Makalah Nyeri Dev

39
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman manusia yang universal dan merupakan alasan yang paling umum pasien mencari perawatan medis. 1 Biasanya nyeri merupakan mekanisme homeostatik yang normal untuk memaksa suatu organisme untuk menghindari diri atau mengurangi suatu risiko kerusakan. Nyeri memiliki komponen sensorik dan emosional dan sering diklasifikasikan sebagai akut atau kronis. Nyeri akut sering dikaitkan dengan kecemasan dan hiperaktivitas sistem saraf simpatis (misalnya, takikardia, peningkatan laju pernapasan dan BP, diaphoresis, pupil melebar). Nyeri kronis tidak melibatkan hiperaktif simpatik tapi mungkin berhubungan dengan tanda-tanda vegetatif (misalnya, kelelahan, kehilangan libido, kehilangan nafsu makan) dan perasaan depresi. Toleransi dan respon terhadap nyeri itu bervariasi pada setiap orang. 1,2 Nyeri merupakan pengalaman kompleks pada seluruh manusia. Definisi tersebut telah berkembang selama bertahun-tahun. Pada tahun 1968 Margo McCaffery

description

Makalah Nyeri

Transcript of Makalah Nyeri Dev

Page 1: Makalah Nyeri Dev

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nyeri adalah pengalaman manusia yang universal dan merupakan alasan yang

paling umum pasien mencari perawatan medis.1 Biasanya nyeri merupakan

mekanisme homeostatik yang normal untuk memaksa suatu organisme untuk

menghindari diri atau mengurangi suatu risiko kerusakan. Nyeri memiliki komponen

sensorik dan emosional dan sering diklasifikasikan sebagai akut atau kronis. Nyeri

akut sering dikaitkan dengan kecemasan dan hiperaktivitas sistem saraf simpatis

(misalnya, takikardia, peningkatan laju pernapasan dan BP, diaphoresis, pupil

melebar). Nyeri kronis tidak melibatkan hiperaktif simpatik tapi mungkin

berhubungan dengan tanda-tanda vegetatif (misalnya, kelelahan, kehilangan libido,

kehilangan nafsu makan) dan perasaan depresi. Toleransi dan respon terhadap nyeri

itu bervariasi pada setiap orang.1,2

Nyeri merupakan pengalaman kompleks pada seluruh manusia. Definisi

tersebut telah berkembang selama bertahun-tahun. Pada tahun 1968 Margo

McCaffery mempublikasikan definisi klinis nyeri yang telah menjadi batu loncatan

terhadap penilaian nyeri: “Nyeri merupakan sesuatu hal yang dikatakan oleh pasien

dan yang pasien rasakan”. Frase ini merupakan dasar bahwa nyeri yang diterima dan

dirasakan berasal dari laporan pasien itu sendiri.3

Nyeri merupakan pengalaman yang subyektif sehingga penilaian menjadi

sangat penting. Tidak ada alat ukur objektif yang dapat memberikan penilaian yang

memuaskan. Nyeri juga multidimensional termasuk persepsi nosiseptif dan ekspresi.

Untuk itu, multiaspek dari rasa nyeri juga harus dipertimbangkan, termasuk sensorik,

Page 2: Makalah Nyeri Dev

afektif dan dimensi kognitif. Tidak ada pendekatan tunggal yang dapat digunakan

untuk menilai nyeri pada semua pasien ataupun pada semua situasi karena rasa nyeri

dipengaruhi oleh berbagai multifaktor, termasuk penggunaan alat ukur, waktu

melakukan penilaian jumlah pasien serta klinisi itu sendiri.3

Penilaian nyeri pertama dibuat pada tahun 1986 oleh World Health

Organization (WHO), yakni terdapat 3 tahap pemberian analgesik pada nyeri kanker

yang didasarkan pada intensitas nyeri. Saat ini penilaian nyeri yang awalnya dibuat

oleh American Pain Society (APS) telah banyak digunakan pada banyak rumah sakit

di seluruh negeri, dan digunakan sebagai “salah satu tanda vital”. Mantan presiden

