MAKALAH OMPK - PWS

23
 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)  telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA)  merupakan  beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)  2007, AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK   pada kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%) dan lain-lain (33%).

Transcript of MAKALAH OMPK - PWS

Page 1: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 1/23

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)  telah dilaksanakan di Indonesia

sejak tahun 1985. Pada saat itu pimpinan puskesmas maupun pemegang program

di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota belum mempunyai alat pantau yang dapat

memberikan data yang cepat sehingga pimpinan dapat memberikan respon atau

tindakan yang cepat dalam wilayah kerjanya. PWS dimulai dengan program

Imunisasi yang dalam perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti

PWS-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi.

Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatus (AKN), Angka

Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA)  merupakan

  beberapa indikator status kesehatan masyarakat. Dewasa ini AKI dan AKB di

Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Menurut

data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI 228 per 100.000

kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000 kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran

hidup, AKABA 44 per 1.000 kelahiran hidup.Penyebab langsung kematian Ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalinan

dan segera setelah persalinan (SKRT 2001). Penyebab langsung kematian Ibu

adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan infeksi (11%). Penyebab tidak 

langsung kematian Ibu antara lain Kurang Energi Kronis/KEK    pada kehamilan

(37%) dan anemia pada kehamilan (40%). Kejadian anemia pada ibu hamil ini

akan meningkatkan risiko terjadinya kematian ibu dibandingkan dengan ibu yang

tidak anemia. Sedangkan berdasarkan laporan rutin PWS tahun 2007, penyebab

langsung kematian ibu adalah perdarahan (39%), eklampsia (20%), infeksi (7%)

dan lain-lain (33%).

Page 2: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 2/23

 

B.  TUJUAN PENULISAN

Mahasiswa dapat mengerti dan memahami mengenai penegertian, tuuan,

 prinsip program, identifikasi pemantauan, identiikasi indicator pemantauan, cara

membuat grafik serta pelembagaan Pemantauan Wilayah Sekitar ± KIA

C. MANFAAT

1.  Bagi Penulis

Dapat menjadi bahan rujukan bagi pengembangan selanjutnya, serta

menambah pengetahua.

2.  Bagi Institusi pendidikan

Diharapkan dapat memberi manfaat bagi lembaga pendidikan untuk dapatdigunakan sebagai sumber kepustakaan bagi mahasiswa yang akan datang

sehingga dapat menjadi bahan perbandingan.

D.  SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah dalam memahami makalah ini, maka penulis membagi

makalah ini menjadi 3 BAB, sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN 

Pada bab ini terdiri dari : latar belakang, tujuan, penulisan, manfaat penulisan dan

sistematika penulisan.

BAB II : PEMBAHASAN 

Bab ini terdiri dari : Pengertian, tujuan, prinsip pengelolaan program KIA,

 pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, deteksi dini ibu hamil risiko tinggi,

 pelayanan kesehatan neonatal, batasan PWS, indikator PWS, cara membuat grfik,

langkah pokok pembuatan grafik, pelembagaan PWS, sistem pencatata dan

 pelaporan serta proses penerapan PWS.

BAB V : PENUTUP 

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 3/23

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

Pemantauan wilayah setempat-KIA adalah suatu alat manajemen program

KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah

(puskesmas/kecamatan) secara terus-menerus, sehingga dapat dilakukan tindak 

lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa dengan cakupan pelayanan KIA yang

masih rendah.

B.  Tujuan PWS-KIA

1.  Tujuan umum

a.  Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja

  puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di setiap desa

secara terus menerus.

 b.  Meningkatkan pemantauan cakupan dan pelayanan untuk setiap wilayah

kerja secara terus-menerus dalam rangka meningkatkan jangkauan dan

mutu pelayanan.2.  Tujuan khusus

Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator, secara

teratur (bulanan) dan terus-menerus untuk setiap desa.

a.  Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian untuk 

setiap desa.

 b.  Menentukan urutan desa/wilayah prioritas yang akan ditangani secara

intensif berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan

 pencapaiannya.

c.  Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber yang tersedia

dan yang dapat digali.

Page 4: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 4/23

 

d.  Membangkitkan peran penolong setempat dalam menggerakkan sasaran

dan mobilisasi sumber daya.

e.  Memperoleh gambaran tentang masalah-masalah yang menghambat

 pelaporan data dari kabupaten/kota.

f.  Memantau cakupan KIA yang dipilih sebagai indikator, secara terus-

menerus (bulanan) untuk setiap wilayah.

g.  Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaian

sebenarnya untuk setiap kabupaten/kota.

