Makalah Ok Mk
-
Upload
geboey-caree -
Category
Documents
-
view
154 -
download
5
Transcript of Makalah Ok Mk
ABSTRAK
PT. PP (Persero) banyak mengalami cost overrun karena masalah kontrak.
walaupun telah diterapkan Standard Prosedur Manajemen Risiko. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengelolaan risiko kontrak. Metode
penelitian yang digunakan adalah studi kasus dan pengumpulan data
menggunakan metode survei. Data diolah dengan analisa Deskriptif, AHP,
Korelasi dan Regresi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 12 risiko kontrak
yang menjadi prioritas, Pengguna Jasa yang memiliki risiko kontrak tertinggi
adalah Swasta Developer, dan tindakan risiko yang selalu dilakukan yaitu
identifikasi dan analisa risiko, risk contingency, kondisi penawaran, dan negosiasi
kontrak ulang.
Kata kunci : Pengelolaan Risiko, Risiko Kontrak, Kinerja Biaya.
ABSTRACT
PT. PP (Persero) has underwent many cost overrun at its projects caused by
contract risks even though Standart of Risk Management Procedure is already
applied. The purpose of this research is to get management of contract risk.
Method applied in this research is case study and collecting data by using
surveymethod. Datas are processed by Analysis of Descriptive, AHP, Correlation
and Regression. As Results, there are 12 prioritized contract risks, service user
with highest contract risk is Private Developer, and main risk responses are
identification-risk analysis, risk contingency, condition of bid, and re-negotiation
of contract.
Keywords : Risk Management, Contract Risk, Cost Performance
Page 1 of 40
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri jasa konstruksi merupakan industri yang memiliki
karakteristik khusus yang sulit untuk diantisipasi karena unik, sumber daya
yang berfluktuasi, melibatkan banyak pihak dan kepentingan, masalah
kondisi alam dan tidak adanya standart yang baku. Umumnya pihak-pihak
yang terlibat dalam konstruksi adalah kontraktor, pemilik, arsitek, konsultan,
tenaga kerja, asuransi, pemerintah, supplier material dan lainnya. Hal-hal
yang tak dapat dipisahkan dari kondisi konstruksi seperti kondisi tanah,
topografi permukaan, cuaca, transportasi, suplai material, perlengkapan dan
pelayanan, sub kontraktor serta kondisi buruh yang merupakan bagian dari
proyek konstruksi. Proyek konstruksi adalah subyek yang dipengaruhi oleh
banyak variabel dan faktor-faktor yang tidak terduga. Pembangunan proyek
konstruksi memerlukan banyak keahlian, material, alat, dan sumber daya
yang berbeda.
Banyaknya faktor-faktor dan pihak-pihak yang mempengaruhi
proyek konstruksi dan karakteristik yang khusus menyebabkan banyak terjadi
risiko dalam pelaksanaan proyek. Sumber risiko dapat diartikan sebagai
faktor yang dapat menimbulkan kejadian yang bersifat negatif atau positif.
Sebagai contoh, di bawah ini adalah sumber risiko dari suatu proyek:
a. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen
b. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi
c. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum
d. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial, dan politik
PT. PP (Persero) adalah salah satu perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) konstruksi nasional yang didirikan pada 26 Agustus 1953.
Bisnis utama perusahaan ini adalah sebagai pelaksana konstruksi Sipil dan
Gedung. Pada periode awal konstruksi Indonesia, PT. PP (Persero)
diserahkan oleh pemerintah proyek-proyek hotel. Perkembangan selanjutnya
Page 2 of 40
PT. PP (Persero) mengerjakan berbagai jenis proyek di seluruh Indonesia dan
beberapa proyek di luar negeri. Dari aspek nilai penjualan, perkembangan
hingga tahun 2007 menunjukkan pertumbuhan nilai yang tinggi (Gambar 1.1)
Adanya tingkat pertumbuhan yang tinggi tersebut menuntut
pengelolaan proyek yang lebih baik agar target laba proyek dapat tercapai.
Dalam pelaksanaan proyek, PT. PP (Persero) sering mengalami risiko atas
kompleksitas proyek yang dikerjakan yang berdampak pada penurunan
kinerja biaya/cost overrun risk (COR). Risiko yang berdampak pada
kinerja biaya tersebut terjadi karena hal yang sebelumnya telah diprediksi
maupun yang tidak diprediksi. Risiko biaya yang terjadi pada suatu proyek
menyebabkan berkurangnya keuntungan dan bahkan kerugian
pelaksanaan proyek konstruksi. Tingginya risiko pada proyek konstruksi
menyebabkan biaya pelaksanaan proyek yang tinggi yang berpotensi
mempengaruhi performance perusahaan dalam memperoleh keuntungan.
Sebagai langkah dalam mengantisipasi risiko dan agar pengelolaan proyek
menjadi lebih baik, PT. PP (Persero) membuat Prosedur standar
Manajemen Risiko. Hal tersebut tertuang dalam Work Instruction yang
termasuk dalam salah satu elemen Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 :
2000. Prosedur tersebut mulai diberlakukan pada 12 Desember 2005.
Page 3 of 40
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa biaya pelaksanaan
proyek justru mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini
terlihat pada rasio biaya terhadap nilai penjualan / produksi tahun 2006
dan tahun 2007 yang lebih besar dari pada nilai rasio biaya terhadap nilai
penjualan pada tauhn 2005. Gambar berikut ini menunjukkan
perkembangan rasio biaya terhadap nilai penjualan / produksi pada
pelaksanaan proyek PT. PP (Persero).
Gambar 1.2. Perkembangan Rasio Biaya vs Penjualan Proyek 1998 – 2007
Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa prosedur Manajemen
Risiko yang mulai diterapkan oleh PT. PP (Persero) pada akhir Tahun 2005
belum efektif dalam menekan rasio biaya proyek. Hal tersebut juga dapat
berarti bahwa risiko yang terjadi dalam pelaksanaan proyek belum dapat
dikelola dengan baik. Cost overrun pada PT. PP (Persero) ditunjukkan oleh
indikator Projected Final Cost (PFC) terhadap Rencana Anggaran Biaya
Tender (RAPT) maupun Rencana Anggaran Biaya Kendali (RAPK). PFC
merupakan prediksi rasio biaya akhir proyek. PFC tersebut dihitung setiap
bulan sebagai indikator Cost Overrun (COR). Banyaknya proyek yang
mengalami kenaikan biaya / Cost Overrun, menunjukkan bahwa pelaksanaan
standar prosedur mengenai manajemen risiko belum berjalan sebagaimana
semestinya. Kesadaran atas pentingnya manajemen risiko yang didukung
Page 4 of 40
dengan data base pengalaman perusahaan dapat menjadi penyebab masih
terjadinya penyimpangan biaya pada proyek konstruksi.
Berdasarkan data yang ada, dari 40 proyek yang mengalami cost
overrun, terdapat 20 proyek (50.0%) disebabkan oleh masalah pada aspek
kontrak. Hal ini berarti sebagian besar cost overrun disebabkan karena
masalah kontrak. Ditunjukkan oleh data tersebut bahwa cost overrun karena
masalah kontrak umumnya terjadi pada proyek swasta dengan frekuensi yang
tinggi terutama pada proyek swasta developer. Tingginya penyebab cost
overrun karena aspek kontrak dapat dikarenakan kondisi kontrak konstruksi
saat ini belum sesuai harapan. Kondisi kontrak dinilai masih berat sebelah
dan menguntungkan pihak pengguna jasa/owner terutama owner swasta.
Perbedaan pendapat, perselisihan hingga sengketa dengan pihak owner sering
terjadi karena masalah kontrak. Pertumbuhan penjualan proyek yang tinggi
yang tidak disertai dengan pengelolaan risiko yang belum optimal, serta
tingginya frekuensi dan dampak risiko kontrak pada proyek konstruksi
menyebabkan perlunya penelitian mengenai pengelolaan risiko kontrak yang
lebih baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan pada bagian latar belakang, maka
dihasilkan suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Deskripsi Masalah
PT. PP (Persero) sering mengalami risiko atas kompleksitas proyek
yang dikerjakan yang berdampak pada penurunan kinerja biaya/cost
overrun risk. Kondisi ini disebabkan oleh banyaknya faktor-faktor dan
pihak-pihak yang mempengaruhi proyek konstruksi.
PT. PP (Persero) telah membuat Prosedur standar Manajemen
Risiko yang tertuang dalam Work Instruction yang termasuk dalam salah
satu elemen Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 : 2000 yang mulai
diberlakukan pada 12 Desember 2005. Namun perkembangan selanjutnya
menunjukkan bahwa biaya pelaksanaan proyek justru meningkat setelah
diberlakukannya Standart tersebut. Hal ini terlihat pada rasio biaya
Page 5 of 40
terhadap nilai penjualan / produksi tahun 2006 dan tahun 2007 yang lebih
besar dari tahun 2005.