APS, dr. James Campbell menyatakan : “tanda vital merupakan hal yang sangat

penting. Jika nyeri dinilai sama seperti tanda-tanda vital lainnya, maka kita dapat

memberikan perawatan yang lebih baik”.3

Page 3: Makalah Nyeri Dev

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Nyeri

Walaupun nyeri sudah seumur dengan keberadaan manusia di dunia ini namun

definisi nyeri baru disepakati pada tahun 1979 yang dikemukakan oleh Internasional

Assosiation for The Study of Pain (IASP).4

Menurut The Internasional Assosiation for The Study of Pain (IASP) nyeri

didefinisikan sebagai “unplesan sensory and emotional experience associated with

actual or potential tissue damage or described term of such damage”. Nyeri adalah

perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional akibat adanya

kerusakan jaringan yang nyata atau berorientasi rusak atau tergambar sebagai adanya

kerusakan itu.4

Dari definisi ini dapat ditarik dua kesimpulan, yang pertama bahwa persepsi

nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional

menyusul adanya kerusakan jaringan yang nyata. Jadi nyeri terjadi akibat adanya

kerusakan jaringan yang nyata (pain with nociception). Yang kedua, perasaan yang

sama juga timbul tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata (pain without

nociception).4

Dengan kata lain nyeri pada umumnya terjadi akibat adanya kerusakan jaringan

yang nyata, keadaan dimana disebut sebagai nyeri akut misalnyan nyeri pascabedah.

Page 4: Makalah Nyeri Dev

Namun terdapat juga suatu keadaan dimana timbul keluhan nyeri tanpa adanya

kerusakan jaringan yang nyata atau nyeri timbul setelah proses penyembuhan usai,

keadaan dimana disebut sebagai nyeri kronik misalnya nyeri postherpetic, nyeri

trigeminal.4

B. Mekanisme Nyeri

Antara stimulus nyeri sampai dirasakan sebagai persepsi nyeri terdapat suatu

rangkaian elektrofisiologik yang secara kolektif disebut sebagai nosisepsi

(nociception).4

Adanya empat proses yang jelas terjadi pada suatu nosisepti, yakni :

1. Proses Transduksi (transduction), merupakan proses dimana suatu stimuli nyeri

(noxious stimuli) dirubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima pada

ujung-ujung saraf sensoris (nerve ending), stimuli ini dapat berupa stimuli fisik

(tekanan), suhu (panas), atau kimia (substansi nyeri).4

2. Proses Transmisi (transmission), dimaksudkan sebagai penyaluran impuls melalui

saraf sensoris menyusul proses transduksi. Impuls ini akan disalurkan oleh

serabut saraf A delta dan C sebagai neuron pertama dari perifer ke medulla

spinalis dimana impuls tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke

thalamus oleh traktus sphinotalamikus sebagai neuron kedua. Dari thalamus

selanjutnya impuls disalurkan ke daerah somatosensoris di korteks serebri melalui

Page 5: Makalah Nyeri Dev

neuron ketiga, dimana impuls tersebut diterjemahkan dan dirasakan sebagai

persepsi nyeri.4

3. Proses Modulasi (modulation), adalah proses dimana terjadi interaksi antara

system analgesik endogen yang dihasilkan oleh tubuh kita dengan input nyeri

yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis. Jadi merupakan proses ascenden

yang dikontrol oleh otak. Sistem analgesik endogen ini meliputi enkefalin,

endofrin, serotonin dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan impuls

nyeri pada posterior medula spinalis.4 Kornu posterior ini dapat diibaratkan

sebagai pintu yang daoat tertutup atau terbuka untuk menyalurkan impuls nyeri.

Peristiwa tertutup atau terbukanya pintu nyeri tersebut diperankan oleh sistem

analgesic endogen tersebut di atas. Proses modulasi inilah yang menyebabkan

persepsi nyeri menjadi sangat subyektif orang per orang.4

4. Persepsi (perception), adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dan

unik yang dimulai dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada

gilirannya menghasilkan suatu perasaan yang subyektif yang dikenal sebagai

persepsi nyeri

Page 6: Makalah Nyeri Dev

C. Klasifikasi Nyeri

1. Nyeri Akut

Menurut Federation of State Medical Boards of the United States; acute pain is

the normal, predicted physiological response to an adverse chemical, thermal or

mechanical stimulus, associated with surgery trauma and acute illness. (nyeri akut

adalah respon fisiologik normal yang diramalkan terhadap rangsangan kimiawi,

panas atau mekanik menyusul suatu pembedahan, trauma, dan penyakit akut).

