makalah om keef.doc

29
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki peran penting, sehingga jika terdapat kelainan-kelainan yang menggagu fungsi dari rongga mulut maka dapat menjadi awal kelainan pada bagian tubuh yang lain. Sebagai contoh, sariawan yang tidak kunjung sembuh dapat menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi dari makanan, karena rasa sakit pada waktu digunakan untuk makan. Terdapat banyak kelainan dalam rongga mulut dan dapat berupa varian normal dan kelainan patologis. Kelainan yang merupakan varian normal dapat berupa torus palatinus, torus mandibularis, geografic tongue, fordyce spot, dan lain-lain. Kelainan patologis dapat berupa stomatitis aftosa, ulkus dekubitalis, ulkus traumatikus, keganasan, dan lain-lain. Pada laporan kasus kali ini, akan dibahas salah satu kelainan patologis, yaitu ulkus traumatikus. Ulkus traumatikus merupakan salah satu lesi yang sering terjadi didalam rongga mulut dan menjadi keluhan pasien dikarenakan rasa sakit yang disebabkannya. Ulkus traumatikus ini dapat terjadi pada semua daerah pada mukosa mulut dan memiliki bentuk tidak beraturan sesuai dengan penyebabnya. Penyebab terjadinya lesi ini adalah trauma yang dapat berupa trauma mekanik, suhu, kimia dan elektrik. Bila penyebab utama tidak dihilangkan, maka perawatan yang diberikan tidak akan maksimal karena ulkus akan terus terjadi kembali. 1

Transcript of makalah om keef.doc

Page 1: makalah om keef.doc

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rongga mulut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki peran penting, sehingga

jika terdapat kelainan-kelainan yang menggagu fungsi dari rongga mulut maka dapat

menjadi awal kelainan pada bagian tubuh yang lain. Sebagai contoh, sariawan yang tidak

kunjung sembuh dapat menyebabkan berkurangnya asupan nutrisi dari makanan, karena

rasa sakit pada waktu digunakan untuk makan.

Terdapat banyak kelainan dalam rongga mulut dan dapat berupa varian normal dan

kelainan patologis. Kelainan yang merupakan varian normal dapat berupa torus

palatinus, torus mandibularis, geografic tongue, fordyce spot, dan lain-lain. Kelainan

patologis dapat berupa stomatitis aftosa, ulkus dekubitalis, ulkus traumatikus, keganasan,

dan lain-lain.

Pada laporan kasus kali ini, akan dibahas salah satu kelainan patologis, yaitu ulkus

traumatikus. Ulkus traumatikus merupakan salah satu lesi yang sering terjadi didalam

rongga mulut dan menjadi keluhan pasien dikarenakan rasa sakit yang disebabkannya.

Ulkus traumatikus ini dapat terjadi pada semua daerah pada mukosa mulut dan memiliki

bentuk tidak beraturan sesuai dengan penyebabnya. Penyebab terjadinya lesi ini adalah

trauma yang dapat berupa trauma mekanik, suhu, kimia dan elektrik. Bila penyebab

utama tidak dihilangkan, maka perawatan yang diberikan tidak akan maksimal karena

ulkus akan terus terjadi kembali.

Dengan deminkian, peran dokter gigi tidak hanya memberikan pengobatan semata,

namun juga harus mampu mengenali sumber trauma dan mengeleminasinya, serta

memberi penjelasan mengenai penyebab lesi, sehingga dapat mengurangi tingkat

rekurensi terjadinya lesi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Bagiamana cara mengenali ulkus traumatikus dan perawatannya ?”

C. Tujuan Laporan

Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengenali, mendiagnosis dengan

benar dan mengetahui perawatan yang tepat untuk ulkus traumatikus.

1

Page 2: makalah om keef.doc

D. Manfaat

Penulisan laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi penulis untuk menambah

pengalaman dan wawasan dan bagi mahasiswa/i FKG Usakti sebagai referensi mengenai

ulkus traumatikus.

2

Page 3: makalah om keef.doc

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Kata ulkus berasal dari kata latin, yaitu ulcus yang berarti hilangnya kontinuitas

epitel. Secara singkat ulkus dapat didefinisikan sebagai kerusakan epitel mulut yang

mengenai jaringan dibawahnya.1 Selain itu, ulkus dapat didefinisikan sebagai kondisi

patologis dimana jaringan epitel terkoyak atau hilang bersifat menyeluruh dan jaringan

ikat dibawahnya menjadi terbuka serta disertai rasa sakit.2

Secara klinis ulkus dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni ulkus akut dan

ulkus kronis. Ulkus akut biasanya timbul mendadak, sangat sakit dan menetap 1-3

minggu, sedangkan ulkus kronis timbul secara bertahap dan lebih persisten.1

Ulkus traumatikus termasuk dalam kelompok ulkus akut dan merupakan ulserasi yang

sering terjadi di dalam rongga mulut. Pasien yang mengalami ulkus traumatikus akan

mengeluh sakit dan biasanya etiologinya dapat diidentifikasi.3 Penyebab ulkus

traumatikus adalah trauma akut yang dapat berasal dari luka atau akibat penggunaan

bahan/zat merugikan pada permukaan luar dari epitel skuamosa mulut.4

B. Gambaran Klinis

Gambaran dari ulkus traumatikus bervariasi, sesuai dengan intensitas dan ukuran dari

penyebabnya. Ulkus traumatikus biasanya tampak sedikit cekung dan berbentuk oval.