1.2.2 Signifikansi Masalah
Penerapan Standard Prosedur Manajemen Risiko diharapkan akan
dapat meningkatkan kemampuan proyek dalam mengelola risiko yang
terjadi sehingga akan menekan terjadinya cost overrun. Namun data
menunjukkan telah terjadi peningkatan rasio biaya pelaksanaan proyek.
Penelusuran lebih jauh menunjukkan bahwa penyebab terbesar terjadinya
cost overrun pada proyek yang dikerjakan adalah pada aspek kontrak yang
dikarenakan kondisi kontrak proyek konstruksi saat ini masih belum sesuai
harapan dimana belum terjadi keseimbangan dalam kontrak.
Pertumbuhan penjualan proyek yang tinggi tanpa disertai dengan
pengelolaan risiko yang baik, serta tingginya frekuensi dan dampak risiko
kontrak pada proyek konstruksi akan menyebabkan sulit tercapainya
pertumbuhan laba perusahaan.
1.2.3 Rumusan Masalah
Dalam mengatasi permasalahan dan berdasarkan signifikansi
masalah yang telah disebutkan di atas, maka rumusan masalah yang dapat
dibuat adalah sebagai berikut:
1. Risiko dominan apa saja yang terjadi atas kontrak yang dapat
mempengaruhi kinerja biaya?
2. Bagaimana tingkat dan perbedaan risiko kontrak pada Pengguna Jasa
Pemerintah, Swasta Non-Developer dan Swasta Developer.
3. Bagaimana tindakan risiko yang tepat atas terjadinya risiko kontrak?
Page 6 of 40
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk
menjawab rumusan masalah di atas, yaitu ;
1. Mengidentifikasi faktor risiko kontrak yang paling menentukan yang dapat
mempengaruhi kinerja biaya
2. Mengetahui tingkat dan perbedaan risiko kontrak pada kontrak dengan
Pengguna Jasa Pemerintah, Swasta Non-Developer, dan Swasta
Developer.
3. Mengetahui tindakan risiko terhadap faktor risiko kontrak dapat
mempengaruhi kinerja biaya
1.4. Batasan Masalah
Banyak faktor-faktor risiko yang mempengaruhi kinerja biaya pada
proyek kontruksi gedung. Dalam makalah ini, dilakukan pembatasan pada
hal-hal yang dianggap dominan sehingga pembahasannya dapat fokus dan
efektif. Adapun batasan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Sumber risiko yang akan dibahas adalah sumber risiko pada kontrak.
2. Kontrak yang dbahas adalah kontrak antara kontraktor dan Pengguna Jasa
3. Dampak risiko yang dibahas adalah kinerja biaya (kenaikan biaya)
4. Obyek pembahasan adalah PT. PP (Persero)
5. Jenis proyek yang dibahas adalah proyek konstruksi.
1.5 Manfaat
Makalah ini diharapkan akan memberikan kontribusi sebagai berikut:
1. Memberikan informasi yang penting terhadap pengelolaan risiko pada
aspek kontrak yang memberikan dampak yang besar terhadap kinerja
biaya
2. Menjadi informasi kepada perusahaan kontraktor di Indonesia dalam
mengelola risiko proyek konstruksi
Page 7 of 40
BAB II
PERMASALAHAN
2.1. Riwayat Perusahaan PT. PP (Persero)
PT. PP (Persero) didirikan pada tanggal 26 Agustus 1953. Pada
saat didirikan PT. PP (Persero) mendapat kepercayaan membangun
Perumahan Pejabat PT Semen Gresik Tbk, anak perusahaan BAPINDO di
Gresik. Seiring dengan kepercayaan yang terus meningkat, PT. PP (Persero)
mendapat tugas untuk membangun proyek-proyek besar hasil rampasan
perang dari Pemerintah Jepang yaitu: Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel,
Ambarukmo Palace Hotel dan Samudera Beach Hotel. Selama lebih dari 5
(lima) dekade, PT. PP (Persero) telah menjadi pemain utama dalam bisnis
konstruksi nasional, berbagai mega proyek Nasional dikelola dan dikerjakan
PT. PP (Persero). Kemudian dimulai pada tahun 1991, PT. PP (Persero)
menempuh diversifikasi usaha di antaranya usaha sewa ruang kantor di Plaza
PP dan pengembangan usaha realti di Kawasan Cibubur, selain itu juga
membentuk beberapa anak perusahaan dengan menggandeng mitra dari
dalam dan luar negeri.
Bidang usaha utama PT. PP (Persero) adalah Jasa Kontraktor,
meliputi pekerjaan bangunan gedung bertingkat tinggi (high rise building)
dan bangunan sipil lainnya seperti pekerjaan irigasi, pelabuhan, bandar udara,
jalan dan jembatan, bendungan, pembangkit listrik dan lain-lain. Selain
bidang konstruksi, PT. PP (Persero) juga berperan sebagai pengembang
(developer), khususnya dalam pengembangan Asset Idle Perusahaan. Ada 7
(tujuh) bidang pekerjaan yang digeluti PT. PP (Persero) pada hampir
sepanjang usia usahanya. Yang paling besar dan menjadi andalan adalah jasa
pengerjaan bangunan gedung.
Page 8 of 40
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PT. PP (Persero)
Sumber: Company Profile PT. PP (Persero)
2.2.Permasalahan mengenai Risiko Atas Kontrak
2.2.1. Permasalahan mengenai Risiko dominan yang terjadi atas kontrak yang
dapat mempengaruhi kinerja biaya dan tindakan risiko yang tepat atas
terjadinya risiko kontrak
2.3.Permasalahan Mengenai Pelanggaran Kontrak
2.3.1.Permasalahan mengenai keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan.
Contoh kasus :
Seorang kontraktor dari PT.PP (Persero) pada proyek pembangunan
bendung Mursapa di Cepu mengalami keterlambatan pekerjaan selama 5
bulan dari total waktu rencana penyelesaian 12 bulan.Untuk prestasi yang
dicapai tersebut apakah kontraktor dapat dinilai melanggar kontrak?kalau
Page 9 of 40
memang ulah kontraktor tersebut melanggar ketentuan kontrak apakah
pelanggaran tersebut bersifat material?
Analisa terhadap kasus di atas:
Konsep penilaian terhadap kadar pelanggaran kontrak ada 2, yaitu:
1. Pelanggaran material,
Akibat dari pelanggaran ini adalah pemutusan hubungan kerja.
2. Pelanggaran imaterial,
Akibat dari pelanggaran ini adalah ganti rugi finansial/bahkan tidak
sama sekali oleh si pelanggar.
Dalam penggolongan jenis pelanggaran harus mencermati secara
seksama penyebab pelanggaran dan suasana pada saat tersebut.belum tentu
pelanggaran yang dilakukan oleh kontraktor sepenuhnya adalah
kesalahannya.Hal ini mungkin disebabkan oleh pihak lain yang akibatnya
harus ditanggung oleh kontraktor.Setelah ditinjau,kronologi mulai dari
proyek dilaksanakan sampai saat tersebut ternyata adalah terjadi redisain
terhadap gambar rencana yang mengakibatkan pelaksanaan di lapangan
terhenti dan baru dapat dimulai kembali setelah gambar rencana selesai.
Kesimpulan:
Kondisi demikian termasuk dalam pelanggaran material oleh pihak
penilai karena hal tersebut sudah ada dalam surat perjanjian mengenai
waktu pelaksanaan proyek, sehingga pemilik dalam hal ini bisa
memutuskan hubungan kerja sesuai dengan surat kontrak
Page 10 of 40
1.2. Permasalahan mengenai Pemutusan Kontrak
Contoh Kasus :
Seorang pemilik menilai kualitas pekerjaan pembetonan pada lantai kedua
dari sebuah bangunan yang dilakukan oleh kontraktor sebuah perusahaan jasa
konstruksi yang tidak memenuhi spesifikasi teknis yang telah di
tetapkan .Tanpa pemberitahuan lebih lanjut, pemilik memutuskan hubungan
kontrak karena beranggapan bahwa kontraktor melakukan pelanggaran
material.
Analisis kasus:
Pada persolan tersebut di atas , seharusnya pemilik tidak langsung
memutuskan hubungan kerja, tetapi harus memberitahukan lebih dahulu
kepada kontraktor perihal pelanggaran yang dilakukan karena kontraktor
berhak memperoleh pemberitahuan terlebih dahulu dan kesempatan untuk
memperbaikinya.
