MAKALAH PAI 2 KEL.6

75
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari- oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah- tengah kehidupan masyarakat. Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan duniawi yang harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau kemaslahatan yang lebih besar. Kesehatan, kedokteran dan 1

description

-

Transcript of MAKALAH PAI 2 KEL.6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat.

Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan duniawi yang harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau kemaslahatan yang lebih besar. Kesehatan, kedokteran dan semacamnya sudah menyangkut kepentingan umum yang dalam pandangan Islam merupakan kewajiban kolektif (fardu kifayah) bagi kaum Muslimin. Dalam pandangan agama, sehat belum tentu lebih baik daripada sakit, begitu pula sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan dua kondisi yang sama-sama memiliki potensi untuk mendapat label baik atau buruk. Jika manusia bisa mendapat pahala atau dosa dari kondisi sehatnya, maka ia juga bisa mendapatkan pahala atau dosa dari kondisi sakitnya. Di situlah sebetulnya fokus pandangan agama mengenai sehat dan sakit. Selebihnya dari itu, merupakan pengembangan dari prinsip-prinsip moral.

Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa yang bisa dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak daripada yang apa yang bisa dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad, berdakwah dan membangun peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang kondusif. Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan faktor yang cukup menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan.

Namun demikian, posisi kesehatan tetap sebagai sarana, bukan tujuan. Tujuan agama adalah tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan itu sendiri. Maka, oleh karena itu, dalam sabda-sabda Rasulullah dapat dengan mudah kita temukan janji-janji manis untuk orang-orang yang sakit: bahwa penyakit merupakan penghapus dosa dan mesin pahala yang besar.Dengan demikian, maka jelas sekali bahwa agama mengajarkan hidup sehat, meskipun di balik itu, yang jauh lebih ditekankan oleh agama adalah bagaimana menggunakan kesehatannya itu untuk sesuatu yang baik. Kondisi terbaik yang paling diimpikan oleh agama bagi kehidupan masyarakat adalah kebaikan dalam kesehatan. Oleh karena pentingnya kesehatan dalam agama islam, maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai promosi kesehatan dalam perspektif agama islam.1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :

a. Apa konsep sehat dan kesehatan menurut WHO, Undang-Undang dan agama Islam ?b. Apa konsep dari promosi kesehatan ?c. Apa konsep dari promosi kesehatan dalam perpektif agama islam ? d. Apa konsep-konsep dalam agama islam dalam menuju kesehatan ?e. Bagaimanakah promosi kesehatan dalam perspektif islam ?f. Bagaimanakah aplikasi kegiatan dakwah sebagai media promosi kesehatan dalam agama islam ?1.3 Tujuan dan Manfaata. Memberikan pengetahuan mengenai konsep sehat menurut WHO, Undang-Undang dan Agama Islam.b. Memberikan pengetahuan mengenai konsep promosi kesehatan.c. Memberikan pengetahuan mengenai konsep promosi kesehatan dalam perspektif agama Islam.d. Memberikan pengetahuan mengenai konsep dalam agama islam dalam menuju kesehatan. e. Memberikan Pengetahuan mengenai promosi kesehatan dalam perpektif islam.f. Memberikan pengetahuan mengenai aplikasi kegiatan dakwah sebagai media promosi kesehatan dalam agama islam.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sehat Dan Kesehatan2.1.1 Menurut WHOWHO menyatakan sehat adalah sesuatu keadaan jasmaniah, mental dan sosial yang baik, tidak hanya tidak berpenyakit atau cacat (Health is state of complete physical, mental and social well being, not merely the absence of disease of infirmity). 2.1.2 Menurut Undang-UndangDalam Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, definisi kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. 2.1.3 Menurut IslamDalam musyawarah pada tahun 1983, MUI merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmani, ruhaniah dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunanNya) dan memelihara dan mengembangkannya.Kesehatan merupakan hal utama dalam ajaran Islam yang banyak terdapat pada ayat Al-Quran dan hadist terkait dengan kesehatan. Salah satu contohnya adalah wahyu kedua yang dibawakan Jibril, yaitu Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir. Wahyu tersebut belum mengenai shalat, puasa dan zakat, tetapi perintah untuk berdakwah dan mengenai kesucian (kebersihan) dan menjauhi kekotoran. Berikut bunyi Ayat 1-5 Surat Al Mudatstsir :

Artinya: Hai orang yang berselimut, bangkitlah lalu beri peringatan!, Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu sucikanlah dan tinggalkanlah segala macam kekotoran/dosa (QS Al Muddatstsir; 74:1-5)

Pada ayat diatas dapat disimpulkan bahwa kebersihan merupakan pangkal kesehatan dan kebersihan merupakan sebagian dari iman apabila menjalankan ajaran tersebut. Oleh karena itu, pada umumnya kebersihan merupakan salah satu kewajiban yang selalu diperintahkan Nabi Muhammad SAW kepada para pengikutnya dan dijadikan dasar dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dian Mohammad Anwar dari Foskos Kesweis (Forum Komunikasi dan Studi Kesehatan Jiwa Islami Indonesia), pengertian kesehatan dalam Islam lebih kepada pengertian yang terkandung dalam kata afiat. Konsep sehat dan afiat itu mempunyai makna yang berbeda karena masing- masing kata tersebut mewakili makna yang terkandung dalam kata yang tidak disebut. Dalam kamus bahasa arab, sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota badan dan afiat diartikan sebagai perlindungan Allah SWT untuk hamba- Nya dari segala macam bencana dan tipu daya. Dengan demikian makna afiat dapat diartikan sebagai berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya.

Sesuai dengan Sunnah Nabi, maka umat Islam diajarkan untuk senantiasa mensyukuri nikmat kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT yang merupakan nikmat terbesar yang harus diterima manusia dengan rasa syukur. Bentuk syukur terhadap nikmat Allah SWT karena telah diberi nikmat kesehatan adalah senantiasa menjaga kesehatan. Untuk memahami sehat secara Islami, ada beberapa terminologi yang berkaitan dengan potensi manusia yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu:1. Al- jasadu, yaitu fisik manusia yang tersusun dari jaringan- jaringan tubuh seperti tangan, kaki, kepala dan lain sebagainya.2. Ar- ruh, yaitu sesuatu yang ditiupkan ke dalam badan manusia setelah berumur tiga kali empat puluh hari.3. An- nafs, yaitu sebutan dari ar- ruh apabila telah bersatu dengan badan / jasad manusia.4. Al - aql, yaitu alat untuk berfikir atau memahami sesuatu.5. Al- qalbu, a. Dengan pendekatan secara jasmani mengandung arti jantungb. Dengan pendekatan secar ruhaniah mengandung arti hati nurani. Al-qalbu merupakan potensi dalam diri manusia yang terpenting karena mempunyai hubungan dengan al-jasad, an-nafs dan al-aql. Semua potensi yang ada pada manusia tersebut harus dimanfaatkan sebagai manifestasi khalifah di muka bumi yang mempunyai fungsi membangun dan memelihara alam.2.2 Konsep Promosi KesehatanPromosi berasal dari kata to promote yang berarti meningkatkan. Menurut Notoatmodjo (2005) yang mengutip pendapat Lawrence Green (1984) merumuskan definisi sebagai berikut: Promosi Kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

Istilah Promosi Kesehatan dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 dan dikenal sebagai Ottawa Charter yang merupakan suatu piagam dengan membahas mengenai Promosi Kesehatan. Promosi kesehatan menurut WHO didefinisikan sebagai Health promotion is the process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health (dimuat dalam The Bangkok Charter). Promosi Kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual yang berkaitan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat. (wikipedia, 2013)Selain itu, promosi kesehatan juga berarti upaya yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan) dalam upaya kesehatan yang komprehensif. Promosi kesehatan, selain menekankan pentingnya pendekatan edukatif yang selanjutnya akan digunakan sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat, juga perlu dilakukan upaya advokasi dan social support.

