Makalah Nugi 'Protein' Fix Pat
-
Upload
sophie-spears -
Category
Documents
-
view
1.067 -
download
7
Transcript of Makalah Nugi 'Protein' Fix Pat
TUGAS MATA KULIAH
NUTRISI DAN GIZI
(AHYT 273)
”PROTEIN”
OLEH :
Sophia Nirmalida (A1C208010)
Sidiq Oktaviandi (A1C208001)
Maya Handayanti (A1C208006)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus ﴾Anonim, 2009﴿. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya ada di dalam
otot, seperlima ada di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit,
dan selebihnya ada di jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai fungsi
khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta
memelihara sel-sel dan jaringan tubuh ﴾Almatsier, 2001﴿.Protein yang kita kenal sehari-hari, sebagai salah satu bahan makanan
utama, dapat berasal dari protein nabati dan protein hewani. Protein ini dikatakan
protein alami, karena berasal dari makhluk hidup. Sedang diantara makanan kita
terdapat juga protein sintetis, yaitu protein yang dibuat oleh manusia, berdasarkan
reaksi-reaksi yang dilakukan di industri kimia.
Protein tergolong senyawa makromolekul, atau polimer, karena molekul
protein merupakan gabungan dari molekul-molekul yang lebih kecil, terkenal
dengan nama monomer. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit
enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti
misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat
dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk
hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi
hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino
bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof)
﴾Rufiati, 2009﴿.
I.2 Perumusan dan Batasan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah bagaimana cara
mempelajari dan memahami pentingnya protein yang terdapat dalam tubuh kita.
Pada makalah ini masalah yang dibahas terbatas pada:
1. Rumus senyawa protein
2. Proses pencernaan protein
3. Proses penyerapan protein
4. Proses metabolisme protein
I.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk
1. Siswa dapat mengetahui, memahami, menjelaskan dan dapat
menuliskan rumus senyawa protein.
2. Siswa dapat menjelaskan dan mendiskripsikan proses pencernaan
protein
3. Siswa dapat menjelaskan dan mendiskripsikan proses penyerapan
protein
4. Siswa dapat menjelaskan dan mendiskripsikan proses metabolisme
protein dalam tubuh kita.
I.4 Manfaat Penulisan
Makalah tentang protein ini dibuat dengan harapan:
1. Sebagai bahan informasi mengenai rumus senyawa protein, pencernaan,
penyerapan dan metabolisme protein.
2. Sebagai bahan informasi bagi pengikut mata kuliah Nutrisi dan Gizi pada
program studi Pendidikan Biologi, FKIP UNLAM Banjarmasin mengenai
pentingnya protein dalam tubuh kita.
BAB II
SENYAWA, PENCERNAAN DAN PENYERAPAN PROTEIN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling
utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu
sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting
dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh,
karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam –
asam amino yang mengandung unsur – unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang,
dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga.
Protein sebagai pembentuk energi akan menghasilkan 4 kalori tiap gram protein.
Sebagai zat pembangun, protein merupakan bahan pembentuk jaringan –
jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada masa pertumbuhan proses
pembentukan jaringan terjadi secara besar-besaran, pada masa kehamilan
proteinlah yang memebentuk jaringan janin dan pertumbuhan embrio. Protein
juga mengganti jaringan tubuh yang rusak yang perlu dirombak. Fungsi utama
protein bagi tubuh ialah untuk membentuk jaringan baru dan mempertahankan
jaringan yang telah ada.
Protein dapat juga digunakan sebagai bahan bakar apabila keperluan
energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak. Protein ikut pula
mengatur berbagai proses tubuh, baik langsung maupun tidak langsung dengan
membentuk zat – zat pengatur proses dalam tubuh. Protein mengatur
keseimbangan cairan dalam jaringan dan pembuluh darah, yaitu dengan
menimbilkan tekanan osmotik koloid yang dapat menarik cairan dari jaringan ke
dalam pembuluh darah. Sifat amfoter protein yang dapat bereaksi dengan asam
dan basa, dapat mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Dalam setiap sel yang hidup, protein merupakan bagian yang sangat penting. Pada
sebagian besar jaringan tubuh, protein meripakan komponen terbesar setelah air.
Diperkirakan separuh atau 50% dari berat kering sel dalam jaringan seperti
misalnya hati dan daging terdiri dari protein, dan dalam tenunen segar sekitar 20%
= 50.
Protein dalam tubuh manusia, terutama dalam sel jaringan, bertindak
sebagai bahan membran sel, dapat membentuk jaringan pengikat misalnyakolagen
dan elastin, serta membentuk protein yang inert seperti rambut dan kuku.
