Makalah Paedagogik

9
MAKALAH PAEDAGOGIK A. Pendahuluan Dewasa ini jabatan guru mendapat perhatian serius dari profesi lain. Sejak Indonesia merdeka, memang baru sejak tahun 2005 pemerintah mulai memerhatikan nasib guru, melalui Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Guru merupakan jabatan profesional. Makna “profesional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain. Profesional mempunyai makna yang mengacu pada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya” (Surya, 2008). Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional, yaitu: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; (2) memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya; (3) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; (4) mematuhi kode etik profesi; (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (7) memiliki kesempatan untuk mengembnagkan profesinya secara berkelanjutan; dan (8) memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Oleh karena itu, pengakuan kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik. Sebagai guru profesional disyaratkan para guru wajib memiliki: (1) kualifikasi akademik Sarjana atau Diploma IV, (2) Kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, (3) sertifikat pendidik, (4) sehat jasmani dan rohani, (5) kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dalam konteks reformasi bidang pendidikan, telah ditetapkan bahwa bidang pendidikan merupakan kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Sekaitan dengan program profesionalisasi guru, pembinaan profesi ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, sehingga profesi guru kerap menjadi perhatian bagi birokrasi lain karena selain jumlahnya sangat banyak, juga karena kesejahteraannya sedang dinaikkan. Bagi para perencana anggaran di tingkat kabupaten/kota profesi guru menjadi perhatian, terutama jika guru yang disertifikasi telah menjadi guru profesional, maka harus dianggarkan gajinya dua kali lipat dari sebelumnya. Bagi profesi lain, guru dipandang sebagai profesi yang sedang dimanja

Transcript of Makalah Paedagogik

Page 1: Makalah Paedagogik

MAKALAH PAEDAGOGIK

A. Pendahuluan

Dewasa ini jabatan guru mendapat perhatian serius dari profesi lain. Sejak Indonesia

merdeka, memang baru sejak tahun 2005 pemerintah mulai memerhatikan nasib guru,

melalui Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Guru merupakan jabatan

profesional. Makna “profesional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan

keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain. Profesional mempunyai makna yang

mengacu pada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang

penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya” (Surya,

2008).

Dalam Undang-undang Guru dan Dosen pasal 5 ayat (1) dikatakan bahwa profesi

guru dan dosen merupakan bidang pekerjaaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip

profesional, yaitu: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme; (2) memiliki

kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya; (3)

memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya; (4) mematuhi kode

etik profesi; (5) memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas; (6) memperoleh

penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya; (7) memiliki kesempatan untuk

mengembnagkan profesinya secara berkelanjutan; dan (8) memperoleh perlindungan hukum

dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Oleh karena itu, pengakuan kedudukan guru dan

dosen sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan pemberian sertifikat pendidik. Sebagai

guru profesional disyaratkan para guru wajib memiliki: (1) kualifikasi akademik Sarjana atau

Diploma IV, (2) Kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional, (3) sertifikat

pendidik, (4) sehat jasmani dan rohani, (5) kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional.

Dalam konteks reformasi bidang pendidikan, telah ditetapkan bahwa bidang

pendidikan merupakan kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Sekaitan dengan program

profesionalisasi guru, pembinaan profesi ini dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota,

sehingga profesi guru kerap menjadi perhatian bagi birokrasi lain karena selain jumlahnya

sangat banyak, juga karena kesejahteraannya sedang dinaikkan. Bagi para perencana

anggaran di tingkat kabupaten/kota profesi guru menjadi perhatian, terutama jika guru yang

disertifikasi telah menjadi guru profesional, maka harus dianggarkan gajinya dua kali lipat

dari sebelumnya. Bagi profesi lain, guru dipandang sebagai profesi yang sedang dimanja

Page 2: Makalah Paedagogik

pemerintah. Kecenderungan calon mahasiswa baru untuk bidang pendidikan dan keguruan

pun hampir di setiap perguruan tinggi keguruan mengalami peningkatan. Artinya profesi guru

telah menjadi pusat perhatian pihak lain.

