Makalah PAI

40
Program Sudi Teknik Informatika UNIVERSITAS PAMULANG Tahun Akademik 2013 MAKALAH Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Kelompok 1 Kelas 02TPLPA yang berjudul : “MANUSIA DAN AGAMA” Disusun oleh : Tri Prastyo Utomo Yasin Dwi Saputra Sutoyo

description

Manusia dan Agama

Transcript of Makalah PAI

Program Sudi Teknik Informatika

UNIVERSITAS PAMULANG

Tahun Akademik 2013

MAKALAH

Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Kelompok 1 Kelas 02TPLPA yang berjudul :

“MANUSIA DAN AGAMA”

Disusun oleh :

Tri Prastyo Utomo Yasin Dwi Saputra Sutoyo

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji dan syukur penyusun panjatkan ke Khadirat Alloh SWT, karena atas

curahan Rahmat dan Karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini

dengan baik.

Sholawat beserta salam semoga selamanya tercurah limpahkan kepada

baginda alam yakni Kanjeng Nabi Muhammad SAW.

Makalah yang berjudul “Manusia dan Agama” ini penyusun buat untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan agama islam.

Terimakasih penyusun ucapkan kepada semua pihak yang telah berperan

dalam pembuatan makalah ini, khususnya guru mata pendidikan agama islam dan

teman-teman seperjuangan, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Orang bijak mengatakan “tiada gading yang tak retak”, sehingga makalah

ini pun masih jauh dari kesempurnaan, karena mengingat terbatasnya waktu dan

pengetahuan yang penyusun miliki. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat penyusun harapkan guna perbaikan pembuatan makalah dimasa

yang akan datang.

Akhirnya, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca sekalian.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Jakarta, 2012

Penyusun....

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-------------------------------------------------------------------------2

DAFTAR ISI------------------------------------------------------------------------------------3

BAB I PENDAHULUAN---------------------------------------------------------------------4

1.1 Latar Belakang---------------------------------------------------------------------------4

1.2 Manfaat dari Tema----------------------------------------------------------------------5

BAB II PEMBAHASAN---------------------------------------------------------------------6

2.1 MANUSIA DAN ALAM SEMESTA------------------------------------------------6

2.1.1 Definisi Manusia----------------------------------------------------------6

2.1.2 Nama-nama Manusia Dalam Al-Quran--------------------------------7

2.1.3 Pengetian Qalbu, Ruh, Nafsu dan Aakal------------------------------9

2.1.4 Misi dan Fungsi Penciptaan Manusia--------------------------------11

2.1.5 Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Sains dan Al Quran--12

2.2 AGAMA--------------------------------------------------------------------------------16

2.2.1 Arti dan Ruang Lingkup Agama--------------------------------------16

2.2.2 Jenis-jenis Agama-------------------------------------------------------18

2.2.3 Fitrah Manusia terhadap Agama--------------------------------------21

2.2.4 Konsistensi Keagamaan------------------------------------------------23

BAB III PENUTUP---------------------------------------------------------------------------25

3.1 Kesimpulan-----------------------------------------------------------------------------25

DAFTAR PUSTAKA------------------------------------------------------------------------26

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjawab pertanyaan "mengapa manusia mesti beragama?", banyak

hal yang bisa kita utarakan dalam menjawabnya, dan tentunya tidak mungkin untuk

kita   sebutkan semuanya di sini. Jawaban yang paling sesuai untuk dipaparkan demi

menjawab pertanyaan yang mendasar ini adalah jawaban yang   mendasar pula, yang

berpulang kepada hakikat manusia itu sendiri.

Allah berfirman dalam AlQuran surat Ar Rum (30) ayat 30 :

“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah

atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada

perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia

tidak mengetahui”.

Fitrah menurut ayat diatas adalah dasar penciptaan manusia, sifat pembawaan

manusia sejak ia diciptakan dan merupakan kebutuhan hakiki manusia. Kebutuhan

manusia di bagi dua, yaitu kebutuhan fitrah dan kebutuhan “kebiasaan”. Kebutuhan

fitrah adalah kebutuhan hakiki setiap manusia, seperti kebutuhan berkeluarga, rasa

ingin memiliki, keingintahuan akan sesuatu dan keinginan mencintai dan dicintai.

Kebutuhan-kebutuhan ini tidak bisa dilepas dari manusia, meskipun generasi

berikutnya dididik khusus agar dalam hidup mereka tidak mengenal kebutuhan-

kebutuhan tersebut. Adapun kebutuhan kebiasaan adalah kebutuhan yang tidak

melekat dengan penciptaan manusia, tetapi akan menjadi kebutuhan manakala

dilakukan berulang-ulang, seperti ken\butuhan akan minuman keras atau ganja,

perlahan-lahan kebutuhan tersebut akan menjadi kebutuhan alamiah, akan tetapi

dengan usaha intensif kebutuhan-kebutuhan itu dapat ditinggalkan, bahkan dapat

mendidik generasi berikutnya untuk tidak pernah mengenal sedikitpun kebutuhan-

kebutuhan tersebut. 