Pada awalnya daerah eritematous dijumpai pada tepi lesi yang perlahan-lahan menjadi

muda karena proses keratinisasi. Bagian tengah ulkus (dasar ulkus) biasanya bewarna

kuning-kelabu.6 Ulkus traumatikus biasanya soliter, ukurannya bervariasi dengan dasar

lesi kekungingan, tepi merah dan tidak terdapat indurasi.2

Gambaran klinis dari ulkus traumatikus bervariasi dan sangat nyata, tergantung dari

letak terjadinya trauma, sifat dan keparahan trauma, serta derajat infeksi sekunder. Pada

umumnya ulkus traumatikus berupa lesi tunggal, ulserasi yang belum sempurna,

berukuran sedang (moderate) dari beberapa milimeter hingga sentimeter, bentuknya

bervariasi (bulat, oval, elips atau sedekit tertekan) tergantung dari penyebabnya. Dasar

dari ulserasi dapat terdiri dari serosanguinous, serofibrinous keabuan atau jaringan

nekrotik yang bila terkelupas akan meninggalkan daerah kemerahan. Lesi ini dikelilingi

dengan kelim kemerahan yang dapat sedikit lebih tinggi.3,4 Menurut Field, dkk (2004)

3

Page 4: makalah om keef.doc

ulkus traumatikus memiliki dasar kekuningan dengan tepi kemerahan yang tidak

beraturan.7

C. Etiologi

Sesuai dengan namanya, penyebab utama terjadinya ulkus traumatikus adalah trauma.

Trauma dapat berupa trauma secara mekanik, suhu, zat kimia dan elektrik.4 Trauma

secara mekanik dapat disebabkan oleh penggunaan sikat gigi dengan bulu yang kasar dan

kaku, piranti ortodonti, karies yang tajam, dan kesalahan iatrogenic. Trauma akibat suhu

dapat berasal dari panas makanan dan minuman. Trauma yang berasal dari zat kimia

dapat disebabkan oleh bahan-bahan kedokteran gigi, seperi trichloroacetic acid. Trauma

yang disebabkan oleh respon elektrik dari restorasi kedokteran gigi berbahan metal, atau

sering terjadi pada anak-anak yang tidak hati-hati terhadap kabel listrik.4

Menurut Birnbaum (2004), ulkus traumatikus dapat terjadi akibat tergigit tanpa

sengaja atau memang sengaja, luka bakar akibat makanan panas, meletakan aspirin

kedalam sulkus pada gigi yang sakit (zat kimia), dan iatrogenik, seperti penggunaan

asam trikloroastetat yang tidak hati-hati dan secara tidak sengaja mukosa terkena

instrumen kedokteran gigi yang tajam/panas.2

Infeksi sekunder terkadang terjadi pada ulkus traumatikus dan menyebabkan

perubahan bentuk. Lesi yang terinfeksi memiliki ukuran yang lebih besar, lebih tidak

beraturan dan lebih menonjol dari mukosa sekitar, serta dilapisi oleh jaringan nekrotik

yang lebih tebal yang biasanya ditemukan eksudat purulen.4

D. Insidensi dan Predileksi

Ulkus traumatikus dapat terjadi pada semua umur dan semua bagian mukosa rongga

mulut. Pada mukosa, ulkus traumatikus paling sering temukan pada lidah, bibir,

mucobuccal fold, gingiva dan palatum.3 Berdasarkan umur, pada bayi ulserasi dapat

terjadi sebagai akibat dari trauma pada mukosa akibat gigi yang baru tumbuh. Pada anak-

anak, ulserasi sering terjadi akibat faktor suhu, seperti makanan panas, dan elektrik akibat

rasa ingin tahu anak-anak, seperti kabel listrik yang dimasukan kedalam mulut. Pada

orang dewasa, ulserasi sering berbungan dengan karies yang tajam, gigi patah, kebiasaan

buruk (seperti, bruxism), makanan (panas, duri ikan), dan iatrogenik.5

4

Page 5: makalah om keef.doc

E. Diagnosa

Diagnosa ditegakan berdasarkan anamesa, pemeriksaan ekstra oral serta pemeriksaan

intra oral. Anamesa merupakan proses tanya jawab antara pasien dan dokter dengan

menggunakan bahasa pasien sendiri. Biasanya, bila lesi merupakan hasil trauma, maka

pada anamnesa akan disertai cerita pasien mengenai peristiwa traumatik yang dialaminya

sebelum lesi muncul. Dari anamnesa, diketahui bahwa pasien mengeluhkan adanya

sariawan pada dasar mulutnya yang mengganggu, terutama saat makan. Diketahui bahwa

sariawan muncul setelah dilakukan pemeriksaan foto ronsen yang diulang sebanyak tiga

kali pada waktu yang berdekatan. Selain itu, di daerah yang bersangkutan, pasien

mengeluh rasa sakit tertekan saat film tersebut diletakan dalam mulut. Sariawan tersebut

belum diobati dan membesar. Selain itu, diketahui bahwa pasien jarang mengalami

sariawan, kira-kira satu kali dalam kurun waktu tiga bulan.

