Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

18

description

Makalah Perpajakan Tax Planing PPh Orang pribadi ini di harapakan dapat bermanfaat untuk Pedoman penghitungan kewajiban perpajakan untuk orang pribadi. untuk makalah yang lainnya silahkan di unduh di gudang makalah

Transcript of Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Page 1: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi
Page 2: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Makalah ini disampaikan oleh Prianto Budi S (CEO/Pendiri PT Pratama Indomitra Konsultan)

Page 3: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

ii

DAFTAR ISI

BBBAAABBB III DDDAAASSSAAARRR---DDDAAASSSAAARRR TTTAAAXXX PPPLLLAAANNNNNNIIINNNGGG .......................................................................................................................................... 444

Pendahuluan ................................................................................................................ 4 Aspek-aspek dalam Tax Planning ................................................................................ 4 Strategi Umum ............................................................................................................. 5

BBBAAABBB III III PPPEEERRREEENNNCCCAAANNNAAAAAANNN PPPAAAJJJAAAKKK DDDAAALLLAAAMMM PPPAAAJJJAAAKKK PPPEEENNNGGGHHHAAASSSIIILLLAAANNN ...................................................... 666

Efisiensi dalam Pajak Penghasilan Orang Pribadi ........................................................ 6 Efisiensi dalam PPh Pasal 21 ....................................................................................... 9 Efisiensi dalam PPh Pasal 23 ..................................................................................... 11 Efisiensi dalam PPh Pasal 26 ..................................................................................... 12 Efisiensi dalam PPh Pasal 4(2) .................................................................................. 12

BBBAAABBB III III III PPPEEERRREEENNNCCCAAANNNAAAAAANNN PPPAAAJJJAAAKKK DDDAAALLLAAAMMM PPPAAAJJJAAAKKK PPPEEERRRTTTAAAMMMBBBAAAHHHAAANNN NNNIIILLLAAAIIIEEErrrrrrooorrr!!! BBBooooookkkmmmaaarrrkkk nnnooottt ddd

Efisiensi Pajak Keluaran ............................................... Error! Bookmark not defined. Efisiensi Pajak Masukan .............................................. Error! Bookmark not defined.

BBBAAABBB IIIVVV PPPEEERRREEENNNCCCAAANNNAAAAAANNN PPPAAAJJJAAAKKK SSSAAAAAATTT PPPEEEMMMEEERRRIIIKKKSSSAAAAAANNN PPPAAAJJJAAAKKK ......................................................... 111444

Sekilas Tentang Pemeriksaan .................................................................................... 14 Perencanaan Pajak dalam Pemeriksaan Pajak .......................................................... 16 Analisis Biaya Hidup dan Tambahan Harta Kekayaan ............................................... 16

Page 4: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

iii

BBIIOODDAATTAA RRIINNGGKKAASS PPEEMMBBIICCAARRAA Nama Lengkap : Prianto Budi Saptono Nama panggilan : Prianto / Prie Asal : Purwokerto Pendidikan : S2 UGM; D4 - STAN Organisasi Profesi : - Pengurus IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) Wilayah Jakarta - Pengurus IKPI (Ikatan Konsultan Pajak Indonesia) Jakarta Pengalaman kerja : - Ditjen Pajak c.q. Karikpa Jakarta Enam (1994 - 1999) - KAP Kanaka Puradiredja & Rekan (2000 - 2004) - PT Partner Utama Konsultan (2004 – 2010) - PT Pratama Indomitra Konsultan (2010 – now)

Member of Russell Bedford International

Komunikasi : HP 0811.90.6181 [email protected] YM: prianto_0809 GT: prianto.budi PIN: 21E4590A www.pratamaindomitra.co.id tax.russellbedford.co.id

Page 5: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Sekilas Pemeriksaan Pajak 4

BBAABB II DASAR-DASAR TAX PLANNING

PPeennddaahhuulluuaann

Umumnya perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa usaha dan transaksi Wajib pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun demikian, perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar dan tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya secara optimal. Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak (sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan). Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax control). Pada tahap perencanaan pajak ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan, Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak. Untuk dapat meminimumkan kewajiban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara baik yang masih memenuhi ketentuan perpajakan (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful) seperti tax avoidance dan tax evasion. Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu transaksi atau fenomena terkena pajak. Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya. Selanjutnya, apakah pembayaran pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus (1) tidak melanggar ketentuan perpajakan, (2) secara bisnis masuk akal, dan (3) bukti-bukti pendukungnya memadai.

