makalah muskuloskeletal
-
Upload
dewiandrianikhanajmi -
Category
Documents
-
view
262 -
download
6
Transcript of makalah muskuloskeletal
MAKALAH LAPORAN DISKUSI KELOMPOK
MODUL BASIC SCIENCE IN NURSING 2
PEMICU 2 KARDIOVASKULER
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
ANGKATAN 2014
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DESEMBER/ 2014
Nama Kelompok 5:
Sitta Diana 11141040000003
Dewi Andriani 11141040000007
Iin Silawati 11141040000012
Maya Fitriani 11141040000017
Abdul Har 111410400000022
Feby Fitriatus S 11141040000027
Hilma Ainun 11141040000032
Yessica Putriandeta 11141040000037
Pujiati 11141040000042
Ratih Yulianingsih 11141040000047
Program Studi Ilmu Keperawatan 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai sistem kardiovaskular
tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk melengkapi tugas Basic Science of Nursing 2,
selain itu untuk mengetahui dan memahami mengenai sistem kardiovaskular.
Penulis mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.Untuk itu setiap
pihakdiharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat
membangun.
Jakarta, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................4
DAFTAR ISI....................................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................6
B. TUJUAN............................................................................................................................7
C. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................7
BAB II ISI.......................................................................................................................................8
2.1 Fisiologi EKG dan Tensi.......................................................................................................8
2.2 Cara membaca gelombang EKG........................................................................................13
2.3 Sinus Rhytm dan EKG 12 Lead..........................................................................................18
2.4 Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas jantung..............................20
2.5 HEMODINAMIKA TEKANAN DARAH.................................................................................30
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah.........................................................31
2.7 Perbedaan tekanan paru-paru dan jantung.....................................................................32
BAB III PENUTUP........................................................................................................................... ii
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... ii
3.2 Saran................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
EKG merupakan gambaran sinyal yang dihasilkan oleh jantung dengan
meletakkan dua belas sadapan ke beberapa bagian permukaan tubuh pasien. Sinyal EKG
ini membantu para dokter untuk mendiagnosa kelainan jantung pada pasien. Tetapi
untuk mengetahui pasien mempunyai kelainan jantung atau tidak, dibutuhkan seorang
ahli untuk melakukan penganalisaan pada sinyal EKG yang sudah ada. Sinyal EKG ini
diperoleh dari aktivitas jantung yang direkam di disket mini dalam recorder yang
nantinya akan dianalisa dengan komputer. Kemudian pada layar komputer akan tampil
keluaran berupa sinyal EKG. Pola sinyal inilah yang nantinya akan dianalisa.
Sebenarnya, tanpa bantuan seorang dokter pun. Pola sinyal elektrokardiografi
dapat dianalisa yaitu dengan menggunakan suatu intelejensia buatan. Sistem intelejensia
buatan yang dapat digunakan adalah jaringan syaraf tiruan.
Jaringan syaraf tiruan merupakan suatu representasibuatan dari otak manusia
yang diimplementasikan dengan menggunakan program komputer. Perkembangan
penelitian jaringan syaraf tiruan sangat membantu manusia untuk menyelesaikan
permasalahan yang ada. Metode ini sudah banyak digunakan untuk pengenalan pola,
signal processing,sampai untuk prediksi yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Jaringan syaraf tiruan juga sudah dimanfaatkan dalam bidang kedokteran, seperti untuk
indentifikasi donor darah, mendeteksi penyakit ginjal, dan lain-lain. Oleh karena itu,
studi kasus aplikasi jaringan syaraf tiruan dibidang kedokteran akan memberikan
kemudahan di bidang kedokteran itu sendiri.
Pemicu 2 :
Tn G 40 thn datang ke sebuah klinik karena dirinya merasa mudah lelah dan
merasakan berat didada saat lari pagi bersama keluarganya. Di klinik tersebut perawat
memeriksa tensinya 135/85 mmHg, dan juga melakukan pemeriksaan EKG. Dan
ternyata gambaran gelombang listrik pada EKG 12 lead disimpulkan dokter umum
sebagai sinus rhytm.
B. TUJUANa. Mengetahui fisiologi tekanan darah dan EKG
b. Mengetahui gelombang EKG
c. Mengetahui aktivitas jantung
d. Mengetahui konsep hemodinamika jantung
C. RUMUSAN MASALAH1. Fisiologi tensi dan EKG
2. Cara membaca gelombang EKG
3. Pengertian sinus rhytm dan EKG 12 lead
4. Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas jantung
5. Konsep hemodinamika jantung
6. Perbedaan tekanan paru dan jantung
BAB II ISI
2.1 Fisiologi EKG dan Tensi2.1.1 Fisiologi EKG
Elektrokardiogram adalah rekaman dari sebagian dari aktivitas listrik yang di
induksi di cairan tubuh oleh impuls jantung yang mencapai permukaan tubuh, bukan
rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya. Aktivitas listrik yang
direkam dari permukaan tubuh bergantung pada orientasi elektroda perekam. Elektroda
dapat secara kasar dianggap sebagai “mata “ yang melihat aktivitas listrik
danmenterjemahkan menjadi rekaman yang dapat dilihat, rekaman EKG.
Untuk menghasilkan perbandingan yang baku, rekaman EKG secara rutin terdiri dari
12 sistem elektroda konvensional, atau sandapan (lead). Ketika sebuah mesin
elektrokardiograf dihubungkan antara elektroda –elektroda perekam di dua titik di
tubuh maka susunan spesifik dari masing-masing pasanagan koneksi di sebut sadapan.
Terdapat 12 sadapan berbeda yang masing-masing merekam aktivitas listrik di jantung
dari lokasi yang berbeda –beda enam sadapan dari ekstremitas dan enam sadapan dada
di berbagai tempat di sekitar jantung. Untuk menghasilkan gambaran dasar untuk
perbandingan dan untuk mengenali penyimpangan dari normal, ke-12 sadapan tersebut
di gunakan secara rutin dalam semua rekaman EKG.
Elektroda yang di pasang pada tempat tertentu pada tubuh merupakan 1 sadapan. Garis
hipotesis yang menghubungkan 2 elektroda di sebut poros sadapan. Terdapat 3 macam
sadapan yaitu:
a. Sadapan bipolar (standar lead/ I, II, III )
Sadapan bipolar mengukur perbedaan potensial antara 2 elektroda pada permukaan
tubuh.