2.2.1 Model Promosi Kesehatan

Terdapat banyak cara untuk memulai atau mengimplementasikan program promosi kesehatan. Cara yang dianggap paling baik adalah cara yang berdasarkan pada kerangka kerja secara teoritis. Kebanyakan strategi promosi kesehatan menggunakan lebih dari satu teori didalam pengembangan sebuah rencana intervensi (Nutbeam dan Harris, 1998). Dari sekian banyak teori dalam promosi kesehatan, disini hanya diulas 3 model dalam promosi kesehatan yang sering digunakan, yakni model Precede-Proceed, model intervention mapping, dan model lima tahap (five-stage model). A. Model Precede-Proceed ( Green & Kreuter, 1999) Didalam perencanaan intervensi promosi kesehatan yang paling komprehensif yang digagas oleh Green dan Kreuter(1999), model PRECEDE-PROCEED, beberapa faktor penentu perilaku diuraikan, termasuk faktor penentu (predisposing),faktor pemungkin (enabling), dan faktor penguat (reinforcing). Model ini terdiri dari sembilan fase yang komprehensif untuk merencanakan sebuah intervensi promosi kesehatan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, model ini memiliki sembilan fase, dimana lima fase yang pertama adalah fase Diagnosis, yang terdiri dari:

1. Diagnosis sosial terhadap kebutuhan, keinginan, sumber daya dan penghalang dari individu di dalam masyarakat yang disasar, 2. Diagnosis epidemiologi dari masalah kesehatan,3. Diagnosis perilaku dan lingkungan terhadap faktor perilaku dan lingkungan secara spesifik untuk tujuan program, 4. Diagnosis Pendidikan dan organisasis terhadap kondis penentu, pemungkin dan penguat yang dapat secara cepat berpengaruh terhadap perilaku, 5. Diagnosis terhadap kebijakan dan administrasi terhadap sumber daya yang dibutuhkan dan yang tersedia didalam organisasi, sebagaimana juga penghambat dan pendukung yang tersedia didalam organisasi dan masyarakat. 6. Implementasi7. Proses evaluation8. Impact Evaluation9. Outcome Evaluation

Fase ke-6 hingga 9 dari model PRECEDE-PROCEED adalah pelaksanaan dan evaluasi (proses, dampak dan hasil). Evaluasi proses dimulai sesaat implementasi berjalan, agar dapat mendeteksi secara dini masalah sehingga dapat segera diperbaiki. Saat implementasi berlangsung, perencana mulai mengevaluasi secara sistematis terhadap efek program yang diharapkan. Pada awalnya efek atau dampak langsung dievaluasi, dalam rangka untuk menentukan bagian mana dari program yang memerlukan modifikasi. Pada akhirnya, saat melewati waktu yang dibutuhkan, tujuan akhirnya adalah pada menilai efek dari implementasi terhadap kesakitan, kematian dan kualitas hidup. Tahap evaluasi seperti ini memungkinkan para perencana untuk melihat bagiaan mana yang berhasil dan bagian mana yang tidak berhasil.

B. Pemetaan Intervensi (Intervention mapping)

Pemetaan intervensi merupakan model yang didasarkan pada teori, juga menyediakan para perencana promosi kesehatan sebuah kerangka kerja untuk pengmbilan keputusan didalam semua tahapan dari perencaan intervensi, implementasi dan evaluasi. Ada lima langkah utama didalam pemetaan intervensi ini. Setiap langkahnya melibatkan beberapa tugas. Penyelesaian sebuah tugas dari setiap langkah akan menjadi panduan untuk langkah berikutnya. Proses dari satu langkah ke langkah selanjutnya tidak harus bergerak secara linier. Dalam praktiknya, langkah-langkahnya cenderung serupa, dan bergerak dari satu langkah ke langkah lainnya sebanyak yang diperlukan, tergantung dari konteksnya. Langkah 1: Menyusun tujuan program

a. Mengemukan perubahan perilaku dan lingkungan yang diharapkan.

b. Menetapkan pelaksanaan tujuan.

c. Menetapkan faktor penentu

d. Membuat matrik tujuan program dan menuliskan tujuan pembelajaran dan perubahan

Langkah 2: Metode berbasis teori dan strategi pelaksanaan

a. Metode Brainstorm

b. Memindahkan metode kedalam strategi pelaksanaan.

c. Mengorganisir metode dan strategi pada setiap level ekologi. Langkah 3: Perencaanan Program

a. Pengoperasian strategi kedalam rencana kerja, mempertimbangkan siapa yang menjadi pelaksana dan lokasi pelaksanaan.

b. Mengembangkan dokumen disain.

c. Memproduksi dan menguji coba bahan program terhadap kelompok sasaran dan para pelaksana.

Langkah 4: Rencana adopsi dan implementasi

a. Mengembangkan sebuah sistem penghubung.

b. Menetapkan tujuan pelaksanaan adopsi dan implementasi.

c. Menetapkan faktor penentu

d. Membuat matrik atau tabel perencanaan

e. Menulis sebuah rencana implementasi.

Langkah 5: Rencana evaluasi

a. Mengembangkan sebuah model evaluasi

b. Mengembangkan pertanyaan untuk evaluasi proses dan dampak.

c. Mengembangkan indikator dan pengukuran

d. Menetapkan disain evaluasi

e. Menulis sebuah rencana evaluasi C. Model Lima Tahap (Bracht et al. 1999)

Model ini berdasar kepada pengorganisasian masyarakat yang dilakukan oleh Bracht (1999), elemen-elemen dari pengembangan organisasi dan perencanaan strategi, serta teori pemberdayaan masyarakat menunjukkan secara praktik bagaimana intervensi promosi kesehatan dapat diprakarsai oleh masyarakat itu sendiri. Melalui lima tahapan keterlibatan individu sangat direkomendasikan dan dianggap sebagai hal yang sangat penting terhadap kesuksesan intervensi promosi kesehatan (Bracht et al., 1999). Sebagai illustrasi bagaimana konsep dan gagasan Islam dapat cocok kedalam konsep dan gagasan promosi kesehatan saat ini, dapat dilihat dengan menggunakan model lima tahap dari Bracht dkk (1999) sebagai contoh.

Gambar 2. Model Lima Tahap (Bracht et all, 1999)

