Makalah Organisasi Pendidikan

46
MAKALAH PROFESI PENDIDIKAN “ORGANISASI PENDIDIKAN” KELOMPOK XVI OLEH: SUHARDI (1229041056) MUH. IKHSANUL HAKIM (1229041019) KADAFI ( ) PTIK 03

description

Profesi Kependidikan

Transcript of Makalah Organisasi Pendidikan

MAKALAH PROFESI PENDIDIKANORGANISASI PENDIDIKAN

KELOMPOK XVI

OLEH: SUHARDI

(1229041056)

MUH. IKHSANUL HAKIM(1229041019)

KADAFI

( )

PTIK 03

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah ilmiah dengan judul Organisasi Pendidikan dapat terselesaikan dengan baik. makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Profesi Pendidikan di Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Makassar.Selesainya makalah ini tak lepas dari bimbingan dan dukungan yang sangat membantu dari banyak pihak, khususnya bapak dosen dan teman-teman yang selalu setia mendampingi tim penyusun dalam mengerjakan makalah ini. Untuk itulah tim penyusun mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan sebagai pembelajaran bagi penyusun. Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan acuan bagi karya tulis yang lain.

Tiada gading yang tak retak, itulah ungkapan yang pantas untuk makalah ini karena masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini demi meningkatkan kualitas penulisan dan penyusunan karya tulis di negara kita.

Makassar, 06 Mei 2015

Tim PenyusunDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

i

KATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

iiiBAB I PENDAHULUAN

1A. Latar Belakang

1B. Rumusan Masalah

3C. Tujuan Penulisan

3D. Manfaat Penulisan

3BAB II PEMBAHASAN

4A. Definisi Organisasi Pendidikan

4B. Tujuan Organisasi Pendidikan

6C. Fungsi Organisasi Pendidikan

8D. Aspek-aspek Organisasi Pendidikan

11E. Jenis-Jenis Organisasi

12

F. Ruang Lingkup Organisasi Pendidikan

15G. Macam-macam Organisasi Pendidikan di Indonesia

17BAB III PENUTUP

24A. Kesimpulan

24B. Saran

25DAFTAR PUSTAKA

ivBAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangManusia adalah makhluk multidimensional. Oleh karena itu, banyak julukan yang diberikan kepadanya, misalnya sebagai makhluk ekonomi (homo economicus), makhluk sosial (homo social), makhluk berfikir (homo safien), makhluk bekerja atau bermain (homo luden), makhluk yang suka bersenang-senang (homo hedonism), makhluk yang suka menggunakan lambing-lambang (homo simbolicum), makhluk yang suka menindas makhluk lainnya (homo hominilupus), makhluk iptek, makhluk imtaq dan makhluk organisasional.Manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu, begitu ia dilahirkan ke dunia, ia menjadi anggota organisasi genitis yang disebut anggota organisasi keluarga. Bahkan, organisasi itu sudah ada sebelum kita dilahirkan karena kelahiran kita juga akibat hasil dari organisasi perkawinan. Di samping itu, begitu manusia lahir ia juga langsung menjadi anggota rukun tetangga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan warga Negara Indonesia, bahkan menjadi warga dunia.Keberadaan manusia di dunia ini tidak luput dari keanggotaan suatu organisasi. Organisasi merupakan sebuah wadah dimana orang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan bersama. Pemahaman organisasi ini menunjukkan bahwa dimana pun dan kapan pun manusia berada (berinteraksi) maka disitu muncul organisasi. Pemahaman organisasi tidak lagi sebagai suatu wadah organik dari orang-orang yang berkumpul untuk suatu tujuan, tetapi berkembang pada interaksi orang untuk maksud tertentu. Kemestian manusia saat ini berada dalam suatu organisasi ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan lebih efektif dan efesien, bukan semata-mata suatu kondisi kebetulan. Efektifitas dan efesiensi ini dapat digambarkan sebagai 100 sapu lidi yang diikat secara bersamaan akan memiliki kekuatan yang lebih besar untuk membersihkan satu halaman dibandingkan dengan sejumlah 100 sapu lidi digunakan secara terpisah untuk membersihkan halaman. Pendidikan sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia ( SDM ) merupakan upaya yang dilakukan dalam konteks organisasi, apakah keluarga, masyarakat, sekolah atau jenis organisasi lainnya. Pendidikan memiliki tujuan yang harus dicapai yang disebut tujuan pendidikan. Pada level Negara, tujuan ini disebut tujuan pendidikan nasional, pada level provinsi disebut tujuan pendidikan provinsi, pada level kabupaten/kota dikenal dengan tujuan pendidikan kab/kota, dan pada sekolah dikenal dengan pendidikan dengan tujuan pendidikan sekolah. Pencapaian tujuan ini akan lebih efektif dan efesien jika dilakukan dengan menggunakan pendekatan organisasi. Dalam perkembangan zaman saat ini, dimana para orang tua disibukkan dengan berbagai pendidikan, proses pendidikan bagi anak-anak lebih banyak dipercayakan pada organisasi pendidikan formal (sekolah/madrasah).Sekolah dapat dilihat dari dua sisi, yaitu tempat terjadinya proses pendidikan dan organisasi pendidikan formal. Kedua-duanya memiliki tujuan yang sama yang dinamakan tujuan pendidikan sekolah. Misal tujuan pendidikan SMKN 3 Bulukumba. Penyelenggaraan pendidikan dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa keberadaan organisasi pendidikan tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien. Tujuan pendidikan dan tujuan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal tidaklah terpisah. Pendidikan ditujukan bagi orang-orang yang mengikuti proses pendidikan. Dan proses pendidikan ini berada dalam organisasi. Dengan demikian, keberlangsungan proses pendidikan ini menjadi dasar bagi penetapan tujuan sekolah (sebagai suatu organisasi).