1.3. Permasalahan Mengenai Kerugian Akibat Pelanggaran Kontrak
contoh kasus :
PT.PP(Persero) terikat kontrak dengan owner dengan nilai kontrak total
sebesar Rp 10 juta dan diberhentikan oleh pemilik(owner) pada saat mencapi
prestasi 50% karena dinyatakan tidak berhasil dalam memenuhi persyaratan
yang ditetapkan, maka pemilik memilih kontraktor lain yaitu PT.Sumber Jaya
Utama untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.Bagaimana dengan biaya
penyelesaiannya?
analisis kasus:
Sistem pendanaannya yaitu semua biaya yang dikeluarkan untu
penyelesain tersebut diambil dari sisa pembayaran terhadap kontraktor yang
pertama.Jika biaya yang dikeluarkan lebih besar maka kontraktor yang
Page 11 of 40
melanggar kontrak berkewajiban membayar.misal dri kasus di atas jika
PT.Sumber Jaya Utama selaku kontraktor kedua tidak bersedia menyelesaikan
dengan biaya Rp.5 juta tetapi sanggup jika biayanya Rp.7,5 juta maka
kekurangan Rp.2,5 juta dibebankan pada kontraktor yang pertama yaitu
PT.PP(Persero).
1.4. Permasalahan Mengenai perikatan hukum kontrak konstruksi
Pemutusan kontrak di proyek jalan:
1. suatu kontrak pekerjaan peningkatan jalan, panjang 40 KM di Jawa Barat
2. penyedia jasa perusahaan PT. PP (persero), kontraktor A (lokal) dan B
(asing)
3. kontraktor A ternyata tidak punya apa-apa, kontraktor B sleeping partner,
dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor A sebagai team leader dan yang
menandatangani kontraknya
4. dalam pelaksanaan pekerjaan kontraktor A tidak mempunyai modal yang
cukup sewa alat-alat besar tidak dibayar, sub kontraktor usaha kecil tidak
dibayar. pengembalian kredit ke bank macet akibatnya:
5. Pemutusan kontrak berlarut – larut,pimpro tidak berani mengambil
tindakan tegas karena komisaris utama perusahaan adalah mantan pejabat
tinggi dan mantan gubernur ( kondisi ini dimanfaatkan benar oleh
kontraktor )
6. 13 tahun kemudian kontraktor menggugat pimpro ke pengadilan karena
dulu merasa tidak diperlakukan secara adil.
Langkah – Langkah Yang Diperlukan Untuk Mengatasi Masalah Ini Yaitu :
Lakukan preconstructions meeting, tegaskan tugas dan kewajiban
kontraktor, program mobilisasi, masukan dalam adendum kontrak. Jadwal
Page 12 of 40
waktu pelaksanaan (curva S). Berikan test case 3 bulan pembuktian
pencapaian target fisik.
Setiap pekerjaan harus ada request dan approval.
Buat laporan harian (mencatat: jumlah tenaga yang ada dilapangan, bahan,
dan peralatan yang tersedia, volume yang dihasilkan, data hujan) nantinya
diminta hakim sebagai bukti kontraktor wanprestasi.
Buat teguran untuk setiap keterlambatan pekerjaan, ingatkan pasal – pasal
terkait dengan sanksi atau putus kontrak.
Lakukan rapat pembuktian setiap 3 bulan pada kondisi keterlambatan yang
telah mencapai kritis, berikan peringatan – peringatan.
Tahap – Tahap Menuju Proses Pemutusan Kontrak
Periksa dengan teliti pasal – pasal dokumen kontrak tentang pemutusan
kontrak (pasal 59), misalkan ada yang berbunyi : “Kontraktor dapat
diputus kontrak apabila dalam periode 28 hari berturut – turut terbukti
tidak bekerja atau kontraktor meninggalkan lapangan.”
Harus terbukti secara dokumentasi bahwa kontraktor memang tidak
bekerja selama 28 hari berturut – turut yaitu dari bukti laporan harian.
Putus kontrak secara sepihak dapat dilakukan dalam hal keterlambatan
melebihi jumlah denda perhari senilai jaminan pelaksanaan.
Setelah diyakini kontraktor tidak mungkin dapat menyelesaikan pekerjaan
sesuai waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak, keluarkan surat
pemutusan kontrak secara sepihak.
Page 13 of 40
Sisa jaminan pelaksanaan setorkan ke kas negara (periksa dengan teliti
masa laku jaminan pelaksanaan, ajukan klaim sebelum habis masa berlaku
jaminan).
Bentuk panitia pemutusan kontrak, undang kontraktor untuk hitung –
hitungan, buat berita acara pemutusan kontrak.
Simpan dokumen proyek di tempat yang aman yang setiap saat dapat
dengan mudah dicari.
Proses Gugatan Di Pengadilan
Setelah 13 tahun kontraktor menggugat ke pengadilan didahului dengan
somasi, somasi dilakukan selama 5x.
Setiap somasi harus dijawab, bila tidak dijawab kontraktor dapat
mengajukan gugatannya langsung ke pengadilan.
Kontraktor mendaftarkan gugatannya ke pengadilan.
Pimpro membuat eksepsi atas gugatan kontraktor (disarankan
menggunakan pengacara dari luar, seharusnya pengacara disediakan dari
staff biro hukum, tapi biasanya kualifikasinya lemah, dan dan dari
pengalaman Pimpro sering kalah didalam pengadilan).
Pengadilan melakukan pemanggilan untuk sidang di pengadilan.
Sidang ke 1. Replik : Mendengarkan gugatan kontraktor.
Sidang ke 2. Duplik : Mendengarkan eksepsi dari Pimpro.
Keputusan pengadilan negeri (belum merupan keputusan tetap).
Yang kalah tidak menerima keputusan pengadilan, dapat mengajukan
banding ke pengadilan tinggi, paling lambat 2 minggu sejak keputusan
pengadilan negeri.
Kontraktor membuat memori banding, dan Pimpro membuat kontra
memori banding (Pimpro bisa saja tidak membuat memori banding, atau
Page 14 of 40
tidak menggunakan haknya, Pimpro dapat juga membiarkan atau tidak
mengurus proses banding tersebut berjalan apa adanya).
Akan ada pemberitahuan kepada Pimpro dari pengadilan negeri bahwa
memori banding akan dikirim ke pengadilan tinggi, dan diberi waktu 2
minggu kepada Pimpro untuk menyiapkan kontra memori banding.
Pengadilan tinggi hanya memeriksa berdasarkan berkas memori banding
yang diajukan.
Pengadilan tinggi dapat : mengukuhkan putusan PN, membatalkan putusan
PN atau membuat putusan sendiri yang sama sekali tidak berdasarkan
keputusan PN (merubah sifat putusan PN).
Pencabutan gugatan banding dapat dilakukan sebelum putusan pengadilan
tinggi.
Yang kalah tidak menerima putusan pengadilan tinggi dapat mengajukan
kasasi ke mahkamah agung (MA), paling lambat 2 minggu sejak
keputusan pengadilan tinggi.
Page 15 of 40
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
3.1. Pengelolaan Risiko
Risiko adalah kemungkinan kejadian yang merugikan. Risiko memiliki tiga
unsur, yaitu [24]:
1. Kejadian
Kejadian adalah barang yang diproduksi tidak laku dijual.
2. Kemungkinan
Barang yang diproduksi bisa saja (memungkinkan untuk) terjual atau bisa
saja tidak terjual.
3. Akibat
Jika barang sampai tidak terjual, akibat yang merugikan adalah tidak
memperoleh pendapatan sementara sudah banyak biaya yang dikeluarkan.
Kondisi mengenai tiga unsur risiko tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
Dalam konteks proyek, risiko adalah suatu kondisi atau peristiwa tidak
pasti yang jika terjadi mempunyai efek positif atau negatif terhadap sasaran
proyek. Sebuah risiko mempunyai penyebab dan jika risiko itu terjadi, akan
ada konsekuensi. Jika yang terjadi adalah peristiwa yang tidak pasti, maka
dampaknya adalah pada biaya, jadwal, dan kualitas proyek.
Risiko merupakan kemungkinan terjadinya hal-hal yang akan
berdampak negatif terhadap sasaran. Risiko diukur dengan melihat
konsekuensi yang mungkin terjadi dan besarnya probabilitas terjadinya risiko
tersebut (AS/NZS, 1999). Dengan pembahasan khusus untuk kontraktor,
maka risiko dapat didefinisikan sebagai berikut :“Risiko usaha kontraktor
adalah kemungkinan terjadinya sesuatu keadaan/peristiwa/kejadian dalam
proses kegiatan usaha, yang dapat berdampak negatif terhadap pencapaian
Page 16 of 40
sasaran usaha yang telah ditetapkan”. Definisi manajemen risiko menurut
PMBOK, yaitu sebagai berikut:
a. Merupakan proses formal, dimana faktor-faktor risiko secara sistematis
diidentifikasi, dianalisis dan ditangani.
b. Merupakan suatu metode pengelolaan sistematis yang formal yang
berkonsentrasi pada mengidentifikasi dan mengendalikan area atau
kejadian-kejadian yang berpotensi untuk menyebabkan terjadinya
perubahan yang tidak diinginkan.
c. Di dalam konteks suatu proyek, merupakan suatu seni dan ilmu
pengetahuan dalam mengidentifikasi, menganalisis dan merespon
terhadap faktor-faktor risiko yang ada selama pelaksanaan suatu
proyek.