Pada pemeriksaan ekstra oral, pasien terlihat sehat dan tidak terlihat adanya asimetri

yang disebabkan oleh pembengkakan. Selain itu, kelenjar limfe submental, submandibula

dan servikal tidak teraba, serta tidak sakit. Tidak ditemukan adanya kelainan pada bibir

dan kulit sekitar mulut. Hal ini menunjukan keluhan pasien tidak mengalami infeksi dan

kemungkinan besar bukan merupakan dampak dari penyakit sistemik.

Selain dengan anamnesa dan pemeriksaan ekstra oral, diperlukan pemeriksaan intra

oral untuk melihat lesi lebih jelas, sehingga diagnosa dapat ditegakan secara tepat.

Pemeriksaan intra oral ini dilakukan dengan pendekatan sistematis berupa : lokasi,

rekam, jumlah, ukuran, bentuk, warna, dasar lesi dan tepi lesi.2 Bila lesi pada kasus ini

merupakan ulkus traumatikus, maka pada pemeriksaan intra oral akan ditemukan ulserasi

yang terletak di daerah terjadinya trauma, biasanya berupa lesi tunggal, ukuran

bervariasi, dengan bentuk tidak beraturan, dasar putih kekuningan dengan tepi

kemerahan dan tidak terdapat indurasi. Pada kasus ini, ditemukan dua buah lesi

berukuran 7mm x 2mm dan 7mmx5mm. Lesi ditemukan pada tempat peletakan film

ronsen. Dasar lesi putih kekuningan dengan kelim merah tidak beraturan dan tidak terjadi

indurasi.

Dengan demikian, dari anamnesa, pemeriksaan ekstra oral dan pemeriksaan intra oral

yang dilakukan maka lesi yang terdapat pada dasar mulut pasien merupakan ulkus

traumatikus yang disebabkan oleh faktor iatrogenik akibat trauma akut yang bersifat

mekanik.

5

Page 6: makalah om keef.doc

F. Diagnosis Banding

Diketahui bahwa terdapat banyak lesi ulseratif yang memiliki kesamaan atau saling

menyerupai, dengan demikian untuk mendapatkan diagnosa yang tepat, perlu diketahui

hal-hal yang membedakan lesi-lesi ulseratif yang serupa ini.

Diagnosis ulkus traumatikus ini telah dibedakan dengan diagnosis bandingnya,

yaitu stomatitis afotsa (tipe minor, mayor dan herpetiform) dan ulkus berdasarkan riwayat

lesi, keluhan, pemeriksaan ekstra oral , penyebab dan gambaran klinis (pemeriksaan intra

oral).

1. Stomatitis Aftosa

Stomatitis aftosa juga merupakan salah satu lesi yang sering terjadi pada

rongga mulut dan dapat terjadi karena trauma, genetik, stress, menstruasi dan

alergi makanan. Stomatitis aftosa dapat dibedakan menjadi stomatitis aftosa

minor, stomatitis aftosa mayor dan stomatitis herpetiform.7

Stomatitis aftosa minor ini biasa terjadi pada usia 20an, berjumlah 1-5 ulser ,

berbentuk oval, dangkal, dengan dasar kuning-keabuan dengan tepi kemerahan

yang sedikit lebih tinggi, ukuran kurang dari 10mm, sembuh dalam 7-14 hari,

sering ditemukan di daerah tidak berkeratin (terutama mukosa labial dan bukal),

dorsum dan lateral lidah. Lesi ini jarang terjadi pada daerah posterior (faring dan

tonsil). Stomatitis aftosa mayor biasa terjadi pada usia 10-20an, berjumlah 1-3

ulser, berbentuk bulat/ovoid, bagian tengahnya cekung dan terdapat jaringan

nekrotik dengan tepi kemerahan, penyembuhan 2minggu – 1 bulan, sering

ditemukan pada mukosa berkeratin dan tidak berkeratin. Stomatitis herprtiform

biasa terjadi pada usia 30an, jumlah ulser mencapai 5-20 atau bahkan mencapai

100 ulser, berukuran 1-2mm, lesi merupakan erosi-erosi putih-kelabu kecil yang

menyatu hingga batasnya menjadi tidak jelas,sembuh dalam waktu 7-14 hari dan

sering ditemukan pada daerah tidak berkeratin.6,7

Penyebab Stomatitis aftosa ini bersifat belum pasti dan multifaktorial, yaitu

dapat dikarenakan trauma, berhenti merokok, bakteri, genetik, stress, menstruasi

dan alergi makanan. Faktor trauma paling sering dilaporkan akibat bekas tempat

insersi jarum anestesi lokal. Berhenti dari kebiasaan merokok dapat menjadi

penyebab dikarenakan tembakau dari rokok meningkatkan keratinisasi mukosa,

sehingga pada saat pasien berhenti merokok, mukosa menjadi lebih rentan terkena

ulserasi. Namun, faktor stress seteleh berhenti merokok juga memegang peranan.

