Makalah Ok

49
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) (Smeltzer, 2000 : 2210). Cedera Kepala merupakan suatu masalah neurologi yang sering terjadi dan merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, baik di Negara maju ataupun di Negara berkembang. Perkembangan teknologi dan meningkatnya mobilitas manusia yang semakin padat dan semakin sibuk mempunyai dampak negatif yaitu meningkatnya frekuensi kecelakaan lalu lintas, sehingga salah satunya dapat mnyebabkan Cedera Kepala (Wahjoepramono, 2005:1). Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tehunnya diperkirakan mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10 % meninggal sebelum tiba di rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit 80 % dikelompokkan sebagai cedera kepala ringan (CKR), 10 % termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10 % sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi pada kelompok usia prodiktif antara 1

description

n

Transcript of Makalah Ok

Page 1: Makalah Ok

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cedera kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau

pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan

peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK) (Smeltzer, 2000 : 2210). Cedera Kepala

merupakan suatu masalah neurologi yang sering terjadi dan merupakan penyebab

kematian nomor satu di dunia, baik di Negara maju ataupun di Negara

berkembang. Perkembangan teknologi dan meningkatnya mobilitas manusia yang

semakin padat dan semakin sibuk mempunyai dampak negatif yaitu

meningkatnya frekuensi kecelakaan lalu lintas, sehingga salah satunya dapat

mnyebabkan Cedera Kepala (Wahjoepramono, 2005:1).

Di Amerika Serikat, kejadian cedera kepala setiap tehunnya diperkirakan

mencapai 500.000 kasus. Dari jumlah tersebut, 10 % meninggal sebelum tiba di

rumah sakit. Yang sampai di rumah sakit 80 % dikelompokkan sebagai cedera

kepala ringan (CKR), 10 % termasuk cedera kepala sedang (CKS), dan 10 %

sisanya adalah cedera kepala berat (CKB). Insiden cedera kepala terutama terjadi

pada kelompok usia prodiktif antara 15-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas

merupakan penyebab 48 %-53 % dari insiden cedera kepala, 20 %-28 % lainnya

karena jatuh dan 3 %-5 % lainnya tindak kekerasan, kegiatan olahraga dan

rekreasi (http://yayanakhyar.wordpress.com, diperoleh tanggal 29 Juni 2009).

Untuk data di Indonesia epidemiologi belum ada, tetapi data dari salah

satu dari rumah sakit di Jakarta tapatnya di RS Cipto Mangunkusumo untuk

penderita rawat inap terdapat 60 %-70 % dengan CKR, 15 %-20 % CKS, dan

sekitar 10 % dengan CKB. Angka kematian tertinggi sekitar 35 %-50 % akibat

CKB, 5 %-10 % CKS, sedangkan untuk CKR tidak ada yang meninggal

(http://yayanakhyar.wordpress.com, diperoleh tanggal 9 November 2015).

1

Page 2: Makalah Ok

Fakta insiden di atas membuktikan bahwa Cedera Kepala ini perlu

mendapatkan perhatian lebih dan harus segera ditangani, karena apabila tidak

mendapatkan penanganan yang cepat, maka akan berdampak pada sistem tubuh

lainnya yaitu sistem kardiovaskuler, pernapasan, perkemihan, pencernaan dan

muskuloskeletal, bahkan tidak jarang akan berujung pada kematian.

Menyikapi issue di atas, keterlibatan tim kesehatanlah yang dianggap

mampu memberikan solusi. Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang

memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien dan

anggota keluarga sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam

pemberian asuhan keperawatan terhadap klien seperti memenuhi kebutuhan dasar,

meningkatkan kesehatan fisik, melakukan pedekatan spiritual, psikologis dan

mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan tujuan untuk meningkatkan

pengetahuan penderita dan keluarga terhadap penatalaksanaan Cedera Kepala.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini, adalah untuk :

1. Meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan pada klien dengan

Cedera Kepala

2. Memberi gambaran dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan secara teoritis

pada klien dengan Cedera Kepala.

C. Ruang Lingkup Penulisan

Karena keterbatasan dari penulis dan luasnya permasalahan kesehatan

khususnya pada sistem persarafan.

D. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari tiga BAB yang disusun dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

2

Page 3: Makalah Ok

BAB I : Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulis dan

Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teoritis yang terdiri dari Konsep Dasar yang mencakup

Anatomi Fisiologi Kepala, Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan,

Konsep Dasar Cedera

BAB III : Asuhan Keperawatan teoritis

BAB IV : Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

3

Page 4: Makalah Ok

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Anatomi dan Fisiologi Persarafan

1. Anatomi Kepala

a. Kulit Kepala

Menurut Dr. Iskandar (2004) jaringan lunak kepala terdiri dari 5 lapisan :

1) Skin (kulit), sifatnya tebal dan mengandung rambut serta kelenjar

keringat (sebasea).

2) Connective tissue (jaringan subkutis), merupakan jaringan ikat lemak

yang memiliki banyak pembuluh darah dan saraf.

3) Jaringan ikat yang kuat dan merupakan Apeneurosis Galea, berupa

fascia. yang melekat pada tiga otot, yaitu muskulus frontalis,

occipitaslis dan temporalis.

