MAKALAH PANCASILA
-
Upload
niat-usaha-doa -
Category
Documents
-
view
154 -
download
5
Transcript of MAKALAH PANCASILA
MAKALAH PANCASILA
EKSISTENSI PANCASILA DALAM KONTEKS MODERN
DAN GLOBAL PASCA REFORMASI
DI SUSUN OLEH
NAMA ANGGOTA :
1. ISMI WAHYU
2. LEGIA ANANDIKA
3. LINA AYUNINGSIH
4. MULIATI
5. PUTRI ANIESATUN ALIFAH
6. RESTI LISTIA DEWI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN AJARAN 2012/2013
ABSTRAK
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia pada zaman modernisasi
dan globalisasi mendapat tantangan yang lebih sulit lagi. Pengaruh buruk dari
globalisasi dan modernisasi mengakibatkan nilai – nilai yang terkandung
dalam Pancasila banyak yang terabaikan oleh masyarakat Indonesia . Namun
tantangan ini bisa dihadapi bila bangsa Indonesia bisa mempertahankan
identitasnya dalam ikatan persatuan nasional, agar mampu bersaing dengan
bangsa-bangsa lain .
Globalisasi dan modernisasi sedikit banyak mempengaruhi keberadaaan
Pancasila di Indonesia pasca reformasi. Di era global dengan ciri dunia tanpa
batas, secara langsung maupun tidak langsung banyak ideologi asing yang
gencar menerpa dan mempengaruhi masyarakat Indonesia. Yang membuat
Pancasila semakin pudar dan tergeser kedudukannya sebagai ideologi negara
Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi atau dasar negara Indonesia di era
globalisasi dan modernisasi ini semakin memudar. Akibat dari globalisasi dan
modernisasi ini menimbulkan banyaknya pengaruh dari luar yang
mempengaruhi ideologi Pancasila dengan ideologi – ideologi asing yang bisa
menyesatkan masyarakat Indonesia.
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan karunianya kepada saya, sehingga makalah ini
dapat diselesaikan.
Di dalam makalah ini, saya mencoba menyajikan permasalahan tentang
“Pancasila Pasca Reformasi”. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
menambah pengetahuan kepada pembaca. Makalah yang memuat pengertian
globalisasi, modernisasi dan reformasi ini diharapkan dapat dimanfaatkan
dengan baik.
Makalah ini sepenuhnya belum sempurna, dan untuk menjadi lebih
sempurna saya sangat membutuhkan dan mengharapkan masukan dari pihak
lain, yang dapat berupa kritik, saran maupun pesan.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini , saya ucapkan banyak terima kasih.
Mataram, Oktober 2012
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................ 2
C. Pendekatan Masalah secara Sosiologis................................ 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
A. Pengertian Pancasila............................................................. 3
B. Tujuan Pendidikan Pancasila................................................ 3
C. Landasan Pendidikan Pancasila............................................ 4
D. Definisi Sistem .................................................................... 5
E. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen ........ 8
F. Istilah Globalisasi ................................................................20
G. Istilah Reformasi .................................................................21
H. Keberadaan Pancasila setelah Reformasi ............................22
I. Bagaimana Pancasila Seharusnya ? .....................................24
BAB III PENUTUP..................................................................................25
A. Kesimpulan .......................................................................... 25
B. Saran.....................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Populeritas Pancasila di Indonesia setelah reformasi hingga saat ini
semakin memudar. Penerapan Pancasila hanya sebatas pada menghafalkan
kalimat semata tanpa menerapkan dan menjiwai nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Pancasila menghadapi tantangan yang lebih sulit
di era modern seperti sekarang ini. Fungsi Pancasila untuk memberikan
orientasi kedepan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dihadapinya. Bangsa Indonesia dihadapkan dengan
tantangan untuk survival, yaitu tantangan untuk memiliki cara hidup dan
tingkat kehidupan wajar secara manusiawi dan adil. Tantangan itu hanya
bisa dihadapi bila bangsa Indonesia bisa mempertahankan identitasnya
dalam ikatan persatuan nasional, agar mampu bersaing dengan bangsa-
bangsa lain .