Faktor bakteri, beberapa penelitian menghubungkan penyebab stomatitis aftosan

6

Page 7: makalah om keef.doc

dengan oral streptococci, herpes simplex virus, varicella zoster virus dan

cytomegaliviruses, namun sampai sekarang belum ada bukti pasti dari kolerasi

tersebut. Faktor genetik, faktor ini dimofikasi dengan fakor lingkungan. 40-50%

pasien yang terkena stomatitis aftosa memiliki riwayat keluarga yang juga sering

terkena, dan beberapa penelitian menghubungkannya dengan HLA (Human

Leukocyte Antigen), namun hal ini masi samar-samar. Faktor stress dan menstruasi

sering terjadi pada wanita yang dikaitkan dengan faktor hormonal. Alergi

makanan, hal ini hubungkan dengan alergi kontak terhadap beberapa makanan,

namun tetap belum dibuktikan secara pasti hubungannya dengan stomatitis aftosa. 4,7 Tahap awal sebelum lesi (stomatitis afotsa) terbentuk, biasanya terasa sensasi

“panas/terbakar” singkat. Pada umumnya tidak ditemukan pembeseran kelenjar

getah bening, kecuali terjadi infeksi sekunder.

Pada kasus ini, ulkus traumatikus pasien berukuran kurang dari 1cm, sehingga

tipe stomatitis yang menyerupai adalah tipe minor. Perbedaan ulkus traumatikus

dan stomatitis aftosa (tipe minor) akan dibahas berdasarkan riwayat lesi, keluhan

utama dan pemeriksaan ekstra oral pasien.

Dari riwayat lesi, keluhan dan pemeriksaan ekstra oral diketahui lesi muncul

setelah dilakukan tindakan foto ronsen dan pemasukan film ronsen dikeluhan sakit

karena menekan dasar mulut dan lesi yang muncul menimbulkan keluhan sakit

terutama saat makan. Selain itu diketahui dari anamnesa, bahwa pasien jarang

mengalami sariawan, tidak mengalami demam sebelum lesi tersebut muncul dan

tidak dalam perwatan dokter untuk penyakit tertentu. Pada pemeriksaan ekstra

oral tidak ditemukan pembengkakan kelenjar limfe (tidak ada infeksi) dan

keadaan umum pasien baik. Sedangkan bila lesi merupakan stomatitis aftosa,

maka lesi akan sama-sama menimbulkan keluhan sakit, tidak memiliki riwayat

demam dan pembengkakan kelenjar limfe terjadi hanya jika ada infeksi sekunder.

Walaupun demikian, pada anamnesa akan diketahui bahwa pasien sering

mengalami sariawan dan lesi muncul tanpa pasien ketahui secara pasti

penyebabnya.

Berdasarkan penyebab lesi, lesi pada dasar mulut pasien didiagnosa sebagai

ulkus traumatikus karena penyebabnya diketahui secara pasti adalah trauma akut

yang terjadi akibat tekanan film pada saat pasien melakukan foto ronsen yang

7

Page 8: makalah om keef.doc

dilakukan tiga kali berturut-turut pada daerah yang sama (faktor iatrogenik).

Sedangkan penyebab stomatitis aftosa tidak pasti dan multifaktorial.

Berdasarkan gambaran klinis, pasien didiagnosa sebagai ulkus traumatikus

dikarena lesi yang ditemukan multiple, walaupun biasanya soliter namun hal ini

berkaitan dengan penyebab dan keparahan trauma , berukuran 7mm x 2mm dan

7mm x 5mm dan pada kasus ini, penyebab trauma akut (tajam) tidak ditemukan

disekitar lesi, karena penyebab berasal dari benda luar (iatrogenik). Ulkus

memiliki dasar putih kekunginan dikelilingi kelim merah dan memiliki bentuk

tidak beraturan sesuai penyebabnya. Dari gambaran klinis ini, lesi menyerupai

stomatitis aftosa tipe minor karena berukuran kurang dari 10mm, jumlahnya lebih

dari satu dan memiliki dasar putih kekuningan dan kelim merah. Namun yang

membedakannya adalah bentuk dari stomatitis aftosa beraturan (oval / bulat).

2. Ulkus TBC

Ulkus TBC, merupakan salah satu tipe ulserasi granulomastosa yang penyebab

utamanya adalah infeksi primer pada paru-paru oleh Mycobacterium

Tuberculosis. Faktor predisposisi TBC adalah nutrisi yang buruk, kegiatan fisik

yang berliebihan, lingkungan hidup kurang baik dan penyakit saluran pernapasan.

Gambaran klinis secara umum akan ditemukan berat badan yang turun, anoreksia,

cepat lelah, suhu meningkat terutama pada malam hari, dan pada wanita

ditemukan frekuensi nadi meningkat dan pucat. Pada pemeriksan ekstra oral

ditemukan pembesaran kelenjar limfe servikal akibat infeksi, disertai perkijuan

dan pecahnya kelenjar (Scrofula). Lesi TBC ditemukan dalam intra oral pada

pasien stadium lanjut yang paling sering terjadi pada lidah, mukosa pipi, mukosa

bibir (terutama sudut mulut) dan palatum.

Ulkus TBC memiliki gambaran klinis tidak beraturan, ukuran bervariasi 1-

5cm, membesar perlahan, sangat sakit. Bagian tengah ulkus dalam dan terdiri dari

jaringan nekrotik berwarna abu-kekuningan, dinding bergaung, bagian tepi

dikelilingi mukosa edematous dan kemerahan (menyerupai kawah)

Ulkus traumatikus dibedakan dengan ulkus TBC berdasarkan riwayat lesi,

keluhan, pemeriksaan ekstra oral, penyebab dan pemeriksaan intra oral.

