Makalah Pbl Blok 10

28
Mekanisme Kerja Sistem Urinaria pada Wanita Kelly 102012078 A 3 Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 kelly [email protected] Pendahuluan Tubuh manusia dapat dilihat sebagai suatu sistem yang dapat berubah-ubah kinerjanya. Kemampuan berbagai organ di dalam tubuh serta pengendalian setiap organ secara terkoordinasi dalam suatu sistem, salah satu misalnya sistem urinaria atau pengeluaran cairan. Sistem urinaria memiliki peranan penting bagi tubuh. Sistem ini memberi sejuta fungsi tersendiri bagi manusia khususnya. Sistem urinaria merupakan sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-at yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin. Susunan sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke 1

description

pbl

Transcript of Makalah Pbl Blok 10

Mekanisme Kerja Sistem Urinaria pada WanitaKelly 102012078 A 3Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat [email protected]

PendahuluanTubuh manusia dapat dilihat sebagai suatu sistem yang dapat berubah-ubah kinerjanya. Kemampuan berbagai organ di dalam tubuh serta pengendalian setiap organ secara terkoordinasi dalam suatu sistem, salah satu misalnya sistem urinaria atau pengeluaran cairan. Sistem urinaria memiliki peranan penting bagi tubuh. Sistem ini memberi sejuta fungsi tersendiri bagi manusia khususnya.Sistem urinaria merupakan sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-at yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin.Susunan sistem urinaria terdiri dari dua ginjal yang menghasilkan urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria, satu vesika urinaria yang merupakan tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra yang merupakan saluran keluar urin dari vesika urinaria.

PembahasanA. Struktur Saluran Kemih Wanitaa. Struktur Makroskopis1) GinjalGinjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal yaitu di antara peritoneun parietale dan fascia transversa abdominis pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal, yaitu tempat struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter yang menuju dan meninggalkan ginjal. Ginjal kiri setinggi iga 11/L2-3 dan ginjal kanan setinggi iga 12/L3-4.1Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrosa tipis yang disebut kapsula fibrosa ginjal. Di luar kapsula fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut kapsula adiposa yang turut membungkus ginjal dan glandula suprarenalis. Kelenjar adrenal bersama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fascia renalis (Gerota). Fascia ini terletak di luar kapsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis di bagian depan ginjal dan fascia retrorenalis di bagian belakang ginjal. Kedua lembar fascia renalis ke caudal tetap terpisah ke cranial bersatu sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah oleh karena itu sering terjadi ascending infection.1Facies anterior ginjal kanan dikelilingi oleh pars affixa hepatis (dipisahkan oleh fascia renalis), duodeni pars descendens pada margo medialis, colon ascendens/ flexura coli dextra pada extremitas inferiordan margo lateralis berhubungan dengan facies inferior hepar. Mendekati extremitas inferior berhubungan dengan lengkung-lengkung ileum; ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum, dan kolon. Facies anterior ren sinister dikelilingi oleh facies posteroinferior gaster pada bagian craniolateral, impressio renalis lienalis dan caudal pancreas pada margo lateralis, lengkung jejunum pada margo medialis, corpus pancreatis dan v. lienalis pada margo medialis dan cranial facies jejunalis dan mendekati extremitas inferior berhubungan dengan flexura coli sinistra/ colon descendens.1Facies posterior ren sinister bagian cranialnya berhadapan dengan diafragma dan costa XII dan sedikit costa XI. Di sebelah medial facies difragmatica berhadapan dengan crus diafragmatica dan processus transversus vertebra L1 sedangkan sebelah lateral berhadapan dengan arcus lumbacostalis medialis dan lateralis. Daerah yang terletak cranial arcus lumbocostalis berhadapan dengan trigonum lumbocostale. Caudal facies diafragmatica berhubungan berturut-turut dari medial ke lateral dengan m.psoas major, m. quadratus lumborum dan aponeurosis m. transversus abdominis. Pada facies posterior ren dexter menyerupai ren sinister tapi hanya berhubungan dengan costa XII saja karena letak ginjal kiri lebih rendah.1Ginjal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu korteks dan medula ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron dan dalam medula terdapat duktuli ginjal. Nefron ialah unit fungsional ginjal yang terdiri atas tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, dan duktus koligentes. Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalis ginjal untuk kemudian disalurkan ke dalam ureter. Sistem pelvikalis ginjal, terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan pelvis.1Ginjal diperdarahi oleh a. renalis yang dipercabangkan dari aorta abdominalis setinggi vertebra L1-2. A. renalis masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis dan mempercabangkan 2 cabang besar. Cabang pertama berjalan ke depan ginjal dan memperdarahi ginjal bagian depan, sedangkan cabang kedua berjalan ke belakang dan memperdarahi bagian belakang ginjal. Kedua cabang ini akan bertemu di lateral pada garis tengah ginjal atau disebut garis broedel. Arteri renalis berjalan di antara lobus giinjal dan bercabang lagi menjadi a. interlobaris. Pada perbatasan korteks dan medula bercabang lagi menjadi arteri arcuata yang mengelilingi korteks dan medula sehingga disebut a. arciformis. Arteri arcuata mempercabangkan a. interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal kemudian mempercabangkan vasa aferens dan dalam glomerulus membentuk anyaman sebagai vasa eferens. Pembuluh balik dari ren mengikuti nadinya mulai permukaan ginjal sebagai kapiler dan kemudian berkumpul menjadi v. Interlobularis v. Arcuata v .interlobaris v. Renalis vena cava inferior.1