Pancasila adalah sebuah ideologi yang fleksibel, artinya Pancasila
mempunyai kepekaan terhadap perkembangan zaman. Sehingga nilai - nilai
Pancasila tidak akan berubah dari zaman ke zaman, termasuk pada zaman
globalisasi seperti pada saat ini. Kehadiran globalisasi tentunya membawa
pengaruh positif dan negatif bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Dampak negatif globalisasi terjadi dikarenakan manusia itu
sendiri yang kurang bisa memfilter dampak dari globalisasi sehingga lebih
banyak mengambil hal-hal negatif daripada hal-hal positif yang sebenarnya
bisa lebih banyak kita dapatkan. Pengaruh - pengaruh globalisasi memang
tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme, akan tetapi
secara perlahan maupun secara cepat dapat menimbulkan rasa nasionalisme
terhadap bangsa menjadi berkurang bahkan hilang.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
1. Pengertian istilah modernisasi ?
2. Pengertian istilah globalisasi ?
3. Pengertian istilah reformasi ?
4. Bagaimana keberadaaan pancasila setelah reformasi ?
5. Bagaimana Pancasila seharusnya ?
C. Pendekatan Sosiologis
1. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya (Pidarta, 2000:145)
2. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Gunawan (2000:3)
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
3. Menurut H.P. Fairchild dalam Ahmadi (2000:1) Sosiologi Pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Pendekatan sosiologis melingkupi juga Pendekatan individu.
Individu merupakan bagian dari kelompok atau masyarakat dengan kata
lain bahwa individu merupakan pembentuk kelompok. Apabila kita dapat
memahami tingkah laku individu satu persatu, bagaimana cara berpikirnya,
perasaannya, kemauannya, perbuatannya, mentalitasnya dan seterusnya,
maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok dan bagaimana
mentata kelompok. Individu dipengaruhi oleh faktor intern meliputi faktor-
faktor biologis dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-
faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial .
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Secara arti kata pancasila mengandung arti, panca yang berartil ima
“lima” dan sila yang berarti “dasar”. Dengan demikian pancasila artinya
lima dasar.
B. Tujuan Pendidikan Pancasila
Dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang system Pendidikan Nasional
dan juga termuat dalam SK Dirjen Dikti. No.38/DIKTI/Kep/2003,
dijelaskan bahwa tujuan Pendidikan Pancasilamengarahkanperhatian pada
moral yang diharapkan terwujud dalam kehidupans ehari-hari, yaitu
perilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai golongan agama,
kebudayaan, dan beranekaragam kepentingan, perilaku yang mendukung
kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perorangan dang olongans ehingga perbedaan pemikiran diarahkan pada
perilaku yang mendukung upaya terwujudnya keadilan sosialbagi seluruh
rakyat Indonesia.
Pendidikan Pancasila bertujuan untuk menghasilkan peserta didik
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang MahaEsa, dengan sikap
dan perilaku:
1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap yang bertanggung jawab
sesuai dengan hati nuraninya.
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan
kesejahteraan serta cara-cara pemecahannya.
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni.
3
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai
budaya bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia.
5. Melalui Pendidikan Pancasila, warga negara Republik Indonesia
diharapkan mampu memahami, menganilisis dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara
berkesinambungan dan konsisten berdasarkan cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia.
C. Landasan Pendidikan Pancasila
1. Landasan Historis
Secara historis, nilai-nilai Pancasila telah dimiliki dan
dilaksanakan oleh bangsa Indonesia sejak dahulu kala.
a. Pengakuan terhadap adanyaTuhan
b. Sikap tolong menolong, menghormati
c. Persatuan dan kesatuan adanya beberapa kerajaan besar (Sriwijaya,
Majapahit).
d. Gotong Royong, musyawarah mufakat.
e. Mengakui, menghormati hak dan kewajiban
2. Landasan Kultural
a. Nilai – nilai Pancasila digali dari budaya dan peradapan bangsa
Indonesia yang telah berurat, berakar dalam sejarah perjuangan
bangsa Indonesia
b. Nilai-nilai itu sebagai buah pikiran dan gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik
c. Tata nilai kehidupan sosial dan tata nilai kehidupan kerohanian
sebagai budaya dan peradapan bangsa yang memberi corak, watak
dan ciri masyarakat dan bangsa Indonesia yang
membedakandenganbangsa lain
4
3. Landasan Yuridis
a. Pembukaan UUD 1945 alinea IV
b. UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 3 (Amandemen)
c. Kep. Dirjen Depdiknas No.38/Dikti/Kep/2002 tentang Rambu-
rambu pelaksanaan mata kuliah pengembangan kepribadian di
PerguruanTinggi
4. Landasan Filosofis
Ir. Soekarno( 1Juni 1945).
“Pancasila adalah hasil perenungan jiwa yang mendalam. Pancasila itu
adalah isi jiwa bangsa Indonesia. Kalau filsafat itu adalah “isi jiwa
(sesuatu) bangsa”, maka filsafat itu adalah filsafat bangsa jadi,
Pancasila itu adalah filsafat bangsa Indonesia.”