AAssppeekk--aassppeekk ddaallaamm TTaaxx PPllaannnniinngg

Aspek Formal dan Administratif 1. Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Surat

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP); 2. Menyelenggaraan pembukuan atau pencatatan; 3. Memotong dan atau memungut pajak; 4. Membayar Pajak; 5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan. Aspek Material Basis pernghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optomalisasi alokasi sumber dana manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu, objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap

Page 6: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Sekilas Pemeriksaan Pajak 5

SSttrraatteeggii UUmmuumm

Tax Saving

Tax saving merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, wajib pajak, yang memiliki penghasilan kena pajak lebih dari Rp 500 juta, dapat melakukan perubahan pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang. Penghematan pajak atas perubahan ini berkisar antara 5-25% untuk penghasilan karyawan sampai dengan Rp 500 juta. Tax Avoidance

Tax avoidance merupakan upaya mengefisiensikan beban pajak dengan cara menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan objek pajak. Misalnya, wajib pajak, yang masih mengalami kerugian perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang ke pemberian natura sehingga natura tersebut bukan merupakan objek pajak PPh pasal 21. Dengan demikian, terjadi penghematan pajak 5-30%. Menghindari Pelanggaran Terhadap Peraturan Perpajakan yang Berlaku

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, wajib pajak dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan yaitu : 1. Sanksi Administrasi, berupa bunga, denda atau kenaikan. 2. Sanksi Pidana, berupa pidana atau kurungan. Penundaan Pembayaran Kewajiban Pajak Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN. Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur pajak keluaran sampai dengan batas waktu yang diperkenankan, khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini penjual dapat menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah bulan penyerahan barang. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan

Wajib pajak seringkali kurang mendapat informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan. Sebetulnya pembayaran tersebut merupakan pajak yang dibayar dimuka. Misalnya, kredit pajak untuk PPh Orang Pribadi terdiri dari PPh Pasal 21 atas imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan atau kegiatan serta PPh pasal 22 atas pembelian solar dan/atau impor dan fiskal luar negeri atas perjalanan dinas pegawai. Dalam hal kredit pajak PPN (Pajak Masukan), Pengusaha Kena Pajak cukup menggunakan dokumen lain yang fungsinya sama dengan faktur pajak standar, seperti SPPB atau Surat Perintah Pengiriman Barang (delivery order) yang dikeluarkan oleh Bulog untuk penyaluran tepung terigu, PNBP (Paktur Nota Bon Penyerahan) yang diikeluarkan oleh pertamina untuk penyerahan BBM dan atau bukan BBM, serta tanda pembayaran atau kuintasi telepon.

Page 7: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 6

BBAABB IIII PERENCANAAN PAJAK DALAM PAJAK PENGHASILAN

EEffiissiieennssii ddaallaamm PPaajjaakk PPeenngghhaassiillaann OOrraanngg PPrriibbaaddii

Strategi efesiensi PPh Orang Pribadi untuk wajib pajak yang memiliki kegiatan usaha akan lebih optimal apabila wajib pajak memahami timbulnya perhitungan penghasilan kena pajak. Penghasilan kena pajak merupakan laba yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia, yaitu UU No. 36 tahun 2008 dan peraturan pelaksanannnya. Karena terjadi perbedaan dalam perhitungan laba akuntansi dan laba kena pajak, wajib pajak dapat memilih perlakuan pajak yang tepat sehingga dapat menghasilkan efisiensi pajak yang besar. Berikut ini adalah beberapa cara tax planning untuk PPh Orang Pribadi. 1. Menunda Penghasilan

Misalnya, pembukuan wajib pajak ditutup pada tanggal 31 Desember. Pada bulan Desember tersebut terdapat lonjakan permintaan. Pajak atas laba akibat lonjakan permintaan tersebut sudah harus dibayar paling lambat bulan April tahun berikutnya. Di samping itu, angsuran PPh Pasal 25 tahun berikutnya otomatis akan menjadi lebih besar. Bila memungkinkan, pengusaha dapat melakukan pendekatan kepada konsumen dan menjual barangnya pada awal bulan Januari tahun berikut. Dengan demikian, pembayaran pajaknya dapat ditunda 1 tahun. Contoh berikut memberikan ilustrasi perbandingan perhitungan PPh, jika dimisalkan tarif PPh Orang Pribadi disamakan dengan tarif PPh Badan, yaitu 25%

Uraian Normal Alternatif 1 Alternatif 2

a. Peredaran usaha tahun 2010 1.000.000 850.000 1.000.000 b. Biaya (700.000) (700.000) (850.000) c. Ph neto (a+b) 300.000 150.000 150.000 d. Kompensasi rugi fiskal - - - e. Taxable Income (c+d) 300.000 150.000 150.000 f. PPh (25%) 75.000 37.500 37.500 g. Kredit pajak - - - h. PPh hrs dibayar sendiri (f+g) 75.000 37.500 37.500 i. Angsuran PPh 25 tahun 2011 (1/12 x h) 6.250 3.125 3.125