Sadapan I : elektroda positif di hubungkan dengan lengan kiri (LA) dan
elektroda negatif di hubungkan dengan lengan kanan ( RA)
Sadapan II: elektroda positif di hubungkan dengan kaki kiri (LL) dan
elektrodanegatif dengan lengan kanan (RA)
Sadapan III: elektroda positif dengan kaki kiri (LL) dan elektroda negatif dengan
tangan kiri (LA).
b. Sadapan unipolar (aVR, aVL, aVF)
Sadapan ini hanya mengukur potensial listrik pada satu titik, sehingga di sebut sadapan
unipolar.
Sadapan aVR : sadapan unipolar lengan kanan yang di perkuat. Gambaran EKG
aVR untuk menunjukkan keadaan jantung kanan.
Sadapan aVL : sadapan unipolar lengan kiri yang diperkuat. Gambaran EKG
aVL untuk menunjukkan keadaan jantung kiri dan lateral.
Sadapan aVF : sadapan unipolar tungkai kiri. Gambaran EKG aVF untuk
menunjukkan keadaan jantung bawah.
c. Sadapan jantung uniporal prekordial (sadapan dada)
Sadapan dada di tandai dengan dengan huruf V, penempatan elektroda yaitu:V1: ruang
iga ke 4
V1: ruang iga ke empat pada garis sternal kanan
V2: ruang iga ke empat pada garis sternal kiri
V3: terletak diantara V2 dan V3
V4: ruang iga kelimapada garis mid clavicularis kiri
V5: garis axilla depan
V6: garis axilla tengah
Elektrokardiogram yang normal
EKG adalah suatu rekaman yang ditimbulkan oleh perubahan aktivitas listrik
jantung yang di tandai dengan gelombang p, Q, R, S, T dan U
Gelombang p mencerminkan depolarisasi atrium , merupakan perjalanan impuls
SA. Gelompang P yang normal waktu < 0,08 detik dan amplitudo <3 mm dan di
aVRselalu negatif.
Gelombang Q RS mencerminkan depolarisasi ventrikel
Gelombang T mencerminkan repolarisasi ventrikel, Waktu gelombang T 0,10-
0,25 detik.
EKG dapat digunakan untuk mendiagnosis kelainan kecepatan denyut jantung,
aritmia, dan kerusakan otot jantung.
2.1.2 Fisiologi tekanan darah
Tekanan darah adalah kekuatan yang di perlukan agar darah dapat mengalir
didalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah
dengan lancar beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai media
pengangkut oksigen serta zat-zat lain yang di perlukan bagi kehidupan sel-sel tubuh.
Selain darah berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak
berguna lagi dari jaringan tubuh . Tekanan darah berarti tekanan pada pembuluh nadi
dari peredaran darah sistemik di dalam tubuh. Tekanan darah dibedakan antara tekanan
darah pada waktu jantung menguncup( sistolik). Adapun tekanan darah diastolik adalah
tekanan darah pada saat jantung mengendor.Dengan demikian jelaslah bahwa tekanan
darah sistolik selalu lebih tinggi dari pada tekanan darah diastolik. Tekanan darah
manusia senantiasa berayun-ayun antara tinggi dan rendah sesuai dengan detak jantung.
Tekanan darah manusia diukur dengan alat tensimeter (sfigmomanometerair raksa).
Alat-alat tensi meter terdiri dari beberapa komponen utama berikut:
1. Manset (cuff) di karet yang di bungkus kain
2. Manometer air raksa berskala 0mm-300mmHg
3. Pompa karet
4. Pipa karet/ selang
5. Ventil putar
Dalam pengukuran tekanan darah di lakukan dengan memasang manset di lengan atas ,
kira-kira 4 cm di atas lipatan siku.
Dalam pengukuran tekan darah hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut:
1. Pengukuran tekanan darah boleh di lakukan pada posisi duduk / berbaring. Lengan
sejajar dengan jantung.
2. Pengukuran duduk memberikan hasil yang lebih tinggi di banding dengan dengan
posisi berbaring, meskipun selisihnya kecil
3. Tekanan darah juga di pengaruhi kondisi saat pengukuran pada orang yang baru
bangun dari tidur tekanan darah nya paling rendah di namakan tekanan darah
basal.Tekanan darah yang diukur setelah berjalan kaki / aktivitas fisik lain
memberikan angan yang lebih tinggi di sebut tekanan darah kasual. Oleh karena itu
pengukuran darah sebaiknya pasien beristirahat duduk santai minimal 10 menit dan
juga tidak boleh merokok, minum kopi karena dapat menyebabkan tekanan darah
menjadi tinggi.
Tekanan darah sistolik akan berubah-ubah sesuai dengan kegiatan yang
dikerjakan, sedangkan tekanan darah diastolik relatif tidak berubah. Pada suatu
pemeriksaan kesehatan sebaiknya tekanan darah di ukur 2-3 kali berturut-turut. Jika
hasilnya berbeda-beda, nilai yang di pakai adalah nilai yang terendah.
Tekanan darah di atur dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer total
dan volume darah.
2.2 Cara membaca gelombang EKG
Gelombang P = Depolarisasi atrium
Interval PR = Depolarisasi dan hantaran atrium melalui nodus AV
Segmen PR = Jeda atau penundaan nodus AV
Durasi QRS = Depolarisasi ventrikel dan repolarisasi atrium
Kompleks QRS = Depolarisasi ventrikel (atrium secara bersamaan mengalami
repolarisasi )
Interval QT = depolarisasi ventrikel plus repolarisasi ventrikel
Segmen ST (QT dikurang QRS) = Saat ventrikel berkontraksi dan mengosongkan
isinya.
Gelombang T = Repolarisasi ventrikel
Interval TP = Waktu saat ventrikel melemas dan terisi
EKG Normal
Rangkaian bagian jantung yang mengalami depolarisasi dan posisi jantung
terhadap elektroda menjadi pertimbangan yang penting dalam menafsirkan konfigurasi
gelombang disetiap sadapan. Atrium terletak di sebelah posterior dalam rongga dada.