C.  Prinsip Pengelolaan Program KIA

Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan danmeningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara elektif dan efisien,

 pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut.

1.  Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelyanan dengan mutu

yang baik serta jangkauan setinggi-tingginya.

2.  Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada

 peningktakan pertolongan oleh petugas profesional secara bertahap.

3.  Peningkatan deteksi dini risiko tinggi ibu hamil, oleh tenaga kesehatan

maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta penanganan dan

 pengamatan secara terus-menerus.

4.  Peningkatan pelayanan neonatal (bayi kurang 1 bulan) dengan mutu yang baik 

dan jangkauan setinggi-tingginya.

D.  Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu semasa

kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan

dalam buku Pedoman Pelayanan Antenatal bagi Petugas Puskesmas. Dalam

 penerapan secra operasional dikenal dengan standar 7T.

Page 5: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 5/23

 

Frekuensi pelayanan antenatal selama kehamilan minimal empat kali, dengan

ketentuan sebagai berikut.

1.  Minimal 1 kali pada trimester pertama.

2.  Minimal 1 kali pada trimester kedua.

3.  Minimal 2 kali pada trimester ketiga.

Standar frekuensi pelayanan antenatal ditentukan untuk menjamin mutu

 pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani

kasus risiko tinggi yang ditemukan pada kasus ibu hamil.

E.  Pertolongan Persalinan

Dalam KIA tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakatdigolongkan menjadi :

1.  Tenaga profesional, meliputi dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,

 pembantu bidan, dan perawat;

2.  Dukun bayi terlatih, meliputi dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan

dari tenaga kesehatan yang dinyatakan lulus;

3.  Dukun bayi tidak terlatih, meliputi dukun bayi yang tidak pernah dilatih oleh

tenaga kesehatan atau dukun bayi yang dilatih dan belum dinyatakan lulus.

Prinsip dalam pertolongan persalinan, penolong harus memperhatikan

sterilitas, metode pertolongan persalinan yang memenuhi persyaratan teknik 

medis, serta merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

Dengan penempatan bidan di desa, diharapkan secara bertahap jangkauan

  persalinan oleh tenaga profesional terus-menerus dapat meningkat dan

masyarakat akan semakin menyadari pentingnya persalinan yang bersih dan

aman.

Page 6: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 6/23

 

F.  Deteksi Dini Ibu Hamil Risilo Tinggi

Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi

dini ibu hamil berisiko perlu digalakkan kembali baik di fasilitas pelayanan KIA

maupun di masyarakat. Deteksi dini ibu hamil berisiko tinggi perlu di fokuskan

  pada keadaan yang menyababkan ibu berslain di rumah dengan yang ditolong

oleh dukun bayi terutama dukun bayi yang tidak terlatih.

Tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih disebabkan oleh

timbulnya penyulit persalinan. Masyarakat Indinesia sebagian besar adalah

keluarga (extended family), pengambilan keputusan tidak tidak dapat dilakukan

dengan segera, sehingga jika terjadi penyulit persalinan penolong tidak dapat

segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih memadai.Selain faktor di atas, waktu dan transportasi merupakan faktor yang

sangat menentukan dalam merujuk kasus risiko tinggi. Penempatan bidan di desa

memungkinkan penanganan dan rujukan ibu hamil berisiko sejak dini, serta

identifikasi tempat persalinan yang tepat bagi ibu hamil sesuai dengan risiko

kehamilan.

Faktor risiko yang sering di jumpai pada ibu hamil di antaranya adalah

 primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jumlah anak lebih dari

4 orang, jarak anak terakhir dengan kehamilan kurang dari 2 tahun, tinggi badan

kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas (LLA)

kurang dari 23,5 cm, riwayat keluarga dengan kencing manis (DM), hipertensi,

riwayat cacat kongenital, dan kelainan bentuk tubuh.

G.  Pelayanan Kesehatan Neonatal

Mengingat angka kematian bayi terjadi pada masa neonatus, upaya yang

dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan

kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan 3 bersih (bersih tangan

 penolong, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat tidur ibu) dan

Page 7: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 7/23

 

  perawatan tali pusat yang memperhatikan prinsip sterilitas. U  paya lain yang

dilakukan adalah deteksi dini neonatal risiko tinggi, sehingga dapat diberikan

 pelayanan sedini mungkin.

