Makalah Paknanda Pert 2
-
Upload
nurmala-ayla -
Category
Documents
-
view
149 -
download
7
Transcript of Makalah Paknanda Pert 2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Fisioterapi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam proses
pembangunan di bidang kesehatan. Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992
pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Riasmini, 2006).
Fisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau
kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan
gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis),pelatihan fungsi,komunikasi
(KepMenKes No.376/MENKES/SK/II/III/2007).
Stroke adalah penyebab dari kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor
dua didunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin
penting dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi dinegara-negara yang sedang
berkembang (Feigin,2006).
Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 12.500 orang meninggal dan sisanya cacat ringan
maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan
hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda
dan produktif, hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti
malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara
mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan stroke. Saat ini
serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang disebut sebagai silent
killer, obesitas dan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit
degeneratif.Stroke adalah penyakit otak destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk
beban psikologis, fisik dan keuangan yang besar pada pasien, keluarga mereka dan
masyarakat (Feigin, 2006).
Stroke biasanya ditandai dengan kelemahan anggota gerak atas maupun bawah
pada salah satu sisi anggota tubuh.Untuk itu penderita stroke perlu mendapatkan
penanganan sedini mungkin agar pengembalian fungsi dari anggota gerak serta gangguan
lainnya dapat semaksimal mungkin atau dapat beraktivitas kembali mendekati normal
serta mengurangi tingkat kecacatan.Stroke dapat menyebabkan problematika pada
tingkat impairment berupa gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan memori,
kognitif, gangguan koordinasi dan keseimbangan.Pada tingkat functional limitation
berupa gangguan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari seperti perawatan
diri, transfer dan ambulasi.Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan
dalam melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.
Dengan adanya layanan fisioterapi maka pasien hemiparese pascastroke akut dapat
ditangani dengan menggunakan beberapa metode ataupun modalitas, salah satunya
metode Margaret Johstone. Metode yang digunakan ini adalah untuk meningkatkan tonus
otot yang mengalami hypotonus dan menurunkan otot yang mengalami hypertonus,
mengacu pada pola gerak yang normal, mekanisme reflek postural yang normal dan
sensorik yang normal.
B.Rumusan masalah.
1.......?
2.bagaimana pelaksanaan fisioterapi pada strok modalitas hyroterapi?
3.apa efek hydroterapi pada penderita strok?
C.Tujuan penulisan.
1.Untuk mengetahui pengertian strok.
2.untuk mengetahui pengaruh hydroterapi terhadap penderita strok.
BAB II
DEFINISI
A.Definisi
Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) merupakan gangguan neurologik
mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem
suplai arteri otak (Wilson, 2002).
Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun
global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan
aliran darah otak.
Dalam istilah awam, stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan
akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh secara sederhana.Stroke terjadi
jika aliran darah ke otak terputus, otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang
berkesimbungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi). Jika pasokan darah berhenti
akibat pembekuan darah atau pecahnya pembulu darah, sedikit atau banyak akan terjadi
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki (infark otak). Dampaknya adalah fungsi
kontrol bagian tubuh oleh daerah otak yang terkena stroke tersebut akan hilang atau
mengalami gangguan dan dapat mengalami kematian (Vitahealth, 2006).
Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya
aliran darah ke otak kerena sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke
hemoragik) (Junaidi, 2011). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti kerena
aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui
proses aterosklerosis. Sedangkan pada stroke hemoragik (pendarahan), pembuluh darah
pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes
masuk kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya (Junaidi, 2011).
1.Anatomi Fungsional
Masalah utama pada stroke adalah gangguan peredaran darah di otak, sehingga
kita perlu memahami tentang anatomi fungsional otak.
2.Anatomi Otak
Otak adalah organ vital.Otak bertanggung jawab atas fungsi mental dan
intelektual kita, seperti berfikir dan mengingat.Otak terdiri atas sel-sel otak yang disebut
dengan neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan
pembuluh darah (Feigin, 2006).Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh
atau sekitar 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional.
Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume sekitar 1200 cc. Otak juga
lebih kompleks daripada batang otak. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat
badan orang dewasa, otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan 20%
pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energy setiap harinya (Muttaqin,
2008).Selain itu otak juga merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi
dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme oksidasi glukosa.
Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah
yang bersifat konstan (Wilson, 2002).
