makalah PAK Kewajiban & Ekuitas
-
Upload
beatlesxxx -
Category
Documents
-
view
211 -
download
18
Transcript of makalah PAK Kewajiban & Ekuitas
BAB I
PENDAHULUAN
Kewajiban dan ekuitas merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari laporan
keuangan. Terdapat perubahan teori ekuitas pada kerangka pelaporan keuangan era IFRS
dengan PSAK yang sebelumnya yang mengacu pada US GAAP. Dimana sebelumnya
menerapkan teory kepemilikan, sedangkan IFRS menerapkan pada teori entitas.. Terdapat
kekurangan pada teori ini sehingga teori entitas muncul dengan maksud mengurangi
kelemahan- kelemahan yang ada dalam proprietary theory di mana pemilik menjadi pusat
perhatian. Namun demikian, entity theory pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan teori
pendahulunya, proprietary theory. Dalam konteks teori ini, terdapat dua pandangan yang
berbeda walaupun keduanya mengarah kepada konklusi yang sama, yaitu stewardship atau
pertanggungjawaban (accountability). Versi pertama adalah versi tradisional yang
memandang bahwa perusahaan beroperasi untuk keuntungan pemegang saham, yaitu orang-
orang yang menanamkan dananya dalam perusahaan. Dalam hal ini, entitas bisnis
memperlakukan akuntansi sebagai laporan kepada pemegang saham tentang status dan
konsekuensi dari investasi mereka. Sementara itu versi kedua, yaitu pandangan yang lebih
baru terhadap entity theory, menganggap bahwa sebuah entitas adalah bisnis untuk dirinya
sendiri yang berkepentingan terhadap kelangsungan hidup dan perkembangannya
Karena konsep kesatuan usaha yang memisahkan antara manajemen dan pemilikan,
informasi tentang ekuitas pemegang saham menjadi sangat penting karena hal tersebut
menunjukan hubungan antara perusahaan (perseroan) dengan pemegang saham. Dari sudut
pemegang saham, ekuitas pemegang saham merupakan hak atas kekayaan atau nilai yang
tertanam dalam perseroan. Kalau dipandang dari sudut kesatuan usaha, ekuitas pemegang
saham merupakan “utang” perseroan kepada para pemegang saham. Oleh karna itu, ekuitas
pemegang saham dapat juga dipandang sebagai gambaran hubungan yuridis antar perseroan
dan pemegang saham. Dengan kedudukannya yang demikian persoalannya adalah bagaimana
melaporkan atau menyajikan informasi elemen ini agar hubungan tanggung jawab yuridis
dapat dipertahankan.
Dalam pelaporan akuntansi, kewajiban dan ekuitas membutuhkan definisi,
pengukuran, penilaian dan pengakuan untuk dapat disajikan dalam laporan keuangan agar
laporan keuangan yang dihasilkan dapat dipahami dan menghasilkan informasi yang dapat
digunakan sebagai pengambilan keputusan oleh semua pihak yang berkepentingan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Kewajiban
2.1.Pengertian
Menurut FASB kewajiban diartikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomik masa
datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk
menstransfer aset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada kesatuan lain datang sebagai
akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Terdapat beberapa pengertian lain selain dari FASB
yaitu seperti pengertian menurut IASC, AASB, dan APB No. 4, tetapi pada umumnya
dijelaskan bahwa kewajiban memiliki tiga kharakteristik utama yang terdiri atas pengorbanan
manfaat ekonomik masa datang, keharusan sekarang untuk menstransfer aset, dan timbul
sebagai akibat transaksi masa lalu.
1. Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa depan
(probable future sacrifices of economic benefits).
2. Menjadi kewajiban saat ini atau perioda ini (present obligation) untuk
menyerahkan kas, barang, atau jasa di masa datang.
3. Terjadi karena transaksi masa lalu.
Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai
implisit. Karena kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka pengukurannya juga
mengikuti pengukuran aset. Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan
urutan kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar
disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh
tempo. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria
sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria
tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi
perusahaan,atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
2.1.2. Penggolongan Kewajiban
Kewajiban dimasukkan dalam laporan neraca dengan saldo normal kredit, dan
biasanya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Kewajiban Lancar (current liabilities)
Kewajiban yang likuiditasnya diperkirakan secara layak memerlukan penggunaan
sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar atau penciPTaan
kewajiban lancar lainnya. Terdapat banyak jenis kewajiban lancar yang berbeda,
antara lain”hutang usaha, wesel bayar, jatuh tempo berjalan hutang jangka panjang,
kewajiban jangka pendej yang diharapkan akan didanai kembali, hutang dividen,
deposito yang dapat dikembalikan, pendapatan diterima dimuka, hutang pajak,
kewajiban yang berhubungan dengan karyawan.