Gambar 1. Anatomi Ginjal.1

2) UreterUreter merupakan lanjutan dari pelvis renis yng panjangnya 25-30 cm. Ureter berfungsi menyalurkan urin ke dalam vesika urinaria. Ureter menurut letaknya, terbagi menjadi pars abdominalis dan pars pelvina uterina. Pada perjalanan pars abdominalis ureteris dalam cavum abdomen tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pars abdominalis uteris disebelah ventral berbatasan dengan peritoneum, a.v. colica dan menyilang a.v. ovarica pada wanita. Sedangkan, pada perjalanan pars pelvina ureteris terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan karena adanya perbedaan alat-alat panggul antara laki-laki dan perempuan. Selama perjalanan ureter, terdapat tempat-tempat penyempitan ureter, yaitu ureteropelvic junction, ureter menyilang arteri iliaca communis (flexura marginalis), dan saat ureter masuk ke vesika urinaria. Di tempat penyempitan tersebut dapat terjadi batu ureter.1

Gambar 2. Anatomi Ureter.13) Vesika UrinariaVesika urinaria disebut juga kandung kemih yang berfungsi sebagai reservoir urin dengan kapasitas 200-400 cc. Pada anak-anak, vesika urinaria terletak di atas apertura pelvis superior. Setelah dewasa, rongga panggul akan membesar dan vesika urinaria turun ke dalam rongga panggul. Bila terisi, bagian atas vesika urinaria akan terletak di daerah hypogastrica dan berbentuk ovoid atau menyerupai telur. Sedangkan vesika urinaria yang kosong, seluruhnya terletak di belakang symphisis pubis dalam rongga panggul dan berbentuk seperti limas, sehingga dapat dibedakan menjadi:1. Apex Vesika UrinariaApex atau puncak vesika urinaria terletak tepat di belakang tepi atas symphisis ossis pubis. Semasa janin, apex dihubungkan ke umbilicus oleh urachus (sisa kantong allantois). Setelah lahir, urachus menutup dan berubah menjadi lig. umbilicus medialis. Apex ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan langsung dengan ileum dan colon sigmoideum.22. Dasar Vesika UrinariaDasar vesika urinaria dibentuk oleh permukaan dorsal dan berbentuk segitiga. Pada sudut laterosuperior dextra dan sinistra dapat dijumpai muara ureter, sedangkan pada sudut inferior dapat dijumpai orificium uretra interna.23. Dinding Vesika UrinariaDinding vesika urinaria terdiri dari 1 dinding superior dan 2 dinding lateroinferior. Dinding lateroinferior berhubungan dengan m. obturator internus di sebelah cranial dan m. levator ani di sebelah distal. Pertemuan kedua dinding lateroinferior di caudal disebut cervix vesicae.24. Collum Vesika UrinariaCollum vesika urinaria pada wanita difiksasi oleh lig. pubovesikale.2