Risiko tinggi nenatal, di antaranya adalah BBLR, bayi dengan tetanus

neonatorum, asfiksia, ikterus neoatorum, sepsis, bayi lahir dengan berat kurang

dari 400gram, bayi  preterm, bayi lahir dengan cacat bawaan sedang, dan bayi

lahir dengan persalinan tindakan (seperti forceps, vakum, dan SC).

H.  Batasan PWS-KIA

Penjaringan deteksi dini kehamilan risiko tinggi bertujuan untuk menemukan ibu

hamil beresiko. Penjaringan ini dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi, dantenaga kesehatan.

a.  Kunjungan ibu hamil, yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga profesional untuk 

mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan.

1)  Kunjungan baru ibu hamil (KI)

Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan sejak pertama kali dan

seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama 1

 periode kehamilan berlangsung.

2)  Kunjungan ke-4 (K4)

Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke-4 atau lebih

untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan,

dengan syarat minimal 1 kali untuk trimester I dan II, serta minimal 2 kali

untuk trimester III.

 b.  Kunjungan Neonatal (KN), yaitu kontak neonatal dengan tenaga kesehatan

minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan

neonatal baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas.

Cakupan akses adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun

waktu tertentu yang pernah mendapatkan antenatal sesuai standar paling sedikit 1

Page 8: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 8/23

 

kali selama kehamilan. Cara menghitugnya adalah jumlah kunjungan baru ibu

hamil dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada disuatu wilayah kerja

dalam kurun waktu 1 tahun dikalikan 100%.

 

   

Cakupan ibu hamil (K4) adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah

dalam kurun waktu tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar 

  paling sedikit 4 kali. Cara menghitung adalah jumlah ibu hamil yang telah

menerima K4 dibagi jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu 1 tahun

dikalikan 100%.

 

  

Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamil di suatu wilayah dalam

kurun waktu 1 tahun. Angka ini diperoleh dengan cara sebagai berikut.

3)  Angka sebenarnya, diperoleh berdasarkan cacat jiwa.

4)  Angka perkiraan, yaitu memakai rumus angka kelahiran kasar (CBR)

dikalikan 1,1 lalu dikalikan jumlah penduduk setempat. Jika pengambilan

angka CBR dari provinsi, atau dari kabupaten setempat bis menggunakan

rumus : 3% x jumlah penduduk setempat.

Sasaran ibu hamil = CBR x 1,1 x jumlah penduduk setempat

Atau

Sasaran ibu hamil = 3%CBR x 1,1 x jumlah penduduk setempat

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, adalah persentase

ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu yang ditolong

Page 9: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 9/23

 

 persalinannya oleh tenaga kesehatan. Jumlah seluruh persalinan di suatu wilayah

dalam kurun waktu 1 tahun dapat dihitung dengan rumus = 2,8% x jumlah

 penduduk setempat.

Cakupan pertolongan persalinan = 2,8% x jumlah penduduk setempat.

Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko di masyarakat adalah presentase

ibu hamil berisiko yang ditemukan kader dan dukun bayi, yang dirujuk 

kepuskesmas/tenaga kesehatan dalam kurun waktu tertentu. Cara mengetahuinya

adalah jumlah ibu hamil berisiko yang dirujuk oleh dukun bayi dan kader dibagi

dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu 1tahun dikalikan 100%. Diperkirakan presentase ibu hamil berisiko mencapai 15-

20% dari seluruh ibu hamil.

 

   

Cakupan penjaringan ibu hamil berisiko yang ditemukan oleh tenaga

kesehatan merupakan presentasi ibu hamil berisiko yang ditemukan baik oleh

tenaga kesehatan maupun kader/dukun bayi yang telah dipastikan oleh tenaga

kesehatan, yang kemudian ditindaklanjuti (dipantau secara intensif dan ditangani

sesuai kewenangan, dan atau dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi),

dalam kurun waktu tertentu. Cara menghitungnya adalah jumlah ibu hami berisiko

yang ditemukan oleh tenaga kesehatan dan atau dirujuk oleh dukun bayi dan kader 

dibagi dengan sasaran ibu hamil yang ada disuwatu wilayah dalam kurun waktu

satu tahun dikalikan 100%.

Page 10: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 10/23

 

10

 

  

Cakupan kunjungan neonatal (KN) adalah persentase neonatal (bayi usia

kurang dari satu bulan) yang memperoleh pelayanan kesehatan minimal 2 kali dari

tenaga kesehatan (1 kali pada hari ke-1sampai ke-7, dan 1 kali pada hari ke-8

sampai hari ke-28). Cara menghitungnya adalah jumlah kunjungan neonatal yang

mendapatkan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan minimal 2 kali dibagi

dengan jumlah seluruh sasaran bayi yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu

satu tahun.