Ventrikel membantuk basis dan permukaan anterior jantung. Dan ventrikel kanan
berada di sisi anterolateral ke kiri.
Jadi aVR “ menghadap ke rongga ventrikel “.Depolarisasi atrium, depolarisasi
ventrikel dan repolarisasi ventrikel bergerak menjauhi elektroda eksplorasi sehingga
gelombang P, kompleks QRS dan gelombang T tampak sebagai defleksi negative (ke
arah bawah). aVL dan aVF menghadap ke ventrikel dan kerena itu defleksinya dominan
positif atau bifasik.
Tidak ada gelombang Q pada V1 dan V2, serta bagian awal kompleks QRS
merupakan defleksi kecil ke atas karena depolarisasi ventrikel mula-mula bergerak
melintasi bagian tengah septum dari kiri ke kanan menuju elektroda eksplorasi.
Gelombang eksitasi lalu bergerak menuruni septum dan ke ventrikel kiri menjauhi
elektroda, yang menghasilkan gelombang S besar. Akhirnya, gelombang ini bergerak
kembali sepanjang dinding ventrikel menuju elektroda sehingga kembali ke garis
isoelektrik.
Sebaliknya pada sadapan ventrikel kiri (V4-V6) mungkin terdapat awal
gelombang Q kecil (depolarisasi septum dari kiri ke kanan) dan terdapat gelombang R
besar (depolarisasi septum dan ventrikel kiri) yang diikuti dengan gelombang S sedang
pada V4 dan V5 (depolarisasi lambat dinding ventrikel bergerak kembali menuju AV
junction)
Gelombang P:
Normalnya:
A. Tinggi tidak lebih dari 3 kotak kecil
B. Lebar tidak lebihb dari 3 kotak kecil
C. Positif kecuali di aVR
D. Gelombang simetris
Kelainan Gelombang P:
a. Pulmonal / Runcing: R
b. Mitral / berlekuk lebar: LAH
PR interval
7. normalnya 0,12-0,2 second.
8. Jika memanjang berarti ada block jantung karena interval ini terbentuk saat aliran
listrik jantung melewati berkas HIS.
Gelombang Q:
Normal:
a. Lebar kurang dari 0,04 second
b. Tinggi < 0,1 second
Patologis:
A. Panjang gelombang Q > 1/3 R
B. Ada QS pattern dengan gelombang R tidak ada.
C. Adanya gelombang Q patologis ini menunjukkan adanya Old Miocard infark
(OMI). Bila gelombang ini belum ada (tetapi sudah ada ST depresi) berarti
iskemik belum lama terjadi (< 12 jam), masih ada KEMUNGKINAN
diselamatkan.
Kompleks QRS:
e. Lebar jika aliran listrik berasal dari ventrikel atau terjadi blok cabang berkas
f. Normal R/S =1 di lead V3 dan V4
g. Rotasi menurut arah jarum jam menunjukkan penyakit paru kronik. Artinya
gelombang QRS menjadi berbalik. Yang tadinya harus positif di V5 + V6 dan
negatif di V1 dan V2 maka sekarang terjadi sebaliknya.
Segmen ST
Normalnya:
Isoelektrik
Di V1-V6 bisa naik 2 kotak kecil atau turun 0,05 kotak kecil.
Patologis:
Elevasi: AMI atau perikarditis
Depresi: Iskemia atau terjadi setelah pemakaian digoksin
Gelombang T
Normal
Sama dengan gelombang P
Dapat positif di lead I, II, V3-V6 dan negatif di VR
Patologis:
Runcing: Hiperkalemia
Tinggi lebih dari 2/3 R dan datar: Hipokalemia
Inversi: bisa normal (di lead III, VR, V1, V2 dan V3 (pada orang kulit hitam) atau
iskemia, infark, RVH dan LVH, emboli paru, Sindrom WPW, dan Block cabang
berkas.
Blok jantung:
Derajat 1:
satu gel P: satu Kompleks QRS interval PR > 0,2 Second.
Derajat 2:
Weckenbach: PR interval awalnya noramal dan makin lama makin panjang
lalu tidak ada gelombang P, kemudian siklus berlanjut lagi.
Mobitz 2: P timbul kadang-kadang
Derajat 3 (total):
QRS lebar, Frekuensi QRS < 50 kali/menit.
P dan QRS tidak berhubungan.
RBBB:
QRS > 0,12 second,
pola RSR’.
R’ dominan di V1.
LBBB:
QRS > 0,12 second
Pola M di lead V6
Bifascular: Hemiblok anterior kiri (Axis kiri dengan S dalam pada sadapan II dan
III) ditambah RBBB
Terkadang ketika merekam EKG terlihat gambaran gelombang P yang tidak jelas.
Untuk membedakan ini dengan Fibrilasi Atrium dapat dilihat iramanya. Pada fibrilasi
atrium irama sangat tidak teratur. Dan berbeda dengan Atrial Flutter atau atrial
takikardi, pada Atrial Fibrilasi dijumpai garis dasar yang rata.
2.3 Sinus Rhytm dan EKG 12 Lead
Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman grafik aktivitas listrik yang menyertai
kontraksi atrium dan ventrikel jantung. Sinus rhytm adalah gelombang normal EKG
yang dimulai dari gelombang P dilanjutkan ke kompleks QRS kemudian di lanjut ke
gelombang T. Kecepatannya 60 sampai 100 kali\menit, iramanya teratur, terdapat
gelombang P. Lamanya QRS normal, P/QRS berhubungan dan interval PR dalam
keadaan normal.
Depolarisasi dan polarisasi otot jantung menghasilkan daya potensil pada
permukaan kulit yang dapat direkam melalui sebuah poligraf atau osiloskop setelah
melekatkan elektroda permukaan pada lokasi yang tepat.
a. Posisi elektroda berhubungan satu sama lain dan terhadap jantung disebut
lead.
b. Ada 12 lead konvensional yang dipakai untuk merekam EKG.
(1) Tiga lead tungkai standar meliputi lengan kanan terhadap lengan kiri,
lengan kanan terhadap tungkai kiri, dan lengan kiri terhadap tungkai kiri.
