makalah outsourcing

36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini masyarakat kapitalis umumnya ditandai oleh terciptanya polarisasi sosial diantara para pemilik kapital dengan pekerja. (Revrisond Bawsir, 1999 : 4). Kebebasan kaum kapitalis adalah kebebasan yang ditopang oleh penguasaan fakor-faktor produksi, dengan faktor-faktor produksi kaum kapitalis memiliki kemampuan untuk memanipulasi dan membeli kebebasan yang dimiliki komponen masyarakat lainnya. Termasuk kebebasan yang dimiliki oleh para pejabat negara. Kondisi dunia yang telah dihegemoni oleh kekuatan kapitalisme global mencengkram seluruh sendi-sendi kehidupan. Dua sifat utama dari kapitalisme yaitu eksploitatif dan ekspansif. Kedua wajah kapitalisme ini berjalan beriringan sehingga pencapaian tujuan kapitalisme untuk meningkatkan akumulasi modal semakin masive. Menurut Tabb dalam Susetiawan (2009 : 6), bahwa konstruksi kelembagaan untuk mengatur tata dunia dilakukan melalui organisasi atau agen-agen internasional antara lain WTO (World Trade Organization), GATT (General Agreement on Trade and Tariff), Bank Dunia (World Bank), IMF (International Monetary Fund) dan berbagai lembaga lainnya. Globalisasi memperluas pergerakan modal dan memberi tempat yang makin penting bagi korporasi besar dunia (MNCs). Di Indonesia kita menyaksikan sebuah pergeseran yang 1

Transcript of makalah outsourcing

Page 1: makalah outsourcing

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat kapitalis umumnya ditandai oleh terciptanya polarisasi

sosial diantara para pemilik kapital dengan pekerja. (Revrisond Bawsir, 1999 : 4).

Kebebasan kaum kapitalis adalah kebebasan yang ditopang oleh penguasaan fakor-faktor

produksi, dengan faktor-faktor produksi kaum kapitalis memiliki kemampuan untuk

memanipulasi dan membeli kebebasan yang dimiliki komponen masyarakat lainnya.

Termasuk kebebasan yang dimiliki oleh para pejabat negara.

Kondisi dunia yang telah dihegemoni oleh kekuatan kapitalisme global

mencengkram seluruh sendi-sendi kehidupan. Dua sifat utama dari kapitalisme yaitu

eksploitatif dan ekspansif. Kedua wajah kapitalisme ini berjalan beriringan sehingga

pencapaian tujuan kapitalisme untuk meningkatkan akumulasi modal semakin masive.

Menurut Tabb dalam Susetiawan (2009 : 6), bahwa konstruksi kelembagaan untuk

mengatur tata dunia dilakukan melalui organisasi atau agen-agen internasional antara lain

WTO (World Trade Organization), GATT (General Agreement on Trade and Tariff),

Bank Dunia (World Bank), IMF (International Monetary Fund) dan berbagai lembaga

lainnya.

Globalisasi memperluas pergerakan modal dan memberi tempat yang makin

penting bagi korporasi besar dunia (MNCs). Di Indonesia kita menyaksikan sebuah

pergeseran yang menandai makin kuatnya ekspansi kapitalis global. Hingga

mencengkram seluruh basis perekonomian nasional, dari perekonomian skala besar

sampai perekonomian rakyat kecil. Ekspansi besar-besaran perusahaan multi nasional

disertai juga dengan tuntutan mekanisme kerja baru yang memperkenalkan sistem

hubungan kerja yang fleksibel dalam bentuk outsourcing dan kerja kontrak.

Semua mekanisme kerja dimaksudkan untuk meraih keuntungan yang lebih besar

dengan mengurangi tanggung jawab pemilik modal atau pengusaha terhadap masa depan

pekerjaannya. Kata kunci yang selalu mereka ungkapkan yaitu efisiensi yang hampir

identik dengan kue keuntungan yang makin besar (Rekson Silaban, 2009:4).

Indonesia pasca reformasi setelah tumbangnya rezim diktator, terbukanya alam

kebebasan memberikan efek positif bagi setiap warga negara untuk berserikat dalam

1

Page 2: makalah outsourcing

organisasi-organisasi masyarakat. Begitu juga kelompok buruh semakin tergorganisir

dalam memperjuangkan hak-hak mereka. Walaupun demikian belumlah selesai masalah

perburuhan dinegeri ini.

Rekson Silaban (2009 : 48) mencatat beberapa masalah utama perburuhan pasca

reformasi yaitu masalah pengangguran dan berimplikasi pada meningkatnya jumlah

pekerja sektor informal, masalah pendidikan dan komposisi, sistem pengupahan, praktek

outsourcing dan kontrak, masalah sistem pengawasan tenaga kerja, dan masalah jaminan

sosial tenaga kerja.

Masalah tersebut menjadi isu-isu yang cukup sexy apalagi pada saat kampanye

partai politik. Agenda yang selalu menjadi perdebatan yang tidak pernah habis-habisnya

karena isu tersebut tetap dijaga sebagai alat kepentingan politik. Dalam paper ini yang

menarik untuk dianalisis yaitu masalah outsourcing sebagai sebuah mekanisme

perburuhan yang lahir dari rahim kapitalisme modern.

Outsourcing merupakan bentuk nyata dari prinsip fleksibelitas pasar kerja dan

dapat ditemukan dihampir seluruh bagian dalam rangkaian proses produksi (Rekson

Silaban, 2009 : 71). Selain itu outsoursing juga didefinisikan sebagai pengalihan sebagian

atau seluruh pekerjaan dan atau wewenang kepada pihak lain guna mendukung strategi

pemakaian jasa outsourcing baik pribadi, perusahaan divisi atau pun sebuah unit dalam

perusahaan (Komang Priamda, 2008 : 12).

Outsourcing memiliki dua jenis pertama, outsourcing pekerjaan yang berkaitan

dengan pemborongan pekerjaan pada pihak lain, kedua, outsourcing manusia. Tipe

outsourcing yang kedua merupakan praktek yang memberikan efisiensi pada tingkat

tertentu dalam operasional bisnis, namun merugikan secara serius kepentingan buruh

dipihak lain. Praktek inilah yang ditentang oleh gerakan buruh di Indonesia khususnya.

Apalagi setelah disahkannya UU No. 13 Tahun 2003, praktek sistem kerja kontrak

merajarela bagaikan jamur di musim hujan. Nyaris semua perusahaan memberlakukannya

dalam bentuk kontrak kerja yang pendek dan outsourcing.

