Makalah NT
-
Upload
zeenap-shahab -
Category
Documents
-
view
192 -
download
19
Transcript of Makalah NT
1
1
BAB ITINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi Neuralgia Trigeminal
Neuralgia trigeminal terdiri atas dua kata. Neuralgia, berasal dari bahasa
Yunani; yaitu awalan "neuro-" yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran "-
algia" yang berarti nyeri. Dengan demikian neuralgia berarti nyeri yang dirasakan
di sepanjang saraf tertentu. Sedangkan trigeminal adalah salah satu dari dua belas
saraf kranial memiliki tiga cabang utama yaitu :
1. Cabang oftalmik : mensuplai sensasi sinus frontalis, konjungtiva, kornea,
kelopak mata atas, pangkal hidung, dahi dan kulit kepala sampai sejauh
puncak kepala.
2. Cabang maksilar : mensuplai sensasi pipi, sinus maksilaris, aspek lateral
hidung, gigi atas, nasofaring, palatum durum, dan uvula.
3. Cabang mandibularis : mensuplai sensasi dagu, rahang bawah, dua pertiga
anterior lidah, gigi bawah, gusi dan lantai mulut, dan mukosa bukal pipi.
Dengan demikian neuralgia trigeminal didefinisikan sebagai nyeri yang
dirasakan pada minimal salah satu dari ketiga cabang saraf trigeminal. Neuralgia
trigeminal ditandai dengan nyeri tajam yang timbul mendadak dan singkat, sering
hanya timbul sesisi, namun dirasakan sangat berat dan dapat berulang; pada
daerah yang diatur oleh saraf trigeminal.
2
Gambar 1. Cabang Nervus Trigeminal
1.2 Epidemiologi
Gangguan ini umumnya mengenai pasien berusia lebih dari 50 tahun
meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan anak-anak. Penyakit ini lebih
sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan
merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh).
Hanya 10 % kasus yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun. Sumber lain
menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia di atas
50 tahun,
1.3 Etiologi
Neuralgia Trigeminal, dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi :
a. Penekanan nervus trigeminal oleh pembuluh darah yang membengkak
atau tumor
b. Multiple sklerosis
c. Idiopatik
1.4 Pathogenesis
Neuralgia Trigeminal dapat terjadi akibat berbagai kondisi yang melibatkan
sistem persarafan trigeminus ipsilateral. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang
menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang
mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal
3
tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Lima sampai delapan persen kasus
disebabkan oleh adanya tumor benigna pada sudut serebelo-pontin seperti
meningioma, tumor epidermoid, atau neurinoma akustik. Kira-kira 2-3% kasus
karena sklerosis multipel. Ada sebagian kasus yang tidak diketahui sebabnya.
Menurut Fromm, neuralgia Trigeminal bisa mempunyai penyebab perifer maupun
sentral.
Sebagai contoh dikemukakan bahwa adanya iritasi kronis pada saraf ini,
apapun penyebabnya, bisa menimbulkan kegagalan pada inhibisi segmental pada
nukleus/ inti saraf ini yang menimbulkan produksi ectopic action potential pada
saraf Trigeminal. Keadaan ini, yaitu discharge neuronal yang berlebihan dan
pengurangan inhibisi, mengakibatkan jalur sensorik yang hiperaktif. Bila tidak
terbendung akhirnya akan menimbulkan serangan nyeri. Aksi potensial
antidromik ini dirasakan oleh pasien sebagai serangan nyeri trigerminal yang
paroksismal. Stimulus yang sederhana pada daerah pencetus mengakibatkan
terjadinya serangan nyeri.
Efek terapeutik yang efektif dari obat yang diketahui bekerja secara sentral
membuktikan adanya mekanisme sentral dari neuralgi. Tentang bagaimana
multipel sklerosis bisa disertai nyeri Trigeminal diingatkan akan adanya
demyelinating plaques pada tempat masuknya saraf, atau pada nukleus sensorik
utama nervus trigeminus.