D. Definisi Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani
(sustēma) adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai
suatu tujuan.
Filsafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
merupakan kenyataan objektif yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Pancasila memberi petunjuk mencapai kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia tanpa membedakan suku atau ras.
1. Pengertian sistem
Terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan baik relasi
inter-relasi maupun interdepensi à shg merupakan satu kesatuan à untuk
mencapai tujuan tertentu
2. Pancasila sebagai suatu sistem
Pancasila terdiri dari lima sila yang isinya saling berhubungan,
saling menyempurnakan, dan tidak dapat diputarbalikkan urut-
5
urutannya, digunakan sbg dasar negara. Kesatuan kelima nilai dasar
pancasila dijelaskan dg istilah berikut :
a. Majemuk tunggal
b. Saling mengkualifikasi
c. Satu kesatuan organis
d. Hierarkhis piramidal
Dasar kesatuan kelima nilai dasar pancasila : pancasila sbg hasil
pemikiran manusia, padahal manusia memiliki hakikat sbg makhluk
monopluralis. Dalam hub. Sebab akibat dinyatakan bahwa apa yang ada
dlm sebab, parsial atau keseluruhan pasti juga terdapat pada akibatnya.
Jadi apa yang ada (sifat) manusia pasti juga terdapat pada pancasila sbg
akibat dari berfikirnya manusia.
3. Pengertian filsafat
Secara etimologis kata filsafat berasal dr bhs yunani philosophya,
yang terdiri dari dua akar kata philein dan sophos, yang berarti cinta
pada kebijaksanaan, maka mengusahakannya. Upaya yang dilakukan
adalah dg mengerjasamakan ketiga unsur jiwa scr proporsional
(cipta,rasa,karsa).
Dlm mengerjasamakan ketiga unsur ini jelas manusia akan
berfikir dengan cara menemukan sebab terpokok dr suatu masalah
(radikal), mencari berbagai pertimbangan
Di dalam diri persoalan itu (integral), dan selalu bekerja sama dg
unsur-unsur lain yang relevan (komphrehensif).
Jadi secara sederhana filsafat dapat dipahami sbg pemikiran dan
usaha manusia untuk menemukan kebijaksanaan.
4. Pengertian sistem filsafat
Sistem filsafat; dimaksudkan sbg kumpulan / kesatuan
pemikiran/ajaran yang saling berhubungan dan komphrehensif untuk
mencapai tujuan tertentu.
6
Komphrehensif yang dimaksudkan harus mampu menjangkau
seluruh realitas yang ada, mencakup pemikiran teoritis tentang ttg
realitas adanya tuhan, alam, dan manusia.
Terdapat tiga kelompok hal yang dipikirkan :
a. Tentang keberadaan sesuatu hal à dimensi ontologis
b. Tentang pengetahuan à dimensi epistemologis
c. Tentang nilai-nilaià dimensi aksiologis
5. Masalah keberadaan
Masalah keberadaan ini membahas ttg keberadaan tuhan
(ontologis), alam (kosmologis), dan manusia (antropologis)
.Masalah pengetahuan (knowledge) dan kebenaran (truth);
pengetahuan/ kebenaran dr segi isinya à epistemologi, pengetahuan/
kebenaran dari segi bentuk logika
Filsafat Negara kita adalah Pancasila, yang diakui dan diterima
oleh Bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup. Dengan demikian,
Pancasila harus dijadikan pedoman dalam kelakuan dan pergaulan
sehari-hari. Sebagai pandangan hidup bangsa, maka sewajarnyalah
asas-asas pancasila disampaikan kepada generasi baru melaluai
pengajaran dan pendidikan. Pancasila menunjukan terjadinya proses
ilmu pengetahuan. Validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan (teori ilmu
pengetahuan). Dengan pancasila sebagai filsafat Negara dan Bangsa
Indonesia, kita dapat mencapai tujuan bangsa dan Negara kita.
6. Pancasila sebagai sistem filsafat
Pancasila merupakan kesatuan ajaran / pemikiran ttg kenyataan
yang saling berhubungan, komphrehensif, untuk mencapai tujuan
tertentu.
7
E. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Amandemen
1. Pendahuluan
Konsep Negara Hukum (Rechtsstaat), mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
a. Penyelenggaraan negara berdasar Konstitusi.
b. Kekuasaan Kehakiman yang merdeka.
c. Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia.
d. Kekuasaan yang dijalankan berdasarkan atas prinsip bahwa
pemerintahan, tindakan dan kebijakannya harus berdasarkan
ketentuan hukum (due process of law ).