4) Jaringan ikat jarang (loose alveolar tissue), menyerupai spons karena

berisi banyak ruang potensial yang dapat mengembang karena

menyerap cairan yang terbentuk akibat cedera atau infeksi.

5) Peritonium, merupakan periosteum yang melapisi tulang tengkorak,

melekat erat terutama pada sutura.

Berdasarkan lokasinya, pada kulit kepala terdapat pembuluh darah arteri

yaitu :

1) Anterior : Arteri supraorbita cabang arteri optalmika dan arteri

supratroklearis cabang terminal arteri optalmika.

2) Posterior : Arteri oksipitalis cabang arteri kanalis eksterna.

3) Lateral : Arteri temporalis superfisialis, salah satu cabang terminal

arteri kanalis eksterna dan arteri artikularis posterior

cabang karotis eksterna.

b. Cranium/Tengkorak

Cranium meliputi otak dan meningen, bagian proksimal saraf-saraf

otak dan pembuluh darah pada kerangka wajah terdapat kedua orbita

4

Page 5: Makalah Ok

(lekuk mata) dan rongga hidung dan juga maxilla (rahang atas) dan

mandibula (rahang bawah). Tengkorak berfungsi sebagai pelindung otak

dari indra khusus yaitu penglihatan dan pendengaran, tempat melekatnya

otot-otot di kepala dan sebagai tempat bantalan gigi.

2. Anatomi Persarafan

1. Sistem Saraf Pusat

Otak dan medulla spinalis dilapisi oleh selaput (meningen), selaput

pembungkus otak ini terbagi lagi menjadi 3 lapisan diantaranya yaitu :

a) Durameter (lapisan luar)

Merupakan jaringan ikat yang terdiri dari dua lapisan, bagian luar

(dura endosfeal) dan bagian dalam (dura mengel).

b) Arachnoid (lapisan tengah)

Merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan

piameter, membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan

otak.

c) Piameter (lapisan dalam)

Merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan

otak dan merupakan lapisan vaskuler.

Gambar 2.2. Selaput Pembungkus Otak (Meningen)

(Sumber. Function Human Anatomy)

5

Page 6: Makalah Ok

2. Otak

Otak terbagi menjadi beberapa bagian di antaranya :

a) Cerebrum (otak besar)

Cerebrum (otak besar) merupakan bagian yang terluas dan terbesar

dari otak. Cerebrum berfungsi mengatur kegiatan sensorik dan

motorik, mengatur proses penalaran, memori dan intelegensi.

Cerebrum atau otak besar terdiri dari 4 lobus, yaitu :

(1) Lobus frontalis

Lobus ini berfungsi sebagai aktivitas motorik, fungsi

intelektual, emosi dan fungsi fisik.

(2) Lobus temporal

Berfungsi sebagai input perasa, pendengaran, pengecap,

penciuman dan proses memori.

(3) Lobus parietal

Berfungsi sebagai proses input sensori, sensasi posisi, sensasi

raba, tekan dan perubahan suhu ringan.

(4) Lobus oksipital

Lobus oksipital adalah pusat asosiasi visual utama, lobus ini

menerima informasi yang berasal dari retina mata.

b) Cerebellum (otak kecil)

Cerebellum besarnya kira-kira seperempat dari cerebrum (± 150

gr). Fungsi cerebellum adalah mengkoordinasikan gerakan-

gerakan otot sehingga gerakan terlaksana sempurna dan

mengendalikan keseimbangan.

c) Batang Otak

Fungsi utama dari batang otak adalah memastikan fungsi dasar

penting kehidupan seperti detak jantung, tekanan darah dan

6

Page 7: Makalah Ok

pernapasan. Batang otak juga memainkan peran dalam gairah dan

kesadaran. Setiap informasi yang masuk atau meninggalkan otak

harus melewati struktur ini.

Batang otak terdiri dari :

(1) Pons varoli sebagai penghubung mesensefalon dengan pons

varoli dengan cerebellum. Fungsi Pons lainnya dari batang

otak adalah untuk membantu menentukan tingkat tidur atau

kesadaran seseorang. Bagian dari struktur melekat pada otak

kecil, yang terlibat dalam mengendalikan gerakan dan postur.

Kerusakan pada pons sering mengakibatkan kurangnya

koordinasi dan kesulitan memproses data indrawi yang baru.

(2) Medulla Oblongata

Medulla oblongata merupakan organ yang menghantarkan

impuls dari medulla spinalis dan otak. Ia memelihara semua

fungsi tubuh yang vital, termasuk pernapasan, pencernaan, dan

tekanan darah dan memicu beberapa refleks yang berbeda,

termasuk yang menyebabkan muntah, batuk dan bersin.

Medula oblongata juga bertindak sebagai pembawa pesan,

meneruskan pesan dari otak ke sumsum tulang belakang.

(3) Mesensefalon

Mesensefalon adalah bagian otak yang terletak antara pons

varoli dan hemisfer serebri. Otak tengah terletak di depan otak

kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat 

talamus dan kelenjar hipo sis yang mengatur kerja kelenjar-

kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan

lobus optikus yang mengatur re eks mata seperti penyempitan

pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.

(4) Diensefalon

7

Page 8: Makalah Ok

Diensefalon terletak di antara cerebelum dan mesensefalon.