1. Analisis Masyarakat (community analysis) Tahap ini membutuhkan pemahaman dan analisa yang akurat dan komprehensif mengenai kebutuhan, sumber daya, struktur sosial dan nilai-nilai dalam masyarakat. Tahap ini membutuhkan keterlibatan tokoh-tokoh masyarakat secara baik. Konsep Islam yang berdasar pada Al-Quran dan Al-hadits merupakan titik awal dalam memahami struktur sosial dan nilai-nilai dalam sebuah masyarakat Islami. Imam dan Ustadz adalah sumber utama bagi masyarakat dalam mempelajari Al-Quran dan Al-Hadist dan dengan begitu dapat ditafsirkan sebagai pemimpin Islam yang utama dalam masyarakat Islami.Pemahaman terhadap berbagai macam konsep Islami seperti tiga konsep utama Islam (Rukun Islam, Rukun Iman dan Hukum Islam) dapat memfasilitasi sebuah analisis masyarakat yang mendalam terhadap sebuah masyarakat Islami. Ke tiga konsep utama Islam tersebut telah memunculkan berbagai konsep yang bervariasi dan bermacam-macam penerapannya didalam masyarakat Islami diseluruh dunia.Konsep ini meliputi Dakwah, Syariah, Shuura, Hisba dan Waqaf dan diantara konsep-konsep lainnya. Dakwah contohnya, yang berarti ajakan. Islam mendorong setiap umatnya untuk mengajak satu sama lainnya untuk memahami atau mengetahui apa yang baik dan apa yang buruk. Ini secara jelas diungkapkan didalam Al-Quran Surat AtTaubah ayat 71 yang berbunyi : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf (kebaikan), mencegah dari yang munkar (keburukan), mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Akan tetapi hal ini bukan berarti paksaan, seperti yang tercantum pada Surat AnNahl ayat 125: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah (perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil) dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. seorang promotor kesehatan dapat memulai dialog dengan muslim secara langsung pada level individu atau secara tidak langsung melalui level pemimpin mereka dalam memahami konsep Islami yang sederhana tapi sangat penting.2. Disain - Permulaan Tahap kedua ini adalah tahap desain dan permulaan, dimana mengerahkan pembentukan sebuah kelompok perencana inti dan menseleksi koordinator setempat. Tahap ini juga meliputi pemilihan sebuah struktur organisasi dan contoh dari hal ini diberikan dalam bentuk dewan penasehat, aparatur desa, koalisi, perwakilan terkemuka, jaringan informal, dan gerakan advokasi masyarakat.Dalam Islam konsep dari Shuraa adalah sebuah contoh dari struktur organisasi dalam masyarakat Islami. Konsep ini dapat dibandingkan dengan deskripsi dari koalisi yang dijelaskan oleh Bracht et al. (1999) sebagai sebuah aliansi beberapa kelompok masyarakat dan atau organisasi kesehatan. Konsep dari Shuura ini tidak hanya sekedar sebuah dewan penasihat atau sebuah koalisi, tetapi dalam komunitas Muslim, Shuura diharuskan untuk bekerjasam dalam perundingan yang saling menguntungkan dan keputusan yang diambil bersifat mengikat (Hussein, 1998). Oleh karenanya konsep ini menyediakan sebuah kemungkinan pintu masuk ke dalam tahap ke dua dari model lima tahap Bracht et all (1999). 3. Implementasi. Tahap ketiga adalah implementasi program promosi kesehatan. Dalam tahap ini, teori dan ide dirubah menjadi tindakan pemanfaatan para profesional dan sumber daya manusia lainnya didalam masyarakat sesuai perencanaan intervensi. Konsep Islami Syariah, dimana termasuk dalam konsep hukum Islami, merupakan panduan yang jelas dalam menghadapi berbagai macam permasalahan didalam Islam. Bagi seorang promotor kesehatan, memahami ini menjadi suatu keharusan dalam memastikan kesuksesan program yang telah direncanakan.Dengan mengetahui wilayah yang diintervensi didalam hukum Syariah (wajib,sunnah, makruh, mubah dan haram) promotor kesehatan dapat melibatkan dirinya sendiri dalam merancang intervensi mereka sesuai dengan sudut pandang masyarakat Islami yang dituju dan juga memastikan kesempatan yang lebih baik untuk sukses. Prinsip Ijtihad dalam konsep Hukum Islam yang mengacu pada fakta bahwa :

(1) hukum berubah seiring perubahan waktu dan tempat, (2) memilih yang paling ringan derajat kerugiannya diantara dua pilihan yang sama-sama menimbulkan kerugian, (3) melindungi kepentingan umum/umat, juga menawarkan saluran komunikasi bagi promotor kesehatan untuk membawa masuk ide-ide baru ke dalam masyarakat Islami.

4. Pemeliharaan - Konsolidasi. Zakat, Wakaf dan Shodaqoh adalah konsep-konsep yang dapat ditemukan pada semua konsep utama Islam (Rukun Islam, Rukun Iman dan Hukum Islam), yang dapat dijelaskan oleh promotor kesehatan secara rinci kepada masyarakat Islami untuk memastikan keberlangsungan intervensi kesehatan masyarakat.

Contohnya adalah konsep Waqaf, sebuah konsep Islami dimana kaum Muslim yang mampu memeberikan sumbangan materi untuk kebaikan masyarakat, dapat menjadi sebuah arti penting untuk memastikan dan memberikan pemasukan bagi intervensi vital dalam promosi kesehatan (Hussein, 1998).

5. Penyebaran Penilaian ulang Yang terakhir, tahap kelima adalah penyebaran dan penilaian ulang. Pada tahap ini kuncinya meliputi memperbaharui (updating) profil dan analisis masyarakat, dimana melibatkan pencarian peluang yang mungkin telah muncul dalam kepemimpinan, sumber daya dan hubungan organisasi di dalam masyarakat. Untuk melaksanakan aktivitas pada tahap ini, para promotor kesehatan dapat menggunakan konsep Shuura, dimana telah dijelaskan pada tahap ke dua. Sebagai tambahan, beberapa saluran komunikasi lainnya dapat diidentifikasikan didalam masyarakat Islami, dimana meliputi masjid dan madrasah. Masjid merupakan area yang sangat penting di dalam masyarakat Islami, dan menawarkan cara sebagai langkah ideal penyebaran promosi kesehatan. Contohnya para kaum pria muslim berkewajiban melaksanakan sholat Jumat di masjid. Sholat ini dilaksanakan dalam sebuah kumpulan jamaah dan terdapat dua khutbah selama ibadah sholat Jumat. Khutbah yang pertama ditujukan kepada permasalahan agama, sementara di khutbah ke dua membicarakan permasalahan saat ini yang menimpa kaum muslim. Selama khutbah, Khatib berbaur dengan jamaah untuk mendiskusikan setiap isu yang kemungkinan berhubungan dengan topik saat khutbah. Dengan mengambil keuntungan dari saluran komunikasi ini, promotor kesehatan mampu menyelesaikan intervensi promosi kesehatan berdasarkan sudut pandang dari masyarakat itu sendiri terhadap kehidupan, kesehatan dan perilaku kesehatan. 2.3 Konsep Promosi Kesehatan Dalam Perspektif IslamIslam adalah agama yang sangat menganjurkan manusia untuk hidup bersih, sehat dan cinta lingkungan. Cukup banyak ayat ayat Alquran maupun Hadist Nabi berisi pesan-pesan yang terkait dengan anjuran tersebut, mulai dari anjuran membersihkan badan, bersuci, memakan makanan yang halal dan thoyib sampai dengan larangan merusak alam dan lingkungan hidup. (TSSM Prop.Jawa Timur; 2009)Kesehatan dengan paradigma kesehatannya dapat digunakan dalam memberikan informasi-informasi keislaman ataupun sebaliknya, sehingga tidak ada kesenjangan antara kemuliaan ajaran agama islam dengan perilaku dalam kehidupan sehari-hari dari sudut pandang kesehatan (Taufik, 2007). Prinsip dasar dari paradigma kesehatan ini adalah firman Allah SWT yang menyatakan bahwa Allah SWT tidak menciptakan sesuatu kecuali memiliki manfaat (QS. 3:191). Suatu kesadaran tinggi atas semua ciptaan Allah yang bisa dicapai oleh ulul al-bb (kelompok manusia yang beriman dan mau menghayati dan memahami berbagai ciptaan Allah).Dalam beberapa penelitian telah menunjukkan adanya sebuah hubungan yang pasti antara nilai-nilai religius dengan pokok kesehatan. Levin dan Vanderpool (1987) menganalisa penelitian dan menemukan sebuah konsistensi hubungan, meskipun kecil, dengan variabel terkendali. Hubungan ini bukan merupakan indikasi yang akurat dari kesehatan fisik, namun penelitian-penelitian lain telah menunjukkan dengan baik efek positif agama terhadap kesehatan yang diukur secara objektif. Sejumlah kajian tentang hubungan antara agama dan morbiditas telah dilakukan, dan efeknya telah banyak ditemukan pada sebagian besar penyakit, termasuk diantaranya Penyakit Jantung Koroner, stroke, beberapa jenis kanker, colitis dan enteritis (Levin, 1996).Levin (1996) menunjukkan kemungkinan hubungan yang pasti antara agama dan kesehatan. Lihat tabel dibawah untuk melihat beberapa contoh dari Levin :Dimensi ReligiusJalur (pathways)Faktor mediasiMekanisme

