Makalah MUNASABAH Kelompok 6 if D

download Makalah MUNASABAH Kelompok 6 if D

of 17

description

Salah satu tugas Mata Kuliah Al-Quran dan Ilmu Tafsir

Transcript of Makalah MUNASABAH Kelompok 6 if D

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 6RIFQI SYAMSUL FUADISEPTIAN DERI SUBAGYASUTRISNA SASAN C.VERA SITI HAJAR

IF/I/D

5

KATA PENGANTARSegala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini.Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut pandang. Islam sebagai agama yang telah berkembang selama empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi dan budaya.Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Munasabah, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.Layaknya tak ada gading yang yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini maka kami mohon kritik dan saran yang membangun. Dengan begitu akan menjadi maklum adanya bila terdapat kesalahan.

Bandung, 4 Oktober 2011

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARiDAFTAR ISIiiBAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah11.2 Rumusan Masalah21.3 Tujuan Penulisan21.4 Manfaat Penulisan2BAB II PEMBAHASAN2.1 Pengertian Munasabah32.2 Cara Mengetahui Munasabah 42.3 Macam-macam Munasabah 42.4 Urgensi dan Kegunaan Mempelajari Munasabah9BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan133.2 Saran13DAFTAR PUSTAKA14

MUNASABAHBAB IPENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangAl-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad, yang lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai nilai ibadah, yang diturunkan secara mutawatir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas. Kandungan pesan Ilahi yang disampaikan nabi pada permulaan abad ke-7 itu telah meletakkan basis untuk kehidupan individual dan sosial bagi umat Islam dalam segala aspeknya. Al-Quran berada tepat di jantung kepercayaan Muslim dan berbagai pengalaman keagamaannya. Tanpa pemahaman yang semestinya terhadap Al-Quran, kehidupan pemikiran dan kebudayaan Muslimin tentunya akan sulit dipahami.Al-Quran adalah mukjizat Islam yang kekal, yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Muhammad saw, sebagai bukti besar atas kenabian. Di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan yang sedemikian luasnya, yang apabila ditelaah dan dipelajari, akan memberikan penerangan serta membimbing manusia menuju jalan yang lurus. Akan tetapi walau demikian, al-Quran bukanlah kitab ilmiah seperti kitab ilmiah yang dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan. Misi al-Quran adalah dakwa untuk mengajak manusia menuju jalan yang terbaik. Dan al-Quran pun enggan memilah-milah pesan-pesannya, agar timbul kesan bahwa satu pesan lebih penting dari pesan yang lain. Allah swt yang menurunkan al-Quran menghendaki agar pesan-pesan-Nya diterima secara utuh dan menyeluruh.Sedangkan tujuan al-Quran dengan memilih sistematika yang seakan-akan tanpa keteraturan, adalah untuk mengingatkan manusia bahwa ajaran yang ada di dalam al-Quran adalah satu kesatuan yang terpadu yang tidak dapat di pisah-pisahkan. Dan bagi mereka yang tekun mempelajarinya justru akan menemukan keserasian hubungan yang mengagumkan, sehingga kesan yang tadinya terlihat kacau, berubah menjadi kesan yang terangkai indah, bagai kalung mutiara yang tidak diketahui di mana ujung dan pangkalnya.Berdasarkan dari pernyataan di atas, maka penulis tertarik untuk membahas Munasabah dalam al-Qur`an beserta contoh-contohnya yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur`an yang termasuk salah satu kajian ulumul qur`an.1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian Munasabah?2. Bagaimana cara mengetahui Munasabah?3. Apa saja macam-macam Munasabah?4. Apa Urgensi dan kegunaan mempelajari Munasabah?

1.3 Tujuan PenulisanAdapun yang menjadi tujuan penulisan makalah adalah untuk mengetahui lebih jauh kajian yang terdapat dalam ulumul Qur`an khususnya mengenai pembahasan Munasabah, baik itu urgensi dari munasabah maupun bentuk-bentuk dari munasabah itu sendiri.