Diensefalon terdiri dari thalamus, hipotalamus, subtalamus dan

epitalamus. Fungsi diensefalon adalah mengendalikan pola

makan, defekasi, menghubungkan komunikasi antar belahan

otak besar, mengatur waktu biologis, dan mengatur sekresi

hormon.

Gambar 2.2. Gambar Otak

(Sumber. Function Human Anatomy)

Diantara lapisan (meningen) satu dengan yang lainnya terdapat ruang

meningeal yaitu :

a) Ruang epidural yang merupakan ruang antara tengkorak dan

lapisan luar durameter, isinya adalah pembuluh darah dan jaringan

lemak.

b) Ruang subdural yaitu ruang antara lapisan dalam durameter

dengan membran arakhnoid, isinya adalah cairan serosa.

c) Ruang subarachnoid yaitu ruang antara arachnoid dengan

piameter, pada ruang ini terdapat cairan serebrospinal (CSF) yang

merupakan cairan jernih dengan konsistensi sama seperti darah.

Fungsi CSF adalah untuk melembabkan otak dan medulla spinalis,

melindungi dan melicinkan alat-alat dalam medulla spinalis dan

otak dari tekanan.

8

Page 9: Makalah Ok

Setelah mengetahui anatomi dari otak, berikut ini akan dijelaskan

secara rinci tentang fisiologi dari otak yang terdiri dari :

a) TIK (Tekanan Intra Kranial)

Rongga otak merupakan ruang tertutup yang terdiri atas darah dan

pembuluh darah, cairan serebrospinal dan jaringan otak. Volume

otak diperkirakan sekitar 2-10 %, cairan serebrospinal 9-11 % dan

jaringan otak sampai dengan 88 %. Tekanan intra kranial

normalnya 0-15 mmHg.

b) Metabolisme Otak

Untuk mempertahankan status normal, sel saraf memerlukan

energi yang tinggi, karena cadangan energi yang disediakan otak

sangat terbatas. Kebutuhan utama otak adalah oksigen dan

glukosa.

3. Medulla Spinalis

Merupakan perpanjangan medulla oblongata ke arah caudal di dalam

canalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I

memanjang sampai cornu vertebralis lumbalis I-II. Dalam medulla

spinalis keluar 31 pasang saraf, terdiri dari 8 pasang nervus spinalis

cervical, 12 pasang nervus spinalis thorakal , 5 pasang nervus spinalis

lumbalis, 5 pasang nervus spinalis sakralis dan 1 pasang nervus spinal

koksigis. Fungsi medulla spinalis adalah pusat gerakkan otot-otot

tubuh terbesar di kornu motorik dan kornu ventralis, mengurus

kegiatan refleks spinalis serta reflek lutut, menghantarkan rangsangan

koordinasi dari otot dan sendi ke cerebelum, sebagai penghubung

antara segmen medulla spinalis, mengadakan komunikasi antara otak

dan semua bagian tubuh.

4. Sistem Saraf Perifer

1) Saraf Kranial

9

Page 10: Makalah Ok

Saraf kranial terdiri dari 12 pasang yang mempunyai hubungan sentral

di otak. Ringkasan fungsi saraf kranial secara rinci dapat dilihat pada

tabel 2.1.

Tabel 2.1. Ringkasan Fungsi Saraf Kranial

No Saraf Kranial Komponen Komponen Fungsi

I

II

III

IV

V

VI

Olfaktorius

Optikus

Okulomotorius

Troklearis

Abdusens

Trigeminus

Sensorik

Sensorik

Motorik

Motorik

Motorik

Motorik

Sensorik

Penciuman

Penglihatan

Mengangkat kelopak mata

atas

Konstriksi pupil

Sebagian besar gerakan

ekstraokuler

Gerakan mata ke bawah dan

ke dalam.

Deviasi mata ke lateral.

Otot temporalis dan maseter

(menutup rahang dan

mengunyah) gerakan rahang

ke lateral

Kulit wajah; dua pertiga

depan kulit kepala; mukosa

mata; mukosa hidung dan

rongga mulut; lidah dan

gigi.

10

Page 11: Makalah Ok

VII

VIII

IX

X

Fasialis

Cabang

vestibularis

vestibulokoklearis

Cabang koklearis

Glassofaringeus

Vagus

Motorik

Sensorik

Sensorik

Sensorik

Motorik

Sensorik

Motorik

sensorik

Refleks kornea atau refleks

mengedip.

Saraf kranial V, respons

motorik melalui saraf

cranial VII.

Otot-otot ekspresi wajah

termasuk otot dahi,

sekeliling mata serta mulut.

Lakrimasi dan salivasi

Pengecapan dua pertiga depan

lidah (rasa manis, asam, dan

asin).

Keseimbangan

Pendengaran

Faring : menelan, refleks

muntah.

Parotis : saliva

Faring, lidah posterior,

termasuk rasa pahit

Faring : menelan, refleks

muntah, fonasi; visera

abdomen

Faring, laring : refleks

muntah; visera leher, toraks

dan abdomen.

11

Page 12: Makalah Ok

XI

XII

Assesorius

Hipoglosus

Motorik

Motorik

Otot sternokleidomastoideus

dan bagian atas dari otot

trapezius: pergerakan kepala

dan bahu.