Profesi guru menjadi harapan banyak pihak dalam mengatasi perubahan di

masyarakat saat ini. Banyak pihak yang merasa bahwa bangsa Indonesia telah mengalami

perubahan yang sangat dramatis, baik dalam kepemilikan karakter maupun budaya sebagai

jati diri bangsa. Budimansyah (2009) menyatakan terjadi perubahan masyarakat terutama

“munculnya karakter buruk yang ditandai kondisi kehidupan sosial budaya penyabar, ramah,

penuh sopan santun dan pandai berbasa-basi berubah menjadi pemarah, suka mencaci,

pendendam, berbuat sadis, kejam, dan biadab”. Guru diharapkan mampu menanamkan

kembali karakter bangsa yang sudah semakin berubah melalui pendidikan. Profesi guru

menjadi harapan semua pihak, ketika perhatian pendidik informal sedang bergeser pada

myopia politik sebagai sebuah lompatan.

Dalam aspek budaya pun, bangsa kita sudah mulai kehilangan nilai-nilai dan

kecintaan pada seni tradisional. Tidak heran jika kemudian beberapa karya seni adiluhung di-

HAKI-kan oleh bangsa lain. Padahal, seni budaya dapat mengajari kita tentang kejujuran dan

rasa malu. Bangsa kita diajari oleh seni untuk jujur pada dirinya dan juga kepada orang lain.

Bangsa kita harus diajari untuk memiliki rasa malu jika melakukan perbuatan yang tidak

terpuji, seperti memanipulasi data atau melakukan berbagai cara untuk menguntungkan

kelompok atau golongannya. Untuk itu, diperlukan penanaman kembali rasa cinta pada seni

dan budaya melalui pendidikan. Tentu saja, profesi guru pula yang menjadi harapan.

Demikian besar harapan pihak lain kepada profesi guru untuk mengembalikan dan

memantapkan kembali karakter bangsa Indonesia. Dengan demikian, tentu saja guru harus

menjadi contoh atau teladan terlebih dahulu bagi yang lain. Guru harus memantapkan

kompetensi kepribadian sebagai seorang guru profesional. Sangat wajar jika guru secara

otodidak mendidik diri untuk memantapkan karakter sebagai guru professional.

B. Kebijakan Pendidikan

Apabila kita mencermati kembali fungsi pendidikan sebagaimana tertuang dalam

Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan

bahwa “pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Dari

hal tersebut tergambar bahwa fungsi pendidikan tidak semata-mata mengembangkan

kemampuan, namun juga dimaksudkan untuk membentuk watak dan peradaban suatu bangsa

Page 3: Makalah Paedagogik

yang bermartabat. Pendidikan berfungsi sebagai pembentuk watak atau karakter bangsa yang

bermartabat atau sebagai bangsa yang memiliki budaya.

Bangsa yang bermartabat adalah bangsa yang menjunjung tinggi tata nilai dari suatu

peradaban modern. Bangsa bermartabat adalah bangsa yang menjujung tinggi kebenaran,

kejujuran, kesantunan, keramahtamahan, keberagaman, dan ketaatan pada aturan dalam hidup

bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan harus berfungsi membentuk bangsa untuk menjadi

bangsa yang bermartabat dan bangsa yang dapat hidup di dunia modern.

Sementara itu, tujuan pendidikan kita adalah “berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan ini merupakan arah bagi semua penyelenggara

dan pelaksana pendidikan dalam lingkup sistem pendidikan nasional. Manusia berahlak mulia

adalah manusia yang memiliki ahlak atau perilaku yang baik dan terpuji sesuai dengan norma

dan tata kehidupan masyarakat berbudaya. Dengan merujuk pada tujuan pendidikan ini, maka

seorang guru profesional harus memiliki kemampuan untuk menciptakan kondisi agar potensi

siswa berkembang menjadi manusia (1) beriman dan bertaqwa; (2) berahlak mulia; (3) sehat;

(4) berilmu; (5) cakap; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) menjadi warga negara demokratis; dan (9)

menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Salah satu kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional adalah “Peningkatan Mutu,

Relevansi, dan Daya Saing”. Kebijakan ini merupakan kebijakan yang strategis dalam rangka

membenahi permasalahan guru secara mendasar. Sebagai tenaga profesional, guru harus

memiliki sertifikat profesi dari hasil uji kompetensi. Sesuai dengan usaha dan prestasinya,

guru akan memperoleh imbal jasa, insentif, dan penghargaan, atau mungkin sebaliknya,

disinsentif karena tidak terpenuhinya standar profesi oleh seorang guru. Untuk keperluan

tersebut ditempuh program pendidikan profesi guru dan sistem sertifikasi profesi pendidik,

baik untuk calon guru (pre service) maupun untuk guru yang sudah bekerja (in service).

