein

strip/tetes , obat tetes anestesi lokal (tetrakai/pantokain).

8

Page 9: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Gambar 5. Pemeriksaan tonometri Aplanasi

Teknik pemeriksaannya adalah mata yang akan

diperiksa diberi anestesi topikal lalu pada mata tersebut

ditempelkan kertas fluoresein. Sinar oblik warna biru dari

slitlamp disinarkan pada dasar telapak prisma tonometer

aplanasi Goldmann.4

Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan hasil: visus 20/200 OD, 20/80 OS. OD:

palpebra normal, konjungtiva nornal, kornea dan lensa sedikit keruh, COA dalam, TIO

29mmHg OU. Test konfrontasi dan sentral. Funduskopi papil warna kuning pucat dengan

batas tegas, CD ratio 0,8 dan A:V ratio 2:3.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bersifat tidak definitif, namun ada

beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data tambahan. Pada

pasien glaukoma dapat dilakukan:4

Goniosopy

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan

dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma, gonioskopi

diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan. Gonioskopi

dapat membedakan sudut terbuka dan sudut tertutup. Begitu pula dapat

diperiksa apakah ada perlengketan iris di bagian perifer dan kelainan lainnya..

Apabila keseluruhan jalinan trabekula, taji sklera, dan prosessus iris dapat

dilihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis schwalbe atau sebagian

kecil dari jalinan trabekula yang dapat terlihat, sudut dikatakan sempit. Apabila

garis schwalbe tidak terlihat dinyatakan sudut tertutup.

9

Page 10: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Gambar 6. Pemeriksaan Gonioskopy

Tes Provokasi

Tes ini dilakukan pada suatu keadaan yang meragukan. Pada glaukoma

primer sudut terbuka dapat dilakukan beberapa tes provakasi sebagai berikut :

- Tes minum air ( Water Drinking Test)

Penderita disuruh berpuasa paling sedikit 4 jam, tanpa pengobatan

selama 24 jam. Kemudian disuruh minum satu liter air dalam lima menit. Lalu

diukur tiap 15 menit selama 1,5 jam. Kenaikan tensi 8 mmHg atau lebih,

dianggap mengidap glaukoma.

- Uji Priskol

Uji ini dilakukan dengan menyuntikan 1 ml priskol pada konjungtiva,

dan kemudian dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan mengunakan

tonometri sebelum disuntik dan disusul dengan tonometri selama 15, 30, 60,

90 menit jika kenaikan tekanan bola mata 11-13 mmHg mungkin menderita

glaukoma bila kenaikan 14 mmHg atau lebih adalah patologik.

- Tes steroid

Pada mata pasien diteteskan larutan dexamethason 3-4 tetes, selama

dua minggu. Kenaikan tensi intraokular 8 mmHg menunjukan glaukoma.

Differential Diagnosis

Retinopati hipertensi

Retinopati hipertensi adalah kelainan atau perubahan vaskularisasi retina pada

penderita hipertensi. Hipertensi arteri sistemik merupakan tekanan diastolik > 90 mmHg dan

tekanan sistolik > 140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi tersebut menimbulkan komplikasi

pada retina maka terjadi retinopati hipertensi.2 Retinopati hipertensi merupakan penyakit yang

berjalan secara kronis sehingga gejala penyakit awal sering tidak dirasakan. Penderita

retinopati hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.5

10

Page 11: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan pada anamnesis (riwayat

hipertensi), pemeriksaan fisik (tekanan darah), pemeriksaan oftalmologi (funduskopi), dan

pemeriksaan penunjang dengan angiografi fluorosens. Pada anamnesis penglihatan yang

menurun merupakan keluhan utama yang sering diungkapkan oleh pasien. Pasien

mengeluhkan buram dan seperti berbayang apabila melihat sesuatu. Penglihatan biasanya

turun secara perlahan sehingga tidak disadari.1

Retinopati diabetes melitus

Retinopati diabetes adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita

diabetes melitus. Retinopati akibat diabetes melitus lama berupa aneurismata, melebarnya

vena, perdarahan dan eksudat lemak. Makin lama menderita diabetes makin bertamabah

resiko untuk mendapatkan retinopati. Gambaran retinopati disebabkan perubahan

mikrovaskuler retina. Hiperglikemia mengakibatkan kematian perisi intramural dan

penebalan membran basalis mengakibatkan dinding pembuluh darah lemah. Penimbunan

glukosa dan fruktosa merusak pembuluh darah halus pada retina.1

Retinopati Pigmentasi

Degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optik, menyebar tanpa

gejala peradangan. Retina mempunyai bercak dan pita halus yang berwarna hitam.