1.4 Manfaat PenulisanAdapun manfaat dari penulisan makalah ini agar dapat memberi sumbangsih pengetahuan kepada para pembaca mengenai kajian-kajian yang terdapat dalam pembahasan Ulumul Qur`an. Selain itu untuk menambah wawasan keilmuan mengenai bidang keilmuan al-Qur`an. Dan juga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi pemebaca untuk mengkaji ataupun ingin mengadakan penelitian bertalian dengan ilmu munasabah yang terdapat di dalam al-Qur`an.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian MunasabahMenurut Imam al-Zarkasyi kata munasabah menurut bahasa adalah mendekati (muqrabah), seperti dalam contoh kalimat : fulan yunasibu fulan (fulan mendekati/menyerupai fulan). Kata nasib adalah kerabat dekat, seperti dua saudara, saudara sepupu, dan semacamnya. Jika keduanya munasabah dalam pengertian saling terkait, maka namanya kerabat (qarabah). Imam Zarkasyi sendiri memaknai munasabah sebagai ilmu yang mengaitkan pada bagian-bagian permulaan ayat dan akhirnya, mengaitkan lafadz umum dan lafadz khusus, atau hubungan antar ayat yang terkait dengan sebab akibat, illat dan malul, kemiripan ayat, pertentangan (taarudh) dan sebagainya. Lebih lanjut dia mengatakan, bahwa kegunaan ilmu ini adalah menjadikan bagian-bagian kalam saling berkait sehingga kamiannya menjadi seperti bangunan yang kokoh yang bagian-bagiannya tersusun harmonisManna al-Qattan dalam kitabnya Mabahits fi Ulum al-Quran, munasabah menurut bahasa disamping berarti muqarabah juga musyakalah (keserupaan). Sedang menurut istilah ulum al-Quran berarti pengetahuan tentang berbagai hubungan di dalam al-Quran, yang meliputi : Pertama, hubungan satu surat dengan surat yang lain; kedua, hubungan antara nama surat dengan isi atau tujuan surat; ketiga, hubungan antara fawatih al-suwar dengan isi surat; keempat, hubungan antara ayat pertama dengan ayat terakhir dalam satu surat; kelima, hubungan satu ayat dengan ayat yang lain; keenam, hubungan kalimat satu dengan kalimat yang lain dalam satu ayat; ketujuh, hubungan antara fashilah dengan isi ayat; dan kedelapan, hubungan antara penutup surat dengan awal suratMunasabah antar ayat dan antar surat dalam al-Quran didasarkan pada teori bahwa teks merupakan kesatuan struktural yang bagian-bagiannya saling terkait. Sehingga ilm munasabah dioperasionalisasikan untuk menemukan hubungan-hubungan tersebut yang mengaitkan antara satu ayat dengan ayat yang lain di satu pihak, dan antara satu ayat dengan ayat yang laijn di pihak yang lain. Oleh karena itu, pengungkapan hubungan hubungan itu harus mempunyai landasan pijak teoritik dan insight (wawasan) yang dalam dan luas mengenai teks.

2.2 Cara Mengetahui MunasabahPara ulama menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah bersifat ijtihadi.Artinya,pengetahauan tentangnya ditetapkan berdasarkan ijtihad karena tidak ditemukan riwayat,baik dari dari Nabi maupun para sahabatnya.Oleh karena itu tidak ada keharusan mencari munasabah pada setiap ayat.Alasannya Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur mengikuti berbagai kejadian dan peristiwa yang ada.Oleh karena itu,terkadang seorang mufasir menemukan keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak.Ketika tidak menemukan keterkaitan itu,ia tidak diperkenankan memaksakan diri.Dalam hal ini,Syekh Izzuddin bin Abd As-Salam berkata:Munasabah adalah sebuah ilmu yang baik,tetapi kaitan antar kalam mensyaratkan adanya kesatuan dan keterkaitan bagian awal dengan bagian akhirnya.Dengan demikian ,apabila terjadi pada berbagai sebab yang berbeda ,keterkaitan salah satunya dengan lainnya tidak menjadi syarat.Orang yang mengaitkan tersebut berarti mengada-ngadakan apa yang tidak dikuasainya .Kalaupun itu terjadi ,ia mengaitkannya hanya dengan ikatan-ikatan lemah yang pembicaraan yang baik saja pasti terhindar darinya,apalagi kalam yang baik.Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam Al-Quran diperlikan ketelitian dan pemikiran yang medalam.As- Suyuthi menjelaskan ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan untuk menemukan munasabah ini ,Yaitu:1. Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian.2. Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat.3. Menentukan tinghkatan uraian-uraian itu,apakah ada hubungannya atau tidak.4. Dalam mengambil kesimpulannya,hendaknya memerhatikan ungkapan-ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

