Makalah Paknanda Pert 2

42
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Fisioterapi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam proses pembangunan di bidang kesehatan. Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992 pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Riasmini, 2006). Fisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis),pelatihan fungsi,komunikasi (KepMenKes No.376/MENKES/SK/II/III/2007). Stroke adalah penyebab dari kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor dua didunia. Penyakit ini telah

Transcript of Makalah Paknanda Pert 2

Page 1: Makalah Paknanda Pert 2

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Fisioterapi merupakan salah satu tenaga kesehatan yang ikut berperan dalam proses

pembangunan di bidang kesehatan. Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992

pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari upaya pembangunan nasional yang ditujukan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang

agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Riasmini, 2006).

Fisioterapi merupakan pelayanan yang ditujukan kepada individu dan atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan

gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis),pelatihan fungsi,komunikasi

(KepMenKes No.376/MENKES/SK/II/III/2007).

Stroke adalah penyebab dari kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor

dua didunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin

penting dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi dinegara-negara yang sedang

berkembang (Feigin,2006).

Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena

serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 12.500 orang meninggal dan sisanya cacat ringan

maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan

hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda

dan produktif, hal ini akibat gaya dan pola hidup masyarakat yang tidak sehat, seperti

Page 2: Makalah Paknanda Pert 2

malas bergerak, makanan berlemak dan kolesterol tinggi, sehingga banyak diantara

mereka mengidap penyakit yang menjadi pemicu timbulnya serangan stroke. Saat ini

serangan stroke lebih banyak dipicu oleh adanya hipertensi yang disebut sebagai silent

killer, obesitas dan berbagai gangguan kesehatan yang terkait dengan penyakit

degeneratif.Stroke adalah penyakit otak destruktif dengan konsekuensi berat, termasuk

beban psikologis, fisik dan keuangan yang besar pada pasien, keluarga mereka dan

masyarakat (Feigin, 2006).

Stroke biasanya ditandai dengan kelemahan anggota gerak atas maupun bawah

pada salah satu sisi anggota tubuh.Untuk itu penderita stroke perlu mendapatkan

penanganan sedini mungkin agar pengembalian fungsi dari anggota gerak serta gangguan

lainnya dapat semaksimal mungkin atau dapat beraktivitas kembali mendekati normal

serta mengurangi tingkat kecacatan.Stroke dapat menyebabkan problematika pada

tingkat impairment berupa gangguan motorik, gangguan sensorik, gangguan memori,

kognitif, gangguan koordinasi dan keseimbangan.Pada tingkat functional limitation

berupa gangguan dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari seperti perawatan

diri, transfer dan ambulasi.Serta pada tingkat participation restriction berupa keterbatasan

dalam melakukan pekerjaan, hobi dan bermasyarakat di lingkungannya.

Dengan adanya layanan fisioterapi maka pasien hemiparese pascastroke akut dapat

ditangani dengan menggunakan beberapa metode ataupun modalitas, salah satunya

metode Margaret Johstone. Metode yang digunakan ini adalah untuk meningkatkan tonus

otot yang mengalami hypotonus dan menurunkan otot yang mengalami hypertonus,

mengacu pada pola gerak yang normal, mekanisme reflek postural yang normal dan

sensorik yang normal.

Page 3: Makalah Paknanda Pert 2

B.Rumusan masalah.

1.......?

2.bagaimana pelaksanaan fisioterapi pada strok modalitas hyroterapi?

3.apa efek hydroterapi pada penderita strok?

C.Tujuan penulisan.

1.Untuk mengetahui pengertian strok.

2.untuk mengetahui pengaruh hydroterapi terhadap penderita strok.

Page 4: Makalah Paknanda Pert 2

BAB II

DEFINISI

A.Definisi

Stroke atau Cerebrovascular Accident (CVA) merupakan gangguan neurologik

mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem

suplai arteri otak (Wilson, 2002).

Menurut WHO, stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun

global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan

aliran darah otak.

Dalam istilah awam, stroke adalah serangan otak yang terjadi secara tiba-tiba dengan

akibat kematian atau kelumpuhan sebelah bagian tubuh secara sederhana.Stroke terjadi

jika aliran darah ke otak terputus, otak kita sangat tergantung pada pasokan darah yang

berkesimbungan, yang dialirkan oleh arteri (pembuluh nadi). Jika pasokan darah berhenti

akibat pembekuan darah atau pecahnya pembulu darah, sedikit atau banyak akan terjadi

kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki (infark otak). Dampaknya adalah fungsi

kontrol bagian tubuh oleh daerah otak yang terkena stroke tersebut akan hilang atau

mengalami gangguan dan dapat mengalami kematian (Vitahealth, 2006).

Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya

aliran darah ke otak kerena sumbatan (stroke iskemik) atau pendarahan (stroke

hemoragik) (Junaidi, 2011). Pada stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti kerena

aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui

proses aterosklerosis. Sedangkan pada stroke hemoragik (pendarahan), pembuluh darah

Page 5: Makalah Paknanda Pert 2

pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah yang keluar merembes

masuk kedalam suatu daerah di otak dan merusaknya (Junaidi, 2011).