Berdasarkan riwayat lesi, keluhan dan pemeriksaan ekstra oral, diketahui

bahwa pasien dalam keadaan sehat, pasien habis melakukan pemeriksaan foto

8

Page 9: makalah om keef.doc

ronsen pada daerah yang dikeluhkan, memiliki keluhan sakit dan tidak terdapat

pembengkakan kelenjar limfe. Ulkus traumatikus dengan ulkus TBC memiliki

kesamaan pada keluhannya yang berupa rasa sakit, namun ulkus TBC disertai

dengan riwayat penyakit sistemik paru-paru yang telah mencapai stadium lanjut

(mengidap TBC). Selain itu, Ulkus TBC identik dengan pembengkakan kelenjar

limfe, terutama servikal (scrofula) akibat infeksi disertai riwayat demam.

Berdasarkan penyebab lesi (ulkus traumatikus) pada pasien adalah trauma akut

yang bersifat mekanik akibat faktor iatrogenik. Sedangkan, ulkus TBC

disebabkan oleh infeksi granulomatosa, terutama pada paru-paru dan

menimbulkan keluhan dalam mulut pada stadium lanjut.

Berdasarkan gambaran klinis, ulkus traumatikus ini memiliki kesamaan

dengan ulkus TBC berupa ukuran dan bentuk yang bervariasi dengan dasar yang

terdiri dari jaringan nekrotik. Namun, ulkus TBC ini dikelilingi oleh mukosa yang

oedematus dan dinding yang bergaung menyerupai kawah

G. Rencana Perawatan

Hal utama yang perlu dilakukan dalam menangani ulkus traumatikus adalah

mengenali dan mengeleminasi penyebab terjadinya trauma. Hal ini dikarenakan, ulkus

traumatikus akan hilang bila penyebab trauma dihilangkan (3-4 hari, biasanya 10 hari)

dan selama penyebab masih ada, maka kemungkinan terjadinya ulserasi pada daerah

tersebut sangatlah tinggi. Perawatan yang diberikan untuk mempercepat penyembuhan

dapat berupa covering agent, anti-inflamasi, obat kumur antiseptik, anetesi topikal dan

antibiotik topikal. 7

Penanganan ulkus traumatikus, selain dengan cara mengeleminasi faktor penyebab

trauma, dapat juga dengan memberikan obat kumur antiseptik dan menggunakan covering

agent (Orabase) selama fase penyembuhan. Obat kumur antiseptik yang umum digunakan

adalah 0,2% chlorhexidine sebagai anti-bakteri dan anti-fungal dan pemberian covering

agent bertujuan untuk melindungi ulserasi dari trauma dan kontaminasi. Namun dua

perawatan ini memiliki kekurangan, yakni covering agent tidak memiliki efek inflamasi

dan chlorhexidine dapat menyebabkan efek pengecapan menjadi tidak enak dan

pewarnaan pada gigi dan lidah

Pada umumnya, perawatan yang diberikan berfungsi untuk melapisi permukaan

ulserasi dan mengurangi inflamasi (gabungan covering agent dan golongan

kortikosteoid). Contohnya dengan triamcinolone acetonide in emollient (Kenalog in

9

Page 10: makalah om keef.doc

Orabase) sebelum tidur dan sesuadah makan. Orabase akan melindungi mukosa dari

trauma lanjutan dan komponen kortison bekerja sebagai anti-inflamasi.3 Kenalog in Orabe

ini digunakan 2 – 4 kali dalah sehari, dan cara kerjanya paling efektif pada malam hari

sebelum tidur (volume saliva berkurang) dan pasien tidak sedang makan.4 Namun

perawatan terlalu berat, sehingga diberikan hanya jika pengobatan lain yang telah tidak

berhasil dan perlu diingat pemakaian golongan kortikosteroid dalam jangka panjang dapat

menyebabkan supresi adrenal akibat absorbsi sistemik.

Anastesi topikal (lidocaine gel / kumur) dapat diberikan untuk menghilangkan rasa

sakit, misalnya pada saat makan, namun hal ini hanya bertahan sementara dan

dikhawatirkan terjadi trauma sekunder pada lesi akibat pasien tidak hati-hati dan merasa

baal sesaat pada lesi. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi sekunder, maka

dapat diberikan antibiotik yang diberikan secara lokal dan antibiotik yang biasa

digunakan adalah larutan 2% tetrasiklin sebagai obat kumur. Cara pakai obat kumur

tetrasiklin ini adalah dengan melarutkan kapsul 250mg tertrasiklin dalam 10ml air hangat

dan dikumur 3x sehari.7 Pemberian antibiotik ini dapat menyebabkan rekasi

hipersensitifitas dan resistensi dalam janga panjang

Anti-inflamasi non steroid dapat diperoleh dari golongan asam hyaluronate

(Gengigel) juga dapat berfungsi sebagai anti-inflamasi dan mempercepat regenerasi atau

penyembuhan.9 Asam hyaluronate ini adalah kandungan fisiologis alami dari jaringan

ikat (terutama mukosa gingiva) yang sangat membantu penyembuhan jaringan. Gengigel

memberikan perlekatan (adhesi) yang maksimal yang memungkinkan asam hyaluronate

tidak hilang dalam drainase saliva yang konstan. Gengigel ini tersedia dalam bentuk gel,