 

  

I.  Indikator PWS ± KIA

Indicator PWS ± KIA merupakan gambaran keadaan pokok dalam program KIA,

yang ditetapkan menjadi enam indicator.

1)  Akses pelayanan antenatal ( indicator cakupan K1 )

Cakupan kunjungan pertama ( K1 ) digunakan untuk mengetahui

  jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam

menggerakan masyarakat. Cara menghitung cakupan K1 adalah jumlah

kunjungan ( K1 ) dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil dalam satu

tahun dikalikan 100%.

Jumlah sasaran ibu hamil didapat dari angka kelahiran kasar ( C rude

  Birth Rate ± C   BR ) provinsi x 1,1 x jumlah penduduk angka nasional,

dengan perhitungan 3% x jumlah penduduk setempat.

Page 11: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 11/23

 

11

2)  Indicator cakupan ( coverage ) ibu hamil ( K4 )

Cakupan K4 bertujuan untuk mengetahui cakupan pelayanan antenatal

secara lengkap yang mmenggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di

suatu wilayah cakupan K4 adalah jumlah kunjungan ibu hamil K4 dibagi

 jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun dikalikan 100%

3)  Masalah ( manajemen program )

 Drop Out ( DO ) adalah presentasi dari K1 dikurangi K4 dibagi dengan

 jumlah K1

DO = ( K1 ± K4 ) X 100%

4)  Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan menggambarkan kemampuan program KIA dalam pertolongan persalinan secara professional. Cakupan

dihitung dengan cara jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan dibagi

dengan jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun dikalikan 100%,

seperti yang telah dijelasksan sebelumnya.

Jumlah seluruh sassaran dalam satu tahun diperkirakan melalui

  perhitungan CBR provinsi x 1,1 x jumlah penduduk setempat. Apabila

 provinsi tidak mempunyai data CBR dapat menggunakan angka nasional (

2,8% ) dikalikan jumlah penduduk setempat.

5)  Penjaringan ( deteksi ) ibu hamil beresiko oleh masyarakat

Deteksi dini ibu hamil beresiko dapat menggambarkan tingkat

kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu

hamil beresiko dihitung berdasarkan jumlah ibu hamil beresiko yang

dirujuk oleh dukun bayi atau kader ke tenaga kesehatan, dibagi dengan

 jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun dikalikan 100%

6)  Cakupan pelayanan neonatal ( KN ) oleh tenaga kesehatan

Cakupan pelayanan neonatal bertujuan untuk mengetahui jangkauan dan

kualitas pelayanan kesehatan neonatal. Cakupan neonatal dihitung

  berdasarkan jumlah kunjungan neonatal yang mendapatkan pelayanan

Page 12: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 12/23

 

12 

kesehatan minimal dua kali oleh tenaga kesehatan ( tidak termsauk 

  pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ) dibagi dengan jumlah

seluruh sasaran bayi dalam stu tahun dikalikan 100%

7)  Indicator Keluarga Berencana

Cakupan pelayanan keluarga berencana bertujuan untuk mengetahui

  jangkauan dan kualitas pelayanan KB. Cara menghitungnya didasarkan

 pada penggerakan masyarakat, keberlangsungan program, dan manajemen

 program.

y  Penggerakan masyarakat

Akseptor baru metode kontrasepsi efektif terpilih dihitung

 berdasarkan jumlah akseptor baru untuk kontrasepsi efektif terpilihdibagi dengan jumlah seluruh pasangan usia subur (PUS) dikalikan

100%.

Jumlah akseptor baru x 100%

Akseptor baru metode =

kontrasepsi efektif Jumlah seluruh PUS

y  Keberlangsungan program

Akseptor aktif metode kontrasepsi efektif terpilih dihitung

  berdasarkan jumlah akseptor aktif untuk metode kontrasepsi

efektif terpilih dibagi dengan jumlah sasaran PUS dikalikan 100%.