2. Mempercepat Pembebanan Biaya

Pada akhir tahun fiskal sebaiknya dilakukan review untuk melihat apakah ada biaya-biaya yang dapat segera dibebankan pada tahun ini. Misalnya, biaya konsultan hukum, konsultan pajak, dan auditor. Dengan demikian, seperti halnya dengan penundaan penghasilan, langkah seperti ini akan dapat menunda pembayaran pajak setahun. Namun demikian, di sisi lain, konsekuensi pembebanan biaya seperti di atas dapat mengakibatkan kewajiban pemotongan pajak seperti PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 atau PPh Pasal 4 (2) sudah harus dilakukan. Untuk itu, wajib pajak juga harus mempertimbangkan aspek perpajakan yang satu ini.

3. Mengoptimalkan Pengkreditan Pajak yang Telah Dibayar

Page 8: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 7

Selain angsuran PPh Pasal 25, PPh yang dapat dikreditkan atas PPh Orang Pribadi yang terutang pada akhir tahun adalah PPh yang dipotong/pungut pihak lain dan sifat pemotongan/pemungutannya tidak final. Wajib pajak seringkali kurang memperoleh informasi mengenai hal ini. PPh yang dapat dikreditkan antara lain:

a. PPh Pasal 21 atas imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan b. PPh Pasal 22 atas impor atau pembelian solar dari Pertamina, c. PPh Pasal 23 dari bunga non bank, royalti, d. PPh Pasal 24 yang dipotong di luar negeri, dan e. STP PPh Pasal 25 (hanya pokok pajak) baik telah dibayar maupun belum. f. PPh atas pengalihan tanah/bangunan,

Ketika menyusun rekonsiliasi fiskal, wajib pajak harus memperoleh keyakinan yang cukup bahwa pajak yang dipotong/dipungut pihak lain benar-benar telah disetor oleh pemotong/pemungut pajak ke kas negara. Keyakinan demikian sangat diperlukan karena pada saat pemeriksaan pajak petugas akan menempuh prosedur konfirmasi ke bank tempat pajak yang telah dipotong/dipungut tersebut disetorkan atau ke KPP tempat pemotong/pemungut tersebut melaporkan SPT-nya.

Salah satu caranya adalah dengan melakukan ekualisasi setiap bulan antara bukti fisik pemotongan PPh Pasal 21, pemungutan PPh 22 dan/atau pemotongan PPh 23 dengan Uang Muka PPh terkait yang telah dicatat di neraca. Jika timbul selisih, atas selisih tersebut dapat segera ditindaklanjuti dengan cara meminta pihak pemungut/pemotong pajak untuk menyerahkan bukti pemungutan/ pemotongannya.

4. Transaksi Afiliasi

a. Jenis transaksi afiliasi yang sangat berisiko bila ditinjau dari aspek perpajakan, di antaranya:

1) Untuk transaksi usaha, Dirjen Pajak berwenang menentukan kembali besarnya

penghasilan dan biaya untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak yang memiliki hubungan istimewa dengan wajib pajak lainnnya sesuai dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa.

2) Untuk pinjaman, Dirjen Pajak berwenang untuk menentukan tingkat bunga yang wajar

atas transaksi utang piutang antar pihak yang mempunyai hubungan isitimewa. Hal ini berarti akan merugikan perusahaan penerima pinjaman dari pemegang saham orang pribadi karena perusahaan harus memotong PPh Pasal 23 berdasarkan tingkat bunga wajar dan ada kemungkinan dikenakan sanksi oleh pihak pajak karena kurang memotong.

b. Hal-hal yang harus dilakukan dalam hal dilakukan pemberian pinjaman kepada perusahaan

yang dimiliki pemegang saham orang pribadi tanpa bunga, transaksi tersebut harus memenuhi kriteria sebagaimana disebutkan dalam Pasal 12 PP 94/2010 yang berlaku sejak 30 Desember 2010, yaitu :

1) Pinjaman tersebut berasal dari dana milik pemegang saham pemberi pinjaman itu

sendiri dan bukan berasal dari pihak lain. 2) Modal yang seharusnya disetor oleh pemegang saham pemberi pinjaman kepada

Page 9: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 8

perusahaan penerima pinjaman telah setor dalam keadaan seluruhnya. 3) Pemegang saham pemberi pinjaman tidak dalam keadaan rugi. 4) Perusahaan penerima pinjaman sedang mengalami kesulitan keuangan untuk

kelangsungan usahanya. 5. Bunga Pinjaman dan Deposito

Seringkali uang kas yang menganggur (idle cash) untuk satu atau dua bulan wajib pajak investasikan di bank dalam bentuk deposito berjangka. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 131 tahun 2000, atas bunga deposito dipotong pajak penghasilan yang bersifat final sebesar 20%.