2.1 Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah area atau wilayah terbesar dari otak. Disini terletak pusat-pusat
saraf yang mengatur semuah kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur semua proses
penalaran, ingatan dan intelegensi. Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan hemisfer
kiri yang dibagi oleh satu lekukan atau celah dalam yang disebut dengan fisura
longitudinal mayor. Bagian luar hemisfer serebri terdiri atas substansia grisea yang
disebut sebagai korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian
dalam (inti) hemisfer dan disebut Pusat Medula. Kedua hemisfer saling dihubungkan
oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus kalosum. Didalam substansia alba
terdapat kumpulan massa substansia grisea yang disebut ganglia basal. Pusat sensorik
dan motorik pada masing-masing hemisfer dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan
dengan bagian tubuh yang berlawanan.Hemisfer kanan mengatur bagian tubuh kanan,
konsep ini disebut pengendalian kontralateral.
Menurut Mutaqqin (2008), pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :
a.Lobus Frontalis
Lobus Frontalis adalah proses area dari korteks serebrum yang terletak didepan
sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan di dasar sulkus lateralis. Bagian ini
mengandung daerah-daerah motorik dan premotorik.Lobus frontalis bertanggung jawab
atas perilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang
kompleks.Lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan
oleh system limbic dan reflex-refleks vegetatif dari batang otak.Badan-badan sel di
daerah motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolan-tonjolan akson ke medulla
spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam jalur yang disebut sabagai system
piramidalis.
Pada sisem piramidalis, neuron-neuron motorik dari sisi korteks serebrum menuju
ke sisi berlawanan. Informasi motorik dari sisi kiri korteks serebrum menuju ke sisi
kanan medulla spinalis dan mengendalikan gerakan motorik sisi kanan tubuh,demikian
sebaliknya. Akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur
ekstrapiramidalis.Serabut saraf ini mengendalikan gerak motorik halus dan berjalan di
luar jalur piramidalis ke medulla spinalis.
b. Lobus Parietalis
Lobus Parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis,
di dasar fisura lateralis dan meluas ke belakang menuju fisura parieto oksipitalis.Lobus
ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk sensasi peraba dan pendengaran.Sel-sel
lobus frontalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder untuk menginterpretasikan
rangsangan-rangsangan yang datang. Lobus frontalis menyampaikan informasi sensorik
ke banyak daerah lain di otak, termasuk daerah asosiasi motorik dan visual di
sebelahnya.
c.Lobus Oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum.Lobus ini terletak di
sebelah posterior dari lobus parietalis dan di dasar fisura parieto-oksipitalis, yang
memisahkanya dari serebellum.Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama.Lobus ini
menerima informasi yang berasal dari retina mata.
d. Lobus Temporalis
Lobus temporalis mencangkup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah
dari fisura dan ke sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis.Lobus temporalis adalah
area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencangkup area Wernicke tempat
interpretasi bahasa.Lobus ini juga terlihat dalam interpretasi penyimpanan ingatan.
2.2 Cerebellum (Otak Kecil)
Serebellum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter
yang menyerupai atap atau tenda yaitu, tentorium, yang memisahkannya dari bagian
posterior serebrum. Serebellum terdiri atas bagian tengah, vermis dan dua hemisfer
lateral. Serebellum dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang
dinamakan pendikuli.Semua aktivitas serebellum berada di bawah kesadaran.
Fungsi utama serebellum adalah :
1.Mengatur otot-otot postural tubuh. Serebellum mengkoordinasi penyesuaian secara
cepat dan otomatis dengan memelihara keseimbangan tubuh.
2.Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan sadar dan bawah sadar.
Serebellum sebagai pusat reflex yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot
serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan
dan sikap tubuh.
2.3Trunkus Serebri (Batang Otak).
Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medulla spinalis dan ke bagian
rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak yang lebih tinggi.Bagian-bagian
batang otak dari bawah ke atas adalah medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak
tengah).Di sepanjang batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan
turun. Batang otak merupakan pusat transmitter dan reflex dari sistem saraf pusat.
Hubungan cerebelum dengan medulla oblongata disebut korpus retiformi, serebelum
dengan pons varoli disebut brakium pontis dan serebelum dengan mesensepalon disebut
brakium konjungtiva.
Batang otak terdiri dari :
1.Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebelum dengan
mesensefalon, dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat
kapsula interna dengan sudut menghadap kesamping.