Lead ini bipolar karena dapat mendeteksi variasi gelombang listrik sebagai
dua titik dan memperlihatkan peberdaannya. Lead bipolar : merekam
perbedaan potensial dari 2 elektrode
Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri (LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri
bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki
kiri (LF) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan
(+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki
kiri (LF) yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan
(+)
Ketiga lead ini membentuk segitiga sama sisi dan jantung berada di tengah yang
disebut segitiga Einthoven. Jika ketiga lead dipisah, maka lead I merupakan aksis
horisontal dan membentuk sudut 0°, sadapan II membentuk sudut 60° dan sadapan III
membentuk sudut 120° dengan jantung. Aksis listrik ini disebut sistem referensi aksial
dan digunakan untuk menghitung aksis jantung.
(2) Tiga lead tungkai modifikasi diperkuat dengan hubungan listrik yang
mengakibatkan defleksi peningkatan amplitudo. Lead ini unipolar karena
hanya dapat mendata perubahan voltase di salah satu titik (lengan kanan,
lengan kiri, atau tungkai kiri), asalkan titik lain tidak menunjukkan
perubahan listrik yang berarti selama kontraksi jantung berlansung. Lead
unipolar ekstremitas :
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan
tangan kiri dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan
tangan kanan dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan
tangan kanan dan tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
(3) Lead prekordial unipolar merekam beda potensial pada enam posisi dada
yaitu V1-V6.
- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan Intercosta 4
- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan Intercosta 4
- V3 di antara V2 dan V4
- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar Intercosta 5
- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar Intercosta 5
- V6 di garis mid aksila kiri sejajar Intercosta 5
2.4 Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas jantung
2.4.1 Faktor Eksternal
a. Pengaruh Posisi Tubuh
Pengukuran tekanan darah paling sering dibuat baik dalam duduk atau posisi
terlentang, namun 2 posisi tersebut memberikan pengukuran yang berbeda. Sudah
diterima secara luas bahwa tekanan diastolik diukur saat duduk lebih tinggi dari ketika
diukur terlentang (dengan perbedaan ≥ 5 mmHg), meskipun ada yang kurang bersepakat
tentang perbedaan pada tekanan sistolik. Ketika posisi lengan secara cermat disesuaikan
sehingga manset berada pada selevel atrium kanan di kedua posisi, tekanan sistolik telah
dilaporkan menjadi 8 mm Hg lebih tinggi pada terlentang daripada posisi tegak.
Pertimbangan lainnya termasuk posisi punggung dan kaki. Jika punggung tidak
didukung (seperti ketika pasien duduk di kursi pemeriksaan), tekanan diastolik dapat
meningkat hingga 6 mm Hg. Menyilangkan kaki dapat meningkatkan tekanan sistolik
sekitar 2 sampai 8 mmHg.
Dalam posisi terlentang, atrium kanan berada pada sekitar setengah antara
tempat tidur dan sternum , dengan demikian, jika lengan sedang beristirahat di tempat
tidur, maka posisinya akan berada di bawah permukaan jantung. Untuk alasan ini,
ketika pengukuran dilakukan dalam posisi terlentang lengan harus didukung dengan
bantal. Dalam posisi duduk, tingkat atrium kanan adalah titik tengah sternum atau ruang
intercostal IV.
Posisi tubuh mempengaruhi denyut nadi dan tekanan darah karena terkait
dengan perbedaan gravitasi dan jumlah otot yang berkontraksi.
b. Pengaruh Posisi Lengan
Posisi lengan dapat memiliki pengaruh besar ketika tekanan darah diukur, jika
lengan atas berada di bawah tingkat atrium kanan (ketika lengan menggantung ke
bawah sementara dalam posisi duduk), pembacaan akan terlalu tinggi. Demikian pula,
jika lengan berada di atas tingkat jantung, pembacaan akan terlalu rendah. Perbedaan ini
dapat disebabkan oleh efek dari tekanan hidrostatik dan mungkin perbedaannya 10
mmHg atau lebih, atau 2 mmHg untuk setiap inci di atas atau di bawah tingkat jantung.
Faktor fisiologis lain yang dapat mempengaruhi tekanan darah selama proses
pengukuran termasuk ketegangan otot. Jika lengan diangkat sendiri oleh pasien (bukan
diangkat oleh pengamat), latihan isometrik akan meningkatkan tekanan.
c. Perbedaan Antara 2 Lengan
Beberapa penelitian telah membandingkan tekanan darah yang diukur di kedua
lengan, sebagian besar menggunakan teknik auskultasi. Hampir semuanya telah
melaporkan menemukan perbedaan, namun tidak ada pola yang jelas;. Meski demikian,
perbedaan yang muncul tidak ditentukan oleh apakah subyek tersebut bertangan kanan
atau kidal.
Salah satu penelitian terbesar dilakukan pada 400 subyek menggunakan
pengukuran simultan dengan perangkat oscillometric, tidak menemukan perbedaan
sistematis antara 2 lengan, tetapi 20% dari subyek memiliki perbedaan > 10
mmHg. Meskipun temuan ini sedikit mengganggu, tetap saja tidak jelas sampai sejauh
mana perbedaan yang konsisten, berkebalikan dengan hasil dari variabilitas tekanan
darah yang melekat.
Namun demikian, dianjurkan bahwa tekanan darah harus diperiksa pada kedua
lengan pada pemeriksaan pertama. Hal ini mungkin membantu dalam mendeteksi
coarctation dari aorta dan obstruksi arteri ekstremitas atas. Ketika ada perbedaan antar
lengan yang konsisten, lengan dengan tekanan yang lebih tinggi harus digunakan. Pada
wanita yang memiliki mastektomi, tekanan darah bisa diukur di kedua lengan kecuali
ada lymphedema.
d. Penempatan Manset dan Stetoskop
Penempatan manset harus didahului dengan pemilihan ukuran manset yang tepat
untuk lingkar lengan subjek. Pengamat harus terlebih dahulu melakukan palpasi arteri
brakialis di fossa antecubital dan menempatkan garis tengah bagian tengah manset
(biasanya ditandai pada manset oleh produsen) sehingga berada di atas pulsasi arteri di
atas lengan pasien.