Bila wajib pajak tidak mempunyai utang, hal ini tidak menjadi masalah. Akan tetapi, bila wajib pajak tersebut mempunyai utang dengan tingkat bunga yang lebih besar dari tingkat bunga deposito, wajib pajak tersebut akan mengalami kerugian karena berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-46/PJ.42/1995, sebagian bunga atas utang tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai biaya.

SE-46/PJ./1995

biaya bunga pinjaman 300 (30%) working capital = 800

pinjaman PT X1000

deposito = 200

Ph bunga = 20% => Objek PPh final=> PPh-nya tidak masuk sbg kredit pjk=> Ph-nya tidak masuk di 1771

Biaya bungan pinjaman = DE => Biaya terkaitnya tidak boleh masuk juga di 1771.= 300 x 800 / 1.000 Biayanya yang mana?= 240

Untuk menghindari masalah tersebut, beberapa cara yang dapat ditempuh wajib pajak, antara lain:

a. Wajib pajak sebaiknya menempatkan dana yang belum dipergunakan dalam bentuk

rekening giro, tidak dalam bentuk deposito. Jika memungkinkan dilakukan negosiasi dengan bank yang bersangkutan agar bunga gironya lebih besar dari biasanya karena saldo yang kita miliki cukup besar.

b. Alternatif lain yang dapat diambil adalah dengan memanfaatkan dana tersebut di dalam

instrumen keuangan yang tidak terkena pajak final, misalnya promes, didepositokan di luar negeri, atau dipinjamkan pada wajib pajak.

6. Biaya Entertaiment

Seringkali wajib pajak dalam penyusunan laporan keuangan fiskal langsung melakukan koreksi

Page 10: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 9

fiskal positif atas biaya entertainment. Dengan demikian, wajib pajak akan membayar pajak lebih besar sampai dengan 30% dari total biaya entertainment yang dikoreksi positif. Untuk menghindari beban pajak yang seharusnya, wajib pajak membuat Daftar Nominatif sesuai Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986 dan melampirkannya dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (Formulir 1770) serta menyimpan bukti pendukung pengeluaran entertainment tersebut. Dengan demikian, wajib pajak akan memperoleh penghematan pajak sampai dengan 30% dari biaya entertainment yang boleh dikurangkan.

Daftar nominatif berisi : a. Nomor urut. b. Tanggal “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan. c. Nama tempat “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan. d. Alamat “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan. e. Jenis “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan. f. Jumlah (Rp) “entertainment” dan sejenisnya yang telah diberikan. g. Relasi usaha yang diberikan “entertainment” dan sejenisnya sesuai dengan nomor urut

tersebut di atas (Nama, Posisi, Nama perusahaan, dan Jenis usaha) DAFTAR NOMINATIF BIAYA ENTERTAINMENT DAN SEJENISNYA TAHUN PAJAK :

Nomor Pemberian entertaiment dan sejenisnya

Relasi usaha yang diberikan entertainment dan sejenisnya

KeteranganTanggal Tempat Alamat Jenis

Jumlah (Rp)

Nama Posisi Nama Perusahaan

Jenis Usaha

EEffiissiieennssii ddaallaamm PPPPhh PPaassaall 2211

1. Memahami Ketentuan PPh Pasal 21 dan Klasifikasi Objek PPh Pasal 21

Pemberi Penghasilan Jenis Penghasilan

Benefit in cash (BIC) Benefit in kind (BIK) a. Pemerintah Objek Pajak Non Objek Pajak b. Non Wajib Pajak Objek Pajak Objek Pajak c. Wajib Pajak yang dikenakan PPh final Objek Pajak Objek Pajak d. Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan

norma penghitungan khusus (deemed profit) Objek Pajak Objek Pajak

e. Wajib Pajak Lainnya Objek Pajak Non Objek Pajak

Tabel di atas merujuk pada Pasal 4 ayat 1 huruf a dan Pasal 4 ayat 3 huruf d UU PPh. Untuk tahun 2009, peraturan pelaksanannya mengacu pada PerMenkeu No. 252/PMK.03/2008 juncto PerDirjen Pajak No. Per-31/PJ/2009 juncto PerDirjen Pajak No. Per-57/PJ/2009.