Secara anatomis, vesika urinaria dapat dibedakan menjadi apex, corpus, dan fundus. Fundus berbentuk segitiga dan menghadap ke caudodorsal dan berhadapan dengan rectum. Pada wanita, fundus vesika urinaria dipisahkan dari rectum oleh fornix posterior dan portio vaginalis cervisis uteri. Lapisan dinding vesika urinaria dapat dibedakan menjadi:1. Lapisan MukosaPada saat vesika urinaria kosong, permukaan mukosa tampak berlipat-lipat. Tetapi pada saat penuh, lapisan mukosa menjadi sangat tipis dan lipatan-lipatan mukosa menghilang. Di dalam vesika urinaria dapat dijumpai trigonum vesika (Liutaudi) yang dibentuk oleh orificium ureteris dextra, orificium ureteris sinistra, dan orificium uretra interna. Trigonum vesicae bekerja sebagai katup untuk mencegah aliran balik urin ke ginjal.22. Lapisan OtotLapisan otot vesika urinaria merupakan lapisan otot yang kuat dan terdiri dari 3 otot yang saling menutupi yaitu:a. Musculus detrusor, terdapat pada lapisan dalam dan berfungsi mengeluarkan isi vesika urinaria.b. Musculus trigonal, terdapat dalam segitiga Liutaudi (di fundus vesika urinaria), ikut membentuk uvula, dan berfungsi membuka orificium uretra interna.c. Musculus sphincter vesika, terdapat pada daerah collum vesika urinaria dan berfungsi menahan urin.2Di sekitar vesika urinaria dapat dijumpai ruang yang terbentuk karena posisi vesika urinaria terhadap dinding panggul dan organ-organ panggul yang lain atau disebut juga spatium para vesikalis. Pada wanita, ruangan tersebut dinamakan excavatio vesicouterina, yang dibentuk oleh permukaan dorsal (basis) vesika urinaria dan uterus serta vagina. Lipatan peritoneum di sekitar vesika urinaria terdiri atas plica umbilicalis media (menutupi lig. vesicoumbilicale mediale), plica umbilicalis laterales (menutupi lig. vesicoumbilicale laterale) dan plica vesikalis transversa (lipatan peritoneum yang berjalan melintang melalui permukaan atas vesika urinaria ke dinding pelvis). Selain itu, vesika urinaria juga diperdarahi oleh:1. Arteri vesicales superiorAa. vesicales superior merupakan cabang dari a. umbilicalis bagian proksimal. Sedangkan a. umbilicalis bagian distal akan melanjut sebagai lig. umbilicalis lateralis. Aa. vesicales superior mendarahi fundus dan akhirnya beranastomosis dengan a. epigastrica inferior.22. Arteri vesicales inferiorA. vesicales inferior mendarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesika urinaria.23. Arteri vesiculodeferentialisPada wanita, a. vesiculodeferentialis disebut a. uterina dan mendarahi uterus, ovarium dan vagina.2

Aliran pembuluh darah balik dari vesika urinaria bermuara ke plexus venosus vesicales dan kemudian darah dialirkan ke v. iliaca interna. Sedangkan aliran getah beningnya bermuara ke nnll. iliaca interna dan nnll.iliaca externa. Vesika urinaria dipersarafi oleh cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yang berisi serabut-serabut sensoris visceral afferen melalui n. splanchnicus.2

Gambar 3. Anatomi Vesika Urinaria.24) UretraUretra merupakan saluran yang membawa urin keluar dari vesika urinaria menuju lingkungan luar. Uretra laki-laki panjangnya 18-20 cm sedangkan pada wanita hanya 4 cm. Uretra laki-laki lebih panjang dari wanita karena pada laki-laki terdapat penis dan kelenjar prostat sedangkan pada wanita tidak ada.2Pada wanita hanya memiliki m. sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter). Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Pendarahan uretra terdiri dari a. dorsalis penis dan a. bulbo urethralis. Sedangkan persarafan uretra yaitu n. pudendus yang berlanjut ke n. dorsalis penis.2

