Makalah Pbl Blok 20

21
Tinjauan Pustaka Gangguan Proses Berkemih Terkait dengan Pembesaran Prostat Tania Angela* 10-2011-234 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta *Alamat Korespendensi: Tania Angela Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected] Pendahuluan Sistem urinarius dan genitalia merupakan sistem penting dalam tubuh manusia. Sistem urinarius berfungsi untuk membuang kelebihan air dalam tubuh dan sisa-sisa material yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Sedangkan sistem genitalia berfungsi untuk reproduksi dari manusia. Sistem ini memiliki organ-organ penting yang ternyata sangat rentan terkena gangguan yang ada. 1

description

makalah pbl blok 20

Transcript of Makalah Pbl Blok 20

Tinjauan Pustaka

Gangguan Proses Berkemih Terkait dengan Pembesaran Prostat

Tania Angela*10-2011-234Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

*Alamat Korespendensi:Tania AngelaFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510No. Telp (021) 5694-2061, e-mail: [email protected] Pendahuluan Sistem urinarius dan genitalia merupakan sistem penting dalam tubuh manusia. Sistem urinarius berfungsi untuk membuang kelebihan air dalam tubuh dan sisa-sisa material yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh. Sedangkan sistem genitalia berfungsi untuk reproduksi dari manusia. Sistem ini memiliki organ-organ penting yang ternyata sangat rentan terkena gangguan yang ada.Salah satu gangguan yang sering terjadi adalah pembesaran prostat atau yang lebih dikenal dengan benign prostatic hypertrophy (BPH). Kelainan ini hanya terjadi kepada laki-laki saja karena hanya laki-laki yang memiliki kelenjar prostat. Biasanya terjadi pada laki-laki yang berusia lanjut kira-kira lebih dari 60 tahun. Oleh karena itu, tinjauan pustaka ini dibuat bertujuan untuk memberikan informasi tentang segala sesuatu mengenai BPH.

Anamnesis Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien (autoanamnesis) dan dengan keluarga pasien atau dalam keadaan tertentu dengan penolong pasien (aloanamnesis). Berbeda dengan wawancara biasa, anamnesis dilakukan dengan cara yang khas, yaitu berdasarkan pengetahuan tentang penyakit dan dasar-dasar pengetahuan yang ada di balik terjadinya suatu penyakit serta bertolak dari masalah yang dikeluhkan oleh pasien. Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal berikut.1

1. Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan diagnosis)2. Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien (diagnosis banding)3. Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor predisposisi dan faktor risiko)4. Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)5. Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor prognostik, termasuk upaya pengobatan)6. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan diagnosisnya

Selain pengetahuan kedokterannya, seorang dokter diharapkan juga mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan membina komunikasi dengan pasien dan keluarganya untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat dalam anamnesis. Lengkap artinya mencakup semua data yang diperlukan untuk memperkuat ketelitian diagnosis, sedangkan akurat berhubungan dengan ketepatan atau tingkat kebenaran informasi yang diperoleh. Data yang dikumpulkan dalam mengenai anamnesis berupa identitas seperti nama, umur, pekerjaan, alamat, agama, suku, pendidikan terakhir, status pernikahan, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Selanjutnya, dikumpulkan data-data lain sebagai berikut.1,21. Keluhan utama dan sejak kapan keluhan tersebut Berisi hal tentang apa yang membuat pasien datang kepada dokter dan sejak kapan terjadi keluhan tersebut.2. Riwayat penyakit sekarang a. Menanyakan karakter keluhan utama - Apakah ada kesulitan dalam berkemih?- Apakah ada rasa nyeri pada saat berkemih?- Menanyakan frekuensi berkemih dalam sehari dan volume yang dihasilkan.- Apakah harus terbangun pada malam hari untuk berkemih?- Apakah pada saat berkemih ada rasa tidak puas?- Menanyakan bagaimana pancaran dari urin. Apakah lemah atau kuat? b. Menanyakan perkembangan atau perburukan keluhan utama- Sejak timbul kesulitan berkemih sampai memeriksakan diri ke dokter apakah semakin memburuk atau keluhan semakin membaik? c. Menanyakan keluhan-keluhan penyerta- Apakah terdapat nyeri pada bagian pinggang atau bagian suprapubik? - Apakah terdapat perubahan warna pada urin. Tanyakan juga apa perubahan warna yang terjadi.- Apakah terdapat nyeri yang sangat hebat (kolik)?3. Riwayat penyakit dahulu - Menanyakan apakah sebelumnya pernah mengalami keluhan yang sama.- Menanyakan penyakit-penyakit lainnya seperti riwayat infeksi saluran kemih, atau penyakit diabetes melitus, hipertensi, atau penyakit jantung (guna pemilihan terapi).- menanyakan riwayat pengobatan dan penggunaan obat-obatan serta alergi terhadap obat tertentu.4. Riwayat pribadi- Menanyakan gaya hidup dan pola makan.- Menanyakan konsumsi rokok atau alkohol.- Menanyakan higienitas dari pasien dan riwayat kebersihan dari alat kelamin pasien.5. Riwayat sosial- Menanyakan lingkungan tempat tinggal, bersih atau tidak, padat atau tidak.6. Riwayat Keluarga- Apakah dalam anggota keluarga juga ada yang mengalami kejadian yang serupa?- Menanyakan riwayat penyakit yang berhubungan dengan genetik.

Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik merupakan hal yang harus dilakukan ketika pasien dateng menemui dokter. Pemeriksaan fisik ini meliputi pemeriksaan tanda-tanda vital (suhu, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan), inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk), serta auskultasi (mendengarkan).2Pada pemeriksaan fisik BPH, dilakukan palpasi pada daerah abdomen untuk mengetahui apakah ada nyeri tekan di daerah pinggang lateral dan daerah supra pubik. Selain itu, dilakukan juga perkusi untuk menentukan pembesaran kandung kemih (vesika urinaria). Pembesaran prostat dapat dideteksi dengan melakukan colok dubur akan ditemukan massa yang membesar, licin, dan simetris. Kelenjar prostat dapat lunak atau keras dan mungkin terdpat nodul. Akan tetapi, nodul yang ditemukan tidak sekeras batu seperti pada kanker prostat.2,3

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan diagnosis secara lebih pasti. Untuk menentukan diagnosis BPH atau penyakit lainnya, dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut.4a. Urinalisis dan kultur urin untuk membuktikan adanya infeksi atau hematuria,b. Darah perifer lengkap untuk melihat adanya infeksi.c. Ureum, elektrolit, dan kreatinin serum untuk melihat fungsi ginjal.d. Antigen spesifik untuk prostat (PSA) untuk melihat kecurigaan antara keganasan prostat atau hanya BPH. Biasanya kenaikan yang sangat tinggi memiliki arti terdapat tanda keganasan.e. Uroflowmetri dan pengukuran volume residu (normal < 100mL) untuk membuktikan ada atau tidaknya obstruksi.f. Ultrasonografi ginjal dan kandung kemih untuk mendeteksi adanya kelainan struktural.g. Ultrasonografi transrektal untuk memnentukan pembesaran serta ukuran prostat.