Ciri khas suatu nyeri akut adalah nyeri yang diakibatkan oleh adanya kerusakan

jaringan yang nyata dan akan hilang seirama dengan proses penyembuhannya.5

TransductionTransmission

Modulation

Perception

Gambar 2.1.Mekanisme system nosiseptif

Page 7: Makalah Nyeri Dev

Pasien pada nyeri akut memperlihatkan respons neurologik yang terukur yang

disebabkan oleh stimulasi simpatis yang disebut sebagai hiperaktivitas autonom.

Perubahan-perubahan ini mencakup takikardia, takipnea, meningkatnya aliran

darah perifer, meningkatnya tekanan darah (baik sistolik maupun diastolik).

Dikenal 3 macam nyeri akut yaitu :6

a. Nyeri somatik luar/cutaneus/superficial, yaitu nyeri yang mengenai kulit,

subkutis, mukosa. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan nyeri di kulit

dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya

kulit yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat, tajam, mengiris,

atau biasanya bersifat burning (seperti terbakar).contoh : terken ujung pisau

atau gunting.6

b. Nyeri somatik dalam/deep somatic/nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari

otot rangka, tulang, sendi, jaringan ikat, pembuluh darah, tendon dan syaraf.

Nyeri menyebar dan lebih lama daripada nyeri somatik luar. Berlawanan

dengan nyeri tumpul linu yang berkaitan dengan organ dalam, nyeri somatis

dapat diketahui di mana lokasi persisnya pada tubuh namun, beberapa

menyebar ke daerah sekitarnya. Nyeri pascabedah memiliki komponen nyeri

somatis dalam karena trauma dan jejas pada otot rangka.6,7

c. Nyeri visceral, yaitu nyeri karena penyakit atau disfungsi alat dalam. Biasanya

terjadi karena spasme otot, iskemik, regangan jaringan.6 Nyeri viscera

disebabkan oleh jejas pada organ dengan saraf simpatis. Nyeri ini dapat

Page 8: Makalah Nyeri Dev

disebabkan oleh distensi abnormal atau kontraksi pada dinding otot polos,

tarikan cepat kapsul yang menyelimuti suatu organ (misalnya hati), iskemi

otot skelet, iritasi serosa atau mukosa, pembengkakan atau pemelintiran

jaringan yang berlekatan dengan organ-organ ke ruang peritoneal, dan

nekrosis jaringan.7 Nyeri yang disebabkan oleh bagaian dalam perut atau

pelvis biasanya ditandai dengan distribusi dan kualitas nyeri yang tidak jelas.

Biasanya terasa sebagai nyeri yang dalam, tumpul, linu, tertarik, diperas atau

ditekan. Nyeri yang sangat ektrim, biasanya terasa sebagai nyeri paroksismal

atau kolik dan nyeri ini dapat disertai dengan mual, muntah, berkeringat dan

perubahan tekanan darah dan denyut nadi/kecepatan jantung. Nyeri viscera

seringkali muncul pada awal awitan (onset) atau pada stadium dini suatu

penyakit. Sensasi nyeri yang berasal dari organ dalam sering dipersepsikan

sebagai nyeri yang berasal dari bagian tubuh yang lebih

supersifial/permukaan, biasanya daerah-daerah yang dipersarafi oleh saraf

spinal yang sama; lokasi nyeri di bagian superfisial atau bagian dalam yang

berjauhan dengan sumber patologi yang sebenarnya biasa disebut sebagai

referred pain (nyeri alih). Infark miokard akut dan pankreatitis akut

merupakan salah satu contoh dari nyeri viscera.7

2. Nyeri Kronik.6

The International Association for Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri

kronik sebagai “pain that persists beyond normal tissue healing time, which is

Page 9: Makalah Nyeri Dev

assumed to be three months” (nyeri kronik adalah nyeri yang menetap melampaui

waktu penyembuhan normal yakni 3 bulan).6

Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan nyeri kronik

adalah nyeri yang timbul setelah penyembuhan usai atau nyeri yang berlangsung

lebih dari tiga bulan tanpa adanya malignitas. Oleh karena itu nyeri kronik biasa