Disamping itu protein dapat bekerja sebagai enzim, bertindak sebagai plasma
(albumin), membentuk antibodi, membentuk kompleks dengan molekul lain, serta
dapat bertindak sebagai bagian sel yang bergerak (protein otot). Kekurangan
protein dalam waktu lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
Protein alam bahan makanan yang dikonsumsi manusia akan diserap oleh
usus dalam bentuk asam amino. Kadang – kadang beberapa asam amino yang
merupakan peptida dan molekul – molekul protein kecil dapat juga diserap
melalui dinding usus, masuk ke dalam pembuluh darah. Hal semacam inilah yang
akan menimbulkan reaksi – reaksi alergik dalam tubuh yang sering kali tibul pada
orang yang makan bahan makanan yang mengandung protein, seperti susu, ikan
laut, udang, telur, dan sebagainya.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein
lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen
penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang
tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida,
lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain
itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam
biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
II.1 Senyawa Protein
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino, yang terikat satu
sama lain dalam ikatan peptida. Molekul protein lebih kompleks daripada
karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan keanekaragaman unit-unit
asam amino yang membentuknya. Ada dua puluh jenis asam amino yang
diketahui sampai sekarang yang terdiri atas sembilan asam amino esensial ﴾asam
amino yang tidak dapat dibuat tubuh dan harus didatangkan dari makanan﴿ dan
sebelas asam amino nonesensial.
ASAM AMINO
Asam amino terdiri atas atom karbon yang terikat pada satu gugus
karboksilat ﴾- COOH﴿, satu gugus amino ﴾- NH2﴿, satu atom hydrogen ﴾-H﴿ dan
astu gugus radikal ﴾-R﴿ atau rantai cabang, sebagaimana tampak pada gambar 1.1.
COOH ﴾gugus karboksil﴿
H – C – R
NH2 ﴾gugus amino﴿
Gbr. 1.1 Struktur asam amino
(Almatsier, 2001: 78)
Klasifikasi asam amino menurut jumlah gugus asam ﴾karboksil﴿ dan basa
﴾amino﴿ yang dimiliki adalah; ﴾1﴿ asam amino netral yaitu asam amino yang
mengandung satu gugus asam dan satu gugus amino; ﴾2﴿ asam amino asam
﴾rantai cabang asam﴿ yaitu asam amino yang mempunyai kelebihan gugus asam
dibandingkan dengan gugus basa; ﴾3﴿ asam amino basa ﴾rantai cabang basa﴿ yaitu
asam amino yang mempunyai kelebihan gugus basa; ﴾4﴿ asam amino yang
mengandung nitrogen imino pengganti gugus amino primer dinamakan asam
imino.
1) ASAM AMINO NETRAL
Asam amino netral terdiri atas asam amino alifatik (rantai cabang terdiri
atsa hidrokarbon﴿, asam amino dengan rantai cabang hidroksil, asam amino
dengan rantai cabang aromatik dan asam amino dengan rantai cabang yang
mengandung sulfur.
Tabel1.1 Klasifikasi Asam Amino menurut Gugus Asam dan Basa
Asam Amino Lambang Struktur Gugus Samping
1. As. Amino netral
a. Alifatik
a. Glisina
b. Alanina
c. Valina
d. Leusina
e. Isoleusina
Gly
Ala
Val
Leu
Ile
–H
–CH3
–CH(CH3)2
–CH2CH(CH3)2
–CH(CH3)CH2CH3
b. Rantai Cabang Hidroksil
a. Serin
b. Treonin
Ser
Thrs
–CH2OH
–CH(OH)CH3
c. Rantai Cabang Aromatik
a. Fenilalanin
b. Tirosin
c. triftofan
Fen
Tyr
Trp
–C–
H2
–C– –OH
H2
–CH2–C
HC
N
d. Rantai Mengandung Sulfur
a. Sistein
b. Metionin
Cys
Met
–CH2SH
–CH2CH2SCH3
2. Asam Imino
Prolin Pro CH2
H2C CH2
NH –CH
COOH
3. Asam Amino Asam
a. Asam aspartat
b. Asam glutamate
c. Asparagin
d. Glutamin
Asp
Glu
Asn
Gln
–CH2COOH
–(CH2)2COOH
O
– C – C– NH2
H2
O
– C – C – C– NH2
H2 H2
4. Asam Asam Basa
a. Lisin
b. Arginin
c. Histidin
Lis
Arg
His
–(CH2)4NH2
–(CH2)3NHC(NH2)=NH
–CH2 –C CH
HN N
C
H
(Sumber : http://bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/materi/kimia101/BAB%2011-Senyawa
%20Kompleks%20&%20Polimer.pdf)
Dr. William Rose, (1917) seorang pioner dalam penelitian protein dengan
menggunakan berbagai campuran asam amino, membagi asam amino dalam dua
golongan, yaitu asam amino esensial dan tidak esensial. Ternyata ada Sembilan
jenis asam amino esensial untuk manusia yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan jaringan tubuh. Kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesis
tubuh, yang berarti harus ada dalam makanan sehari-hari. Bila tubuh mengandung
cukup nitrogen, tubuh mampu mensintesis sebelas jenis asam amino lain, yaitu
asam amino tidak esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan tubuh. Nitrogen ini dapat berasal dari asam amino tidak esensial lain atau
dari asam amino esensial yang berlebihan.