2. Hutang Jangka Panjang (long-trem debt)
Terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin dimasa depan
akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahun atau satu siklus
operasi perusahaan. Jenis-jenis hutang jangka panjang antara lain” Hutang obligasi,
wesel bayar jangka panjang, hutang hipotik, kewajiban pensiun, dan kewajiban
leasing.
2.1.3. Pengakuan Pengukuran
1. Pengakuan
Kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang
sebelumnya terjadi. Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu definisi,
keterukuran, keterandalan, dan keberpautan. Kam (hlm 119-120) mengajukan empat kaidah
pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu ketersediaan dasar hukum,
keterterapan konsep dasar konservatisme, ketertentuan substansi ekonomik transaksi, dan
keterukuran nilai kewajiban. Keempat kaidah tersebut dapat memberikan petunjuk tentang
adanya bukti teknis untuk mengakui kewajiban
2. Pengukuran
Penentuan kos kewajiban pada saat terjadinya paralel dengan pengukuran aset, dan
pengukur yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saat terjadinya adalah
dengan penghargaan sepakatan dalam transaksi-transaksi dan bukan jumlah rupiah
pengorbanan ekonomik masa datang. Penghargaan suau kewajiban merefleksi nilai setara
tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik
seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya.
Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai
implisit. Karena kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka pengukurannya juga
mengikuti pengukuran aset. Nilai nominal atau jatuh tempo obligasi sering dianggap sebagai
jumlah rupiah kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun bagi
kreditor. Dasar pengukuran demikian tidak tepat. Utang obligasi diukur dan diakui atas dasar
jumlah rupiah yang diterima dalam penerbitan obligasi, sedangkan diskun dan premium
obligasi merupakan jumlah rupiah penyesuaian bunga nominal untuk mendapatkan bunga
efektif.
Kewajiban dapat bersifat moneter dan nonmeneter. Kewajiban moneter adalah
kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa kas dengan jumlah
rupiah dan saat saat yang pasti. Kewajiban moneter ini dikukur atas dasar nilai diskunan
pembayaran kas masa datang (jangka panjang) dan atas dasar nilai nominal (jangka pendek).
Kewajiban nonmeneter adalah keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah
dan saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena penerimaan pembayaran dimuka
untuk barang dan jasa tersebut. kewajiban nonmeneter diukur atas dasar pembayaran tersebut
yang menunjukkan harga yang disepakati untuk barang dan jasa.
2.1.4.Penyajian Pengungkapan
Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya
sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan
likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban
jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang . hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK
No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban
jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah (a)
diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau
(b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca.
• Penyajian kewajiban lancar
Dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan
dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya
priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. Maka perbedaan antara
nilai sekarang kewajiban lancar dan nilai jatuh temponya biasanya tidak besar. Akun
kewajiban lancar biasanya disajikan sbagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban
dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu
dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut
prefensi likuiditasnya.
• Penyajian hutang jangka panjang
Perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah
besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan
komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya
berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang
dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.
A. Kewajiban Kontinjensi dan Kewajiban Diestimasi
a. Kewajiban kontinjensi
1. Pengertian
Kewajiban kontinjensi adalah:
a) Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah; atau
b) Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
(i) Tidak terdapat kemungkinan besar (not probable ) pemerintah mengeluarkan sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
(ii) Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
• Keuntungan kontinjensi
Keuntungan kontinjensi (gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima
aktiva (atau memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada
akhirnya akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontoinjensi yang khas adalah :
1. Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadia, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.
2. Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak
3. Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan
4. Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan
• Kerugian Kontinjensi
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang melibatkan
ketidakpastian atas kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat
dari kerugian kontinjensi menurut defenisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen.