Pasal 64 UU No. 13 Tahun 2003 adalah landasan hukum bagi perusahaan

outsourcing dan pengusaha berkonspirasi mempraktekkan outsourcing. Bunyinya sebagai

berikut : "Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada

perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa

2

Page 3: makalah outsourcing

pekerja atau buruh yang dibuat secara tertulis". Berdasarkan pasal inilah pemerintah telah

mengakui pemberlakuan sistem kerja kontrak dan outsourcing yang dahulu kala

merupakan salah satu bentuk penjajahan koloni asing atas Indonesia di perusahaan-

perusahaan perkebunan yang ada di Indonesia.

Dari uraian diatas yang menjadi permasalahan utama paper ini yaitu bagaimana

mekanisme outsourcing menjadi sebuah sistem perburuhan yang mengingkari hak-hak

buruh, dengan persfektif teori alienasi dan nilai surplus Karl Marx. Dan menganalisis

keterkaitan hubungan perburuhan dalam sistem outsourcing, yaitu bagaimana posisi

buruh, perusahaan outsourcing dan perusahaan pengguna outsourcing. Selain itu akan

ditampilkan data-data gejolak-gejolak yang muncul dari sistem outsourcing.

B. Rumusan Masalah

Outsourcing merupakan mekanisme perburuhan diera modern, sebagai imbas dari

eksploitasi dan ekspansi perusahaan multi nasional dalam lingkaran kapitalisme global.

Menilik uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rincian permasalahan dalam

makalah "Outsourcing Sebuah Pengingkaran Kapitalisme Terhadap Hak-Hak Buruh"

yaitu sebagai beikut :

1. Apakah pengertian dari outsourcing?

2. Masalah apa saja yang terjadi dalam penggunaan outsourcing?

3. Bagaimana mekanisme outsourcing dalam industri di Indonesia ?, bagaimana

hubungan buruh serta kedudukan buruh dalam sistem tersebut ?

4. Bagaimana indikasi-indikasi pengingkaran hak-hak buruh dalam sistem

outsourcing ?, bagiamana alienasi dan nilai surplus yang terjadi dalam sistem

tersebut ?

5. Bagaimana Studi analisa kasus yang terjadi di Manajemen Jakarta International

Container Terminal?

3

Page 4: makalah outsourcing

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami

outsourcing sebagai sebuah pengingkaran kapitalisme terhadap hak-hak buruh.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui mekanisme outsourcing yang diberlakukan dalam

industri di Indonesia

2. Untuk menggambarkan keterkaitan hubungan kerja antara buruh,

perusahaan outsourcing, dan perusahaan pengguna outsourcing

3. Untuk menggambarkan posisi buruh dalam sistem outsourcing dan melihat

implikasi-implikasi penindasan hak-hak buruh oleh sistem tersebut

4

Page 5: makalah outsourcing

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI OUTSOURCINGDalam era globalisasi dan tuntutan persaingan dunia usaha yang ketat saat ini,

maka perusahaan dituntut untuk berusaha meningkatkan kinerja usahanya melalui

pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

dengan mempekerjakan tenaga kerja seminimal mungkin untuk dapat memberi kontribusi

maksimal sesuai sasaran perusahaan. Untuk itu perusahaan berupaya fokus menangani

pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business), sedangkan pekerjaan penunjang

diserahkan kepada pihak lain. Proses kegiatan ini dikenal dengan istilah “outsourcing.”

(Sumber : http://ariswan.wordpress.com/2008/05/23/outsourcing-sebagai-solusi-dunia)

“Outsourcing is subcontracting a process, such as product design or

manufacturing, to a third-party company. The decision to outsource is often made in the

interest of lowering firm costs, redirecting or conserving energy directed at the

competencies of a particular business, or to make more efficient use of land, labor,

capital, (information) technology and resources. Outsourcing became part of the business

lexicon during the 1980s.“ (Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Outsourcing)

Atau dengan kata lain outsourcing atau alih daya merupakan proses pemindahan

tanggung jawab tenaga kerja dari perusahaan induk ke perusahaan lain diluar perusahaan

induk. Perusahaan diluar perusahaan induk bisa berupa vendor, koperasi ataupun instansi

lain yang diatur dalam suatu kesepakatan tertentu. Outsourcing dalam regulasi

ketenagakerjaan bisa hanya mencakup tenaga kerja pada proses pendukung (non--core

business unit) atau secara praktek semua lini kerja bisa dialihkan sebagai unit

outsourcing. (Sumber : “Seputar Tentang Tenaga Outsourcing”,

http://malangnet.wordpress.com)

Outsourcing menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan khususnya bagi tenaga

kerja. Oleh sebab itu terdapat pro dan kontra terhadap penggunaan outsourcing, berikut

beberapa penjabarannya dalam tabel 1.

5

Page 6: makalah outsourcing

TABEL 1Pro – Kontra Penggunaan Outsourcing

PRO OUTSOURCING KONTRA OUTSOURCING

- Business owner bisa fokus pada core business.

- Cost reduction.

- Biaya investasi berubah menjadi biaya belanja.

- Tidak lagi dipusingkan dengan oleh turn over tenaga kerja.

- Bagian dari modenisasi dunia usaha (Sumber : Pekerjaan Waktu Tertentu dan “Outsourcing, www.sinarharapan.co.id)

- Ketidakpastian status ketenagakerjaan dan ancaman PHK bagi tenaga kerja. (Sumber: www.hukumonline.com)

- Perbedaan perlakuan Compensation and Benefit antara karyawan internal dengan karyawan outsource. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)

- Career Path di outsourcing seringkali kurang terencana dan terarah. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)

- Perusahaan pengguna jasa sangat mungkin memutuskan hubungan kerjasama dengan outsourcing provider dan mengakibatkan ketidakjelasan status kerja buruh. (Sumber: “Outsourcing, Pro dan Kontra” http://recruitmentindonesia.wordpress.com)

- Eksploitasi manusia (Sumber : Pekerjaan Waktu Tertentu dan “Outsourcing, www.sinarharapan.co.id)

(Informasi dari berbagai sumber hasil browsing di internet)

B. Masalah Umum Yang Terjadi Dalam Penggunaan Outsourcing

1. Penentuan partner outsourcing.

Hal ini menjadi sangat krusial karena partner outsourcing harus mengetahui apa

yang menjadi kebutuhan perusahaan serta menjaga hubungan baik dengan partner

outsourcing.

2. Perusahaan outsourcing harus berbadan hukum.

Hal ini bertujuan untuk melindungi hak-hak tenaga outsource, sehingga mereka

memiliki kepastian hukum.