Tabel 1.2 Klasifiksai asam amino menurut esnsial, tidak esensial bersyarat dan
tidak esensial
Asam Amino
Esensial Tidak
EsensialBersyarat
Tidak Esensial
Leusin
Isoleusin
Valin
Triptofan
Fenilalanin
Metionin
Treonin
Lisin
Histidin
Prolin
Serin
Arginin
Tirosin
Sistein
Trionin
Glisin
Glutamate
Alanin
Aspartat
Glutamine
Asam amino yang betul-
Asam amino tidak esensial adalah asam amino yang dapat disintesis
melalui aminase reduktif asam keton atau melalui transaminase.
Asam amino tidak esensial bersyarat adalah asam amino yang disintesis
dari asam amino lain atau metabolit mengandung nitrogen kompleks lain. Sintesis
(Sumber: Almatsier, 2001: 82)
asam amino tidak dilakukan melalui transaminse sederhana. Ternyata nitrogen
amino tidak bebas bisa dipertukarkan antarsemua asam amino. Sistein ternyata
disinteis dari metionin atau serin, tirosin dari fenilalanin, arginin dan prolin dari
glutamate dan aspartat, dan histidin dari adenine dan glutamine. Asam amino yang
diperlukan untuk mensintesis asam amino tidak esensial ini dinamakan prekursor
asam amino tersebut.
II.2 Pencernaan Protein
PENCERNAAN PROTEIN
Di dalam rongga mulut, protein makanan belum mengalami proses
pencernaan.Pencernaan protein dimulai di lambung.
1. Lambung merupakan suatu tempat yang pada berbagai spesies, protein
mula-mula dicerna. Langkah pertama dalam pencernaan protein terjadi,
bila pakan berhubungan dengan enzim pepsin dari getah lambung. Pepsin
memecah protein menjadi gugusan yang lebih sederhana, yaitu proteosa
dan pepton. Getah pankreas yang mengandung enzim tripsin,
khimotripsin, dan karboksipeptidase dialirkan ke duodenum. Enzim-enzim
tersebut meneruskan pencernaan protein, yang dalam lambung dimulai
oleh pepsin, memecah zat-zat lebih rumit menjadi peptida dan akhirnya
kedalam asam-asam amino (Anonim, 2007). Asam klorida lambung
membuka gulungan protein (proses denaturasi), sehingga enzim
pencernaan dapat memecah ikatan peptide. Asam klorida mengubah enzim
pepsinogen tidak aktif yang dikeluarkan oleh mukosa lambung menjadi
bentuk aktif pepsin. Karena makanan hanya sebentar saja tinggal di dalam
lambung, pencernaan protein hanya terjadi hingga dibentuknya campuran
polipeptida, proteose dan pepton (Almatsier, 2001). Di lambung,
Hydrochloric acid (HCL) menguraikan rangkaian protein (denaturasi
protein) dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin lalu
menguraikan protein menjadi polipeptida kecil dan beberapa asam amino
bebas.
2. Pencernaan protein dilanjutkan di dalam usus halus oleh campuran enzim
protease. Pankreas mengeluarkan cairan yang bersifat sedikit basa dan
mengandung berbagai prekursor protease, seperti tripsinogen,
kimotripsinogen, prokarboksipeptidase, dan proelastase. Enzim-enzim ini
menghidrolisis ikatan peptide tertentu. Di usus halus, polipeptida diuraikan
menjadi asam amino dengan menggunakan enzim pankreas dan intestinal
protease:
a. Trypsin -> menguraikan ikatan peptida menjadi asam amino lysine dan
arginine.
b. Chymotrypsin -> menguraikan ikatan peptoda menjadi asam amino
phenylalanine, tyrosine, tryptophan, methionine, asparagine, dan
histidine.
c. Carboxypeptidase -> menguraikan asam amino dari ujung karboksil
polipeptida.
d. Elastase dan collagenase -> menguraikan polipeptida menjadi
polipeptida ynag kebih kecil dan tripeptida.