1.Anatomi Fungsional

Masalah utama pada stroke adalah gangguan peredaran darah di otak, sehingga

kita perlu memahami tentang anatomi fungsional otak.

2.Anatomi Otak

Otak adalah organ vital.Otak bertanggung jawab atas fungsi mental dan

intelektual kita, seperti berfikir dan mengingat.Otak terdiri atas sel-sel otak yang disebut

dengan neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan

pembuluh darah (Feigin, 2006).Otak manusia berisi hampir 98% jaringan saraf tubuh

atau sekitar 10 miliar neuron yang menjadi kompleks secara kesatuan fungsional.

Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai volume sekitar 1200 cc. Otak juga

lebih kompleks daripada batang otak. Otak manusia kira-kira merupakan 2% dari berat

badan orang dewasa, otak menerima 15% dari curah jantung, memerlukan 20%

pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilokalori energy setiap harinya (Muttaqin,

2008).Selain itu otak juga merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi

dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari metabolisme oksidasi glukosa.

Jaringan otak sangat rentan dan kebutuhan akan oksigen dan glukosa melalui aliran darah

yang bersifat konstan (Wilson, 2002).

2.1 Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum adalah area atau wilayah terbesar dari otak. Disini terletak pusat-pusat

saraf yang mengatur semuah kegiatan sensorik dan motorik, juga mengatur semua proses

penalaran, ingatan dan intelegensi. Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan hemisfer

Page 6: Makalah Paknanda Pert 2

kiri yang dibagi oleh satu lekukan atau celah dalam yang disebut dengan fisura

longitudinal mayor. Bagian luar hemisfer serebri terdiri atas substansia grisea yang

disebut sebagai korteks serebri, terletak diatas substansia alba yang merupakan bagian

dalam (inti) hemisfer dan disebut Pusat Medula. Kedua hemisfer saling dihubungkan

oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus kalosum. Didalam substansia alba

terdapat kumpulan massa substansia grisea yang disebut ganglia basal. Pusat sensorik

dan motorik pada masing-masing hemisfer dirangkap dua dan sebagian besar berkaitan

dengan bagian tubuh yang berlawanan.Hemisfer kanan mengatur bagian tubuh kanan,

konsep ini disebut pengendalian kontralateral.

Menurut Mutaqqin (2008), pada otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :

a.Lobus Frontalis

Lobus Frontalis adalah proses area dari korteks serebrum yang terletak didepan

sulkus sentralis (suatu fisura atau alur) dan di dasar sulkus lateralis. Bagian ini

mengandung daerah-daerah motorik dan premotorik.Lobus frontalis bertanggung jawab

atas perilaku bertujuan, menentukan keputusan moral, dan pemikiran yang

kompleks.Lobus frontalis memodifikasi dorongan-dorongan emosional yang dihasilkan

oleh system limbic dan reflex-refleks vegetatif dari batang otak.Badan-badan sel di

daerah motorik primer lobus frontalis mengirim tonjolan-tonjolan akson ke medulla

spinalis, yang sebagian besar berjalan dalam jalur yang disebut sabagai system

piramidalis.

Pada sisem piramidalis, neuron-neuron motorik dari sisi korteks serebrum menuju

ke sisi berlawanan. Informasi motorik dari sisi kiri korteks serebrum menuju ke sisi

kanan medulla spinalis dan mengendalikan gerakan motorik sisi kanan tubuh,demikian

sebaliknya. Akson-akson lain dari daerah motorik berjalan dalam jalur

Page 7: Makalah Paknanda Pert 2

ekstrapiramidalis.Serabut saraf ini mengendalikan gerak motorik halus dan berjalan di

luar jalur piramidalis ke medulla spinalis.

b. Lobus Parietalis

Lobus Parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus sentralis,

di dasar fisura lateralis dan meluas ke belakang menuju fisura parieto oksipitalis.Lobus

ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk sensasi peraba dan pendengaran.Sel-sel

lobus frontalis bekerja sebagai area asosiasi sekunder untuk menginterpretasikan

rangsangan-rangsangan yang datang. Lobus frontalis menyampaikan informasi sensorik

ke banyak daerah lain di otak, termasuk daerah asosiasi motorik dan visual di

sebelahnya.

c.Lobus Oksipitalis

Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum.Lobus ini terletak di

sebelah posterior dari lobus parietalis dan di dasar fisura parieto-oksipitalis, yang

memisahkanya dari serebellum.Lobus ini adalah pusat asosiasi visual utama.Lobus ini

menerima informasi yang berasal dari retina mata.

d. Lobus Temporalis

Lobus temporalis mencangkup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah

dari fisura dan ke sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis.Lobus temporalis adalah

area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencangkup area Wernicke tempat

interpretasi bahasa.Lobus ini juga terlihat dalam interpretasi penyimpanan ingatan.   