Menurut Kezner (1995), manajemen risiko adalah sebuah proses
mengidentifikasi dan mengukur dan mengembangkan, menyeleksi dan
mengatur pilihan-pilihan untuk menangani risiko-risiko tersebut. Manajemen
risiko yang layak adalah yang mengaplikasikan kemungkinan-kemungkinan
di masa yang akan datang dan bersifat proaktif ketimbang reaktif. Dalam hal
ini manajemen risiko tidak hanya mengurangi kecenderungan terjadinya
risiko, tetapi juga dampak yang ditimbulkan risiko tersebut.
Manajemen risiko adalah suatu sistem pengelolaan risiko yang
digunakan di dalam suatu organisasi atau perusahaan yang pada dasarnya
merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan yang dilakukan terus-
menerus untuk mengendalikan kemungkinan timbulnya risiko yang
membawa konsekuensi merugikan bagi organisasi atau perusahaan yang
bersangkutan, termasuk di dalam suatu proyek. Manajemen risiko merupakan
suatu proses yang sistematis dan terorganisir mulai dari identifikasi risiko,
analisa risiko, pengurangan atau peniadaan risiko secara efektif untuk
mencapai sasaran/tujuan (C. Duffield & B. Trigunarsyah, 1999).
3.1.1 Sumber Risiko
Identifikasi terhadap bagian-bagian yang kritis dari risiko adalah
langkah pertama untuk melaksanakan penilaian risiko agar tercapai sasaran
Page 17 of 40
proyek. Sumber-sumber risiko diidentifikasi berdasarkan pertanyaan mengapa
dan bagaimana kemungkinan-kemungkinan risiko yang ada sehingga dapat
menyebabkan kerugian (Y.Y. Haimes,1998)
Pihak-pihak yang terlibat dalam jasa konstruksi memiliki tingkat
risiko yang dihadapi yang berbeda-beda. Kontraktor umum, Developer, dan
Arsitek merupakan pihak yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Peluang
terbesar terjadinya sebuah peristiwa risiko (misal kesalahan estimasi waktu,
estimasi biaya, atau teknologi desain) adalah dalam hal konsep, perencanaan,
dan tahap mulai (start-up) dari proyek. Dampak biaya suatu peristiwa risiko
di dalam proyek lebih kecil jika peristiwa terjadi lebih awal, bukan kemudian.
Tahap-tahap awal dari proyek menunjukkan periode ketika ada kesempatan
untuk memperkecil dampak atau pekerjaan di sekitar risiko potensial. Dan
sebaliknya, ketika proyek berlangsung separuh jalan, biaya peristiwa risiko
yang terjadi meningkat dengan cepat. Mengenali peristiwa risiko proyek dan
memutuskan respons sebelum proyek mulai adalah sebuah pendekatan yang
lebih bijaksana daripada tidak mencoba mengelola risiko. Gambar berikut
menjelaskan grafik peristiwa risiko:
Gambar 2.6. Grafik Peristiwa Risiko
Sumber : Imam Soeharto (1999)
Menurut PMBOK terdapat beberapa kategori sumber-sumber
risiko, diantaranya :
Page 18 of 40
1. Eksternal, tetapi tidak dapat diperkirakan
2. Eksternal, yang dapat diperkirakan, tetapi tidak dapat dipastikan
3. Internal non teknis
4. Internal Teknis
5. Legalitas
Sumber-sumber utama timbulnya risiko yang umum menurut Perry
& Hayes (1985), Curtis & Napier (1992), dilihat dari beberapa jenis risiko, di
antaranya fisik, lingkungan, perancangan, logistik, keuangan, aspek hukum,
perundang-undangan, keamanan, politik, konstruksi dan operasional (Diah
Pitaloka, 2002). Sumber risiko menurut John A. Rutgers pada bagian
Procurement & Construction adalah:
a. Waktu
b. Biaya
c. Kinerja
d. Perubahan Design
e. Kenaikan suku bunga
f. Akibat kerusakan
g. Force majeure
h. Perubahan nilai mata uang
Pendekatan lain yang dilakukan dalam mengidentifikasi risiko
menurut Roger Flanagan berdasarkan sumber dan dampaknya seperti terlihat
pada bagan di bawah ini, dimana ada risiko yang dapat dikendalikan / di
kontrol dan ada yang tidak dapat dikendalikan. Kedua jenis risiko tersebut
terbagi menjadi dua, yaitu risiko yang terikat dan risiko yang bebas. Sumber
dan dampak risiko yang terikat ini terbagi menjadi dua, yaitu terikat penuh
dan sebagian.
Sumber risiko dapat diartikan sebagai faktor yang dapat
menimbulkan kejadian yang bersifat negatif atau positif. Sebagai contoh, di
bawah ini adalah sumber risiko dari suatu proyek:
A. Risiko yang berkaitan dengan bidang manajemen
1. Kurang tepatnya perencanaan lingkup, biaya, jadwal dan mutu
2 .Ketepatan penentuan struktur organisasi
Page 19 of 40
3 .Ketelitian pemilihan personil
4 .Kekaburan kebijakan dan prosedur
5 .Koordinasi pelaksanaan
B. Risiko yang berkaitan dengan bidang teknis dan implementasi
1. Ketepatan pekerjaan dan produk desain-engineering
2. Ketepatan pengadaan material dan peralatan (volume, jadwal, harga,
dan kualitas
3. Ketepatan pekerjaan konstruksi (jadwal dan kualitas)
4. Tersedianya tenaga ahli dan penyelia
5. Tersedianya tenaga kerja lapangan
6. Variasi dalam produktifitas kerja
7. Kondisi lokasi dan site
8. Ditemukannya teknologi baru dalam proses konstruksi
C. Risiko yang berkaitan dengan bidang kontrak dan hukum
1. Pasal–pasal kurang lengkap, kurang jelas, dan interpretasi yang berbeda
2. Pengaturan pembayaran, change order dan klaim
3. Masalah jaminan, guaranty, dan warranty
4. Lisensi dan hak paten
5. Force majeure
D. Risiko yang berkaitan dengan situasi ekonomi, sosial dan politik
1. Peraturan perpajakan dan pungutan
2. Perijinan
3. Pelestarian lingkungan
4. Situasi pasar
5. Ketidakstabilan moneter
6. Realisasi pinjaman
7. Aliran kas
Page 20 of 40
Menurut pendapat John Murdoch dan Will Hughes risiko-risiko di
bawah ini yang sering muncul dalam kontrak konstruksi adalah sebagai
berikut :
A. Kondisi fisik lapangan
1. Kondisi buatan yang disebabkan oleh halangan / rintangan
2. Material cacat
3. Ketidakahlian (defective workmanship) sehingga menimbulkan
kerusakan
4. Biaya test dan benda uji
5. Cuaca
6. Persiapan lapangan
7. Ketidakcukupan pegawai, buruh, peralatan, material, waktu dan biaya
B. Keterlambatan dan perselisihan
1. Keberadaan di lapangan sehubungan dengan memulai pekerjaan
2. Keterlambatan dalam pengadaan informasi
3. Pelaksanaan pekerjaan yang tidak efisien
4. Keterlambatan yang disebabkan pihak lain
5. Penempatan peralatan atau material yang dapat menimbulkan
keterlambatan atau perselisihan (lay out dispute)
C. Pengarahan dan pengawasan
1. Keinginan untuk menguntungkan diri sendiri / ketamakan
2. Kurang ahli dalam melakukan pengarahan dan pengawasan (tidak
kompeten)
3. Pengarahan dan pengawasan yang tidak efisien
4. Bersifat memihak
5. Kesenjangan komunikasi
6. Kesalahan dalam dokumentasi
7. Kesalahan perencanaan
8. Pemenuhan penjaminan yang disyaratkan
9. Ketidakjelasan spesifikasi
Page 21 of 40
10. Ketidaktepatan dalam pemilihan konsultan atau kontraktor
11. Perubahan-perubahan persyaratan
12. Kerusakan pada pemilikan dan kecelakaan pada orang
13. Pelanggaran jaminan
14. Tidak terasuransinya hal-hal di luar kontrol pihak-pihak yang terkait
15. Kecelakaan
16. Risiko yang tidak terasuransikan seperti perang, kerusuhan, dll.
17. Ker ugian-kerugian yang disebabkan oleh risiko yang tidak
terasuransi
di atas
18. Rentang dan batas waktu asuransi
D. Faktor-faktor eksternal
1. Kebijakan dan peraturan pemerintah tentang pajak, tenaga kerja,
keamanan dan keselamatan kerja, dan lain-lain.