6

Page 7: makalah outsourcing

3. Pelanggaran ketentuan outsourcing.

Demi mengurangi biaya produksi, perusahaan terkadang melanggar ketentuan-

ketentuan yang berlaku. Akibat yang terjadi adalah demonstrasi buruh yang

menuntut hak-haknya. Hal ini menjadi salah satu perhatian bagi investor asing

untuk mendirikan usaha di Indonesia.

4. Perusahan outsourcing memotong gaji tenaga kerja tanpa ada batasan sehingga,

yang mereka terima, berkurang lebih banyak. (Sumber: “Sistem Outsourcing

Banyak Disalahgunakan”, www.fpks-dpr.or.id)

C. Mekanisme Outsourcing Dalam Industri Di Indonesia.

Perkembangan kapitalisme di era modern telah mencapai pada puncaknya

menghegemoni dunia. Kondisi ini didukung oleh kemajuan teknologi informasi dan

transportasi yang berkembang cukup pesat. Batas-batas Negara menjadi tidak penting

lagi, hanya batas formalitas teritorial yang ada, tetapi tidak mampu membendung

pernyebaran ide-ide, inovasi, teknologi sehingga dunia menjadi sebuah kampung global.

Menurut James J (2003 : 174), globalisasi merupakan pengintegrasian internasional

individu-individu dengan jaringan-jaringan informasi serta institusi ekonomi, sosial, dan

politik yang terjadi secara cepat dan mendalam, dalam takaran yang belum dialami

sejarah dunia sebelumnya.

Outsourcing merupakan turunan dari kapitalisme global. Dikatakan juga sebagai

anak kandung yang lahir dari rahim kapitalis, kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari sifat

dasar kapitalis yaitu eksploitatif dan ekspansif. Perusahaan-perusahaan transnasional dan

multi nasional, semakin kuat mengcengkram Negara-negara yang sedang berkembang.

Ekspansi dan eksploitasi yang besar-besaran dilakukan demi akumulasi modal. Sebagai

contoh perusahaan NIKE selama periode 1989-1994 membuka lokasi pabrik baru di

Cina, Indonesia dan Thailand dimana upah sangat rendah.

Ekspansi besar-besaran perusahaan transnasional diiringi juga dengan model dan

format kerja yang mereka persiapkan (outsourcing), untuk diterapkan di wilayah

pengembangan perusahaan. Ini merupakan implementasi dari ciri globalisasi dimana

perusahaan transnasional melakukan peningkatan konsentrasi dan monopoli berbagai

sumberdaya dan kekuatan ekonomi (Martin Khor, 2001 : 12). Karena itu globalisasi

7

Page 8: makalah outsourcing

adalah proses yang tidak adil dengan distribusi-distribusi keuntungan maupun kerugian

yang juga tidak seimbang.

Dari penjelasan diatas dapat diasumsikan bahwa perkembangan outsourcing di

Indonesai sebagai salah satu negara berkembang merupakan imbas dari hegemoni

kapitalis. Outsourcing di Indonesia sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 1980-an,

model kerja ini disahkan keberlakuannya melalui keputusan Menteri Perdagangan RI No.

264/KP/1989 Tentang Pekerjaan Sub-kontrak Perusahaan Pengelola di Kawasan Berikat.

Industri awal yang bersentuhan dengan outsource adalah industri perminyakan.

Bahan bakar yang dimanfaakan oleh konsumen akhir, mengalami proses panjang dan

melalui berbagai perusahaan outsourcing. Dimulai dari pemilik konsesi lahan, eksplorasi

hingga produksi, transportasi, semuanya dilakukan oleh perusahaan yang berbeda

(Komang Priambada, 2008 : 21).

Dewasa ini hampir seluruh industri baik kecil maupun skala besar yang dimiliki

oleh para kapitalis melalukan praktek outsourcing. Ada beberapa alasan industri

melakukan outsourcing yaitu pertama, efisiensi kerja dimana perusahaan produksi dapat

melimpahkan kerja-kerja operasional kepada perusahaan outsourcing; kedua, resiko

operasional perusahaan dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Sehingga pemanfaatan

faktor produksi bisa dimaksimalkan dengan menekan resiko sekecil mungkin; ketiga,

sumber daya perusahaan yang ada dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lain yang lebih

fokus dalam meningkatkan produksi; keempat, mengurangi biaya pengeluaran (capital

expenditure) karena dana yang sebelumnya untuk investasi dapat digunakan untuk biaya

operasional; kelima perusahaan dapat mempekerjakan tenaga kerja yang terampil dan

murah; keenam, mekanisme kontrol terhadap buruh menjadi lebih baik.

Pengesahan Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003, merupakan

landasan hukum bagi pelegalan sistem outsourcing yang menguntungkan pihak penguasa

modal dan sebaliknya merugikan kaum buruh. Berbagai aksi protes menentang sistem

outsourcing merupakan salah satu bentuk dari resistensi terhadap kepitalisme. Dalam

persfektif buruh, outsorcing menjadi sebuah batu penghalang bagi peningkatan kelayakan

hidup bagi mereka. Upah yang murah, tidak adanya jaminan sosial dan lain sebagainya

adalah indikasi dari pengingkaran kapitalisme terhadap hak-hak buruh yang mencederai

human rigth.

8

Page 9: makalah outsourcing

Untuk mempertegas mengenai mekanisme tersebut berikut uraian mengenai

hubungan buruh dan kedudukan buruh dalam model kerja outsourcing :

a. Hubungan Buruh

Hubungan industrial di Indonesia sepanjang perjalanannya sering menunjukkan

bahwa buruh ditempatkan sebagai faktor produksi mirip sebagai faktor produksi yang

dikonstruksikan Karl Marx. Outsourcing didefinisikan sebagai model kerja yang

menambahkan unsur 'pelaksana perkerjaan' diantara relasi buruh dan modal (Rita Olivia,

2008 : 9). Kondisi tersebut menjadikan hubungan perburuhan semakin kabur, dan

memperlemah bergaining position buruh terhadap pemilik modal.

Dalam model kerja outsourcing adanya pergeseran ruang lingkup hubungan

industrial. Awalnya yang terkenal dengan istilah tripartit atau hubungan antara buruh,

pengusaha dan pemerintah (Susetiawan, 2000:173). Dalam model outsourcing menjadi

empat lingkaran hubungan yaitu buruh, perantara atau broker (perusahaan oustsourcing),

perusahaan inti (pemilik modal) dan pemerintah. Outsourcing sebagai sebuah model

perburuhan baru, melalui beberapa tahapan dalam perekrutan. Ketersediaan tenaga kerja

yang tinggi di pasar tenaga kerja mengakibatkan turunnya harga buruh. Menurut Marx

tersedianya tentara-tentara cadangan yang banyak mengakibatkan terjadinya penindasan

terhadap hak-hak buruh. Eksploitasi, PHK dan lain sebagainya diputuskan secara sepihak

oleh pemilik modal.