2.3 Macam-macam Munasabah Dalam Al-Quran sekurang-kurangnya terdapat delapan macam munasabah, yaitu : 1. Munasabah Antara Surah Dengan Surah.Keserasian hubungan atau munasabah antar surah ini pada hakikatnya memperlihatkan kaitan yang erat dari suatu surah dengan surah lainnya. Bentuk munasabah yang tercermin pada masing-masing surah, kelihatannya memperlihatkan kesatuan tema. Salah satunya memuat tema sentral, sedangkan surat-surat yang lainnya menguraikan sub-sub tema berikut perinciannya, baik secara umum maupun secara parsial. Salah satu contoh yang dapat diajukan di sini adalah munasabah yang dapat ditarik pada tiga surah beruntun, masing-masing Q.S al-Fatihah (1), Q.S al-baqarah (2), dan Q.S Al-Imran (3). Satu surah berfungsi menjelaskan surah sebelumnya, misalnya di dalam surah al-Fatihah / 1 : 6 disebutkan : Terjemahnya: Tunjukilah kami Jalan yang lurus (al-Fatihah: 6)Lalu dijelaskan di dalam surah al-Baqarah, bahwa jalan yang lurus itu ialah mengikuti petunjuk Al-Quran, sebagaimana disebutkan : Terjemahnya: Kitab ( al-Quran ) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa. ( Q.S Al-Baqarah / 2 : 2 ).

2. Munasabah Antara Nama Surah dengan Kandungan Isinya.Nama suatu surah pada dasarnya bersifat tawqifi (tergantung pada petunjuk Allah dan Nabi-Nya). Namun beberapa bukti menunjukkan bahwa suatu surah terkadang memiliki satu nama dan terkadang dua nama atau lebih. Tampaknya ada rahasia dibalik nama tersebut. Para ahli tafsir sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Sayuthi melihat adanya keterkaitan antara nama-nama surah dengan isi atau uraian yang dimuat dalam suatu surah. Kaitan antara nama surah dengan isi ini dapat di indentifikasikan sebagai berikut :a. Nama diambil dari urgensi isi serta kedudukan surah. Nama surah al-Fatihah disebut dengan umm al-Kitab karena urgensinya dan disebut dengan al-Fatihah karena kedudukannya.b. Nama diambil dari perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran yang menonjol, yang dipparkan pada rangkaian ayat-ayatnya; sementara di dalam perumpamaan, peristiwa, kisah atau peran itu sarat dengan ide. Di sini dapat disebut nama-nama surah : al-Ankabut, al-Fath, al-Fil, al-Lahab dan sebagainya.c. Nama sebagai cerminan isi pokoknya, misalnya al-ikhlas karena mengandung ide pokok keimanan yang paling mendalam serta kepasrahan ; al-Mulk mengandung ide pokok hakikat kekuasaan dan sebagainya.d. Nama diambil dari tema spesifik untuk dijadikan acuan bagi ayat-ayat lain yang tersebar diberbagai surah. Contoh al-Hajj (dengan spesifik tema haji), al-Nisa (dengan spesifik tema tentang tatanan kehidupan rumah tangga). Kata Nisa yang berarti kaum wanita adalah lambang keharmonisan rumah tangga.e. Nama diambil dari huruf-huruf tertentu yang terletak dipermulaan surah, sekaligus untuk menuntut perhatian khusus terhadap ayat-ayat di dalamnya yang memakai huruf itu. Contohnya : Thaha, Yasin, Shad dan Qaf.