Pergerakan lidah

5. Sistem saraf Otonom

1) Saraf Simpatis

Saraf ini terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan dengan

sum-sum tulang belakang melalui serabut-serabut saraf. Sistem saraf

simpatis terdiri dari pusat pengontrol pada korteks hipotalamus dan

medulla oblongata, sel-sel pada korpus lateralis, rantai serat ganglia

yang menjalar pada leher ke abdomen, terletak berlawanan dengan

korpus vertebralis, serat-serat yang menjalar dan rangka untuk

membentuk pleksus pada arteri dan organ lain yaitu ganglia servikalis,

lumbalis dan sakralis.

Fungsi serabut saraf simpatis adalah :

a) Mempersarafi otot jantung.

b) Mempersarafi pembuluh darah dan otot tidak sadar.

c) Mempersarafi semua alat dalam tubuh seperti lambung, pankreas

dan usus.

d) Serabut motorik pada otot-otot tidak sadar dalam kulit.

2) Saraf Parasimpatis

12

Page 13: Makalah Ok

Sistem saraf parasimpatis terdiri dari bagian cranial yang mempunyai

hubungan dengan korteks serebri dan hipotalamus, dan bagian sacral,

dimana saraf menjalar ke organ-organ pada pelvis.

B. Konsep Dasar Cedera Kepala

Untuk memperkaya pemahaman akan konsep Cedera Kepala, berikut ini aka

dibahas tentang pengertian, etiologi, tipe trauma, mekanisme, klasifikasi,

perdarahan intrakranial, patofisiologi, meifestasi klinis, pemeriksaan penunjang,

komplikasi, dan penatalaksanaan.

1. Pengertian

Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa

diikuti terputusnya kontinuitas otak (Muttaqin, 2008).

Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau

pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial (Smeltzer, 2000 : 2210).

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit

kepala, tulang tengkorak, atau otak yang terjadi akibat injury baik secara

langsung maupun tidak langsung pada kepala (Suriadi dan Rita juliani, 2001).

2. Etiologi

Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera Kepala adalah :

a. Kecelakaan lalu lintas.

b. Terjatuh

c. Pukulan atau trauma tumpul pada kepala.

d. Olah raga

e. Benturan langsung pada kepala.

f. Kecelakaan industri.

13

Page 14: Makalah Ok

3. Mekanisme Cedera Kepala

Menurut tarwoto (2007) mekanisme cedera memegang peranan yang sangat

sadar dalam berat ringannya dari trauma kepala. Mekanisme cedera kepala

dapat dibagi menjadi :

a. Cedera Percepatan (akselerasi) yaitu jika benda yang bergerak membentur

kepala yang diam, misalnya pada orang-orang diam kemudian terpukul

atau terlempar batu.

b. Cedera Perlambatan (Deselerasi) yaitu jika kepala bergerak membentur

benda yang diam, misalnya pada saat kepala terbentur.

c. Deformitas adalah perubahan atau kerusakan pada bagian tubuh yang

terjadi akibat trauma, misalnya ada fraktur kepala, kompresi, ketegangan

atau pemotongan pada jaringan otak.

4. Patifisiologi

Menurut Tarwoto, dkk (2007 : 127) adanya cedera kepala dapat

mengakibatkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada parenkim otak,

kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema, dan gangguan biokimia otak

seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.

Patofisiologi cedera kepala dapat digolongkan menjadi 2 proses yaitu

cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder. Cedera kepala primer

merupakan suatu proses biomekanik yang dapat terjadi secara langsung saat

kepala terbentur dan memberi dampak cedera jaringan otak. Pada cedera

kepala sekunder terjadi akibat cedera kepala primer, misalnya akibat

hipoksemia, iskemia dan perdarahan.

Perdarahan serebral menimbulkan hematoma, misalnya pada epidural

hematoma yaitu berkumpulnya antara periosteum tengkorak dengan

durameter, subdural hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara

14

Page 15: Makalah Ok

durameter dengan sub arakhnoid dan intra serebral hematom adalah

berkumpulnya darah di dalam jaringan serebral.

Kematian pada cedera kepala disebabkan karena hipotensi karena

gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi menimbulkan perfusi

jaringan serebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak,

Gambaran mengenai masalah keperawatan yang mungkin muncul

pada kasus Cedera Kepala secara rinci dapat dilihat pada skema 2.1.

Skema 2.1. Pathways Cedera Kepala

(Sumber : Arif Muttaqin, 2008)

15

Fraktur LinearF. CommunitedF. DepressedF. Basis

3. Gangguan pola nafas

1. TIK meningkat

KomusioHematoma

Oedema

Gangguan KesadaranGangguan TTV

Kelainan Neurologi

5. Asupan nutrisi kurang/tidak adekuat.

4. Gangguan Perfusi jaringan

HipoksemiaHiperkapnea

2. Gangguan perfusi jaringan serebral

Page 16: Makalah Ok

5. Klasifikasi Cedera Kepala

Menurut Eka J. Wahjoepramono (2005 : 21) Cedera Kepala

diklasifikasikan berdasarkan keadaan klinis dan kelainan patologis.

a. Klasifikasi Klinis

Klasifikasi keadaan klinis adalah penilaian terhadap tingkat kesadaran.