Hubungan industrial dalam model kerja outsourcing, menjadikan buruh tidak

mempunyai kejelasan dalam hubungan, berimbas pada tidak jelasnya posisi buruh

bagaimana mereka menuntut hak-haknya. Buruh dituntut untuk memenuhi persyaratan

dalam outsourcing, jam kerja yang padat, upah yang tidak seimbang, tidak adanya

kesempatan untuk bergabung dalam organisasi buruh, karena waktu yang habis dalam

kontrak kerja. Pelanggaran terhadap perjanjian akan langsung berakibat pada

pemberhantian secara langsung oleh manajemen perusahaan outsourcing. Dan digantikan

oleh tenaga-tenaga outsourcing lainnya sebagai tentara-tentara cadangan.

Kondisi ini membebaskan industri-industri pengguna dari kewajiban-kewajiban

terhadap buruh kecuali hanya memberikan upah dari kerja buruh. Menurut Komang

Priambada (2008 : 31), pihak pengusaha berpendapat bahwa "Dari mana pekerja itu

direkrut, bagaimana datangnya dan lain-lain adalah bukan urusan kita sebagai pemakai".

9

Page 10: makalah outsourcing

Inilah satu kondisi yang memperlihatkan bahwa pekerja adalah barang dagangan dan

outsourcing tidak lain hanyalah triffiking yang dilegalkan.

Hubungan yang terjadi antara buruh dengan perusahaan outsourcing dan

perusahaan pengguna (pemilik modal), adalah hubungan ketergantungan. Tentunya tipe

ketergantungan (dependensi) yang terjadi yaitu ketergantungan yang tidak seimbang.

Eggi Sudjana (2001 : 27), menjelaskan bahwa kekuasaan yang menumpuk di tangan

kelompok pemberi upah atau borjuis dalam mengelola dan menguasai sumber-sumber

daya yang terbatas. Sehingga dalam prakteknya hubungan ketergantungan ini berjalan

dengan berat sebelah, karena prinsip para kapitalis yaitu memaksimalkan keuntungan

yang menekankan pada efisiensi dan produktivitas, sehingga buruh sering dieksploitasi.

Hubungan peruburuhan dalam sistem oousourcing sebagimana yang telah

disebutkan diatas sangat merugikan kaum buruh. Penolakan dan terjadinya konflik

perbruhan merupakan sebauh kegagalan poduk hukum dalam menampung dan

mengeluarkan kebijakan yang berpihak kepada mereka. Terjadilah hubungan yang tidak

sehat disatu sisi pengusaha diuntungkan dan dilain sisi buruh dirugikan. Inilah gambaran

hubungan buruh dalam sistem outsourcing.

b. Kedudukan Buruh

Buruh dalam model kerja outsourcing menjadi sosok barang yang

diperjualbelikan dengan harga murah, tidak harus menunggu rongsok dan bisa langsung

mengganti dengan barang yang lain, dengan kualitas yang lebih bagus dan harga yang

murah. Buruh adalah alat atau faktor produksi setelah modal, signifikannya peran buruh

sehingga ketidakhadiran buruh, berakibat pada tidak akan tercipta akumulasi modal

(capital). Idealnya buruh ditempatkan ditempat yang layak dan dihargai dengan nilai yang

tinggi, kerena merakalah yang turut langsung menciptakan produk yang akan dikonsumsi

konsumen.

Kenyataannya bahwa buruh selalu dikebiri disubordinatkan dan gerakan-

gerakannya selalu dilemahkan, karena dianggap akan membahayakan pemilik modal.

Inilah wajah kapitaslime, wajah penindasan terhadap hak-hak buruh. Outsourcing adalah

model kerja yang mencederai makna HAM dan Demokrasi. Celia Mather, (2008 : 28)

mengungkapkan bahwa outsourcing mengakibatkan tiga masalah utama yaitu pertama,

tersingkirnya buruh dari meja atau kesepakatan negosiasi; kedua, tidak adanya tanggung

10

Page 11: makalah outsourcing

jawab hukum perusahaan terhadap buruh; ketiga berkurangnya buruh tetap sehingga

semua buruh masuk kedalam outsourcing, kondisi buruh dalam ketidakpastian. Menurut

Celia Mather (2008 : 37), perusahaan inti melalui kontrator penyedia jasa memberikan

upah yang jauh lebih rendah daripada buruh tetap, mereka terhindar dari penyediaan

tunjangan-tunjangan seperti pensiun, asuransi kesehatan, kematian atau kecelakaan, sakit

dibayar, cuti dibayar, tunjangan melahirkan. Berikut dalam Tabel 1 Gambaran

perbandingan hak buruh tetap (Permanent), dan buruh kontrak (Outsorcing) :

Tabel. 1

Gambaran Perbandingan Hak Buruh Tetap (Permanent)

dan Buruh Kontrak (Outsorcing)

Hak-hak Buruh Buruh Tetap Buruh Kontrak

Upah Pokok (UP) Minimal UMK

Tunjangan Masa Kerja

(TMK)

UP=UMK+TMK

Hanya UMK

Premi kehadiran Dapat Tidak dapat

Tunjangan Jabatan Pada posisi tertentu ada Tidak dapat

Jaminan Sosial

Tenaga Kerja

Dapat Tidak dapat

Jaminan Kecelakaan

Kerja

Jaminan Kematian

Jaminan Hari Tua

Jaminan Kesehatan

(Bagi buruh dan

Keluarga)

Uang Makan dan

Transport

Dapat Tidak dapat (Termasuk di

dalam upah pokok)

Hak Cuti:

Tahunan, Haid, dan

cuti hamil

Dapat, untuk buruh

perempuan yang hamil

mendapat cuti 3 bulan

dengan dibayar

Tidak dapat, buruh

perempuan ketika hamil

diputus kontraknya.

11

Page 12: makalah outsourcing

upahnya

Tunjangan Hari Raya Dapat Tidak Dapat

Pesangon Dapat (dilindungi oleh

Undang-Undang)

Tidak Dapat

Kebebasan berserikat Ada dan dapat

dijalankan

Buruh takut berserikat

karena langsung dapat

diputus hubungan kerjanya

Perjanjian Kerja atau

Kesepakatan Kerja

Kolektif melalui PKB Individu yang ditandatangani

di awal

Sumber : Position paper KBC (Komite Buruh Cisadane), April 2004, hasil pendataan terhadap 150 perusahaan di

Tangerang 2003-2004.