Merupakan kelainan yang berjalan progresif yang onset bermula sejak masa kanak-kanak.

Umumnya proses mengenai seluruh lapis retina berupa terbentuknya jaringan ikat secara

progresif lambat disertai proliferasi sel pigmen pada seluruh lapisannya. Terjadi

pembentukan masa padat putih kebiru-biruan yang masuk ke dalam badan kaca.

Retinopati pigmentosa merupakan kelainan autosomal resesif, autosomal dominan, X

liked resesif atau simpleks. Kebanyakan pasien tanpa riwayat penyakit pada keluarga

sebelumnya.

Pada bagian perifer atau ekuator retina tertimbun pigmen berbentuk susunan tulang,

dengan pembuluh darah koroid yang dapat dilihat. Pigmen meluas ke arah sentral dan perifer.

Pada atrofi berlanjut maka sel ganglion retina terkena yang akan mengakibatkan atrofi papil

saraf optik, dan terdapat beberapa pandangan pada penyakit ini: (1)cTidak terdapatnya

koeiokapiler, (2) merupakan degenerasi neuroepitel yang mengebai sel ganglion dan (3)

disertai dengan disfungsi hipofise.1

11

Page 12: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Working Diagnosis

Glaukoma Primer Sudut Terbuka

Glaukoma primer sudut terbuka adalah gangguan mata yang bersifat kronik,

prgoresifnya lambat, neuropati optik dengan gejala kerusakan nervus optikus dan kehilangan

lapangan pandang. Peningkatan TIO merupakan faktor risiko yang penting disamping faktor

lain seperti ras, penurunan ketebalan kornea sentral, peningkatan usia dan riwayat keluarga

menderita glaukoma. Penurunan perfusi ke nervus optikus, kelainan metabolisme sel

ganglion atau axon, dan gangguan matriks ekstraseluler dari lamina cribrosa bisa juga

berkontribusi sebagai faktor risiko. Namun, bagaimana faktor risiko tersebut saling

berhubungan menyebabkan Glaukoma Primer Sudut Terbuka belum bisa dijelaskan.6

Klasifikasi glaukoma primer :1

1. Glaukoma sudut terbuka ( glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sederhana

kronik)

2. Glaukoma tekanan normal ( glaukoma tekanan rendah)

Glaukoma tekanan rendah adalah suatu keadaan dimana ditemukan penggaungan

papil saraf optik dan kelainan lapang pandang yang khas glaukoma tetapi disertai

tekanan bola mata yang tidak tinggi. Keadaan ini dihubungkan dengan

terdapatnya gangguan pendarahan papil saraf optik walaupun tekanan bola mata

tidak tinggi.

Katarak imature

Katarak imature yaitu keadaan dimana sebagian lensa keruh atau katarak belum mengenai

seluruh lapisan lensa. Pada katarak imature akan dapat bertambah volume lensa akibat

meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa

mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder

Etiologi

Glaukoma sudut terbuka etilogi tidak pasti, dimana tidak didapatkan kelainan yang

merupakan penyebab glaukoma. Glaukoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki

bakat bawaan glaukoma, seperti:6

1. Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis

bilik mata yang menyempit.

12

Page 13: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

2. Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan

(goniodisgenesis), berupa trabekulodisgenesis, iridodisgenesis dan korneodisgenesis

dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis.

Glaukoma sudut terbuka sering terjadi setelah usia 40 tahun, tetapi kadang

terjadi pada anak-anak. Penyakit ini cenderung diturunkan dan paling sering

ditemukan pada penderita diabetes atau miopia. Glaukoma sudut terbuka lebih sering

terjadi dan biasanya penyakit ini lebih berat jika diderita oleh orang kulit hitam.

Epidemiologi

Glaukoma primer sudut terbuka merupakan permasalahan kesehatan yang

utama. Berdasarkan penelitian di USA pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun

diperkirakan prevalensi glaukoma primer sudut terbuka sekitar 1,86%. Diperkirakan

dengan meningkatnya populasi usia lanjut, jumlah pasien glaucoma juga akan

meningkat 50% dari 3,36 juta pada tahun 2020.1

Glaukoma merupakan salah satu penyebab gangguan penglihatan dan

kebutaan di dunia. Prevalensi glukoma sudut terbuka kronik sebesar 1,5-3% pada

orang berusia lebih dari 40 tahun pada ras kaukasian. Karena perjalanan penyakit

yang tanpa keluhan, sudah terjadi kerusakan berat sebelum pasien menyadari

penyakitnya.