Berdasarkan skala koma Glasgow (Glasgow Koma Scale), yaitu Cedera

Kepala Ringan (CKR) jika GCS antara 15-13, dapat terjadi kehilangan

kesadaran kurang dari 30 menit, tidak terdapat fraktur tengkorak, kontusio

atau hematoma, Cedera Kepala Sedang Jika nilai GCS antara 9-12, hilang

kesadaran antara 30 menit sam[ai dengan 24 jam, dapat disertai fraktur

tengkorak, disorientasi ringan dan Cedera Kepala Berat Jika GCS antara

3-8, hilang kesadaran lebih dari 24 jam, biasanya disertai dengan kontusio,

laserasi atau adanya hematoma, edema serebral.

b. Klasifikasi Patologis

Klasifikasi patologis terbagi menjadi kerusakan primer dan sekunder :

1) Cedera kepala primer adalah kerusakan yang terjadi pada masa akut,

yaitu terjadi segera saat benturan terjadi. Kerusakan primer ini dapat

bersifat (fokal) local maupun difus.

a) Kerusakan fokal yaitu kerusakan jaringan yang terjadi pada bagian

tertentu saja dari kepala, sedangkan bagian relatif tidak terganggu.

b) Kerusakan difus yaitu kerusakan yang sifatnya berupa disfungsi

menyeluruh dari otak dan umumnya bersifat makroskopis.

2) Cedera kepala sekunder adalah kelainan atau kerusakan yang terjadi

setelah terjadinya trauma/benturan dan merupakan akibat dari

peristiwa yang terjadi pada kerusakan primer.

Berdasarkan kerusakan jaringan otak :

1) Komusio Serebri (gegar otak) : gangguan fungsi neurologik ringan

tanpa adanya kerusakan struktur otak, terjadi hingga kesadaran kurang

dari 10 menit atau tanpa disertai amnesia, mual muntah, nyeri kepala.

16

Page 17: Makalah Ok

2) Kontusio Serebri (memar) : gangguan fungsi neurologic disertai

kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas jaringan masih utuh, hingga

kesadaran lebih dari 10.

3) Konfusio Serebri : gangguan fungsi neurologik disertai kerusakan otak

yang berat dengan fraktur tengkorak, massa otak terkelupas keluar dari

rongga intrakranial.

6. Tipe Trauma Kepala

Tipe trauma kepala terbagi menjadi 2 macam, yaitu :

a. Trauma Terbuka

Trauma ini menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak, laserasi

durameter, dan kerusakan otak jika tulang tengkorak menusuk otak.

b. Trauma Tertutup

Trauma kepala tertutup terbagi menjadi 2 macam, yaitu komusio

serebri/gegar otak dan kontusio serebri/memar otak.

1) Komusio serebri/gegar otak adalah merupakan bentuk trauma kapitis

ringan.

2) Kontusio serebri atau memar otak merupakan perdarahan kecil pada

jaringan otak akibat pecahnya pembuluh darah kapiler, hal ini

bersama-sama dengan rusaknya jaringan saraf atau otak yang

menimbulkan edema jaringan otak di daerah sekitarnya. Bila daerah

yang mengalami edema cukup luas akan terjadi peningkatan terkanan

intrakranial.

7. Perdarahan Intrakranial

Perdarahan vaskuler yang utama dari trauma meliputi perdarahan

epidural, subdural dan sub araknoid.

17

Page 18: Makalah Ok

a. Hematom Epidural

Hematom epidural adalah keadaaan dimana terjadi penumpukkan

darah di antara durameter tulang tengkorak. Umumnya disebabkan karena

trauma pada kepala yang mengakibatkan fraktur linear.

b. Hematom Subdural

Hematoma subdural adalah penggumpalan darah diantara

durameter dan dasar otak. Perdarahan subdural terjadi karena ruptural

vena jembatan dan robekan pembuluh darah kortikal, sub araknoidal atau

araknoidal disertai robekan araknoid.

c. Hematoma Intraserebri

Hematoma intraserebri adalah perdarahan yang terjadi dalam

jaringan (parenkim) otak. Perdarahan terjadi akibat adanya laserasi atau

kontusio jaringan otak yang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang

ada di dalam jaringan otak tersebut.

18

Page 19: Makalah Ok

8. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang biasa timbul pada kasus cedera kepala di

antaranya :

a. Hilangnya kesadaran.

b. Perdarahan dibelakang membrane timpani

c. Ekimosis pada periorbital

d. Mual dan muntah.

e. Pusing kepala.

f. Terdapat hematom.

g. Bila fraktur mungkin adanya cairan serebrospinal yang keluar dari hidung

(rhinorrohea) dan telinga (otorhea) bila fraktur tulang basis crani

Gambar 2.4. Manifestasi Klinis Cedera Kepala

(Sumber.http://

www.medicastore.com, diperoleh tanggal 9 November 2015)

19

Page 20: Makalah Ok

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan

laboratorium darah dan pemeriksaan radiologi.

a. Pemeriksaan Laboratorium

Adapun pemeriksaan laboratorium darah yang berguna pada kasus cedera

kepala yaitu :

Tabel 2.1. Pemeriksaan Laboratorium Pada Kasus Cedera Kepala

No Tes Fungsi

1

2

3

4

5

6

Hemoglobin

Leukositosis

Golongan Darah

GDS

Fungsi Ginjal

Analisa Gas Darah

Sebagai salah satu fungsi adanya

perdarahan yang berat.