Islam sebagai agama adalah kebutuhan fitrah yang akan melekat terus dalam

kehidupan manusia. Fitrah manusia yang membutuhkan agama, digambarkan Allah

4

dengan suatu perjanjian antara Allah dengan manusia jauh sebelum manusia dialam

rahim, atau tepatnya di alam ruh :

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari

sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya

berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau

Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari

kiamat kamu tidak mengata- kan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-

orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (7:172)

1.2 Manfaat dari Tema

1. Memberikan pemahaman tentang arti dan proses penciptaan alam semseta,

2. Memaparkan tentang nama-nama manusia di dalam Al-Quran,

3. Menjelaskan pengertian ruh, jiwa (nafs), akal, qalbu dan hawa nafsu,

4. Menjelaskan tentang kenapa manusia diciptakan,

5. Memberikan pemahaman tentang arti dan ruang lingkup agama,

6. Memaparkan tentang jenis-jenis agama, dan

7. Menjelaskan fitrah manusia terhadap agama dan konsistensi keagamaan.

5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 MANUSIA DAN ALAM SEMESTA

2.1.1 Definisi Manusia

Pertanyaan mengenai pengertian manusia dan konsepsinya

merupakan sesuatu yang cukup rumit. Hal tersebut disebabkan

panginterpretasian terhadap manusia itu sendiri oleh manusia

dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang. Sebagian besarnya

menyatakan bahwa manusia itu pada dasarnya adalah hewan, 

namun Islam dan Al Quran sebagai kitabnya tidak menggolongkan

manusia sebagai hewan, selama manusia tersebut menggunakan

apa yang telah Tuhan karuniakan kepadanya.

"… Mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan

untuk memahami (ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak

dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), punya

telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia)

yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih

rendah (lagi) dari binatang." (QS 7:179) 

Al Quran memiliki beberapa istilah untuk menggambarkan

manusia. Beberapa di antaranya yang terdapat di dalam Alqur’an

adalah bahwa manusia disebut sebagai al-insan (QS 76:1), an-nas

(QS 114:1), basyar (QS 18:110), bani adam (QS 17:70). Dari istilah

itu semua, sebuah studi isi Al Quran dan Hadits menyebutkan

bahwa manusia (al-insan) adalah makhluk ciptaan Allah yang

memiliki potensi untuk beriman kepada Allah dan dengan

mempergunakan akalnya mampu memahami dan mengamalkan

wahyu serta mengamati gejala-gejala alam, mempunyai rasa

tanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak.

6

Hakikat manusia menurut Islam terdiri dari dua unsur, yaitu

unsur fisik (materi) yang berupa tubuh dan unsur nonfisik

(immateri) yang berupa roh, hal tersebut sesuai dengan yang

diungkapkan Alqur’an (QS 23:12-14, 32:7-9) dan haditis yang

berbunyi :

"Sesungguhnya, setiap manusia dikumpulkan kejadiannya

dalam perut ibunya selama empat puluh hari sebagai nuthfah (air

mani), empat puluh hari sebagai ‘alaqah (segumpal darah), selama

itu pula sebagai mudhghah (segumpal daging). Kemudian Allah

mengutus malaikat untuk meniupkan roh ke dalam tubuh manusia,

yang berada dalam rahim itu" (HR Bukhari dan Muslim) 

2.1.2 Nama-nama Manusia Dalam Al-Quran

Manusia dalam kitab suci Al-Qur’an disebut dengan lima macam istilah:

basyar, Bani Adam, ins, nas dan insan. Dalam berbagai kamus dan Kitab Tafsir Al-

Qur’an, istilah-istilah tersebut sering dianggap sama. Tetapi bila diperhatikan secara

seksama, terutama dalam siyak Qur’aninya, akan terlihat bahwa masing-masing

memiliki makna konotatif yang berbeda satu sama lain.

1. Basyar dan Bani Adam

Kata basyar disebut dalam Al Quran sebanyak 35 kali, 25 di antaranya

berkaitan dengan sifat-sifat manusiawi (basyari) yang dimiliki oleh para nabi dan

rasul serta umat mereka. Dua di antara sifat-sifat tersebut yang secara eksplisit

disebut dalam Al Quran adalah makan makanan dan berjalan di pasar-pasar. Selain

itu juga disebut tentang kejadiannya dari tanah liat yang berasal dari lumpur hitam

yang diberi bentuk. Dan ini berbeda dengan kejadian jin yang diciptakan dari api

yang sangat panas..

Dengan demikian kata basyar itu digunakan oleh Al Quran sebagai nama

jenis makhluk atau species, menurut istilah Biologi, yang memiliki sifat-sifat

biologik yang berbeda dengan jin. Karena itu para nabi dan rasul serta umat mereka

7

masing-masing adalah manusia biasa (basyar), bukan manusia luar biasa (super hu-

man), jin, atau pun malaikat.

Lantas, termasuk species manakah manusia yang disebut basyar dalam Al

Quran itu? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut perlu dikemukakan lebih dahulu

bahwa menurut Al Quran, basyar itu adalah makhluk yang dicipta dari tanah liat

yang berasal dari lumpur hitam yang diberi bentuk, dan kemudian disempurnakan

oleh Allah dengan meniupkan ruh-Nya kepadanya. Setelah itu Allah menyuruh para

malaikat untuk bersujud kepadanya, dan semuanya mematuhi perintah itu kecuali

iblis, karena dia merasa tidak sepantasnya menyembah makhluk yang dicipta dari

bahan baku yang lebih hina. Dan itulah basyar pertama yang dicipta oleh Allah.

Kisah tentang basyar pertama yang diungkapkan dalam Al Quran Surat 15:27-33 ini

ternyata sejalan dengan kisah yang diungkapkan dalam Al Quran Surat 2:30-34, di

mana Allah menggunakan sebutan Adam dan sebutan fungsionalnya, khalifah.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa basyar pertama itu tidak lain adalah

Adam yang mengemban tugas khilafah di muka bumi. Oleh karena itu pendapat

orang yang mengatakan bahwa Adam adalah Abul-Basyar (bapak umat manusia) ada

benarnya juga.