  

2.2 Cerebellum (Otak Kecil)

Serebellum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh durameter

yang menyerupai atap atau tenda yaitu, tentorium, yang memisahkannya dari bagian

posterior serebrum. Serebellum terdiri atas bagian tengah, vermis dan dua hemisfer

Page 8: Makalah Paknanda Pert 2

lateral. Serebellum dihubungkan dengan batang otak oleh tiga berkas serabut yang

dinamakan pendikuli.Semua aktivitas serebellum berada di bawah kesadaran.

Fungsi utama serebellum adalah :

1.Mengatur otot-otot postural tubuh. Serebellum mengkoordinasi penyesuaian secara

cepat dan otomatis dengan memelihara keseimbangan tubuh.

2.Melakukan program akan gerakan-gerakan pada keadaan sadar dan bawah sadar.

Serebellum sebagai pusat reflex yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot

serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan

dan sikap tubuh.

2.3Trunkus Serebri (Batang Otak).

Ke arah kaudal batang otak berlanjut sebagai medulla spinalis dan ke bagian

rostral berhubungan langsung dengan pusat-pusat otak yang lebih tinggi.Bagian-bagian

batang otak dari bawah ke atas adalah medulla oblongata, pons dan mesensefalon (otak

tengah).Di sepanjang batang otak banyak ditemukan jaras-jaras yang berjalan naik dan

turun. Batang otak merupakan pusat transmitter dan reflex dari sistem saraf pusat.

Hubungan cerebelum dengan medulla oblongata disebut korpus retiformi, serebelum

dengan pons varoli disebut brakium pontis dan serebelum dengan mesensepalon disebut

brakium konjungtiva.

Batang otak terdiri dari :

1.Diensefalon, bagian batang otak paling atas terdapat diantara serebelum dengan

mesensefalon, dari sel saraf yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat

kapsula interna dengan sudut menghadap kesamping.

Page 9: Makalah Paknanda Pert 2

2.Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri dari 4 bagian yang menonjol ke atas, 2

disebelah atas disebut korpus kuadrigeminus superior dan 2 di sebelah bawah disebut

korpus kuadrigeminus inferior.

3.Pons varoli, brakium pontis yang menghubungkan mesensefalon dengan pons varoli

dengan serebelum, terletak di depan serebelum diantara otak tengah dan medulla

oblongata.

4.Medulla oblongata, merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang

menghubungkan pons varoli dengan medulla spinalis.

2.4 Medulla Spinalis

Saraf spinal pada manusia dewasa memiliki panjang sekitar 45 cm dan lebar 14

mm. Pada bagian permukaan dorsal dari saraf spinal, terdapat alur yang dangkal secara

longitudinal dibagian medial posterior berupa sulkus dan bagian yang dalam dari anterior

berupa fisura. Medula spinalis terdiri dari 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing

memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui foramen

intervertebralis (lubang pada vertebra). Saraf-saraf spinal diberi nama sesuai dengan

foramen intervertebra tempat keluarnya saraf-saraf tersebut, kecuali saraf servikal

pertama yang keluar di antara tulang oksipital dan vertebra servikal pertama. Dengan

demikian, terdapat 8 pasang saraf servikal (dan hanya tujuh saraf vertebra servikalis), 12

pasang saraf torakali, 5 pasang saraf lumbalis, 5 pasang saraf sakralis dan 1 pasang saraf

cocygeus.

Page 10: Makalah Paknanda Pert 2

Sumsum tulang belakang dibentuk oleh 3 selaput yaitu durameter, arakhnoid dan

piameter:

1. Durameter terdiri dari dua lapisan, lapisan luar yang melapisi tengkorak dan lapisan

dalam yang bersatu dengan lapisan luar dan mendapat persarafan yang banyak dari

cabang-cabang saraf trigeminus dan vagus dari saraf simpatik.

2. Arakhnoid adalah lapisan tipis, halus yang memisahkan piameter dan durameter.

3. Piameter yang menyelip kedalam celah yang ada pada otak dan sumsum tulang

belakang dan sebagai akibat kontak yang sangat erat maka dapat menyediakan dari

struktur-struktur ini.

Fungsi medulla spinalis adalah pusat gerakan otot-otot tubuh terbesar di kornu

motorik atau kornu ventralis, mengurus kegiatan refleks-refleks spinalis serta reflex lutut,

menghantarkan rangsangan koordinasi dari otak dan sendi ke serebelum, sebagai

penghubung antar segmen medulla spinalis, mengadakan komunikasi antara otak dengan

semua bagian tubuh.

3.Anatomi Peredaran Darah Otak

Darah mengangkut zat asam, makanan dan substansi lainnya yang diperlukan

bagi fungsi jaringan hidup yang baik.Kebutuhan otak sangat mendesak dan vital,

sehingga aliran darah yang konstan harus terus dipertahankan (Chusid, 1979). Suplai

darah arteri ke otak merupakan suatu jalinan pembuluh-pembuluh darah yang bercabang-

cabang, ber hubungan erat satu dengan yang lainsehingga dapat menjamin suplai darah

yang adekuat untuk sel (Wilson, 2002).

Page 11: Makalah Paknanda Pert 2

3.1.Peredaran Darah Arteri

Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis dan arteri

karotis interna, yang bercabang dan beranastosmosis membentuk circuluswillisi (Wilson,

2002).