disebut sebagai chronic non malignant pain. Dikenal tiga macam nyeri kronik

yakni:6

a. Nyeri yang timbul setelah penyembuhan usai, disebut juga nyeri neuropatik

yang terjadi akibat kerusakan saraf perifer. Kerusakan yang berasal dari

perifer menyebabkan tidak saja pelepasan muatan spontan serat saraf perifer

yang terkena tetapi juga lepas muatan spontan sel-sel ganglion akar dorsal

saraf yang rusak. Misalnya post herpetic neuralgia, phantom pain, neurophatic

pain.

b. Nyeri yang timbul tanpa penyebab yang jelas, misalnya nyeri pinggang bawah

(low back pain), sakit kepala, dll.

c. Nyeri yang disadari atas kondisi kronik, misalnya osteoarthritis atau

rheumatoid arthritis dll.

3. Nyeri Kanker 6

Dibandingkan dengan nyeri akut atau nyeri kronik, maka masalah nyeri kanker

jauh lebih rumit. Hal itu disebabkan karena nyeri kanker tidak saja bersumber dari

faktor fisik akibat adanya kerusakan jaringan, tetapi juga diperberat oleh faktor

Page 10: Makalah Nyeri Dev

nonfisik berupa faktor psikologis, sosial budaya dan spiritual, yang secara

keseluruhan disebut nyeri total. Dengan kata lain, nyeri total dibentuk oleh

berbagai unsur yakni, biopsikososio-kulturo-spiritual. Oleh karena itu,

pengelolaan nyeri kanker yang baik membutuhkan pendekatan multidisiplin yang

melibatkan semua disiplin ilmu yang terkait.

Nyeri kanker dapat dibagi menjadi : 6

a. Nyeri Organik :

Nyeri nosiseptif : Nyeri somatik (kulit, otot, tulang dan jaringan lunak)

dan Nyeri visceral (organ thoraks dan abdomen)

Nyeri non-nosiseptif : Nyeri neuropatik (deafferentiation pain) akibat

adanya penekanan dan kerusakan jaringan saraf.

b. Nyeri Pysikologik.

D. Penilaian Klinis Nyeri

1. Informasi subyektif 7

Informasi yang subyektif, spesifik oleh pasien (atau informasi yang dilaporkan

sendiri) merupakan cara utama pada evaluasi nyeri. Namun, informasi laporan-

sendiri (self-reported) ini dipengaruhi oleh usia, status kognitif, disabilitas fisik,

penggunaan obat pasien dan harapan pasien dan profesional kesehatan terhadap

terapi. Informasi laporan-sendiri dapat diperoleh melalui wawancara mendetil

Page 11: Makalah Nyeri Dev

dan/atau menggunakan cara-cara pemeriksaan dimensi tunggal atau

multidimensi.

Tabel 2.1.Acuan Mnemonik PQRST untuk memperoleh informasi nyeri secara subyektif 7

NyeriP Paliatif atau penyebab nyeriQ Quality/kualitas nyeriR Regio (daerah) lokasi atau penyebaran nyeriS Subyektif deskripsi oleh pasien mengenai tingkat nyerinyaT Temporal atau periode/waktu yang berkaitan dengan nyeri

Tabel 2.2.Data Esensial yang Perlu Dikumpulkan untuk Menilai Nyeri 8

Karakteristik Nyeri Pertanyaan untuk Pasien

LokasiDimana terasa nyeri ?Apakah nyerinya menyebar ?Apakah nyeri di permukaan atau di dalam ?

Cara awitan

Kapan nyeri dimulai ?Apakah nyeri timbul mendadak atau perlahan ?Apakah ada kejadian tertentu yang tampaknya menimbulkan nyeri saat nyeri tersebut dimulai ?

Pola (penentuan waktu, frekuensi, durasi)

Kapan nyeri timbul ? (pagi, siang, malam) ?Seberapa sering nyeri timbul ?Apakah nyerinya terus menerus atau hilang-timbul ?Seberapa lama nyeri menetap ?