2. Keterlambatan atau penolakan persetujuan perencanaan
3. Keterbatasan finansial
4. Penahanan pembayaran
5. Biaya perang atau kerusuhan
6. Kerusakan yang diakibatkan oleh kejahatan, intimidasi, dan lain-lain.
7. Pemogokan tenaga kerja
8. Pemberhentian pekerjaan
E. Pembayaran
1. Devaluasi
2. Keterlambatan dalam pengajuan pembayaran
3. Keterlambatan dalam sertifikasi pembayaran
4. Keterbatasan hukum / peraturan dalam pengembalian bunga
5. Ketidaksanggupan kontraktor, subkontraktor, atau pemilik dalam
membayar hutang
6. Keterbatasan pendanaan
7. Kekurangan atau kesalahan dalam proses pengukuran atau perhitungan
Page 22 of 40
8. Fluktuasi nilai tukar mata uang
9. Inflasi
10. Biaya penggantian peralatan
F. Hukum / peraturan dan arbitrase
1. Keterlambatan dalam pemecahan masalah
2. Ketidakadilan
3. Ketidakpastian akibat kontrak atau dokumentasi lain yang bermakna
ganda sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan perbedaan interpretasi
4. Perubahan Undang-undang
5. Pemahaman-pemahaman baru dalam hukum / peraturan umum
Menurut Yasin, Di Indonesia baru memiliki peraturan perundang -
undangan yang mengatur Usaha Jasa Konstruksi yaitu UU No 18/1999
tentang Jasa Konstruksi diikuti dengan peraturan-peraturan pelaksanaannya:
PP 28,29, dan 30/2000 serta UU No.30/2000 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa. Menurut Yasin, Peraturan perundang-undangan ini
belum teruji keampuhannya karena setelah UU No 18 mulai berlaku tahun
2000 rasanya belum ada (atau belum banyak) kontrak konstruksi yang
mengacu kepada undangundang ini. Para kontraktor maupun owner sudah
memiliki kontrak baku yang selama ini dijadikan standart dalam pembuatan
kontrak pekerjaan mereka, dimana kontrak baku tersebut belum mengacu
sepenuhnya pada UUJK serta personil terkait yang menangani kontrak belum
memahami UUJK. Hal tersebut bertentangan dengan asas kebebasan
berkontrak dimana kontrak harus sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya di Indonesia, ketiga asas kontrak belum
dapat terwujud dan masih memihak kepada pengguna jasa. Ketimpangan
antara penyedia jasa dengan pengguna jasa di Indonesia terjadi karena banyak
faktor, dan ketimpangan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa di
Indonesia terjadi karena banyak faktor, dan ketimpangan ini meliputi aspek
keseimbangan, keadilan dan kesetaraan. Menurut Yasin, dalam pelaksanaan
kontrak kerja konstruksi di Indonesia, penyedia jasa hampir selalu harus
memenuhi konsep/draft kontrak yang telah dibuat oleh pengguna jasa.
Page 23 of 40
Kontrak-kontrak konstruksi jauh dari rasa keadilan dan kesetaraan
sebagaimana layaknya sebuah kontrak. Kontrak “versi standart” sangat
beragam, semua sah saja karena adanya asas kebebasan berkontrak (KUH
Perdata Pasal 1338). Kesetaraan antara pengguna jasa dan penyedia jasa
bersifat sangat kompleks, dan para pihak yg terkait di dalamnya mempunyai
banyak perbedaan sudut pandang/persepsi .
Pada kontrak kerja konstruksi jasa pelaksanaan konstruksi terdapat
indikasi bahwa waktu yang digunakan oleh kontraktor dalam memperkirakan
biaya pekerjaan konstruksi secara tepat masih belum optimal sehingga pihak
penyedia jasa masih mengalokasikan biaya risiko akibat ketidakpastian
tersebut. Ada hubungan antara risiko pada kontrak kerja konstruksi dengan
biaya pekerjaan konstruksi. Pengalokasian dan pendistribusian risiko yang
tidak jelas dan tidak proporsional adalah hal yang signifikan berpengaruh
terhadap masalah dalam pelaksanaan proyek serta kegagalan proyek .
Kesalahan memilih bentuk kontrak pada tahap perencanaan saja
dapat menyebabkan nilai kontrak menjadi sangat mahal. Penelitian yang
relevan telah mengumpulkan beberapa alasan utama dari riset maupun opini
dari enam orang praktisi dalam hal melakukan penawaran (competitive
bidding). Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa empat alasan utama yang
sangat berpengaruh yaitu kompetisi, risiko, posisi perusahaan dalam
melakukan penawaran, dan tingkat kebutuhan akan pekerjaan tersebut.
Kontribusi ataupun pengaruh empat alasan utama tersebut akan berbeda
terhadap tiga jenis kontrak pengadaan konstruksi yaitu unit price, lump sum,
dan design /built contract .
Menurut Kerzner, salah satu faktor yang paling penting dalam
mempersiapkan proposal dan memperkirakan biaya pekerjaan serta
keuntungan yang didapatkan dari suatu pekerjaan konstruksi adalah tipe
kontrak yang akan digunakan, tingkat kepercayaan penyedia jasa terhadap
suatu proposal penawaran yang disiapkan umumnya sangat tergantung dari
berapa besar suatu risiko akan terjadi melalui pelaksanaan kontrak tersebut.
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa penerapan tipe-tipe kontrak kerja tertentu oleh
pengguna jasa akan sangat membantu memberikan keringanan bagi penyedia
Page 24 of 40
jasa. Jika terdapat risiko yang besar dalam pelaksanaan kontrak kerja
konstruksi tersebut, yaitu suatu risiko yang tidak adil yang harus ditanggung
oleh penyedia jasa, biaya penawaran yang diajukan oleh penyedia jasa akan
selalu mempertimbangkan bagaimana seharusnya tipe kontrak melingkupi
risiko-risiko tertentu baik yang risikonya tinggi maupun risikonya rendah.
Menurut Flanagan dan Norman, ada lima tipe kontrak yang
memberikan risiko yang lebih besar kepada kontraktor atau minimal sama
dibanding owner, yaitu :
1. Design and built, turn key, package deal
2. Lump sum fixed price
3. Lump sum fluctuating price
4. Cost plus fixed fee with a target price
5. Management fee with a quaranteed maximum price
Besarnya risiko tersebut digambarkan dalam tabel berikut ini:
Pemilihan tipe kontrak yang tepat dengan mempertimbangkan faktor
risiko dan alokasi risiko tidak hanya akan mempengaruhi besarnya biaya
pekerjaan konstruksi, tetapi juga akan mempengaruhi kesuksesan suatu
proyek baik dari sisi penyedia jasa maupun dari pengguna jasa. Penggunaan
tipe cost plus contract akan memberikan tingkat kesuksesan pada proyek
yang semakin tinggi dilihat dari perspektif pengguna jasa dan penyedia jasa,
seiring dengan semakin tingginya ketidakpastian yang terdapat pada proyek
Page 25 of 40
tersebut. Demikian pula sebaliknya pemilihan fixed price contract akan
memberikan tingkat kesuksesan yang semakin tinggi dilihat dari perspektif
penyedia jasa dan pengguna jasa, seiring dengan semakin rendahnya
ketidakpastian yang terdapat pada proyek tersebut dalam kontrak kerja
konstruksi untuk meminimalkan risiko bagi kedua belah pihak adalah sebagai
berikut :
1. Scope of services and description of project,
2. contract administration,
3. term of payment,
4. client obligation dan supplied item,
5. warranties dan guarranties,
6. liability limitation and consequential damages,
7. Indemnity,
8. Taxes,
9. Patent indemnification,
10. Confidential information,
11. Termination provisions,
12. Changes and extras,
13. Assignments,
14. Delay,
15. Including force majeure,
16. Insurance requirement,
17. Arbitration,
18. Escalation (lump sum),
19. Time of completion
Ketentuan yang menimbulkan adanya alokasi biaya risiko pada
kontrak jasa pelaksanaan konstruksi adalah :
1. Variabel kerahasiaan informasi,
2. Asuransi,
3. Penyelesaian perselisihan,
4. Detail gambar rencana,
5. Sistematika gambar rencana,
Page 26 of 40
6. Rapat penjelasan pekerjaan,
7. Kunjungan lapangan,
8. Garansi,
9. Batasan tanggung jawab dan kerugian yang ditanggung oleh kontraktor,
10. Ketentuan pelaksanaan pekerjaan,
11. Kemudahan memahami maksud dari gambar rencana,
12. Urutan kekuatan hukum dokumen lelang, dan
13. Keakuratan kuantitas pekerjaan.
Menurut Yasin, tidak jarang pelbagai kontrak konstruksi
mengandung hal-hal rancu, salah pengertian, benturan pengertian, dan
sebagainya. Seringkali pengertian yang dipakai dalam suatu kontrak
konstruksi tidak jelas atau tidak diberi definisi. Banyak terjadi
kesalahpahaman yang sudah terlanjur dipakai (salah kaprah). Contohnya
adalah pengertian “fixed lump sum price”. “turn key”, serta kerancuan yang
terdapat dalam kontrak mengenai pilihan penyelesaian sengketa konstruksi
yang tidak jelas sehingga hal ini justru menimbulkan sengketa. Kepedulian
baik penyedia jasa maupun pengguna jasa terhadap kontrak konstruksi sangat
rendah dan pengelolaan administrasi kontrak tidak berjalan dengan baik.