Keberadaan buruh berstatus outsorcing pada gilirannya akan melemahkan perjuangan

kolektif buruh melalui serikat buruh, sebagai elemen pemaksa bagi terpenuhinya hak-hak buruh.

Sebab, buruh outsourcing bergerak sebagai individu yang mengadakan hubungan kerja dengan

perusahaan secara langsung, atau buruh yang disalurkan oleh lembaga outsourcing (jasa penyalur

tenaga kerja), kepada perusahaan, para pihak yang terlibat dalam perjanjian dalam hal ini adalah

jasa penyalur tenaga kerja dan perusahaan, sementara buruh outsorcing sendiri berada di bawah

kendali jasa penyalur.

D. Indikasi Pengingkaran Hak-Hak Buruh Dalam Sistem Outsourcing

Pengingkaran hak-hak buruh dalam model kerja outsourcing, sebagian telah

dijelaskan dalam pembahasan terdahulu. Indikasi pelanggaran kapitalis (pemilik modal)

dapat dilihat dari laporan Organisai Nirlaba "Global Alliance for Workers and

Communities" mengenai kondisi kerja di sembilan Perusahaan NIKE. Hasil laporan dari

wawancara dengan 4.450 buruh, bahwa terjadi penyiksaan dan perlakuan tidak

sewajarnya oleh pekerja kontrak (outsourcing), sejumlah 30 persen buruh mengaku

pernah melihat atau mengalami pelecehan atau penyiksaan baik secara verbal maupun

fisik, termasuk pelecehan seksual (Sri Haryani, 2002 : 45). Laporan tersebut merupakan

sebagian kecil dari gambaran bagaimana kondisi buruh dalam sistem outsouring. Untuk

12

Page 13: makalah outsourcing

memperjelas mengenai indikasi tersebut disini akan digunakan persfektif alienasi dan

nilai surplus Karl Marx.

1. Alienasi Buruh Dalam Sistem Outsourcing

Manusia merupakan mahluk produktif yang mampu menggunakan

seperangkat kemampuannya untuk bekerja. Kerja adalah sebuah proses dimana

manusia dan alam terlibat dalam sebuah kegiatan produktif. Manusia mempunyai

kemampauan untuk mengatur, memulai, dan mengontrol reakasi-reaksi material

antara dirinya dan alam.

Marx dalam teori alienasi mengungkapkan empat bentuk alienasi, dalam

menganalisis buruh dan perkembangan buruh pada masa kapitalisme awal.

Perkembangan kapitalisme dan juga perangkat-perangkat pendukungnya semakin

menguatkan eksploitasi dan ekspansi. Buruh outsourcing baik secara struktural

maupun fungsional teralienasi. Sistem outsourcing yang melibatkan broker

sebagai pihak perantara penyedia buruh, dan juga perusahaan inti yang

memanfaatkan buruh telah melakukan praktek alienasi yang tidak bisa ditolerir.

Praktik ini sesungguhnya mirip "jual beli manusia" (human trafficking) yang

dilegalisasi oleh negara.

Beberapa indikator dari alienasi buruh dalam sistem kerja outsourcing

yaitu, pertama; buruh kehilangan kesempatan untuk menyalurkan dan mengontrol

sendiri hasilnya kerjanya. Dalam bahasa Marx, buruh teralienasi dari aktivitas

produktif, dalam pengertian bahwa buruh tidak bekerja untuk memenuhi

kebutuhan mereka, melainkan mereka bekerja untuk kapitalis (Ritzer, 2008 : 56)

Buruh dicetak dan dibentuk seperti mesin yang bekerja untuk pemilik

mesin. Buruh kehilangan kreativitas dan kemampuan dasarnya sebagai mahluk

produktif untuk mencukupi kebutuhan sendiri. Mereka telah kehilangan hak-hak

untuk menciptakan produk sesuai dengan keinginan dan untuk kebutuhan mereka

sendiri. Outsourcing melanggengkan perangkap terhadap buruh yang sudah lama

terbentuk. Kondisi ini juga didukung dengan kuatnya penguasaan broker dan

perusahaan inti terhadap buruh. Senada dengan gambaran diatas dalam kongres

ICEM menyatakan bahwa kami memandang outsourcing sebagai bentuk dari

perbudakan dan ketidakadilan bagi kemanusiaan (Celia Mather, 2008 : 39).

13

Page 14: makalah outsourcing

Kedua, buruh teralienasi dari produk hasil kerja mereka. Buruh tidak

memiliki hak untuk memiliki produk hasil produksi mereka, karena produk

tersebut hak milik kapitalis. Asumsi ini masih dalam satu rangkaian dengan tipe

aleinasi yang pertama. Buruh diposisikan sebagai faktor produksi yang

memproduksi barang untuk kepentingan kapitali dan akan mereka jual dipasar.

Sebagai contoh buruh outsourcing di perusahan Nike, tidak dapat serta merta

dapat memiliki hasil dari kerjanya. Meraka bisa memiliknya ketika mereka

membeli produk itu dipasar tetapi harganya tidak bakanlan terjangkau oleh

mereka.

Ketiga, buruh teralienasi dari sesama pekerja. Fenomena ini sebenarnya

telah lama terjadi, tetapi dalam kasus kerja outsourcing ada varian lain, tidak

seperti yang ditemukan pada kapitalisme awal, dimana hubungan buruh hanya

antara kelas borjuis dan proletar (buruh). Keterasingan pekerja sesama pekerja

outsourcing mencapai pada puncaknya, mereka menjadi aktor yang harus loyal

karena perjanjian outsourcing telah mereka sepakati. Persyarakatan yang

memberatkan pihak buruh sehingga pelanggaran terhadap perjanjian akan

mengakibatkan pemecatan. Struktur yang dibangun benar-benar menjadi kekautan

yang menghegemoni buruh untuk tunduk. Sehingga berimplikasi mereka tidak

tidak dapat berinteraksi dengan buruh-buruh yang lain. Selain itu ada juga

kecenderungan buruh outsourcing tidak dapat masuk kedalam serikat-serikat

buruh karena waktu kontrak yang terbatas, dan terjadi hambatan untuk merekrut

buruh kedalam serikat buruh yang akan memperjaungkan hak-hak dasar mereka.