Pada nyeri Trigeminal pasca infeksi virus, misalnya pasca herpes, dianggap
bahwa lesi pada saraf akan mengaktifkan nociceptors yang berakibat terjadinya
nyeri. Tentang mengapa nyeri pasca herpes masih bertahan sampai waktu cukup
lama dikatakan karena setelah sembuh dan selama masa regenerasi masih tetap
4
terbentuk zat pembawa nyeri hingga kurun waktu yang berbeda. Pada orang usia
muda, waktu ini relatif singkat. Akan tetapi, pada usia lanjut nyeri bisa
berlangsung sangat lama. Pemberian antiviral yang cepat dan dalam dosis yang
adekuat akan sangat mempersingkat lamanya nyeri ini.
Peter Janetta menggolongkan neuralgia glossopharyngeal dan hemifacial
spasm dalam kelompok "Syndromes of Cranial Nerve Hyperactivity". Menurut
dia, semua saraf yang digolongkan pada sindroma ini mempunyai satu kesamaan:
mereka semuanya terletak pada pons atau medulla oblongata serta dikelilingi oleh
banyak arteri dan vena. Pada genesis dari sindroma hiperaktif ini, terdapat dua
proses yang sebenarnya merupakan proses penuaan yang wajar :
1. Memanjang serta melingkarnya arteri pada dasar otak.
2. Dengan peningkatan usia, karena terjadinya atrofi, maka otak akan bergeser
atau jatuh ke arah caudal di dalam fossa posterior dengan akibat makin besarnya
kontak neurovaskuler yang tentunya akan memperbesar kemungkinan terjadinya
penekanan pada saraf yang terkait.
Ada kemungkinan terjadi kompresi vaskuler sebagai dasar penyebab umum dari
sindroma saraf kranial ini. Kompresi pembuluh darah yang berdenyut, baik dari
arteri maupun vena, adalah penyebab utamanya. Letak kompresi berhubungan
dengan gejala klinis yang timbul. Misalnya, kompresi pada bagian rostral dari
nervus trigeminus akan mengakibatkan neuralgia pada cabang oftalmicus dari
nervus trigeminus, dan seterusnya. Menurut Calvin, sekitar 90% dari neuralgia
Trigeminal penyebabnya adalah adanya arteri "salah tempat" yang melingkari
serabut saraf ini pada usia lanjut. Mengapa terjadi perpanjangan dan pembelokan
pembuluh darah, dikatakan bahwa mungkin sebabnya terletak pada predisposisi
5
genetik yang ditambah dengan beberapa faktor pola hidup, yaitu merokok, pola
diet, dan sebagainya. Pembuluh darah yang menekan tidak harus berdiameter
besar. Walaupun hanya kecil, misalnya dengan diameter 50-100 um saja, sudah
bisa menimbulkan neuralgia, hemifacial spasm, tinnitus, ataupun vertigo. Bila
dilakukan microvascular decompression secara benar, keluhan akan hilang.
1.5 Alur Diagnosa
Anamnesis :
a. Lokalisasi nyeri, untuk menentukan cabang nervus trigeminus yang
terkena.
b. Menentukan waktu dimulainya Trigeminal neuralgia dan
mekanisme pemicunya.
c. Menentukan interval bebas nyeri.
d. Menentukan lama, efek samping, dosis, dan respons terhadap pengobatan.
e. Menanyakan riwayat penyakit herpes.
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai
semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk.
Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat
terkena setrum listrik. Penderita neuralgia trigeminal yang berat menggambarkan
rasa sakitnya seperti ditembak, kena pukulan jab, atau ada kawat di sepanjang
wajahnya. Serangan ini hilang timbul dan bisa jadi dalam sehari tidak ada rasa
sakit. Namun, bisa juga sakit menyerang setiap hari atau sepanjang minggu
kemudian, tidak sakit lagi selama beberapa waktu. Neuralgia trigeminal biasanya
hanya terasa di satu sisi wajah, tetapi bisa juga menyebar dengan pola yang lebih
luas. Jarang sekali terasa di kedua sisi wajah dlm waktu bersamaan.