2.Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari 4 bagian yang menonjol ke atas, 2
disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan 2 di sebelah bawah disebut
korpus kuadrigeminus inferior.
3.Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli
dengan serebelum, terletak di depan serebelum diantara otak tengah dan medulla
oblongata.
4.Medulla oblongata, merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang
menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.
2.4 Medulla Spinalis
Saraf spinal pada manusia dewasa memiliki panjang sekitar 45 cm dan lebar 14
mm. Pada bagian permukaan dorsal dari saraf spinal, terdapat alur yang dangkal secara
longitudinal dibagian medial posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior
berupa fisura. Medula spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing
memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramen
intervertebralis (lubang pada vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan
foramen intervertebra tempat keluarnya saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal
pertama yang keluar di antara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan
demikian, terdapat 8 pasang saraf servikal (dan hanya tujuh saraf vertebra servikalis), 12
pasang saraf torakali, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis dan 1 pasang saraf
cocygeus.
Sumsum tulang belakang dibentuk oleh 3 selaput yaitu durameter, arakhnoid dan
piameter:
1. Durameter terdiri dari dua lapisan, lapisan luar yang melapisi tengkorak dan lapisan
dalam yang bersatu dengan lapisan luar dan mendapat persarafan yang banyak dari
cabang-cabang saraf trigeminus dan vagus dari saraf simpatik.
2. Arakhnoid adalah lapisan tipis, halus yang memisahkan piameter dan durameter.
3. Piameter yang menyelip kedalam celah yang ada pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat kontak yang sangat erat maka dapat menyediakan dari
struktur-struktur ini.
Fungsi medulla spinalis adalah pusat gerakan otot-otot tubuh terbesar di kornu
motorik atau kornu ventralis, mengurus kegiatan refleks-refleks spinalis serta reflex lutut,
menghantarkan rangsangan koordinasi dari otak dan sendi ke serebelum, sebagai
penghubung antar segmen medulla spinalis, mengadakan komunikasi antara otak dengan
semua bagian tubuh.
3.Anatomi Peredaran Darah Otak
Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang diperlukan
bagi fungsi jaringan hidup yang baik.Kebutuhan otak sangat mendesak dan vital,
sehingga aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai
darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-
cabang, ber hubungan erat satu dengan yang lainsehingga dapat menjamin suplai darah
yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002).
3.1.Peredaran Darah Arteri
Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri
karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circuluswillisi (Wilson,
2002).
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang
berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial.Di dekat akhir arteri karotis
interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah
kaudal dengan arteri serebri posterior.Arteri serebrianterior saling berhubungan melalui
arteri communicans anterior (Chusid, 1979). Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari
arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria
inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta.Arteri
vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan
medula oblongata.Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris (Wilson, 2002).
3.2.Peredaran Darah Vena
Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,suatu
saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater yang liat. Sinus-sinus
duramater tidak mempunyai katub dan sebagian besar berbentuk triangular.Sebagian
besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus longitudinalis superior yang
berada di medial.Dua buah vena cortex yang utama adalah vena anastomotica magna
yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang
mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran
darah dari basal ganglia (Wilson,2002)
4.Etiologi
Etiologi merupakan penyebab suatu penyakit (Dorlan, 1996).Berdasarkan
etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua, stroke haemoragic (pendarahan) jika
arteri pecah dan stroke non haemoragic (ischemik) jika arteri tersumbat.
Menurut Junaidi (2011), banyak faktor risiko yang dapat membuat seseorang
yang menjadi rentan terhadap serangan stroke. Secara garis besar faktor resiko stroke
dibagi menjadidua yaitu:
1.Faktor risiko internal atau yang tidak dapat dikontrol :
a. Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi.
b. Ras/suku bangsa, Bangsa Afrika/Negro, Jepang, dan Cina lebih sering terkena
stroke.
c. Jenis Kelamin, laki-laki lebih berisiko dibanding wanita.
d. Riwayat Keluarga yang pernah mengalami stroke.
2.Faktor risiko eksternal atau yang dapat dikontrol :
a. Hipertensi
b. Diabetes mellitus/kencing manis
c. Merokok
d. Obesitas
e. Hiperlipidemia dan Kolesterol
f. Peminum alkohol
g. Obat-obatan, misalnya obat yang mempengaruhi serebrovaskular.