Pemberi penghasilan non wajib pajak yang dimaksud di dalam tabel di atas di antaranya adalah kantor perwakilan negara asing dan organisasi internasional yang digolongkan sebagai non subjek pajak menurut Keputusan Menteri Keuangan. Untuk WP yang dikenakan PPh final, contohnya adalah perusahaan yang bergerak di dalam persewaan tanah/bangunan, sedangkan WP dengan deemed profit di antaranya adalah

a. Perusahaan charter pesawat (475/KMK.04/1996), b. Perusahaan pelayaran dalam negeri (416/KMK.04/1996),

Page 11: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 10

c. Wajib Pajak Luar Negeri (WPLN) yang bergerak di bidang pelayaran/ penerbangan dalam jalur internasional (632/KMK.04/1994), dan

d. WPLN yang mempunyai Kantor Perwakilan Dagang di Indonesia (634/KMK.04/1994). 2. Memahami Saat Terutangnya Pajak

Berdasarkan ketentuan Pasal 21 UU PPh, objek PPh Pasal 21 terdiri dari penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Istilah “diterima” mengandung pengertian cash basis, sedangkan “diperoleh” itu accrual basis. Kedua istilah ini, jika dikaitkan dengan perlakukan akuntansi, terkait dengan mana yang lebih dulu antara pengakuan biaya dan pembayaran. Artinya, pajak harus dipotong pada saat mana yang lebih dulu antara pengakuan biaya atau pembayaran kepada penerima penghasilan.

3. Ekualisasi Biaya yang Terkait dengan Objek PPh Pasal 21

General Ledger With Tax AllowanceBalance Non Tax Objects Tax Objects

8000 6 Personnel expenses 80150 0 Wages & sal. - working time 3.067.945.223 0 3.067.945.22380160 0 Allowances 92.782.308 0 92.782.30880170 0 Bonuses 198.390.923 0 198.390.92380180 0 Income Tax Allowance 373.787.572 0 373.787.57280181 0 Debit fringe benefit 218.585.132 218.585.132 080190 0 Severance 121.983.296 0 121.983.29680200 0 Severance - tax allowance 11.232.346 0 11.232.34680240 0 Jamsostek *) 30.291.531 26.433.647 3.857.88480250 0 Insurance - Hospital 22.313.745 0 22.313.74580260 0 Insurance - Travel 112.278.174 0 112.278.17480270 0 Insurance - GPA 3.241.038 0 3.241.03880280 0 Expats Pension Contrib 317.696.005 317.696.005 080290 0 Expat Social Sec. Contrib 16.408.384 16.408.384 080520 0 Medical claim 29.975.006 0 29.975.00680545 0 Expats Visa & Permits 64.634.382 64.634.382 080580 0 Apartment rents & expenses 438.969.068 438.969.068 0Total Objek pajak per GL 5.120.514.134 1.082.726.619 4.037.787.514

Objek Pajak per Payroll- Pegawai tetap 3.819.263.259 - pegawai tidak tetap 133.215.642 - total objek pajak per payroll 3.952.478.901 Selisih objek pajak per GL dan per payroll 85.308.614

PPh terutang atas Ph pegawai tetap 981.543.754 PPh telah disetor atas Ph pegawai tetap (982.569.679) PPh kurang (lebih) bayar (1.025.925)

Acc# Description

Prosedur yang perlu ditempuh untuk melakukan ekualisasi ini adalah a. Pada akhir tahun seluruh objek PPh Pasal 21 yang tersebar di akun-akun biaya/beban

menurut buku besar dikumpulkan menjadi satu dan ditandingkan dengan perhitungan menurut SPT Tahunan PPh Pasal 21.

Page 12: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 11

b. Jika masih timbul selisih yang disebabkan oleh penghasilan pegawai tetap yang dilaporkan di dalam formulir 1721-A, teliti akun yang menampung iuran Jamsostek dan pastikan bahwa iuran Jaminan Hari Tua tidak termasuk dalam objek PPh Pasal 21.

c. Jika selisih tersebut disebabkan dari penghasilan yang dilaporkan dalam formulir 1721-B,

teliti kelompok penghasilan mana yang belum dipotong pajaknya.

EEffiissiieennssii ddaallaamm PPPPhh PPaassaall 2233

1. Pahami ketentuan yang mengatur PPh Pasal 23 dan tarif pemotongannya (Per-70/PJ./2007

atau Permenkeu No. 244/PMK.03/2008). 2. Pahami saat terutangnya pajak, yaitu saat mana yang lebih dulu antara terutang (accrual basis)

atau dibayarkan (cash basis), yang merujuk pada ketentuan Pasal 23 UU PPh juncto PP No. 138/2000.