Dalam kaitannya dengan pertanyaan di atas, perlu dijelaskan bahwa Al Quran

juga memakai istilah Bani Adam, yang berarti anak cucu atau keturunan Adam,

untuk menyebut manusia setelah Adam, termasuk umat Muhammad saw. Bila para

ahli Biologi menyebut manusia sekarang termasuk species Homo Sapiens, berarti

Adam atau basyar pertama itu adalah homo sapiens pertama, bukan species Homo

Neanderthalensis, Homo Erectus, Homo Cromagnon, atau Homo-homo lain

sebelumnya.

2. Ins, Nas dan Insan

Selain basyar dan Bani Adam, Al Quran juga menggunakan istilah-istilah ins

dan nas. Kata ins senantiasa disebut secara berurutan dengan kata jin sebanyak 19

kali dalam 18 ayat, 14 di antaranya termasuk ayat-ayat Makkiyyah dan 4 lainnya

adalah ayat-ayat Madaniyyah. Sedangkan kata nas disebut dalam Al Quran sekitar

240 kali. Menurut ‘A’isyah binti Syati’ dalam bukunya, kata ins menunjukkan sifat

8

manusia yang tidak liar dan ganas, sedangkan kata jin berarti tersembunyi, penuh

misteri, liar, mengerikan dan sekaligus ganas. Dengan demikian kata ins me-

nunjukkan perbedaan manusia dalam penampilannya dengan jin: manusia adalah

makhluk yang tampak dan tidak menakutkan sedangkan jin adalah makhluk yang

tidak tampak (ghaib) yang mengerikan. Dengan perkataan lain kata ins juga

menunjukkan sifat dari basyar dan Bani Adam. Binti Syati’ juga menyatakan bahwa

kata ins dan insan, yang kedua-duanya berasal dari huruf-huruf alif, nun dan sin,

mempunyai pengertian yang sama sebagai makhluk biologik yang berbeda dengan

jin yang liar atau dengan binatang. Namun sepanjang keterangan Al Quran, antara

ins dan hayawan (binatang) terdapat kesamaan-kesamaan disamping perbedaan-

perbedaan.

Adapun kata nas, menurut Binti Syati’, juga mempunyai pengertian yang

sama dengan Bani Adam, sebagai nama jenis atau species. Ini berarti bahwa manusia

yang disebut nas atau Bani Adam itu tidak berbeda satu sama lain: mereka terdiri

dari laki-laki dan perempuan dan bersuku-suku sehingga satu sama lain dapat saling

kenal-mengenal. Perbedaannya hanyalah pada ketaqwaan mereka terhadap Allah

swt.

2.1.3 Pengetian Qalbu, Ruh, Nafsu dan Aakal

Qalbu, ruh, nafsu dan akal adalah yang jarang dipakai oleh kalangan ulama

sehingga jarang orang yangg mengetahui makna tersebut, maka sulitlah menjelaskan

perbedaan makna dan batasan-batasannya. Kadangkala kita sering memberi makna

yangg keliru terhadap qalbu, roh, nafsu dan juga akal.

1. Qalbu

Qalbu juga disebut hati. Hati ada dua pengertian, yakni hati dalam arti daging

dan hati dalam arti sesuatu yang halus, bersifat ketuhanan.

Hati dalam arti daging adalah sebuah organ tubuh yang tersimpan dan

terlindung tulang belulang yang berada didada disebelah kiri manusia. Pada daging

hati terdapat lubang dan jaringan yang halus. Didalam lubang (rongga) terdapat pula

darah hitam yg menjadi sumber roh, tapi tidak perlu dibahas tentang hati dalam arti

9

daging karena hal itu sudah dibahas secara terperinci dalam ilmu biologi dan

kedokteran.

Makna lain dari hati ialah merupakan sesuatu yang halus, rabbaniyah

(ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian) dan terkait dengan hati jasmani (ditubuh kita).

Hati halus inilah hakikat manusia, hati halus inilah yang mampu mengenal diri

sendiri dan hati halus inilah yang diajak bicara, disiksa, dicela dan dituntut oleh

Tuhan. Hati dlm pengertian ini, mempunyai kaitan dengan jasmani yang menentukan

sifat serta watak manusia yg tampak secara lahiriah.

2. Ruh

Secara umum ruh dapat dipahami sebagai nyawa. Ia berkaitan dengan tubuh

manusia sehingga kita bisa hidup. Namun disisi lain, mengandung sesuatu yang

halus dan gaib. Ruh yang terakhir inilah yang berurusan dengan alam kubur, akhirat

dan Tuhan. Tubuh kita bisa hidup karena ditopang oleh jaringan-jaringan yang halus

dan sistem yang rumit. Didalam tubuh kita terdapat organ jantung yang mengalirkan

darah kesekujur badan melalui urat-urat kecil dan besar. Semua organ tubuh kita

disebut sistem. Jika sistem tidak berjalan seseorang akan mati. Kita bisa hidup

karena ada roh yang tetap sesuai dengan sistemnya. Ruh (nyawa) ibarat lampu, jika

ia hidup tentu dapat memancarkan cahaya. Begitu juga Ruh, jika ia masih berada

dlm tubuh kita masih tetap hidup. Akan tetapi roh dlm pengertian agama adalah

sesuatu yang gaib berkaitan dengan Tuhan. Ruh juga kelak akan dimintai

pertanggung jawaban dihari kiamat. Ruh inilah disiksa dialam kubur atau dineraka.