5.Patologi
Patologi merupakan ilmu yang mempelajari sebab-sebab dan hakikat penyakit,
dan juga mempelajari perubahan-perubahan anatomi maupun perubahan fungsional
berkenaan adanya penyakit tersebut (Hudaya,1997). Gangguan peredaran darah otak
dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk circulus willisi yang
terdiri dari arteri karotis interna dan arteri vertebra basilaris atau semua cabang-
cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah yang ke jaringan otak terputus 15 sampai
20 menit, akan terjadi kematian jaringan atau infark (Wilson, 2002).
5.1 Trombotik Serebri
Pembuluh darah yang menuju otak mengeras dan terjadi perubahan degenerasi
dari dinding pembuluh darah.Dinding pembuluh darah menjadi lemah, berwarna kuning
dan menebal oleh karena penumpukan zat lemak.Selain itu pengendalian zat kapur
menyebabkan pembuluh darah mengeras dari permukaan pembuluh darah bagian dalam
yang permukaannya licin menjadi tidak rata.Penebalan dinding pembuluh darah
menyebabkan penyempitan dan aliran darah menjadi berkurang.Sehingga jaringan otak
kekurangan kebutuhan oksigen (O₂) dan zat-zat lainnya, yang akhirnya jaringan otak
menjadi mati atau rusak.
5.2 Emboli Serebri
Emboli Serebri adalah penyumbatan pembuluh darah arteri.Emboli biasanya
berhubungan dengan penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah.Emboli dapat
menyumbat pembuluh darah otak secara total atau partial. Daerah jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah ini akan mengalami infark atau thrombosis (Chusid, 1979).
Suatu thrombosis yang melekat di permukaan dalam pembuluh darah atau jantung
terlepas dan kemudian masuk ke dalam perdaran darah otak yang menimbulkan gejala-
gejala stroke yang timbul secara mendadak.
6.Tanda dan Gejala
Tanda awal serangan stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak sadar,
bingung, sakit kepala, susah konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lainya (Junaidi,
2011). Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain berupa perasaan ingin tidur,
sulit mengingat, penglihatan kabur dan lain sebagainya. Pada beberapa jam berikutnya
gangguan kesadaran akan berlanjut yang menurunkan otot dan koordinasi, dalam bentuk
sulit berkonsentrasi dalam membaca atau mendengar percakapan orang lain.
Kemungkinan lain sulit dalam menyusun kata-kata atau melakukan pekerjaan sehari-hari
seperti berdiri, berjalan atau mengambil/memegang gelas, pensil, sendok dan garpu.
Gangguan lain berupa ketidakmampuan buang air kecil dan buang air besar, kehilangan
kemampuan untuk merasakan, mengalami kesulitan menelan dan bernafas.
Gejala stroke akut Menurut Junaidi (2011), sebagai berikut :
1.Adanya serangan deficit neurologis fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan
atau tungkai dan salah satu sisi tubuh.
2.Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormalitas pada lengan atau tungkai dan salah
satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan.
3.Mulut tidak simetris, lidah mencong bila diluruskan.
4.Gangguan menalan.
5.Gangguan bicara.
6.Sulit memikirkan dan mengucapkan kata-kata yang tepat.
7.Tidak memahami pembicaraan orang lain.
8. Tidak mampu membaca dan menulis serta tidak memahami tulisan.
9.Tidak dapat berhitung dan kepandaian menurun.
10.Tidak mampu menganali dan merasakan bagian tubuhnya.
11.Sulit mengontrol buang air kecil dan buank air besar.
12.Sulit berjalan, langkah kecil-kecil dan sempoyongan.
13.Menjadi pelupa atau pikun (Dimensia).
14.Awal terjadi penyakit (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada saat istirahat
atau bangun tidur.
15.Kelopak mata sulit untuk dibuka atau dalam keadaan tertutup.
16.Gangguan pengelihatan, penglihatan gelap atau ganda sesaat.
17.Gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau kemampuan mendengaranya
menurun.
18.Perasaan menjadi mudah sensitif : menjadi menangis dan tertawa.
19.Banyak tidur atau selalu ingin tidur, mengantuk.
20.Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkontrol dengan baik, sempoyongan
dan terjatuh.
7.Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu proses patologis atau tidak langsung akibat disuse
(karena imobilisasi) atau misuse (karena salah menggerakkannya) (Hudaya,1997). Pasien
yang telah menderita stroke berisiko mengalami komplikasi lanjut yang terjadi akibat
immobilisasi, serta masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi medis umumnya.
