Makalah Osteomielitis

42
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Disusun Oleh : Aisyah Lutfia Salsabila Iyusrinalia Nur Maulidia Alfiah Luthfi Rayindra Evi Diah Putri Sri Apulina Helma Nur Almaliyah Tika Rizki Tingkat : 2A

description

Osteomielitis

Transcript of Makalah Osteomielitis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OSTEOMIELITISMakalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh :

Aisyah Lutfia SalsabilaIyusrinalia Nur MaulidiaAlfiahLuthfi RayindraEvi Diah PutriSri ApulinaHelma Nur AlmaliyahTika Rizki

Tingkat : 2A

AKADEMI KEPERAWATAN JAYAKARTADINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA2014-2015KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini dengan lancar, dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya pada dosen pembimbing dan juga kepada semua pihak yang telah mendukung penulisan makalah ini sehingga berjalan dengan lancar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi para pembaca dan penyusun.Oleh karena itu, kritik dan saran kami harapkan dan saya mengucapkan mohon maaf bila masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyajian makalah ini. Semoga bermanfaat untuk menambah pemahaman dan wawasan pembaca tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Osteomielitis ini.

Jakarta, Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................iDAFTAR ISI ...............................................................................................................iiBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang .......................................................................................................1B. Rumusan Masalah ..................................................................................................2C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................2D. Metode Penulisan ...................................................................................................2E. Sistematika Penulisan ............................................................................................3BAB II TINJAUAN TEORITISA. Definisi ...................................................................................................................4B. Anatomi Fisiologi ..................................................................................................5C. Etiologi ...................................................................................................................7D. Klasifikasi ..............................................................................................................8E. Manifestasi Klinik ..................................................................................................9F. Patofisiologi ...........................................................................................................10G. Pemeriksaan Penunjang .........................................................................................11H. Penatalaksanaan Medis .........................................................................................11I. Pencegahan ............................................................................................................12J. Asuhan Keperawatan ............................................................................................14BAB III PENUTUPA. Kesimpulan ...........................................................................................................22B. Saran .....................................................................................................................22DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................iii

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangSistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri, sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat (Price, Wilson, 2005).Salah satu gangguan tersebut adalahosteomielitis. Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland, 2002).Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang disebabkan infeksi piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.Dari penelitian yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

B. Rumusan Masalah1. Apa yang dimaksud dengan osteomielitis?2. Bagaimana anatomi fisiologi dari sistem skelet?3. Apa saja penyebab dari osteomyelitis?4. Bagaimana klasifikasi dari osteomyelitis?5. Apa saja manifestasi klinik dari osteomyelitis?6. Bagaimana patofisiologi dari osteomyelitis?7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomyelitis?8. Apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomyelitis?9. Bagaimana pencegahan untuk osteomyelitis?10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomyelitis?

C. Tujuan Penulisan1. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan osteomielitis2. Untuk memahami anatomi fisiologi dari sistem skelet3. Untuk mengetahui apa saja etiologi/penyebab dari osteomieliti4. Untuk mengetahui klasifikasi dari osteomielitis5. Untuk mengetahui manifestasi klinik dari osteomielitis6. Untuk memahami bagaimana patofisiologi dari osteomielitis7. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang untuk osteomielitis8. Untuk mengetahui apa saja penatalaksanaan medis untuk osteomielitis9. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dari osteomieltis10. Untuk memahami bagaimana asuhan keperawatan untuk osteomielitis

D. Metode PenulisanMetode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka yaitu, metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi di internet.

E. Sistematika PenulisanSistematika penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab utama. Bab I berisi tentang latar belakang dari penulisan makalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah. Bab II merupakan bagian yang berisi penjelasan tentang tinjauan teoritis, yang membahas materi atau pokok bahasan dari makalah ini yaitu tentang Asuhan Keperawatan Klien Dengan Osteomielitis. Bab III merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. DefinisiOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth. (2001).Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomyelitis sebagai berkut :1. Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).2. Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).3. Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati.Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot. Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Skelet