Diagnosis Diagnosis dibagi menjadi dua, yaitu diagnosis kerja dan diagnosis banding. Diagnosis kerja adalah diagnosis penyakit yang memiliki tanda-tanda klinis sesuai dengan suatu penyakit. Diagnosis banding adalah kemungkinan diagnosis penyakit lain yang memiliki gejala klinis yang mirip dengan diagnosis kerja. Dalam menentukan diagnosis, teori sangat diperlukan untuk memahami pembuatan diagnosis. Bisa saja, diagnosis kerja yang ditentukan ternyata salah melainkan salah satu diagnosis banding merupakan penyakit yang tepat. Pada akhirnya diagnosis banding itulah yang akan menjadi diagnosis kerja.5Diagnosis kerja yang sesuai dengan kasus laki-laki 60 tahun dengan keluhan frekuensi buang air kecil meningkat terutama pada malam hari, serta selalu merasa tidak puas dan pancaran urinnya lemah adalah hipertrofi prostat jinak atau benign prostatic hypertrophy (BPH). BPH ditandai dengan pembesaran kelenjar prostat dan sangat sering ditemukan pada pria berusia lanjut lebih dari 60 tahun. BPH biasanya muncul dengan gambaran obstruksi aliran kandung kemih, aliran urin yang buruk, urin menetes setelah selesai berkemih, frekuensi berkemih meningkat, dan nokturia (sering berkemih pada malam hari). Gejala lain yang sering ditemukan adalah pancaran urin melemah, aliran terhenti-henti, dan inkontinensia urin (pada saat batuk dan buang air besar). Gejala iritatif seperti disuria, hematuria, dan urgensi dapat terjadi. Akan tetapi gejala nyeri panggul saat berkemih dan nyeri suprapubik jarang terjadi.2,3Pembesaran prostat terjadi secara perlahan. Biasanya gejala-gejala klinis terjadi akibat dari obstruksi aliran urin. Pada BPH, dapat ditemukan juga pembesaran dari vesika urinaria (kandung kemih) yang dapat ditemukan lewat perkusi. Kadang-kadang pada pasien dapat ditemukan juga gejala gagal ginjal kronis.2Diagnosis banding yang sesuai karena memiliki gejala klinis yang mirip dan harus diwaspadai adalah sebagai berikut.2,6a. Kanker Prostat.Keganasan prostat atau kanker prostat juga sering terjadi pada laki-laki dengan usia lanjut diatas 60 tahun. Letaknya juga sama seperti BPH yaitu menyerang kelenjar prostat. Oleh sebab itu, harus benar-benar dilakukan pemeriksaan teliti untuk menegakkan secara jelas diagnosis BPH atau kanker prostat. Biasanya pada kanker prostat gejala sering kali asimptomatik. Akan tetapi, tak jarang ditemukan juga gejala obstruksi aliran dari kandung kemih, malaise, penurunan berat badan, dan nyeri akibat deposit metastasis. Gejala-gejala gagal ginjal juga sering ditemukan. Pada pemeriksaan fisik colok dubur ditemukan terdapat nodul yang keras seperti batu (hal ini yang bisa membedakan dengan BPH). Selain itu, tumor marker untuk prostat yaitu PSA akan meningkat tinggi jika terdapat keganasan.b. Infeksi Saluran Kemih.Infeksi saluran kemih (ISK) sangat sering ditemukan. ISK lebih sering menyerang wanita muda yang aktif secara seksual. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada laki-laki. Biasanya infeksi timbul akibat bermigrasinya flora normal usus melalui uretra menuju kandung kemih (terdapat infeksi bakteri). Gejala yang timbul dapat berupa gejala sistemik seperti demam dan kaku otot. Selain itu, timbul gejala lain yaitu disuria, frekuensi berkemih meningkat, rasa ingin selalu berkemih, nyeri suprapubik pada saat berkemih, nyeri lipat paha, hematuria, dan terdapat urin yang berbau menyengat.c. Batu Saluran Kemih.Batu saluran kemih sangat sering ditemukan, puncaknya terjadi pada usia 30-40 tahun. Sebagian besar batu saluran kemih mengandung kalsium oksalat, sisanya terdiri dari campuran kalsium dan amonium fosfat, asam urat, sistin, serta batu xantin. Batu saluran kemih dapat menimbulkan gejala berupa hematuria, obstruksi saluran urin ke kandung kemih, nyeri yang menjalar dari pinggang sampai ke bagian genitalia, nyeri suprapubik, disuria, dan yang khas adalah dapat menyebabkan kolik ginjal. Pada kolik ginjal nyeri yang dirasakan sangat hebat dan biasanya terlokalisasi di daerah pinggang, walaupun penyebarannya dapat terjadi ke daerah abdomen anterior, selangkangan, dan skrotum.d. Striktur UretraStriktur uretra merupakan penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada dindingnya. Biasanya dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan kelainan bawaan. Infeksi dapat menimbulkan jaringan sikatrik pada uretra yang akan menimbulkan hambatan aliran urin dan mengakibatkan retensi urin. Trauma yang terjadi biasanya adalah trauma tumpul selangkangan, ruptur tulang pelvis, dan tindakan pemasangan kateter yang kurang hati-hati. Trauma ini membuat luka dan akhirnya dapat membentuk jaringan ikat (mengalami fibrosis) atau sikatrik yang juga akan menghambat aliran urin.