Komplikasi yang ditimbulkan menurut Feigin(2004)adalah :
1.Pasien mengalami penurunan partial atau total gerakan dan kekuatan lengan dan
tungkai disalah satu sisi tubuh (kelumpuhan partial disebut paresis, kelumpuhan total
disebut paralisis).
2.Hingga 80-90% menderita kebingungan, dalam masalah kemampuan berfikir dan
mengingat.
3.Pasien mengalami satu atau lebih masalah komunikasi, 30% Mereka mungkin mampu
berbicara atau memahami bahasa lisan (afaksia atau disfaksia), gejala mencangkup
kesulitan memilih kata-kata yang tepat untuk diucapkan atau ditulis, kesulitan
memahami tulisan, pamakaiaan kata-kata tanpa makna dan masalah memahami lelucon.
atau mungkin mereka mengalami kesulitan berbicara, berbicara pelo, atau sama sekali
tidak mampu bersuara meskipun tetap mengerti bahasa lisan (disartria).
4.Mengalami kesulitan menelan (disfagia).
5.Hingga 10% mengalami kesulitan melihat benda-benda disatu sisi (hemianopia) dan
10% memiliki penglihatan ganda (diplopia).
6.Kurang dari 10% mengalami gangguan koordinasi saat duduk, berdiri atau berjalan
(ataksia).
7.Mengalami masalah orientasi kiri-kanan dan bahkan tidak menyadari kesalahanya.
8.Mengalami cacat sendi atau kontraktur (sendi yang tidak dapat ditekuk atau diluruskan)
dalam tahun pertama setelah stroke. Tanpa pemecahan yang berarti, 10-29% pasien
mengalami debikubitus (luka akibat tidur terlalu lama).
9.Hinggga 5% mengalami infeksi saluran kemih pada bulan pertama, salah satu
penyebab utama kematian pada stroke.
10.Hingga 10% mengalami Deep Vein Thrombosis (DVT) dalam bulan pertama.
11.Kurang dari 10% mengalami masalah dalam pengendalian buang air kecil atau buang
air besar atau konstipasi (sembelit).
8.Deskripsi Problema Fisioterapi
Problematika yang akan dihadapi fisioterapi pada penderita akibat stroke akut
sangat bervariasi bergantung pada topis lesi dan derajat beratnya lesi. Problematika yang
terjadi menurut klasifikasi dari WHO yang dikenal dengan International Classification of
Function and Disabilitty (ICF) yang terdiri atas impairment, functional limitation, dan
participation restriction.
1.Impairment
Impairment merupakan gangguan pada jaringan pada penderita stroke sebagai
gangguan kapasitas fisik maupun pisikologis yang cukup berat. Pasien mengalami
keadaan yaitu adanya:
1) Abnormalitas tonus otot, karena adanya kerusakan sistem saraf sehingga
menimbulkan kekakuan yang bersifat spastik.
2) Pola sinergis biasanya selalu terdapat dengan spastisitas dan saling mempengaruhi.
3)Potensial terjadinya komplikasi tirah baring pada sistem pernapasan, karena tirah
baring yang lama akan menyebabkan penumpukan cairan dalam paru.
2.Fungsional Limitation
Functional limitation merupakan ketidak mampuan pasien dalam beraktivitas
fungsional.Dalam hal ini karena tidak mampu menggerakkan anggota tubuh yang
lumpuh misalnya lengan dan tungkai, untuk perawatan diri dan ketidakmampuan
berjalan. Aktivitas lengan misalnya makan, minum, menyisir rambut, gosok gigi dan
mengambil sesuatu akan menjadi terganggu, sedangkanaktivitas tungkai misalnya
jongkok, berdiri dan berjalan.
3.Participation Restriction (Disability)
Participation restriction atau disability merupakan ketidak mampuan melakukan
aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga kondisi tadi akan
membatasi atau menghalangi penderita untuk berperan normal baik sebagai anggota
keluarga atau masyarakat. Keadaan yang terakhir ini disebut disability. Dengan adanya
permasalahan di atas, maka akan membatasi pasien untuk berperan serta secara normal
dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.
9.Pengertian hydroterapi (parafinbath)
Hidro terapi merupakan salah satu modalitas Fisioterapis yang dalam
pelaksanaannya memanfaatkan pegaruh suhu, mekanik, chemis dan tekanan dari zat cair.