6
Pemeriksaan Fisik:
a. Menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminus bilateral
(termasuk refleks kornea).
b. Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus (membuka
mulut, deviasi dagu).
1.6 Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan tambahan baru diperlukan kalau ada keluhan neuralgia
trigeminal pada orang-orang muda; karena biasanya ada penyebab lain yang
tersembunyi. Itu pun perannya terbatas untuk eliminasi.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan:
a. Rontgen TMJ (temporomandibular joint)
b. CT- Scan atau MRI otak (untuk menyingkirkan tumor otak dan multiple
sclerosis)
1.7 Penatalaksanaan
PenatalaksanaanPengobatan pada dasarnya dibagi atas 3 bagian:
1. terapi konservatif.
2.terapi operatif (pembedahan) dipertimbangkan bila obat tidak berhasil
secara memuaskan.
3. Penatalaksanaan dari segi kejiwaan.
Terapi konservatif (obat)
Penyakit ini terutama menyerang mereka yang sudah lanjut usia. Karena itu,
pemilihan dan pemakaian obat harus diperhatikan secara cermat kemungkinan
timbulnya efek samping. Karena sebagian besar obat yang digunakan pada
penyakit ini mempunyai cukup banyak efek samping. Dasar penggunaan obat
7
pada terapi neuralgia trigeminal dan neuralgia saraf lain adalah kemampuan obat
untuk menghentikan hantaran impulse afferent yang menimbulkan serangan nyeri.
Obat yang sering digunakan :
1. Carbamazepin
2. Difinilhidantoin
Baik carbamazepin maupun difinilhidantoin keduanya dapat menekan
potensial aksi.
3. Clonazepam
Terutama diberikan pada penderita yang tidak dapat ditolong dengan
carbamazepin
4. Baklofan
Bekerja mirip GABA, yang juga menekan (inhibisi) potensial aksi.
Harus dimulai dengan dosis kecil, karena pada dosis besar penderita
lemas, seakan- akan tidak bisa jalan.
Terapi operatif (Bedah)
Pilihan terapi non-medis (bedah) dipikirkan bilamana kombinasi lebih dari
dua obat belum membawa hasil seperti yang diharapkan.
Penatalaksanaan dari Segi Kejiwaan
Hal lain yang penting untuk diperhatikan selain pemberian obat dan
pembedahan adalah segi mental serta emosi pasien. Selain obat-obat anti depresan
yang dapat memberikan efek perubahan kimiawi otak dan mempengaruhi
neurotransmitter baik pada depresi maupun sensasi nyeri, juga dapat dilakukan
teknik konsultasi biofeed back (melatih otak untuk mengubah persepsinya akan
rasa nyeri) dan teknik relaksasi.
8
1.8 Prognosa
Pada banyak kasus, nuralgia trigeminal memiliki prognosis yang baik. Kira-
kira 80 % pasien nyerinya menghilang dengan pengobatan. Ketika pengobatan
gagal atau terjadi efek samping yang tidak diinginkan maka, pilihan pengobatan
yang lain juga tersedia dan memiliki angka kesuksesan yang tinggi.
9
9
BAB IISTATUS PASIEN
2.1 Identitas Penderita
Nama : Ny. W
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Dinoyo, Malang
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 8 Februari 2012
2.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama : nyeri seperti disayat pisau di sekitar pipi
kanan
b. Keluhan penyerta : -
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
1. Lokasi : pipi sebelah kanan
2. Onset dan Kronologi : Ny. W datang ke RS jam 10.00 WIB. dengan
keluhan nyeri seperti disayat pisau di sekitar pipi kanan. Nyeri hilang
timbul dan biasa terjadi saat pasien mengunyah, berbicara, menguap
dan sakit gigi.