Apakah mungkin penyelenggaraan pendidikan dilakukan di luar organisasi? Jawabnya pasti tidak mungkin. Mengapa demikian? Diawal telah diungkapkan bahwa keberadaan manusia saat ini tidak memungkinkan untuk berada di luar sebuah organisasi. Dalam konteks dari suatu Negara, maka suatu Negara memiliki sistem pendidikan tersendiri. Artinya setiap orang yang menjadi warga suatu Negara dan tinggal di Negara tersebut akan menjadi bagian dari pendidikan Negara tersebut. Setiap sekolah atau lembaga pendidikan dimanapun saat ini harus mengikuti sistem penyelengaraan pendidikan sebagaimana diatur dalam perundang-undangan Negara tersebut. Di Indonesia, setiap lembaga pendidikan harus mengikuti Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.B. Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang di atas yaitu:1. Bagaimana definisi organisasi pendidikan?2. Bagaimana tujuan organisasi pendidikan?3. Bagaimana fungsi organisasi pendidikan?

4. Bagaimana aspek-aspek organisasi pendidikan?

5. Bagaimana ruang lingkup organisasi pendidikan?

6. Bagaimana macam-macam organisasi pendidikan?C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian organisasi kependidikan.2. Untuk mengetahui tujuan organisasi pendidikan.3. Untuk mengetahui fungsi organisasi pendidikan.4. Untuk mengetahui aspek-aspek organisasi pendidikan.5. Untuk mengetahui ruang lingkup organisasi pendidikan.6. Untuk mengetahui macam-macam organisasi pendidikan.D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:

1. Diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dan menambah acuan atau landasan teoretis bagi penulisan yang relevan.2. Untuk menambah pengetahuan tentang organisasi pendidikan yang ada di Indonesia.BAB II

PEMBAHASANA. Definisi Organisasi PendidikanIstilah organisasi secara etimologi berasal dari bahasa latin organum yang berarti alat. Sedangkan organize (bahasa inggris) berarti mengorganisasikan yang menunjukkan sebuah proses untuk mencapai sesuatu. Organisasi sebagai salah satu fungsi managemen sesungguhnya telah banyak disefinisikan oleh para ahli.Organisasi didefinisikan secara beragam oleh beberapa ahli. Variasi definisi didasarkan atas sudut pandang dan waktu ahli ketika mendefinisikan. Perkembangan organisasi dari organisasi sederhana mengarah pada pola organisasi yang komplek yang dicirikan oleh koneksitas organisasi yang tidak terbatas antara unit-unit organisasi dengan lingkungannya. Gibsonivancevic, donelly (1996) mendefinisikan organisasi sebagai wadah yang memungkinkan kelompok masyarakat untuk meraih hasil yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri. Definisi ini lebih menekankan pada upaya peningkatan pencapaian tujuan bersama secara efektif dan efisien melalui kordinasi antar unit organisasi. Definisi lain mengenai organisasi dikemukakan oleh Oteng Sutisna (1993:205) bahwa organisasi yakni mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan. Definisi ini menekankan mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Berikut beberapa definisi organisasi menurut para ahli:

1. Prof Dr. Sondang P. Siagian, mendefinisikan organisasi ialah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang atau beberapa orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.

2. Drs. Malayu S.P Hasibuan mengatakan organisasi ialah suatu sistem perserikatan formal, berstruktur dan terkoordinasi dari sekelompok yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.