Ketidakjelasan pasal dalam kontrak konstruksi dapat menyebabkan
perbedaan pemahaman, perselisihan pendapat, maupun pertentangan
antaraberbagai pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
Perselisihan akan berakibat pada penurunan kinerja secara keseluruhan pada
pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Menurut Yasin, kesalahan/kelalaian
administrasi kontrak mengakibatkan hak-hak Penyedia Jasa dalam hal
pembayaran tidak terpenuhi. Selain itu, pentingnya administrasi kontrak yang
baik agar penanganan komersial dari suatu kontrak berjalan dengan baik
sehingga dapat mengurangi pengeluaran yang tidak perlu seperti pembayaran
terlalu dini, kelebihan membayar, munculnya klaimklaim yang sesungguhnya
dapat dihindari. Lebih jauh disebutkan bahwa Pengguna Jasa hampir tidak
pernah secara resmi mengumumkan dana yang dimilikinya serta
membuktikannya. Sebaliknya, Penyedia Jasa hampir tak pernah menanyakan
hal ini karena takut dimasukkan ke dalam “daftar hitam”.
Page 27 of 40
3.1.2 Evaluasi Risiko
Menurut Clifford dan Gray, langkah pertama menghasilkan daftar
risiko potensial. Tidak semua risiko tersebut layak mendapat perhatian.
Beberapa risiko sepele dan dapat diabaikan. Evaluasi risiko terdiri dari
pengukuran dan pemetaan risiko. Pada dasarnya pengukuran risiko mengacu
pada 2 (dua) faktor yaitu kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko
terkait dengan berapa banyak nilai atau eksposur yang rentan terhadap risiko
dan mencoba menemukan nilai-nilai realistik terhadap konsekuensi dan
kecenderungan serta menganalisa secara terperinci pengaruh relatif berbagai
faktor yang mengarah kepada risiko. Kualitas risiko terkait dengan tingkat
risiko yang menghasilkan gambaran verbal tentang besarnya risiko serta
menghasilkan suatu level risiko yang dibandingkan denga kriteria awal, untuk
mengetahui indikasi dari tingkatan risiko melalui kuisioner, wawancara, dan
studi laporan (PMBOK).
Tujuan pemetaan ini adalah untuk menetapkan prioritas risiko
berdasarkan kepentingannya bagi perusahaan. Hasil dari proses ini berupa
suatu tingkatan pada faktor-faktor risiko yang ada. Dari tingkatan ini
dikembangkan suatu pilihan penanganan risiko. Alat yang digunakan untuk
menentukan tingkat dari faktorfaktor risiko adalah analisa keputusan.
3.1.3 Tindakan Risiko
Tindakan koreksi merupakan tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki penyimpangan yang terjadi pada proses pengendalian biaya
dengan tujuan agar kinerja biaya meningkat pada variabel yang dikendalikan.
Terdapat empat kategori tindakan koreksi berdasarkan data tingkat
perbedaan:
1. Tidak perlu tindakan koreksi (Ignoring it)
Dilakukan apabila tingkat perbedaan masih dalam batas yang dapat
diterima
Page 28 of 40
2. Modifikasi fungsional/pengembangan alternatif (functional Modification)
Dilakukan apabila tingkat perbedaan telah terjadi dalam ambang batas
tertentu, tindakan yang tepat dilakukan misalnya mengembangkan
alternatif, tanpa mengubah rencana awal (program plan)
3. Perencanaan ulang (replanning)
Dilakukan apabila tingkat perbedaan yang terjadi cukup besar, tindakan
yang dapat dilakukan misalnya perhitungan kembali anggaran biaya (cost
budget), penambahan material, penambahan alat, penambahan tenaga kerja
(apabila sumber daya tersedia).
4. Perubahan sistem (System Redesign)
Dilakukan apabila perencanaan ulang tidak memadai, yakni dengan
mengurangi kinerja (performance) karena aspek waktu dan biaya yang ada
tidak memungkinkan lagi untuk memenuhi kinerja tersebut.
Hampir setiap perusahaan yang bergerak dalam industri konstruksi
memiliki cara dalam menangani risiko. Cara penanganan terhadap risiko ini
tergantung dari pengalaman dan keputusan yang diambil oleh perusahaan
tersebut. Menurut Yasin, Kontrak konstruksi di masa mendatang harus benar-
benar berpegang pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, antara
lain UU No.18/1999, Peraturan Pemerintah No. 28, 29, 30 tahun 2000 dan
UU No.30/2000 termasuk peraturan-peraturan lain yang masih berlaku dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang sekarang
berlaku. Selain itu, ketentua-ketentuan yang terdapat dalam standar/sistem
kontrak konstruksi internasional, misalnya FIDIC/JCT yang baik serta tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
seharusnya dipakai untuk kontrak konstruksi mendatang. Lebih jauh, Yasin
mengusulkan penyempurnaan/pengubahan/penambahan dalam peraturan
perundang-undangan yang baru.
Salah satu cara untuk menangani risiko adalah dengan
mengalokasikan risiko-risiko tersebut ke dalam klausul-klausul kontrak. Hal
ini disebabkan karena kontrak merupakan alat manajemen risiko yang
menjelaskan mengenai aturan yang harus dipatuhi dalam suatu proyek
konstruksi. Oleh sebab itu pantaslah kiranya kita menaruh perhatian bahwa
Page 29 of 40
kita akan mengurangi atau mengalokasikan risiko melalui klausul-klausul
yang ada dalam kontrak konstruksi. Cara untuk menangani risiko adalah
dengan melakukan analisis risiko untuk mendapatkan kontrak yang
berkualitas baik ditandai dengan tidak adanya perselisihan antara pihak-pihak
yang terlibat dalam kontrak .
Tipe kontrak yang dapat diterima bagi pengguna jasa maupun
penyedia jasa ditentukan dari keadaan masing-masing proyek dan kelaziman
dari peninjauan secara ekonomi serta kondisi yang kompetitif. Karena adanya
faktor risiko pada pemilihan tipe kontrak, Kerzner menyarankan penyedia
jasa harus melakukan negosiasi tidak hanya besarnya biaya penawaran tetapi
juga menegosiasikan tipe kontrak yang akan diterapkan. Hal ini disebabkan
karena perlindungan terhadap risiko yang akan terjadi merupakan faktor
utama yang sangat berpengaruh pada berapa besar biaya penawaran pekerjaan
konstruksi yang diberikan oleh penyedia jasa.
Format standar yang digunakan dalam dokumen kontrak memiliki
keuntungan, karena penggunaannya telah terbukti di lapangan dalam sisi
kepatutan dan daya kerja, di samping dapat digunakan untuk meminimalisir
terjadinya selisih paham terhadap klausul kontrak antara beberapa pihak .
Standarisasi format kontrak dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya perselisihan di antara pengguna jasa, penyedia jasa dan konsultan.
Menurut Yasin, isi kontak sangat tergantung pada keberhasilan cara-cara
melakukan negosiasi. Agar kesetaraan kedudukan antara penyedia jasa
dengan pengguna jasa dapat terwujud, maka dapat dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Kontrak beserta peraturan dan perundangan terkait dapat dijadikan alat
pengendali bagi kedua pihak
2. Penyedia jasa dan pengguna jasa harus memahami aturan2 dan
perundangan yang ada
3. Perlu adanya gerakan moral di kalangan penyedia jasa untuk meningkatkan
bargaining powernya
4. Adanya peran aktif organisasi asosiasi terkait dalam memperjuangkan
kesetaraan
Page 30 of 40
5. Peran aktif kalangan akademisi sebagai pihak yang dapat dianggap sebagai
penengah / netral
Ketidakjelasan pasal dalam kontrak konstruksi dapat menimbulkan
perselisihan, yang dibedakan sebagai berikut :
1. Perbedaan pendapat, umumnya masih dapat ditangani dengan dialog
dengan pihak – pihak yang berselisih.
2. Persengketaan, merupakan perselisihan yang bersifat terbatas dan mas
dapat diselesaikan melalui bantuan pihak ketiga.
3. Pertentangan, tuntutan dimana masing-masing mengusahakan
kemenangan, usaha pembenaran atas argumentasinya, dan usaha
penolakan atas argumentasinya, dan usaha penolakan atas argumen
lawannya
Untuk biaya kontigensi yang diakibatkan oleh adanya
ketidakpastian, lebih lanjut dijelaskan oleh Kerzner terdiri dari dua
komponen, yaitu: Normal contingencies, dan Risk contingencies. Normal
contingencies adalah perkiraan biaya yang diakibatkan oleh ketidakakuratan
pada desain dan metode perkiraan biaya, yang umumnya besarannya
merupakan berdasarkan data proyek-proyek terdahulu. Sedangkan risk
contingencies adalah merupakan perkiraan biaya akibat dari kemungkinan
kejadian satu aktifitas akibat ketidakpastian dari aktifitas tersebut.