Faktor yang memperberat dan memperingan

Apa yang kira-kira memicu nyeri ?Apa yang menyebabkan nyeri bertambah parah (misalnya, gerakan atau perubahan posisi, batuk atau mengejan, minum atau makan) ?Apa yang menyebabkan nyeri berkurang (misalnya, beristirahat ; tidur, merubah posisi misalnya berdiri, duduk, berbaring, atau membungkuk; makanan atau antacid) ?

KualitasSeperti apa nyeri terasa ? (misalnya, berdenyut, tumpul, pegal, tajam, seperti tertusuk, perih, seperti terbakar ) ?

IntensitasSeberapa hebat nyerinya (Minta pasien mengukur nyeri menggunakan skala analog visual atau verbal sebelum dan sesudah pengobatan)

Gejala terkait Apakah ada masalah lain yang ditimbulkan oleh nyeri

Page 12: Makalah Nyeri Dev

(misalnya, anoreksia, mual, muntah, insomnia) ?

Efek pada gaya hidup

Apakah nyeri mengganggu aktivitas anda di rumah, pekerjaan, atau interaksi sosial normal ?Apakah nyeri mengganggu keseharian hidup anda (misalnya, makan, tidur, aktivitas seksual, menyetir) ?

Metode untuk mengurangi nyeriApa yang pernah dapat menolong mengurangi nyeri anda ?Apa yang tidak bermanfaat untuk mengurangi nyeri anda ?

2. Pemeriksaan dimensi tunggal atau multidimensi.

Alat bantu yang paling sering digunakan untuk menilai intensitas atau

keparahan nyeri pasien adalah bentuk-bentuk skala analog visual (SAV), yang

terdiri dari sebuah garis horizontal yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen

dengan nomor 0 sampai 10. Pasien diberitahu bahwa 0 menyatakan “tidak ada

nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan”nyeri paling parah yang mereka dapat

bayangkan”. Pasien kemudian diminta untuk menandai angka yang menurut

mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada

suatu waktu.

Gambar 2.2 Numeric rating scale

Page 13: Makalah Nyeri Dev

Gambar 2.3.Wong-Baker Faces Pain Rating Scale

Gambar 2.4. Descriptive Verbal Scale

Page 14: Makalah Nyeri Dev

E. Pengobatan Nyeri

Menurut WHO, dikenal sebagai three step leadder, yang pemberiannya harus : by the

mouth, by the clock, by the ladder). Dimulai dari step I diikuti step II dan step III. 9

Gambar 2.5. WHO’s pain relief ladderDikutip dari : WHO's cancer pain ladder for adults

2015.http://www.who.int/cancer/palliative/painladder/en/

1. Non Opioid (NSAID).10

Page 15: Makalah Nyeri Dev

Sebagai analgetik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan

intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia, atralgia, dan

nyeri lain yang berasal dari integument, terutama terhadap nyeri yang berkaitan

dengan inflamasi. Efek analgesiknya jauh lebih lemah daripada efek analgesik

opiat. Tetapi berbeda dengan opiat, obat mirip aspirin tidak menimbulkan

ketagihan dan tidak menimbulkan efeksamping sentral yang merugikan.

Tabel 2.3.Obat-obatan non-opioid (NSAIDS) yang direkomendasikan

Golongan Obat Dosis Keterangan

Salisilat Aspirin 650-1000 mg, tiap 4-6 jam Bersifat hepatotoksik.

Derivat para aminofenol

Acetaminofen 650-1000 mg, tiap 6-8 jam

Non-selektif COX inhibitors

- Ibuprofen- Ketoprofen- Naproxen- Diclofenac sodium- Ketorolac- Piroxicam- Mefenamic acid

- 400 mg, tiap 4 jam, 800 mg, tiap 6 jam- 25-50 mg, tiap 6-8 jam- 250-500 mg, tiap 12 jam- 50-100 mg, tiap 8 jam i.v atau i.m 75

mg tiap 12 jam.- 15-30 mg i.v atau i.m, tiap 6 jam/20,

diikuti 10 mg tiap 4-6 jam selama max 5 hari.

Efek samping terhadap lambung, ginjal, trombosit

Selektif COX-2 inhibitors

- Celecoxib- Parecoxib- Rofecoxib.