Lengan tidak boleh dilipat sedemikian rupa sehingga memiliki efek tourniquet di
atas manset tekanan darah. Ujung bawah manset harus 2 sampai 3 cm di atas fossa
antecubital untuk memungkinkan ruang untuk penempatan stetoskop.Namun, jika
manset yang melingkupi ruang tersebut memiliki panjang bladder yang tidak cukup
mengelilingi lengan (setidaknya 80%), manset yang lebih besar harus digunakan,
dengan pertimbangan bahwa jika manset menyentuh stetoskop, kebisingan artifaktual
akan terjadi.
Manset kemudian ditarik pas di sekitar lengan atas yang tidak tertutup. Baik
pengamat maupun pasien tidak boleh berbicara selama pengukuran. Tahap 1 (sistolik)
dan Tahap 5 (diastolik) suara Korotkoff adalah yang terbaik digunakan untuk
mendengar bel / bunyi denyut dari stetoskop di atas arteri brakialis yang teraba di fossa
antecubital, meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ada sedikit
perbedaan bila menggunakan bel atau diafragma.
Kunci untuk pengukuran yang baik adalah penggunaan stetoskop berkualitas
tinggi dengan tabung pendek, karena model murah mungkin memiliki sifat transmisi
suara yang kurang baik yang diperlukan untuk pengukuran auscultatory secara akurat.
e. Sistem Inflasi / Deflasi
Pengukuran tekanan darah tidak langsung mengharuskan oklusi dari arteri
brakialis diproduksi oleh inflasi dan deflasi bertahap dari manset berukuran tepat. Pipa
dari perangkat ke manset harus cukup panjang (70 cm atau lebih) untuk memungkinkan
fungsinya dalam suasana kantor.
Inflasi dan deflasi yang sukses membutuhkan sebuah sistem kedap udara,
inspeksi yang sedang berlangsung dan pemeliharaan pipa untuk kerusakan karet
(cracking) dan katup pelepasan diperlukan. Manset awalnya harus digelembungkan
untuk setidaknya 30 mmHg di atas titik di mana denyut radial menghilang. Laju deflasi
memiliki dampak yang signifikan terhadap penentuan tekanan darah.
Deflasi dengan nilai > 2 mm per detik dapat menyebabkan hasil yang secara
signifikan lebih rendah pada tekanan sistolik dan terlalu tinggi pada tekanan
diastolik. Perangkat otomatis dengan tingkat deflasi linear mungkin telah meningkatkan
akurasi atas keadaan lebih sering terjadi pada perangkat otomatis yang memiliki deflasi
bertahap. Disarankan bahwa tingkat deflasi sebesar 2 sampai 3 mm Hg per detik (atau
per denyut ketika denyut jantung sangat lambat).
f. Poin Penting Pengukuran Tekanan Darah Klinis
Pasien harus duduk nyaman dengan punggung didukung dan lengan atas terbuka
tanpa tertutup pakaian secara konstriktif. Kaki tidak boleh menyilang.
Lengan harus selevel / sejajar dengan tingkat jantung, dan bladder dari manset
harus mengelilingi setidaknya 80% dari lingkar lengan.
Kolom merkuri harus kempes dengan kecepatan 2 sampai 3 mm/detik, dan suara
terdengar pertama dan terakhir harus diambil sebagai tekanan sistolik dan
diastolik. Kolom harus dibaca dengan 2 mmHg terdekat.
Baik pasien maupun pengamat tidak boleh berbicara selama pengukuran.
g. Pengamat
Pengamat adalah komponen yang paling penting dari pengukuran tekanan darah
yang akurat. Untuk pengukuran tekanan darah yang akurat, pengamat harus:
a. secara benar terlatih dalam teknik pengukuran tekanan darah,
b. menggunakan perangkat akurat dan terawat dengan baik,
c. mengenali faktor subjek, seperti kecemasan dan penggunaan nikotin terakhir,
yang akan mempengaruhi hasil pengukuran tekanan darah,
d. posisikan subjek dengan tepat,
e. pilih manset yang benar dan posisi dengan benar, dan
f. melakukan pengukuran dengan menggunakan metode oscillometric
auscultatory atau otomatis dan merekam nilai yang diperoleh secara akurat.
Kesalahan pengamat adalah keterbatasan utama dari metode
auscultatory. kesalahan sistematis menyebabkan Kesalahan intra-pengamat dan
kesalahan inter-pengamat. Terminal preferensi digit mungkin adalah manifestasi paling
umum dari penentuan tekanan darah suboptimal. Hal ini umumnya direkomendasikan
bahwa pengamat harus membaca tekanan darah terdekat ke 2 mmHg, tetapi
ketidaktepatan dalam perekaman "nol" sebagai angka terakhir dalam penentuan tekanan
darah auscultatory telah dilaporkan oleh peneliti dalam beberapa pengaturan klinis dan
penelitian.
Bias Digit atau prasangka digit sangat umum ketika pengamat mengakui nilai
ambang tertentu untuk tekanan darah dan, tergantung pada keadaan, catat tekanan tepat
di atas atau di bawah angka tersebut. Contoh yang baik adalah Trial Syst-Eur, yang
menunjukkan kedua preferensi nol meningkat dan bias digit yang signifikan untuk 148
mmHg sistolik, ambang batas yang berhasil untuk pengobatan dalam percobaan itu.
h. Jumlah Pengukuran
Hal ini juga diakui bahwa kekuatan prediksi dari pengukuran beberapa tekanan
darah jauh lebih besar daripada pembacaan tunggal. Salah satu keuntungan potensial
melengkapi bacaan auscultatory dengan pembacaan yang diambil oleh sebuah perangkat
otomatis adalah kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bacaan.
Ketika serangkaian pembacaan diambil, yang pertama biasanya yang
tertinggi. Minimal 2 pembacaan harus dilakukan dengan interval minimal 1 menit, dan
rata-rata dari bacaan tersebut harus digunakan untuk mewakili tekanan darah
pasien. Jika ada perbedaan > 5 mmHg antara pembacaan pertama dan kedua, tambahan
(1 atau 2) pembacaan harus diperoleh, dan kemudian rata-rata dari beberapa bacaan
tersebut yang digunakan.
i. Metode Otomatis
Perangkat tekanan darah otomatis oscillometric semakin sering digunakan dalam
pengukuran tekanan darah kantoran, serta untuk rumahan dan pemantauan rawat
jalan. Ketika mereka digunakan di kantor, pembacaan biasanya lebih rendah dari
pembacaan yang diambil oleh dokter atau perawat.