Untuk salah satu indikator berat

ringannya cedera kepala yang terjadi.

Persiapan bila diperlukan transfusi

darah pada kasus perdarahan yang

berat.

Memonitor agar jangan sampai terjadi

hipoglikemia maupun hiperglikemia.

Memeriksa fungsi ginjal, pemberian

manitol tidak boleh dilakukan pada

fungsi ginjal yang tidak baik.

PCO2 yang tinggi dan PO2 yang rendah

akan memberikan prognosis yang

20

Page 21: Makalah Ok

7

8

Elektrolit

Toksikologi

kurang baik, oleh karenanya perlu

dikontrol PO2 tetap > 90 mmHg, SaO2

> 95 % dan PCO2 30-50 mmHg. Atau

mengetahui adanya masalah ventilasi

perfusi atau oksigenisasi yang dapat

meningkatkan TIK.

Adanya gangguan elektrolit

menyebabkan penurunan kesadaran.

Mendeteksi obat yang mungkin

menimbulkan penurunan kesadaran.

b. Pemeriksaan Radiologi

1) CT Scan

Adanya nyeri kepala, mual, muntah, kejang, penurunan kesadaran,

mengidentifikasi adanya hemoragi, pergeseran jaringan otak.

2) Angiografi Serebral

Menunjukkan kelainan sirkulasi cerebral seperti pergeseran cairan otak

akibat oedema, perdarahan, trauma.

3) EEG (Electro Encephalografi)

Memperlihatkan keberadaan/perkembangan gelombang patologis.

4) MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Mengidentifikasi perfusi jaringan otak, misalnya daerah infark,

hemoragik.

5) Sinar X

Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang tengkorak.

6) Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)

21

Page 22: Makalah Ok

Untuk menentukan apakah penderita trauma kepala sudah pulih daya

ingatnya.

10. Komplikasi

Menurut Tarwoto, dkk (2013) komplikasi yang dapat terjadi pada

cedera kepala yaitu:

1. Defisit neurologi fokal

2. Kejang

3. Pneumonia

4. Perdarahan gastrointestinal

5. Disritmia jantung

6. Hidrosephalus

7. Kerusakan kontrol respirasi

8. Inkontinensia bladder dan bowel.

11. Penatalaksanaan Medis

Menurut Tarwoto, dkk (2007 : 130) penatalaksanaan medis pada

cedera kepala sebagai berikut :

a. Penatalaksanaan Umum

Bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan, lepaskan gigi

palsu, pertahankan tulang servikal segaris dengan badan dengan

memasang kolar servikal.

1) Monitor respirasi : bebaskan jalan nafas, monitor keadaan ventilasi,

pemeriksaan AGD, bahkan oksigen bila perlu.

2) Monitor tekanan intrakranial.

3) Atasi syok bila ada.

4) Kontrol tanda-tanda vital.

5) Keseimbangan cairan elektrolit.

22

Page 23: Makalah Ok

b. Operasi

Dilakukan untuk mengeluarkan darah pada intraserebral,

debridemen luka, kraniotomi.

c. Menilai sirkulasi

1) Diuretik : Untuk mengurangi edema serebral misalnya

manitol 20 %, furosemid (lasik).

2) Antikonvulsan : Untuk menghentikan kejang misalnya dilantin,

fegretol, valium.

3) Kortikosteroid : Untuk menghambat pembentukkan edema

misalnya dengan dexamethasone.

4) Antagonis histamin : Mencegah terjadinya iritasi lambung karena

hipersekresi akibat trauma kepala misalnya

dengan cimetidine, ranitidine.

5) Antibiotik : Jika terjadi luka yang besar.

23

Page 24: Makalah Ok

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Cedera Kepala

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

Cedera Kepala, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan teoritis,

teori dan konsep di implementasikan secara terpadu dalam tahapan-tahapan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi (Doengoes, 2000).

1. Pengkajian

a. Aktivitas/Istirahat

Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.

Tanda : Perubahan kesalahan, letargi, hemisparase, quadriplegia,

ataksia cara berjalan tak tegap, masalah dalam

keseimbangan, cedera (trauma) ortopedi, kehilangan tonus

otot, otot spastik.

b. Sirkulasi

Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal (Hipertensi), perubahan

frekuensi jantung (bradikardia, takikardia, yang diselingi

dengan bradikardia, distritmia).

c. Integritas Ego

Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau

dramatis).

24

Page 25: Makalah Ok

Tanda : Cemas, mudah tersinggung, Delirium, Agitasi, bingung,

depresi dan impulsif.

d. Eliminasi

Gejala :Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan

fungsi.

e. Makanan/Cairan

Gejala : Mual/muntah dan mengalami perubahan selera.

Tanda : Muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air

liur keluar, dispagia), berkeringat, penurunan berat badan,

penurunan massa otot/lemak subkutan.

f. Neurosensori

Gejala :Kehilangan kesadaran sementara, Amnesia seputar kejadian,

Vertigo, Sinkope, tinnitus, kehilangan pendengaran, tingling,

baal pada ekstrimitas, perubahan pola dalam penglihatan

seperti ketajamannya, diplopia, kehilangan sebagian lapang

pandang, fotofobia, gangguan pengecapan dan penciuman

Tanda :Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status

mental, perubahan pupil (respon terhadap cahaya

simetris/deviasi pada mata, ketidakmampuan mengikuti).