3. Pemisahan antara tagihan material dan jasa

Pastikan bahwa di dalam kontrak tentang pengadaan jasa, sebagaimana tersebut di tabel di bagian akhir dari bab ini, kecuali jasa konstruksi dan jasa catering, diatur mengenai pemisahan antara tagihan material dan jasa. Tujuannya adalah agar pajaknya hanya dikenakan atas jasanya (lihat SE-53/PJ/2009).

4. Ekualisasi biaya yang terkait dengan objek PPh Pasal 23

Kode Akun Nama Akun Biaya Ref Wajib Pajak Pemeriksa Koreksi OBJEK PAJAK

51012101 Perawatan & Perbaikan Komputer 21.987.000 21.987.000 51012102 Jasa Perawatan Alat Kantor &

Gedung P23-1 315.420.000 315.420.000

51012201 Telepon & Internet 49.440.000 49.440.000 51012202 Printing & Stationery 42.000.000 42.000.000 51012203 Sewa Furnitur 40.800.000 40.800.000 51012204 Sewa Crane 37.200.000 37.200.000 51012205 Jasa Pengurusan Dokumen 21.000.000 21.000.000 51012206 Keamanan Kantor 72.000.000 72.000.000 51012207 Katering 54.000.000 54.000.000 51012208 Kebersihan 40.800.000 40.800.000 51012301 Iklan & Promosi P23-2 187.146.955 187.146.955 51012302 Komisi Penjualan P23-3 150.000.000 150.000.000 51012303 Packaging & Pengiriman 36.000.000 36.000.000 51012304 Sewa Kendaraan 96.000.000 96.000.000 51012401 Rekrutmen dan Pelatihan 29.000.000 29.000.000 51012402 Sewa Container P23-4 150.000.000 150.000.000 51012403 Legal 87.500.000 87.500.000 51012404 Audit 45.000.000 45.000.000 51012405 Sub Kontrak Tenaga Kerja 30.000.000 30.000.000 51012406 Konsultan 44.000.000 44.000.000 51012407 Royalti 235.000.000 235.000.000

Objek Pajak menurut SPT 1.175.500.000 0 (1.175.500.000) Jumlah Objek Pajak 1.175.500.000 1.784.293.955 608.793.955

Page 13: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 12

Pada akhir tahun seluruh objek PPh Pasal 23 yang tersebar di akun-akun biaya/beban menurut buku besar dikumpulkan menjadi satu dan ditandingkan dengan objek pajak menurut SPT Masa PPh Pasal 23. Jika masih timbul selisih, teliti

a. Apakah pemotongan pajaknya dilakukan pada saat pengakuan prepaid expenses di neraca

(aktiva). b. Apakah terdapat pengakuan provisi biaya atau accrued expense di dalam neraca

(kewajiban) yang belum menimbulkan kewajiban pemotongan pajak.

EEffiissiieennssii ddaallaamm PPPPhh PPaassaall 2266

1. Pahami ketentuan PPh Pasal 26 secara komprehensif. 2. Pahami saat terutangnya pajak, yaitu saat mana lebih dulu antara terutang (accrual basis) atau

dibayarkan (cash basis), sebagaimana diuraikan dalam Pasal 26 UU PPh juncto PP No. 138/2000.

3. Pahami isi tax treaty untuk tiap negara, khususnya yang berkaitan dengan transaksi yang

dilakukan oleh wajib pajak di dalam negeri dalam hal pembayarannya dilakukan ke wajib pajak di luar negeri.

a. Tuangkan klausul tentang kewajiban wajib pajak di luar negeri yang menerima penghasilan

untuk 1) menyediakan Surat Keterangan Domisili atau SKD (Certificate of Domicile atau CoD)

atau formulir DGT-1 sesuai dengan tahun diperolehnya penghasilan, 2) memutakhirkan SKD tersebut setiap tahunnya, dan 3) menyediakan salinan paspor tenaga ahli asing yang berkunjung ke Indonesia

b. Minimalkan kunjungan tenaga ahli dari luar negeri sehubungan dengan jasa profesional

agar timetest sebagaimana diatur di dalam tax treaty tidak terlampaui 4. Lakukan ekualisasi seperti ilustrasi berikut ini

No. Keterangan No Akun Cfm. SPT./WP. Cfm. Pemeriksa Koreksi

1 Payroll Clearing Balikpapan 43010 611.643.355 902.221.890 290.578.535

2 EXPAT SALARIES 43008-140 - 142.593.880 142.593.880

3 PRE CONTRACT EXPENSES 388009 - 95.525.915 95.525.915

611.643.355 1.140.341.685 238.119.795

EEffiissiieennssii ddaallaamm PPPPhh PPaassaall 44((22))