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteri karotis komunis yang

berakhir pada arteri serebri anterior dan arteri serebri medial.Di dekat akhir arteri karotis

interna, dari pembuluh darah ini keluar arteri communicans posterior yang bersatu kearah

kaudal dengan arteri serebri posterior.Arteri serebrianterior saling berhubungan melalui

arteri communicans anterior (Chusid, 1979). Arteri vertebralis kiri dan kanan bersal dari

arteria subklavia sisi yang sama. Arteri subklavia kanan merupakan cabang dari arteria

inominata, sedangkan arteri subklavia kiri merupakan cabang langsung dari aorta.Arteri

vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan

medula oblongata.Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris (Wilson, 2002).

3.2.Peredaran Darah Vena

Aliran darah vena dari otak terutama ke dalam sinus-sinus duramater,suatu

saluran pembuluh darah yang terdapat di dalam struktur duramater yang liat. Sinus-sinus

duramater tidak mempunyai katub dan sebagian besar berbentuk triangular.Sebagian

besar vena cortex superfisial mengallir ke dalam sinus longitudinalis superior yang

berada di medial.Dua buah vena cortex yang utama adalah vena anastomotica magna

yang mengalir ke dalam sinus longitudinalis superior dan vena anastomotica parva yang

mengalir ke dalam sinus transversus. Vena-vena serebri profunda memperoleh aliran

darah dari basal ganglia (Wilson,2002)

Page 12: Makalah Paknanda Pert 2

4.Etiologi

Etiologi merupakan penyebab suatu penyakit (Dorlan, 1996).Berdasarkan

etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua, stroke haemoragic (pendarahan) jika

arteri pecah dan stroke non haemoragic (ischemik) jika arteri tersumbat.

Menurut Junaidi (2011), banyak faktor risiko yang dapat membuat seseorang

yang menjadi rentan terhadap serangan stroke. Secara garis besar faktor resiko stroke

dibagi menjadidua yaitu:

1.Faktor risiko internal atau yang tidak dapat dikontrol :

a. Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi.

b. Ras/suku bangsa, Bangsa Afrika/Negro, Jepang, dan Cina lebih sering terkena

stroke.

c. Jenis Kelamin, laki-laki lebih berisiko dibanding wanita.

d. Riwayat Keluarga yang pernah mengalami stroke.

2.Faktor risiko eksternal atau yang dapat dikontrol :

a.    Hipertensi

b.    Diabetes mellitus/kencing manis

c.    Merokok

d.   Obesitas

e.    Hiperlipidemia dan Kolesterol

f.     Peminum alkohol

g.    Obat-obatan, misalnya obat yang mempengaruhi serebrovaskular.

Page 13: Makalah Paknanda Pert 2

5.Patologi

Patologi merupakan ilmu yang mempelajari sebab-sebab dan hakikat penyakit,

dan juga mempelajari perubahan-perubahan anatomi maupun perubahan fungsional

berkenaan adanya penyakit tersebut (Hudaya,1997). Gangguan peredaran darah otak

dapat terjadi di mana saja di dalam arteri-arteri yang membentuk circulus willisi yang

terdiri dari arteri karotis interna dan arteri vertebra basilaris atau semua cabang-

cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah yang ke jaringan otak terputus 15 sampai

20 menit, akan terjadi kematian jaringan atau infark (Wilson, 2002).

5.1 Trombotik Serebri

Pembuluh darah yang menuju otak mengeras dan terjadi perubahan degenerasi

dari dinding pembuluh darah.Dinding pembuluh darah menjadi lemah, berwarna kuning

dan menebal oleh karena penumpukan zat lemak.Selain itu pengendalian zat kapur

menyebabkan pembuluh darah mengeras dari permukaan pembuluh darah bagian dalam

yang permukaannya licin menjadi tidak rata.Penebalan dinding pembuluh darah

menyebabkan penyempitan dan aliran darah menjadi berkurang.Sehingga jaringan otak

kekurangan kebutuhan oksigen (O₂) dan zat-zat lainnya, yang akhirnya jaringan otak

menjadi mati atau rusak.

5.2 Emboli Serebri

Emboli Serebri adalah penyumbatan pembuluh darah arteri.Emboli biasanya

berhubungan dengan penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah.Emboli dapat

menyumbat pembuluh darah otak secara total atau partial. Daerah jaringan otak yang

disuplai oleh pembuluh darah ini akan mengalami infark atau thrombosis (Chusid, 1979).

Suatu thrombosis yang melekat di permukaan dalam pembuluh darah atau jantung

Page 14: Makalah Paknanda Pert 2

terlepas dan kemudian masuk ke dalam perdaran darah otak yang menimbulkan gejala-

gejala stroke yang timbul secara mendadak.