Keempat, buruh tealienasi dari kemanusiaan mereka sendiri, hal ini

dikarenakan kerja tidak lagi menjadi transformasi dan pemenuhan sifat dasar

manusia. Kondisi ini juga terjadi dalam sistem kerja outsourcing, regulasi-regulasi

yang cukup kuat mencengkram buruh menjadikan buruh tidak merdeka

sepenuhnya. Buruh hanya menerima gaji yang minimum dengan pengerukan

tenaga dan usaha yang maksimum. Outsourcing atau kerja kontrak memposisikan

buruh dalam keadaan yang sangat sulit, tidak mempunyai posisi tawar yang

memadai, sehingga penindasan terhadap hak-hak buruh menjadi bagian yang

tidak terpisahkan dalam sistem tersebut.

14

Page 15: makalah outsourcing

2. Nilai Surplus Dalam Sistem outsourcing

Buruh outsoursing sangat rentan dengan eksploitasi secara besar-besaran

oleh pemilik modal atau kapitalisme. Sistem outsourcing mengakibatkan buruh

bena-benar berada pada titik kulminasi, tidak mampu berbuat apapun demikian

juga untuk membela hak-haknya. Penerapan outsourcing yang dilegalkan dengan

adanya undang-udang memberikan landasan hukum dibolehkannya praktek

pengingkaran terhadap hak-hak buruh oleh negara.

Kerja buruh seharusnya di nilai dengan harga dan bayaran yang seimbang.

Idealnya begitu yang diharapkan oleh buruh baik secara personal maupun dalam

gerakan kolektif srikat buruh. Tuntutan akan pemenuhan hak-hak dasar menjadi

agenda utama dalam setiap aksi-aksi serikat buruh. Walaupun demikian tuntutan

itu belum terwujud hingga saat ini.

Salah satu tujuan outsourcing yaitu untuk efisiensi dan mengurangi biaya

produksi. Nilai surplus merupakan keuntungan yang telah dipersiapkan atau sudah

direkayasa dalam sistem outsouricing melalui perjanjian kerja. Ada kepentingan

pemilik modal yang mendominasi dalam mekanisme tersebut. Menarik lebih jauh

bahwa dibalik semua proses ini adalah wujud dari ketergantungan negara

berkembang (satelit) terhadap negara maju (metropolis). Menurut Frank

kapitalisme pada dasarnya ingin mencari keuntungan yang sebesar-besarnya,

kaum kapitalisme dinegara-negara metropolis bekerjasama dengan pejabat

pemerintah negara satelit. Akibat dari kerjasama antara modal asing dan

pemerintah muncullah kebijakan-kebijakan pemerintah yang menguntungakan

modal asing dan borjuasi lokal dengan mengorbankan kepentingan rakyat banyak

negara tersebut (Arief Budiman, 2000 : 66).

Nilai surplus yang diungkapkan Marx, mengasumsikan bahwa buruh

berada pada posisi yang dikeruk dan dieksploitasi secara maksimal oleh kapitalis.

Buruh di ingkari haknya, dijadikan mesin yang bekerja patuh dengan batas waktu

yang tidak tidak ditentukan. Sebagai contoh dalam waktu enam jam seorang

buruh sudah selesai dan mampu untuk melaksankan kewajiban dasar kerja

mereka, tetapi lebih dari waktunya masih diperas oleh kapitalisme untuk

keuntungan mereka, inilah bentuk dari nilai surplus. Marx menyebut rasio antara

15

Page 16: makalah outsourcing

kerja yang diperlukan dan kerja suplus sebagai tingkat nilai surplus atau tingkat

pemerasan (Anthony Giddens, 2007 : 61).

Sistem outsourcing merupakan bentuk dari pemerasan terhadap nilai

surplus yang dihasilkan buruh. Pada masa kolonial pengambilan nilai surplus

dilakukan dengan perburuhan yang tidak manusiawi melalui kerja paksa, misal

sistem pajak dan penanaman tanaman wajib bagi para petani, sehingga eksploitasi

massal terjadi di berbagai tempat dan kapasitas.

Pada era ini negara memberikan kelonggaran kepada pihak kapitalis untuk

melanggengkan usahanya dengan sistem outsourcing yang dilindungi oleh

undang-undang. Lalu dimanakah peran negara dalam melindungi hak-hak buruh

ini menjadi permasalahan lain lagi dalam bingkai permasalahan perburuhan yang

cukup luas. Inilah yang selalu diperjuangkan oleh serikat-serikat buruh agak

keadilan negara didalam memberikan perlindungan dan memberikan hak-hak

rakyat tercapai.

Dalam banyak kasus, kesempatan penulis wawancara dengan salah satu

buruh outsouring perusahaan Transnasional Philips di Batam. Informan

merupakan salah satu supervisor di perushaan tersebut, menurut dia bahwa

mereka bekerja dibawah tekanan, dimana tergetan-targetan harus dicapai secara

maksimal. Ketika tergetan tersebut belum tercapai maka dalam waktu 24 jam

mereka harus lembur untuk memproduksi barang yang di tergetkan tersebut, hari

liburpun mereka tetap masuk. dan bahkan ketika tergetan tersebut tercapai, saat

pesanan atau order untuk penjulan dipasar meningkat maka targetan-targetan

tersebut semakin di persempit dalam artian mereka harus menyelesaiakan

tergartan dalam jangka waktu yang lebih sedikit, kemudian lebih waktu tersebut

di kuras lagi untuk mengerjakan targetan yang berikutnya. Kerja seperti ini sudah

menjadi rutinitas yang kami lakukan, protes-protes tidak pernah dilakukan oleh

karyawan disini (Informan Buruh Outsourcing PT. Philips di Batam)

Inilah gambaran dari banyak kasus yang menimpa buruh, mereka dalam

ketidakberdayaan, kerja dalam tekanan dan kepatuhan yang luar biasa sehingga

kesadaran kelas sulit untuk tumbuh, hal ini karena mereka tidak mempunyai

waktu yang cukup untuk berinterkasi sesama pekerja apalagi dengan serikat-

16

Page 17: makalah outsourcing

serikat buruh. Sistem outsoursing adalah modela rekayasa kerja yang paling

menguntungkan pihak kapitalisme. Nilai surplus merupakan salah satu dari

banyak keuntungan yang diambil oleh pihak kapitalisme, melalui perusahaan-

perusahaan mereka yang telah mennyebar dan menjalar keseluruh negara

khususnya negara-negara berkembang, yang sekaligus dijadikan pasar, dan

akumulasi modal mengalir keluar yaitu kepihak kapitalis.