UUD 1945 –> Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman –>
Lembaga Negara dan Organ yang Menyelenggarakan Kekuasaan
Negara.
2. Dasar Pemikiran Dan Latar Belakang Perubahan UUD 1945
a. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan
yang bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang
sepenuhnya melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada
tidak terjadinya checks and balances pada institusi-institusi
ketatanegaraan.
b. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat
besar kepada pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem
yang dianut UUD 1945 adalah executive heavy yakni kekuasaan
dominan berada di tangan Presiden dilengkapi dengan berbagai hak
konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain:
memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi) dan kekuasaan
legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.
c. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan
“fleksibel” sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran
(multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
8
d. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan
Presiden untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang.
Presiden juga memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden
dapat merumuskan hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam
Undang-undang.
e. Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara
belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang memuat aturan
dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum,
pemberdayaan rakyat, penghormatan hak asasi manusia dan
otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya
praktek penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan
Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
1) Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan
kekuasaan terpusat pada presiden.
2) Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan
organisasi masyarakat.
3) Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi
persyaratan demokrasi formal karena seluruh proses tahapan
pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
4) Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak
tercapai, justru yang berkembang adalah sistem monopoli dan
oligopoli.
3. Hierarki Peraturan Perundang-Undangan
Menurut TAP MPRS XX Tahun 1966:
a. UUD 1945
b. TAP MPR
c. UU/PERPU
d. Peraturan Pemerintah
e. Keputusan Presiden
9
f. Peraturan Menteri
g. Instruksi Menteri
Menurut TAP MPR III Tahun 2000:
a. UUD 1945
b. TAP MPR
c. UU
d. PERPU
e. PP
f. Keputusan Presiden
g. Peraturan Daerah
Menurut UU No. 10 Tahun 2004:
a. UUD 1945
b. UU/PERPU
c. Peraturan Pemerintah
d. Peraturan Presiden
e. Peraturan Daerah
4. Kesepakatan Panitia AD HOC Tentang Perubahan UUD 1945
a. Tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
sistematika, aspek kesejarahan dan orisinalitasnya.
b. Tetap mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).
c. Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial.
d. Penjelasan UUD 1945 ditiadakan serta hal-hal normatif dalam
penjelasan dimasukkan dalam pasal-pasal.
e. Perubahan dilakukan dengan cara “adendum”.
10
5. Lembaga Negara Dan Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Sebelum Perubahan UUD 1945
Deskripsi Singkat Struktur Ketatanegaraan RI Sebelum
Amandemen UUD 1945:
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian
kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga
Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of
power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu
Mahkamah Agung (MA), Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK).
MPR
a. Sebagai Lembaga Tertinggi Negara diberi kekuasaan tak terbatas
(super power) karena “kekuasaan ada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah “penjelmaan
dari seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD,
GBHN, mengangkat presiden dan wakil presiden.
b. Susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR dan utusan
daerah serta utusan golongan yang diangkat.
Dalam praktek ketatanegaraan, MPR pernah menetapkan antara lain:
a. Presiden, sebagai presiden seumur hidup.
b. Presiden yang dipilih secara terus menerus sampai 7 (tujuh) kali
berturut turut.
c. Memberhentikan sebagai pejabat presiden.
d. Meminta presiden untuk mundur dari jabatannya.
e. Tidak memperpanjang masa jabatan sebagai presiden.
f. Lembaga Negara yang paling mungkin menandingi MPR adalah
Presiden, yaitu dengan memanfaatkan kekuatan partai politik yang
paling banyak menduduki kursi di MPR.
11
PRESIDEN
a. Presiden memegang posisi sentral dan dominan sebagai mandataris
MPR, meskipun kedudukannya tidak “neben” akan tetapi
“untergeordnet”.
b. Presiden menjalankan kekuasaan pemerintahan negara tertinggi
(consentration of power and responsiblity upon the president).
c. Presiden selain memegang kekuasaan eksekutif (executive power),
juga memegang kekuasaan legislative (legislative power) dan
kekuasaan yudikatif (judicative power).
d. Presiden mempunyai hak prerogatif yang sangat besar.
e. Tidak ada aturan mengenai batasan periode seseorang dapat
menjabat sebagai presiden serta mekanisme pemberhentian presiden
dalam masa jabatannya.