10
3. Kualitas keluhan : pasien sadar penuh, pasien memegang pipi
kanannya, dan seperti menahan rahangnya agar tidak banyak bergerak.
4. Kuantitas keluhan : nyeri hilang timbul, nyeri seperti disayat pisau
5. Faktor yang memperberat : bila pasien berbicara, mengunyah,
menguap dan sakit gigi.
6. Faktor yang memperingan : ketika diam, tidak menggerakkan rahang.
7. Gejala Penyerta : -
Ny. W datang ke RS dengan keluhan nyeri seperti disayat pisau di sekitar pipi
kanan. Nyeri hilang timbul dan biasa terjadi saat pasien mengunyah, berbicara,
menguap dan sakit gigi. Pasien sadar penuh, pasien memegang pipi kanannya, dan
seperti menahan rahangnya agar tidak banyak bergerak.
d. Riwayat Penyakit Dahulu:
- Riwayat Mondok : disangkal
- Riwayat penyakit serupa : disangkal
- Riwayat herpes : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat gastritis : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal
- Riwayat alergi makanan : disangkal
e. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
11
- Riwayat DM : disangkal
- Riwayat penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat penyakit Ginjal : disangkal
- Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
f. Riwayat Kebiasaan
- Riwayat merokok : disangkal
- Riwayat minum alkohol : disangkal
- Riwayat olah raga : Kadang-kadang
- Riwayat pengisian waktu luang : jalan-jalan bersama keluarga
g. Riwayat Sosial Ekonomi
Ny. W adalah seorang ibu rumah tangga, yang memiliki 3 orang anak.
Suami Ny. W (Tn.S) bekerja sebagai wiraswasta. Biaya hidup sehari-hari
ditanggung oleh Tn. S, penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
h. Riwayat Gizi
Pasien makan biasanya 2-3 kali sehari, dengan lauk pauk tempe, tahu,
ayam, telur, sayur – mayur dan kadang – kadang daging. Pasien minum 8 gelas air
putih sehari Gizi kesan cukup.
2.3 Anamnesis Sistem
a. Kulit : kulit gatal(-), keriput (-)
b. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-), rambut rontok(-), luka(-),
benjolan(-), nyeri pipi sebelah kanan (+)
c. Mata : pandangan mata berkunang-kunang(-), penglihatan
kabur(-), ketajaman penglihatan berkurang(-),
penglihatan ganda(-)
12
d. Hidung : tersumbat(-), mimisan(-)
e. Telinga : pendengaran berkurang ( - ), berdengung ( - ), keluar cairan (
- )
f. Mulut : sariawan ( - ), mulut kering (-)
g. Tenggorokan : sakit menelan ( -), serak (- )
h. Pernafasan : sesak nafas ( - ), batuk berdahak (-)
i. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada ( -)
j. Gastrointestinal : mual ( - ), muntah ( - )
k. Genitourinaria : BAK normal
l. Neurologik : kejang ( - ), lumpuh ( - ), kesemutan dan rasa tebal pada
kedua kaki ( - )
m. Psikiatri : emosi stabil, mudah marah ( - )
n. Muskuloskeletal : kaku sendi(-), nyeri sendi (-), nyeri otot(-), nyeri saat
menggerakkan rahang (+)
o. Ekstremitas :
o Atas kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )
o Atas kiri : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )
o Bawah kanan : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )
o Bawah kiri : bengkak ( - ), sakit ( - ), luka ( - )
2.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : cukup baik
b. Kesadaran : GCS 456 compos mentis
c. Tanda Vital
BB : 55 kg
13
TB : 160 cm
BMI : BB/TB2 => 21,5 kg/m2
Tensi : 120/80 mmHg
Suhu : 37oC
Nadi : 80x/menit
RR : 16 x/menit
d. Kulit
sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-), pucat (-), spidernevi (-)
e. Kepala
Bentuk mesocephal , Luka ( - ), rambut rontok ( - ), makula ( - ), papula (
- ), nodula ( - ).