Ruh pula yang merasakan kebahagian surga karena itu dalam tataran keagamaan, ruh

adalah sesuatu yang sangat rahasia dan sulit dipahami oleh akal. Hanya Allah yang

mengetahuinya. firman Allah SWT "Katakanlah, Ruh itu termasuk urusan Tuhanku.

[QS Al-Isra 85].

3. Nafsu

Ada dua makna tentang nafsu. Pertama, dipahami sebagai sesuatu yang

menghimpun kekuatan, marah dan syahwat pada manusia. Istilah ini sering

digunakan oleh ahli tasawuf dalam menjelaskan tentang qalbu. Mereka memberi

pengertian bahwa nafsu adalah sesuatu yang menghimpun sifat-sifat tercela pada diri

10

manusia sehingga harus ditundukkan agar tidak memiliki sifat buruk. Rasulullah

SAW bersabda "Paling berat musuhmu adalah nafsumu yang berada diantara kedua

lambungmu."[HR Baihaqi dari Ibnu Abbas].

Pengertian kedua : Bahwa nafsu adalah sesuatu yang halus. Secara hakikat, dialah

yang membentuk manusia dan dzatnya. Tetapi nafsu itu disifati dengan sifat-sifat

yang bermacam-macam keadaannya. Jika nafsu itu tenang, menurut perintah-

perintah yang baik, maka disebut nafsu mutmainnah. Nafsu inilah yang dipanggil

oleh Allah SWT "Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan

ridha dan diridhai.[QS Al-Fajr 27-28]. Jika tdk sempurna ketenangannya maka

disebut nafsu lawwamah. Nafsu ini memprotes pemiliknya bila lalai dalam beribadah

kepada Tuhannya. Nafsu ini setingkat lebih rendah dari pada mutmainnah.

Seringkali nafsu lawwamah memunculkan penyesalan jika berbuat jahat. Allah

berfirman "Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).

[QS Al-Qiyamah 2]. Ada satu lagi nafsu yang disebut amarah, yaitu nafsu yang tidak

menghiraukan nasehat dan tunduk kepada dorong-dorongan setan dan hawa nafsu.

Nafsu ini cenderung kepada sesuatu yang buruk dan jahat. Allah berfirman untuk

menceritakan tentang Yusuf as dan istri Al-Aziz: Dan aku tidak menyatakan (dari

kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan...[QS

Yusuf 53].

4. Akal

Istilah akal juga mengandung banyak pengertian. Namun dapat dibedakan

menjadi dua. Secara umum dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan namun dapat

pula sebagai hati yang halus. Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang berilmu, ia

mempunyai akal yang membaur dalam sifat mereka. Karenanya dapat pula diartikan

bahwa akal adalah sifat orang berilmu yang mengetahui tentang sesuatu. Barangkali

inilah yg dimaksudkan sabda Rasulullah "Pertama yang diciptakan oleh Allah adalah

akal." [Allahu'alam].

2.1.4 Misi dan Fungsi Penciptaan Manusia

Marilah kita renungkan dan kita fikirkan dengan hati dan fikiran yang jernih

tentang fungsi manusia dihidupkan oleh Allah SWT di dunia ini.

11

Kita perhatikan firman Allah SWT artinya kurang lebih :

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat : ”Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan khalifah di muka bumi” (2- Al Baqoroh : 30)

Yang dimaksud “Khalifah” adalah Nabi Adam a.s yang menurunkan seluruh

ummat manusia. Jadi setiap manusia, sebagai keturunan Nabi Adam a.s dengan

sendirinya sebagai ahli warisnya dan sekaligus menjadi khalifah Allah di muka

bumi. Secara Adami berarti setiap manusia mempunyai tugas kewajiban dan

tanggung jawab menjalankan kekhalifahan. Sebagai Khalifah Allah di bumi umat

manusia diberi tugas mengatur kehidupan dunia ini agar menjadi kehidupan yang

baik dan benar yang diridloi Allah SWT.

Di dalam menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT di muka

bumi, manusia tidak bebas begitu saja tanpa arah, melainkan harus mengikuti haluan

garis besar dan tujuan pokok yang harus dituju. Antara lain seperti yang telah

ditetapkan di dalam Al-Qur’an Surat no. 51 Adz- Dzaariaat Ayat 56, artinya kurang

lebih :

“Dan tiada Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar supaya mereka

beribadah mengabdikan diri kepada-Ku” (51-Adz Dzaariyat : 56)

Jadi segala perbuatan dan tingkah laku manusia dalam segala keadaan, situasi

dan kondisi yang bagaimanapun, hidup di dunia ini harus diarahkan untuk

pengabdian diri (beribadah) kepada Allah SWT semata-mata karena Allah (Lillah)

sebagai pelaksanaan tugas “LIYA’BUDUUNI”.

2.1.5 Proses Penciptaan Alam Semesta Menurut Sains dan Al Quran

Belasan abad sebelum para ahli menemukan sejumlah teori penciptaan alam

semesta, Al Quran sebagai firman Allah SWT yang diajarkan Nabi Muhammad

SAW telah mengungkapkan dan menyibak rahasia penciptaan alam semseta.

Alquran telah menjelaskan bagaimana alam semesta – bumi dan langit –

diciptakan bagi umat manusia.

12

''Maka apabila langit telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti

(kilapan) minyak." (QS: Ar Rahman: 37)

Sejak dahulu kala, manusia dari masa ke masa selalu mempertanyakan proses

penciptaan alam semesta. Berawal dari pertanyaan sederhana itu, kemudian tercipta

beragam teori tentang penciptaan alam semesta. Di antara beragam teori itu, yang

paling dikenal adalah teori Materialisme dan Teori Ledakan Besar (Big Bang

Theory).