Jumlah akseptor aktif 

Akseptor aktif metode = x 100%

kontrasepsi efektif Jumlah seluruh PUS

y Masalah ( manajemen program ) Drop out  ( DO ) dihitung dari pemakai kontrasepsi awal tahun

ditambah akseptor baru sampai bulan ini, dikurangi pemakai

kontrasepsi pertama smapai bulan ini dibagi dengan pemakai

Page 13: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 13/23

 

13 

kontrasepsi awal tahun ditambah akseptor baru sampai bulan ini

dikalikan 100%

DO = (Pemakai kontrasepsi awal tahun + akseptor baru sampai

dengan bulan ini) ± Pemakai kontrasepsi sampai dengan bulan ini.

8)  Indicator program gizi

Indikator program gizi adalah keberhasilan program gizi pada balita yang

dihitung berdasarkan jangkauan program, keberlangsungan program dan

manajamen program.

y Jangkauan program ( penggerakan masyarakat )

K/S = Jumlah balita terdaftar dan mempunyai KMS dibagi jumlah

 balita di wilayah kerja dikalikan 100%

y  Keberlangsungan program

D/K = D/S x 100%

K/S

y  Manajemen program

 Drop out  adalah jumlah balita terdaftar dan memiliki KMS

dikurangi jumlah balita datang yang ditimbang jumlah balita

terdaftar yang memiliki KMS dikalikan 100%

DO = K ± D x 100%

Page 14: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 14/23

 

14 

J.  CaraMembuat Grafik PWS ± KIA

Laporan PWS ± KIA dibuat setiap bulan. Cara penyajian laporan salah satunya

dengan menggunakan grafik yang dibuat setiap bulan. Garfik tersebut dibuat

  berdasarkan indicator yang harus dicapai dalam PWS ± KIA yaitu sebagai

 berikut.

a.  Grafik cakupan K1

 b.  Grafik cakupan K4

c.  Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

d.  Grafik penjaringan ibu hamil beresiko oleh masyarakat

e.  Grafik penjaringan ibu hamil beresiko oleh tenaga masyarakat

f. 

Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan

K.  Langkah Pokok Pembuatan Geafik PWS-KIA

a.  Pengumpulan data

Data diperoleh dari catatan ibu hamil per desa, register kegiatan harian,

register kohort ibu dan bayi, register pemantauan ibu hamil per desa, catatan

 posyandu, laporan dari bidan atau dokter praktek swasta, rumah bersalin, dan

sebagainya. b.  Pengolahnan data

Setelah data dikumpulkan dan diteliti kelengkapanny, lakukan pengolahan

data. Untuk mengolah data diperlukan data cakupan kumulatifbper desa,

cakupan bidan yang akan diolah, dan cakupan bulan sebelumnya.

Perhitungan untuk cakupan k1 adalah sebagai berikut.

1)  Pencapaian kumulatif per desa adalah pencapaian cakupan kumulatif 

ibu hamil baru per desa (Januari-Juni 2008) dibagi sasaran ibu hamil

 per desa selama satu tahun dikalikan 100 %.

Page 15: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 15/23

 

15 

2)  Cakupan bulan yang akan diolah per desa adalah pencapaian sasaran

ibu hamil per desa (Juni 2008) dibagi sasaran ibu hamil per desa

selama satu tahun dikalikan 100 %.

3)  Pencapaian bulan lalu per desa adalah pencapaian cakupan ibu hamil

  baru per desa selama bulan lalu (Mei 2008)dibagi sasaran ibu hamil

 per desa selama satu tahun dikalikan 100 %.

Perhitungan untuk cakupan K4 adalah sebagai berikut.

1)  Pencapaian kumulatif per desa adalah pencapain kumulatif K4 per 

desa (Januari-Juni 2008) dibagi sasaran ibu hamil per desa selama satutahun dikalikan 100 %.

2)  Pencapaian bulan yang akan dihitung adalah pencapaian cakupan K4

 per desa selama bulan (Juni 2008) dibagi sasaran ibu hamil per desa

selama satu tahun dikalikan 100 %.

3)  Pencapaian bulan lalu adalah pencapaian cakupan K4 per desa bulan

lalu (MEI 2008) dibag dengan sasaran ibu hamil per desa selama satu

tahun dikalikan 100 %.

c.  Penggambaran fisik 

Setelah data diolah, berikutnya adalah menggambarkan grafk dengan langkah-

langkah sebagai beerikut.

a)  Tentukan target rata-rata perbulan untuk menggambarkan skala pada garis

vertical (sumbu Y)

 b)  Masukan hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 sampai

dengan bulan ini (Juni 2008) kedalam jalr presentasi kumulatif secara

  berurutan sesuai dengan paringkat. Untuk pencapaian tertinggi, letakan

Page 16: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 16/23

 