3. Prof. Dr. Mr Pradjudi Armosudiro mengatakan organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.Hoy dan Miskel menelusuri kajian organisasi dalam tiga pandangan, yaitu rational, natural, dan open system. Pandangan rasional: organisasi merupakan instrument formal yang dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dan struktur merupakan aspek yang paling penting. Pandangan natural: organisasi dipandang sebagai kelompok sosial khusus yang bertujuan untuk pertahanan, orang-orang aspek yang paling penting. Sedangkan, dalam pandangan open system, organisasi dipandang sebagai sesuatu yang potensial untuk menggabungkan komponen rasional dan natural dalam suatu kerangka dan memberikan satu pandangan yang lebih lengkap.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan organisasi adalah sebuah wadah, tempat, atau system untuk melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan, pengorganisasian (organizing) merupakan proses pembentukan wadah atau system dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Jika dikaitkan dengan pendidikan, organisasi pendidikan adalah wadah, alat, dan tempat untuk melakukan aktivitas pendidikan maupun penunjang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Sedangkan, pengorganisasian pendidikan adalah sebuah proses pembentukan tempat atau system dalam rangka melakukan kegiatan kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Jadi, organisasi pendidikan adalah suatu wadah yang memungkinkan komponen Pendidik untuk meraih hasil yang maksimal dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menghasilkan pesrta didik yang punya prestasi, dan pengelolaan Sekolah yang tertib administrasi dengan managemen yang terarah yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.Organisasi Dalam Pendidikan merupakan faktor yang terpenting dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di sekolah yang keberhasilannya diukur oleh prestasi tamatan (output), oleh karena itu dalam menjalankan kepemimpinan, harus berpikir sistem artinya dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah komponen-komponen terkait seperti: guru-guru, staff TU, Orang tua siswa/Masyarakat, Pemerintah, anak didik, dan lain-lain harus berfungsi optimal yang dipengaruhi oleh kebijakan dan kinerja pimpinan.Penting kiranya kita memahami unsur-unsur dasar pembentuk sebuah organisasi, yaitu:1. Adanya tujuan bersama, organisasi mensyaratkan sesuatu yang akan diinginkan, biasanya terumuskan dalam visi, misi, target, tujuan. Dalam hal ini sekolah harus merumuskan visi, misi, tujuan pendidikan dalam wadah dan sistem pendidikan tersebut yang ingin dicapai.

2. Adanya kerja sama dua orang atau lebih untuk mewujudkan tujuan bersama.3. Adanya pembagian tugas, untuk efektifitas, efisiensi, dan produktifitas organisasi.

4. Adanya kehendak bekerja sama untuk mencapai tujuan.B. Tujuan Organisasi PendidikanSebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan (1)karier, (2)kemampuan, (3)kewenangan profesional, (4)martabat, dan (5)kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.

1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan diri seorang pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motifator terjadinya peningkatan karier setiap anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotifasi anggotanya mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya.

2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, merupkan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profsi akan memiliki mkekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya.

3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional anggota, merupakan upaya para profsional untuk menmpatkan anggota suatu profesi sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi keendidikan bertujuan untuk megembangkan dan meningkatkan kemampuan kepada anggotanya melaluai pendidikan atau latihan terprogram.

4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi keendidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.

5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraa, merupakan upaya organisasi profesi keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir batin anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus dipenuhi. Banyak kiprah organisasi profesi keendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi anggota melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih terindahkan dibandingkan individu.Pendidikan sebagai sebuah organisasi harus dikelola sedemikian rupa sehingga aktivitas pelaksanaan program organisasi dapat berjalan secara efektif dan efisien. Berikut manfaat dan tujuan lain organisasi pendidikan yaitu:1. Mengatasi keterbatasan kemampuan, kemauan dan sumber daya yang dimiliki dalam mencapai tujuan pendidikan.

2. Terciptanya efektifitas dan efisiensi organisasi dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan.3. Sebagai wadah pengembangan potensi dan spesialisasi yang dimiliki.4. Menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain.

C. Fungsi Organisasi Pendidikan

Organisasi pendidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi anggotanya. Organisasi pendidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua fungsi tersebut dapat diuraikan berikut ini.

1. Fungsi Pemersatu

Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Namun, umumnya dilatar belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Secara intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya medapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya, bahkan mungkin mereka terdorong oleh semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin. Secara ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi yang semakin hari semakin klompleks.

Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban suatu profesi, yang secara teoritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara individual. Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional membentuk organisasi profesi. Demikian pula organisasi profesi kependidikan, merupakan organisasi profesi sebagai wadah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna jasa pendidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi pendidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi pendidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.

2. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional

Fungsi kedua dari organisasi pendidikan adalah meningkatkan kemampuan profesional para pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi:

Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan.