Kewajiban kontijen (contiegencies liabilities) adalah kewajiban yang bergantung pada
terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi
jumlah hutang, pihak yang dibayar, tangal pembayaran, atau keberadaannya.
Apabila terdapat kerugian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa
depan akan menguatkan terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin hingga
kurang mungkin.
2. Pengakuan
Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini. Walaupun
demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan hukum,
dapat timbul perbedaan pendapat mengenai apakah peristiwa tertentu sudah terjadi atau
apakah peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban kini. Jika demikian halnya, perusahaan
menentukan apakah kewajiban kini telah ada pada tanggal neraca dengan mempertimbangkan
semua bukti yang tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan
mencakup, antara lain, bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah tanggal neraca.
Atas dasar bukti tersebut, apabila besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada
tanggal neraca, pemerintah mengungkapkan adanya kewajiban kontingensi. Pengungkapan
tidak diperlukan jika kemungkinan arus keluar sumber daya kecil. Kewajiban kontingensi
dapat berkembang ke arah yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, kewajiban
kontingensi harus terus-menerus dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan
arus keluar sumber daya bertambah besar(probable ). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka
manajemen akan mengakui kewajiban diestimasi dalam laporan keuangan periode saat
perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi, kecuali nilainya tidak dapat diestimasikan
secara andal. Pengukuran Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak.
Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten. Penyajian dan
Pengungkapan Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca , namun demikian
perusahaan harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan
Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca.
3. Pengukuran
Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan
pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten.
4. Penyajian Dan Pengungkapan
Kewajiban kontingensi tidak disajikan pada neraca, namun demikian harus
mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap
jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca, pengungkapan tersebut dapat meliputi:
1. karakteristik kewajiban kontingensi;
2. estimasi dari dampak finansial yang diukur;
3. indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu aruskeluar sumber
daya;
4. kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga
b. Kewajiban Destimasi
1. Pengertian
Kewajiban diestimasi adalah kewajiban yang waktu dan jumlahnya belum pasti. Kewajiban
diestimasi dapat dibedakan dari kewajiban lain, seperti utang dagang dan akrual, karena pada
kewajiban diestimasi terdapat ketidakpastian mengenai waktu atau jumlah yang harus
dikeluarkan pada masa datang untuk menyelesaikan kewajiban diestimasi tersebut.
2. Pengakuan
Kewajiban diestimasi harus diakui apabila ketiga kondisi berikut dipenuhi:
(a) perusahaan memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu;
(b) besarkemungkinan (probable) penyelesaian kewajiban tersebutmengakibatkan arus keluar
sumber daya; dan
(c) estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.
3. Pengungkapan
Untuk setiap jenis kewajiban diestimasi, entitas harus mengungkapkan:
a) Nilai tercatat pada awal dan akhir periode;
b) Kewajiban diestimasi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk
peningkatan jumlah pada kewajiban diestimasi yang ada;
c). Jumlah yang digunakan, yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada kewajiban
diestimasi selama periode bersangkutan;
d). Jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode bersangkutan; dan
e). Peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang timbul karena
berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan tingkat diskonto.ormasi komparatif tidak
diharuskan.
2.2. Ekuitas
2.2.1. Pengertian
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti kekayaan
bersih perusahaan. Secara sederhana, ia diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total
pasiva. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva
dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut.pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan.
Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik,
pembagian keuntungan atau karena kerugian.
2.2.2. Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari:
1. Modal disetor, yaitu jumlah setoran pemilik ke perusahaan sebesar nilai nominal saham.
Setoran ini akan dilaporkan dalam bentuk modal saham.
2. Tambahan modal disetor, yaitu selisih jumlah setoran yang melebihi nilai nominal saham.
Kelebihan jumlah setoran ini bisa juga disebut denganagio saham.
3. Laba ditahan yaitu akumulasi perolehan laba (rugi) sejak perusahaanberdiri sampai dengan
periode terakhir.