Hal ini senada dengan pendapat Paul Baran, bahwa munculnya kekuatan

ekonomi asing dalam bentuk modal kuat dari dunia barat ke negara-negara dunia

ketiga, membuat surplus yang terjadi disana, diambil alih oleh kaum pendatang,

melalui berbagai macam cara. Maka yang terjadi di negara-negara pinggiran

bukanlah akumulasi modal melainkan penyusutan modal (Arief Budiman, 2000 :

58).

E. Contoh kasus outsourcing di perusahaan

Salah Satu Contoh Kasus Outsoucing di indonesia adalah sebagai berikut:

Di JICT, Jangan Ada Pekerja “Outsourcing”

Rabu, 21 April 2010 | 20:43 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Manajemen Jakarta International Container

Terminal (JICT) diminta segera menyelesaikan nasib ribuan karyawan outsourcing di

terminalnya yang sampai sekarang masih terkatung-katung untuk mencegah hal-hal yang

tidak diinginkan.

“Sistem outsourcing harus segera dihapus karena akan berdampak pada

implementasi International Ships and Port Security (ISPS) Code di Pelabuhan Tanjung

Priok. Pekerja outsourcing harus diangkat sebagai karyawan organik,” kata Koordinator

International Transport Worker’s Federation (ITF) di Indonesia, Hanafi Rustandi, dalam

siaran persnya di Jakarta, Rabu (21/4/2010).

Dikatakannya, ITF sangat prihatin dengan sikap manajemen JICT yang tidak

peduli dengan nasib pekerja dengan mengabaikan nota pemeriksaan dari Kementerian

Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) yang merekomendasikan agar para

pekerja outsourcing diangkat menjadi karyawan tetap.

Menurut Hanafi, untuk menyelesaikan tuntutan pekerja tersebut, Kemenakertrans

pada 31 Maret 2010 telah mengirim surat kepada manajemen JICT. Intinya, JICT diminta

17

Page 18: makalah outsourcing

melaksanakan UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan mengangkat pekerja

outsourcing menjadi karyawan organik. “Namun hingga saat ini permintaan

Kemenakertrans tersebut tidak  digubris,” katanya.

Kasus ini mencuat setelah ribuan pekerja outsourcing di pelabuhan/terminal

petikemas itu menuntut diangkat menjadi karyawan tetap. Kontrak kerja outsourcing

ditandatangani oleh manajemen JICT dengan beberapa vendor, yakni PT Philia Mandiri

Sejahtera, Koperasi Pegawai Maritim, dan Koperasi Karyawan JICT.

Mereka antara lain bekerja sebagai operator rubber tired gantry crane, head

truck, quay crane, radio officer, dan maintenance. “Pekerjaan tersebut merupakan

pekerjaan inti yang terkait langsung dalam proses produksi dan berada di lini satu

pelabuhan/terminal peti kemas,” kata Hanafi yang juga Presiden Kesatuan Pelaut

Indonesia (KPI).

Mereka rata-rata telah bekerja 20 tahun, namun statusnya tidak berubah. Gajinya

yang hanya Rp 1,3 juta per bulan, atau 15 persen dari gaji karyawan organik JICT.

Kondisi itu dinilai sebagai diskriminasi upah.

Akibat tuntutan tersebut, sekitar 300 pekerja outsourcing terkena PHK. Mereka

kemudian melakukan aksi mogok pada 1 Februari 2010 yang sempat melumpuhkan

kegiatan ekspor/impor di Pelabuhan Tanjung Priok.  Unjuk rasa kemudian dilanjutkan di

Kemenakertrans, Kementerian Perhubungan dan BUMN. Namun hingga kini nasib

pekerja masih terkatung-katung.

Hanafi Rustandi yang juga Ketua ITF Asia Pasifik mengingatkan, mempekerjakan

karyawan dengan sistem outsourcing bertentangan dengan implementasi ISPS Code yang

harus dilaksanakan JICT.

Menurut Hanafi, ketentuan ISPS Code menyebutkan, area lini satu atau kegiatan

yang langsung berhubungan dengan proses ekspor/impor barang, dan

loading/discharging container, merupakan area tertutup yang tidak boleh dimasuki orang

yang bukan pekerja organik. “Jika, di area ini orang bebas masuk, termasuk pekerja

outsourcing,  validitas keamanan pelabuhan tersebut tidak dapat

dipertanggungjawabkan,” katanya.

Untuk memenuhi implementasi ISPS Code sesuai aturan internasional, 

manajemen JICT hendaknya menghapus sistem outsourcing dan mengangkat mereka

18

Page 19: makalah outsourcing

sebagai karyawan organik. Mereka juga wajib mendapat pengupahan sesuai standar

hidup yang layak, untuk mencegah terjadinya gejolak atau pemogokan yang bisa

mengancam kegiatan di pelabuhan.

Hasil Analisa dari kasus diatas adalah sebagai berikut:

Memang miris sekali mendengar dan melihat dikoran, ditelevisi yang

menayangkan tentang para pekerja keras yang hanya dipandang sebelah mata oleh pihak-

pihak yang ingin mengambil dan mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa

melihat atau malah menyadari bahwa dibelakang usahanya atau perusahaannya itu

terdapat puluhan, ratusan, bahkan ribuan pekerja kerjas (Outsoourcing) yang tak tentu

hidupnya, mulai dari biaya, jaminan entah itu jaminan kesehatan, dan para pekerja itu

juga harus memikirkan nanti, besok, atau lusa mereka akan diberhentikan dan harus

mencari pekerjaan lagi untuk sekedar menafkahi kehidupan sehari-hari keluarganya.

Tidak ada yang beda antara para pekerja laki-laki dan perempuan, mereka-mereka yang

mempekerjakan para outsourcing ini mencari sesuatu yang murah, tapi dilain sisi

haruslah mempunyai sebuah kualitas dalam bekerja, dan dengan upah yang minim tentu

itu tidak adil untuk sebuah pekerjaan. Tapi itulah kenyataan yang ada di Indonesia

sekarang ini, seperti yang tertera dalam kasus diatas. Kasus diatas merupakan salah satu

dari kasus outsourcing yang terjadi di Indonesia, dan masih banyak lagi kasus-kasus lain

yang bahkan lebih parah dari kasus diatas.