Keuntungan potensial dari pengukuran otomatis di kantor adalah penghapusan
kesalahan pengamat, meminimalkan efek jas putih, dan meningkatkan jumlah
bacaan. Kelemahan utama adalah kesalahan yang melekat dalam metode oscillometric
dan fakta bahwa data epidemiologi sebagian besar didasarkan pada ukuran tekanan
darah yang diauskultasi.
Perangkat otomatis mungkin juga menawarkan kesempatan untuk menghindari
pelatihan mahal dan berulang perawat kesehatan profesional di tahapan auskultasi, yang
diperlukan untuk mengurangi kesalahan pengamat. Penggunaannya masih memerlukan
evaluasi kehati-hatian terhadap pasien pengguna kafein atau nikotin, pemilihan ukuran
manset yang tepat, dan posisi pasien yang tepat jika tekanan darah yang akurat ingin
diperoleh. Perangkat yang tersedia sekarang dapat mengambil serangkaian pembacaan
sekuensial dan otomatis merata-ratakan hasilnya.
j. Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki, maka dari itu kebisingan sering
mengganggu walaupun terhadap variasi dalam besarnya gangguan atas jenis dan
kekerasan suatu kebisingan. Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat
mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-tiba dan
tidak terduga.
Kebisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental
menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah,
percepatan denyut jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya
metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan menyebabkan
kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi dan menambah stress.
k. Tekanan panas
Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan
keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya
denyut nadi dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah.
2.2.1 Faktor Internal
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan darah
Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin meningkat.
b. Emosi
Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.
c. Stress
Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu mengalami
pengukuran. Stress bisa bersifat fisik maupun mental, namun sulit untuk
membedakannya. Bentuk stress dapat berupa situasi yang mengancam hidup atau
masalah yang timbul. Yang terjadi adalah jantung berdenyut lebih kuat atau lebih cepat.
Kelenjar seperti tiroid dan adrenalin bereaksi dengan meningkatkan pengeluaran
hormon aktif mereka, sehingga kebutuhan otak akan darah juga meningkat.
d. Umur
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan usia.
Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan
diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun, untuk kemudian menurun lagi.Semakin
tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan
timbulnya arteriosclerosis.
e. Jenis Kelamin
Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause adalah 5-10 mmHg lebih
rendah dari pria seumurnya, Tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih
meningkat.
f. Status Gizi (Obesitas)
Bila mempunyai ukuran tubuh termasuk obesitas memungkinkan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Indeks Massa Tubuh yang kurang dari 18,5 termasuk dalam
kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk
IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5
termasuk dalam kategori obesitas.
h. Minuman Alkohol
Minuman alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan
menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi (Imam Parsudi, 1992). Beberapa
studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta
diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2 – 3 gelas ukuran standar setiap harinya.
i. Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi
tekanan darah. Pada keadaan merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan
mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi
supaya darah dapat mengalir ke alat-alat tubuh dengan jumlah yang tetap. Untuk itu
jantung harus memompa darah lebih kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah
meningkat.
Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Namun
rokok akan mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di
ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan
meningkatkan tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung 5–20 kali
per menit.
j. Kelebihan Protein Dalam Diet
Terlalu banyak protein dapat menyebabkan pengentalan aliran darah. Lemak
daging kaya akan kolesterol, semakin kental cairan, semakin sulit mengalir, dan
semakin besar pula tekanan yang dibutuhkan untuk memaksanya melewati pembuluh
yang sempit.
Kelebihan pemasukan lemak hewan yang menyebabkan kolesterol menumpuk
pada dinding pembuluh darah.
Lemak yang diperoleh dari makanan hewan padat dan keras seperti lilin.
Sebaliknya lemak yang berasal dari sereal, biji-bijian dan sayuran berbentuk cairan
seperti minyak benih gandum. Bila lemak hewan tertumpuk terlalu banyak dalam tubuh
maka akan menyumbat sebagian dari pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan
darah yang mengalirr meningkat.
k. Makanan tak bervitamin yang mengganggu keseimbangan kelenjar.
Bila diet kekurangan nilai vitamin dan mineral penting, kelenjar endokrin akan
gagal berfungsi dengan efisien. Kelenjar ini gagal mengeluarkan bermacam hormon ke
dalam aliran darah dan seluruh susunan kimiawi tubuh terganggu.
l. Terlalu banyak garam dalam diet.
Pemasukan garam yang tinggi dapat menaikkan tekanan darah. Bagian garam
yang menyebabkan hipertensi adalah sodium yang juga terdapat pada bubuk
pengembang kue.
Pemasukan kalori yang tinggi dapat menyebabkan kelebihan berat badan.Setiap
makan kita membutuhkan darah untuk mencernanya. Semakin banyak makan semakin
banyak jumlah darah yang diperlukan. Dengan kata lain semakin banyak makan
semakin berat tugas jantung, ginjal dan mekanisme sirkulasi.
m. Kekuatan memompa jantung
Gerakan jantung terdiri atas dua jenis, yaitu kontraksi atau sistol dan
pengendoran atau diastol. Kontraksi dari kedua atrium terdiri serentak dan disebut sistol
atrial, pengendorannya adalah diastol atrial. Serupa dengan itu kontraksi dan
pengendoran ventrikel disebut juga sistol dan diastol ventrikel.
Kontraksi kedua atrium pendek, sedangkan kontraksi ventrikel lebih lama dan
lebih kuat. Dan yang dari ventrikel kiri adalah yang terkuat karena harus mendorong
darah ke seluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik.
Meskipun ventrikel kanan juga memompa volume darah yang sama, tetapi tugasnya
hanya mengirimkannya ke sekitar paru-paru dimana tekanannya jauh lebih rendah.
n. Viskositas (kekentalan) darah
Viskositas disebabkan oleh protein plasma dan oleh jumlah sel darah yang
berada di dalam aliran darah. Setiap perubahan pada kedua faktor ini akan merubah
tekanan darah. Besarnya geseran yang ditimbulkan oleh cairan terhadap dinding tabung
yang dilaluinya, berbeda-beda sesuai dengan viskositas cairan. Makin pekat cairan
makin besar kekuatan yang diperlukan untuk mendorongnya melalui pembuluh.