Struktur tulang dan jaringan ikat menyusun kurang lebih25% Berat Badan, dan otot menyususn kurang lebih 50%. Kesehatan dan baiknya fungsi sistem muskuloskeletal sangat tergantung pada sistem tubuh yang lain. Struktur tulang memberi perlindungan terhadap organ vital, termasuk otak, jantung,dan paru. Kerangka tulang merupakan kerangka yang kuat untuk menyanggah struktur tubuh. Otot yang melekat ketulang memungkinkan tubuh bergerak. Matriks tulang menyimpan kalsium, fosfor, magnesium, dan fluor. Lebih dari 99% kalsium tubuh total terdapat dalam tulang. Sumsum tulang merah dan putih dalam proses yang dinamakan hematopoiesis. Kontraksi otot menghasilkan suatu usaha mekanik untuk gerakan maupun produksi panas untuk mempertahankan temperatur tubuh.Anatomi sistem skelet. Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, yang terbagi dalam 4 kategori: Tulang panjang (misalnya femur), tulang pendek(misalnya tulang tarsalia), tulang pipih (misalnya sternum), tulang tak teratur(misalnya vertebra). Bentuk dan konstruksi tulang tertentu ditentukan oleh fungsi dan gaya yang bekerja padanya.Tulang tersusun oleh jaringan tulang kanselus ( trabekular atau spongius) atau kortikal(kompak). Tulang panjang (misalnya femur berbentuk seperti tangkai atau batang panjang dengan ujung yang membulat). Batang, atau diafisis, terutama tersusun atas tulang kortikal. Ujung tulang panjang dinamakan epifisis, dan terutama tersusun oleh tulang kanselus. Plat efifisis memisahkan efifisis dari diafisis dan merupakan pusat pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Pada orang dewasa, mengalami klasifikasi . ujung tulang panjang ditutupi oleh kartilago artikular pada sendi-sendinya. Tulang panjang disusun untuk menyanggah berat badan dan gerakan. Tulang pendek(misalnya metakarpal) terdiri dari tulang kanselus ditutupi selapis tulang kompak. Tulang pipih (sternum) merupakan tempat penting untuk hematopoiesis dan sering memberikan perlindungan bagi organ vital. Tulang pipih tersusun dari tulang kanselus diantara dua tulang kompak. Tulang tak teratur (vertebra) mempunyai bentuk yang unik sesuai dengan fungsinya. Secara umum struktur tulang tak teratur sama dengan tulang pipih. Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas 3 jenis dasar osteoblas, osteosit, dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar( glukosaminoglikan [asam polisakarida] dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang). Osteoklas adalah sel multinuklir (berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodeling tulang.Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler. Di sekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamela. Didalam lamela terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui proses yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1mm).Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat dinamakan periosteum. Periosteum memberikan nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periousteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast yang merupakan sel pembentuk tulang.Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast, yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lakuna howship (jekukan dalam permukaan tulang).Sumsum tulang merupakan jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tlang panjang dan dalam tukang pipih. Sumsum tulang merah,terutama terletak di sternum,ilium,vetebra dan rusuk pada orang dewasa,bertanggung jawab pada produksi se darah merah dan putih. Pada orang dewasa,tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat banyak melalui pembulu metavisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mengangkut darah ketulang kompak melalui kanal volkman yang sangat kecil.selain itu, ada arteri nutrien yang menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrien memasok darah ke sumsum dan tulang. Sistem vena ada yang mengikuti arteri ada yang keluar sendiri.

C. EtiologiBisa disebabkan oleh bakteri,antara lain :1. Staphylococcus aureussebanyak 90%2. Haemophylus influenzae(50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.3. Streptococcus hemolitikus4. Pseudomonas aurenginosa5. Escherechia coli6. Clastridium perfringen7. Neisseria gonorhoeae8. Salmonella thyposa

Bagian tulang bisa mengalami infeksi melalui 3 cara,yaitu :1. Aliran darahAliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahgunaaanobat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya.

2. Penyebaran langsungOrganisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.

3. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnyaInfeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.

D. KlasifikasiDari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis, yaitu:1. Osteomielitis Primer ,yaitu penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.2. Osteomielitis Sekunder ,yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi 3, yaitu:1. Osteomielitis akutYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:a. Osteomielitis hematogenMerupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.b. Osteomielitis direkDisebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.

2. Osteomielitis sub-akutYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.3. Osteomielitis kronisYaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.