1. Tingkatkan pemahaman yang komprehensif terhadap ketentuan PPh Pasal 4(2) khususnya

yang terkait dengan sewa tanah dan atau bangunan. 2. Pahami saat terutangnya pajak, yaitu saat mana yang lebih dulu antara saat terutang (accrual

basis) atau saat dibayarkan (cash basis). 3. Ekualisasi biaya yang terkait dengan objek PPh Pasal 4(2)

Page 14: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak dalam PPh 13

Pada akhir tahun seluruh objek PPh Pasal 4(2) yang tersebar di akun-akun biaya/beban menurut buku besar dikumpulkan menjadi satu dan ditandingkan dengan objek pajak menurut SPT Masa PPh Pasal 4(2). Jika masih timbul selisih, teliti a. Apakah pemotongan pajaknya dilakukan pada saat pengakuan prepaid expenses di neraca

(aktiva). b. Apakah terdapat pengakuan provisi biaya atau accrued expense di dalam neraca

(kewajiban) yang belum menimbulkan kewajiban pemotongan pajak.

No. Keterangan No Akun Cfm. SPT./WP. Cfm. Pemeriksa Koreksi

1 Prepaid Expense - Office Rent 515613 167.036.624 174.137.028 7.100.404 2 Light & Power 351000 1.073.000 1.237.780 164.780 3 Prepaid Expense - Kemang Rent 515601 158.583.896 158.582.792 (1.104) 4 Rental Of Premises 353000 7.408.334 7.584.118 175.784 5 Prepaid Expense - Storage Rent 515616 13.837.320 14.336.209 498.889 6 Job Cost 4310-143 48.053.941 47.195.024 (858.917) 7 Prepaid Expenses P Klub Villa 515602 9.639.950 219.060.108 209.420.158

405.633.065 622.133.058 216.499.993

Page 15: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak Saat Pemeriksaan 14

BBAABB IIIIII PERENCANAAN PAJAK SAAT PEMERIKSAAN PAJAK

SSeekkiillaass TTeennttaanngg PPeemmeerriikkssaaaann

Pengertian Pemeriksaan Dasar hukum pemeriksaan adalah Pasal 29, 29A, 30, dan 31 UU KUP 2007 serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak yang berlaku 1 Januari 2008. 1. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,

dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan, tempat

kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib Pajak, atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

3. Pemeriksaan Kantor adalah Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Pajak Tujuan Pemeriksaan Sesuai dengan Peraturan Menkeu No. 199/PMK.03/2007, Dirjen Pajak berwenang melakukan pemeriksaan 1. untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau 2. untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan Ruang Lingkup Pemeriksaan 1. Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat

meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.

2. Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan dapat meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan

Kriteria & Jenis Pemeriksaan 1. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan

Kriteria Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan 1. Wajib Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak Pemeriksaan Kantor atau

Page 16: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak Saat Pemeriksaan 15

Kriteria Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP Pemeriksaan Lapangan

2. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak

Pemeriksaan Lapangan

3. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi Pemeriksaan Lapangan 4. Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi

melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran Pemeriksaan Lapangan

5. Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya

Pemeriksaan Lapangan

6. Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Pemeriksaan Lapangan

Apabila dalam Pemeriksaan Kantor ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan tranfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan, pelaksanaan Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan

2. Pemeriksaan untuk tujuan lain

Kriteria Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan 1. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan; 2. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak; 3. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak; 4. Wajib Pajak mengajukan keberatan; 5. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan Ph Neto; 6. pencocokan data dan/ atau alat keterangan; 7. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil; 8. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai; 9. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak; 10. penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi

kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau 11. memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak

Berganda

Pemeriksaan Kantor atau Pemeriksaan Lapangan

Dispute dalam Pemeriksaan Pajak Di dalam pemeriksaan pajak sering terjadi perbedaan sudut pandang dalam menginterpretasikan suatu ketentuan perpajakan. Akibatnya, seringkali muncul istilah “sepakat untuk tidak sepakat”. Artinya, pemeriksa pajak dan wajib pajak harus sepakat bahwa pemeriksaan harus dituntaskan, tapi keduanya tidak sepakat terhadap materi pemeriksaannya. Dalam hal demikian, posisi wajib pajak menjadi inferior karena pemeriksa pajak tetap menerbitkan surat ketetapan pajak sesuai dengan perhitungan menurutnya. Perbedaan di atas di antaranya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu 1. Target penerimaan negara di KPP (Kantor Pelayanan Pajak) masih jauh dari pencapaian

optimal sehingga pemeriksa pajak dituntut harus memenuhi target tersebut; 2. Perbedaan metode interpretasi peraturan, yaitu

a. metode interpretasi yang bertumpu pada teks peraturan atau legalitas hukum (rechtmatigheid)

b. metode interpretasi yang bertumpu pada tujuan atau asas kemanfaatan (doelmatigheid).