f. Mata
Conjunctiva anemis ( - / - ), sklera ikterik ( - / - )
g. Hidung
Nafas cuping hidung (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)
h. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-).
i. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal.
j. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-).
k. Leher
14
lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
l. Toraks
bentuk normal, simetris, pernafasan thoracoabdominal, retraksi sela iga (-)
spidernevi (-), sela iga melebar (-), massa (-),kelainan kulit (-), nyeri (-)
m. Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V medial lineo media
clavicularis sinistra
Batas kanan bawah: ICS IV linea para sternalis
dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-)
Suara tambahan jantung : (-)
n. Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : bentuk normal, simetris
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : + + - - - -
suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -
+ + - - - -
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri, irama
regular, otot bantu nafas (-), pola nafas abnormal (-)
15
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : + + - - - -
suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -
+ + - - - -
o. Abdomen :
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa
(-), bekas jahitan (-)
Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tdk
teraba, turgor baik, massa (-), asites (-)
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
Auskultasi : peristaltik (+) normal
p. Ekstremitas : palmar eritem (-)
q. Pemeriksaan Neurologik
Kesadaran : kompos mentis GCS (E4 V5 M6)
Fungsi luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Status Lokalis : Pemeriksaan Nervus V :
Reflek kornea :
Penutupan kelopak mata bilateral secara reflek (+/+)
Cabang sensoris :
Pemeriksaan sentuhan (+)
Cabang motoris :
Pasien merasakan nyeri pada saat disuruh mengatupkan giginya.
16
r. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : perawatan diri baik
Kesadaran : compos mentis
Afek : appopriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk :realistik
isi :waham ( - ), halusinasi ( - ), ilusi ( - )
arus :koheren
Insight : baik
2.5 Planning Pemeriksaan Penunjang
Rontgent TMJ (Temporomandibular Joint)
2.5 Diagnosa
Neuralgia Trigeminal
17
2.6 Penatalaksanaan
Terapi Farmakologi
dr.X, SIP: 2071210043
Praktek/ Rumah: HariPraktek:Jl. Melati Senin-Jum’atMalang Pagi 07.00-09.00 WIB081708xxxxx Sore 16.00-20.00 WIB
Malang, 8 Februari 2012
R/ Carbamazepin Tab 300 mg No XXIS 3 dd Tab 1 d.c
paraf
Pro : Ny. WUmur : 35 tahunAlamat: Dinoyo, Malang
17
18
BAB IIIPEMBAHASAN
3.1 Penjelasan Obat
Carbamazepine merupakan Obat yang hingga kini dianggap merupakan
pilihan pertama. Bila efektif maka obat ini sudah mulai tampak hasilnya setelah 4
hingga 24 jam pemberian,kadang-kadang bahkan secara cukup dramatis. Dosis
awal adalah 3 x 100 hingga 200 mg. Bila toleransi pasien terhadap obat ini baik,
terapi dilanjutkan hingga beberapa minggu atau bulan. Dosis hendaknya
disesuaikan dengan respons pengurangan nyeri yang dapat dirasakan oleh pasien.