Gambar 4. Anatomi Uretra Wanita.2b. Struktur Mikroskopis1) GinjalKorteks ginjal terdiri dari glomerulus ginjal (korpus malpighi) yang bentuknya khas bundar dengan warna yang lebih tua dari sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Paling luar diliputi epitel selapis gepeng dan disebut kapsula bowman lapis parietal. Kadang ditemukan kapsula Bowman lapis parietal yang bersambung dengan kontortus proksimal membentuk kutub tubular/urinari. Pada arah berlawanan dari kutub tubular terdapat kutub vaskular, tempat masuk dan keluarnya arteriol pada glomerulus. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen yang kemudian bercabang-cabang menjadi kapiler yang bergelung-gelung dalam glomerulus. Kapiler ini sebenarnya diliputi oleh podosit yang membentuk kapsula Bowman lapis viseral. Kapiler kemudian bergabung menjadi satu lagi membentuk arteriol keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen.3Tubulus kontortus proksimal selalu terpotong dalam berbagai potongan karena jalannya yang berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis kuboid dengan batas-batas sel yang sukar dilihat. Intinya bulat dan biasanya agak berjauhan dengan inti sel di sebelahnya. Sitoplasmanya berwarna asidofil dan terdapat brush border pada permukan selnya yang menghadap lumen.3Tubulus kontortus distal juga selalu terpotong sama seperti proksimal. Disusun oleh selapis kuboid yang batas-batas antar selnya agak lebih jelas dibandingkan proksimal. Inti sel bulat dan jarak antara inti sel bersebelahan agak berdekatan. Sitoplasmanya basofil dan permukaan sel yang menghadap lumen tidak mempunyai brush border.3Medula ginjal hanya terdiri dari saluran-saluran yang kurang lebih berjalan lurus. Di dalam korteks ginjal terdapat berkas-berkas jaringan medula yang disebut prosessus fereini. Terdapat saluran ansa henle segmen tebal turun (pars desenden/tubulus rektus proksimal) yang penampilannya mirip tubulus kontortus proksimal, tetapi garis tengahnya lebih kecil. Sedangkan, ansa henle segmen tebal naik (pars asenden/tubulus rektus distal) penampilannya mirip tubulus kontortus distal, tetapi garis tengahnya lebih kecil. Ansa henle segmen tipis penampilannya mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya lebih tebal sedikit, sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu, dalam lumennya tidak terdapat sel-sel darah. Duktus koligen mirip tubulus kontortus distal tetapi batas sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.3

Gambar 5. Mikroskopik Ginjal.32) UreterUreter memiliki mukosa yang dilapisi oleh epitel transisional dengan lamina propria di bawahnya. Lapisan ototnya terdiri atas tiga lapisan, yaitu lapis otot longitudinal (dalam), lapis otot sirkuler (tengah), lapis otot longitudinal (dalam), dan lapisan adventisia yang merupakan jaringan ikat jarang.3

Gambar 6. Mikroskopik Ureter.33) Vesika UrinariaVesika urinaria merupakan sebuah kantung dengan otot, berfungsi sebagai penampung air seni yang berubah-ubah jumlahnya karena kandung kemih dapat mengembang dan mengempis. Secara histologis, vesika urinaria merupakan ureter yang meluas, sebab lapisan yang terdapat pada kandung kemih terdapat juga pada ureter. Perbedaan utama terletak pada tebal relatif lapisan dindingnya, terutama pada tunika muskularis.4Dari penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa secara histologis lapisan penyusun dinding vesika urinaria terdapat 3 lapis. Lapisan dari dalam ke luar yaitu tunika mukosa, tunika muskularis, dan tunika adventisia.4a. Tunika MukosaLapisan ini merupakan lapisan paling dalam yang berbatasan secara langsung dengan lumen. Penyusun lapisan ini berupa sel epitel berlapis banyak yang lebih tebal dari ureter dan lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat areolar dan mengandung banyak serabut elastin. Saat vesika urinaria kosong, sel epitel penyusun tunika mukosa ini berbentuk batang atau kubus. Sedangkan saat terisi penuh, bentuknya menggepeng dan lumennya meluas. Melihat kondisi seperti ini maka sel epitelnya disebut dengan epitel transisional. Tebal epitel transisional ini bervariasi, dari 3 sampai dengan 14 lapis sel.4b. Tunika MuskularisMerupakan lapisan yang berupa berkas otot polos yang terdiri atas 3 lapis. Lapisan terdalam tersusun secara longitudinal, kemudian sirkuler, dan yang paling luar yaitu longitudinal. Tunika muskularis merupakan lapisan yang paling tebal dari lapisan yang lainnya. Di antara ketiga lapisan otot polos tersebut yang paling tebal adalah lapisan otot sirkuler.4

c. Tunika AdventisiaMerupakan lapisan paling luar dari lapisan penyusun kandung kemih. Bagian ini berupa jaringan ikat yang bagian luarnya diselaputi oleh mesotel. Di sebelah luar dari tunika adventisia merupakan tunika serosa dan peritoneal yang diselubungi oleh jaringat ikat longgar. Di bagian terluar lagi ada simpul saraf simpatik yang disebut plexus vesikalis. Simpul saraf ini yang berperan untuk mengontrol proses kencing.4