Etiologi Penyebab dari pembesaran prostat sampai saat ini belum begitu jelas. Akan tetapi ada beberapa teori yang menyebutkan bahwa terjadinya pembesaran prostat karena hal-hal berikut sebagai berikut.3,6a. Obstruksi mekanik tertentu akibat perubahan struktur.b. Obstruksi dinamik yang disebabkan oleh tonus serat otot.c. Teori dihidrotestosteron (teori DHT).Dihidrotestosteron (DHT) adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5 alfa-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa kadar DHT pads BPH tidak jauh berbeda dengan kadar prostat normal, hanya saja pada BPH aktivitas enzim 5 alfa-reduktase dan jumlah RA lebih banyak. Hal ini yang membuat sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel banyak terjadi yang berakibat pada pembesaran kelenjar prostat.

d. Ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron.Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun sedangkan kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan antara estrogen dan testosteron relatif meningkat. Telah diketahui bahwa estrogen dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah sel-sel prostat yang telah ada memiliki umur yang lebih panjang sehingga massa prostat menjadi lebih besar.

Epidemiologi Kasus pembesaran prostat atau BPH biasanya terjadi 50%-90% pada pria yang berusia 50-90 tahun. Data menunjukkan bahwa pria ras kulit hitam yang memiliki resiko yang lebih tinggi tampaknya berada pada status sosial ekonomi dan fasilitas kesehatan yang buruk.7

Patofisiologi Zona transisional dan zona sentral pada kelenjar prostat dewasa tampaknya berasal dari turunan duktus wolffii, sementara zona perifer berasal dari sinus urogenital. Perbedaan asal embriologis ini mungkin dapat menjelaskan mengapa BPH terjadi dalam zona transisional dan zona sentral. Jaringan kelenjar prostat memiliki keunikan diantara genitalia interna lainnya karena jaringan ini membutuhkan dihidrotestosteron (DHT) untuk perkembangan dan pemeliharaan embriologis normal. Testosteron bekerja sebagai prohormon. Testosteron ini dikonversi secara lokal menjadi androgen DHT yang lebih poten oleh 5 alfa-reduktase, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.6,7Diferensiasi dan pertumbuhan epitel prostat bergantung pada faktor sensitif androgen yang dihasilkan oleh stroma di bawahnya (mesenkim embriologis). Faktor-faktor pertumbuhan yang menjadi kandidat untuk meningkatkan mitosis in vitro pada sel-sel epitel prostat meliputi, EGF, IGF, dan faktor pertumbuhan fibroblas dasar (bFGF). Ekspresi bFGF meningkat pada BPH.6,7Perkembangan BPH membutuhkan testis yang berfungsi normal dan adanya 5 alfa-reduktase yang berfungsi. Individu yang tidak memiliki 5 alfa-reduktase memiliki prostat yang tidak pernah akan berkembang menjadi BPH atau kanker prostat. Pria dengan BPH memiliki aktivitas 5 alfa-reduktase yang meningkat dan reseptor androgen prostat yang mungkin meningkat, membuat prostat yang telah tua lebih rentan terhadap stimulasi androgen.6,7Pembesaran prostat ini menyebabkan penyempitan lume uretra prostatika dan menghambat aliran urin. Keadaan ini menyebabkan tekanan intarvesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus menyebabkan perubahan anatomik buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor. Perubahan struktur buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai keluhan padah saluran kemih sebelah bawah.6,7Tekanan intravesikal yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada muara kedua ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter (terjadi refluks vesiko-ureter). Keadaan ini jika berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.6Obstruksi yang diakibatkan oleh BPH tidak hanya disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior, tetapi juga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada buli-buli. Otot polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus.6Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma dan epitel. Kalau pada prostat normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2 banding 1, maka pada BPH rasionya meningkat menjadi 4 banding 1. Hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot polos prostat bila dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini, massa prostat yang menyebabkan obstruksi komponen statik, sedangkan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamik sebagai penyebab obstruksi prostat.6

Komplikasi Komplikasi yang paling sering terjadi akibat BPH adalah sebagai berikut.4a. Gagal ginjal kronis.b. Infeksi saluran kemih.c. Inkontinensia urin.d. Peritonitis akibat dari pecahnya vesika urinaria.