Dan enzim yang ada di permukaan sel dinding usus halus:
a. Intestinal tripeptidase -> menguraikan tripeptida menjadi dipeptida dan
asam amino.
b. Intestinal dipeptidase -> menguraikan tripeptida menjadi asam amino.
c. Intestinal aminopeptidase -> menguraikan asam amino dari ujung
amino polipeptida kecil.
Sentuhan kimus terhadap mukosa usus halus merangsang
dikleuarkannya enzim enterokinase yang mengubah tripsinogen tidak aktif
yang berasal dari pancreas menjadi tripsin aktif. Perubahan ini juga
dilakukan oleh tripsin sendiri secara otokatalik. Disamping itu tripsin
dapat mengaktifkan enzim-enzim proteolitik lain berasal dari pancreas.
Kimotripsinogen diubah menjadi beberapa jenis kimotripsin aktif;
prokarboksipeptidase dan proelastase diubah menjadi karboksipeptidase
dan elastase aktif. Enzim-enzim pankreas ini memecah protein dari
polipeptida menjadi peptide lebih pendek, yaitu tripeptida, dipeptida, dan
sebagian menjadi asam amino. Mukosa usus halus juga mengeluarkan
enzim-enzim protease yang menghidrolisis ikatan peptide.
3. Hidrolisis produk-produk lebih kecil hasil pencernaan protein dapat terjadi
setelah memasuki sel-sel mukosa atau pada saat diangkut melalui dinding
epitel. Mukosa usus halus mengeluarkan enzim amino peptidase yang
memecah polipeptida menjadi asam amino bebas. Enzim ini membutuhkan
mineral Mn ++ atau Mg++ untuk pekerjaannya. Mukosa usus halus juga
mengandung enzim dipeptidase yang memecah dipeptida tertentu dan
membutuhkan mineral Co++ atau Mn++ untuk pekerjaannya.
4. Enzim-enzim proteolitik yang ada dalam lambung dan usus halus pada
akhirnya dapat mencernakan sebagian besar protein makanan menjadi
asam amino bebas. Tripsin dan kimotripsin dapat lebih cepat dan
sempurna bekerja bila didahului oleh tindakan pepsin. Tetapi, kedua jenis
enzim ini tanpa didahului pepsin juga membebaskan asam amino dari
protein.
5. Setelah itu, asam amino diserap oleh dinding usus, lalu diangkut ke sel,
dimana asam amino tersebut dilepaskan ke dalam darah.
6. Kelebihan protein tidak disimpan dalam tubuh, melainkan akan dirombak
dalam hati menjadi senyawa yang mengandung unsur N, seperti NH3
(amonia) dan NH4OH (amonium hidroksida) serta senyawa yang tidak
mengandung unsur N. Senyawa yang mengandung unsur N akan disintesis
menjadi urea di hati, karena hati mempunyai enzim arginase. Urea
diangkut bersama zat-zat sisa lainnya ke ginjal untuk dikeluarkan melalui
urin.
Senyawa Protein alam seringkali memperlihatkan ketahanan terhadap
pencernaan enzim-enzim tersebut, oleh karenanya perlu dirubah terlebih dahulu
sedemikian rupa sehingga bentuk tiga dimensional dari protein dipecah ke dalam
bentuk sederhana untuk memudahkan bagi enzim menghidrolisanya. Berlawanan
dengan manusia yang memperoleh sebagian besar makanan proteinnya dimasak
dan dengan demikian memperoleh protein dalam keadaan yang sudah dirubah,
maka ayam memperoleh sebagian besar proteinnya dalam bentuk aslinya (dialam
langsung tanpa perlakuan pemasakan) dan perubahan akan dilaksanakan dalam
proventrikulus dan empedal. Molekul-molekul protein alam dapat mengandung
hanya sedikit senyawa yang peka terhadap aksi proteinase. Akan tetapi keadaan
asam proventrikulus dan empedal berguna untuk memecah protein sedemikian
rupa sehingga sebagian besar senyawa peptida yang peka terhadap pepsin menjadi
terurai.