6.Tanda dan Gejala

Tanda awal serangan stroke umumnya berupa gangguan kesadaran, tidak sadar,

bingung, sakit kepala, susah konsentrasi, disorientasi, atau dalam bentuk lainya (Junaidi,

2011). Gangguan kesadaran dapat muncul dalam bentuk lain berupa perasaan ingin tidur,

sulit mengingat, penglihatan kabur dan lain sebagainya. Pada beberapa jam berikutnya

gangguan kesadaran akan berlanjut yang menurunkan otot dan koordinasi, dalam bentuk

sulit berkonsentrasi dalam membaca atau mendengar percakapan orang lain.

Kemungkinan lain sulit dalam menyusun kata-kata atau melakukan pekerjaan sehari-hari

seperti berdiri, berjalan atau mengambil/memegang gelas, pensil, sendok dan garpu.

Gangguan lain berupa ketidakmampuan buang air kecil dan buang air besar, kehilangan

kemampuan untuk merasakan, mengalami kesulitan menelan dan bernafas.

Gejala stroke akut Menurut Junaidi (2011), sebagai berikut :

1.Adanya serangan deficit neurologis fokal, berupa kelemahan atau kelumpuhan lengan

atau tungkai dan salah satu sisi tubuh.

2.Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormalitas pada lengan atau tungkai dan salah

satu sisi tubuh. Baal atau mati rasa sebelah badan.

3.Mulut tidak simetris, lidah mencong bila diluruskan.

4.Gangguan menalan.

5.Gangguan bicara.

6.Sulit memikirkan dan mengucapkan kata-kata yang tepat.

7.Tidak memahami pembicaraan orang lain.

8. Tidak mampu membaca dan menulis serta tidak memahami tulisan.

Page 15: Makalah Paknanda Pert 2

9.Tidak dapat berhitung dan kepandaian menurun.

10.Tidak mampu menganali dan merasakan bagian tubuhnya.

11.Sulit mengontrol buang air kecil dan buank air besar.

12.Sulit berjalan, langkah kecil-kecil dan sempoyongan.

13.Menjadi pelupa atau pikun (Dimensia).

14.Awal terjadi penyakit (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada saat istirahat

atau bangun tidur.

15.Kelopak mata sulit untuk dibuka atau dalam keadaan tertutup.

16.Gangguan pengelihatan, penglihatan gelap atau ganda sesaat.

17.Gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau kemampuan mendengaranya

menurun.

18.Perasaan menjadi mudah sensitif : menjadi menangis dan tertawa.

19.Banyak tidur atau selalu ingin tidur, mengantuk.

20.Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkontrol dengan baik, sempoyongan

dan terjatuh.

7.Komplikasi

Komplikasi merupakan suatu proses patologis atau tidak langsung akibat disuse

(karena imobilisasi) atau misuse (karena salah menggerakkannya) (Hudaya,1997). Pasien

yang telah menderita stroke berisiko mengalami komplikasi lanjut yang terjadi akibat

immobilisasi, serta masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi medis umumnya.

Komplikasi yang ditimbulkan menurut Feigin(2004)adalah :

1.Pasien mengalami penurunan partial atau total gerakan dan kekuatan lengan dan

tungkai disalah satu sisi tubuh (kelumpuhan partial disebut paresis, kelumpuhan total

disebut paralisis).

Page 16: Makalah Paknanda Pert 2

2.Hingga 80-90% menderita kebingungan, dalam masalah kemampuan berfikir dan

mengingat.

3.Pasien mengalami satu atau lebih masalah komunikasi, 30% Mereka mungkin mampu

berbicara atau memahami bahasa lisan (afaksia atau disfaksia), gejala mencangkup

kesulitan memilih kata-kata yang tepat untuk diucapkan atau ditulis, kesulitan

memahami tulisan, pamakaiaan kata-kata tanpa makna dan masalah memahami lelucon.

atau mungkin mereka mengalami kesulitan berbicara, berbicara pelo, atau sama sekali

tidak mampu bersuara meskipun tetap mengerti bahasa lisan (disartria).

4.Mengalami kesulitan menelan (disfagia).

5.Hingga 10% mengalami kesulitan melihat benda-benda disatu sisi (hemianopia) dan

10% memiliki penglihatan ganda (diplopia).

6.Kurang dari 10% mengalami gangguan koordinasi saat duduk, berdiri atau berjalan

(ataksia).

7.Mengalami masalah orientasi kiri-kanan dan bahkan tidak menyadari kesalahanya.

8.Mengalami cacat sendi atau kontraktur (sendi yang tidak dapat ditekuk atau diluruskan)

dalam tahun pertama setelah stroke. Tanpa pemecahan yang berarti, 10-29% pasien

mengalami debikubitus (luka akibat tidur terlalu lama).

9.Hinggga 5% mengalami infeksi saluran kemih pada bulan pertama, salah satu

penyebab utama kematian pada stroke.

10.Hingga 10% mengalami Deep Vein Thrombosis (DVT) dalam bulan pertama.

11.Kurang dari 10% mengalami masalah dalam pengendalian buang air kecil atau buang

air besar atau konstipasi (sembelit).