Ekuitas pemegang saham mencerminkan kepentingan pemilik atau pemegang saham
pada perusahaan bisnis yang merupakan kepentingan residu(residual interest ) jumlah ekuitas
pemegang saham setiap periode merupakan kumulatif dari kontribusi bersih pemegang saham
ditambah (dikurangi) laba ditahan atau rugi perusahaan. Dengan demikian dua sumber utama
perubahan ekuitas adalah:
1. Kontribusi pemegang saham (modal disetor) dan
2. Laba(penghasilan) yang ditahan oleh perusahaan. Dua komponen ini harus dihitung dan
dilaporkan oleh setiap perusahaan pada setiap akhir periode.ilustrasi 11.1 pada halaman
berikut menunjukkan sumber ekuitas danperubahannya yang biasanya ada di perusahaan.
Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan
Pembedaan antara dua komponen ekuitas pemegang saham merupakan hal yang sangat
penting. Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba
sehingga laba ditahan harus dipisahkan dengan modal setoran meskipin jumlah akhirnya
ditotal untuk membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan juga penting secara yuridis
karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk
menunjukkan perlindungan pada pihak lain, sedangkan laba ditahan adalah jumlah rupiah
yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian deviden.
Bentuk perusahaan
Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan, persekutuan dan
perseroan terbatas serta koperasi. Walaupun secara hukum perusahaan perseorangan tidak
diakui sebagai entitas yang terpisah dengan pemiliknya, namun menurut pandangan akuntansi
perusahaan perorangan terpisah dari pemiliknya. Perseroan terbatas menurut pandangan
hukum merupakan entitas yang dapat melakukan kegiatan seperti manusia sehingga dapat
dikatakan bahwa PT merupakan entitas buatan (artificial entity). Pada bab ini pembahasan
ditekankan pada perseroan terbatas.
Karakteristik Perseroan Terbatas
Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi, PT adalah suatu perusahaan yang
kepemilikannya diwujudkan dengan saham. Saham merupakan sertifikat yang dikeluarkan
oleh perseroan. Seseorang atau lembaga yang ikut serta menyerahkan sumber daya (harta) ke
perseroan akan diberikan saham. Mereka disebut pemegang saham.
Perseroan adalah bentuk perusahaan yang kepemilikannya terbagi atas sejumlah saham.
Dengan demikian pemilik dari usaha perseroan adalah lebih dari satu dengan jumlah
kepemilikan tercermin pada jumlah saham yang dipegangnya. Perseroan dapat
diklasifikasikan dari segi kepemilikannya sebagai berikut :
a) Perseroan sektor masyarakat/publikperseroan jenis ini saham-sahamnya dimiliki oleh unit-
unit pemerintahatau operasi bisnis yang dimiliki unit-unit pemerintah.
b) Perseroan sektor swasta.
i. Bukan saham
Perseroan jenis ini adalah perseroan yang bersifat nirlaba dan tidak menerbitkan saham.
Contoh dari bentuk ini adalah yayasan gereja, yayasan sosial dan sekolah, dll.
ii. Saham
Merupakan perseroan yang menerbitkan saham untuk menunjukkankepemilikan. Jadi
perseroan berbentuk saham, kepemilikan padaperusahaan tercermin dalam jumlah saham
yang dipegangnya. Jenisperseroan bentuk ini terbagi menjadi dua yaitu:
• Perseroan tertutup (non-publik): yaitu perseroan yang sahamnya dipegang oleh beberapa
pemegang saham (mungkin satu keluarga)dan tidak tersedia untuk pembelian umum.
• Perseroan terbuka (perusahaan publik ): perseroan yangkepemilikannya berbentuk saham
dan saham perseroan inidiperdagangkan pada suatu pasar yang disebut dengan pasar
modal.pemilik atau pemegang saham jenis perseroan bentuk ini bisaberubah-ubah setiap saat,
tergantung penjualan dan pembeliansaham di bursa efek.untuk perusahaan yang berbentuk
perseroan,
Perlakuan Akuntansi Dan Pelaporan Saham
Jenis-jenis saham terdapat dua bentuk saham sebagai tanda hak milik pada perusahaan yaitu:
• Saham biasa (common stock ) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak perseroan
secara umum dan pemegangnya menanggung risiko terbatasatas kerugian dan menerima
manfaat bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima dividen atau tidak
dijamin atas pembagian ase bila perusahaan dilikuidasi. Namun pemegang saham ini
memiliki hak suara terkait dengan penentuan kebijakan operasional perusahaan.
• Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak-hak
istimewa di perusahaan terutama berkaitan dengan pembagian dividen dan pembagian aset
saat perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan dividen
sebesar prosentase tertentu (tercantum dalam lembar saham preferen) dari nilai pari atau nilai
nominalnya. Namun pemegang saham preferen ini tidak memiliki hak suara dalam hal
penentuan kebijakan operasi perusahaan.
Akuntansi Untuk Penerbitan Saham
a. Akuntansi penerbitan saham
Untuk memperlihatkan informasi penerbitan saham pada nilaipari/nilai nominal, akun-
akun berikut harus dipertahankan untuk masing-masing saham sebagai berikut :
1. Saham preferen atau saham biasa
Akun ini memperlihatkan jenis saham yang diterbitkan dengan nilai parinya.akun ini
dikredit ketika saham pertama kali diterbitkan, dan tidak adapenambahan ayat jurnal pada
akun ini kecuali ada penambahan sahamyang diterbitkan atau adanya penarikan saham.
2. Tambahan modal disetor
Akun ini menunjukkan kelebihan modal disetor di atas nilai dari saham. tambahan
modal disetor ini meliputi agio saham atau disagio saham
b. Akuntansi penerbitan saham atas dasar pesanan
Dua perkiraan baru digunakan apabila saham dijual atas dasar pesanan,yaitu (1) saham
biasa atau preferen yang dipesan menunjukkan kewajibanperseroan untuk menerbitkan saham
setelah pembayaran akhir saldo pesananoleh mereka yang telah memesan saham, (2) piutang
pesanan, menunjukkan jumlah yang harus ditagih sebelum saham pesanan akan diterbitkan.
kontroversial terjadi sehubungan dengan penyajian piutang pesanan saham dineraca.
Beberapa orang mengemukakan bahwa piutang pesanan sebaiknya dilaporkan pada seksi aset
lancar. Piutang dagang muncul dari transaksi penjualan pada kegiatan bisnis seperti yang
biasa sedangkan piutang pesanan berhubungan dengan penerbitan saham sendiri dan
merupakan kontribusi modal yang belum dibayarkan kepada perseroan.
Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT
Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standarakuntansi
keuangan yang berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan,misalnya koperasi.
Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan moda disetor .
Pos modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian
dari tambahan modal disetor.
• Unsur penambahan modal disetor PT
Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambah modal,
seperti; agio saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih
rendah dari pada jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari
penjualan saham yang diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada
saat perolehannya, tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya.
Akun tambahan modal disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha
maupun laba/rugi luar biasa
• Pencatatan penambahan modal disetor PT
Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan:
a) Jumlah uang yang diterima.
b) Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenissaham yang diatur
dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian, setoransaham tunai dalam bentuk mata uang asing
dinilai dengan kurs berlakutanggal setoran.untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang
asing dalam aktapendiriannya, setoran tunai baik rupiah atau mata uang asing lain
harusdikonversi ke mata uang asing dalam akta pendirian sesuai kurs resmi yangberlaku pada
tanggal setoran, kecuali akta pendirian atau keputusanpemerintah menentukan kurs tetap.
Selisih kurs mata uang asing yang timbulsehubungan dengan transaksi modal, harus
dibukukan sebagai bagian darimodal dalam akunselisih kurs atas modal disetordan bukan
merupakanunsur laba rugi.
c) Besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal.
d) Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham,yaitu harga
pasar tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar dibursa efek, atau nilai wajar
yang disepakati rapat umum pemegang sahamuntuk saham yang tidak ada harga pasarnya.
e) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.
f) Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajaraktiva bukan kas
yang diserahkan, yaitu nilaiappraisaltanggal transaksi yangdisetujui dewan komisaris untuk
PT yang sahamnya terdaftar di bursa efek,atau nilai kesepakatan dewan komisaris dan
penyetor bentuk barang.
• Pencatatan pengurangan modal disetor PT
Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan:
a) Jumlah uang yang dibayarkan; atau
b) Besarnya hutang yang timbul; atau
c) Nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.
Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlahyang
diterima dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilainominalnya, selisih yang
terjadi dibukukan pada akun agio saham. Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan
penarikan kembali saham yangtelah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan
dengan mendebet akun modal saham dan mengkredit modal saham yang diperoleh kembali
sebesar jumlahyang dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan.