Salutogenik

Komitmen religiusKesehatan-terkait

perilaku dan gaya

hidup

Menghindari

merokok, alkohol,

penggunaan narkoba,

seks bebas, dllRendahnya resiko

penyakit dan

meningkatkan

kesehatan

Keterlibatan dan

persaudaraan Dukungan dan

jaringan sosial

Hubungan, sahabat

dan keluarga

Peredam stress,

coping dan adaptasi

Sedangkan Antonovsky (1979) menggunakan kalimat sense of coherence yang memiliki tiga komponen. Untuk menyiratkan kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan mereka dan menjadi sehat ditengah maraknya faktor penekan yang bervariasi. Sense of coherence adalah sebuah orientasi menyeluruh yang menunjukkan tingkat peresapan yang dimiliki seseorang, melalui rasa percaya diri yang dinamis akan:Stimulus yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal seseorang di dalam kehidupannya merupakan sesuatu yang tersruktur, dapat diprediksi dan dapat dijelaskan; 1. Seseorang memiliki sumber daya untuk memenuhi permintaan yang ditunjukkan oleh stimulus tersebut; dan

2. Permintaan-permintaan tersebut merupakan tantangan, layak untuk investasi dan diikut sertakan (Antonovsky, 1987).

Ulasan mendalam terhadap berbagai literatur menunjukkan tidak banyak tulisan-tulisan yang membahas keterkaitan antara perilaku kesehatan dan Islam. Ruck (2002), seorang konsultan pengembangan kesehatan dari Inggris telah menulis sebuah makalah yang memaparkan gagasan Islam mengenai hubungan dengan promosi kesehatan masyarakat, dimana didalamnya meliputi :

1. Zat al Bain: ikatan inti didalam masyarakat 2. Fard El Kifaya (fardhu kifayah): Kewajiban bersama untuk merawat dan memperlakukan Sesama. De Leeuw dan Hussein (1999) memberi perhatian pada 5 area strategi pada Ottawa Charter dan menunjukkan hubungannya terhadap konsep-konsep dalam Islam seperti Dakwah, Syariah, Shuura, Hisba, dan Waqaf. Gagasan ini, yang mana memperlihatkan bagaimana Islam mencoba membangun kepedulian terhadap sesama di dalam sebuah masyarakat yang merupakan bagian dari tiga konsep utama dalam Islam, yakni Rukun Islam, Rukun Iman dan Hukum Islam. Ke tiga konsep ini dapat dikatakan sebagai dasar dari sebuah Teori Kesehatan Islam (lihat gambar 1).

Gambar 1. Jalur (pathways) Teori Kesehatan Islam

(sumber: De Leeuw dan Hussein; 1999)

Pada gambar tersebut menunjukkan bagaimana Al-Quran dan Hadist yang membangun konsep-konsep islam dapat mempengaruhi perilaku melalui beberapa faktor penentu dan mengarah pada gaya hidup sehat yang berkontribusi terhadap kesehatan manusia sebagaimana telah dibuktikan oleh berbagai penelitian empiris sehingga seseorang menjalankan konsep-konsep tersebut untuk sebuah intervensi promosi kesehatan.2.4 Konsep-Konsep Islam Menuju KesehatanAl-Quran sebagai sumber petunjuk bagi kaum muslim yang penting untuk diikuti, dan oleh karenanya Al-Quran merupakan dasar dari niatan perilaku atau perilaku yang mengarah kesehatan berasal.A. Konsep Pertama: Rukun Islam 1. Dua Kalimat Syahadat Rukun pertama adalah mengucapkan dua kalimat Syahadat (Quran 3:18) sebagai suatu kesaksian umat islam terhadap keesaan Allah SWT dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-NYA. Lebih lanjut dalam Al-Quran menegaskan tidak ada Tuhan lain selain Allah SWT dan Dia lah yang menciptakan langit dan bumi beserta isinya, surat Al Furqan ayat 2:

Artinya: Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan-(Nya), dan Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat. (QS Al Furqan, 25:2).

Hal inilah yang dikenal sebagai Syahadat, dan gagasan mengenai pengakuan dan kesaksian terhadap satu Tuhan dikenal sebagai Tauhid. Dapat dikatakan bahwa meyakini dan menjalankan Rukun pertama ini merupakan pembeda awal atas seorang muslim terhadap non-muslim. Surat Al- Ikhlas, menegaskan hal tersebut dengan kuat dengan mengatakan:

Artinya: Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (QS. Al Ikhlas, 112:1-4)

Kalimat ini melengkapi rukun pertama dari Rukun Islam mengenai tuntutan kepatuhan terhadap keesaan Tuhan dan peringatan jika menduakan Tuhan selain Allah SWT. Pentingnya konsep ini juga ditegaskan kembali dalam beberapa hadist Nabi Muhammad SAW. Contohnya adalah Hadist Shahih dari Bukhari, yang mengatakan: Dikisahkan dari Abu Said Al-Khudri: Seorang pria mendengarkan pria lain dalam sholatnya membaca kalimat Dia-lah Allah Yang Maha Esa dan dia membacanya berulang kali. Ketika pagi hari pria tersebut mendatangi Nabi Muhammad SAW dan menjelaskan kepada Rasulullah bahwa dia menganggap mengulang-ulang bacaan hanya dari kalimat Surat tersebut tidaklah cukup. Kaitannya dengan kesehatan, fakta bahwa seorang muslim meyakini dan mengakui serta bersaksi terhadap satu Tuhan adalah sebuah permulaan dalam langkah pertama dari Rangkaian Kesehatan Islami dengan membuat sebuah komitmen religius kepada dirinya sendiri dahulu dan kemudian kepada komunitas dimana ia berada. 2. Shalat lima waktu Rukun Islam ke dua melaksanakan shalat lima waktu, Allah SWT berfirman pada surat:

Artinya: Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa[152]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu (QS Al Baqarah, 2: 238)

Artinya: Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al Kitab (Taurat) serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan. (QS 7:170)

Artinya : Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS Al Araaf, 20:14)

Rukun islam kedua adalah salah satu tindakan didalam Islam yang menuntun kaum muslim untuk mempraktikkan kedisplinan. Shalat telah diatur dalam jangka waktu mulai dari sebelum matahari terbit hingga matahari telah terbenam.

Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS An Nisaa 4:103)Dalam melaksanakan aktivitas ini, seorang muslim mengikuti aturan aturan yang secara garis besar tercantum di Al-Quran dan dijelaskan secara rinci pada Al-Hadist. Rukun ini terdapat beberapa kaitan terhadap konsep Kesehatan Islami. Dari tahap tidak langsung, unsur psikodimanis dari ritual, dalam pelaksanaan Konsep Islam dan Promosi Kesehatan sholat merupakan meditasi rutin, yang mana menghasilkan rasa tenang, penuh harapan, kepuasan hati dan emosi positif yang kesemuanya dianggap sebagai pembentuk sense of coherence yang dimaksud oleh Antonovsky (1979, 1987).