E. Manifestasi Klinik1. Demam2. Nafsu makan menurun3. Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik4. Gangguan sendi karena adanya pembengkakan

Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat.Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya.Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal.Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis).Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk dari tulang menuju kulit.

F. PatofisiologiStaphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan anaerobik.Awitan Osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan-stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksiawitan lambat (stadium 2)terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitisawitan lama(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati(sequestrum)tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum)dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

G. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endap darah2. Pemeriksaan titer antibody anti staphylococcusPemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas3. Pemeriksaan fesesPemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella4. Pemeriksaan biopsy tulangMerupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk serangkaian tes.5. Pemeriksaan ultra soundYaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi6. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.7. Pemeriksaan tambahan :a. Bone scan: dapat dilakukan pada minggu pertamab. MRI: jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.

H. Penatalaksanaan Medis1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.6. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan mengurangi hambatan aliran pembuluh balik.9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.a. Vitamin KDiperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K dapat mengikat kalsium.Karena tulang itu bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat yang tepat.b. Vitamin A,B dan CUntuk dapat membantu pembentukan tulang. c. Vitamin D Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam darah yang kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang masuk ke dalam darah.

I. Pencegahan (Depkes RI, 1995).1. Berhenti merokok Merokok dapat menyumbat arteri dan meningkatkan tekanan darah Anda, yang keduanya buruk bagi sirkulasi Anda. Hal ini juga dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Jika Anda merokok, sangat disarankan Anda berhenti sesegera mungkin. 2. Diet sehat Makanan berlemak tinggi dapat menyebabkan penumpukan simpanan lemak di arteri Anda, dan kelebihan berat badan dapat menyebabkan tekanan darah tinggi. Untuk meningkatkan sirkulasi Anda, diet tinggi serat rendah lemak dianjurkan, termasuk banyak buah segar dan sayuran (setidaknya lima porsi sehari) dan biji-bijian. Makan makanan yang sehat juga dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan Anda. 3. Mengelola berat badanJika Anda kelebihan berat badan atau obesitas, cobalah untuk menurunkan berat badan dan kemudian mempertahankan berat badan yang sehat dengan menggunakan kombinasi dari diet kalori terkontrol dan olahraga teratur. Setelah Anda telah mencapai berat badan yang sehat akan membantu menjaga tekanan darah Anda pada tingkat normal, yang akan membantu meningkatkan sirkulasi Anda. Anda dapat menggunakan Body Mass Index (BMI) kalkulator untuk memeriksa.4. Mengurangi alkohol Jika Anda minum alkohol, jangan melebihi batas harian yang direkomendasikan,tiga sampai empat unit per hari untuk pria 2-3 unit sehari untuk wanita .Sebuah unit alkohol kira-kira setengah pint bir yang normal-kekuatan, segelas kecil anggur atau ukuran tunggal (25ml) roh. Secara teratur melebihi batas alkohol yang direkomendasikan akan meningkatkan baik tekanan darah dan kadar kolesterol, yang akan membuat sirkulasi Anda buruk. Hubungi dokter Anda jika Anda menemukan kesulitan untuk moderat minum Anda. Layanan dan obat-obatan Konseling dapat membantu Anda mengurangi asupan alkohol Anda. 5. Olahraga teratur Olahraga teratur akan menurunkan tekanan darah Anda, membuat jantung dan sistem peredaran darah lebih efisien dan dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh lemah. Bagi kebanyakan orang, 150 menit dari moderat untuk olahraga berat seminggu dianjurkan. Namun, jika kesehatan Anda secara keseluruhan miskin, mungkin perlu bagi Anda untuk berolahraga menggunakan program khusus disesuaikan dengan kebutuhan Anda saat ini dan tingkat kebugaran. GP Anda akan dapat menyarankan Anda tentang tingkat yang paling cocok bagi anda berolah raga. Jika Anda merasa sulit untuk mencapai 150 menit latihan seminggu, mulai dari tingkat yang Anda merasa nyaman dengan. Sebagai contoh, Anda bisa melakukan lima sampai 10 menit latihan ringan sehari sebelum secara bertahap meningkatkan durasi dan intensitas aktivitas Anda sebagai kebugaran Anda mulai membaik.