Pada pemanfaatan zat cair sebagai media terapi dengan suhu, dijumpai dua pengelompokan
besar yaitu panas dan dingin. Pemanfaatan suhu zat cair dapat berupa Cryotherapy, parafin
bath, contras bath, hot bath, hot pack, dll.
Parafin bath merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan parafin sebagai
medianya, pada prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang
relatif tinggi (panas). Parafin yang digunakan untuk terapi ini adalah parafin biasa yang
ditambah parafin oil, kemuian dipanaskan hingga meleeh dengan suhu + 55o C.
Secara umum diketahui bahwa segala bentuk rangsang akan mempengaruhi atau
menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya jika tubuh diberikan stimulasi berupa suhu
tinggi (panas). Efek-efek fisiologis yang dimaksud adalah seperti berikut:
Stimulasi sensasi panas pada jaringan akan menimbulkan penigkatan suhu pada
jaringan yang berkaitan. Akibat yang paling nyata dari aplikasipanas adalah timbulnya
hiperaemia(
Efek fisiologis yang mungkin timbul adalah seperti berikut :
• Peningkatan suhu / temperatur tubuh
• Penigkatan metabolisme
• Terjadi vasodilatasi arteriole
• Peredaran darah kapiler menjadi lancar
• Tekanan hirostatik kapiler meningkat
Sedangkan pada organ dan sistem organ tubuh adalah sebagai berikut:
@Pada kulit
Rangsangan panas dengan media yang mempunya temperatur lebih besar dari 40oC pada
kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat, karena timbul
vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila penggunaan panas dengan
temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut akan segera diikuti adanya vasodilatasi
sehingga timbul warna kemerah-merahan (eritema). Kelenjar keringat dan lemak akan
terangsang, sehingga kulit menjadi lemas dan lentur.
Pada sirkulasi darah setempat
Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi.
Pada respirasi
Pernafasan mula-mula akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan dangkal. Terapi
dengan temperatur yang cukup menyebabkan pernafasan menjadi mudah dan dalam.
Pada jaringan otot
Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan nyeri
berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot.
Pada sirkulasi darah
Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Hal itu disebabkan
timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan superfisial tubuh yang
kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila segera timbul vasodilatasi maka
tekanan darah sistemik akan turun dengan begitu beban kerja jantung juga menurun.
Pada metabolisme
Metabolisme akan meningkat dengan panas yang cukup
Pada sistem saraf
Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-ujung saraf
sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika temperatur lebih rendah, yang
terjadi adalah timbulnya efek sedatif (nyaman).
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PARAFIN BATH
A.Indikasi
Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi nyeri dan
kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion sendi, serta
mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga
peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan yang berkaitan
terpenuhi.
Parafin bath indikasi terhadap:
Reduksi nyeri dan spasme otot
• Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran otot untk
mereduksi nyeri.
• Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi, namun hal
ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.
• Pasca fractur
• Pasca trauma
• Sprain dan strain
• Arthritis kronis
B.Kontra Indikasi
Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu atau temperatur
adalah gangguan sensibilitas.
Kontra indikasi untuk terapi parafin bath dapat dituliskan sebagai berikut:
• Gangguan sensibilitas.
• Luka terbuka.
• Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka bakar
pada jaringan yang bersangkutan.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PARAFIN BATH
A.Keuntungan
• Panas yang ditimbulkan parafin meskipun temperaturnya tinggi hanya mampu bertahan
sebentar, berbeda dengan air. Sehingga resiko terbakar pada jaringan sangat kecil.
• Keterhantaran termal rendah mengakibatkan pemanasan jaringan secara-pelan, dengan
begitu mengurangi resiko jaringan menjadi terlalu panas.
• Keadaan parafin yang berupa cairan mengakibatkan terjangkaunya area-area yang sulit
dijangkau seperti jari tangan dan jari kaki.
• Minyak yang digunakan untuk terapi ini membuat embun meresap ke kulit.
• Bekas parafin yang digunakan tetap lunak, sehingga masih dapat digunakan sebagai alat
untuk latihan.
• Nyaman, terasa panas serta lembab.
• Murah.
B.Kerugian
• Hanya efektif untuk extrimitas bagian distal dalam aplikasinya.
• Metode dengan menggunakan parafin yang paling cocok hanya dengan metode bath
dengan keterbatasan daerah untuk bagian tubuh yang diterapi.