Kaitan yang lebih langsung terhadap kesehatan dapat dilihat pada langkah-langkah yang dilakukan oleh kaum Muslim sebelum melaksanakan Shalat. Salah satunya adalah langkah mensucikan diri atau yang dikenal dengan istilah Wudhu yang melibatkan aktifitas mencuci wajah, mencuci tangan sampai siku, membasuh kepala dengan air dan mencuci kaki sampai ke mata kaki yang dilakukan secara berurutan.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[404] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS Al Maaidah, 5:6)Dalam hal ini, artinya kaum muslim terikat oleh kewajiban untuk membersihkan diri mereka sendiri sedikitnya lima kali dalam sehari. Hal ini menandakan secara jelas mengenai pentingnya kebersihan didalam Islam. 3. Berzakat. Melaksanakan zakat bagi mereka yang mampu merupakan rukun Islam yang ketiga dari konsep Rukun Islam. Setiap muslim berkewajiban untuk menyisihkan sebagian hartanya setiap tahun untuk beramal kepada yang berhak menerimanya, termasuk kaum fakir miskin, musafir dan kepada para anak-anak yatim-piatu. Dalam meletakkan rukun Islam ke tiga ini memiliki dampak terhadap kesehatan pada level komunitas, jika dilihat dari sisi pemberian zakat itu sendiri.Kewajiban untuk semua muslim untuk menyisihkan harta kekayaannya mendorong pendistribusian kekayaan dan membantu mengurangi ketimpangan yang terjadi didalam masyarakat. Anjuran ini telah memungkinkan lahirnya konsep Waqaf dan Shodaqoh antara umat Muslim, dimana berbentuk sumbangan finansial dan material dari Muslim yang mampu yang ditujukan untuk kebaikan bagi mereka yang membutuhkan atau untuk kebaikan masyarakat secara umum yang tentunya dapat memenuhi kebutuhan gizi dan berdampak pada kesehatannya. Jika kita bandingkan rukun Islam ke tiga ini dengan apa yang ditetapkan dalam Ottawa Charter (WHO,1986) maka akan terlihat kesesuaian dengan apa yang dideskripsikan dari point tindakan membangun kebijakan umum kesehatan (building healthy public policy) dimana didalamnya dinyatakan bahwa Kebijakan Promosi Kesehatan mengkombinasikan pendekatan-pendekatan yang bermacam-macam tapi melengkai satu sama lainnya, termasuk didalamnya legislatif, kebijakan finansial, perpajakan dan perubahan organisasi. Itu merupakan tindakan yang terkoordinasi yang menuju ke kesehatan, pendapatan dan kebijakan sosial yang mendukung persamaan yang lebih besar. Tindakan bersama berkontribusi untuk memastikan barang dan pelayanan yang lebih terjamin keamanannya serta lebih sehat, pelayanan umum yang lebih sehat dan lingkungan yang lebih bersih dan lebih menyenangkan. De Leeuw dan Hussein (1999) dalam mengillustrasikan Piagam Islam menghubungkan point tindakan ini dengan Konsep Waqaf di Islam, dimana disebutkan sebelumnya merupakan sebuah bentuk keuangan Islami dalam mendukung aktivitas masyarakat. Mereka juga mengkaitkan konsep Wakaf dengan point tindakan dari Ottawa Charter Reorientasi pelayanan kesehatan . Point Penguatan Aksi Masyarakat (Strengthen Community Action) dalam Point Tindakan Ottawa Charter menyatakan: Pengembangan masyarakat ditarik dari sumber daya manusia dan material yang ada di dalam masyarakat untuk meningkatkan kemampuan menolong diri sendiri dan dukungan sosial, dan mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memperkuat partisipasi publik dalam hal yang yang mengarah pada kesehatan.Hal ini memerlukan akses informasi yang penuh dan berkelanjutan, kesempatan pembelajaran dalam kesehatan, sebagaimana juga dukungan dana, dengan implikasinya terhadap peran masyarakat dalam meningkatkan kemampuan menolong diri sendiri, dukungan sosial dan sebagaimana dukungan dana, terdapat juga kaitan yang sama cocoknya dengan Rukun Islam yang ke tiga, kewajiban berzakat. 4. Berpuasa di bulan Ramadhan

Rukun Islam ke empat, berpuasa selama bulan Ramadhan menegaskan para Muslim tentang pentingnya membatasi makan makanan, sebagai sebuah upaya diet untuk keseimbangan. Beberapa penelitian telah menunjukkan manfaat dari berpuasa terhadap kesehatan klinis (Haas, 2010; Chaitow, 2010). Berpuasa diwajibkan agar setiap Muslim dapat belajar tentang pengendalian diri.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS Al Baqarah, 2:183)

Selama periode berpuasa, seorang Muslim melakukan pantangan untuk makan dan minum dalam periode waktu tertentu (dari sebelum matahari terbit sampai matahari terbenam). Dengan mematuhi hal tersebut, Muslim dituntut untuk berdisiplin, dan dengan begitu mampu untuk mengalahkan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok, makan berlebihan dalam sehari. Dengan cara ini setelah sebulan dapat lebih membiasakan dan memudahkan untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan tersebut, dimana prosesnya lebih bertahap dan lebih mudah untuk diteruskan. Aspek perilaku dapat lebih terkait secara tidak langsung dengan membangun kedisiplinan melalui pengendalian diri sementara manfaat medis yang diperkuat oleh bukti empiris akan membuat Rukun Islam ke empat ini menjadi terkaitan secara langsung (direct link) dengan kesehatan. Fokus terhadap pengendalian diri yang sejenis juga dapat dilihat gagasan promosi kesehatan saat ini. 5. Melaksanakan Haji bagi yang mampu Muslim pergi ke Arab Saudi untuk melaksanakan Rukun Islam yang ke lima, Haji, sebuah ziarah ke Mekkah. Rukun ini diwajibkan hanya untuk mereka yang mampu, baik secara finasial maupun fisik, untuk melakukannya sekali seumur hidup.

Artinya: Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam. (QS. Ali Imron, 3:97)

Artinya: Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus[984] yang datang dari segenap penjuru yang jauh.(QS. Al Hajj, 22:27)

Perjalanan spritual ini mendorong kaum Muslim untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan satu sama lainnya melalui nasihat-nasihat dari pemimpin grup atau yang lainnya. Kaitannya dengan kesehatan, secara tidak langsung hal ini dapat menguatkan usaha tingkah laku positif sembari memupuk rasa keyakinan diri terhadap pengetahuan, keyakinan dan nilai itu sendiri. Hal-hal tersebut dicapai melalui serangkaian ibadah yang dituntut saat pelaksanaan ibadah Haji (Munnajid dan Maududi, 2010). Perjalanan spiritual ini (Haji) juga memberikan pada kaum muslim apa yang mungkin dipertimbangkan sebagai efek samping, dimana dapat dianggap sebagai sebuah hubungan yang lebih langsung kepada kesehatan di dalam rangkaian kesehatan Islami. Sebagai bagian dari ibadah seorang Muslim, Haji melibatkan sebuah aktifitas fisik yang relatif cukup berat yang dilakukan dalam prosesi Tawaf atau mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali, dan juga dalam prosesi Sai atau berlari kecil dari Safa dan Marwah sebanyak tujuh kali, dimana jarak antara satu dengan yang lain berjarak lebih dari 500 meter. Hal ini dapat dikatakan sebagai olahraga untuk kesehatan atau kebugaran tubuh.B. Konsep ke Dua : Rukun Iman Rukun Iman, dapat diartikan bahwa unsur keimanan, keyakinan dan kebajikan. Unsur-unsur dari Rukun Iman secara fasih digambarkan dalam Al-Quran :