3.2 Pembahasan Hasil Identifikasi dan Analisis Deskriptif Risiko Kontrak
Hasil identifikasi risiko kontrak, terdapat 68 risiko kontrak yang
teridentifikasi dalam klausa kontrak dengan benchmark klausa kontrak FIDIC
MDB Harmonised Bank 2006. Risiko tersebut terdapat dalam 15 kelompok
klausa kontrak yang kemudian digabungkan menjadi 12 kelompok besar
klausa kontrak. Hasil analisa deskriptif berdasarkan kelompok risiko
menunjukkan karakter kelompok risiko pada unsur frekuensi dan dampak
risiko.
Hasil analisis tersebut memberi informasi mengenai langkah dalam
mengambil tindakan risiko. Pada risiko kontrak tersebut, berdasarkan hasil
analisis deskriptif dari aspek subkriteria frekuensi terjadinya risiko
Page 31 of 40
menunjukkan bahwa umumnya frekuensi berada pada nilai skala 2 hingga 4
yang berarti berada pada tingkat frekuensi jarang hingga sering terjadi pada
proyek yang dikerjakan oleh PT. PP (Persero) sebagian besar risiko kontrak
tersebut dinilai kadang-kadang terjadi dengan persentase 57.4%. Pada aspek
dampak risiko kontrak, terjadinya risiko menunjukkan bahwa umumnya
dampak yang terjadi atas risiko kontrak berada pada nilai skala 2 hingga 5.
Hal ini berarti berada pada tingkat dampak yang cukup mempengaruhi hingga
sangat mempengaruhi pada proyek yang dikerjakan oleh PT. PP (Persero).
Sebagian besar risiko kontrak tersebut memberikan dampak yang
mempengaruhi kinerja biaya proyek dengan persentase sebesar 60.3%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian risiko kontrak pada PT. PP
(Persero) terjadi dengan tingkat kadang-kadang namun memberikan dampak
dengan tingkat mempengaruhi.
3.2.1 Pembahasan Hasil Penilaian Risiko Kontrak
Penilaian masing-masing variabel risiko kontrak berdasarkan
metode AHP (Analytical Hyrarchy Process) dengan menggunakan
software Expert Choise berdasarkan kategori Pengguna Jasa memberikan
informasi mengenai ciri risiko kontrak. Sedangkan hasil analisis level
risiko memberikan informasi mengenai tingkat risiko kontrak pada
masing-masing Pengguna Jasa yang ditandainya dengan banyaknya
jumlah risiko kontrak dengan level High dan Significant.
a. Rangking Faktor Risiko Secara Umum
Hasil analisis menunjukkan terdapat 16 risiko kontrak yang
menjadi rangking risiko 10 besar pada kategori Pengguna Jasa Pemerintah,
Swasta Non- Developer, dan Swasta Developer. Risiko kontrak tersebut
terjadi pada 7 kelompok klausa kontrak yaitu Ketentuan umum, Pengguna
Jasa, Mulai Pekerjaan dan Keterlambatan, Serah Terima, Pengukuran dan
Variasi, Harga Kontrak dan Pembayaran serta Pemutusan.
Terdapat empat risiko kontrak yang selalu terjadi dan menjadi
penekanan pada semua kategori Pengguna Jasa, yaitu masalah waktu
Page 32 of 40
pelaksanaan, denda tidak terbatas, kenaikan harga BBM, kegagalan bayar
Pengguna Jasa, dan Pemutusan karena Pengguna Jasa melaksanakan
sendiri pekerjaan. Hampir semua proyek dilaksanakan dengan skedul
pelaksanaan yang ketat. Pada proyek pemerintah hal ini disebabkan karena
proyek biasanya harus selesai sebelum akhir tahun sedangkan anggaran
proyek baru dicairkan lewat tengah tahun. Pada proyek swasta, skedul
pelaksanaan umumnya diperketat untuk memperkecil biaya tak langsung
pekerjaan proyek. Pada proyek swasta, sering dimunculkan klausa denda
tak terbatas untuk menekan Penyedia Jasa dalam melaksanakan proyek
agar tepat waktu. Hal ini dinilai agak berlebihan. Namun,menjadi hal yang
tidak umum terjadi jika risiko ini terjadi pada proyek Pemerintah dimana
umumnya denda keterlambatan adalah 0.1% perhari dan maksimal 5%.
Kenaikan harga BBM yang tidak dapat diklaim umumnya terjadi
pada proyek swasta. Namun, adanya kenaikan BBM pada saat survei, tidak
diikuti oleh kebijakan pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga
kontrak pada proyek pemerintah. Sehingga proyek pemerintah ikut terjadi
risiko ini. Masalah kegagalan bayar biasanya terjadi pada proyek swasta
dimana hal ini disebabkan pihak swasta mengandalkan pemasaran
penjualan sebagai sumber pendanaan utama. Kegagalan bayar menjadi hal
yang mulai terjadi pada proyek Pemerintah karena Pemerintah mulai
kesulitan membiayai proyek. Masalah ini juga diiringi dengan masalah
keengganan Pengguna Jasa untuk membayar denda bunga bank atas
kegagalan atau keterlambatan pembayaran.
Risiko Pemutusan merupakan risiko yang sering terjadi pada
proyek swasta. Pada proyek Pemerintah, hal ini mungkin terjadi karena
kegagalan kontraktor dalam memenuhi kewajibannya terutama dalam hal
skedul pelaksanaan.
b. Rangking Faktor Risiko Proyek Pemerintah
Pada proyek Pemerintah, disamping risiko kontrak yang telah
dibahas di atas, penekanan terjadi pada aspek tidak dapat dilakukan klaim,
dan keterlambatan pembayaran tidak dapat dikenakan bunga. Masalah
Page 33 of 40
klaim pada proyek pemerintah, umumnya tidak dapat dilakukan klaim. Hal
ini dikarenakan prosedur yang rumit dalam pelaksanaannya. Sehingga
menjadi masalah apabila terjadi variasi pekerjaan dan pengenaan denda
bunga atas keterlambatan dan kegagalan pembayaran kepada Penyedia
Jasa. atas keterlambatan dan kegagalan pembayaran kepada Penyedia Jasa.
c. Rangking Faktor Risiko Proyek Swasta Non-Developer
Pada proyek Swasta Non-Developer, di samping risiko kontrak
yang telah dijelaskan di atas, penekanan terjadi pada aspek administrasi
kontrak yang lemah, pembuktian dana, dan serah terima pekerjaan.
Masalah lemahnya administrasi kontrak dapat disebabkan karena
Pengguna Jasa belum menyadari pentingnya aspek administrasi kontrak
yang baik dalam penyelenggaraan proyeknya. Risiko atas tidak
dibuktikannya dana proyek, mungkin terjadi sebagai akibat dari minimnya
pengetahuan atas administrasi kontrak. Masalah lain yang juga mungkin
disebabkan oleh lemahnya administrasi kontrak adalah masalah kesulitan
serah terima pekerjaan.
d. Rangking Faktor Risko Proyek Swasta Developer
Penekanan risiko kontrak pada proyek Swasta Developer di
samping yang telah dijelaskan sebelumnya adalah pada aspek ketentuan
umum dan penyesuaian harga.
Pada proyek ini, risiko kontrak dengan penekanan tinggi lebih
banyak terjadi pada hal-hal yang bersifat krusial yaitu pada ketentuan
umum berupa penghapusan hak klaim, tidak adanya standart kontrak yang
merugikan Penyedia Jasa dan Perbedaan dokumen ditentukan atas harga
tertinggi. Hal ini disebabkan karena Pengguna Jasa sangat menguasai
kontrak sehingga lebih banyak mengubah isi kontrak pada umumnya demi
kepentingan sendiri dan sangat merugikan.
Pengubahan isi kontrak pada bagian ketentuan umum akan banyak
membatalkan hak Penyedia Jasa pada bagian kontrak yang lain. Sehingga
Page 34 of 40
pada kontrak dengan Proyek Swasta Developer memiliki tingkat risiko
High yang sangat tinggi.
e. Level Risiko
Hasil analisis Risk Level pada masing-masing kategori proyek,
diperoleh jumlah variabel dengan tingkat risiko High, Significant,
Moderate dan Low.
Berdasarkan grafik yang menggambarkan hubungan antara
Pengguna Jasa dan Risk Level, jumlah risiko kontrak dengan kategori
High pada proyek Swasta Developer merupakan yang terbanyak.