Materialisme merupakan salah satu aliran dalam ilmu filsafat yang

dikembangkan oleh para filosof Yunani Kuno. Materialisme adalah aliran yang

memandang bahwa segala sesuatu adalah realitas, dan realitas seluruhnya adalah

materi belaka. Menurut teori ini, alam semesta sudah ada sejak waktu yang tak

terbatas. Menurut penganut paham materialisme, alam tidak memiliki awal maupun

akhir. Teori ini juga menyakini bahwa alam semesta tidak diciptakan, tetapi ada

dengan sendirinya. Segala sesuatu dalam alam semesta hanyalah peristiwa kebetulan

atau ketidaksengajaan dan bukan merupakan hasil dari sebuah rancangan atau visi

yang disengaja.

Teori ini diagung-agungkan para materialis di abad ke-19, termasuk Ludwig

Freuerbach (1804-1872). Menurut pendapatnya, hanya alamlah yang ada, manusia

juga termasuk alam. Dia menganggap bahwa jiwa ada setelah materi, jadi psikis

manusia merupakan salah satu gejala dari materi yang ada.

Kaum materialis juga mengingkari adanya the ultimate nature of reality (realitas

tertinggi atau Yang Mutlak). Mereka menganggap bahwa doktrin alam semesta yang

digambarkan oleh sains merupakan materialisme sederhana.

Kaum materialis menyatakan bahwa para filosof tidak dapat menambah,

dalam arti memperbaiki pengertian materi yang bersifat deskriptif yang diberikan

para ilmuwan pada masa hidupnya. Paham materialisme ini memiliki beberapa

aliran, yakni; materialisme lama, materialisme modern, serta materialisme

dialektis/historis. Teori materialisme yang sempat diagungagungkan para filsuf dan

ilmuwan Barat dipatahkan oleh Teori Ledakan Besar (Bing Bang Theory). Seiring

13

ditemukannya fakta tentang terjadinya Ledakan Besar oleh seorang Ahli Astronomi

Amerika bernama Edwin Hubble pada 1929, kebenaran Teori Ledakan Besar pun

semakin kokoh.

Teori Ledakan Besar mengungkapkan bahwa alam semesta termasuk bumi

dan isinya itu terbentuk dari sebuah ledakan besar. Teori ini menyatakan adanya

"awal atau permulaan" pada alam semesta yang disebabkan oleh Big Bang. Kalau

alam semesta itu memiliki permulaan, maka tentu saja ada yang menciptakannya

yakni Tuhan, Sang Pencipta semesta alam.

Beberapa puluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1948 seorang peneliti

bernama George Gamov berpendapat, seharusnya ada sisa-sisa radiasi dari hasil big

bang. Tak lama setelah itu, dua orang peneliti bernama Arno Penzias dan Robert

Wilson menemukan sisa radiasi dari Ledakan Besar berupa radiasi latar belakang

kosmik.

Radiasi ini tidak seperti apapun yang berasal dari seluruh alam semesta,

karena luar biasa seragam. Radiasi ini tidak dibatasi dan tersebar merata di seluruh

jagad raya. Ternyata radiasi ini merupakan gema dentuman besar. Berkat penemuan

itu baik Arno Penzias dan Robert Wilson dihadiahi Nobel untuk penemuan besar

mereka.

Pada tahun 1989, National Aeronautics and Space Administration (NASA)

meluncurkan sebuah satelit yang dilengkapi dengan instrumen sensitif Cosmic

Background Emission Explorer (COBE) ke luar angkasa guna mendeteksi radiasi

latar belakang kosmik yang ditemukan oleh Arno Penzias dan Robert Wilson. Hanya

dalam hitungan menit, (COBE) mampu menemukan radiasi latar belakang kosmik.

Sejumlah bukti lainnya yang menunjukkan alam semesta berasal dari sebuah

ledakan besar adalah terdapatnya kandungan Hidrogen dan Helium yang tersebar di

seluruh jagat raya. Jika alam semesta tidak memiliki awal, seharusnya Hidrogen

telah menghilang dari alam semesta ini diakibatkan perubahan atom Hidrogen

menjadi atom Helium.

14

Ini bukti yang ditemukan dari penelitian yang panjang. Akhirnya para

ilmuwan di dunia mengakui kebenaran bahwa alam semesta lahir dari sebuah

ladakan besar yang tentu saja diciptakan keberadaannya.

Belasan abad sebelum para ahli menemukan sejumlah teori penciptaan alam

semesta, Alquran, sebagai firman Allah SWT, yang diajarkan Nabi Muhammad

SAW telah mengungkap dan menyibak rahasia penciptaan alam semesta. Alquran

telah menjelaskan bagaimana alam semesta – bumi dan langit – diciptakan bagi umat

manusia.

Dalam Alquran surat Shaad ayat 27, Allah SWT berfirman,

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara

keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir,

maka celakalah orang-orang itu karena mereka akan masuk neraka.”

Aliran materialisme sangat bertentangan dengan ajaran Alquran. Sebab,

aliran tersebut menyatakan bahawa alam semesta ada tanpa direncanakan dengan visi

tertentu.

Dalam surat Ali Imran ayat 191, Sang Khalik berfirman,

'' (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau

dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

(seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,

Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.''

Al quran menggambarkan penciptaan alam semesta digambarkan dalam

enam masa. “Sesungguhnya Tuhan kamu adalah Allah yang telah menciptakan langit

dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arasy. Dia menutupkan

malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan diciptakanNya pula

matahari, bulan, dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya.

Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Mahsuci Allah Tuhan

semesta alam.