Artinya: Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al Baqarah, 2:177)Rukun Iman merupakan tiang-tiang penopang bangunan jika konsep Rukun Islam dianalogikan sebagai sebuah pondasi dari sebuah bangunan. Konsep ini dapat dianggap sebagai pembentuk sikap dan norma subjektif dari seorang Muslim terhadap niat berperilaku dan perilaku dalam ketaatan terhadap prinsip-prinsip Islam dan pada akhirnya mempengaruhi gaya hidup yang sehat. Oleh karenanya keterkaitan Rukun Iman dengan kesehatan dapat dilihat dari dua cara; pertama Rukun Iman memperkuat penyembahan secara religius dan shalat melalui ibadahnya dapat mengarahkan seseorang kepada rasa ketenangan, harapan, muatan emosi positif, dimana pada berikutnya dapat membantu perkembangan rasa keterhubungan (sense of coherence). Kedua, Rukun Iman menegaskan pentingnya keterlibatan secara religius dan persaudaraan dengan muslim lainnya sehingga menciptakan lingkungan yang mendukung (enabling environment) untuk dukungan sosial dengan mendorong keterlibatan organisasi sosial.C. Konsep ke Tiga: Hukum Islam Hukum Islam meletakkan dasarnya dengan berdasar pada Al-Quran yang utama, diikuti oleh Al-Hadits. Hukum ini secara umum dikenal oleh kaum Muslim sebagai hukum Syariah. Ada lima klasifikasi dari hukum dalam Hukum Islam, yakni Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh dan Haram. Pembeda diantaranya terletak pada apakah dilaksanakannya atau tidak dilaksanakannya mendapat pahala atau tidak, mendapat dosa atau tidak. Untuk mencapai atau memperoleh kesepakatan dalam pengambilan keputusan, para Ulama mengandalkan kepada apa yang dikenal dengan Ijtihad, sebuah prinsip yang memperhatikan fakta bahwa: 1. Hukum berubah seiring perubahan waktu dan tempat

2. Memilih yang paling ringan derajat kerugiannya diantara dua pilihan yang sama-sama menimbulkan kerugian

3. Melindungi kepentingan umum (umat) Dalam situasi dimana sebuah permasalah dalam masyarakat belum sepenuhnya jelas

(misal kontrasepsi atau aborsi), sebelum para ulama mengeluarkan sebuah fatwa,

sangatlah penting bagi ulama dan umat yang dituju untuk mengevaluasi kesimpulan

yang akan diambil dalam wacana memberikan penerangan untuk kepentingan

umatnya (Al-Hibri, 1993).Keterkaitan konsep Hukum Islam dengan Rangkaian Kesehatan Islami terletak pada fakta yang menunjukkan Hukum Islam mengatur masyarakat (umat) dengan menyediakan sebuah lingkungan yang menguntungkan untuk faktor penentu (predisposing),faktor pemungkin (enabling), dan faktor penguat (reinforcing) yang mempengaruhi perilaku dan gaya hidup seperti Model Precede-Proceed oleh Green & Kreuter,(1999).BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Promosi Kesehatan Dalam Perspektif Islam

Pada dasarnya media promosi kesehatan merupakan semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatannya. Dari banyaknya metode promosi kesehatan dalam Islam salah satunya adalah dakwah yang merupakan penyampaian ajakan hidup sehat melalui yang dilakukan oleh para muballigh seperti yang dibahas pada sub bab sebelumnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. Ali Imran 104:

Artinya: Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari munkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Ali Imran, 3:104)Promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan, karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. 3.1.1 Pandangan Islam mengenai Dakwah sebagai Media Promosi KesehatanDakwah dalam Islam tidak hanya menyangkut ilmu agama tetapi juga ilmu-ilmu yang lain, salah satunya adalah ilmu kesehatan. Islam sejak dari awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif, preventif dan protektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan kesehatan itu sendiri. Dakwah dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media promosi kesehatan. Metode ini ditujukan baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Hubungan dakwah sebagai media promosi kesehatan sangat diperlukan oleh umat islam, untuk menunjang peningkatan pengetahuan khususnya umat islam agar lebih memahami dan menyadari kesehatannya serta selalu bersyukur akan nikmat Allah SWT. Selain itu metode ini dapat menghubungkan tentang kesehatan dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist sebagai penguatnya.Empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Faktor lingkungan (fisik, sosial, biologi) yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap status kesehatan tetap saja ditentukan oleh manusia. Manusialah yang paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup.Islam memberikan tuntunan yang benar, agar manusia tidak salah jalan dalam masalah kesehatan. Berikut adalah tuntunan kesehatan yang terdapat dalam Al-Quran dan hadits dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang dianjurkan oleh Islam:A. Kesehatan JasmaniAgar tetap sehat, hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan jasmani, menurut ulama disebutkan sebagai berikut:a. Sholat TeraturSetelah mengadakan penelitian secara mendalam yang dikaitkan dengan kondisi fisik manusia, akhirnya berkesimpulan sebagai berikut :1. Manfaat ruku antara lain:a.Menjaga melekatnya tulang tungging dengan tulang belakang sehingga persendian menjadi licin.b.Dapat memperbaiki letak bayi yang kurang baik bagi ibu yang sedang hamil, sehingga pada saat melahirkan tidak mengalami patah tulang tunggingnya.

c.Memperlancar sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh, terutama ke otak / kepala sebagai pusat susunan syaraf.

d.Menghindarkan diri dari berbagai penyakit tulang belakang, seperti : Acute Lumbargo: sengal (rasa sakit) pinggang mendadak, Cronic Recurant: sengal (rasa sakit) pinggang menahun dan Spondilosis: tergelincirnya ruas tulang belakang.e.Menyembuhkan kelainan- kelainan tulang belakang bagi anak- anak akibat posisi duduk yang kurang baik pada saat belajar misalnya penyakit kiposis (bungkuk), lordosis (menjorok ke depan) dan skoliosis (bengkok ke kanan atau ke kiri).

2. Manfaat sujud, yaitu:

a. Otot menjadi kuat, limpa terpijit sehingga aliran darah menjadi lancar karenanya.

b. Berkembangnya otot dada bagi wanita, sehingga menghasilkan buah dada yang montok dan bagus bentuknya.

c. Sirkulasi darah dari jantung ke seluruh tubuh akan lancar, keperluan darah di otak pun akan terpenuhi, karena otak adalah pusat susunan syaraf, maka terpenuhi atau tidaknya kebutuhan darah di otak akan banyak berpengaruh terhadap seluruh tubuh.

3.Manfaat dudut tahiyat, yaitu: :

a. Bagi wanita akan memperkuat bagian- bagian kemaluan, sehingga di saat melahirkan tidak mudah terjadi kerobekan. Dengan demikian juga terjaganya tiga lubang yang sangat berdekatan. Tiga lubang tersebut adalah saluran kencing, lubang senggama, lubang dubur atau poros.b. Bagi laki- laki, kaki memijit kemaluan, sehingga akan mengakibatkan lancarnya air seni, zakar (penis) dapat ereksi dengan baik dan testis akan dapat memproduksi sperma lebih banyak dan sehat serta hidup.

c. Telapak kaki kanan yang dapat menanggulangi penyakit kaki leter yang biasanya menyebabkan tidak tahan berdiri atau berjalan.