Gambar 7. Mikroskopik Vesika Urinaria.4

4) UretraUretra merupakan saluran yang membawa urin keluar dari vesika urinaria menuju lingkungan luar. Jenis epitelnya bervariasi, tetapi yang utama yaitu epitel berlapis gepeng. Namun, di dekat kandung kemih biasanya terdapat epitel transisional yang mungkin juga terdapat bercak-bercak epitel bertingkat atau epitel berlapis kolumnar. Lumen berbentuk seperti bulan sabit pada irisan melintang dan mukosa membentuk lipatan longitudinal. Lamina propria terdiri atas jaringan ikat longgar dan berisi pleksus vena berdinding tipis, mirip seperti korpus spongiosum pada pria. Mukosa terutama dikelilingi otot polos yang berjalan longitudinal, yang merupakan lanjutan otot polos di lapisan kandung kemih. Pada bagian permulaan uretra, serat-serat berjalan melintang dan ini merupakan lanjutan otot detrusor yang berfungsi sebagai sfingter yang tidak disadari. Lapisan otot polos dikelilingi oleh sfingter otot skelet, yaitu sfingter uretra yang disadari. Tunika adventisia sebagai lapisan vagina yang terdiri dari jaringan ikat.4

Gambar 8. Mikroskopik Uretra.4

B. Mekanisme Kerja Saluran KemihCara kerja ginjal sebagai alat ekskresi adalah dengan menyaring darah sehingga zat-zat sisa yang terdapat di dalam darah dapat dikeluarkan dalam bentuk air seni (urin). Proses terbentuknya urin meliputi tahap penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorpsi), dan pengumpulan (augmentasi).5a. Penyaringan (Filtrasi)Darah yang banyak mengandung zat sisa metabolisme masuk ke dalam ginjal melalui pembuluh arteri ginjal (arteri renalis). Di dalam arteri renalis juga terdapat air dan beberapa larutan yang akan disaring. Sebagian larutan yang tidak terfiltrasi akan keluar kembali ke sistem sirkulasi melalui vena. Darah kemudian masuk ke kapiler glomerulus. Di dalam glomerulus, air dan zat terlarut disaring sehingga menghasilkan filtrat glomeruli (urin primer). Selamjutnya urin primer masuk ke kapsula Bowman.5