Sekali proteolisis telah dimulai oleh pepsin maka akan terjadi peningkatan
yang cepat dalam kepekaan senyawa peptida terhadap hidrolisis oleh enzim-enzim
proteolitik usus halus. Polipeptida hasil pencernaan pepsin dalam proventrikulus
dan empedal kemudian dipecah oleh tripsin, khimotripsin dan elastase di usus
halus. Aksi enzim-enzim tersebut membebaskan banyak sekali senyawa peptida
terakhir yang dicerna oleh aminopeptidase, karboksipeptidase dan peptidase
khusus lainnya yang terdapat dalam rongga atau mukosa usus kecil. Setiap enzim
harus memainkan peranannya dalam urutan hidrolisis protein. Dalam banyak hal,
hidrolisa hasil kegiatan satu enzim melengkapi substrat untuk enzim berikutnya.
Jadi hambatan setiap enzim proteolitik, terutama dari enzim permulaan, pepsin
atau tripsin akan mengakibatkan penurunan yang nyata dalam pencernaan protein.
II.3 Penyerapan Protein
Di dalam usus halus protein makanan dicerna total menjadi asam – asam
amino, yang kemudian diserap melalui sel – sel epithelium dinding usus. Semua
asam amino larut di dalam air sehingga dapat berdifusi secara pasif melalui
membran sel. Ternyata bahwa kecepatan dan mudahnya asam amino menembus
membran sel melebihi hasil difusi pasif, dan untuk berbagai asam amino tidak
sama, ada yang lebih mudah dan cepat, tetapi ada yang lebih lambat
penyerapannya. Bahkan asam – asam amino tersebut dapat diserap menentang
suatu gradient konsentrsi ( concentration gradient), yang tidak mungkin terjadi
pada difusi pasif.
Penyerapan asam – asam amino telah banyak sekali dipelajari, baik in vivo
maupun in vitro, ( metoda cincin usus, kantong intestine bagi penelitian in vitro;
intestinal loop, balance technique bagi in vivo). Penelitian – penelitian tersebut
menunjukkan bahwa asam – asam amino diserap secara aktif. Ada tanda – tanda
bahwa masing – masing kelompok asam amino (asm amino netral, asam amino
basa dan asam amino asam), diserap secara aktif mempergunakan satu transport
carrier untuk masing – masing kelompok tersendiri – sendiri.
Akibat adanya kompetisi di antara sesama anggota satu kelompok, maka
penyerapan suatu asam amino murni berbeda dengan penyerapannya bila di dalam
suatu kelompok. Beberapa sifat terdapat pada suatu mekanisme penyerapan aktif:
a) Aliran zat yang diserap dapat menentang gradien konsentrasi.
b) Memerlukan energi.
c) Menunjukkan fenomena jenuh pada ketinggian konsentrasi tertentu.
d) Menunjukkan gejala persaingan antara para anggota dari satu 2
e) Dihambat oleh zat – zat penghambat oksidasi.
Pada umumnya protein dicerna dan diserap secara sempurna, sehingga di
dalam tinja praktis tak tersisa protein makanan. Memang di dalam tinja ada
protein, tetapi bukan berasal dati makanan, melainkan dari cairan pencernaan, dari
sel – sel epithel usus yang terlepas dan sebagian besar dari mikroflora usus yang
terbawa ke dalam tinja tersebut.
Pada gangguan pencernaan dan penyerapan, protein makanan dapat terbawa
ke dalam colon dan dipecah oleh mikroflora usus. Pemecahan protein oleh
mikroflora usus menimbulkan proses pembusukan (putrefaction); hasil
pemecahan protein dan asam amino di anataranya gas H2S, indol dan skatol yang
berbau busuk. Dekarboksilasi asam – asam amino menghasilkan berbagai ikatan
amino yang toksik. Kumpulan ikatan – ikatan ini diberi nama ptomaine; dua
anggota ptomaine ialah putrescine dan cadaverine. Zat – zat toksik ini dapat
diserap oleh tubuh dan memeberikan keluhan – keluhan, seperti demam dan gatal
– gatal.
Ada pula polypeptida atau molekul protein dengan berat molekul rendah
yang dapat menenmbus lapisan epitel usus dan masuk diserap ke dalam cairan
tubuh dan aliran darah. Polypeptida dan protein asing ( bukan asli dibuat dalam
metabolisme tubuh itu sendiri) yang masuk ke dalam milieu interieur, bersifat
antigenik, merangsang alat pertahanan tubuh untuk menggerakkan upaya – upaya
perlawanan, diantaranya dengan membuat badan – badan anti (antibodies).