4. Cara turun untuk sujud dan bangkit dari sujud yang baik dan benar akan dapat memperkuat otot kaki, baik untuk laki- laki maupun untuk perempuan.b. Mengatur Pola Makan dan MinumDalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban. Al- Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat: Artinya: Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (QS. Abasa 80:24)

Menu makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti tumbuh- tumbuhan, daging binatang darat, daging binatang laut, segala sesuatu yang dihasilkan dari daging, madu, kurma, susu, dan semua yang bergizi. 1.Tata makanan. Islam melarang berlebih- lebihan dalam hal makanan, makan bukan karena lapar hingga kekenyangan, diet ketika sedang sakit, memerintahkan puasa agar usus dan perut besarnya dapat beristirahat dan tidak berbuka puasa dengan berlebih- lebihan dan melampaui batas.2.Mengharamkan segala sesuatu yang berbahaya bagi kesehatan, seperti bangkai, darah, dan daging babi.

c. Keseimbangan Beraktivitas dan IstirahatIslam memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi Bahwa badanmu mempunyai hak. Keseimbangan Beraktivitas dan istirahat meliputi :

1. keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak- haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani.2. Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk beribadah.Hal ini seperti tampak pada tekad sekelompok sahabat Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau menggauli istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu puasa di sz'am? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak" (HR Bukhari dan Muslim)

d. Olahraga Sebagai Upaya Menjaga KesehatanAktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan berolahraga. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi- fungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik. Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al- Riyadhat) termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hukum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan sempurna dan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan norma Islami.Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat:

Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkanpadajalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).(QS.Al-Anfal 8:60)

e. Anjuran Menjaga KebersihanAjaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan disebut dengan Al- Thaharat. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, Al- Thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif (pencegahan), berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.Menjaga kesehatan pribadi dan lingkungan dalam Islam :

1. Tubuh, Islam memerintahkan mandi bagi umatnya untuk membersihkan tubuhnya dari najis dan hadas. Dia mengajarkan kepada umatnya, mulai memotong kuku, membersihkan luas jari, mencabut bulu ketiak, bersiwaq, bagaimana cara dia makan hingga kebersihan seks yang meliputi hal- hal terkait dengan seks, kebersihan seks seperti mandi setelah bersetubuh, istinjasetelah kencing dan berak.Kesehatan seks meliputi hal- hal yang berkaitan dengan seks, kebersihan seks seperti mandi setelah bersetubuh, istinja setelah kencing dan berak. Senggama ketika isteri dalam keadaan haid, Allah SWT berfirman:

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: Haid itu adalah kotoran. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita diwaktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu ditempat yang diperintahkan Allah kepadamu..... (QS. Al-Baqarah 2:222)

Bahaya seks saat haid, yaitu:a. Risiko dijangkiti kuman HIV bagi lelaki dan wanita sebanyak enam kali ganda.b. Menyebabkan timbulnya endometriosis pada tubuh wanita.2.Tangan, Nabi Muhammad saw bersabda: cucilah kedua tanganmu sebelum dah sesudah makan dan cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu di mana tangannya berada di saat tidur.

3. Makanan dan minuman, Rasulullah saw bersabda tutuplah bejana air dan tempat minummu.

4. Rumah, Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu, sebagaimana di anjurkan untuk menjaga kebersihan dan keamanan jalan.

5.Perlindungan sumber air, Rasulullah melarang umatnya membuang kotoran di tempat- tempat sembarangan, misalnya sumur, sungai, dan pantai. Perintah- perintah Rasulullah tersebut memiliki makna bahwa kita harus menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari berbagai infeksi saluran pencernaan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.

B. Kesehatan RohaniSeperti yang dijelaskan dalam Firman Allah SWT, yang tertuang dalam Al-Quran surat Al- Rad: 28 yang berbunyi:

Artinya: (yaitu) orang- orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah lah hati menjadi tentram. (QS. Al- Rad 13:28).

Hubungan antara makhluk dengan Tuhannya akan berjalan baik bila sang makhluk menaati apa yang diperintahkan Allah, ciri- ciri jiwa yang sehat yang dalam Al- Quran disebut Qalbun Salim, seperti hati yang selalu bertobat (at-taqwa), hati yang selalu menjaga dari hal- hal keduniaan (al- zuhd), hati yang selalu ada manfaatnya (al- shumi), hati yang selalu butuh pertolongan Allah (al-faqir).

C. Kesehatan SosialNaluri sebagai manusia adalah hidup. Menurut Aristoteles menyebutkan manusia adalah Zone Polition, yaitu manusia yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain. Oleh karena itu, dalam Islam dikenal istilah Ukhuwah (persaudaraan) yang akan mendatangkan muamalah (saling menguntungkan), hal ini memungkinkan rasa persaudaraan lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surat Al- Hujurat ayat 13 yang menyatakan:

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku- suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (QS. Al- Hujarat, 49:13)D. Kesehatan MentalKesehatan Mental merupakan ajaran- ajaran untuk mencegah terjadinya stress. Oleh karena itu, Islam melarang semua benda yang dapat menghilangkan kesadaran dan melemahkan daya pikir, seperti khamr. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan spiritual.1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah swt dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan kata lain, sehat spiritual adalah keadaan di mana seseorang menjalankan ibadah dan semua aturan- aturan agama yang dianutnya.E. Kesehatan Dari Aspek EkonomiTerlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh karena itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.F. Kesehatan Dari Aspek LingkunganIslam agama yang indah, agama yang cinta dengan kebersihan. Sudah pasti, Islam akan selalu memperhatikan dalam menjaga kesehatan lingkungan dalam arti luas. Islam tidak hanya menjaga kesehatan lingkungan dirinya, rumahnya, dan sekitar tetangganya. Akan tetapi, memperhatikan pula dalam menjaga kesehatan lingkungan dalam memilih, baik dalam memilih calon pendamping, calon pemimpin, dan tempat bekerja.

Terdapat lima alasan dakwah dapat digunakan sebagai media promosi kesehatan di lingkungan masyarakat, yaitu :1. Sebagai Pendidik (Muaddib)Melaksanakan fungsi edukasi tentang kesehatan yang sesuai dengan ajaran Islam.

2. Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid)Informasi tentang kesehatan harus diluruskan agar sesuai dengan ajaran dan kaidah Islam.

3. Sebagai Pembaharu (Mujaddid)Penyebar paham pembaharuan dan pengamalan ajaran Islam tentang kesehatan.

4. Sebagai Pemersatu (Muwahid)Mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam (Ukhuwah Islamiyah)

5. Sebagai Pembela (Mujahid)Maksudnya disini adalah pembela islam. Melalui media massa, umat islam berusaha keras mendorong penegakan nilai-nilai Islam, menyemarakkan syiar Islam, mempromosikan kesehatan sesuai dengan syariat islam kepada semua kalangan umat. Peran kelima ini, sebagai mujahid, sebenarnya menyimpulkan keempat peran sebelumnya.3.2 Aplikasi Dakwah sebagai Media Promosi Kesehatan Contoh Aplikatif Dakwah sebagai Media Promosi Kesehatan1. Menahan MarahAda manfaat yang sangat besar apabila kita dapat menahanmarah. Manfaat yang didapatkan tidak hanya untuk fisik dan kesehatan, tetapi juga manfaat bagi rohani dan keagamaan yang bersifat islami.Manfaat fisik dan kesehatan dari menahan marah dapat berupa terhindarnya kita dari hormon noradrenalin. Hormon noradrenalin adalah senyawa beracun yang bersama-sama hormon adrenalin (hormon yang timbul akibat kecemasan dan ketakutan yang teramat sangat) dapat memicu terjadinya penyempitan pembuluh darah dan bahkan dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah. Biasanya orang yang takut dan marah dadanya akan tersa sesak dan nafasnya tersengal-sengat. Itu semua merupakan akibat munculnya dua hormon tersebut.Maka apabila kita berhasil menahan marah, berarti kita telah menjauhkan diri dari salah satu faktor penyebab penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah. Dan berarti juga kita telah mengeliminir salah satu sebab gagal jantung dan penyakit stroke. Perlu diketahui juga bahwa bila gagal dalam menahan marah akan berakibat dan beresiko pada :

a) perbuatan atau tindakan yang tak terkontrol karena kehilangan kesadaran normal

b) dikucilkan atau dijauhi orang lain

c) menghilangkan keharmonisan hubungan sosial

d) mempengaruhi syaraf di otak

e) rusak dan hancurnya harta benda

f) membuka pintu bagi syetan untuk mempengaruhi tindakannya.