Dosis maksimal adalah 1200 mg/hari
Karena diketahui bahwa pasien bisa mengalami remisi maka dosis dan
lama pengobatan bisa disesuaikan dengan kemungkinan ini. Bila terapi berhasil
dan pemantauan dari efek sampingnya negatif, maka obat ini sebaiknya diteruskan
hingga sedikitnya 6 bulan sebelum dicoba untuk dikurangi. Pemantauan
laboratorium biasanya meliputi pemeriksaan jumlah leukosit, faal hepar, dan
reaksi alergi kulit. Bila nyeri menetap maka sebaiknya diperiksa kadar obat dalam
darah. Bila ternyata kadar sudah mencukupi sedangkan nyeri masih ada, maka
bisa dipertimbangkan untuk menambahkan obat lain, misalnya baclofan. Dosis
awal baclofen 10 mg/hari yang bertahap bisa dinaikkan hingga 60 hingga 80
mg/hari. Obat ketiga boleh ditambahkan bila kombinasi dua obat ini masih belum
sepenuhnya mengendalikan nyerinya. Tersedia phenytoin, sodium valproate,
19
gabapentin, dan sebagainya. Semua obat ini juga dikenal sebagai obat anti
epileptik.
Carbamazepin :
Indikasi : Epilepsi, serangan umum primer, epilepsy campuran, neuralgia
campuran, neuralgia glossopharingeal.
Dosis awal : 100 – 200 mg 1-2x / hari, kemudian ditingkatkan 400 mg 2-3x/hr.
pada beberapa pasien perlu 1,600-2,000mg/hr
Kontra Indikasi : hi[persensitif, block AV, riwayat Intermitten porfiria, akut
MAOI.
Perhatian : penyakit KV berat, kerusakan ginjal atau hati, usia lanjut, block AV,
kelainan darah, depresi sumsum tulang. Hamil, lakasi, anak < 6 tahun. Jangan
mengendarai atau mengoprasikan mesin.
Efek Samping : hilangnya nafsu makan, mulut kering, mual, diare, konstipasi,
sakit kepala, pusing, somnolen, ataksia, gangguan akomodasi pengelihatan,
demam, dermatitis eksfoliasi, sindrom Steven-Johnson, nekrosis epidermal toksis,
rambut rontok, leucopenia, trombositopenia, agranulositosis, hepatitis, proteinuria
& pembesaran kelenjar getah bening. Reaksi alergi kulit.
Interaksi obat : konsentrasi plasma meningkat dengan eritromisin, INH,
verapramil, diltiazem, dekstropropoksipen, viloxazine, simetidin. Manifestasi
neurotoksik reversible bila dikombinasi dengan litium.
3.2 Kesimpulan
Neuralgia trigeminal adalah nyeri yang dirasakan pada minimal salah satu dari
ketiga cabang saraf trigeminal. Neuralgia trigeminal ditandai dengan nyeri tajam
20
yang timbul mendadak dan singkat, sering hanya timbul sesisi, namun dirasakan
sangat berat dan dapat berulang; pada daerah yang diatur oleh saraf trigeminal.
Neuralgia Trigeminal ditandai oleh :
a. Serangan nyeri facial yang khas N. V
b. Satu cabang atau lebih
c. Paroksismal berupa rasa nyeri tajam (ditusuk atau disetrum listrik)
d. Berlangsung beberapa detik, jarang lebih dari 20 – 30 detik, diikiuti
masa penyembuhan beberapa detik sampai satu menit dan diikiuti
serangan berikutnya.
e. Sering disertai lakrimasi dan kontraksi otot- otot, diluar serangan sama
sekali tidak dirasakan nyeri tersebut.
3.2 Saran
Bila ditemukan gejala neuralgia Trigeminal segera periksakan ke dokter agar
penyakit tidak bertambah parah dan mengganggu aktifitas.
Sebaiknya pengobatan neuralgia Trigeminal pelu adanya perhatian khusus dan
kontrol rutin untuk mengawasi dan mengobati efek samping yang ditimbulkan
obat neuralgia Trigeminal.
21
21
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, Moch dr. SpS. 2008. Dasar – Dasar Neurologi: Neuralgia
Trigeminal. Malang. Hal: 180- 184
Ginsberg, Lionel. 2005. Lecture Note : Neurologi : Neuralgia Trigeminal.
EMS : Jakarta. Hal 75- 77
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik : Pemeriksaan Saraf
Cranial. EGC : Jakarta. Hal 364-36
22