• Tidak ada pengaturan temperatur / temperatur tidak bisa dikontrol setiap kali diterapkan.
• Panas hanya mampu bertahan sekitar 20 menit
• Merupakan pasif terapi, sehingga tidak diprogramkan untuk dilakukan pelatihan pada
pasien.
PENATALAKSANAAN PARAFIN BATH
Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:
1.Rendaman anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh.
2.Menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu
dioleskan ke bagian tubuh yang di terapi.
3.Parafin pack.
Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian dipanaskan
hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55oC. Perbandingan parafin dengan parafin oilnya
adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil (6:1).
Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerah-
merahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk diberi
massage, streching dan terapi manipulasi lunak.
Toleransi seseorang terhadap parafin bath berkisar antara 47,8 oC hingga 54oC, oleh sebab
itu sebelum digunakan temperatur parafin diturunkan hingga + 47 oC.
Dalam penatalaksanaan hidroterapi dengan cold pack, tahap-tahap penatalaksanaannya
adalah sebagai berikut:
1.Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang
perlu diketahui dari pasien antara lain:
Kondisi berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologispatologis pasien pasien
( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau
kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
yang dimaksud adalahGangguan sensibilitas sensibilitas panas-dingin. Untuk mengetahui
keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin, seperti
berikut:
a.Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat)
yang lain berisi air dingin (air es).
b.Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil
mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat
pengujian / pengenalan ini).
c.Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan.
Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa
diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan
menghalangi pandangannya
2.Pemilihan metode terapi
Metode terapi ditentukan sesuai hasil pemeriksaan pada pasien ( tahap 1 ). Apakah pasien
indkasi untuk diterapi dengan metode parafin bath atau kontra indikasi.
3.Persiapan alat
• Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi. Berikut alat-
alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath:
• Parafin & parafin oil
• Handuk
• Kuas
4.Persiapan penderita
Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan
diberikan oleh terapis kepada pasien.
5.Teknik pelaksanaan
Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi. Berikut adalah penatalaksanaan
parafin bath dengan metode rendaman:
• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya
dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
• Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian dicelupkan ke dalam
parafin cair tersebut selama beberapa detik
• Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya
berkurang
• Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa
detik dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel
sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.
• Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut dibungkus dengan handuk
• Diamkan selama 10-15 menit.
• Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas (dikelupas) dari
bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian
tubuh tersebut.
• Rapikan peralatan.
Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah sebagai berikut:
• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.
• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya
dibutuhkan suhu antara 45-50 C.
• Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien (selain daerah mata,
mulut dan lubang hidung).
• Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapis-lapis melainkan
hanya satu lapis.
• Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.
• Begitu seterusnya.
6.Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk:
• Melihat / mengetahui efek hasil terapi
• Membandingkan kondisi patologis sebelum dan sesudah diberikan terapi
• Menentukan tindakan / terapi selanjutnya.
Parafin cair hanya dapat mempertahankan suhunya yang sekitar 45-50 C hanya 20 menit.
Parafin bekas (yang sudah dipakai pasien) yang sudah dikelupas masih bisa digunakan lagi
untuk terapi. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari parafin selain mudah didapat
dengan harga yang murah.
Parafin berbeda dengan air, parafin bekas diprbolehkan untuk digunakan terapi lagi tetapi
air tidak diijinkan. Kemungkinan menularnya penyakit kulit melalui parafin bekas yang
kemudian digunakan lagi untuk terapi hampir tidak ada. Hal itu sangat berbeda dengan air
yang masih memiliki kemungkinan menularnya penyakit kulit yang cukup besar.
Pada bagian tubuh (kulit) pasien yang diterapi timbul eritema. Eritema ini muncul sebagai
efek fisiologis yang ditimbulkan karena adanya stimulasi berupa sensasi panas yang
ditimbulkan oleh parafin cair. Eritema lebih tepatnya lagi terjadi karena respon tubuh
terhadap panas, respon ini berupa vasodilatasi pembuluh darah yang pada akhirnya
menyebabkan eritema.
Efek fisiologis lain yang tampak secara nyata adalah pasien berkeringat. Keringat
dikeluarkan tidak hanya pada bagian tubuh yang bersangkutan saja, melainkan seluruh
tubuh pasien. Kelenjar keringat pada kulit pasien terangsang sehingga memberikan respon
terhadap temperatur yang tinggi yang digunakan dalam terapi ini (450C-500C).