DPR
a. Memberikan persetujuan atas RUU yang diusulkan presiden.
b. Memberikan persetujuan atas PERPU.
c. Memberikan persetujuan atas Anggaran.
d. Meminta MPR untuk mengadakan sidang istimewa guna meminta
pertanggungjawaban presiden.
DPA DAN BPK
Di samping itu, UUD 1945 tidak banyak mengintrodusir lembaga-
lembaga negara lain seperti DPA dan BPK dengan memberikan
kewenangan yang sangat minim.
12
6. Lembaga Negara Dan Sistem Penyelenggaraan Kekuasaan Negara
Sesudah Perubahan UUD 1945
Deskripsi Struktur Ketatanegaraan RI “Setelah” Amandemen
UUD 1945:
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dijalankan sepenuhnya menurut
UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power)
kepada 6 Lembaga Negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar,
yaitu Presiden, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), Mahkamah Agung (MA), dan Mahkamah
Konstitusi (MK).
Perubahan (Amandemen) UUD 1945:
a. Mempertegas prinsip negara berdasarkan atas hukum [Pasal 1 ayat
(3)] dengan menempatkan kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan
yang merdeka, penghormatan kepada hak asasi manusia serta
kekuasaan yang dijalankan atas prinsip due process of law.
b. Mengatur mekanisme pengangkatan dan pemberhentian para
pejabat negara, seperti Hakim.
c. Sistem konstitusional berdasarkan perimbangan kekuasaan (check
and balances) yaitu setiap kekuasaan dibatasi oleh Undang-undang
berdasarkan fungsi masing-masing.
d. Setiap lembaga negara sejajar kedudukannya di bawah UUD 1945.
e. Menata kembali lembaga-lembaga negara yang ada serta
membentuk beberapa lembaga negara baru agar sesuai dengan
sistem konstitusional dan prinsip negara berdasarkan hukum.
f. Penyempurnaan pada sisi kedudukan dan kewenangan maing-
masing lembaga negara disesuaikan dengan perkembangan negara
demokrasi modern.
13
MPR
a. Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga
tinggi negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
b. Menghilangkan supremasi kewenangannya.
c. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
d. Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena
presiden dipilih secara langsung melalui pemilu).
e. Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
f. Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang
dipilih secara langsung melalui pemilu.
DPR
a. Posisi dan kewenangannya diperkuat.
b. Mempunyai kekuasan membentuk UU (sebelumnya ada di tangan
presiden, sedangkan DPR hanya memberikan persetujuan saja)
sementara pemerintah berhak mengajukan RUU.
c. Proses dan mekanisme membentuk UU antara DPR dan Pemerintah.
d. Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi anggaran,
dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga
negara.
DPD
a. Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional
setelah ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang
diangkat sebagai anggota MPR.
b. Keberadaanya dimaksudkan untuk memperkuat kesatuan Negara
Republik Indonesia.
c. Dipilih secara langsung oleh masyarakat di daerah melalui pemilu.
14
d. Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
RUU lain yang berkait dengan kepentingan daerah.
BPK
a. Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan
DPD.
b. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan
negara (APBN) dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil
pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat
penegak hukum.
c. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap
provinsi.
d. Mengintegrasi peran BPKP sebagai instansi pengawas internal
departemen yang bersangkutan ke dalam BPK.
PRESIDEN
a. Membatasi beberapa kekuasaan presiden dengan memperbaiki tata
cara pemilihan dan pemberhentian presiden dalam masa jabatannya
serta memperkuat sistem pemerintahan presidensial.
b. Kekuasaan legislatif sepenuhnya diserahkan kepada DPR.
c. Membatasi masa jabatan presiden maksimum menjadi dua periode
saja.
d. Kewenangan pengangkatan duta dan menerima duta harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
e. Kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi harus
memperhatikan pertimbangan DPR.
f. Memperbaiki syarat dan mekanisme pengangkatan calon presiden
dan wakil presiden menjadi dipilih secara langsung oleh rakyat
15
melui pemilu, juga mengenai pemberhentian jabatan presiden dalam
masa jabatannya.
MAHKAMAH AGUNG
a. Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu
kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].
b. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peaturan
perundang-undangan di bawah Undang-undang dan wewenang lain
yang diberikan Undang-undang.
c. Di bawahnya terdapat badan-badan peradilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan
Peradilan militer dan lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara
(PTUN).
d. Badan-badan lain yang yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan
kehakiman diatur dalam Undang-undang seperti : Kejaksaan,
Kepolisian, Advokat/Pengacara dan lain-lain.