PP tersebut menunjukkan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan para anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui organisaasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989, Pasal 31; ayat 4 dinyatakan bahwa:

Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta pembangunan bangsa.Kemampuan yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa yang disebut dengan istilah kompetensi, yang oleh Abin Syamsuddin dijelaskan bahwa kopetensi merupakan kecakapan atau kemampuan mengerjakan pekerjaan kependidikan. Guru yang memiliki kemampuan atau kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan kependidikan disebut dengan guru yang kompeten.

Peningkatan kemampuan profesional tenaga kependidikan dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur dan tidak terstruktur. Program terstruktur adalah program yang dibuat dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan demikian, pada akhir program para peserta akan memperoleh sejumlah SKS yang pada gilirannya dapat disertakan dengan kualifikasi tetrtentu tenaga kependidikan. Program tidak terstruktur adalah program pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan yang ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini adalah:a. Penataran tingkat nasional dan wilayah;

b. Supervisi yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait seperti Kepala Sekolah, Kepala Bidang, Kakandep;

c. Pembinaan dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama tenaga kependidikan sejenis melalui forum konunikasi, seperti MGI.

d. Pembinaan dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif sendiri dengan partisipasi dalam seminar, loka karya, dan yang lainnya.

D. Aspek-Aspek Organisasi Pendidikan

Aspek-aspek organisasi pendidikan adalah komponen-komponen yang harus ada dalam organisasi pendidikan. Keberadaan komponen ini menjadi pilar dari suatu organisasi penidikan. Artinya jika salah satu komponen tidak berfungsi, maka organisasi pendidikan tidak akan berjalan sama sekali. OConnor, T. mengungkapkan bahwa organisasi pendidikan setidaknya memiliki empat komponen utama, yaitu mission (misi), goals (tujuan), objectives (sasaran) dan behavior (perilaku). 1. Mission

Adalah alasan utama keberadaan suatu organisasi atau bisa dikatakan untuk apa (misi) organisasi tersebut ada. 2. Goals

Adalah tujuan umum atau tujuan divisi-divisi fungsional organisasi yang dihubungkan dengan stake holder organisasi.

3. Objectives

Adalah sasaran/hasil yang spesifik, terukur dan terkait dengan tujuan.4. Behaviors

Mengacu pada produktivitas dari tugas-tugas rutin pegawai.Organisasi pendidikan yang baik hendaklah membagi tugas-tugas dan tanggungjawab dengan sesuai kapasitas, fungsi dan wewenang serta kemampuannya untuk mencapai tujuan pendidikan. Melalui stuktur organisasi yang ada anggota organisasi pendidikan akan mengetahui tugas dan wewenang semua steakholder pendidikan. Dengan organisasi yang baik dapat dihindari sistem organisasi yang bersifat otoriter dan inklusif terhadap semua anggota.E. Jenis-Jenis OrganisasiPerkembangan kajian organisasi diawali dari kajian organisasi sebagai organisasi formal, yaitu organisasi yang didesain untuk mencapai tujuan bersama. Perkembangan ini terus berlangsung dan berbagai studi keorganisasian terus dilakukan. Perkembangan inilah pada akhirnya memunculkan organisasi informal sebagai implikasi dari adanya organisasi formal.1. Organisasi FormalOrganisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi. Keberadaan struktur organisasi menjadi pembeda utama antara organisasi formal dan informal. Struktur dalam organisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab kepada personil dan untuk membangun hubungan tertentu diantara orang-orang pada berbagai kedudukan. (Oteng Sutisna,1993:207) sekolah dasar merupakan contoh sebuah organisasi formal.Struktur dalam organisasi formal memperlihatkan unsur administratif berikut.a. KedudukanStruktur menggambarkan letak/posisi setiap orang dalam organisasi tanpa terkecuali. Kedudukan sekarang dalam struktur organisasi mencerminkan sejumlah kewajiban sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan dan hak-hak yang dimiliki secara formal dalam posisi yang didudukinya. Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu contoh kedudukan dalam struktur organisasi sekolah. Kedudukan sebagai kepala sekolah ini mencerminkan adanya sejumlah kewajiban yang harus dilakukan pemangku jabatan sebagai pimpinan dan manajer sekolah, juga memperlihatkan adanya hak-hak yang diterima secara formal manakala seorang menjabat sebagai kepala sekolah.b. Hierarki KekuasaanStruktur digambarkan suatu rangkaian hubungan antara satu orang dengan orang lainnya dalam suatu organisasi. Rangkaian hubungan ini mencerminkan suatu hirarki kekuasaan yang inheren dalam setiap kedudukan. Tanggung jawab merupakan suatu istilah yang melekat dalam setiap kedudukan dan hirarki kekuasaan di dalam organisasi. Adanya hirarki kekuasaan menunjukkan bahwa pencapaian tujuan organisasi dibagi kepada berbagai komponen organisasi dan diimplementasikan secara sinergi melalui hirarki kekuasaan masing-masing yang dikoordinasikan dan dipimpin oleh manajer puncak. Dalam organisasi persekolahan, hirarki kekuasaan tertinggi adalah kepala sekolah.c. Kedudukan garis dan stafOrganisasi garis menegaskan struktur pengambilan keputusan, jalan permohonan dan saluran komunikasi resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi, perintah, dan petunjuk pelaksanaan. Kedudukan garis adalah ialah kedudukan yang diserahi kekuasaan administratif umum dalam arus langsung dari tempat paling atas ke tempat yang paling bawah. Kedudukan staf mewakili keahlian-keahlian khusus yang diperlukan bagi berfungsinya kedudukan garis tertentu dengan pasti. ( Sutina,1993:208).2. Organisasi Informal