100-200 mg, tiap 12 jam Rofecoxibrisikokardiovaskuler

Page 16: Makalah Nyeri Dev

Gambar 2.6.Mekanisme kerja dari non-steroid antiinflamasi 12

2. Analgesik Opioid.

Opioid digolongkan menjadi : 10

a. Agonis

Mengaktifkan reseptor.

Contoh : morfin, papaveretum, petidin (meperidin, Demerol), fentanil, alfentanil,

sufentanil, remifentanil, kodein, alfaprodin.

b. Antagonis

Page 17: Makalah Nyeri Dev

Tidak mengaktifkan reseptor dan pada saat bersamaan mencegah agonis

merangsang reseptor.

Contoh : nolakson, naltrekson.

c. Agonis-antagonis

Contoh : Pentasosin, nalbufin, butarfanol, buprenorfin.

ObatReseptor

Dosis Tipe Nyeriµ (mu) δ (delta) K (kappa)

Agonis :

Kodein, tramadol.

Agonis lemah

Agonis lemah

Dapat diberikan secara oral, i.m, atau i,v 50-

100mg dan dapat diulang setiap 4-6 jam. Dosis max 400mg/hari.

Nyeri ringan sampai sedang

Morfin AgonisAgonis lemah

Agonis lemah

- Nyeri sedang : 0,1-0,2 mg/kgBB. Subkutan, I.M, dan dapat diulang tiap 4 jam.

- Nyeri hebat : 1-2 mg I.V. Dapat diulang sesuai keperluan

- Nyeri pasca bedah/nyeri persalinan : 2-4 mg epidural atau 0,05-0,2 mg intratekal. Dapat diulang 6-12 jam

Nyeri sedang sapai berat

Fentanil Agonis

1-3 µg/kgBB.50-150 µg/kgBB, untuk induksi dan pemeliharaan anastesi

Metadone Agonis

Meperidine Agonisi.m 1-2mg/kgBB, dapat diulang 3-4 jam.i.v 0,2-0,5 mg/kgBB

LevorphanolAgonis parsial Agonis Agonis Dosis analgesi 0,3 mg

Page 18: Makalah Nyeri Dev

:Buprenorphine

, Pentazosinparsial

i.v/i.m tiap 6 jam/0,4-0,8 mg sublingual.

Antagonis :Nalbuphine Antagonis Agonis

Butorphanol AntagonisDosis dewasa 1-4 mg i.m/0,5-2 mg i.v dapat diulang 3-4 jam.

Nalokson Antagonis Antagonis Antagonis

lawan depresi napas, dosisi dicicil 1-2µg/kgBB i.v dapat diulang tiap 3-5 menit, -ventilasi dianggap baik. Pada keracunan opioid, perinfus 3-10µg/kgBB.

Page 19: Makalah Nyeri Dev

Terapi untuk Nyeri neuropati :

Terapi untuk nyeri neuropati adalah tricyclic antidepressants (TCA’s),

antikonfulsan dan systemic local anastesics. Agen farmakologi yang lain :

kortikosteroid, terapi topical dengan substansi P depletors, autonomic drugs dan

NMDA reseptors antagonis. Obat-obatan yang banyak digunakan sebagai terapi nyeri

neuropati adalah antidepresan trisiklik dan antikonvulsan karbamazepin.

Terapi farmaka :

a. Anti depresan

Amitriptilin, imipramin, maprotilin, desipramin. Mekanisme kerja : memodulasi

transmisi dari serotonin dan norepinefrin. Menghambat pengambilan kembali

serotonin dan noradrenalin oleh reseptor presinaptik.

b. Anti konvulsan

Karbamazepin dan okskarbasepin. Mekanisme kerja : memblok voltage-sensitive

sodium channels (VSSC).

Lamotrigin : untuk stabilisasi membrane melalui VSSC, merubah atau

mengurangi pelepasan glutamate maupun aspartat dari neuron presinaptik,

meningkatkan konsentrasi GABA di otak.

Page 20: Makalah Nyeri Dev

Gabapentin : Mempunyai kemampuan untuk masuk kedalam sel untuk

berinteraksi dengan reseptor α2β yang merupakan subunit dari Ca+ chanel.

Terapi blok transmisi :

a. Irreversibel, yaitu operasi dan destruksi saraf.

b. Reversibel, yaitu injeksi anastesi local.