liquid dan spray. Dalam kedokteran gigi, biasa digunakan yang dalam bentuk gel,

dengan cara mengoleskan gel pada lesi dengan jari yang bersih, tiga kali sehari, terutama

sebelum tidur.9

Bila ulserasi dalam waktu 10-14 hari tidak kunjung sembuh setelah mengeleminasi

penyebab dan memberi pengobatan, maka perlu dilakukan biopsi untuk mengetahui

penyebab lain yang lebih berat, seperti keganasan.2

Dari beberapa obat yang disebutkan diatas, dipilih obat golongan asam hialuronat

(gengigel salep) dipilih sebagai pengobatan yang diberikan kepada pasien. Hal ini

dikarenakan lesi tidak terlalu parah dan penyebab tidak berada disekitar lesi. Selain itu,

pemilihan obat ini karena asam hialuronat memiliki efek anti-inflamasi dan merupakan

kandungan fisiologis alami dari jaringan gingiva yang sangat membantu penyembuhan

jaringan sehingga tidak memiliki efek samping yang berat pada pemakian jangka

10

Page 11: makalah om keef.doc

panjang. Selain itu, mengingat lesi terdapat pada dasar mulut yang rentan terhapus

karena saliva, sediaan asam hialuronat (gengiel) ini juga memiliki daya perlekatan yang

baik sehingga tidak mudah larut dalam saliva.

Pemberian gengigel ini dilakukan oleh pasien sendiri, dengan cara mengeringkan

lesi dan mengoleskan tipis gengigel pada lesi sebanyak tiga kali sehari (terutama sebelum

tidur, drainase saliva minimal) menggunakan jari yang bersih. Selain itu diinstruksikan

kepada pasien agar menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan menyikat gigi agar

tidak terjadi infeksi akibat kebesihan mulut yang buruk, namun hati-hati jangan sampai

terkena lesi , makan makanan yang lunak dan tidak makan-makanan yang pedas atau

panas. Hasil dari eleminasi penyebab dan instruksi perawatan yang dilakukan ini, lesi

berhasil hilang dalam kurun waktu delapan hari setelah pemberian obat.

Keberhasilan perawatan yang dipilih terlihat bahwa lesi hilang delapan hari setelah

perawatan, dan ini juga menggambarkan bahwa lesi bukan merupakan akibat dari

penyakit sistemik ataupun keganasan.

11

Page 12: makalah om keef.doc

Nama : Venty Natalia No.kartu : 0 0 3 1 5 9

Umur : 19 tahun Tanggal : 1 Juni 2012

Pekerjaan : Pelajar Nama mahasiswa : Henry Keefe B

Alamat : Jalan Tawakal Raya no 36 N.I.P : 041.211.077

Grogol, Jakarta Barat

Telp : 081878601062 Pembimbing : drg. Adrian Nova, SpPM

IDENTITAS PASIEN

NAMA PASIEN : Venty Natalia

NAMA ORANG TUA :Ayah : Abas Suku : manado

Ibu : Narini Suku : manado

JENIS KELAMIN : Wanita

STATUS PERKAWINAN : Belum kawin

AGAMA : Kristen

PEKERJAAN : Mahasiswa

PENDIDIKAN : Perguruan Tinggi

BERAT BADAN : 56 Kg TINGGI BADAN : 170 CM

KEINGINAN PASIEN : ingin menyembuhkan sariawan pada daerah palatal.

KELUHAN UTAMA

Pasien datang dengan keluhan sakit pada daerah palatal, terutama saat makan.

ANAMNESIS

Pasien wanita 19 tahun datang ke rsgm trisakti untuk memeriksakan rasa sakit pada daerah

langit-langit mulut dan sariawan pada mukosa bibir bawah bagian depan. Dikerahui rasa sakit

dimulai dari minggu lalu setelah memakan gorengan dan pasien mengaku sering makan makanan

pedas dan gorengan. diketahui pasien hampir setiap hari memakan gorengan. Pasien mengaku pada

saat mengunyah gorengan tidak lembut sehingga mengenai daerah langit-langit agak keras dan

12

LK - 2 ULKUS TRAUMATIKUS

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAGIAN ILMU PENYAKIT MULUT

Page 13: makalah om keef.doc

setelahnya terasa sakit. Beberapa hari setelahnya bibir depan terasa sakit akibat tergesek oleh piranti

ortodonti yang sedang dikenakan. Pasien belum menggunakan obat untuk menyembuhkan rasa sakit

yang dideritanya, Pasien ingin memeriksakan keadaan mulutnya agar rasa sakit yang dirasakan

berkurang. Selain bibir depan dan daerah langit-langit mulut tidak ada lagi rasa sakit yang dirasakan.

Diketahui orang tua dan saudara dari pasien jarang mengalami hal yang sama dengan pasien. Pasien

tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak dalam keadaan haid saat pemeriksaan.

RIWAYAT KESEHATAN UMUM

Berdasarkan anamnesa, pasien menilai kondisi kesehatannya saat ini baik dan tidak sedang

dibawah perawatan dokter. Pasien belum pernah melakukan menderita penyakit berat atau dirawat di

rumah sakit dan pasien tidak pernah pemeriksaan fisik. Pasien tidak mengidap penyakit kanker,

imunodefisiensi, HIV+/AIDS, kelainan pencernaan dan herpes. Pasien juga tidak dalam keadaan

hamil, tidak menggunakan kontrasepsi dan belum menopause

PEMERIKSAAN UMUM

Keadaan umum pasien baik, dengan berat badan 56 kg, tinggi badan 170 kg, tekanan darah 110/80

mmHg, nadi 60x /menit dan pernapasan 20x/menit. Tidak ditemukan kelainan pada pupil mata, warna

sklera putih dan konjungtiva merah mudah.