Interaksi antara orang dalam organisasi formal pasti menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang tidak saja hubungan struktural, terlebih pada organisasi persekolahan, dimana kekeluargaan menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan hubungan dari interaksi orang dalam organisasi ini akan meningkat secara kuat sentimen-sentimen dan komitmen setiap orang, sehingga muncul empati atau simpati satu sama lain. Hubungan inilah yang terus tumbuh selama organisasi formal itu ada yang dinamakan organisasi informal. Hubungan interaksi ini tidak berstruktur sebagaimana struktur organisasi formal.

Walaupun sulit mengidentifikasi keberadaannya secara kasat mata, namun keberadaan organisasi informal ini dapat dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk menyesuaikan diri, dan kepemimpinan informal (Sutisna,1993:221)

Norma perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok (orang-orang dalam organisasi) dalam sebuah kesepakatan sosial, sehingga sangsinya pun sangsi sosial. Norma perilaku dalam organisasi informal tidak tertulis sebagaimana organisasi formal, tetapi menjadi kesepakatan bersama diantara orang-orang di dalam organisasi. Tekanan untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung dengan suatu kelompok informal. Menggabungkan diri dengan suatu kelompok tidak sekedar bergabung secara fisik dalam suatu organisasi informal tersebut. Karena itu organisasi informal sering muncul dalam bentuk kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar, karena syarat keberterimaan sebagai bagian dari organisasi informal ini tidak hanya keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih spesifik pada kesamaan antar individu, apakah kesamaan asal daerah, agama, nilai yang dianut, hobi, dan lain sebagainya.

Kepemimpinan informal dalam organisasi informal menjadi salah satu komponen yang kuat mempengaruhi orang-orang dalam organisasi, bahkan memungkinkan melebihi pengaruh pemimpin organisasi formal. Pemimpin informal muncul dari kelompok dan membimbing serta mengarahkan melalui persuasi dan pengaruh. Kepemimpinan dalam organisasi informal sangat kuat mempengaruhi perilaku orang-orang karena inilah kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana seseorang dipatuhi bukan karena memiliki jabatan,tetapi ada kelebihan yang secara alamiah mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.F. Ruang Lingkup Organisasi Pendidikan1. Bentuk dan Corak Organisasi Kependidikan

Bentuk organisaasi profesi kependidikan begitu bervariasi dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antar anggotanya. Ada empat bentuk organisasi profesi kependidikan.

a. Berbentuk persatuan (union), antara lain di Ausrtalia, Singapura, dan Malaysia, misalnya: Ausrtalian Education Union (AUE), National Tertiary Education Union (NTEU), Singapore Teachers Union (STU), National Union of the Teaching Profession (NUTP), dan Sabah Teachers Union (STU). b. Berbentuk federasi (federation) antara lain di India dan Bangladesh, misalnya: All India Primary Teachers Federation (AIPTF), dan Bangladesh Teachers Federation (BTF).c. Berbentuk aliansi (alliance), antara lain di Pilipina, seperti National Alliance of Teachers and Office Workers (NATOW).d. Berbentuk asosiasi (association) seperti yang terdapat di kebanyakan negara, misalnya, All Pakistan Government School Teachar Association (APGSTA) di Pakistan, dan Brunei Malay Teachers Association (BMTA) di Brunei.Ditinjau dari kategori keanggotaannya, corak organisasi profesi kependidikan beragam pula. Corak organisasi profesi ini dapat dibedakan berdasarkan jenjang pendidikan di mana mereka bertugas (SD, SMP, dll), status penyelenggara kelembagaan pendidikannya (negeri, swasta), Bidang studi keahliannya (bahasa, kesenian, matematika, dll), jender (Pria, Wanita), berdasarkan latar belakang etnis (bugis, cina, tamil, dll).2. Struktur dan Kedudukan Organisasi Kependidikan

Berdasarkan struktur dan kedudukannya, organisasi profesi kependidikan terbagi atas tiga kelompok, yaitu:

a. Organisasi pendidikan yang bersifat lokal (kedaerahan dan kewilayahan).

b. Organisasi pendidikan yang bersifat nasional seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

c. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat internasional seperti UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization).