Kehilangan pengindraan seperti pengecapan, penciuman dan

pendengaran, wajah tidak simetris, genggaman lemah, tidak

seimbang, reflex tendon dalam tidak ada atau lemah, apraksia,

quadriplegia, kejang, sangat sensitif terhadap sentuhan dan

gerakan, kehilangan sensasi sebagian tubuh.

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala :Sakit kepala intensitas dan lokasi yang berbeda, biasanya

lama.

Tanda :Wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri

yang hebat, gelisah tidak dapat beristirahat, merintih.

25

Page 26: Makalah Ok

h. Pernafasan

Tanda : Perubahan pola nafas (apnoe yang diselingi oleh

hiperventilasi), nafas berbunyi stridor, tersedak, ronkhi, mengi

positif. (kemungkinan adanya aspirasi).

i. Keamanan

Gejala : Trauma baru/trauma karena kecelakaan.

Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan.

Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna, seperti “raccoon

eye” tanda battle disekitar telinga (merupakan tanda adanya

trauma), adanya aliran (drainage) dari telinga/hudung (CSS),

gangguan kognitif, gangguan rentang gerak, tonus otot hilang,

kekuatan secara umum mengalami pralisis, demam dan

gangguan dalam regulasi suhu tubuh.

j. Interaksi Sosial

Tanda : Afasia motorik atau sensorik, berbicara tanpa arti, bicara

berulang-ulang, disartria.

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Penggunaan alkohol atau obat lain.

Rencana pemulangan : membutuhkan bantuan pada perawatan diri,

ambulasi, transportasi, menyiapkan makan, belanja, perawatan,

pengobatan, tugas-tugas rumah tangga, perubahan tata ruang, dan

pemanfaatan fasilitas lainnya di rumah sakit.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Doenges (2000), diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem persarafan (Cedera Kepala) adalah sebagai berikut :

a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian

aliran darah ; edema serebral ; penurunan TD sistemik/hipoksia.

26

Page 27: Makalah Ok

Tujuan : Memaksimalkan perfusi/meningkatkan fungsi serebral.

Intervensi :

1) Kaji status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai

standar (seperti GCS).

2) Pantau tanda-tanda vital.

3) Pertahankan kepala/leher pada posisi tengah atau posisi sejajar, hindari

pemakaian bantal besar pada kepala.

4) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.

5) Berikan obat-obatan sesuai indikasi.

b. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler

; kerusakan persepsi atau kognitif ; obstruksi trakeobronkial.

Tujuan : Mempertahankan pola pernafasan normal/efektif, mencegah

komplikasi.

Intervensi :

1) Pantau frekuensi irama dan kedalaman pernafasan, catat

ketidakteraturan pernafasan.

2) Catat kopetensi reflek gigi/menelan dan kemampuan klien untuk

melindungi nafas.

3) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai

indikasi.

4) Anjurkan klien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika klien

sadar.

5) Lekukan penghisapan dengan hati-hati, jangan sampai lebih dari 10-15

menit.

6) Kolaborasi dalam pemberian oksigen.

7) Lakukan kolaborasi dalam pemeriksaan gas darah.

c. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan resepsi sensori, tranmisi

dan atau integrasi (trauma atau defisit neurologis).

27

Page 28: Makalah Ok

Tujuan : mengoptimalkan fungsi otak, tingkat kesadaran, dan fungsi

persepsi.

Intervensi :

1) Evaluasi / pantau secara teratur perubahan orientasi, kemampuan

berbicara, alam perasaan / efektif sensorik dan proses piker.

2) Kaji kesadaran sensori seperti respon sentuhan.

3) Observasi prilaku klien.

4) Berikan keamanan terhadap klien. Catat adanya penurunan persepsi

pada catatan dan letakkan pada tempat tidur klien.

5) Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, dan terapi

kognitif.

d. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis ; konflik

psikologis.

Tujuan : Mengenali perubahan berpikir/perilaku.

Intervensi :

1) Kaji tentang perhatian, kebingungan, dan catat tingkat ansietas klien.

2) Jelaskan pentingnya melakuakn pemriksaan neurologis secara

berulang dan teratur.

3) Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif, argumentasi

dan konfrontasi.

4) Hindari meninggalkan klien sendirian ketika mengalami agitasi,

gelisah atau berontak.

5) Kolaborasi untuk tindakan koordinasi atau ikut sertakan pada pelatihan

kognitif atau program rehabilitasi sesuai indikasi.

e. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kurasakan persepsi atau

kognitif ; penurunan kekuatan atau tahanan ; terapi pembatasan /

kewaspadaan keamanan.

Tujuan : Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian

tubuh yang sakit atau kmpensasi.

28

Page 29: Makalah Ok

Intervensi :

1) Kaji derajat imobilisasi klien dengan menggunakan skala

ketergantungan (0-4).

2) Letakkan klien pada posisi tertentu utnuk menghindari kerusakan

karena tekanan.

3) Pertahankan kesejajaran tubuh secara fungsional.