15

Lalu siapa lagi jika bukan Allah yang mampu menciptakan Ledakan Besar

yang indah. Pasalnya hasil Ledakan Besar itu kini tersusun rapi menjadi materi

seperti planet, bintang, galaxi, kluster, dan superkluster di jagad raya.

Ledakan tersebut tidak seperti ledakan bom yang hasilnya hancur berantakan. Maka

Allah menciptakan alam semesta ini tentunya agar diambil hikmahnya bagi manusia.

2.2 AGAMA

2.2.1 Arti dan Ruang Lingkup Agama

  Agama berasal dari bahasa sansekerta yang erat hubungannya dengan

agama hindhu-budha. Akar dari kata agama adalah ‘gam’ yang mendapat awalan a

dan akhiran –a menjadi a-gam-a. awalan I menjadi i-gam-a atau awalan u menjadi u-

gam-a. Dalam bahasa bali arti dari agama artinya Tatacara, peraturan, upacara,

hubungan manusia dengan raja. Igama artinya Tatacara, peraturan, upacara,

hubungan dengan dewa-dewa. Ugama artinya Tatacara, peraturan, upacara,

hubungan dengan manusia. Dapat diartiakan agama ialah tradisi atau kebiasaan.

Namun dalam agama islam tidak berasal dari tradisi tapi dari Allah melalui wahyu-

wahyunya, mengatur tatahubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya

sendiri dengan manusia lain dalm masyarakat seta lingkungannya. Jadi agama adalah

kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan

Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan dan membentuk sikap hidup

manusia menurut atau berdasarkan agama itu.

Dalam menghadapi perbedaan-perbedaan dikalangan masyarakat majemuk

karena beragam agama di tanah air, sikap kita sepatutnya adalah “agree in

disagreement”, sikap setuju hidup (bersama) dalam perbedaan. Agama merupakan

bagian penting dalam kehidupan manusia. Agama berkaitan dengan kepercayaan-

kepercayaan, keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan dan alam gaib, pengaturan

tentang upacara-upacara ritual, serta aturan –aturan dan norma – norma yang

mengikat para penganutnya.

16

Masalah ketuhanan merupakan dasar yang paling penting dalam agama.

Berkaitan dengan masalah ketuhanan dan hal-hal yang gaib ini, dalam

perkembangan pemikiran manusia telah muncul berbagai pandangan antaralain

Dinamisme, Animisme, Politeisme, dan monotheisme. Dinamisme adalah

kepercayaan terhadap kekutan-kekuatan gaib yang dimiliki oleh benda – benda

tertentu. Hal ini merupakan kepercayaan masyarakat primitif. Tujuan manusia yang

mempunyai paham dinamisme ini adalah mempunyai kekuatan sebanyak-banyaknya

melalui benda-benda tertentu. Kepercayaan primitif ini tidaklah hiang begitu saja,

tetapi berkembang dan hidup pada situasi dan kondisi tertentu. Ia merupakan

keyakinan yang pada saat tertentu. Manusia dapat kembali kepada kepercayaan

tersebut, walaupun bentuk – bentuk benda dan barang lainnya berubah – ubah.

Misalnya kepercayaan pada tuah yang terdapat pada krisis dikalangan masyarakat

tertentu, tidak terkecuali pada masyarakat modern sekarang ini.

Animisme adalah kepercayaan masyarakat primitive lain sebagai

perkembangan dari ajaran animisme. Kepercayaan ini berpendapat bahwasemua

benda, baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa mempunyai roh yang

tersusun dari suatu zat atau materi yang halus, Roh ini mempunyai kekuatan dan

kehendak, bias merasa senang dan marah. Jika roh ini marah maka akan melahirkan

malapetaka, karena itu manuusia harus mencari keridhoannya dengan member

makan atau pengorbanan dengan mengadakan pesta-pesta tertentu.

Dari animisme berkembang menjadi politeisme, yaitu roh-roh atau yang

mempercayanya dalam animisme lebih mempunyai bentuk dan sifat yang jelas.

Dalam politeisme dewa-dewa mempunyai kepribadian, misalnya sang surya

kepribadiannya member cahaya. Dalam politeisme sesuatu yag misterius segera di

dewakan apapun bentuknya, bias dalam bentuk benda nyata ataupun pikiran. Jadi

politeisme dapat muncul dalam masa manapun termasu masa modern saat ini.

Selanjutnya para pemikir sekuler memandang agama sebagai bentuk

keterpaksaan dari suatu individu atau masyarakat sehingga agama dijadikan suatu

kebutuhan yang bersifat sementara. Mereka menyebut bahwa agama tumbuh dan

berkembang sebagai akibat dari suatu keadaan tertentu yang menimpa individu atau

masyarakat. Misalnya, agama tumbuh akibat adanya rasa takut sedangkan individu

17

ataupun masyarakat membutuhkan perlindungan dari sesuatu yang menakutkan

tersebut. Agama juga tumbuh dan berkembang manakala masyarakat menginginkan

keteraturan dalam kehidupan mereka.

Agama dipandang sebagai dorongan-dorongan antara apa yang ada dalam

diri individu dan interaksi dengan lingkungan dikuar dirinya.

Freud memandang agama sebagai sesuatu yang berasal dari ketidakmampuan

manusia menghadapi kekuatan alam diluar diri dan juga kekuatan instin dari dalam

diri. Oleh karena itu agama di pandang sebagai kebutuhan sesaat, pada waktu orang

berada dalam ketidakberdayaan.

Carl Gustav Jung bahwa hakekat dari pengalaman agama adalah

ketundukaan pada kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan diri kita sendiri.