Dikarenakan manfaat yang sangat besar bila menahan marah dan resiko yang juga sangat besar bila mengikuti sifat marah atau mengumbar kemarahan maka kemudian Rasul memberikan dalil larangan marah :

: : : Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya seseorang bertanya kepada Rasulullah saw. : (Ya Rasulallah) nasihatilah saya. Beliau bersabda : Jangan kamu marah. Seseorang itu menanyakan hal itu berkali-kali. Maka beliau bersabda : Jangan engkau marah.(HR. Bukhori )

Sedangkan manfaat menahan marah bagi rohani dan keagamaan dapat dilihat dari dijadikannya menahan marah sebagai indikator takwa seseorang dan dijamin masuk surga. Tentang menahan marah sebagai indikator takwa, terungkap dalam Firman Allah QS. Ali Imron 133-134 sebagai berikut :

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(QS. Ali Imron : 133-134)

Sedangkan jaminan surga bagi yang mampu menahan marah termaktub dalam Hadits Rasulullah tentang larangan marah berikut ini :

Ya Rasulallah, tunjukkan kepadaku suatu amal yang dapat memasukkanku ke surga. Rasul menjawab :jangan marah, maka untukmu surga.(HR. Thabrani)2. Kegiatan PHBS di PesantrenPesantren Punya Peran Penting Tingkatkan Kesehatan Masyarakat. Ajakan Promosi Kesehatan merupakan salah satu wujud dari ajaran Islamamar maruf nahi munkar. Salah satunya adalah Program Promosi Kesehatan dilingkungan Pesantren ini melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program PHBS memiliki 5 macam. Lima program PHBS tersebut adalah cuci tangan dengan memakai air mengalir, personal Hygiene, Kamar Sehat, Air Bersih dan Kawasan Tanpa Rokok merupakan program yang harus segera ada di lingkungan pesantren sehingga para santri dapat menuntut ilmu dengan kondisi yang sehat. Hal ini didasari karena selama ini banyak santri yang menderita penyakit kulit seperti gatal-gatal yang kemungkinan disebabkan oleh faktor kebersihan di lingkungan santri itu sendiri. BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu seruan untuk melakukan kebajikan, karena kesehatan juga merupakan hal dasar yang harus dimiliki seseorang agar bisa melakukan ibadah kepada Allah dengan baik. Terdapat beberapa metode promosi kesehatan dalam Islam yang salah satunya adalah dakwah yang merupakan penyampaian ajakan hidup sehat melalui yang dilakukan oleh para muballigh atau ulama sesuai dengan firman Allah Q.S. Ali Imran 104. Hubungan dakwah sebagai media promosi kesehatan sangat diperlukan oleh umat islam, untuk menunjang peningkatan pengetahuan khususnya umat islam agar lebih memahami dan menyadari kesehatannya serta selalu bersyukur akan nikmat Allah SWT. Selain itu metode ini dapat menghubungkan tentang kesehatan dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan hadist sebagai penguatnya. Beberapa tuntunan kesehatan yang terdapat dalam Al-Quran dan hadits dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang dianjurkan oleh Islam diantaranya adalah :1. Menjaga kesehatan jasmani, yang dapat dilakukan dengan cara : a. Sholat teraturb. Mengatur pola makan dan minumc. Mengatur keseimbangan beraktivitas dan istirahatd. Olahraga secara rutine. Menjaga kebersihan

2. Menjaga kesehatan rohani3. Menjaga kesehatan sosial4. Menjaga kesehatan mental5. Menjaga kesehatan dalam aspek ekonomi6. Menjaga kesehatan dalam aspek lingkungan

Contoh aplikatif dari upaya promosi kesehatan melalui media dakwah diantaranya adalah menahan marah dan anjuran untuk melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Menahan marah merupakan hal yang tidak mudah karena pada dasarnya manfaat dari menahan marah juga sangat besar baik bagi kesehatan fisik maupun kesehatan rohani begitu juga manfaat yang akan diperoleh apabila melaksanakan Pola Hidup Bersih dan Sehat juga sangat besar baik bagi pribadi maupun lingkungan sekitar.4.2. Saran

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diberikan saran sebagai berikut :

1. Sebagai umat muslim, kita harus senantiasa menjalankan pola hidup bersih dan sehat sesuai dengan ajaran Al-Quran dan menjauhi apa yang menjadi larangan.2. Promosi kesehatan melalui media dakwah sebaiknya dilakukan dengan cara adanya kerjasama antara ulama dan masyarakat sehingga pesan yang ada di dalam dakwah dapat mudah dipahami oleh masyarakat. Hal ini bertujuan supaya masyarakat lebih lebih sadar akan kesehatannya dan mensyukuri nikmat kesehatan yang telah diberikan oleh Allah SWT. DAFTAR PUSTAKA Antonovsky, A. (1987). Unraveling the mystery of health: How people manage stress and stay well. 1st ed. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers

De Leeuw, E. & Hussein, A. (1999). Islamic health promotion and interculturalization. Health Promotion International, Volume 14 No 4, 347-353

Green W. L. & Kreuter W. M. (1999). Health Promotion Planning: An Educational and Ecological Approach. 3rd ed. Mountain View: Mayfield Publishing Company.

Hussein, A. A. (1998). The art of health promotion in Islam and the contemporary public health challenges, MPH Thesis. Maastricht. University of Maastricht.

Levin, J. S. & Vanderpool, H. Y. (1987). Is frequent religious attendance really conducive to better health? Toward an epidemiology of religion. Social Science Medical Journal, Vol 43, No 7, 589-600

Levin, J. S. (1996). How religion influences morbidity and health: Reflections on natural history, Salutogenesis and host resistance. Social Science Medical Journal, Vol 43, No 5, 849-864.

Muhamad Ratodi.2010. Konsep Islam dan Promosi Kesehatan. viewed 25 Februari 2015

Muhsin Hariyanto.2012.Pandangan Islam tentang Kesehatan. viewed 25 Februari 2015 < http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/pandangan-islam-tentang-kesehatan >

Notoatmodjo, S.2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

.2010.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

.2012.Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.Taufik, M.T.2007.Pendidikan Kesehatan Bernuansa Agama. Serang : Rienneke Cipta TSSM Propinsi Jawa Timur.2009. Dakwah Sanitasi, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Surabaya : TSSM Propinsi Jawa Timur

Wardana, Fikri Akbar.2012. Konsep Sehat dan Kesehatan. viewed 25 februari < http://13realmadrid04.blogspot.com/2012/12/konsep-sehat-dan-kesehatan-menurut.html >

Wikipedia.2013. wikipedia enseklopedia bebas, viewed 26 februari 2015 < http://id.wikipedia.org/wiki/promosi_ kesehatan >

World Health Organization. (1986). Ottawa Charter for health promotion. Geneva : WHO

50