MAHKAMAH KONSTITUSI
a. Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian konstitusi
(the guardian of the constitution).
b. Mempunyai kewenangan: Menguji UU terhadap UUD, Memutus
sengketa kewenangan antar lembaga negara, memutus pembubaran
partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.
c. Hakim Konstitusi terdiri dari 9 orang yang diajukan masing-masing
oleh Mahkamah Agung, DPR dan pemerintah dan ditetapkan oleh
Presiden, sehingga mencerminkan perwakilan dari 3 cabang
kekuasaan negara yaitu yudikatif, legislatif, dan eksekutif.
16
d. Sistem Pemerintahan Indonesia Sebelum dan Sesudah Amandemen
Dengan segala kerendahan hati diunggah oleh Fernandes Raja Saor,
S.H. di 00:06
e. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945
sebelum Diamandemen
1) Sistem pemerintahan ini tertuang dalam penjelasan UUD 1945
tentang 7 kunci pokok sistem pemerintahan. Yaitu :
a) Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum
(rechtsstaat)
b) Sistem Konstitusional.
c) Kekuasaan tertinggi di tangan MPR
d) Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang
tertinggi di bawah MPR.
e) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
f) Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak
bertanggung jawab terhadap DPR.
g) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
Berdasarkan tujuh kunci pokok tersebut, sistem
pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem
pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa Orde Baru
dibawah kepemimpinan Presiden Suharto.
Ciri dari sistem pemerintahan presidensial ini adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan.
Pada saat sistem pemerintahan ini, kekuasaan presiden
berdasar UUD 1945 adalah sebagai berikut :
a) Pemegang kekuasaan legislative.
b) Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan.
c) Pemegang kekuasaan sebagai kepala Negara.
d) Panglima tertinggi dalam kemiliteran.
17
e) Berhak mengangkat & melantik para anggota MPR dari
utusan daerah atau golongan.
f) Berhak mengangkat para menteri dan pejabat Negara.
g) Berhak menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
perjanjian dengan Negara lain.
h) Berhak mengangkat duta dan menerima duta dari Negara
lain.
i) Berhak memberi gelaran, tanda jasa, dan lain – lain tanda
kehormatan.
j) Berhak memberi grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitasi.
Dampak negative yang terjadi dari sistem pemerintahan
yang bersifat presidensial ini adalah sebagai berikut :
a) Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu lembaga,
yaitu presiden.
b) Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin lemah.
c) Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat
untuk loyal dan mendukung kelangsungan kekuasaan
presiden.
d) Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang –
orang yang dekat presiden.
e) Menciptakan perilaku KKN.
f) Terjadi personifikasi bahwa presiden dianggap Negara.
g) Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk pada
presiden.
Dampak positif yang terjadi dari sistem pemerintahan yang
bersifat presidensial ini adalah sebagai berikut :
a) Presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan
pemerintahan.
b) Presiden mampu menciptakan pemerintahan yang kompak
dan solid.
18
c) Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau
berganti.
d) Konflik dan pertentangan antar pejabat Negara dapat
dihindari.
Indonesia memasuki era reformasi. Dimana bangsa
Indonesia ingin dan bertekad untuk menciptakan sistem
pemerintahan yang demokratis. Oleh karena itu perlu disusun
pemerintahan berdasarkan konstitusi (konstitusional). Yang
bercirikan sebagai berikut :
a) Adanya pembatasan kekuasaan ekskutif.
b) Jaminan atas hak – hak asasi manusia dan warga Negara.
2) Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945
setelah Diamandemen.
Pokok – pokok sistem pemerintahan ini adalah sebagai berikut :
a) Bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas.
Wilayah Negara terbagi menjadi beberapa provinsi.
b) Bentuk pemerintahan adalah Republik.
c) Sistem pemerintahan adalah presidensial.
d) Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala
pemerintahan.
e) Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan
bertanggung jawab kepada presiden.
f) Parlemen terdiri atas dua (bikameral), yaitu DPR dan DPD.
g) Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh mahkamah agung dan
badan peradilan di bawahnya.
Sistem pemerintahan ini pada dasarnya masih menganut
sitem presidensial. Hal ini terbukti dengan presiden sebagai
kepala Negara dan kepala pemerintahan. Presiden juga berada di
19
luar pengawasan langsung DPR dan tidak bertanggung jawab
terhadap parlemen.
Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di
Indonesia adalah sebagai berikut :
a) Presiden sewaktu – waktu dapat diberhentikan MPR atas
usul dan pertimbangan dari DPR.
b) Presiden dalam mengangkat pejabat Negara perlu
pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.
c) Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu
pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.
d) Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal
membentuk undang – undang dan hak budget (anggaran).