16 

disebelah kiri dan terendah disebelah kanan. Pencapaian puskesmas

dimasukan dalam kolom terakhir.

c)  Tuliskan nama desa pada lajur desa sesuai dengan cakupan kumulatif 

masing-masing desa.

d)  Masukan hasil perhitungan pencpaian bulan ini (Juni 2008) dan bulan lalu

(Mei 2008) kedalam lajur masing-masing desa.

e)  Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Apabila

 pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari pencapaian bulan lalu, maka

digambar anak panah yang menun juk keatas. Sebaliknya apabila cakupan

  bulan ini lebih rendah dari cakupan bulan lalu maka digambarkan anak 

  panah yang menunjuk kebawah. Sedangkan untuk cakupan yang tetapatau sama gambarkan dengan tanda mi nus (-).

d.  Analisis grafik dan tindak lanjut PWS ± KIA

Langkah berikutnya setelah menggambar grafik adalah melakukan analisis

grafik merupakan langkah penting untuk melihat status desa dan menentukan

rencana tindak lanjut baik tekns maupun nonteknis bagi puskesmas.

Pencapaian target atau cakupan dikategorikan dalam empat status yaitu

sebagai berikut.

a)  Status baik : apabila desa dengan cakupan diatas yang ditetapkan dengan

mempunyai kecendrungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap

apabila dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Dsa demikian

dikategorikan e desa A dan B. apabila keadaan tersebut berlanjut, maka

desa akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.

 b)  Status kurang : apabila desa dengan cakupan diatas, namun mempunyai

kecendrungan menurun pada cakupan bulanan dibandingkan dengan

cakupan bulan lalu. Desa daam kaagori ini adalah desa C, yang perlu

mendapatkan pehatian. Apabila akupan desa C terus menurun, maa esa

tersebut tidak akan mencapai target yang ditentukan.

Page 17: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 17/23

 

17 

c)  Status cukup : apabila desa denga cakupan dibawah target dan mempunyai

kecendrungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan engan

cakupan bulan lalu.desa demikian dikategorikan kedalam desa D, yang

 perlu didorong agar cakupan bulan selanjutnya tidak boleh kecil dari pada

akupan bulanan minimal. Apabla eadaan tersebut dapat terlaksana maka

desa terseut dapat mencapai target tahunan yang ditentukan.

d)  Status buruk : apabila desa dengan cakupan dibawah target bulan dan

mempunyai kecenderungan cakupan bulanan menurun dibandingkan

dengan cakupan bulan yang lalu. Desa ini di ketegorikan dalam Desa E,

yang perlu mendapatkan prioritas untuk pembinaan agar cakupan bulanan

selanjutnya dapat ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal dan dapatmengejar target pencapaian target tahunan.

e.  Rencana tindak lanjut

Setelah melakukan analisis data, untuk menghasilkan suatu keputusan tindak 

lanjut dijabarkan dalam bentuk operasional jangka pendek, sehingga masalah

yang dihadapi dapat diselesaikan sesuai dengan spesifikasi daerah. Rencana

operasional yang harus ditindaklanjuti adalah sebagai berikut.

a)  Desa yang berstatus baik atau cukup, pola penyelengagaraan KIA perlu

dilanjutkan, dengan beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan.

 b)  Desa berstatus kurang atau buruk perlu dilakukan analisis lebih mendalam

serta dicari penyebab rendahnya atau menurunnya cakupan bulanan,

sehingga dapat diupayakan cara penanganan masalah secara lebh spesifik.

Intervensi dan kegiatan yang bersifat teknis harus dibicarakan dalam

lokakarya mini puskesma dan rapat Dinas Kesehatan Dati II. In tervensi dan

kegiatan yang bersifat non teknis, misalnya untuk menggerakan sasaran,

motivasi, dan memobilisasi sumber daya yang ada di masyarakat harus

dibicarakan pada rapat koordinasi kecamatan.

Page 18: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 18/23

 

18 

L.  Pelembagaan PWS KIA

Pelembagaan PWS-KIA adalah pemanfaatan PWS-KIA secara teratur dan terus

menerus pada semua siklus pengambilan keputusan untuk memantau

 penyelenggaraan program KIA, di semua tingkatan administrasi pemerintah, baik 

yang bersifat teknis sektoral maupun yang bersifat koordinasi non teknis dan

lintas sektoral.