Page 17: Makalah Paknanda Pert 2

8.Deskripsi Problema Fisioterapi

Problematika yang akan dihadapi fisioterapi pada penderita akibat stroke akut

sangat bervariasi bergantung pada topis lesi dan derajat beratnya lesi. Problematika yang

terjadi menurut klasifikasi dari WHO yang dikenal dengan International Classification of

Function and Disabilitty (ICF) yang terdiri atas impairment, functional limitation, dan

participation restriction.

1.Impairment

Impairment merupakan gangguan pada jaringan pada penderita stroke sebagai

gangguan kapasitas fisik maupun pisikologis yang cukup berat. Pasien mengalami

keadaan yaitu adanya:

1) Abnormalitas tonus otot, karena adanya kerusakan sistem saraf sehingga

menimbulkan kekakuan yang bersifat spastik.

2) Pola sinergis biasanya selalu terdapat dengan spastisitas dan saling mempengaruhi.

3)Potensial terjadinya komplikasi tirah baring pada sistem pernapasan, karena tirah

baring yang lama akan menyebabkan penumpukan cairan dalam paru.

2.Fungsional Limitation

Functional limitation merupakan ketidak mampuan pasien dalam beraktivitas

fungsional.Dalam hal ini karena tidak mampu menggerakkan anggota tubuh yang

lumpuh misalnya lengan dan tungkai, untuk perawatan diri dan ketidakmampuan

berjalan. Aktivitas lengan misalnya makan, minum, menyisir rambut, gosok gigi dan

mengambil sesuatu akan menjadi terganggu, sedangkanaktivitas tungkai misalnya

jongkok, berdiri dan berjalan.

Page 18: Makalah Paknanda Pert 2

3.Participation Restriction (Disability)

Participation restriction atau disability merupakan ketidak mampuan melakukan

aktivitas sosial dan berinteraksi dengan lingkungan. Sehingga kondisi tadi akan

membatasi atau menghalangi penderita untuk berperan normal baik sebagai anggota

keluarga atau masyarakat. Keadaan yang terakhir ini disebut disability. Dengan adanya

permasalahan di atas, maka akan membatasi pasien untuk berperan serta secara normal

dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.

9.Pengertian hydroterapi (parafinbath)

Hidro terapi merupakan salah satu modalitas Fisioterapis yang dalam

pelaksanaannya memanfaatkan pegaruh suhu, mekanik, chemis dan tekanan dari zat cair.

Pada pemanfaatan zat cair sebagai media terapi dengan suhu, dijumpai dua pengelompokan

besar yaitu panas dan dingin. Pemanfaatan suhu zat cair dapat berupa Cryotherapy, parafin

bath, contras bath, hot bath, hot pack, dll.

Parafin bath merupakan salah satu metode hidroterapi yang menggunakan parafin sebagai

Page 19: Makalah Paknanda Pert 2

medianya, pada prinsipnya terapi ini merupakan terapi yang memanfaatkan suhu yang

relatif tinggi (panas). Parafin yang digunakan untuk terapi ini adalah parafin biasa yang

ditambah parafin oil, kemuian dipanaskan hingga meleeh dengan suhu + 55o C.

Secara umum diketahui bahwa segala bentuk rangsang akan mempengaruhi atau

menimbulkan efek pada tubuh. Demikian halnya jika tubuh diberikan stimulasi berupa suhu

tinggi (panas). Efek-efek fisiologis yang dimaksud adalah seperti berikut:

Stimulasi sensasi panas pada jaringan akan menimbulkan penigkatan suhu pada

jaringan yang berkaitan. Akibat yang paling nyata dari aplikasipanas adalah timbulnya

hiperaemia(

Efek fisiologis yang mungkin timbul adalah seperti berikut :

• Peningkatan suhu / temperatur tubuh

• Penigkatan metabolisme

• Terjadi vasodilatasi arteriole

• Peredaran darah kapiler menjadi lancar

• Tekanan hirostatik kapiler meningkat

Sedangkan pada organ dan sistem organ tubuh adalah sebagai berikut:

@Pada kulit

Rangsangan panas dengan media yang mempunya temperatur lebih besar dari 40oC pada

kulit dalam waktu sigkat akan mengakibatkan kulit menjadi pucat, karena timbul

vasokontriksi pembuluh darah kulit secara tiba-tiba. Bila penggunaan panas dengan

temperatur tidak begitu tinggi warna pucat tersebut akan segera diikuti adanya vasodilatasi

sehingga timbul warna kemerah-merahan (eritema). Kelenjar keringat dan lemak akan

terangsang, sehingga kulit menjadi lemas dan lentur.

Page 20: Makalah Paknanda Pert 2

Pada sirkulasi darah setempat

Sirkulasi darah menjadi lancar karena adanya efek vasodilatasi.

Pada respirasi

Pernafasan mula-mula akan berhenti sebentar kemudian menjadi cepat dan dangkal. Terapi

dengan temperatur yang cukup menyebabkan pernafasan menjadi mudah dan dalam.

Pada jaringan otot

Otot menjadi rileks dan lentur, kelelahan akan hilang, iribilitas berkurang dan nyeri

berkurang. Bila waktunya ditambah maka akan terjadi kelemahan otot.