b. Penyerapan Kembali (Reabsorpsi)Di dalam urin primer masih terdapat zat yang digunakan oleh tubuh, misalnya glukosa, garam, asam amino, dan air yang kemudian berturut-turut akan melalui tubulus proksimal (pada bagian korteks), lengkung Henle (pada bagian medula), sampai pada tubulus distal. Saat melewati ketiga bagian inilah terjadi proses reabsorbsi. Hasil reabsorpsi berupa filtrat tubulus atau urin sekunder. Urin sekunder mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu yang memberi warna dan bau pada urin.5c. AugmentasiSisa cairan reabsorbsi itu akan mengalami penambahan/sekresi zat-at dari pembuluh darah kapiler di sekitar tubulus distal. Zat-zat tersebut antara lain ion hidrogen, ion klorida, racun, dan sisa-sisa obat-obatan yang tidak berguna. Proses ini disebut augmentasi.5d. Proses Pengeluaran UrinSelanjutnya, urin mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh halus saluran pengumpul yang terdapat dalam sumsum ginjal. Saluran tersebut bermuara pada rongga ginjal. Urin yang terkumpul dalam rongga ginjal mengalir melalui ureter menuju ke vesika urinaria. Apabila vesika urinaria telah penuh, akan terasa adanya desakan untuk mengeluarkan urin. Selanjutnya, urin mengalir ke luar tubuh melalui uretra.5Pengeluaran air melalui urin ada hubungannya dengan pengeluaran air melalui keringat pada kulit. Pada waktu udara dingin, badan kita tidak berkeringat. Pengeluaran air dari dalam tubuh banyak dikeluarkan melalui urin sehingga kita sering buang air kecil. Sebaliknya, pada waktu udara panas, badan kita banyak mengeluarkan keringat dan jarang buang air kecil.6Urin yang dikeluarkan oleh ginjal sebagian besar terdiri atas (95%) air dan zat yang terlarut, yaitu urea, asam urat, dan amonia yang merupakan sisa-sisa perombakan protein: bermacam-macam garam terutama garam dapur (NaCl), zat warna empedu yang menyebabkan warna kuning pada urin, dan zat-zat berlebihan di dalam darah seperti vitamin B, C, obat-obatan, dan hormon.6Urin keluar dari ginjal masuk ke kandung kemih untuk ditampung. Pada saat jumlah urin yang masuk kandung kemih meningkat, kandung kemih mengembang dan meregang, merangsang reseptor regangan yang berada di detrusor. Saraf sensorik mengirim impuls ke pusat urinasi dan impuls kembali dan menyebabkan kontraksi ritmik pada kandung kemih. Pada saat sfingter internal rileks, urin masuk ke uretra dalam jumlah sedikit. Bila volume urin dalam kandung kemih mencapai 150-250 cc, intensitas impuls meningkat dan tidak dapat dihambat, dan akhirnya menimbulkan transmisi impuls ke pusat. Rasa penuh tersebut menimbulkan keinginan untuk berkemih. Bila tidak sesuai, serabut inhibitor secara otomatis menunda urinasi sampai keadaan sesuai. Diperlukan 1-2 jam dari awal timbulnya keinginan berkemih sampai kandung kemih mencapai kapasitas penuh 400 cc.6Bila keadaan sesuai, impuls dari saraf motorik parasimpatik menyebabkan otot detrusor berkontraksi pada saat sfingter uretra internal rileks dan terbuka. Saat sudut uretrovesikal berubah, urin masuk ke uretra, menstimulasi reseptor regangan, kemudian sfingter uretra eksternal kembali rileks. Adanya urin di dalam uretra menimbulkan kontraksi detrusor yang lebih kuat, dan akhirnya urin keluar dari tubuh melalui meatus uretra. Kontraksi otot detrusor secara teratur terus berlangsung sampai kandung kemih kosong.6Miksi adalah proses dimana kandung kemih mengosongkan dirinya sendiri ketika ia terisi. Pada dasarnya kandung kemih secara progresif terisi sampai ketegangan dindingnya meningkat di atas suatu nilai ambang, pada saat dimana suatu refleks saraf yang disebut refleks miksi terjadi. Refleks miksi merupakan suatu siklus lengkap tunggal dari peningkatan tekanan yang cepat dan progresif, suatu periode tekanan yang terus menerus, dan kembalinya tekanan tersebut ke tekanan tonik basal kandung kemih. Bila suatu refleks miksi telah terjadi dan tidak berhasil mengosongkan kandung kemih tersebut, unsur saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan diinhibisi selama paling tidak beberapa menit sampai kadang-kadang selama 1 jam atau lebih sebelum terjadi reaksi miksi yang lain. Tetapi, ketika kandung kemih menjadi makin terisi, refleks miksi terjadi makin sering dan makin kuat.6Refleks miksi adalah suatu refleks medula spinalis yang otomatis, tapi ia dapat diinhibisi atau dipermudah oleh pusat-pusat di dalam otak. Pusat tersebut meliputi pusat fasilitasi dan inhibisi kuat di dalam batang otak dan beberapa pusat yang terletak di dalam korteks serebri yang terutama bersifat inhibisi tetapi kadang-kadang menjadi eksitasi.6