PEMERIKSAAN SEKITAR MULUT (EKSTRA ORAL)

1. Bentuk muka : square

2. Pembengkakan : tidak ada

3. Kelenjar limfe

a. Submental : tidak teraba, tidak sakit

b. Submandibula : tidak teraba, tidak sakit

c. Servikal : tidak teraba, tidak sakit

4. Bibir : T.A.K

5. Kulit sekitar mulut : T.A.K

6. Lain-lain : -

PEMERIKSAAN INTRA ORAL

1. Higiene oral : Baik

a. Debri : tidak ada

b. Stain : 22,21,11,12,13

c. Kalkulus : ada, regio 1,2,3,4

2. Mukosa labial : terlihat adanya lesi berupa ulkus berbentuk bulat berwarna putih

dengan tepi tidak beraturan, dikelilingi oleh warna merah difus.ukuran lesi 2mmx1mmx1mm.

3. Mukosa bukal : -

13

Page 14: makalah om keef.doc

4. Mukosa lidah

a. Dorsal : T.A.K

b. Lateral : T.A.K

c. Ventral : T.A.K

5. Mukosa gingiva : T.A.K

6. Mukosa palatum

a. Durum : terlihat adanya lesi berupa ulkus berbentuk bulat berwarna putih

dengan tepi tidak beraturan, dikelilingi oleh warna merah difus. Ukuran lesi

3mmx4mmx1mm

b. Molle : T.A.K

7. Mukosa orofaring

8. Lain-lain : -

9. Gigi geligi :

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

keterangan : T : tumpatanCs : karies superfisial

10. Pemeriksaan Radiologik : tidak dilakukan

11. Pemeriksaan Penunjang : tidak dilakukan

14

Ulkus Traumatikus

T Cs T

Ulkus traumatikus

Page 15: makalah om keef.doc

ANALISIS KASUS

Pasien wanita (19 tahun) datang ke RSGMTtrisakti untuk memeriksakan rasa sakit pada daerah langit-

langit mulut dan sariawan pada mukosa bibir bawah bagian depan.

Penilaian umum (general appraisal) : pasien sehat ,tampak bugar dan memiliki proposi tubuh yang

ideal (tidak kegemukan / terlalu kurus). Cara bicara normal, dapat berkomunikasi dengan baik dan

cukup ekspresif.

Pemeriksaan umum : pasien menilai kondisinya sehat. Pada pemeriksaan tekanan darah, denyut nadi,

dan frekuensi pernapasan normal. Pasien dapat bernapas dengan baik, tidak sesak atau terengah-

engah.

Pemeriksaan ekstra-oral : pasien dapat mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan dengan baik.

Wajah square simetris, tidak terlihat ada pembengkakan. Bibir pasien simetris bewarna merah muda

dan tidak ditemukan lesi ataupun kelainan,serta kulit sekitar mulut tidak ada kelainan. Kelenjar getah

bening (submental, submandibuka dan servikal) tidak teraba dan tidak sakit yang menandakan tidak

terjadi infeksi pada pasien. Tidak terdapat lesi pada kulit pasien dan tidak terdapat gangguan atau

kesulitan dalam menggerakan anggota tubuhnya.

Diketahui, pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan. Pasien tidak dalam perawatan

dokter dan tidak sedang mengkonsumsi obat untuk penyakit tertentu. Pasien tidak memiliki keluhan

terhadap kesehatannya dan sedang tidak dalam kondisi datang bulan.

Dari proses anamnesa, diketahui lesi pada mukosa palatum durum muncul setelah pasien memakan

gorengan, diketahui pasien mengunyah tidak lembut sehinggamengenai dinding palatum durum adak

keras dan terasa sakit setelahnya. Lesipada mukosa bibir bawah muncul beberapa hari setelahnya

akibat tergesek oleh piranti ortodonti yang sikenakan pasien.

Pemeriksaan intra oral, ditemukan 2 lesi pada mukosa mulutnya, lesi pada palatum durum terlihat

adanya lesi berupa ulkus berbentuk bulat berwarna putih dengan tepi tidak beraturan, dikelilingi oleh

warna merah difus. Ukuran lesi 3mmx4mmx1mm dan lesi pada mukosa bibir bawah terlihat adanya

lesi berupa ulkus berbentuk bulat berwarna putih dengan tepi tidak beraturan, dikelilingi oleh warna

merah difus.ukuran lesi 2mmx1mmx1mm.

Dari anamnesa dan pemeriksaan yang dilakukan, lesi pada dasar mulut tidak berkaitan dengan alergi,

penyakit sistemik dan faktor hormonal dan riwayat alergi pasien. Lesi pada mukosa bibir bawah dan

palatum durum merupakan dampak trauma.