Pendidikan profesi bagi calon guru dilakukan bersamaan dengan penerimaan sebagai calon

pegawai negeri sipil, sedangkan pendidikan profesi bagi yang sudah menjadi guru ditempuh

bagi guru-guru yang belum memenuhi syarat profesional berdasarkan penilaian portofolio

(rekam jejak kinerja) atau mengikuti Pendidikan dan Latihan Profesi Guru dalam jabatan.

Kebijakan Kemdiknas dalam peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing tersebut

menyatakan bahwa standar profesi guru merupakan dasar bagi penilaian kinerja guru yang

dilakukan secara berkelanjutan atas dasar kinerjanya baik pada tingkat kelas maupun satuan

pendidikan. Kinerja guru akan terus diukur berdasarkan standar profesi guru sehingga akan

Page 4: Makalah Paedagogik

diperoleh guru yang layak mendapatkan insentif atau guru yang disintensif. Idealnya penentu

profesionalisasi guru adalah lembaga atau organisasi profesi, namun karena untuk memenuhi

ketentuan penjaminan mutu maka saat ini menjadi tanggung jawab lembaga penyelenggara

pendidikan profesi guru atau Lembaga Pendidikan Tinggi Keguruan yang telah memenuhi

ketentuan.

C. Guru Profesional

Guru profesional adalah guru yang memiliki empat kompetensi profesi guru, yaitu

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Indikator keempat kompetensi

ini berjumlah 24 kemampuan ideal seorang guru profesional. Kompetensi pedagogik terdapat

10 indikator; kompetensi kepribadian terdapat 5 indikator; kompetensi sosial terdiri atas 4

indikator; dan kompetensi profesional terdiri atas 5 indikator.

1. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang berhubungan dengan tugas-

tugas pendidikan dan keguruan. Kompetensi ini terdiri atas:

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,

emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang

diampu.

d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi utama bagi seorang pendidik.

Dalam mendidik, seorang guru harus menguasai karakteristik peserta didik sehingga

proses pendidikan yang dilakukan tidak mengalami hambatan dalam berkomunikasi.

Karakteristik peserta didik itu meliputi fisik, psikhis, soial, dan budaya tempat tinggal

peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan komptensi karakter seorang guru.

Page 5: Makalah Paedagogik

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi personal seorang guru.

Kompetensi ini merupakan sosok kepribadian seorang guru yang berkarakter sebagai

orang Indonesia serta pribadi yang ideal dari orang yang menjadi teladan di

masyarakat. Guru merupakan pribadi yang dapat menjadi contoh bagi yang lain.

Kompetensi kepribadian guru itu terdiri atas:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

peserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa.

d. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,

dan rasa percaya diri.

e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kompetensi guru dalam berhubungan dengan

pihak lain. Dalam lingkungan masyarakat, biasanya guru menjadi contoh bagi profesi

lain dalam berinteraksi dan berkomunikasi yang baik. Kompetensi sosial ini terdiri

atas:

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan

jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial

ekonomi.

b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang

memiliki keragaman sosial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan

tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang berhubungan dengan

bidang akademik. Kompetensi ini terdiri atas:

a. Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata

pelajaran yang diampu.

Page 6: Makalah Paedagogik

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang

pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan

tindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan

mengembangkan diri.

Keempat kompetensi profesi guru ini merupakan indikator bagi seorang guru

profesional. Implementasi dari keempat komptensi ini dapat terwujud dalam aktivitas

sehari-hari seorang guru, baik ketika ia sedang bertugas mendidik siswa dalam kelas

maupun ketika ia berada di lingkungan masyarakat. Kompetensi profesi guru ini

melekat dengan pribadi guru sehingga akan selalu merupakan karakter sebagai

seorang pendidik yang berada di lingkungan masyarakat.

D. Pendidikan Berbasis Karakter

Sistem pendidikan nasional sebagaimana digariskan dalam Pasal 31 UUD 1945

beserta peraturan perundangan turunannya merupakan instrumen untuk mewujudkan

pembentukan karakter bangsa Indonesia, termasuk karakter seorang guru Indonesia. Untuk

itu, diperlukan suatu pendidikan guru berbasis pada pembangunan karakter bangsa. Tujuan

utama pendidikan karakter adalah untuk menumbuhkan karakter warga negara, baik karakter

privat, seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan penghargaan terhadap harkat dan

martabat manusia dari setiap individu; maupun karakter publik, misalnya kepedulian sebagai

warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis, dan

kemauan untuk mendengar, bernegosiasi dan berkompromi (Winataputra dan

Budimansyah,2007:192).