C. Faktor yang Mempengaruhi Volume UrinKomposisi, pH, dan volume dari urin yang dibentuk sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada kebutuhan tubuh terhadap zat tertentu, jenis mkanan, dan banyaknya volume air yang diminum.7Urin biasanya jernih dan beewarna sedikit kuning karena adanya kandungan zat warna empedu (bilirubin). Makin pekat urin, warnanya semakin kecokelatan dan makin tinggi berat jenisnya. Zat warna pada makanan dapat menyebabkan urin berwarna merah. Urin yang keruh biasanya menunjukkan adanya kistal garam atau adanya lendir di dalamnya. Urin mengandung bermacam-macam zat, antara lain ureum, asam urat, kreatin, dan garam-garam mineral. Apabila dibiarkan beberapa lama, urin akan menimbulkan bau pesing karena pembentukan amoniak dari urea. Urin bersifat asam dengan pH normal 4,5-8. Makanan yang mengandung banyak protein akan menurunkan pH urin, sedangkan makanan yang banyak mengandung sayuran akan menaikkan pH urin. Volume urin yang normal setiap hari adalah 900-2.100 ml.7Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi volume urin, misalnya kekentalan dari cairan tubuh dan suhu udara. Produksi urin juga dipengaruhi oleh hormon antidiuretik atau Anti Diuretic Hormone (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior. Hormon ini akan mempengaruhi penyerapan air pada ginjal. Jika kadar hormon ADH rendah, penyerapan air akan berkurang sehingga volume air yang dihasilkan banyak dan encer. Sebaliknya, jika kadar hormon ADH tinggi maka penyerapan air akan meningkat sehingga volume urin yang dihasilkan sedikit dan pekat.7Biasanya dari 12 ml plasma yang difiltrasi per menit, 124 ml/menit direabsorpsi, sehingga jumlah akhir urin yang terbentuk rata-rata adalah 1 ml/menit. Dengan demikian, urin yang dieksresikan per hari adalah 1,5 L dari 180 L yang difitrasi. Urin mengandung berbagai produk sisa dengan konsentrasi tinggi ditambah dengan sejumlah bahan dengan jumlah bervariasi yang diatur oleh ginjal, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin. Bahan-bahan yang bermanfaat ditahan melalui proses reabsorpsi sehingga tidak muncul di urin. Perubahan yang relatif kecil jumlah filtrat yang direabsorpsi dapat menyebabkan perubahan besar volume urin yang terbentuk.7Volume urin yang dihasilkan seseorang tidak merata sepanjang hari. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi volume urin, diantaranya sebagai berikut:a. Jumlah air yang diminumBila seseorang banyak minum maka konsentrasi protein darah akan turun. Hal ini akan menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif.7b. SarafStimulus saraf renalis akan menyebabkan menyempitnya arteriol aferen. Akibatnya aliran darah ke glomerulus berkurang, tekanan darah juga berkurang sehingga filtrasi kurang efektif.7c. Hormon ADHHormon yang dihasilkan oleh hipofisis posterior ini memengaruhi penyerapan air oleh dinding tubulus. Bila kadarnya berlebih, penyerapan air oleh dinding tubulus akan meningkat sehingga urin yang terbentuk menurun.7d. Diet dan asupan (intake)Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran urin. Protein dapat menentukan jumlah urin yang dibentuk dan meningkatkan pembentukan urin.7e. Respon keinginan awal untuk berkemihKebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urin banyak tertahan di vesika urinaria sehingga mempengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urin.7f. StresMeningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih. Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urin yang diproduksi.7

g. Tingkat aktivitasEliminasi urin membutuhkan tonus otot yang baik untuk fungsi sfingter. Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.7h. Kondisi penyakitKondisi penyakit dapat mempengaruhi produksi urin, seperti diabetes mellitus. Pada penderita diabetes melitus, pengeluaran glukosa juga diikuti kenaikan volume urin.7

KesimpulanBerdasarkan pembahasan di atas, maka hipotesis telah terbukti yaitu melemahnya sfingter uretra menyebabkan sulitnya menahan kencing. Hal ini disebabkan sfingter uretra kurang elastis akibat banyaknya melahirkan sehingga terjadi inkontinensia urin yang alami yaitu tidak dapat menahan kemih. Inkontinensia urin terjadi karena peningkatan tekanan yang besar pada dinding vesika urinaria sehingga mendorong sfingter uretra eksterna untuk terbuka dan akhirnya urin keluar.

Daftar Pustaka1. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. h.671-91.2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.290-4.3. Johnson KE. Histologi dan biologi sel. Jakarta: Binarupa Aksara; 2004.h.311-5.4. Fawcett DW. Buku ajar histologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h. 536-50.5. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011.h.333-5.6. Guyton AC. Fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003.h.593-6.7. Sumardjo D. Pengantar kimia buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008. h.19-22.

8