Saham yang dikeluarkan sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentukpenyerahan
aktiva bukan kas atau pemberian jasa umumnya dinilai sebesar nilaiwajar aktiva/jasa tersebut
atau nilai wajar saham yang bersangkutan, tergantungmana yang lebih jelas.
• Penebusan/penarikan kembali modal saham PT
Perolehan kembali saham beredar dengan cost method
Jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisihantara
jumlah yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yangditerima pada saat
pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugiperusahaan. Perolehan kembali saham
yang telah dikeluarkan dapat dicatat denganmenggunakan cost atau par value method.
Dengan cost method, saham yangdiperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali
dan disajikan sebagaipengurang atas jumlah modal. Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai
harga perolehan kembali, disajikansebagai pengurang akun modal saham, untuk saham
sejenis, disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan
kembali dengan nilai nominal disajikan sebagai pengurang atau penambah akun agio saham,
disajikanper jenis saham dan rupiah, dengan judul tambahan (pengurang) agio modal
dariperolehan kembali saham. Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karenatransaksi
perolehan kembali, defisit tersebut dibebankan pada saldo laba.
Perolehan kembali saham beredar dengan par value method
Metode nilai nominal ataupar value methodlazimnya digunakan dalam halsaham yang
diperoleh kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari.dengan metode nilai
nominal (par value method), saham yang diperoleh kembalidicatat sebesar nilai nominal
saham yang bersangkutan dan disajikan sebagaipengurang aku nmodal saham. Apabila saham
yang diperoleh kembali tersebutsemula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun agio
saham
Akan didebitdengan agio saham yang bersangkutan.dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih
besar dari pada jumlah yang diterima padasaat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan
dengan mendebet akun saldo laba .sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil,
selisihnya dianggap sebagaiunsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun
tambahan modaldari perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila
perolehankembali dilakukan dalam rangka penarikan saham.
Perolehan kembali saham sumbangan
Saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlahyang
diterima ada saat pengeluarannya dengan mendebet akunmodal saham yang diperoleh
kembali dan mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan . Padasaat saham tersebut
dijual kembali, selisih antara jumlah yang tercatat denganharga jualnya ditambahkan pada
akunmodal yang berasal dari sumbangan.
• Dividen PT
Bentuk pembagian dividen
Kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen, dan
dengan demikian pada saat tersebut saldo laba akan dibebani dengan jumlah dividen
termaksud.kewajiban yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lancar.
Biladividen dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan didebitsebesar
nilai wajar aktiva yang diserahkan. Dasar pencatatan untuk pembagiandividen dalam bentuk
aktiva bukan kas dan saham harus diungkapkan dalam catatanatas laporan keuangan.
Dividen saham
Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba. Pembagiandividen
saham adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham, yangdi nvestasikan kembali
oleh mereka dalam bentuk modal disetor. Pembagian dividensaham dicatat berdasarkan nilai
wajar saham. Termasuk dalam pengertian nilaiwajar adalah harga pasar saham PT yang
sahamnya terdaftar di bursa efek atauharga sesuai peraturan dalam akta pendirian PT yang
sahamnya tidak terdaftar dibursa efek, dengan syarat telah disetujui rapat umum pemegang
saham serta tak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Konversi agio menjadi saham
Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilai nominal.
Konversi agio menjadi saham tak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen.
Penyajian Dan Pengungkapan
1. Penyajian modal
Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta
pendirian perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkan hubungan keuangan
yang ada. Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal
danbanyaknya saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. Bila terdapat
lebih dari satu jenis saham, hak preferen dari suatu golongan saham atas dividen dan
pelunasan modal pada saat likuidasi harus dicantumkan dalam laporan keuangan. Dalam hal
terdapat tunggakan dividen atas saham preferen dengan hak dividen kumulatif, jumlah
tunggakan tiap saham dan jumlah keseluruhan dividen periodesebelumnya harus
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.perubahan atas modal yang ditanam dalam
tahun berjalan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.modal disajikan
dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk penyajiannya sesuai akta pendirian badan usaha
tersebut, misalnya: saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan perseroan terbatas
pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek, saham dapat ditempatkandengan dasar
pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan jika pemesan telah membayar
penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan saham dicatat dengan mendebet akun
piutang kepada pemesan saham dan mengkredit akun modal saham yang dipesan. Akun
modal saham yang dipesan disajikan dalam kelompok modal di bawah akun modal saham.