Agama menurutnya menahan dan mengontrol subjek manusia yng menjadi korban

penciptaanya. Bahwa agama meerupakan fenomena yang lahir dari ketidaksadaran.

Adapun ruang lingkup agama sebagai sistem nilai meliputi tiga persoalan

pokok :

Pertama, tata keyakinan atau credial, yaitu bagian dari agama yang paling

mendasar berupa keyakinan akan adanya sesuatu kekuatan yang supranatural, Dzat

Yang Maha Mutlak diluar kehidupan manusia.

Kedua, tata peribadatan atau ritual, yaitu tingkah laku dan perbuatan-

perbuatan manusia dalam berhubungan dengan dzat yang diyakini sebagai

konsekuensi dari keyakinan akan keberadaan Tuhan.

Ketiga, tata aturan,kaidah-kaidah atau norma-norma yang mengatur hubungan

manusia dengan manusia, atau manusia dengan alam lainnya sesuai dengan

keyakinan dan pribadatan tersebut.

2.2.2 Jenis-jenis Agama

Agama yang ada di dunia ada dua jenis yaitu:

1. Agama Samawi => adalah agama yang turun dari langit seperti majusi,

yahudi, nasrani dam islam.

18

2. Agama Ardhi => adalah agama yang diciptakan oleh manusia seperti

budha, hindu, konghuchu.

Agama yang ada di Indonesia

1. Agama Islam

Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,

dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim

dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Sedangkan

di wilayah timur Indonesia, persentase penganutnya tidak sebesar di kawasan barat.

Sekitar 98% Muslim di Indonesia adalah penganut aliran Sunni. Sisanya, sekitar dua

juta pengikut adalah Syiah (di atas satu persen), berada di Aceh.

Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan mencerminkan

keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut kedalam kultur. Pada abad ke-12,

sebagian besar pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan

Kalimantan. Hindu yang dominan beserta kerajaan Budha, seperti Majapahit dan

Sriwijaya, mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke

Islam. Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke

Bali, sebagian Jawa dan Sumatera. Dalam beberapa kasus, ajaran Islam di Indonesia

dipraktikkan dalam bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan Islam daerah

Timur Tengah.

Ada pula sekelompok pemeluk Ahmadiyah yang kehadirannya belakangan

ini sering dipertanyakan. Aliran ini telah hadir di Indonesia sejak 1925. Pada 9 Juni

2008, pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah surat keputusan yang praktis

melarang Ahmadiyah melakukan aktivitasnya ke luar. Dalam surat keputusan itu

dinyatakan bahwa Ahmadiyah dilarang menyebarkan ajarannya.

2. Agama Kristen protestan

Diperkenalkan pertama kali oleh bangsa belanda

Malukulah daerah mula penyebarannya

19

Gerejanya diberi nama sesuai dengan daerah penyebarnnya mis gereja

jawa atau HKBP ( Huria Kristen protestan batak )

Wakilnya di Indonesia disebut Dewan Gereja Indonesia ( DGI )

Hari raya natal adalah peringatan kelahiran yesus kristus

Hari Raya paskah adalah kebangkitan yesus kristus tepat hari minggu 3

hari setelah waftanya.

3. Agama Kristen Katolik

Tokoh yang terkenal sebgai penyebarnya adlah Fransiscuc Xaverius

Misinya selain menyebarkan agama adalah membangun sekolah dan

rumah sakit tersebar di Indonesia

Pusatnya di Vatikan, Roma

Pemimpin gereja katolik di Vatikan disebut Paus

Pemimpin gereja katolik di Indonesia disebut Uskup

Wakilnya di Indonesia disebut Majelis Agung WAli Gereja Indonesia

( MAWI )

Hari raya natal adalah peringatan kelahiran yesus kristus

Hari Raya paskah adalah kebangkitan yesus kristus tepat hari minggu 3

hari setelah waftanya.

4. Agama Hindu

Berasal dari India

Masuk Indonesia sekita abad 5 Masehi

Pemeluknya banyak di Bali

Kerajaan yang terkenal adalah kerajaan Majapahit

Rajanya yang terkanal adalah hayam wuruk dengan patih gajah mada

20

Kitab suci Weda

Tempat ibadah pura

Candi hindu terbesar adalah prambanan di jateng

Hari Raya Nyepi merupakan peringatan tahun saka

Pada hari raya nyepi tidak boleh menyalakan api, makan, minum, dan

melakukan aktivitas keduniaan

Hari raya galungan diperingati setiap 6 bulan sekali

Galungan merupakan hari terciptanya alam semesta oleh sang hyang

widi ( tuhan YME )

Masih ada hari raya lain yaitu kuningan, saraswati, dan pangerwesi

5. Agama Budha

Berkembang pada abad 7 Masehi

Pada zaman kerajaan Sriwijaya

Kitab sucinya Tripitaka

Pembawanya Sidharta Gautama

Candi yang terkenal candi Borobudur

Hari raya Waisak dirayakan tiap bulan mei saaat terang bulam

Waisak adalah untuk memperingati kelahiran pangeran sidhrta Gautama,

kemudian menjadi sang budha gautama, sang budha gautama

memperoleh kesepurnaan hidup, dan untuk memperingati wafatnya sang

budha gautama

Pada hari raya ini umat budha memberikan penghargaan pada biksu dan

wihara.

2.2.3 Fitrah Manusia terhadap Agama

21

Pada hakekatnya, dalam diri manusia ada fitrah untuk senantiasa berbuat baik

dan menjauhkan diri dari perbuatan jahat. Nurani manusia selalu merindukan

kedamaian dan ketenangan. Jauh di dalam lubuk hati manusia, pada dasarnya selalu

ada kerinduan untuk terus menerus mengikuti jalan agama yang benar. Inilah fitrah

manusia yang sesungguhnya, fitrah yang diajarkan Islam.