Pada sirkulasi darah

Awal pemberian panas menyebabkan beban kerja jantung meningkat. Hal itu disebabkan

timbulnya vasokontriksi pembuluh darah perifer pada jaringan superfisial tubuh yang

kemudian diikuti kenaikan tekanan darah sistemik. Bila segera timbul vasodilatasi maka

tekanan darah sistemik akan turun dengan begitu beban kerja jantung juga menurun.

Pada metabolisme

Metabolisme akan meningkat dengan panas yang cukup

Pada sistem saraf

Pemberian panas dengan temperatur yang tinggi akan menyebabkan ujung-ujung saraf

sensoris mati bila diberikan dalam waktu yang lama. Jika temperatur lebih rendah, yang

terjadi adalah timbulnya efek sedatif (nyaman).

Page 21: Makalah Paknanda Pert 2

INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PARAFIN BATH

A.Indikasi

Terapi pada bagian superfisial tubuh dengan panas sangat baik untuk mereduksi nyeri dan

kekakuan, untuk menghindari sapsme otot, meningkatkan range of motion sendi, serta

mempercepat proses penyembuhan dengan cara meningkatkan aliran darah sehingga

peredaran darah menjadi lancar dan kebutuhan nutrisi pada jaringan yang berkaitan

terpenuhi.

Parafin bath indikasi terhadap:

Reduksi nyeri dan spasme otot

• Efek panas dari parafin dapat digunakan sebelum dilakukan latihan penguluran otot untk

mereduksi nyeri.

• Spasme otot menimbukan rasa nyeri serta berkurangnya range of motion sendi, namun hal

ini dapat dikurangi dengan memberikan panas sebagai media terapi.

• Pasca fractur

• Pasca trauma

• Sprain dan strain

• Arthritis kronis

B.Kontra Indikasi

Pada dasarnya kontra indikasi pada terapi dengan menggunakan suhu atau temperatur

adalah gangguan sensibilitas.

Kontra indikasi untuk terapi parafin bath dapat dituliskan sebagai berikut:

Page 22: Makalah Paknanda Pert 2

• Gangguan sensibilitas.

• Luka terbuka.

• Parafin tidak boleh digunakan pada luka terbuka karena dapat menyebabkan luka bakar

pada jaringan yang bersangkutan.

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PARAFIN BATH

A.Keuntungan

• Panas yang ditimbulkan parafin meskipun temperaturnya tinggi hanya mampu bertahan

sebentar, berbeda dengan air. Sehingga resiko terbakar pada jaringan sangat kecil.

• Keterhantaran termal rendah mengakibatkan pemanasan jaringan secara-pelan, dengan

begitu mengurangi resiko jaringan menjadi terlalu panas.

• Keadaan parafin yang berupa cairan mengakibatkan terjangkaunya area-area yang sulit

dijangkau seperti jari tangan dan jari kaki.

• Minyak yang digunakan untuk terapi ini membuat embun meresap ke kulit.

• Bekas parafin yang digunakan tetap lunak, sehingga masih dapat digunakan sebagai alat

untuk latihan.

• Nyaman, terasa panas serta lembab.

• Murah.

B.Kerugian

• Hanya efektif untuk extrimitas bagian distal dalam aplikasinya.

• Metode dengan menggunakan parafin yang paling cocok hanya dengan metode bath

dengan keterbatasan daerah untuk bagian tubuh yang diterapi.

• Tidak ada pengaturan temperatur / temperatur tidak bisa dikontrol setiap kali diterapkan.

Page 23: Makalah Paknanda Pert 2

• Panas hanya mampu bertahan sekitar 20 menit

• Merupakan pasif terapi, sehingga tidak diprogramkan untuk dilakukan pelatihan pada

pasien.

PENATALAKSANAAN PARAFIN BATH

Terapi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

1.Rendaman anggota tubuh yang diobati ke dalam parafin yang sudah meleleh.

2.Menggunakan kuas atau sikat yang dicelupkan ke dalam parafin yang meleleh lalu

dioleskan ke bagian tubuh yang di terapi.

3.Parafin pack.

Parafin yang digunakan adalah parafin biasa ditambah parafin oil, kemudian dipanaskan

hingga meleleh kurang lebih pada suhu 55oC. Perbandingan parafin dengan parafin oilnya

adalah enam bagian parafin dengan satu parafin oil (6:1).

Anggota tubuh setelah direndam dalam parafin cair tersebut akan menjadi kemerah-

merahan (eritema), lemas, serta berkeringat. Hal seperti ini memungkinkan untuk diberi

massage, streching dan terapi manipulasi lunak.

Toleransi seseorang terhadap parafin bath berkisar antara 47,8 oC hingga 54oC, oleh sebab

itu sebelum digunakan temperatur parafin diturunkan hingga + 47 oC.