Akun piutang kepada pemesan saham sebesar sisa harga saham yang belum dilunasi dalam
transaksi semacam ini lazimnya disajikan dalam kelompok aktiva lancar. Apabila piutang ini
tidak dimaksudkan untuk ditagih dalam waktu dekat, akun ini dapat disajikan dalam
kelompok mengurangi akun modal saham yang dipesan. Pada saat harga saham sudah dibayar
penuh, akun modal saham yang dipesan akan didebit dan akun modal saham dikredit. Dalam
hal pemesan gagal melunasi sisa pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan
perusahaan dan dilandaskan padaperaturan hukum yang berlaku, perusahaan dapat
mengambil salah satu tindakan dibawah ini:
a) Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan;
b) Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi dengan jumlah
tertentu
c) Jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsur penambah modal dan `
disajikan sebagai tambahan modal dari pembatalan penjualansaham;
d) Mengeluarkan saham yang sebanding dengan jumlah pembayaran yang telahdilakukan.
2. Penyajian dan pengungkapan saldo laba
Saldo laba menunjukkan akumulasi hasil usaha periodik setelahmemperhitungkan
pembagian dividen dan koreksi laba-rugi periode lalu. Akun iniharus dinyatakan terpisah dari
akun Modal saham. Seluruh saldo laba dianggap bebas untuk dibagikan sebagai dividen,
kecuali jika diberikan indikasi mengenai pembatasan terhadap saldo laba, misalnya;
dicadangkan untuk perluasan pabrik ,atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang
maupun ikatan tertentu. Saldo laba yang tidak tersedia untuk dibagikan sebagai dividen
karena pembatasan-pembatasan tersebut, dilaporkan dalam akun tersendiri yang
menggambarkantujuan pencadangan termaksud; pembatasan-pembatasan yang ada
harusdiungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Saldo laba tidak boleh dibebani atau
dikredit dengan pos-pos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun
berjalan. Pengungkapan saldo laba harus meliputi:
a) Pengungkapan penjatahan (apropriasi) dan pemisahan saldo laba, menjelaskan jenis
penjatahan dan pemisahan, tujuan penjatahan danpemisahan saldo laba, serta jumlahnya.
Perubahan akun-akun penjatahan atau pemisahan saldo laba, harus pula diungkapkan.
b) Peraturan, perikatan, batasan dan jumlah batasan di sekitar saldo laba, harusdiungkapkan.
Misalnya, selama perjanjian kredit berlangsung, perusahaan tak diizinkan membagi saldo
laba tanpa seijin kreditur.
c) Perubahan saldo laba karena penggabungan usaha dengan metode penyatuan kepentingan
(pooling of interests).
d) Koreksi masa lalu, baik bruto maupun neto setelah pajak. Pengungkapan harus dilakukan
dengan penjelasan bentuk kesalahan laporan keuangan terdahulu, dampak koreksi
terhadap laba usaha, laba bersih dan nilai sahamperlembar.
e) Pengungkapan jumlah dividen dan dividen per lembar saham, pengungkapanketerbatasan
saldo laba tersedia bagi dividen.
f) Tunggakan dividen, baik jumlah maupun tunggakan perlembar saham.
g) Pengungkapan deklarasi dividen setelah tanggal neraca, sebelum tanggal penerbitan
laporan keuangan.
h) Pengungkapan dividen saham dan pecah-saham, pengungkapan jumlah yangdikapitalisasi
dan saji ulang laba persaham agar laporan keuangan berdaya banding.
3. Pengungkapan peristiwa setelah tanggal neraca
Kewajiban pengungkapan kejadian penting setelah tanggal laporan keuangandalam
catatan atas laporan keuangan, seperti penjualan saham besar-besaran,deklarasi dividen
setelah tanggal neraca sebelum tanggal pendapat akuntan independen, rekapitalisasi dan
transaksi modal yang lain.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 1 Penyajian Laporan Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 21 Akuntansi Ekuitas
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi dan
Kesalahan
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 53 Akuntansi Kompensasi Berbasis Saham
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No. 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi,
dan Aktiva Kontinjensi
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield, 2002. Akuntansi Intermediete,
Terjemahan Emil Salim, Jilid 1, Edisi Kesepuluh, Penerbit Erlangga, Jakarta