Patofisiologi

Glaukoma merupakan sekelompok penyakit kerusakan saraf optik (neuropati

optik) yang biasanya disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil

saraf optik. Iskemia tersendiri pada papil saraf optik juga penting. Hilangnya akson

menyebabkan defek lapangan pandang dan hilangnya ketajaman penglihatan jika

lapangan pandang sentral terkena. Ada dua teori utama mengenai mekanisme

kerusakan serabut saraf oleh peningkatan tekanan intraokular yaitu teori mekanik dan

teori iskemik:7

- Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan kerusakan mekanik pada akson

saraf optik dan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina, iris

dan korpus siliar juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris memperlihatkan

degenerasi hialin sehingga terjadi penurunan penglihatan.

- Peningkatan tekanan intraokular menyebabkan iskemia akson saraf akibat

berkurangnya aliran darah pada papil saraf optik. Diskus optikus menjadi

atrofi disertai pembesaran cekungan optikus.

13

Page 14: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses

degeneratif  di jaringan trabekular berupa penebalan lamella trabekula yang mengurangi

ukuran pori dan berkurangnya jumlah sel trabekula pembatas. Juga termasuk pengendapan

bahan ekstrasel di dalam jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini

berbeda dengan proses penuaan normal. Akibatnya adalah penurunan drainase humor

akueous yang menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler.

Tekanan intraokuler yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang

merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil saraf

optik relatif lebih kuat daripada bagian tengah sehingga terjadi cekungan pada papil saraf

optik.

Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan terbentuknya cairan mata (akueus

humor) bola mata oleh badan siliar dan hambatan yang terjadi pada jaringan trabekular

meshwork. Akueus humor yang dihasilkan badan siliar masuk ke bilik mata belakang,

kemudian melalui pupil menuju ke bilik mata depan dan terus ke sudut bilik mata depan,

tepatnya ke jaringan trabekulum, mencapai kanal Schlemm dan melalui saluran ini keluar

dari bola mata. Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatannya terletak pada jaringan

trabekulum maka akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga

tekanan bola mata meninggi. Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer

menutup sudut bilik depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh akueus.

Gambar 7. Aliran Humor Akuos pada Glaukoma Sudut Terbuka

Gejala Klinis

Asimtomatik dalam tahap awal, sehingga hampir selalu penderita datang berobat

dalam keadaan penyakit yang sudah berat.

Progresifitas lambat

Bilateral tapi tidak simetris

Biasanya tekanan bola mata tidak terlalu tinggi (> 21 mmHg)

14

Page 15: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atropi papil disetai ekskavasio

glaukomatosa. Gangguan saraf optik akan terlihat sebagai gangguan fungsi berupa

penciutan lapangan pandang

COA mungkin normal dan pada gonioskopi terdapat sudut terbuka.

Lapangan pandangan mengecil atau menghilang.

Atropi nervus optikus dan terdapat cupping.3

Faktor Resiko

1. Tekanan Intra Okular (TIO)

Berdasarkan penelitian epidemiologis pada populasi yang besar , diketahui

bahwa TIO rata-rata manusia adalah 15,5 mmHg, dengan rentang nilai normal

yang didapatkan adalah 10-21 mmHg. Peningkatan TIO adalah faktor risiko yang

penting pada glaukoma primer sudut terbuka. Akan tetapi, pada 30-50% penderita

glaukoma dengan optik neuropati dan hilang lapangan pandang, ditemukan TIO

dibawah 22 mmHg.

2. Diskus Optikus dan Hilang Lapangan Pandang

Meskipun masih merupakan faktor risiko utama pada glaukoma primer sudut

terbuka, peningkatan TIO tidak lagi dipertimbangkan sebagai yang terpenting

untuk diagnosis. Gambaran diskus nervus optikus dan kehilangan lapangan

pandang lebih menentukan dalam diagnosis glaukoma sudut terbuka. Pada

kerusakan nervus optikus, terdapat pola khas pada kehilangan lapangan pandang.

Evaluasi pada kedua hal tersebut sangat penting dilakukan pada follow up pasien

glaukoma.

3. Usia

Survei oleh The Baltimore Eye menunjukkan bahwa prevalensi glaukoma

meningkat seiring bertambahnya umur, terutama pada ras berkulit hitam, yaitu

lebih dari 11% pada umur 80 tahun keatas. Pada penelitian Collaborative Initial

Glaukoma Treatment, defek pada lapangan pandang tujuh kali lipat lebih sering

terjadi pada pasien 60 tahun keatas daripada pasien yang berumur 40 tahun.

4. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga yang positif juga merupakan faktor risiko pada glaukoma

primer sudut terbuka. Survei pada penelitian The Baltimore Eye juga

menunjukkan bahwa diperkirakan risiko glaukoma primer sudut terbuka 3,7 kali

15

Page 16: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

lipat lebih besar pada individu dengan saudara kandung yang mengidap penyakit

tersebut.