Sedangkan pada proyek Swasta Non Developer dan pemerintah cenderung
sama di bawah proyek Swasta Developer. Hal ini berarti proyek Swasta
Developer memiliki risiko kontrak yang paling tinggi dibandingkan
dengan Swasta Non Developer dan Pemerintah. Tingginya risiko pada
proyek swasta dapat disebabkan karena umumnya kontrak pada proyek
swasta tidak memiliki standart atau acuan yang baku dan diubahnya isi
kontrak yang krusial mempengaruhi seluruh isi kontrak yang lain. Kontrak
versi swasta nasional beraneka ragam sesuai selera Pengguna Jasa.
Kadang-kadang mengutip standart Departemen atau yang sudah lebih
maju mengutip (sebagian) sistem Kontrak Luar Negeri seperti FIDIC,
namun karena diambil setengah-setengah, maka kontrak versi ini menjadi
tidak karuan dan sangat rawan sengketa (Yasin, 2006). Di samping itu,
tidak setaranya posisi antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa
menyebabkan pihak Pengguna Jasa lebih leluasa menentukan isi kontrak
yang merugikan Penyedia Jasa.
Berdasarkan kesimpulan hasil penilaian risiko, dapat disimpulkan
bahwa dari 10 rangking tertinggi risiko kontrak secara keseluruhan hasil
perhitungan dengan metode AHP, enam diantaranya merupakan high risk
dan empat adalah significant risk. Dimana pada masing-masing variabel
risiko kontrak tersebut, frekuensi terjadinya risiko kontrak adalah sering
dan selalu sedangkan dampak atas terjadinya risiko kontrak tersebut
berada pada tingkat mempengaruhi hingga mempengaruhi serius.
Page 35 of 40
3.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Hubungan Antara Risiko Kontrak dengan
Kenaikan Kinerja Biaya
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara risiko kontrak dengan
kenaikan kinerja biaya dengan menggunakan analisa korelasi dan regresi
dengan variabel X dan Y. Variabel X adalah risiko kontrak dimana
Penyedia Jasa tidak dapat melakukan klaim karena hak klaim seluruh pasal
dihapus dengan adanya penambahan interpretasi baru dalam kontrak.
Risiko kontrak ini secara otomatis akan menghilangkan segala bentuk
klaim yang merupakan hak Penyedia Jasa. Hal ini tentu akan berakibat
atau berdampak sangat kuat kenaikan biaya karena hak Penyedia Jasa
untuk mendapatkan penggantian biaya atas peristiwa yang berdampak
pada kenaikan biaya dihapus.
Variabel Y adalah risiko kontrak dimana terjadi kesalahan cara
pelaksanaan proyek yang disebabkan kesalahan perencanaan metode
pelaksanaan yang sebagian besar berasal dari Pengguna Jasa. Pada
dasarnya risiko ini dapat diatasi apabila dilakukan pembahasan bersama
mengenai perencanaan metode pelaksanaan proyek. Namun, seringkali
kesalahan cara pelaksanaan terlambat disadari sedemikian sudah tidak
dapat dilakukan langkah-langkah yang dapat mengatasi kenaikan biaya.
Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa model yang terbentuk
merupakan model linear dengan koefisien variabel adalah positif dan nilai
tingkat korelasi yang kuat antara variabel X dan Y dengan Kenaikan biaya.
Hal ini berarti kenaikan frekuensi atas variabel risiko kontrak X dan Y
akan menambah kerugian proyek / Cost Overrun secara proporsional.
Berdasarkan model yang telah didapatkan, didapat bahwa variabel
independen X berkorelasi positif terhadap variabel terikat Y1 (kenaikan
biaya) dengan koefisien sebesar 0,341 dan variabel independen Y
berkorelasi positif terhadap variabel terikat Y (kenaikan biaya) dengan
koefisien sebesar 0.763. Hal ini berarti kenaikan tertentu terhadap
Page 36 of 40
frekuensi X, akan menyebabkan kenaikan biaya sebesar kenaikan
frekuensi X dikali dengan nilai koefisiennya yang menjadi gradien atas
persamaan linear model. Hal ini berlaku pula dengan variabel independen
Y.
Hasil analisa korelasi dan regresi di atas dibandingkan dengan hasil
analisis risiko kontrak berdasarkan cara AHP dan Risk Level. Tabel berikut
menjelaskan hubungan antara variabel X dan XY dengan hasil analisis
deskriptif, risk rank, dan risk level.
Berdasarkan analisis tersebut, variabel X dan Y memiliki frekuensi
yang sering terjadi dan memiliki dampak mempengaruhi dan cukup
mempengaruhi kinerja biaya proyek. Pada X, dengan frekuensi yang
sering dan dampak yang mempengaruhi, akan sangat mempengaruhi
kenaikan biaya. Sedangkan pada Y, walaupun memiliki tingkat dampak
cukup mempengaruhi, namun seringkali terlambat untuk diatasi sehingga
menyebabkan kenaikan biaya yang signifikan.
Page 37 of 40
BAB IV
KESIMPULAN
1. Risiko kontrak dengan peringkat tertinggi pada kelompok Pengguna Jasa
terdapat 11 risiko kontrak utama, yaitu:
a. Pengguna tidak dapat melakukan klaim karena hak klaim seluruh pasal
dihapus
b. Kontrak yang tidak seimbang / unbalaced contract karena tidak
digunakannya standar kontrak yang telah dikenal memiliki fairness yang
tinggi.
c. Perbedaan dokumen ditentukan atas harga tertinggi karena terdapat
ketentuan perbedaan ditentukan MK berdasarkan harga tertinggi
d. Kesulitan melakukan klaim karena kompetensi bidang administrasi kontrak
yang lemah pada Pengguna Jasa / Enjinir
e. Pengguna Jasa gagal membayar karena keterbatasan dana yang terindikasi
pada tidak dibuktikannya dana oleh Pengguna Jasa
f. Target skedul tidak terpenuhi karena ketatnya skedul pelaksanaan yang
sering dipaksanakan oleh Pengguna Jasa
g. Terjadinya denda keterlambatan unlimited karena terdapat klausa denda
keterlambatan yang unlimited
h. Keterlambatan serah terima karena Pengguna Jasa melibatkan pihak lain
dalam menyetujui perbaikan defect.
i. Klaim Penyedia Jasa atas perubahan peraturan pemerintah termasuk kenaikan
BBM ditolak karena terdapat klausa bahwa hal tersebut menjadi tanggung
jawab Penyedia Jasa
Page 38 of 40
j. Pengguna Jasa tidak bersedia membayar denda / bunga atas keterlambatan
pembayaran karena tidak ada ketentuan mengenai masalah ini dalam
kontrak
k. Terjadinya pemutusan karena hal-hal yang dianggap berlebihan.
l. Cara pelaksanaan pekerjaan yang keliru karena proses perencanaan yang
kurang baik
2. Terdapat enam kelompok risiko kontrak yang menjadi kelompok risiko kontrak
utama yaitu Ketentuan Umum, Mulai pekerjaan dan Keterlambatan, Serah
terima pekerjaan, Pengukuran, Evaluasi, Variasi dan klaim, Harga kontrak dan
pembayaran, serta Pemutusan.
3. Pada proyek Pemerintah, penekanan khusus terjadi pada aspek tidak dapat
dilakukan klaim, dan keterlambatan pembayaran tidak dapat dikenakan bunga.
Pada proyek Swasta Non-Developer, penekanan khusus terjadi pada aspek
administrasi kontrak yang lemah, pembuktian dana, dan serah terima
pekerjaan. Pada proyek Swasta Developer , penekanan khusus adalah pada
aspek ketentuan umum dan penyesuaian harga.
4. Kontrak pekerjaan dengan Pengguna Jasa Swasta Developer memiliki risiko
kontrak yang paling tinggi dibanding dengan Pengguna Jasa yang lain.
5. Variabel risiko kontrak yang berkorelasi dengan kenaikan biaya adalah variabel
hak klaim Penyedia Jasa kepada Pengguna Jasa seluruh pasal dihapus dan
Kesalahan metode pelaksanaan pada saat tender yang menjadi lampiran
dokumen kontrak.
6. Teridentifikasi empat risk response yang hampir selalu dilakukan dalam
mengatasi risiko kontrak, yaitu:
a. Identifikasi, dan analisa risiko kontrak yang dibahas dalam Brainstorming
Tender
b. Membuat risk contigency / risk allowance
c. Membuat kondisi kontrak / kondisi penawaran dalam dokumen tender untuk
dinegosiasikan
d. Melakukan negosiasi kontrak ulang dan addendum kontrak
Page 39 of 40
DAFTAR PUSTAKA
Imam Soeharto., Manajemen Proyek, Dari Konseptual Sampai Operasional, Jilid
2, Edisi Kedua (Jakarta : Erlangga, 2001) hal. 368
Nazarkhan Yasin, Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, (Jakarta :
Gramedia, 2006), hal.7
Hamid S., Aspek Hukum Dalam Sengketa Bidang Konstruksi, (Jakarta :
Djambatan, 1996)
Page 40 of 40