Pendidikan karakter lebih mengarah pada peningkatan kepribadian yang akan

tertanam secara mendalam dalam diri. Pada masa orde lama pernah diungkapkan bahwa

untuk mengatasi lunturnya idealisme bangsa diperlukan character building, yang disampaikan

oleh Presiden Sukarno pada Pidato Kenegaraan tanggal 17 Agustus 1962. Character building

ini dilakukan melalui lembaga pendidikan melalui mata pelajaran khusus atau memasukkan

konsep nation character pada setiap mata pelajaran. Pendidikan karakter lebih

mengedepankan kemampuan emosional dan spiritual yang dalam kompetensi profesi

pendidik termasuk ke dalam kompetensi kepribadian.

Kebijakan dalam sistem pendidikan disusun dengan pandangan ideal tentang sesuatu

hal. Kebijakan sertifikasi profesional guru sejatinya dimasudkan untuk meningkatkan kualitas

Page 7: Makalah Paedagogik

pendidik. Peningkatan kualitas pendidikan diharapkan akan mampu mendongkrak kualitas

pendidikan di negeri ini. Namun, kebijakan ini malah justru dikaburkan oleh pandangan

sempit bahwa “sertifikasi guru merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan guru”. Dari hal

ini, muncul kelompok-kelompok pragmatisme di kalangan para guru, dan menyisihkan

kelompok idealisme. Pandangan idealisme dipojokkan pada sebuah kenyataan yang tidak

sesuai dengan zaman, padahal kelompok idealime ini merupakan agen pembaharu di

lingkungan komunitas guru.

Gagasan character building sebagai upaya menciptakan guru-guru ideal patut

mendapat dukungan semua pihak. Apabila idealisme telah melekat pada pribadi guru, maka

ia akan mampu memperbaiki fenomena masyarakat kita yang telah mulai meninggalkan

karakter bangsa Indonesia sebagaimana yang dicita-citakan pembukaan Undang-undang

Dasar 1945. Konsep Pendidikan Budi Pekerti yang menjadi pemikiran ideal seorang guru

ketika ia merasa resah dengan fenomena masyarakat saat ini merupakan landasan bagi

pengembangan character building. Pengembangan pendidikan budi pekerti ini seharusnya

dibangun terlebih dahulu melalui sebuah kesadaran kolegial setiap guru bahwa ia harus

bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

Seorang guru ideal ia harus mampu mendidik dirinya (otodidak) untuk selalu menjadi pribadi

yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Konsep kejujuran

dan berahlak mulia yang ditanamkan kepada peserta didik, seharusnya telah terlebih dahulu

tertanam dalam diri pendidik. Bagaimana jadinya, jika pendidik mengarahkan peserta didik

untuk bertindak dan berkata jujur, sedangkan ia tidak memberi contoh untuk bertindak jujur?

Guru harus menjadi teladan bagi murid dan masyarakat dalam bertindak dan berkata jujur

serta berahlak mulia.

Guru harus menjadi contoh bagi murid dalam mengelola qolbu. Oleh karena itu, ia

harus melakukan self actualisation tentang pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa. Dalam mengaktualisasikan hal tersebut, guru akan membangun dirinya untuk

memiliki pribadi yang tidak mudah marah, mampu mengontrol emosi, dan dapat memberikan

pertimbangan secara komprehensif dalam pengambilan keputusan. Setiap tindakan dan

perbuatan guru selalu dilakukan dengan mengontrol emosi secara objektif, sehingga pribadi

guru menjadi berwibawa di hadapan murid dan masyarakat. Guru menjadi peribadi yang

“digugu dan ditiru” oleh murid dan masyarakat.

Dalam hal melaksanakan tugas pokok sebagai pendidik guru selalu menunjukkan etos

kerja dan tanggungjawab yang tinggi. Seorang guru akan berusaha memantapkan dirinya

untuk menjalankan profesi guru secara ikhlas dan tidak mengeluhkan tugasnya. Pada diri

Page 8: Makalah Paedagogik

guru harus ditanamkan keyakinan bahwa pekerjaan guru merupakan pekerjaan mulia. Ketika

di dunia beroleh imbalan dari pemerintah atau dari yayasan, dan mudah-mudahan di akhirat

menjadi amal baik yang selalu mengalir jika ilmu yang diberikan kepada murid bermanfaat.