Penatalaksaan Terapi atau penatalaksanaan untuk BPH dibagi menjadi dua yaitu berupa terapi edukasi atau non medikamentosa dan terapi farmakologik atau medikamentosa. Tetapi, jenis terapi ini digunakan untuk mengatasi BPH ringan dan sedang. Sedangkan untuk BPH yang berat dilakukan tindakan pembedahan untuk memperbaiki kualitas hidup. Berikut ini adalah penguraian tentang masing-masing terapi.61. Terapi Non Medikamentosa.Biasanya dilakukan pada pasien BPH dengan keluhan ringan. Edukasi yang diberikan pada pasien adalah mengurangi minum setelah makan malam untuk mengurangi terbangun pada malam hari untuk buang air kecil (nokturia), menghindari obat obat dekongestan (parasimpatolitik), menguangi minum kopi dan tidak diperbolehkan minum alkohol agar tidak terlalu sering miksi.62. Terapi Medikamentosa.Prostat Hiperplasia yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang ke dokter. Secara klinik biasanya derajat berat gejala klinik dibagi menjadi 4 gradasi yaitu: Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada derajat ini ditemukan penonjolan prostat dan sisa urin kuang dari 50ml. Derajat dua apabila ditemukan gejala dan tanda sepeti derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba, dan sisa urin lebih dari 50ml tetapi kurang dari 100ml. Derajat tiga seperti derajat dua, hanya batas atas prostat atas tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100ml. Derajat empat apabila telah terjadi retensi urin total. Pada penderita derajat satu pada umumnya belum memerlukan tindakan operatif tetapi tindakan konservatif, yaitu sebagai berikut.6a. Penghambat Adrenegik Alfa.Obat obat yang sering dipakai adalah prazosin, doxazosin, terazosin, alfuzosin atau yang lebih selektif alfa 1 (tamsulosin). Penggunaan antagonis alfa 1 karena secara selektif mengurangi obstuksi pada bulibuli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obatobat ini menghambat reseptorreseptor yang banyak ditemukan pada otot polos trigonum, leher vesica, prostat, dan kapsul prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat. Hal ini akan menurunkan tekanan di daerah uretra pars prostatika sehingga gangguan aliran seni dan gejalagejala akan berkurang. Biasanya pasien merasa berkurang keluhankeluhannya dalam waktu 1 -2 minggu setelah ia memulai makan obat. Efek samping yang mungkin timbul adalah pusingpusing (dizziness), capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah. Selain itu juga dapat menyebabkan penurunan tekanan darah. Jadi dalam pemberian obat ini harus diperhatikan tekanan darahnya untuk menghindari terjadinya hipotensi yang dapat membahayakan penderita.b. Penghambat Enzim 5 Alfa-Reduktase.Obat yang dipakai adalah finasteride dengan dosis 1 x 5 mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat pembentukan DHT sehingga prostat yang membesaar akan mengecil. Namun obat ini berkerja lebih lambat dari pada golongan alfa bloker dan manfaatnya hanya jelas pada pembesaran prostat yang besar. Efektivitasnya masih diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit dari pasien setelah 612 bulan pengobatan bila dimakan terusmenerus. Salah satu efek samping obat ini adalah melemahkan libido, ginekomastia, dan dapat menurunkan PSA (masking effect). Maka harus dipastikan pasien bukan menderita kanker prostat.3. Terapi Pembedahan.Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi pembedahan adalah sebagai berikut.4,6a. Retensi urin berulang.b. Hematuria.c. Tanda penurunan fungsi ginjal.d. Infeksi saluran kemih berulang.e. Tanda tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan hidronefrosis.f. Ada batu saluran kemih.Jenis pengobatan ini paling tinggi efektivitasnya. Intervensi bedah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.4,6a. Transuretrhal Resection of the Prostat (TURP).b. Transuretrhal Insision of the Prostat (TUIP).c. Prostatektomi terbuka.d. Prostatektomi dengan laser.TURP