Peningkatan hematokrit menyebabkan peningkatan viskositas; pada anemia,
kandungan hematokrit dan viskositas berkurang.
o. Elastisitas dinding pembuluh darah
Di dalam arteri tekanan lebih besar dari yang ada dalam vena sebab otot yang
membungkus arteri lebih elastis daripada yang ada pada vena.
a. Tahapan tepi (resistensi perifer)
Ini adalah tahanan yang dikeluarkan oleh geseran darah yang mengalir dalam
pembuluh. Tahanan utama pada aliran darah dalam sistem sirkulasi besar berada di
dalam arteriol. Dan turunnya tekanan terbesar terjadi pada tempat ini. Arteriol juga
menghaluskan denyutan yang keluar dari tekanan darah sehingga denyutan tidak
kelihatan di dalam kapiler dan vena.
b. Keadaan pembuluh darah kecil pada kulit
Arteri-arteri kecil di kulit akan mengalami dilatasi (melebar) kalau kena panas
dan mengadakan kontraksi (mengecil) apabila kena dingin, sehingga bekerja seperti
termostat yang mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal. Kalau arteri-arteri kecil
ini mangalami dilatasi, tekanan darah akan turun, oleh karena itu panas akan menurukan
tekanan darah. Apabila tekanan darah turun, sel-sel otak menjadi kurang aktif karena
sel-sel ini tidak mendapatkan cukup oksigen dan glukose yang biasanya tersedia.
c. Panjang pembuluh Darah
Semakin panjang pembuluh semakin besar tahanan terhadap aliran darah.
d. Radius pembuluh
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat ke
empatnya. Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi,
maka aliran darah akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan turun. Jika
radius pembuluh dibagi 2, seperti yang terjadi pada vasokonstriksi, maka tahanan
terhadap aliran akan meningkat 16 kali lipat dan tekanan darah akan naik. Karena
panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka perubahan dalam
tekanan darah didapat dari perubahann radius pembuluh darah.
2.5 HEMODINAMIKA TEKANAN DARAHTekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.
Asal tekanan darah aksi pemompaan jantung yang memberikan tekanan yang
mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system
pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel
kiri dan atrium kanan.
Tekanan ventrikular kiri berubah dair setinggi 120 mmHg saat sistole sampai
serendah 0 mmHg saat diastole. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat
sistole samapai seredah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan
dalam arteri karena dadnya efek lontar balik dari dindin elastic aorta. Rata-rata tekanan
aorta adalah 100mmHg.
Perubahan tekanan sirkulasi sistemik . Darah mengalir dari aorta (dengan
tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg)
ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena )
masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena
kava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg ) dan sampai ke atrium kanan
(dengan tekanan 0 mmHg).
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah.1. Curah jantung. Tekanan darah berbanding lurus dengan curah jantung
(ditentukan berdasarkan isi sekuncup dan frekuensi jantungnya).
2. Tahanan perifer terhadap aliran darah. Tekanan darah berbandung terbalik
dengan tahanan dalam pembuluh . Tahanan perifer memiliki beberapa faktor
penentu :
Viskositas darah.
Semakin banyak kendunagn protein dan sel darah dalam plasma, semakin besar
tahanan terhadap aliran darah
Panjang pembuluh darah.
Semakin panjang pembuluh, semakin besar tahanan terhadap aliran darah
Radius pembuluh.
Tahanan perifer berbanding terbalik dengan radius pembuluh sampai pangkat
keempatnya.
a) Jika radius pembuluh digandakan seperti yang terjadi pada vasodilatasi,
maka aliran darah akan meningkat enam belas kali lipat. Tekanan darah
akan turun.
b) Jika radius pembuluh dibagi dua , seperti yang terjadi pada
vasokontriksi, maka tahanan terhadap aliran akan meningkat 16 kali dan
tekanan darah akan naik.
Karena panjang pembuluh dan viskositas darah secara normal konstan, maka
perubahan dalam tekanan darah didapat darah perubahan radius pembuluh darah.
2.7 Perbedaan tekanan paru-paru dan jantung
2.7.1 Tekanan paru-paru
Secara umum, udara mengalir karena ada perbedaan tekanan. Udara mengalir
dari tekanan yang lebih tinggi ke tempat yang bertekanan lebih rendah. Perbedaan
tekanan udara di paru terjadi akibat adanya daya kekuatan yang bekerja pada sistem
pernapasan sehingga dapat mengatasi kekuatan-kekuatan yang melawan gerak udara
ketika masuk ke paru.
Udara dari lingkungan luar dapat masuk kedalam paru-paru karena terdapat
perbedaan tekanan antara lingkungan luar dengan tekanan dalam paru-paru. Secara
umum, inspirasi terjadi karena rongga paru-paru yang berkontraksi dan mengembang
sehingga terjadi peningkatan ukuran rongga. Peningkatan ukuran rongga dada ini
menyebabkan tekanan didalam paru-paru menurun sehingga lebih kecil dari pada
tekanan dilingkungan luar. Perbedaan tekanan ini menyebabkan udara terhisap masuk
kedalam paru-paru. Ketika otot-otot rongga dada mengalami relaksasi, maka ukuran
rongga dada pun mengalami penurunan sehingga menyebabkan tekanan didalam paru-
paru meningkat dan menjadi lebih tinggi daripada tekanan dilingkungan luar. Hal ini
mendorong udara keluar dari dalam paru-paru sehingga terjadilah apa yang disebut
dengan ekspirasi. Seperti saat ketika inspirasi, dimana diafragma berkontraksi dan
mendatar serta otot-otot antariga (interkostal) berkontraksi. Volume toraks akan
bertambah dan tekanan paru-paru berkurang (hukum Boyle). Karena volume paru
meningkat, maka tekanan dalam paru akan lebih rendah daripada tekanan atmosfer
sehingga udara akan tertarik masuk ke paru.