Terapi alternative :

a. Stimulator

b. Akupuntur

c. Hipnosis

d. Psikologi

Penanganan nyeri pasca bedah

1. Penilaian nyeri

Penilaian nyeri merupakan hal yang terpenting dalam penangan nyeri karena

dapat digunakan untuk :

a. Menilai intensitas nyeri pasien pasca bedah

b. Menentukan pilihan terapi bagi pasien pasca bedah

c. Menentuka efektivitas terapi nyeri pasca bedah yang telah diberikan

2. Edukasi Pasien

Informasi yang dapat diberikan termasuk :

a. Pentingnya penanganan nyeri pasca bedah

Page 21: Makalah Nyeri Dev

b. Metode-metode yang dapat dilakukan untuk penanganan nyeri pasca bedah

c. Rutinitas penilaian nyeri

d. Optimal intensitas nyeri yang dapat ditoleransi oleh pasien

e. Partisipasi pasien dalam penanganan nyeri pasca bedahnya.

3. Pilihan teknik penanganan nyeri pasca bedah

a. Balanced analgesia

Balancend analgesia (Multimodal Analgesia) menggunakan dua atau lebih

obat analgesi yang bekerja pada mekanisme yang berbeda untuk mendapatkan

efek analgesia yang superior tanpa efek samping yang berarti bila

dibandingkan dengan pemberian obat dengan dosis tunggal yang besar.

Beberapa contoh balanced analgesia adalah : 1) kombinasi opioid epidural

dengan local anastetik epidural ; 2) kombinasi intravena opioid dengan

NSAIDs.

Balanced analgesia sebaiknya menjadi pilihan pada penanganan pasca

bedah bila memungkinkan sesuai dengan jenis operasi dan kondisi pasien.

Paracetamol dan NSADs menjadi obat utama pada nyeri pasca bedah dengan

intensitas ringan sementara opioid dan atau teknik anastesi local dapat

digunakan untuk intensitas nyeri sedang (moderate pain).

Pilihan Analgesik untuk nyeri pasca bedah

Non-opioid analgetikParacetamol, NSAIDs, Including COX-2 inhibitors, gabapentin, pregabalin.

Opioid lemahCodein, Tramadol, Paracetamol dikombinasikan dengan codein atau tramadol.

Page 22: Makalah Nyeri Dev

Opioid kuat Morphine, fentanil, petidin.Adjuvant Ketamin, klonidin

b. Epidural Analgesia

Menggunakan teknik regional epidural dengan meletakkan kateter epidural

dan memberikan obat-obat anastesik local, opioid dan adjuvant lainnya pada

masa pasca bedah baik secara intermiten maupun kontinyu.

c. Blok Saraf Perifer

Blok saraf perifer telah digunakan untuk penanganan nyeri pasca bedah untuk

menurunkan kebutuhan opioid dan efek sampingnya. Blok saraf perifer juga

dapat menghindari efek samping akibat blok neuroaksial (epidural-spinal)

seperti epidural hematom, epidural abses, dan paraparesis.

Page 23: Makalah Nyeri Dev

Gambar 2.8.cara kerja obat pasca operasi

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Nyeri adalah pengalaman manusia yang universal dan merupakan alasan yang

paling umum pasien mencari perawatan medis. Biasanya nyeri merupakan

mekanisme homeostatik yang normal untuk memaksa suatu organisme untuk

menghindari diri atau mengurangi suatu risiko kerusakan. Nyeri memiliki komponen

sensorik dan emosional dan sering diklasifikasikan sebagai akut atau kronis.

Toleransi dan respon terhadap nyeri itu bervariasi pada setiap orang.

Nyeri merupakan pengalaman yang subyektif sehingga penilaian menjadi sangat

penting. Tidak ada alat ukur objektif yang dapat memberikan penilaian yang

memuaskan. Nyeri juga multidimensional termasuk persepsi nosiseptif dan ekspresi.

Nyeri adalah perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional

akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berorientasi rusak atau tergambar

sebagai adanya kerusakan itu.