J. Asuhan Keperawatan1. PengkajianPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan osteomielitis meliputi:a. Identitas klienTerdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.b. Riwayat keperawatan1) Riwayat kesehatan masa laluIdentifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.2) Riwayat kesehatan sekarangApakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.3) Riwayat kesehatan keluargaAdakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan. (misalnya diabetes, terapi kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya)4) Riwayat psikososialAdakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.c. Kebiasaan sehari-hari1) Pola nutrisi: anoreksia, mual, muntah.2) Pola eliminasi: adakah retensi urin dan konstipasi,karena pada pasien yang kurang aktifitas maka pasien tersebut akan mengalami konstipasi dan bisa berakibat urine tertahan apabila kalsium pada tulang kandungannya terlalu tinggi.3) Pola aktivitas:NoKemampuan perawatan diri01234

1. Makan/minum

2. Mandi

3. Toileting

4. Berpakaian

5. Mobilitas ditempat tidur

6. Berpindah

7. ROM

d. Pemeriksaan fisik1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.2) Kaji adanya faktor resiko Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada osteomielitis akut)3) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan purulen.4) Identisikasi peningkatan tanda-tanda vital.5) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di palpasi.

2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan.Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikuta. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik.b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas tulang.c. Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik.d. Ansietas berhubungan denganstatus kesehatan e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat

3. Intervensi KeperawatanDiagnosaTujuan Dan Kriteria HasilIntervensiRasional

Nyeri akut b/d agen injuri fisikTujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan, nyeri dapat berkurang.Kriteria Hasil: Klien dapat melaporkan nyerinya berkurang Ekspresi wajah klien tidak meringis Klien tidak tampak gelisah (nyaman) Observasi ketidaknyamanan yang ditunjukkan pasien melalui bahasa non verbal

Mengekplorasi perasaan pasien tentang pengetahuan dan manfaat menegemen nyeri.

Mengedukasi pasien tentang prinsip menegemen nyeri.

Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat anti nyeri ( contoh : asam mefenamat ). Dengan mengobservasi ketidaknyamanan yang ditunjukkan pasien, perawat dapat mengetahui pasien dalam keadaan tidak nyaman Dengan mengexplorasi pengetahuan pasien, perawat dapat mengetahui tingkat menegemen nyeri pasien Dengan mengedukasi pasien ,perawat dapat meningkatkan managemen nyeri pasien Dengan berkolaborasi dengan dokter perawat dapat mengetahui tingkat nyeri pasien berkurang

Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas tulangTujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan, diharapkan adanya peningkatan mobilitas fisik Kriteria Hasil: Pasien dapat berjalan melangkah. Kekuatan tubuh bagian atas pasien meningkat. Kekuatan tubuh pasien bagian bawah meningkat. Memonitor emotional, psikis, sosial, dan spiritual terhadap respon aktivitas.

Membantu pasien mengidentifikasi ADL nya

Mengintruksikan pasien atau keluarga untuk membantu ADL pasien yang didinginkannya.

Berkolaborasi terhadap occupational, pisical atau membuat rencana terapi dan memonitor program aktivitas yang dibutuhkan. Dengan memonitor emotional, psikis, sosial, dan spiritual,perawat dapat mengetahui respon aktivitas pasien. Dengan membantu pasien mengidentifikasi aktivitas yang disukainya, perawat dapat mengetahui ADL pasien. Dengan mengintruksikan pasien atau keluarga bagaimana,perawat dapat mengetahui ADL yang diinginkan pasien . Dengan berkolaborasi terhadap occupational, psical, perawat dapat mengetahui rencana terapi yang akan diberikan pada pasien.

Gangguan integritas kulit b/d imobilitas fisikTujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan, adanya peningkatan integritas kulit.Kriteria Hasil: Kerusakan integritas kulit pasien berkurang (5 menjadi 3). Tekstur kulit pasien normal (kenyal). Turgor kulit pasien normal kembali dalam waktu 2 detik

Monitor kesadaran pasien dengan lebarnya luka

Lakukan debridemen pada jaringan yang sudah mati

Merekomendasi- kan cara yang efektif untuk melindungi luka

Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik

Dengan Monitor kesadaran pasien,perawat dapat mengetahui keadaan luka pasien. Dengan melakukan debridemen, perawat dapat mengetahui nekrotik pasien berkurang. Dengan merekomendasikan cara yang efektif untuk melindungi luka,perawat dapat mengetahui luka pasien terlindungi. Dengan berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik, perawat dapat mengetahui pasien terhindar dari infeksi.