Antibody bereaksi melawan antigen, dan reaksi demikian disebut reaksi allergik,
menimbulkan gejala – gejala alergik. Pada dasarnya gejala – gejala ini
menyangkut pembuluh darah dan otot – otot polos. Manifestasi reaksi allergik
dapat berupa kontraksi otot – otot polos pada saluran pernapasan, sehingga terjadi
serangan asmatik. Dapat pula reaksi tersebut berupa permeabilitas kapiler darah
meningkat, sehingga terjadi oedema lokal, terutama pada permukaan kulit,
sehingga terjadi urticaria (biduran). Atas dasar – dasar inilah terdapat orang –
orang yang alergi terhadap beberapa jenis makanan sumber protein, terutama jenis
ikan laut, kerang atau udang. Malah ada pula kasus alergi terhadap air susu.
Setelah asam – asam amino diserap ke dalam jaringan dinding usus, terus
dialirkan ke dalam kapiler darah dan melalui Vena portae ke dalam hati.
Postprandial kadar asam amino di dalam darah arterial meningkat lebih tinggi
daripada di dalam darah vena. Kenaikan kadar asam amino di dalam plasma darah
ini tidak menyolok, karena asam – asam amino sangat cepat ditangkap oleh sel –
sel tubuh, sehingga kadarnya di dalam aliran darah tidak sampai memuncak
tinggi. Meskipun demikian dengan teknik penentuan yang cukup sensitif dapat
diperlihatkan kadar asam – asam amino yang berbeda antara darah arterial dan
darah vena. Kadar protein 7% di dalam makanan sudah sanggup menyebabkan
perbedaan kadar asam amino dalam darah, sebelum dan setelah pemberian dosis.
Di dalam rongga intestine, campuran asam – asam amino hasil pencernaan
protein makanan itu ditambah dengan asam – asamamino endogen sehingga
konsentrasinya menjadi 3-4 kali yang berasalo dari makanan. Penambahan ini
menyebabakan komposisi asam – asam amino menjadi lebih seimbang, yang
meningkatkan penyerapan.
Dalam aliran darah, asam amino ditransport bersama albumin, tetapi
ikatannya sangat longgar, sehingga dianggap sebagai asam amino bebas. Dengan
menambahkan alkohol kepaa sampel plasma, ikatan asam amino dengan albumin
ini terputus dan terdapat asam amino bebas di dalam plasma tersebut, yang dapat
ditentukan kuantitasnya. Plasma amino acid pattern dapat ditentukan dengan
metoda khormatographi kertas atau TLC. Khromatogram yang terdapat demikian
disebut fingerprinting dari asam amino bebas di dalam plasma.
BAB III
METABOLISME PROTEIN
Protein dalam makanan
Protein dalam makanan nabati terlindung oleh dinding sel yang terdiri atas
selulosa, yang tidak dapat dicerna oleh cairan pencernaan kita, sehingga daya
cerna sumber protein nabati pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan
sumber protein hewani.
Memasak makanan dengan memanaskannya akan merusak dan
memecahkan dinding sel tersebut, sehingga protein yang terdapat di dalam sel
menjadi terbuka dan dapat dicapai oleh cairan pencernaan saluran gastrointestinal.
Protein hewani pada umumnya mempunyai kualitas (nilai gizi) lebih tinggi
dibandingkan dengan protein nabati. Namun demikian, campuran beberapa bahan
makanan sumber protein nabati dapat menghasilkan komposisi asam amino yang
secara keseluruhannya mempunyai kualitas cukup tinggi. Bahan makanan sumber
protein hewani pada umumnya lebih mahal dibandingkan dengan sumber protein
nabati.
Campuran nasi dengan kacang kedelai atau hasil olah kedelai, memberikan
komposisi asam – asam amino yang bernilai gizi tinggi, karena pengaruh saling
suplementasi. Juga bubur kacang hijau dengan ketan hitam yang banyak dijual di
warung – warung di tepi jalan di kota – kota di pulau Jawa, adalah komposisi
yang baik untuk mendapatkan campuran asam – asam amino bernilai protein
tinggi. Juga mie bakso merupakan makanan rakyat yang bernilai protein tinggi,
karena protein terigu di dalam mie campur dengan protein daging atau ikan di
dalam baksonya.
Kedua jenis makanan tersebut disukai rakyat dan dijual dengan harga yang
terjangkau oleh daya beli masyarakat banyak yang membutuhkannya. Sebaiknya
kedua jenis makanan rakyat itu digalakkan dan disebrkan lebih meluas lagi ke
segala bagian tanah air kita ini.
a. Penggunaan Protein Untuk Membentuk Protein atau Asam Amino Tidak
Esensial.