5. Faktor Risiko Lainnya

Beberapa kondisi seperti miopi, diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular,

dan oklusi vena sentral, diduga berhubungan dengan glaukoma. Namun, keadaan-

keadaan bukan merupakan faktor risiko utama dan memiliki hubungan yang

kurang signifikan dengan glaukoma dibandingkan faktor risiko sebelumnya.8

Komplikasi

Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat berkembang secara perlahan

hingga akhirnya menimbulkan kebutaan total.1

Prognosis

Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, pada

kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Glaukoma dapat dirawat dengan

obat tetes mata, tablet, operasi laser atau operasi mata. Menurunkan tekanan pada

mata dapat mencegah kerusakan penglihatan lebih lanjut. Oleh karena itu semakin

dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan pencegahan

kerusakan mata.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien dengan glaukoma bertujuan untuk

mempertahankan fungsi visual dengan mengendalikan tekanan intraokuler dan dengan

begitu akan mencegah atau menunda kerusakan saraf optik yang lebih lanjut.

Pemberian penatalaksanaan secara dini dapat meminimalisasi terjadinya gangguan

penglihatan. Penurunan tekanan intraokular dapat mencegah terjadinya kerusakan

pada nervus optikus. Glaukoma dapat dikontrol tekanannya dengan:3,5

Tetes mata setiap hari (penghambat beta, agonis kolinergi, agonis adrenergi)

Tablet diberikan bersama-sama obat tetes mata, jika keadaannya berat

(methazolamide dan asetazolamide)

Bila tekanannya tidak turun, maka dilakukan terapi laser.

Bila keadaan lebih lanjut dapat direncanakan tindakan bedah

Terapi Medikamentosa

1. B bloker, seperti timolol, betaxolol akan mengurangi sekresi akueus dan merupakan obat

topikal yang paling sering diresepkan. Kontraindikasi mencakup riwayat sakit jantung dan

paru.

16

Page 17: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

2. Agonis adrenergik seperti epinefrin menurunkan TIO melalui interaksi dengan reseptor α

dan β adrenergik. Interaksi ini menimbulakn konstriksi pembuluh darah yang menyuplai

badan siliar dan dengan demikian mengurangi suplai darah untuk produksi akueus.

Epinefrin mempunyai banyak efek samping dan berkurang khasiatnya bila diberikan

dengan β bloker.

3. Analog prostaglandin (latanoprost, bimatroprost) mengurangi TIO dengan meningkatkan

aliran keluar dari mata melalui rute uveoskleral.

4. Parasimpatomimetik seperti pilokarpin menyempitkan pupil sehingga menarik jalinan

trabekuler, dan meningkatkan aliran akueus. Pilokarpin tidak boleh digunakan bila ada

inflamasi karena dapat mengakibatkan sinekia posterior. Pilokarpin biasanya diberikan 4

kali sehari namun dapat diberikan 2 kali sehari dikombinasi dengan beta bloker, atau

sekali waktu malam dalam sediaan gel.

5. Inhibitor anhidrase karbonat, mereduksi sekresi humor akueus, diberikan secara oral dan

berefek sistemik.5

Penutup

Kesimpulan

Pasien dengan keluhan ke-2 mata pandangan kabur kanan lebih buruk dari mata kiri,

diduga menderita glaukoma sudut terbuka ODS, sehingga hipotesis diterima.

Daftar Pustaka

1. Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-4. Jakarta: FK UI;

2013.Hal.216-30.

2. Ilyas HS. Pemeriksaan anatomi dan fisiologi mata serta kelainan pada pemeriksaan

mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia; 2006.Hal.181-236.

3. Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam: Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran ECG; 2010.Hal.212-23

4. Ilyas HS. Glaukoma. Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin; 2007.Hal.181-203.

5. Lang GK. Glaucoma. In: Opthalmology A Pocket Textbook Atlas. NewYork:

Thieme; 2006.Hal.317-401.

17

Page 18: Makalah PBL Blok 23 Glaukoma AJENG AD

6. Morrison JC, Pollack IP. Primary Open Angle Glaucoma. In: Glaucoma Science and

Practice. NewYork: Thieme; 2003.Hal.287-96.

7. Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In: Clinical Pathway of Glaucoma.

NewYork: Thieme; 2007.

8. Blaco AA, Costa VP, Wilson RP. Chronic or Primary Open Angle Glaucoma. In:

Handbook of Glaucoma. United Kingdom: Martin Dunitz Ltd; 2002.

18