Langkah-langkah pelembagaan PWS-KIA adalah sebagai berikut:

a.  Penunjukan petugas pengelolaan data disetiap tingkatan, untuk menjaga

kelancaran pengumpulan data, yaitu data dari puskesmas dikirim ke Dinas

Kesehatan Dati II. Data yang ada di puskesmas disusun PWS-KWS per desa,

sedangkan data yang ada di Dati II disusun PWS-KIA per puskesmas. b.  Pemanfaatan pemantauan lintas program.

c.  Penyajian PWS-KIA pada pertemuan teknis bulanan ditingkat puskesmas dan

Dati II, untuk menginformasikan hasil yang telah dicapai, identifikasi

masalah, merencanakan perbaikan serta menyusun rencana operasional

  berikutnya. Pada pertemuan tersebut wilayah yang berhasil diminta untuk 

mempersentasikan upaya yang telah dilakukan.

d.  Pemantauan PWS-KIA untuk meyakinkan lintas sektoral.

e.  Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) disajikan serta didiskusikan pada

 pertemuan lintas sektoral di tingkat kecamatan dan Dati II, untuk mendapat

dukungan dalam pemecahan masalah dan agar masalah operasional yang

didapati dapat dipahami bersama, terutama yang berkaitan dengan motivasi

dan pergerakan penduduk sasaran.

f.  Pembinaan melalui supervise yang terarah dan berkelanjutan merupakan

system pembinaan yang efektif bagi pelembagaan PWS. Pelaksanaan

supervisi dilaksanakan dengan mengisi forum check list yang akan digunakan

dalam supervise ditingkat puskesmasdan kabupaten untuk dianalisis dan

ditindaklanjuti.

Page 19: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 19/23

 

19 

M. Sistem Pencatatan Dan Pelaporan

Dalam melakukan pencatatan dan pelaporan, PWS-KIA memerlukan data

sasaran, data pelayanan, dan sumbar data.

Data sasaran yang meliputi jumlah seluruh ibu hamil, ibu bersalin, bayi

kurang dari 1 bulan (neonates), dan jumlah seluruh bayi.

Data pelayanan meliputi jumlah K1, K4, ibu hamil beresiko yang dirujuk 

masyarakat, ibu hamil yang beresiko yang dilayani oleh tenga kesehatan,

  persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan, dan jumlah bayi yang berusia

kurang dari 1 bulan yang dilayani oleh tenaga kesehatan minimal 2 kali.

Sumber data, sebaiknya data berasal dari hasil pencacahan jiwa setempat.

Sumber data dapat diambil dari register kohert ibu dan bayi, laporan persalinanyang ditolong oleh tenaga kesehatan dan dukun bayi, laporan dari dokter atau

  bidan peraktik swasta, dan laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan selain

 puskesmas yang berada di wilayah puskesmas.

N.  Propses Penerapan PWS-KIA

Proses penerapan PWS-KIA merupakan langkah sistematis dan berurutan.

Adapun langkah-langkah tersebut meliputi:

1)  Persiapan

Persiapan dimulai dengan diadakan pertemuan ditingkat provinsi untuk 

menyamakan persepsipelatihan pelatih, merencanakan pelatihan tingkat

kabupaten dan puskesmas, meenentukan siapa yang akan dilatih, menentukan

kebijaksanaan provinsi dalam pelaksanaan PWS-KIA dan menyusun

mekanisme pemantauan kegiatan. Pada langkah persiapan, harus melibatkan

 pihak-pihak lain terutama dari kantor wilayah kesehatan dan dinas kesehatan

tingkat I. pihak dari kantor wilayah yang terlibat dalam persiapan adalah

kepala bidang PKPP, kepala bidang pelayanan dan kesehatan masyarakat,

kepala bidang PPTK, kepala bidang gizi/kesehatan keluarga, kepala seksi

  puskesmas, kepala seksi rujukan dan kepala seksi epidemiologi. Sedangkan

Page 20: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 20/23

 

20

  pihak dari dinas kesehatan tingkat I adalah kepala subdinas KIA, kepala

subdinas pemulihan, kepala subdinas PKM, kepala seksi ibu dan anak, kepala

seksi puskesmas, kepala seksi rumah sakit, kepala seksi imunisasi, dan kepala

sebagian perencanaan.

Persiapan kedua adalah Pelatihan Petugas Dati II. Pelatihan bertujuan

untuk melatih petugas Dati II menjadi petugas puskesmas. Peserta terutama

diambil dari unsure-unsur KIA, pemberantasan penyakit menular (P2M), dan

  pemulihan, baik dari dinas kesehatan maupun kantor departemen tingkat II.