3. Keanggotaan Organisasi Pendidikan

Dengan adanya keragaman bentuk dan corak serta struktur dan kedudukan organisasi pendidikan seperti telah dipaparkan di muka, dengan sendirinya keanggotaan prganisasi pendidikan ini beragam pula. Akan tetapi pada umumnya organisasi pendidikan yang bersifat asosiasi atau persatuan langsung dari setiap pribadi pengemban profesi yang bersangkutan. Sedangkan keanggotaan organisasi pendidikan yang bersifat federasi cukup terbatas oleh pucuk organisasi yang berserikat saja.

4. Program Operasional Organisasi Pendidikan

Sebagaimana organisasi profesi kependidikan memiliki tujuan dan fungsi, bahkan visi dan misi tersendiri. Untuk merealisasikan hal tersebut organisasi profesi ini lazimnya memiliki program operasional tertentu yang secara terencana, dan pelaksanaannya harus dipertanggung jawabkan kepada para anggotanya melalui forum resmi, seperti termaktub dalam anggaran dasar (AD) atau anggaran rumah tangga (ART) atau bahkan hasil konvensi anggota profesi kependidikan. Kandungan program tersebut mencakup hal-hal berikut:1. Upaya-upaya yang menunjang terjaminnya pelaksanaan hak dan kewajiban para anggotanya, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Upaya-upaya yang memajukan dan mengembangkan kemampuan profesionaldan karier para anggotanya, melalui berbagai kegiatan ilmiahdan profesional seperti seminar, simposium, loka karya dan sebagainya.

3. Upaya-upaya yang menunjang bagi terlaksananya hak dan kewajiban pengguna jasa pelayanan profesional, baik keamanan maupun kualitasnya.

4. Upaya-upaya yang bertalian dengan pengembangan dan pembangunan yang relevan dengan bidang keprofesiannya.

G. Macam-Macam Organisasi Pendidikan Di IndonesiaSecara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan bahwa organisasi pendidikan di indonesia berkembang pesat bagaikan tumbuhan di musim penghujan. Sampai sampai ada sebagian pengemban profesi pendidikan yang tidak tahu menahu tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih dikenal kalangan umum adalah PGRI.

1. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

Persatuan Guru Republik Indonesia (disingkat PGRI) adalah organisasi di Indonesia yang anggotanya berprofesi sebagai guru. PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Semangat kebangsaan Indonesia telah lama tumbuh di kalangan guru-guru bangsa Indonesia. Organisasi perjuangan huru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri tahun 1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat. Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 25 November 1945 di Surakarta. Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka adalah guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25 November 1945 seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.

Lahirnya PGRI adalah tuntutan sejarah dan penggilan tugas sebagai pendidik dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Kaum guru Indonesia sadar, bahwa perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan akan berhasil jika dilakukan oleh rakyat yang terdidik. Oleh karena itu, kelahiran PGRI setelah proklamasi kemerdekaan memiliki azas, tujuan dan cita-cita yang sesuai dengan proklamasi kemerdekaan.Kesesuaian azas, tujuan dan cita-cita PGRI dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan tersebut terlihat pada pasal 2 anggaran dasar PGRI, hasil Kongres I yang menyebutkan bahwa PGRI berazaskan kedaulatan rakyat yang penuh dalam segala lapangan dan bertujuan:a. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia

b. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran, sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan

c. Membela hak dan nasib buruh umumnya, serta hak dan nasib guru pada khususnya.

Dengan adanya Kongres Guru Indonesia, maka semua guru yang ada di Indonesia melebur dan menyatu dalam suatu wadah, yakni PGRI sehingga tiada lagi perbedaan latar belakang. Bahkan pada kelanjutannya, 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Melalui Kepres No.78 Tahun 1994, kiprah PGRI makin bersinar. Namun kiprah PGRI terseret dalam kepentingan penguasa karena kedekatannya dengan partai politik tertentu.Pada zaman reformasi, guru lebih berani berekspresi untuk menyampaikan aspirasi dan keluhannya, seperti menuntut perbaikan kesejahteraan, dll. Tuntutan perbaikan kesejahteraan guru akhirnya direspon pemerintah. Pemerintah menempatkan peningkatan kesejahteraan guru dalam konteks kompetensi. Guru yang dulunya belum sepenuhnya dianggap sebagai profesi akhirnya diakui sebagai profesi dengan adanya pencanangan guru sebagai profesi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Desember 2004.2. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya. Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.

Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya; (c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara; (d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.

Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.3. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)

Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.

Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini.a. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.

b. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.

c. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu:

a. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;

b. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;

c. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin, baik dalam maupun luar negeri; dan

d. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).4. Ikatan Guru Indonesia (IGI)Ikatan Guru Indonesia (IGI) merupakan organisasi profesi guru yang disahkan oleh pemerintah melalui SK Depkumham Nomor AHU-125.AH.01.06.Tahun 2009, tertanggal 26 November 2009. Melalui wadah IGI, diharapkan para guru dapat mengubah dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada pihak lain dan sekaligus bersiap menjadi lokomotif penggerak perubahan bagi bangsa.

Dengan motto "Sharing and Growing Together", Ikatan Guru Indonesia akan menjadi komunitas yang tepat bagi para guru dan siapa saja yang tertarik dan peduli pada pentingnya memajukan dunia pendidikan dan keguruan.5. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) adalah organisasi profesi guru tingkat nasional yang sudah berbadan hukum dan di dirikan oleh para guru pada 23 Januari 2011. FSGI beberbentuk federasi sehingga anggota di level nasional adalah organisasi guru lokal/daerah. Sedangkan organisasi guru lokal beranggotakan individu-individu. FSGI dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal (Sekjen) yang dijabat Retno Listyarti. Dalam menjalankan tugasnya Sekjen dibantu oleh seorang wakil Sekjen (Fahriza Tanjung) dan empat (4) orang Presidium, yaitu Guntur Ismail, Ginandjar Hambali, H. Oban dan Herialdi.Pendirian FSGI dilatarbelakangi oleh sebuah pertemuan nasional di hotel Bumi Wiyata Depok pada 21-23 Januari 2011 yang dihadiri perwakilan 14 organisasi guru daerah. Pertemuan tersebut kemudian dilanjutkan dengan Kongres FSGI pada 30 Juni 2 Juli 2011. Kongres Nasional FSGI kemudian menetapkan bahwa 8 organisasi daerah yang hadir dalam Kongres itu secara otomatis menjadi pendiri dan anggota FSGI. Kedelapan organisasi guru daerah tersebut adalah Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ), Serikat Guru Indonesia Medan (SeGI Medan), Serikat Guru Tangerang (SGT), Serikat Guru Kota Tangerang (SIGAT), Serikat Guru Serang (SGS), Serikat Guru Lebak (SeGeL), Forum Diskusi Guru Pandeglang (FDGP), dan Aliansi Perjuangan Guru Purwakarta (APG).Saat ini FSGI terus menambah jumlah anggotanya. Saat ini beberapa organisasi guru daerah mendaftarkn diri bergabung dengan FSGI, yaitu : (1) Serikat Guru Brebes (SBS); (2) Serikat Guru Muna (SGM); (3) Serikat Guru Sumenep; (3) Serikat Guru Indonesia Langkat; (4) Serikat Guru Indonesia Deli Serdang; (5) Serikat Guru Batam; (6) Serikat Guru Flores; (7) Serikat Guru Papua Barat; (8) Forum Guru Indragiri Hilir; (9) Serikat Guru Banjarmasin; (10) Serikat Guru Bogor; (11), Forum Guru Bersertifikat Pendidik Jambi; dan (12) Serikat Guru Bukit Tinggi. FSGI berkantor pusat di Apartemen Gading Icon tower C lantai 11 nomor 15, Jl. Perintis Kemerdekaan Jakarta Timur.6. Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia(AGEI)

Asosiasi Guru Ekonomi diprakarsai oleh ketua MGMP Ekonomi DKI Jakarta Drs, Wiji Purwanta. Prakarsa tersebut dilatarbelakangi :bahwa Guru memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, karena guru merupakan barisan terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk itu guru harus selalu berupaya meningkatkan profesionalitas agar dapat menjalankan fungsinya sebagai agen pembelajaran, pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satu upaya meningkatkan profesionalitas guru melalui upaya mandiri atau melalui upaya kelompok.