Dengan demikian, ada perubahan – perubahan baru
dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukkan
dalam memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan
baru tersebut, antara lain adanya pemilihan presiden secara
langsung, sistem bicameral, mekanisme check and balance, dan
pemberian kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk
melakukan pengawasan dan fungsi anggaran.
F. Istilah modernisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat
yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra
modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian
modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.
1. Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari
kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti
teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan
politis.
20
2. Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan
sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang
biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu
pengantar)
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah
modern mencakup pengertian sebagai berikut.
1. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan
meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan
merata.
2. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam
pergaulan hidup dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.
1. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa
ataupun masyarakat.
2. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan
birokrasi.
3. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat
pada suatu lembaga atau badan tertentu.
4. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
5. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,
sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
6. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
G. Istilah globalisasi
Kata ‘globalisasi’ diambil dari kata global. Kata ini melibatkan
kesadaran baru bahwa dunia adalah sebuah kontinitas lingkungan yang
terkonstruksi sebagai kesatuan utuh. Marshall McLuhans menyebut dunia
yang diliputi kesadaran globalisasi in global village (desa buana). Dunia
21
menjadi sangat transparan, sehingga seolah tanpa batas administrasi suatu
Negara. Batas-batas geografis suatau Negara menjadi kabur. Globalisasi
membuat dunia menjadi transparan akibat perkembangan pesat lmu
pengetahuan dan teknologi serta adanya sistem informasi satelit. Arus
globalisasi lambat laun semakin meningkat dan menyentuh hampir setiap
aspek kehidupan sehari-hari. Globalisasi memunculkan gaya hidup
kosmopolitan yang ditandai oleh berbagai kemudahan hubungan dan
terbukanya aneka ragam informasi yang memungkinkan individu dalam
masyarakat mengikuti gaya-gaya hidup baru yang disenangi (Muctarom,
2005).
Istilah globalisasi yang dipopulerkan Theodore Lavitte pada 1985 ini
telah menjadi slogan magis di dalam setiap topik pembahasan. Substansi
globalisasi adalah ideologi yang menggambarkan proses interaksi yang
sangat luas dalam berbagai bidang: ekonomi, politik, sosial, teknologi dan
budaya.
Globalisasi juga merupakan istilah yang digunakan untuk
menggambarkan proses multilapis dan multidimensi dalam realitas
kehidupan yang sebagian besar dikonstruksi Barat, khususnya oleh
kapitalisme dengan nilai-nilai dan pelaksanaannya. Didalam dunia global,
bidang-bidang di atas terjalin secara luas, erat, dan dengan proses yang
cepat. Hubungan ini ditandai dengan karakteristik hubungan antara
penduduk bumi yang melampaui batas-batas konvensional, seperti bangsa
dan Negara. Keadaan demikian ini menunjukkan bahwa relasi antara
kekuatan bangsa-bangsa di dunia akan mewarnai berbagai hal, yaitu sosial,
hukum, ekonomi, dan agama.
H. Istilah Reformasi
Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem
yang telah ada pada suatu masa. Di Indonesia, kata Reformasi umumnya
22
merujuk kepada gerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang menjatuhkan
kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru.
Kendati demikian, kata Reformasi sendiri pertama-tama muncul dari
gerakan pembaruan di kalangan Gereja Kristen di Eropa Barat pada abad
ke-16, yang dipimpin oleh Martin Luther, Ulrich Zwingli, Yohanes Calvin,
dll.
Pengertian lain Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk
perbaikan (bidang sosial, politik atau agama) dalam suatu masyarakat atau
negara.
I. Keberadaan Pancasila setelah Reformasi
Keberadaan Pancasila setelah reformasi menghadapi tantangan yang
cukup berat. Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara dibawah payung ideologi Pancasila.
Namun ternyata masih banyak warga negara Indonesia yang
mengesampingkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Di era global ini dengan
ciri dunia tanpa batas, secara langsung maupun tidak langsung banyak
ideologi asing yang gencar menerpa masyarakat Indonesia. Hal ini
terkadang tidak disadari oleh masyarakat Indonesia, bahkan mereka banyak
yang menganggap bahwa nilai-nilai dan ideologi asing justru menjadi
pandangan hidupnya seperti materialistis, hedonisme, dan konsumerisme.
Dengan adanya gejala-gejala tersebut, maka semakin diperlukan adanya
sebuah kajian kritis terhadap Pancasila sebagai sumber nilai bagi
kehidupan masyarakat Indonesia.