Maka ketika manusia tergelincir berbuat kejahatan yang menghinakan dirinya

serta menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan agamanya, Allah mengingatkan

mereka melalui firmannya. Dalam Q. S. al-Rum: 30 ditegaskan: “Maka hadapkanlah

wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah

menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.

(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Rasulullah saw. melalui salah satu hadisnya juga menyebutkan bahwa pada dasarnya

setiap anak manusia dilahirkan dalam keadaan suci, tak bernoda. Rasul menegaskan:

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci. Maka tergantung pada kedua orang

tuanyalah yang menjadikan anak seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi”.

Dari dua landasan teologis di atas, jelaslah bahwa dalam diri manusia ada potensi

bersih dan suci. Prinsip kebaikan ini diakui oleh seluruh umat manusia, sedangkan

kejahatan akan senantiasa mengantarkan manusia menuju kehinaan dan

kesengsaraan.

Ironisnya, banyak di antara kita yang melupakan fitrah insaniyah

(kemanusiaan) kita. Sebagian besar kita justru dipengaruhi, bahkan dikuasai oleh

nafsu. Kita menjadikan nafsu sebagai ilah (tuhan) dalam kehidupan ini. Padahal

Allah SWT secara tegas mengecam para budak ‘nafsu’ dengan firman-Nya:

“Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya

sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? atau

apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.

Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat

jalannya.” (Q.S. Al-Furqan: 43-44)

Betapa nista dan hinanya gelar yang disematkan Allah SWT kepada para

pemuja nafsu. Mereka diibaratkan seperti binatang, bahkan jauh lebih hina dari

22

binatang tersebut. Dan jelas, tempat yang telah disiapkan bagi mereka adalah neraka

Jahannam (Q. S. Al-A’raf: 179)

Bagi manusia yang masih sadar akan eksistensi kemanusiaannya, tentu ia

tidak mau direndahkan derajatnya, ia akan mempertahankan fitrah kemanusiaannya.

Bahkan, ia akan selalu berusaha meningkatkan derajat serta kualitas

kemanusiaannya. Tetapi bagi mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh

dekapan nafsu, ia akan terlena dan terbuai, tidak memedulikan lagi fitrah

kemanusiaannya yang suci. Ia akan terlelap dalam bisikan nafsu, sampai akhirnya

maut datang menjemputnya. Na’udzubillahi min dzalik.

Semoga kita termasuk manusia-manusia yang senantiasa menjaga fitrah

insaniyah kita, menyadari eksistensi kemanusiaan kita, sehingga mengarungi hidup

dan kehidupan di dunia ini selalu berada dalam bimbingan wahyu Ilahi. Amin

2.2.4 Konsistensi Keagamaan

Langkah-langkah Untuk membentuk sikap konsisten di antaranya:

Pengenalan, seseorang harus mengenal dengan jelas agama yang dipeluknya

sehingga dapat membedakan dengan agama yang lain, hal ini dapat dilakukan

dengan mengetahui cirri-ciri pokok dan cabang yang terdapat dalam sebuah agama

tersebut.

Pengertian, agama yang dipeluk pasti mempunyai landasan yang kuat,tempat

dari mana seharusnya kita memandang suatu ajaran diajarkan menpunyai faedah

untuk mempertahankan upaya-upaya dari pengacauan dari orang lain.ia juga dapat

menyiarkan ajaran agamanya dengan baik.

Penhayatan, penghayatan dari suatu agama lebih tinggi nilainya daripada

sekedar pengertian ajaran yang hidup dalam jiwa dan menjadi sebuah kecenderungan

yang instingtif mencerminkan tumbuhnya sebuah kesatuan yang tak terpisahkan

antara agama dan kehidupan interaksi seseorang terhadap agama tidak hanya dengan

pikiranya tetapi juga dengan hatinya.

23

Pengabdian, seseorang yang tidak punya ambisipribadi dalam mengamalkan

ajaran agamanya akan dapat memasuki pengabdian yang sempurna.kepentingan

hidupnya adalah kepentingan agamanya,tujuan hidupnya adalah tujuan

agamanya,dan warna agamanya adalah warna agamanya.pengabdian ini akan

menjelaskan pengamalan cara-cara ibadah tertentu (ritual, mahdhah)dan meletakkan

seluruh hidupya ke bawah pengabdianya kepada tuhanya (gair mahdah).

Pembelaan, apabila kecintaan manusia terhadp agamanya sangat tinggi maka

tidak ada lagi perintang yang menghalangi laju jalan agamanya.rintangan agama

adalah rintangan terhadap agamanya sendiris sehingga dirinya akan melakukan

pembelaan.ia rela mengorbankan apa sajayang ada pada dirinya.demi nama baik dan

keagungan agama yang di peluk.ini di sebut jihat,suatu sikap yang sungguh-sungguh

dalam menbela agamanya.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia

sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam

hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia

untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah (Sunnatullah) yang

terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al Quran,

menyeimbangkan antara dunia dan akherat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan

bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan

agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

24

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir akan

tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga dibutuhkan oleh

manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut

agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang

mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon

pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama.

Agama sangatlah penting dalam kehidupan manusia karena Agama :  

a. Sumber moral,  

b. Merupakan petunjuk kebenaran,

c. Merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika, dan

d. Memberikan bimbingan rohani bagi manusia, baik di kala suka

maupun dikala duka.

25

26

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com

27