DIAGNOSIS KERJA : Ulkus Traumatikus

DIAGNOSIS TETAP : Ulkus Traumatikus

15

Page 16: makalah om keef.doc

RENCANA PERAWATAN

Memberikan penjelasan kepada pasien mengenai penyebab ulkus traumatikus dan serta memberikan

obat

PERAWATAN

Tanggal : 1 Juni 2012

Kegiatan : melakukan pemeriksaan intra oral dan ekstra oral, menjelaskan penyebab ulkus

traumatikus dan pemberian obat topikal

R/ Kenalog tube No. I

3dd 1 hari obat oles mulut

Tanggal : 5 Juni 2012

Kegiatan : Kontrol

Lesi (ulkus traumatikus) sudah tidak terlihat dan warna sama dengan mukosa sekitar

FOTO KASUS

Indikasi : 1 Juni 2012 Kontrol : 5 Juni 2012

16

Page 17: makalah om keef.doc

RANGKUMAN

Dari kasus yang ditemukan, maka diketahui bahwa lesi yang terdapat pada dasar mulut

pasien merupakan salah satu tipe lesi ulserasi, yaitu ulkus traumatikus. Diagnosis ditegakan

berdasarkan analisis kasus yang diperoleh dari anamnesa/riwayat lesi, gambaran klinis dan

keberhasilan perawatan yang telah dilakukan

Dari anamnesa, diketahui pasien sedang tidak dalam perawatan dokter untuk penyakit

sistemik, keadaan umum pasien baik (sehat) dan pada pemeriksaan ekstra oral tidak

ditemukan pembengakan, serta tidak ditemukan kelainan pada bibir dan kulit sekitar mulut.

Diketahui pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan, selain itu, diketahui bahwa

pasien jarang mengalami sariawan dan lesi di palatum durum muncul sehari setelah pasien

makan gorengan dan lesi di mukosa labiar bibir bawah muncul beberapa hari setelahnya

akibat tergesek oleh piranti ortodonti. Penyebab terjadinya ulkus traumatikus ini adalah

trauma mekanis akibat faktor pengunyahan dari pasien.

Pada gambaran klinis, ditemukan dua lesi berupa ulkus berukuran 3mm x 4mm x 1mm

dan 2mm x 1mm x 1mm dengan dasar putih-keabuan dengan tepi tidak teratur dan dibatasi

kelim kemerahan yang difus. Gambaran klinis ini sesuai dengan gambaran ulkus traumatikus,

dimana dasar putih-keabuan merupakan jaringan nekrotik, kelim kemerahan pada tepinya

merupakan reaksi inflamasi atau peradangan dari jaringan, serta bentuk dan ukuran lesi yang

tidak beraturan.

Diagnosa ini telah dibedakan dengan lesi ulserasi yang sangat menyerupai ulkus

traumatikus pada pasien, yaitu stomatitis aftosa tipe minor dan mayor dan ulkus TBC.

Perbedaan mencolok terlihat pada penyebab ulkus traumatikus yang sudah pasti akibat

trauma mekanis dan memiliki tepi kelim merah yang tidak beraturan, sedangkan stomatitis

aftosa minor belum diketahui penyebab pastinya (multifaktorial) dan memiliki tepi kelim

merah beraturan. Selain itu, dibandingkan dengan ulkus TBC yang disebabkan oleh infeksi

granulomatosa (pembengkakan kelenjar limfe dan demam) dan lesi hampir menyerupai

kawah.

Perawatan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan perlu diperhatikan

efek samping pemberian obat tersebut. Triamnisolon 0,1 %(kenalog) diberikan dalam bentuk

salep agar dapat berkontak dengan lesi lebih lama, dan dapat meredakan inflamasi dan rasa

sakit yang diderita pasien. Serta perawatan suportif yang diberikan untuk mencegah infeksi

17

Page 18: makalah om keef.doc

sekunder dan mempercepat penyembuhan. Keberhasilan perawatan ini terlihat bahwa lesi

hilang 4 hari setelah perawatan, dan ini juga menggambarkan bahwa lesi bukan merupakan

akibat dari penyakit sistemik ataupun keganasan.

18

Page 19: makalah om keef.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. Ruslijanto, H. Kelainan Dalam Mulut Berupa Ulkus Bentuk Kawah. Majalah Kedokteran Gigi FKG Usakti. 1999;35:35-42

2. Birnbaum, W. 2002. Oral Diagnosis The Clinican’s Guide. Arti Diagnosis kelainan dalam mulut : Petunjuk Bagi Klinisi. Penerjemah: Hartono R dan Enny M. Jakarta. Hal. 241-246

3. Wood, N.K dan Goaz, P.W. Differential Diagnosis Of Oral Lesions. Saint Louise: CV. Mosby; 1975: 89-92

4. Zegarelli, E.V, Kutscher, A.H dan Hyman, G.A. Diagnosis Of Disease Of The Mouth And Jaws. Philadelphia: Lea&Febiger; 1978: 344-347

5. Houston, G, dkk. 2012. Traumatic Ulcers Workup. http://emedicine.medscape.com /article/1079501

6. Langlais, R.P dan Miller, C.S. Color Atlas Of Common Oral Disease. Arti Atlas Bewarna Kelainan Rongga Mulut Yang Lazim. Penerjemah: Lilian Juwono. Jakarta: 94-98

7. Field,A, Longman,L dan Tyldesley, W.R. Tyldesley’s Oral Medicine. New York: Butler&Tanner; 2004: 25-28, 51-58

8. Arveen,B. Accelerating Natural Healing. British Dental Journal. 2007; 202: 125

19