Ansietas b/d stasus kesehatanTujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan kecemasan klien dapat berkurang.Kriteria Hasil: Pasien tidak mengalami panik Pola tidur pasien tidak terganggu. Ekspresi wajah tertekan pasien berkurang.

Mengontrol stimulasi yang tepat dan yang dibutuhkan.

Membantu pasien mengidentifikasi situasi cemas.

Mengintruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi (nafas dalam, mendengarkan musik)

Berkolaborasi dengan dokter untuk meberikan obat penenang.

Dengan mengontrol stimulasi yang tepat,perawat dapat mengetahui stimulasi tersebut berdampak tidak pada pasien Dengan membantu pasien engidentifikasi cemas,perawat dapat mengetahui apa yang membuat pasien cemas Dengan mengintruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi, perawat dapat mengetahui apakah teknik tersebut mengurangi kecemasan pasien Dengan berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat penenang, perawat dapat megetahui apakah cemas pasien berkurag.

Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuatTujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan resiko infeksi tidak terjadi.Kriteria Hasil: Kadar Leukosit dalam rentang normal Pasien mengetahui faktor resiko Pasien mengetahui strategi faktor resiko. Memonitor nutrisi pasien

Selalu menggunakan peralatan yang steril pada waktu melakukan tindakan kepada pasien Ajarkan pada pasien dan keluarga tentang tata cara menjaga luka supaya tidak terkena infeksi

Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik pada pasien Dengan Memonitor nutrisi pasien, perawat dapat mengetahui apakah kebutuhan nutrisi pasien tercukupi. Dengan selalu menggunakan peralatan yang steril,perawat dapat mengetahui luka pasien tetap steril.

Dengan mengajarkan pada pasien dan keluarga tentang tata cara menjaga luka supaya,perawat dapat mengetahui luka pasien tidak terkena infeksi. Dengan berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan antibiotik, perawat dapat mengetahui pasien terhindar dari infeksi.

4. ImplementasiPelaksanaan menurut Potter (2005), merupakan tindakan mandiri berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang diantisipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.Tindakan keperawatan pada klien dapat berupa tindakan mandiri maupun tindakan kolaborasi. Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan.Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan, semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan.

5. EvaluasiEvaluasi menurut Hidayat (2007), merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, berdasarkan standar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi merupakan aspek penting didalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali atau dimodifikasi.Dalam evaluasi prinsip obyektifitas, reabilitas dan validitas dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada dua arah yaitu evaluasi proses (evaluasi formatif) dan evaluasi hasil (evaluasi sumatif). Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir keperawatan.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanOsteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Etiologi osteomyelitis bakteri terdiri dari Staphylococcus aureussebanyak 90%, Haemophylus influenzae(50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun, Streptococcus hemolitikus, Pseudomonas aurenginosa, Escherechia coli, Clastridium perfringen, Neisseria gonorhoeae, dan Salmonella thyposa. Manifestasi klinik dari osteomyelitis adala Demam, Nafsu makan menurun, Nyeri tekan saat pemeriksaan fisik dan Gangguan sendi karena adanya pembengkakan. Cara pencegahan Osteomielitis dapat dilakukan dengan cara Berhenti merokok, Diet sehat, Mengelola berat badan, Menghindari alkohol dan Olahraga tertur.

B. SaranCukup sekian makalah dari kami,semoga memberi masukan yang poitif terhadap pembaca. Semoga pembaca semakin mengetahui tentang penyakit Osteomielitis dan dapat menjaga pola hidup sehingga dapat terhindar dari penyakit Osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA

Anjarwati, Wangi. 2010. Tulang dan Tubuh Kita. Yogyakarta: Getar Hati.Brunner, Suddarth. 2000. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta: EGCMansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaapius FKUI.Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGCPrince, Sylvia Anderson, 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed. 4. Jakarta: EGC