Bila sel membutuhkan protein tertentu, sel tersebut akan membentuknya
dari asam amino yang tersedia. Bila sel membutuhkan asam amino tidak esensial
tertentu utnuk pembentukan protein, sel akan membutanya dengan cara memecah
asam amino lain yang tersedia dan menggabungkan gugus aminonya dengan unit-
unit karbon-karbon fragmen yang berasal dari glukosa.
b. Penggunaan Asam Amino untuk Membentuk Ikatan-ikatan Lain
Sel juga dapat membentuk ikatan-ikatan lain dari asam amino. Misalnya,
asam aminotirosin merupakan precursor pengantar saraf neropinefrin dan
epinefrin yang mengantarkan pesan-pesan saraf ke seluruh tubuh. Tirosin juga
dapat diubah menjadi melanin yaitu pigmen tubuh, atau menjadi tiroksin,
hormone yang mnegatur laju metabolisme. Triptofan merupakan prekursor
pengantar saraf serotonin dan vitamin niasin.
c. Penggunaan Asam Amino sebagai Energi
Walaupun fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bilamana
tubuh kekurangan zat energy fungsi protein untuk menghasilkan energy atau
untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Bila glukosa atau asam lemak di
dalam tubuh terbatas, sel terpaksa menggunakan protein untuk membentuk
glukosa dan energy. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energy sel-sel otak dan
system saraf. Pemecahan protein tubuh guna memenuhi kebutuhan energy dan
glukosa pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot-otot. Oleh karena itu,
dibutuhkan konsumsi karbohidrta dan lemak yang cukup tiap hari sehingga
protein dapat digunakan sesuai fungsi utamanya. Kelebihan asam amino dalam
tubuh, setelah terlebih dahulu melepas gugus NH2-nya melalui proses deaminasi,
akan memasuki jalur metabolisme yang sama dengan yang digunakan oleg
karbohidrat dan lipida.
d. Deaminase Asam Amino
Deaminasi atau melepasnya gugus amino (NH2) dari asam amino akan
menghasilkan sisa berupa ammonia dalam sel. Ammonia yang bersifat racun akan
masuk dalam peredaran darah dan dibawa ke hati. Hati akan mengubah ammonia
menjadi ureum yang sifat racunnya lebih rendah, dan mengembalikannya ke
peredaran darah. Ureum dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal dan urine. Ureum
diproduksi dari asam amino bebas di dalam tubuh yang tidak digunakan dan dari
pemecahan protein jaringan tubuh.
e. Penggunaan Kelebihan Protein untuk Pembentukan Lemak
Dalam keadaan berlebihan, protein akan mengalami deaminase. Nitrogen
dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan karbon akan diubah menjadi lemak dan
disimpan di dalam tubuh. Dengan demikian, maka protein secara berlebihan dapat
menyebabkan kegemukan.
f. Persediaan Metabolik Asam Amino
Di dalam tubuh tidak ada persediaan besar asam amino. Kelebihan asam
amino untuk keperluan sintesis protein dan berbagai ikatan nitrogen bukan ikatan
protein akan dimetabolisme. Akan tetapi di dalam protein sel-sel ada persediaan
metabolic asam amino yang berada dalam keseimbangan dinamis yang dapat
setiap waktu digunakan. Perubahan protein secara terus-menerus pada orang
dewasa diperlukan untuk memelihara persediaan asama amino untuk memenuhi
kebutuhan segera asam amino oleh berbagai sel dan jaringan guna pembentukan
protein. Jaringan yang paling aktif dalam perubahan protein adalah protein
plasma, mukosa saluran cerna, pankreas, hati, dan ginjal. Jaringan otot dan kulit
biasanya tidak terlalu aktif.
Sumber eksogen sumber endogen
Kl. 70g/hr kl. 140g/hr
Protein protein jaringan
Makanan enzim,
hormone,dsb
Sintesis
(as. Amino non esensial)
Pencernaan & sintesis & degradasi
absorpsi
Transaminase
Eksresi ginjal desaminase konveksi
Hati Amonia
α-as.keto
kelebihan as.amino urea
(0.9-1.0 g/hr)
Persediaan as.amino
Bahan-bahan jaringan non protein nitrogen esensial (purin, pirimidin, kolin, keratin, niasin, porfirin, epinefrin, tiroksin, as.empedu, melanin, dll
oksidasi,dsb
urin
glukosa,
bhn keton,dsb
asetil Ko.A,
siklus TCA
Co2 + H2O + ATP
Gbr. 1.2 Metabolisme protein dan asam aamino
(sumber: Almatsier, 2001: 95)
HORMON YANG BERPENGARUH PADA METABOLISME PROTEIN
1. Hormon Tiroid
Efek utama T3/T4 adalah untuk menggalakkan sintesis protein secara
umum dan menghasilka keseimbangan nitrogen yang positif. Konsentrasi
T3 yang sangat tinggi akan menghambat sintesis protein dan
menyebabakan keseimbangan nitrogen yang negatif. Tiroksin
meningkatkan kecepatan metabolisme seluruh sel, secara tidak langsung
juga mempengaruhi metabolisme protein. Jika karbohidrat dan lemak tidak
cukup tersedia untuk energi, tiroksin menyebabkan pemecahan protein
yang cepat dan memakainya untuk energi.