Pada saat ini Pancasila juga banyak dihadapkan pada tantangan
berbagai varian kapitalisme, dari pada komunisme atau sosialisme. Ini
disebabkan oleh perkembangan kapitalisme yang bersifat global. Fungsi
Pancasila ialah memberi orientasi untuk terbentuknya struktur kehidupan
sosial-politik dan ekonomi yang manusiawi, demokratis dan adil bagi
seluruh rakyat .
23
Pengembangan Pancasila sebagai ideologi yang memiliki dimensi
realitas, idealitas, dan fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada
henti dengan tantangan-tantangan masa kini dan masa depan mengacu
kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita nasional Indonesia.
J. Bagaimana Pancasila seharusnya ?
Pancasila setelah reformasi seharusnya melaksanakan atau
mengamalkan nilai-nilai Pancasila untuk kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Pancasila bukan hanya untuk dihafal, namun
Pancasila harus terealisasikan dalam perilaku dan perbuatan.
Dengan jiwa Pancasila seharusnya gerakan reformasi mampu
menggalang persatuan demi pembenahan krisis multidimensiomnal dewasa
ini. Jika nilai-nilai Pancasila selalu menjadi pijakan aktivitas segala elemen
di bangsa ini, maka kekacauan tidak akan pernah muncul karena Pancasila
adalah bentuk pengakuan seluruh elemen terhadap keberagaman dan
perbedaan. Pancasila juga diharapkan dapat menjadi matriks atau kerangka
referensi untuk membangun suatu model masyarakat atau untuk
memperbaharui tatanan sosial-budaya.
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Globalisasi dan modernisasi pada dasarnya mempunyai konsep yang
agak mirip, yaitu proses perubahan masyarakat dari tradisonal menjadi
lebih maju dan mendunia. Globalisasi merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan proses multilapis dan multidimensi dalam realitas
kehidupan. Ciri umum globalisasi adalah tidak adanya atau tidak
terlihatnya batas fisik suatu negara. Sedangkan modernisasi dapat diartikan
sebagai perubahan masyarakat dari yang tradisional menjadi masyarakat
yang modern.
Pancasila sebagai ideologi atau dasar negara Indonesia di era
globalisasi dan modernisasi ini semakin memudar. Akibat dari globalisasi
dan modernisasi ini menimbulkan banyaknya pengaruh dari luar yang
mempengaruhi ideologi Pancasila dengan ideologi – ideologi asing yang
bisa menyesatkan masyarakat Indonesia, seperti komunisme, hedonisme
dan lain sebagainya. Tetapi kita bisa mencegah masuknya pengaruh buruk
globalisasi dan modernisasi ini dengan cara memfilter setiap pengaruh -
pengaruh yang datang dari luar. Kita harus bisa membedakan mana
pengaruh yang baik dan mana yang buruk .
B. Saran
Pada era globalisasi dan modernisasi dewasa ini kita sebagai penerus
bangsa sebaiknya menanamkan nilai Pancasila sejak dini, dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena masih banyak
penduduk Indonesia yang tidak mengetahui makna dari Pancasila itu
sendiri. Sehingga banyaknya pelanggaran-pelangaran yang terjadi di
negara kita ini, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, terorisme, dan lain-lain.
25
Globalisasi dan modernisasi pada dasarnya mempunyai konsep yang
agak mirip, yaitu proses perubahan masyarakat dari tradisonal menjadi
lebih maju dan mendunia. Globalisasi merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan proses multilapis dan multidimensi dalam realitas
kehidupan. Ciri umum globalisasi adalah tidak adanya atau tidak
terlihatnya batas fisik suatu negara. Sedangkan modernisasi dapat diartikan
sebagai perubahan masyarakat dari yang tradisional menjadi masyarakat
yang modern.
Pancasila sebagai ideologi atau dasar negara Indonesia di era
globalisasi dan modernisasi ini semakin memudar. Akibat dari globalisasi
dan modernisasi ini menimbulkan banyaknya pengaruh dari luar yang
mempengaruhi ideologi Pancasila dengan ideologi – ideologi asing yang
bisa menyesatkan masyarakat Indonesia, seperti komunisme, hedonisme
dan lain sebagainya. Tetapi kita bisa mencegah masuknya pengaruh buruk
globalisasi dan modernisasi ini dengan cara memfilter setiap pengaruh -
pengaruh yang datang dari luar. Kita harus bisa membedakan mana
pengaruh yang baik dan mana yang buruk.
26