Nyeri pada umumnya terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata,

keadaan dimana disebut sebagai nyeri akut misalnyan nyeri pascabedah. Namun

terdapat juga suatu keadaan dimana timbul keluhan nyeri tanpa adanya kerusakan

Page 24: Makalah Nyeri Dev

jaringan yang nyata atau nyeri timbul setelah proses penyembuhan usai, keadaan

dimana disebut sebagai nyeri kronik misalnya nyeri postherpetic, nyeri trigeminal.

Antara stimulus nyeri sampai dirasakan sebagai persepsi nyeri terdapat suatu

rangkaian elektrofisiologik yang secara kolektif disebut sebagai nosisepsi

(nociception) yaitu : proses transduksi (transduction), proses transmisi (transmission),

proses modulasi (modulation), dan proses persepsi (perception).

Berdasarkan lamanya, terdapat nyeri akut, nyeri kronik yang didalamnya ada

tergolong nyeri neuropatik dan nyeri kanker.

Cara penilaian suatu nyeri dapat dilakukan dengan cara memperoleh data

subyektif dari pasien melalui anamnesis dengan acuan Mnemonik PQRST dan alat

bantu pemeriksaan untuk mengevaluasi nyeri seperti Numeric Rating Scale (NRS),

Skala Verbal Deskriptor (VDS), Skala Visual Analog (VAS), dan Faces Pain Scale

(FPS). Masing-masing dari skala ini adalah ukuran yang valid dan dapat diandalkan

untuk intensitas nyeri. Alat-alat yang lebih subjektif untuk menilai nyeri multidimensi

seperti kuesioner nyeri McGill (MPQ).

Pengobatan nyeri dan pascabedah dipakai analgesic non opioid (NSAID) dan

analgesic opioid atau keduanya dikombinasi untuk mendapatkan balanced anastesi.

Ada juga penambahan obat-obatan lain sebagai adjuvant. Untuk nyeri neuropati dapat

digunakan obat-obatan trisiklik antidepresan, antikonvulsan, terapi blok transmisi dan

terapi alternative lainnya.

Page 25: Makalah Nyeri Dev

DAFTAR PUSTAKA

1. Markman John, Kamesh Narasimhan Sri. The Merck Manual Professional

Edition. Overview of Pain. U.S.A, Whitehouse Station. [serial online]April 2014

[cited on 2015 January 10]. Available from :

http://www.merckmanuals.com/professional/neurologic_disorders/pain/

overview_of_pain.html

2. RW Hurley , SN Raja . US National Library of Medicine National Institutes of

Health. Mechanism-based therapies for pain. 2004. Available from :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15179452

3. Atjeh Ivan. Nyeri dan Penatalaksanaannya. 2013

4. Buku Anastesiologi, Fisiologi Nyeri. Fakultas Kedokteran UNHAS; Makassar.

2003 (hal.208).

5. Tanra AH. Nyeri Suatu Rahmat Sekaligus Sebagai Tantangan. Suplement Vol 26

No.3.2005

6. Latief A.Said dkk. Petunjuk Praktis Anastesiologi “Tatalaksana Nyeri”. Bagian

Anastesiologi dan Teapi Intensif. Edisi ke-2. FKUI; Jakarta. 2002.

7. Rospond M.Raylene. Penilaian Nyeri. 2008

Page 26: Makalah Nyeri Dev

8. Price A. Sylvia, Wilson M.L. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, dalam:

Patofisiologi Vol.2, Ed 6. Penerbit Buku Kedokteran 2012; EGC. (h.1063-

1083)

9. WHO. WHO's cancer pain ladder for adults 2015. Available from :

http://www.who.int/cancer/palliative/painladder/en/

10. Gunawan Gan Sulistia, dkk. Farmakologi dan Terapi”analgesic-antipiretik,

analgesic anti-inflamasi nonsteroid, dan obat gangguan sendi lainnya”. Edisi ke-5.

FKUI; Jakarta. 2011. (hal.233)

11. Wong & Baker. Pain in Childen comparison of Assessment Scale. Pediatric

Nursing. Vol 14. No.1. 1988

12. J.Balasubramaniam. COX 2 inhibitors and nephrotoxicity. Kidney Care Centre

Tirunelveli; Tamilnadu; India.

13. Structure-Activity Relationships continued. Available from :

http://web.squ.edu.om/medLib/MED_CD/E_CDs/anesthesia/site/content/

v02/020297r00.HTM