masih merupakan standar emas. Indikasi TURP adalah gejala gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gram dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi. Komplikasi TURP jangka pendek adalah perdarahan, infeksi, hiponatremia, atau retensi karena bekuan darah. Sedangkan komplikasi jangka panjang adalah stiktura uretra, ejakulasi retrograde (5090%) atau impotensi (440%).4,6Bila volume prostat tidak terlalu besar atau ditemukan kontraktur leher vesika atau prostat fibrotik dapat dilakukan TUIP. Indikasi TUIP adalah keluhan sedang sampai berat, volume prostat kecil atau normal. Komplikasi bisa ejakulasi retrograde (0-37%).4,6Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehingga reseksi diperkirakan tidak selesai dalam waktu 1 jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Operasi terbuka dapat dilakukan dengan transvesikal yaitu dengan membuka vesika dan prostat dinuklease dari vesika. Keuntungan cara ini dapat sekaligus mengangkat batu vesika atau diverkulektomi apabila ada divertikel yang cukup besar. Kerugian cara ini harus membuka vesika sehingga memerlukan kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesika sembuh. Untuk penderita yang keadaan umumnya tidak baik atau tidak memungkinkan operasi dapat dilakukan tindakan konsevatif. Karena pembedahan tidak mengobati penyebab BPH, maka biasanya penyakit ini dapat timbul lagi 810 tahun kemudian.4,64. Terapi Invasif Minimal.a. Transuretrhal Microwave Thermotherapy (TUMT).Jenis operasi hanya dapat dilakukan pada beberapa rumah sakit besar. dilakukan pemanasan prostat dengan gelombang mikro yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui suatu transducer yang diletakkan di uretra pars prostatika.6b. Dilatasi Baloon Tansuretrhal (TUBD).Dilatasi uretra didaerah prostat dengan memakai balon didalamnya dan biasanya mengalami perbaikan sementara.6c. High Intensity focused Ultrasound.Pada perkembangan akhir akhir ini dicoba pula ablasi prostat menggunakan laser. Roth dan Aretz (1991) mempopulerkan Transuretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP), yang kemudian disempurnakan dengan membuat alat deflektor sinar laser 90 derajat sehingga sinar laser dapat diarahkan ke kelenjar prostat yang membesar.6d. Stent Prostat.Pemasangan Stent pada uretra pars prostatika merupakan cara mengatasi obstruksi transvesikal yang kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita belum memungkinkan mendapat terapi yang lebih invasif. Akhirakhir ini dikembangkan juga stent yang dapat dipertahankan lebih lama misalnya proges urospiral atau Wallstent.6

Prognosis Penyakit benign prostatic hypertrophy (BPH), umunya memiliki prognosis yang baik jika ditangani secara cepat dan tepat. Penderita akan mengalami perbaikan kualitas hidup, setelah dilakukan tindakan koreksi.

Kesimpulan Pembesaran prostat jinak atau BPH merupakan penyakit yang menyerang laki-laki terutama yang berusia lanjut. Pembesaran ini terjadi akibat hiperlasia sel-sel prostat dan menyebabkan hambatan aliran urin. Jika tidak diobati, akan menimbulkan komplikasi gagal ginjal. Oleh karena itu, tindakan koreksi harus dilakukan dengan tujuan memperbaiki kualitas hidup dan mencegah komplikasi.Daftar Pustaka1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.10-1.2. Davey P. At a glance medicine. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2003.h.242-64.3. Graber MA, Toth PP, Herting RL. Buku saku dokter keluarga. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2006.h.532.4. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2007.h.169.5. Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu kedokteran. Edisi ke-6. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2006.h.55.6. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto; 2011.h.123-41.7. Heffner LJ, Schust DJ. At a glance sistem reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.h.88-9.

14