Untuk merealisasikan cita-cita tersebut diperlukan wadah berupa asosiasi guru mata pelajaran yang berfungsi sebagai pemelihara kode etik guru dan memberikan advokasi terhadap anggotanya. Asosiasi merupakan wadah yang memiliki kekuatan hukum dan memiliki struktur organisasi yang jelas. Melalui asosiasi guru mata pelajaran, seorang guru akan terjaga eksistensinya dan memiliki sarana pengembangan profesi, kualifikasi dan kompetensi7. Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI)Deklarasi berdirinya Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI) dilakukan di Semarang pada tanggal 27 Juli 2006, pada saat Konferensi Nasional Matematika ke XIII dan Kongres Himpunan Matematika Indonesia oleh IndoMS Deklarator terdiri dari 12 orang guru matematika yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia tingkat SD, MI, SMP, MTs, SMA, SMK dan MA. Adapun AGMI Banten didirikan 2 Mei 2007 dengan Ketua Terpilih Drs. Agus Setija Adi.8. Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia (PGMI)

Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia yang disingkat PGM Indonesia adalah organisasi di Indonesia yang anggotanya berprofesi sebagai guru madrasah. PGM Indonesia di bentuk pada tanggal 23 Juli 2008 di Jakarta serta dideklarasikan pada tanggal 24 Juli 2008 di Aula Pandansari, Cibubur Jakarta dengan dihadiri oleh 1.260 guru madrasah yang berasal dari 12 Provinsi dan 26 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.Agar keberadaan Persatuan Guru Madrasah (PGM) lebih diakui oleh berbagai pihak, maka atas inisiatif DPW PGM Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten diadakanlah Musyawarah Nasional Guru Madrasah yang pertama pada tanggal 23-24 Juli 2008 di Taman Wiladatika Cibubur, Jakarta dengan menghasilkan beberapa keputusan antara lain berdirinya Organisasi Profesi Guru Madrasah yaitu Persatuan Guru Madrasah (PGM) serta penetapan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Guru Madrasah.Selain organisasi pendidikan yang disebutkan diatas, masih banyak organisasi pendidikan yang ada di Indonesia. Berikut contoh organisasi pendidikan yang terdaftar di Indonesia.a. Asosiasi Guru Sains Indonesia (AGSI)

b. Asosiasi Guru Otomotif Indonesia (AGTOI)

c. Asosiasi Guru PENULIS Indonesia (AGUPENA)

d. Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAI)

e. Persaudaraan Guru Sejahtera Indonesia (PGSI)

f. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU)

g. Persatuan Guru Honor Indonesia (PGHI)

h. Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)

i. Persatuan Guru Swasta Indonesia (PGSI)

j. Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI)BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. organisasi pendidikan adalah suatu wadah yang memungkinkan komponen Pendidik untuk meraih hasil yang maksimal dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menghasilkan pesrta didik yang punya prestasi, dan pengelolaan sekolah yang tertib administrasi dengan managemen yang terarah yang sebelumnya tidak dapat dicapai oleh individu secara sendiri-sendiri.2. Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan/atau mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan.3. Organisasi pendidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini.4. organisasi pendidikan setidaknya memiliki empat komponen utama, yaitu mission (misi), goals (tujuan), objectives (sasaran) dan behavior (perilaku).5. organisasi pendidikan di indonesia berkembang pesat bagaikan tumbuhan di musim penghujan. Berikut organisasi pendidikan yang terdaftar di Indonesia.a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

b. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

c. Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)

d. Ikatan Guru Indonesia (IGI)

e. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)

f. Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia(AGEI)

g. Asosiasi Guru Matematika Indonesia (AGMI)

h. Perkumpulan Guru Madrasah Indonesia (PGMI)i. Asosiasi Guru Sains Indonesia (AGSI)

j. Asosiasi Guru Otomotif Indonesia (AGTOI)

k. Asosiasi Guru PENULIS Indonesia (AGUPENA)

l. Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAI)

m. Persaudaraan Guru Sejahtera Indonesia (PGSI)

n. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU)

o. Persatuan Guru Honor Indonesia (PGHI)

p. Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)

q. Persatuan Guru Swasta Indonesia (PGSI)

r. Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGB. SaranBagi pembaca, agar menjadi bahan acuan

DAFTAR PUSTAKA

Bigs dan Blocher. 1986. The Cocgnitive Approach to Ethical Counseling. New York: State University of New York.Engkoswara dan Husna Asmara. 1995. Pendidikan dan Prospeknya terhadap Pembangunan Bangsa dalam PJP II (Ilmu dan Organisasi Profesi Pendidikan). Jakarta: ISPI.Hamalik, Oemar. 1984. Pendidikan Guru; Konsep Kurikulum Strategi. Bandung: Pustaka Martiana.Saud, Udin Syaefudin. 2008. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfa Beta.Supriadi, Dedi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karaya Nusa.

Syamsuddin, M. Abin. 1999. Pengembangan Profesi dan Kinerja Tenaga Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Zanti, Sutan dan Syahmiar Syahrun. 1992. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Depdikbud.

http://raalmuawanahkotatasikmalaya.blogspot.com/2014/12/v-behaviorurldefaultvmlo.html

iii