4) Berikan atau bantu klien untuk melakukan rentang gerak.

5) Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.

f. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan, kulit rusak,

prosedur invasif.

Tujuan : Mempertahankan normotermia, batas tanda-tanda infeksi dan

mencapai penyembuhan luka tepat pada waktunya.

Intervensi :

1) Berikan perawatan septik dan antiseptik, pertahankan cuci tangan yang

baik.

2) Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan.

3) Pantau suhu tubuh secara teratur.

4) Anjurkan untuk melakukan nafas dalam.

5) Berikan perawatan perineal, pertahankan integritas dari sistam

drainage urin tertutup jika menggunakannya.

6) Observasi warna atau kejernihan urine, catat adanya bau busuk.

7) Batasi pengunjung yang dapat menularkan infeksi.

8) Berikan antibiotik sesuai indikasi.

9) Ambil bahan pemeriksaan sesuai indikasi.

g. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran ; kelemahan otot

mengunyah/menelan.

29

Page 30: Makalah Ok

Tujuan : Mendemonstrasikan pemeliharaan/kemajuan peningkatan berat

badan sesuai sekresi dan tidak mengalami tanda-tanda

malnutrisi, dengan nilai laboratorium dalam rentang normal.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan untik mengunyah, menelan, batuk, dan mengatasi

sekresi.

2) Auskultasi bising usus, catat adanya penurunan/hilangnya suara yang

hiperaktif.

3) Timbang berat badan sesuai indikasi.

4) Berikan makanan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering

dengan teratur.

5) Konsultasi dengan ahli gizi.

6) Pantau pemeriksaan laboratorium.

h. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan kurang informasi.

Tujuan : Dapat mengungkapkan pamahaman tentang kondisi, aturan

pengobatan, potensial komplikasi, dan melakukan prosedur

yang diperlukan dengan benar.

Intervensi :

1) Evaluasi kemampuan dan kesiapan untuk belajar dari klien dan juga

keluarganya.

2) Berikan lagi informasi yang berhubungan dengan proses trauma dan

pengaruh sesudahnya.

3) Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

4) Identifikasi tanda/gejala adanya faktor resiko secara individual.

5) Diskusikan dengan klien dan orang terdekat tentang perkembangan

dari gejala.

30

Page 31: Makalah Ok

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cedera Kepala adalah kerusakan otak akibat perdarahan atau

pembengkakan otak sebagai respon terhadap cedera dan menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial. Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu

lintas, terjatuh, atau trauma tumpul pada kepala, olahraga, dan benturan langsung

pada kepala.

Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Cedera Kepala lebih

difokuskan pada penanganan awal dalam upaya untuk mencegah terjadinya

komplikasi, pemulihan kesehatan dan meningkatkan pengetahuan pasien terhadap

penyakit dalam rangka upaya mengoptimalkan pencapaian tujuan asuhan

keperawatan seiring dengan meningkatnya pengetahuan pasien tersebut.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis mencoba

mengemukakan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam

meningkatkan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan gangguan sistem

persarafan : Cedera Kepala. Adapun saran-saran tersebut antara lain :

1. Penerapan asuhan keperawatan seharusnya dilakukan secara komprehensif

sehingga memudahkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dan

pencapaian suatu tujuan dengan baik.

2. Diharapkan meningkatkan pengetahuan baik bagi klien, keluarga dan

masyarakat dan khususnya bagi tenaga kesehatan di bidang keperawatan

dalam melaksanakan asuhan keperawatan hendaknya berlandaskan pada

konsep teoritis Cedera Kepala yang disesuaikan dengan permasalahan yang

dihadapi tanpa mengabaikan kondisi klien itu sendiri.

31

Page 32: Makalah Ok

3. Diharapkan peningkatan jalinan kerjasama yang lebih baik antara perawat,

dokter dan tim kesehatan lainnya agar tindakan keperawatan dan tindakan

medis yang diberikan dapat lebih baik dan berkualitas.

32

Page 33: Makalah Ok

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perwatan Pasien, Edisi 3. (Alih bahasa

oleh : I Made Kariasa, dkk). Jakarta : EGC.

Iskandar. (2004). Memahami Aspek-aspek Penting Dalam Pengelolaan Penderita

Cedera Kepala. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.

Lindsay, David. (1996). Funtcion Human Anatomy. USA : Human Anatomy Mosby.

Martini, Prederic H. (2001). Foundamentals of Anatomy & Physiology, Edition 5 :

ISBN.

Muttaqin, Arif. (2008). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Scanton, Valerie C. (2006). Essentials of Anatomy and Physiology, Edisi 3.

Philadelphia : Pengylvania.

Smeltzer, Suzanna C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan

Suddart. (Alih bahasa Agung Waluyo), Edisi 8. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.

Jakarta : EGC.

Tarwoto, et. al. (2007). Keperawatan Medikal Bedah, Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta : Sagung Seto.

Wahjoepramono, Eka. (2005). Cedera Kepala. Lippokarawaci : Universitas Pelita

Harapan.

http://www.esnips.com diperoleh tanggal 9 November 2015

33

Page 34: Makalah Ok

http://www.yayanahkyar.wordpress.com diperoleh tanggal 9 November 2015

http://www.medicastore.com diperoleh tanggal 9 November 2015

34