Sekarang bisa dikatakan sedang tren-trennya tentang pegawai outsourcing yang

ada di Indonesia ini. kenapa? Karena bayak sekali para masyarakat yang berbondong-

bondong untuk ikut menjadi para pekerja outsourcing ini, katakanlah dalam dunia

hiburan. Para stasiun televisi sekarang menggunakan para pekerja outsourcing untuk

mendongkrak program hiburan misalnya saja hiburan tentang musik, komedi dan lain

sebagainya yang itu membutuhkan para pekerja outsourcing agar hiburannya itu laris

katakanlah seperti itu. Upah yang diberikan memang tidak begitu banyak, tetapi

kebanyakan dari para pekerja outsourcing dalam hal dunia hiburan ini semata-mata untuk

kesenangan dan upah itu hanya sekedar digunakan untuk uang “jajan”. Mereka-mereka

yang direkrut untuk menjadi pekerja outsourcing dalam dunia hiburan haruslah

mempunyai kriteria tertentu, misalnya haruslah muda, cantik, tampan, dan lain

sebagainya. Tetapi kita lihat kembali kasus diatas, mereka yang rata-rata telah bekerja

19

Page 20: makalah outsourcing

selama kurang lebih 20 tahun, dengan upah yang tetap, tanpa biaya dan jaminan

kesehatan apa itu adil untuk mereka yang sudah berumah tangga dan harus menafkahi

keluarga yang ada dirumah mereka? Jelas dan tentu itu tidak adil untuk para pekerja

outsourcing tersebut. Para pekerja outsourcing itu yang bekerja keras kemudian menuntut

upah dan ingin diangkat menjadi karyawan tetap hanyalah sia-sia dan tak didengar oleh

perusahaan, malah perusahaan itu memecat sekitar 300 pekerja outsourcing itu. Bekerja

selama 20 tahun itu tidaklah sebentar, bayangkan selama 20 tahun mereka bekerja dengan

upah yang sama, bekerja sekuat tenaga meningkatkan perusahaan menjadi perusahaan

andalan adalah sesuatu yang sulit dan itu hanya dibayar secuil persen saja dari kuntungan

perusahaan. Pekerja outsourcing yang bekerja di inti yang terkait langsung dalam proses

produksi dan berada di lini satu pelabuhan atau terminal peti kemas tetap dipandang

sebelah mata, didiskriminasi dengan karyawan tetap disana. Dengan para pendemo yang

berjumlah ribuan itu perusahaan tetap tutup telinga untuk sekedar mendengar aspirasi

para pekerja outsourcing tersebut. “jika kamu tidak puas dengan perjanjian atau upah

yang kami berikan, silakan keluar dari sekarang, masih banyak para pekerja yang

membutuhkan pekerjaan diluar sana”, kata-kata seperti itu yang sering digunakan oleh

para jasa pekerja outsourcing. Dengan kata lain, para pekerja outsourcing ini tutup mulut

dan menerima dengan lapangan dada pekerjaan yang akan diterimanya nanti. Walau

dengan upah yang minim, tanpa jaminan sosial maupun kesehatan, mereka akan

menerimanya karna hanya itulah jalan untuk mendapat pekerjaan bagi para pekerja

outsourcing ini yang juga minim akan pendidikan.

Jika bicara solusi atau jalan keluar untuk masalah outsourcing ini, bisa dikatakan

cukup rumit. Karena memang sejak awal para pekerja outsourcing ini sudah melakukan

perjaanjian dengan para penyedia jasa, dan tertera tanda tangan dan itu sebagai bukti

bahwa mereka itu telah sepakat dengan syarat-syarat yang telah ditentukan, dan jika

nantinya mereka ingin upah yang katakanlah ditingkatkan, ada jaminan sosial dan

kesehatan, bukti tanda tangan yang sah para pekerja ouusourcing cukup diperlihatkan

bahwa tuntutan para pekerja outsourcing ini tidak sesuai dengan persyaratan sejak awal.

Hanya perusahaan yang yang katakanlah benar-benar mempunyai hati nuranilah yang

mendengar dan menghargai sekaligus mengabulkan tuntutan para pekerja outsourcing ini.

Tapi inilah sebuah bisnis, tak ada perusahaan yang ingin rugi apalagi bangkrut hanya

20

Page 21: makalah outsourcing

karena masalah para pekerja outsourcing yang setiap saat dapat diganti jika para pekerja

outsourcing ini tidak puas, misalnya upah yang diberikan, dan lain sebagainya.

Perusahaan hanya menginginkan keuntungan dan laba yang sebesar-besarnya dan terus

memperluas agar dapat menguasai pasar dunia.

Demikian analisis mengenai salah kasus outsourcing yang terjadi di Indonesia.

21

Page 22: makalah outsourcing

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Outsourcing merupakan perkembangan dari mekanisme perburuhan di era

modern. Sistem kerja tersebut merupakan penjelmaan dari sifat kapitalisme yaitu

ekspansif dan eksploitatif yang telah menghegemoni negara-nagara berkembang. Model

kerja outsourcing merupakan pencederaan dan pengabaian terhadap hak-hak dasar buruh,

oleh pihak kapitalis. Disyahkannya Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan, yang memperbolehkan makanisme kerja outsourcing, merupakan

landasan hukum formal bagi penindasan dan penghisapan hak-hak buruh. Selain itu

sistem tersebut sesungguhnya mirip "jual beli manusia" (human trafficking) yang

dilegalisasi oleh negara.

Ada beberapa indikator yang ditemui dalam sistem kerja outsourcing

Model kerja outsoursing sebagai anak kandung dari kapitalis, sebagai

wujud dari pengingkaran terhadap hak-hak buruh.

Model kerja tersebut mengabaikan hak-hak buruh, dalam hubungan,

kedudukan, terjadi alienasi dan pengurusan buruh (nilai surplus).

Model kerja outsourcing obnormal, tidak memanusiakan masusia,

mencederai hak azasi manusia (human right).

B. Saran

Dengan berbagai anomali-anomali dari model kerja tersebut, sehingga perlunya

penguatan organisasi buruh untuk menghadang laju outsourcing dan menjadikan

outsourcing sebagai isu sentral dalam perjuangan hak-hak buruh.

22

Page 23: makalah outsourcing

DAFTAR PUSTAKA

http://blog.unsri.ac.id/revolusi_Jalanan/isu-perburuhan/outsourcing-sebuah-pengingkaran-

kapitalisme-terhadap-hak-hak-buruh/mrdetail/6616/

www.google.com

www.wikipedia.com

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=outsourcing+adalah&source=web&cd=2&ved=0CB

8QFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ppmmanajemen.ac.id%2Fuploads%2Fdirfile_research

%2FPAPER%2520OUTSOURCING

%2520final.doc&ei=weDUTpDTIsOqrAeT2cHBDg&usg=AFQjCNHnmvFoiS5Tri2z1ZUm

cHzCHeWiYA

23