Jumlah peserta yang disarankan untuk setiap kali pelatihan adalah tidak lebih

dari 30 orang (10-30) orang, dengan materi pelatihan meliputi: pedoman

PWS-KIA, pedoman pelayanan antenatal, kebijakan program KIA, serta perencanaan pelaksanaan dan pemantauan kegiatan.

Persiapan ketiga adalah Pelatihan Petugas Puskesmas di Dati II.

Pelatihan ini diberikan kepada petugas di Dati I dan II yang sudah dilatih.

Pelatihan ini merupakan pelatihan khusus mengenai PWS-KIA, yang diikuti

oleh pimpinan puskesmas, koordinator unit KIA, Petugas Sistem Pencatatan

dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP).

Setelah pelatihan petugas puskesmas langkah selanjutnya dari

 persiapan adalah pertemuan dengan unit kesehatan, baik dari swasta ataupun

rumah sakit umu, yang bertujuan untuk mengetahui cakupan pelayanan KIA

oleh tenaga kesehatan.

2)  Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pertemuan-pertemuan ditingkat

Dati II, puskesmas, dan tingkat kecamatan.

Pertemuan di Dati II, merupakan pertemuan yang bersifat internal

tenaga kesehatan, yang dihadiri oleh para kepala seksi terkait di lingkungan

dinas kesehatan dan kantor departemen, serta puskesmas. Pertemuan lintaas

sektoral dihadiri oleh sektor terkait ditingkat kabupaten dan kecamatan.

Page 21: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 21/23

 

21

Pertemuan di puskesmas, adalah pertemuan dipuskesmas yang dapat

dilakukan bersamaan dengan mini lokakarya atau pertemuan rutin bulanan.

Pada pertemuan dipuskesmas semua staf yang terlibat dalam pelayanan KIA

dilatih tentang PWS-KIA, kemudian menyusun rencana tindak lanjut.

Pertemuan ditingkat kecamatan , merupakan pertemuan bulanan rapat

koordinasi untuk menyampaikan informasi mengenai PWS-KIA nonteknis.

Dalam pertemuan ini diharapkan kepada desa, tim penggerak PKK desa,

 puskesmas dan tokoh lintas sektoral.

3) 

PemantauanPWS-KIA dapat dipantau baik ditingkat kabupaten maupun ditingkat

  puskesmas. Pemantauan ditingkat kabupaten, merupakan pemantauan

 puskesmas, laporan rumah sakit, laporn swasta, dan supervise from check list.

Sedangkan pemantauan ditingkat puskesmas meliputi sarana pencatatan (buku

register), laporan swasta, dan kunjungan desa rawan.

4)  Pelaporan

5)  Puskesmas mengumpulkan, mengolah dan mengirim data PWS-KIA ke dinas

kesehatan Dati II. Laporan dikirim setiap bulan, dengan ketentuan selambat-

lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya. Kemudian Dinas Kesehatan Dati II

membuat rekapitulasi laporan kabupaten untuk dikirimkan kepusat.

Proses penerapan PWS-KIA secara garis besar dapat dijabarkan kedalam bentuk 

  bagian alur data pelayanan KIA PWS-KIA baik ditingkat puskeamas maupun

ditingkat Dati II.

Page 22: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 22/23

 

22 

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar yang

 berfungsi membina peran serta masyarakat sebagai pusat pembangunan kesehatan

masyarakat. Manajemen yang baik merupakan factor yang sangat menentkan

dalam mewujudkan fungsi puskesmas. Fungsi manajemen terse but, terutama

dalam hal monitoring (pemantauan) dan evaluasi (penilaian) eberhasilan program

  puskesmas. Salah satu upaya monitoring dan evaluasi dengan menggunakan

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

B. SARAN

1.  Untuk Mahasiswa

Dengan diberikan tugas menyusun makalah seperti ini memacu kami untuk 

lebih mandiri dalam mengerti dan memahami materi yang di berikan oleh

dosen.

Page 23: MAKALAH OMPK - PWS

5/12/2018 MAKALAH OMPK - PWS - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-ompk-pws 23/23

 

23 

2.  Untuk Dosen

Pembelajaran seperti ini sebaiknya lebih di pertahankan dan ditingkatkan lagi

karena proses belajar mengajar yang lebih efektif, misalnya penyusunan

makalah ini dapat melatih mahasiswa untuk lebih mandiri dan meningkatkan

rasa ingin tahu mahasiswa.