Page 17: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak Saat Pemeriksaan 16

PPeerreennccaannaaaann PPaajjaakk ddaallaamm PPeemmeerriikkssaaaann PPaajjaakk

1. Memahami tujuan pemeriksaan sesuai dengan surat tugas yang diserahkan oleh pemeriksa

kepada wajib pajak. Surat tugas tersebut bisa berupa Surat Perintah Pemeriksaan Pajak atau Surat Perintah Pemeriksaan Bukti Permulaan.

2. Menindaklanjuti himbauan dan permintaan klarifikasi dari KPP yang biasanya dikomunikasikan

secara tertulis oleh KPP dan secara lisan oleh Account Representative. Surat himbauan atau permintaan klarifikasi tersebut bisa berujung pemeriksaan pajak bila tidak ditanggapi atau tanggapan wajib pajak tidak memenuhi ekspektasi KPP.

3. Tidak menyerahkan seluruh voucher dan bukti transaksi kepada pemeriksa secara sekaligus. Ini

karena sebenarnya pemeriksa sudah bisa mengolah data berdasarkan a. SPT lengkap untuk seluruh jenis pajak yang diperiksa; b. Laporan keuangan; dan c. Buku besar dalam bentuk soft-copy.

4. Bersikap proaktif dengan cara membantu menyiapkan kertas kerja pemeriksaan dan melakukan

analisis-analisis yang biasa digunakan oleh pemeriksa pajak.

AAnnaalliissiiss BBiiaayyaa HHiidduupp ddaann TTaammbbaahhaann HHaarrttaa KKeekkaayyaaaann

Kedua analisis ini perlu dilakukan oleh setiap WP-OP sebelum menyampaikan SPT-nya ke KPP terkait. Kedua analisis ini merupakan prosedur standar yang ditempuh oleh pemeriksa pajak ketika melakukan pemeriksaan atas kewajiban pajak WP-OP. 1. Analisis biaya hidup

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besaran biaya hidup rata-rata sebulan setiap WP-OP, seperti biaya rumah tangga, pendidikan, rekreasi, transportasi, kesehatan, dan seluruh pengeluaran harian lainnya. Jika besaran selama sebulan sudah diketahui, untuk mengetahui biaya hidup setahun, besaran tersebut harus dikali 12 bulan.

2. Analisis tambahan harta kekayaan

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tambahan harta kekayaan dalam suatu tahun pajak. Pemeriksa pajak biasanya meminta WP-OP yang sedang diperiksanya untuk membuat daftar harta kekayaan yang dimiliki. Daftar tersebut memberi informasi nama harta, tahun perolehan, dan nilai perolehannya.

Untuk keperluan pemeriksaan, data harta kekayaan tersebut disortir sehingga nilai perolehan harta selama tahun dilakukannya pemeriksaan dapat diketahui.

Selanjutnya, total nilai perolehan tersebut ditambahkan dengan hasil analisis biaya hidup yang dijelaskan di atas. Hasil penambahan tersebut ditandingkan dengan jumlah penghasilan neto yang dilaporkan di dalam SPT PPh Orang Pribadi. Biasanya hasil penjumlahan kedua analisis di atas lebih besar dari total penghasilan neto per SPT. Sebagai konsekuensi, ada potensi penghasilan neto yang belum dilaporkan. Misalnya, Tn Ali sedang diperiksa oleh KPP untuk SPT PPh Orang Pribadi tahun 2009 yang

Page 18: Makalah Pajak Tax Planing Orang Prinadi

Perencanaan Pajak Saat Pemeriksaan 17

menunjukkan total penghasilan neto sebesar Rp 300 juta. Untuk memperoleh keyakinan bahwa Tn Ali telah melaporkan SPT-nya dengan benar, pemeriksa pajak melakukan kedua analisis di atas dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Uraian Rp 1. Analisis biaya hidup rata-rata sebulan disetahunkan 120.000.000 2. Analisis tambahan harta kekayaan (selama tahun 2009) 350.000.000 3. Total (1+2) 470.000.000 4. Penghasilan neto menurut SPT 2009 300.000.000 5. Selisih 170.000.000

Dalam hal ini Tn Ali harus melakukan analisis lebih lanjut penyebab terjadinya perbedaan sebesar Rp 170.000.000 agar diketahui dengan pasti bahwa selisih tersebut disebabkan oleh penghasilan yang merupakan objek PPh final atau bahkan bukan merupakan objek PPh.