Dalam penatalaksanaan hidroterapi dengan cold pack, tahap-tahap penatalaksanaannya

Page 24: Makalah Paknanda Pert 2

adalah sebagai berikut:

1.Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang

perlu diketahui dari pasien antara lain:

Kondisi berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologispatologis pasien pasien

( akut atau kronis ). Di samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau

kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.

yang dimaksud adalahGangguan sensibilitas sensibilitas panas-dingin. Untuk mengetahui

keadaan sensibilitas pasien maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin, seperti

berikut:

a.Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat)

yang lain berisi air dingin (air es).

b.Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil

mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat

pengujian / pengenalan ini).

c.Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan.

Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian pada daerah yang abnormal. Pasien bisa

diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan

menghalangi pandangannya

2.Pemilihan metode terapi

Metode terapi ditentukan sesuai hasil pemeriksaan pada pasien ( tahap 1 ). Apakah pasien

Page 25: Makalah Paknanda Pert 2

indkasi untuk diterapi dengan metode parafin bath atau kontra indikasi.

3.Persiapan alat

• Alat yang digunakan untuk terapi harus tersedia sesuai dengan metode terapi. Berikut alat-

alat da bahan yang digunakan untuk parafin bath:

• Parafin & parafin oil

• Handuk

• Kuas

4.Persiapan penderita

Pasien diberikan pengetahuan / diberi tahu tentang perlakuan-perlakuan apa saja yang akan

diberikan oleh terapis kepada pasien.

5.Teknik pelaksanaan

Pelaksanaan terapi terkait dengan pemilihan metode terapi. Berikut adalah penatalaksanaan

parafin bath dengan metode rendaman:

• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.

• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya

dibutuhkan suhu antara 45-50 C.

• Pada suhu tersebut, bagian tubuh yang akan diterapi kemudian dicelupkan ke dalam

parafin cair tersebut selama beberapa detik

• Kemudian diangkat dan didiamkan selama beberapa waktu sampai rasa hangatnya

berkurang

• Setelah itu bagian tubuh tersebut dicelupkan lagi ke dalam parafin cair selama beberapa

detik dan diangkat lagi serta didinginkan. Begitu seterusnya sampai parafin yang menempel

Page 26: Makalah Paknanda Pert 2

sudah tebal dan saat dicelup ke parafin cair pasien tidak merasakan panas lagi.

• Kemudian bagian tubuh yang sudah tertempel parafin tersebut dibungkus dengan handuk

• Diamkan selama 10-15 menit.

• Lalu handuk dilepas dan parafin yang sudah mengering tadi dilepas (dikelupas) dari

bagian tubuh yang tertempel parafin tadi. Setelah itu akan tampak eritema pada bagian

tubuh tersebut.

• Rapikan peralatan.

Sedangkan bila diterapkan pada wajah adalah sebagai berikut:

• Panaskan parafin dengan suhu antara 90-100 C.

• Setelah parafin mencair, dinginkan terlebih dahulu karena untuk pemakaian hanya

dibutuhkan suhu antara 45-50 C.

• Perlahan-lahan dengan kuas ratakan parafin cair pada wajah pasien (selain daerah mata,

mulut dan lubang hidung).

• Tidak seperti metode rendaman, parafin yang dioleskan tidak berlapis-lapis melainkan

hanya satu lapis.

• Setiap kali parafin sudah kering, parafin kering itu dikelupas dari wajah.

• Begitu seterusnya.

6.Evaluasi dan dokumentasi

Evaluasi dan dokumentasi bertujuan untuk:

• Melihat / mengetahui efek hasil terapi

• Membandingkan kondisi patologis sebelum dan sesudah diberikan terapi

• Menentukan tindakan / terapi selanjutnya.

Page 27: Makalah Paknanda Pert 2

Parafin cair hanya dapat mempertahankan suhunya yang sekitar 45-50 C hanya 20 menit.

Parafin bekas (yang sudah dipakai pasien) yang sudah dikelupas masih bisa digunakan lagi

untuk terapi. Hal ini merupakan salah satu keuntungan dari parafin selain mudah didapat

dengan harga yang murah.

Parafin berbeda dengan air, parafin bekas diprbolehkan untuk digunakan terapi lagi tetapi

air tidak diijinkan. Kemungkinan menularnya penyakit kulit melalui parafin bekas yang

kemudian digunakan lagi untuk terapi hampir tidak ada. Hal itu sangat berbeda dengan air

yang masih memiliki kemungkinan menularnya penyakit kulit yang cukup besar.

Pada bagian tubuh (kulit) pasien yang diterapi timbul eritema. Eritema ini muncul sebagai

efek fisiologis yang ditimbulkan karena adanya stimulasi berupa sensasi panas yang

ditimbulkan oleh parafin cair. Eritema lebih tepatnya lagi terjadi karena respon tubuh

terhadap panas, respon ini berupa vasodilatasi pembuluh darah yang pada akhirnya

menyebabkan eritema.

Efek fisiologis lain yang tampak secara nyata adalah pasien berkeringat. Keringat

dikeluarkan tidak hanya pada bagian tubuh yang bersangkutan saja, melainkan seluruh

tubuh pasien. Kelenjar keringat pada kulit pasien terangsang sehingga memberikan respon

terhadap temperatur yang tinggi yang digunakan dalam terapi ini (450C-500C).

Page 28: Makalah Paknanda Pert 2