Demikian pula halnya ketika ekspirasi, dimana diafragma berelaksasi dan
bergerak ke atas dan otot-otot antariga berelaksasi. Volume toraks akan berkurang dan
tekanan paru bertambah. Karena volume paru berkurang, maka tekanan dalam paru
akan lebih tinggi dari tekanan atmosfer sehingga udara keluar dari paru-paru.
2.7.2 Tekanan jantung
Saat jantung memompakan darah, jumlah tenaga darah yang ditekan terhadap
dinding arteri disebut "tekanan darah". Tekanan Darah Tinggi yang dikenal pula dengan
hipertensi terjadi ketika tekanan darah terus menerus tinggi dan bertahan selama satu
waktu. Dengan aliran darah yang tetap tinggi, dinding arteri meregang melewati batas
sehatnya. Semakin banyak tenaga yang digunakan untuk memompa darah ke seluruh
tubuh, semakin banyak arteri yang meregang. Dalam jangka panjang, banyak masalah
yang akan timbul bersamaan dengan tekanan darah tinggi. Meregangnya arteri secara
terus menerus dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang bisa menyebabkan
stroke atau aneurisme.
Rasa sakit vaskular terjadi ketika arteri terus menerus meregang, menciptakan
robekan mikro di dinding arteri dan pembuluh darah. Robekan ini akhirnya
memerangkap plak, kolesterol dan sel-sel darah ketika mereka melewati arteri.
Pembentukan plak dapat menyebabkan gumpalan darah yang memotong atau
menurunkan pasokan darah ke seluruh tubuh. Potongan pembentukan plak juga dapat
terlepas dan menghalangi pembuluh darah, menyebabkan serangan jantung atau stroke.
Arteri yang menyempit juga dapat mencegah darah yang mengandung oksigen untuk
menjangkau berbagai bagian tubuh, menyebabkan kerusakan pada jaringan dan organ.
Pembentukan dan penyempitan arteri juga berarti bahwa jantung harus bekerja
lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam waktu panjang, jantung itu
sendiri dapat rusak akibat pengeluaran upaya paksa berlebihan. Hal ini dapat
menyebabkan gagal jantung atau kerusakan pada otot atau katup jantung.
Sirkulasi paru adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi rendah,
sedangkan sirkulasi sistemik adalah sistim yang memiliki tekanan dan resistensi yang
tinggi. Oleh karena itu, walaupun sisi kiri dan kanan jantung memompa darah dalam
jumlah yang sama, sisi kiri melakukan kerja yang lebih besar karena ia memompa
volume darah yang sama ke dalam sistim dengan resistensi tinggi. Dengan demikian
otot jantung di sisi kiri jauh lebih tebal daripada otot di sisi kanan sehingga sisi kiri
adalah pompa yang lebih kuat.
Sirkulasi Sistemik adalah bagian dari sirkulasi yang mendistribusi darah yang
kaya oksigen dari sisi kiri jantung, keseluruh tubuh. Darah kemudian kembali dari tubuh
ke sisi kanan jantung dan lewat melalui paru-paru untuk mengisi oksigen. Ia kemudian
kembali ke sisi kiri jantung untuk putaran yang lain melalui sirkulasi sistemik. Jantung
berfungsi sebagai pompa ganda. Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari
seluruh tubuh) masuk ke atrium kanan melalui vena besar yang dikenal sebagai vena
kava. Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari jaringan tubuh, telah diambil O2-
nya dan ditambahi dengan CO2. Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari
atrium kanan melalui katup ke ventrikel kanan, yang memompanya keluar melalui arteri
pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan jantung memompa darah yang miskin
oksigen ke sirkulasi paru. Di dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan
menyerap O2 segar sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian mengalir ke
dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau mendorong darah ke semus
sistim tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri jantung memompa darah yang kaya akan O2 ke
dalam sirkulasi sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri
adalah aorta. Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi berbagai jaringan
tubuh.
Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal, otot, otak,
dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri tersebar sehingga masing-
masing bagian tubuh menerima darah segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir dari
jaringan ke jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan menggunakannya
untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya, sel-sel jaringan akan membentuk CO2
sebagai produk buangan atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Darah
yang sekarang kekurangan O2 dan mengandung CO2 berlebih akan kembali ke sisi
kanan jantung. Selesailah satu siklus dan terus menerus berulang siklus yang sama
setiap saat.
Kedua sisi jantung akan memompa darah dalam jumlah yang sama. Volume
darah yang beroksigen rendah yang dipompa ke paru oleh sisi jantung kanan memiliki
volume yang sama dengan darah beroksigen tinggi yang dipompa ke jaringan oleh sisi
kiri jantung.
3.1 KesimpulanElektrokardiografi adalahilmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung.
Sedangkan Elektrokardiogram( EKG ) adalah suatu grafik yang menggambarkan
rekaman listrik jantung. Sebuah pendekatan metodik sederhana yang dapat diterapkan
pada setiap EKG. Setiap EKG harus didekati dengan cara berurutan, terutama kalau
seorang perawat yang masih baru di bidang ini, sehingga tidak ada hal penting yang
terlewatkan. Kalau perawat semakin banyak mengenal,membaca kardiogram, hal yang
pada mulanya mungkin tampak terpaksa dan secara mekanik akan memberikan
keuntungan besar dan akan segera menjadi seperti kebiasaan. Gelombang P;gambaran
proses depolarissi atrium. Gelombang QRS;gambaran proses depolarisasi ventrikel
Gelombang T;gambaran proses repolarisasi ventrikel. Gelombang U;timbul setelah
gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya Interval PR;diukur dari permukaan
gelombang P sampai permulaan gelombang QRS.
3.2 SaranDengan adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita.
Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru
betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total. Guna dalam
pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak. Bacalah di mana pun
Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi ini, tetapi bacalah dari
berbagai sumber pengetahuan tentang EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar
tentang EKG,maka seorang perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk
mempraktekannya.
DAFTAR PUSTAKA
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia. Jakarta:EGC
Ganong, William F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta:EGC
Goodner, Brenda & Skidmore.2005. Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.
Jakarta:EGC
Dharma, Surya.2009. Pedoman Praktis Sistematika Interpretasi EKG. Jakarta:EGC
Sloane,Ethel.2012. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:EGC