Profesi guru harus menjadi profesi yang dapat dibanggakan karena keyakinan di atas. Oleh

karena itu, setiap guru harus dapat membangun diri (self building) terutama dalam

menunjukkan etos kerja dan tanggungjawab yang tinggi. Sifat ini akan berhubungan dengan

kebanggan dan kepercayaan diri menjadi seorang guru. Menjadi guru adalah pekerjaan mulia

dan beribadah.

Seorang guru profesional akan selalu menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Ia

tidak akan mudah tergoyahkan oleh kepentingan sesaat, karena profesi ini selalu dihayati dan

dinikmati sebagai fitrah dari sang pencipta. Kode etik profesi guru merupakan pegangan

dalam menjalankan profesi keguruan dan akan selalu tertanam dalam diri guru ideal. Oleh

karena itu, pandangan yang meremehkan profesi guru atau menjatuhkan profesi guru akan

mendapatkan reaksi dari pada guru yang telah memiliki karakter sebagai guru profesional.

Berdasarkan uraian ini, tampaknya pendidikan karakter bagi seorang guru merupakan

pandangan ideal. Dalam mengimplementasikan hal ini dapat ditempuh melalui proses

otodidak guru yang dilakukan dengan berintospeksi. Dalam suatu organisasi informal seperti

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pun dapat dilakukan pendidikan dan latihan

berbasis karakter untuk memantapkan kompetensi kepribadian seorang guru. Program yang

sangat ideal ditempuh melalui program In House Training (IHT) bagi para guru yang dapat

diselenggarakan melalui UPTD Peningkatan Profesi Pendidik atau melalui Badan

Kepegawaian Daerah di tingkat kabupaten/kota. Melalui pendidikan karakter ini diharapkan

para guru semakin mantap kepribadiannya dan ia dapat menjadi teladan bagi murid dan

masyarakat dalam memantapkan karakter bangsa Indonesia.

E. Simpulan

Perubahan masyarakat yang mendorong adanya perubahan karakter bangsa Indonesia

merupakan kekhawatiran semua pihak. Profesi guru merupakan harapan satu-satunya untuk

memperbaiki perubahan negatif tersebut. Namun demikian, profesi guru harus menjadi

contoh dan teladan terlebih dahulu bagi masyarakat yang sedang mengalami degradasi. Guru

harus merupakan profesi terdepan dalam mempertahankan kelompok idealisme daripada

pragmatisme. Guru merupakan harapan semua pihak untuk mendidik dan mengarahkan

masyarakat Indonesia untuk kembali ke jatidiri bangsa Indonesia yang memiliki karakter

sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.

Page 9: Makalah Paedagogik

Dalam mengemban tugas sebagai agen pembaharu, guru harus menjadi teladan bagi

peserta didik maupun masyarakat. Guru dapat mengikuti atau menerapkan pendidikan dan

pelatihan berbasis karakter. Guru seharusnya dapat membangun karakter diri sebagai pribadi

yang diidamkan melalui proses pelatihan diri.

Pendidikan berbasis karakter dapat dilakukan dengan memantapkan kompetensi

kepribadian guru. Pendidikan ini dapat dilakukan secara otodidak atau dilakukan secara

terprogram sebagai bentuk penyegaran pada guru. Pendidikan karakter bagi guru merupakan

upaya yang dapat ditempuh dalam rangka memersiapkan agen pembaharu untuk

memperbaiki kepribadian bangsa yang sedang mengalami pergeseran dan perubahan. Profesi

guru diharapkan mampu menjadi “pelita dalam kegelapan dan embun penyejuk dalam

kehausan”. Amin.

Daftar Pustaka

1. Depdiknas (2003) Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Pusat

Dokumentasi Depdiknas.

2. Depdiknas (2005) Undang-undang Guru dan Dosen. Bandung: Adicita Karya Nusa.

3. Depdiknas (2007) Pedoman Penilaian Guru dalam Jabatan. Jakarta: Direktorat

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

4. Raka, I.I.D.G. (2008). Pembangunan Karakter dan Pembangunan Bangsa: Menengok

Kembali Peran Perguruan Tinggi, Bandung: Majelis Guru Besar ITB.

5. Supriadi, Dedi (1998) Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Bandung: Adicita Karya Nusa.

6. Surya, Mohamad. (2008). Guru Profesional: untuk Pendidikan Bermutu. Bandung: Geografi Edu.