2. Insulin
Insulin penting untuk sintesis protein. Kekurangan insulin secara total,
mengurangi sintesis protein sampao hampir nol. Meski tidak diketahui
kenapa, tapi insulin memang mempercepat transpor asam amino ke sel.
Insulin juga meningkatkan persediaan glukosa ke sel, sehingga kebutuhan
asam amino untuk energi berkurang.
3. Glukokortikoid
Glukokortikoid yang disekresikan adrenal kortex mengurangi kuantitas
protein di sebagian besar jaringan, tapi meningkatkan konsentrasi asam
amino di dalam plasma, juga meningkatkan protein hati dan protein
plasma. Diduga bahwa glukokortikoid bekerja dengan meningkatkan
kecepatan pemecahan protein ekstrahepatik, dengan demikian,
meningkatkan jumlah asam amino yang tersedia dalam cairan tubuh. Hal
ini sebaliknya memungkinkan hati meningkatkan jumlah sintesis protein
ekstraseluler dan protein plasma
4. Testosteron
Testosteron menyebabkan peningkatan deposit protein dalam jaringan di
seluruh tubuh, terutama peningkatan protein kontraktil otot. Berbeda
dengna hormon pertumbuhan yang menyebabakna jaringan terus menerus
tumbuh hamoir tak terbatas, testosteron menyebabkan otot dan jaringan
protein lain membesar hanya untuk beberapa bulan.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
a. Asam amino ada tiga golongan, yaitu asam amino esensial (leusin,
isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionin, treonin, lisin, dan
histidin), asam amino tidak esensial (glutamate, alanin, aspartat, dan
glutamine) dan asam amino tidak esensial bersyarat (prolin, serin,
arginin, tirosin, sistein, trionin, dan glisin)
b. Asam amino berdasarkan jumlah gugus asam ﴾karboksil﴿ dan basa
﴾amino﴿, dibagi menjadi: ﴾1﴿ asam amino netral, ﴾2﴿ asam amino asam
﴾rantai cabang asam), ﴾3﴿ asam amino basa ﴾rantai cabang basa﴿, ﴾4﴿ asam amino.
c. Pencernaan dan penyerapan protein diawali dari mulut yang mengunyah
makanan bercampur dengan air ludah dan ditelan, masuk ke lambung,
asam lambung membuka molekul protein dan mengaktifkan enzim
lambung, sehingga enzim pencernaan dapat memecahkan ikatan peptida
hingga terbentuknya campuran polipeptida, proteose dan pepton.
Dilanjutkan ke usus halus, pencernaan dibantu oleh enzim protease. Usus
halus merangsang dikeluarkan enzim yang mampu mengaktifkan tripsin
dari pankreas, tripsin ini yang mengaktifkan enzim-enzim di pankreas
sehingga mampu memecah polipeptida menjadi peptide lebih pendek dan
sebagian asam amino. Asam amino bebas ini yang kemudian diserap dan
masuk ke dalam darah.
d. Dari asam amino yang diserap masuk ke dalam darah dan dihantarkan ke
sel-sel tubuh, sebagian dikatabolisme sehingga menghasilan energy, dan
jika terjadi kelebihan protein akan terjadi deaminase, nitrogen diubah
akan dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urine dan sisa ikatan karbon
akan diubah menjadi lemak yang disimpan di dalam tubuh. Sebagian lagi
disintesis untuk memenuhi persediaan asam amino dalam tubuh.
IV.2 Saran
Untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh kita, maka
diperlukannya mengkonsumsi makanan yang mengandung protein tetapi
harus dalam keadaan yang seimbang agar tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan protein.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Garamedia Pustaka Pusat. Jakarta.
Anonim. 2007. Pencernaan dan Penyerapan Protein. http://chickaholic.wordpress.co m . Diakses tanggal 10 September 2009.
Budianto, Agus Krisno. 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. UMM Press: Malang.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Universitas Indonesia. Jakarta.
Rufiati, Etna. 2009. Protein Bagian 1.http://kimiaterus.blogspot.com/2009/05/protein.html. Diakses tanggal 10 September 2009.
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 1985. Ilmi Gizi (untuk mahasiswa dan profesi). Dian Rakyat: Jakarta.