3. Munasabah Antara Satu Kalimat Lainnya Dalam Satu Ayat.Munasabah antara satu kalimat dengan kalimat yang lainnya dalam satu ayat dapat dilihat dari dua segi. Pertama adanya hubungan langsung antar kalimat secara konkrit yang jika hilang atau terputus salah satu kalimat akan merusak isi ayat. Identifikasi munasabah dalam tipe ini memperlihatkan ciri-ciri takid / tasydid ( penguat / penegasan ) dan tafsir / Itiradh ( interfretasi / penjelasan dan ciri-cirinya). Contoh sederhana takid : , dikuti ( Q.S al-Baqarah / 2 : 24 ).Contoh tafsir : Kemudian diikuti dengan ( / 17 : 1 ).Kedua masing-masing kalimat berdiri sendiri, ada hubungan tetapi tidak langsung secara konkrit, terkadang ada penghubung huruf athaf dan terkadang tidak ada. Dalam konteks ini, munasabahnya terletak pada :a. Susunan kalimat-kalimatnya berbentuk rangkaian pertanyaan, perintah dan atau larangan yang tak dapat diputus dengan fashilah.Salah satu contoh : __ __ ( : 25 ). b. Munasabah berbentuk istishrad ( penjelasan lebih lanjut ). Contoh :( ___ ___ ( / 2 : 189 ).c. Munasabah berbentuk nazhir / matsil ( hubungan sebanding ) atau mudhaddah / takis ( hubungan kontradiksi ). Contoh : ___ ( / 2 : 177 ) .

4. Munasabah Antara Ayat dengan Ayat dalam Satu Surah.Untuk melihat munasabah semacam ini perlu diketahui bahwa ini didaftarkan pada pandangan datar yaitu meskipun dalam satu surah tersebar sejumlah ayat, namun pada hakikatnya semua ayat itu tersusun dengan tertib dengan ikatan yang padu sehingga membentuk fikiran serta jalinan informasi yang sistematis. Untuk menyebut sebuah contoh, ayat-ayat diawal Q.S al-Baqarah 1 20 memberikan sistematika informasi tentang keimanan, kekufuran, serta kemunafikan. Untuk mengidentifikasikan ketiga tipologi iman, kafir dan nifaq, dapat ditarik hubungan ayat-ayat tersebut.Misalnya surah al-Muminun dimulai dengan : Terjemahnya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman.Kemudian dibagian akhir surah ini ditemukan kalimat : .Terjemahnya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak beruntung.

5. Munasabah Antara Penutup Ayat dengan Isi Ayat Itu Sendiri.Munasabah pada bagian ini, Imam al-Sayuthi menyebut empat bentuk yaitu al-Tamkin ( mengukuhkan isi ayat ), al-Tashdir ( memberikan sandaran isi ayat pada sumbernya ), al-Tawsyih ( mempertajam relevansi makna ) dan al-Ighal ( tambahan penjelasan ).Sebagai contoh : mengukuhkan bahkan mengukuhkan hubungan dengan dua ayat sebelumnya ( al-Mukminun : 12 14 ). Kalimat-kalimat : , , selalu menjadi sandaran isi ayat. Kata halim sangat erat hubungannya dengan ibadat, sementara rasyid kuat hubungannya dengan al-amwal seperti bunyi ayat Q.S Hud : 87 berikut : Sedangkan bentuk al-Ighal dapat dijumpai pada Q.S al-Naml ( 27 ) : 80 : Kata Wallaw yang artinya bila mereka berpaling berfungsi sebagai penjelasan terhadap arti ( orang tuli ).

6. Munasabah antara Awal Uraian Surah dengan Akhir Uraian Surah.Salah satu rahasia keajaiban al-Quran adalah adanya keserasian serta hubungan yang erat antara awal uraian suatu surat dengan akhir uraiannya. Sebagai contoh, dikemukakan oleh al-Zamakhsyari demikian juga al-Kirmani bahwa Q.S al-Muminun diawali dengan ( respek Tuhan kepada orang-orang Mukmin ) dan diakhiri dengan ( sama sekali Allah tidak menaruh respek terhadap orang-orang Kafir ). Dalam Q.S al-Qashas, al-Sayuthi melihat adanya munasabah antara pembicaraan tentang perjuangan Nabi Musa menghadapi Firaun seperti tergambar pada awal surah dengan Nabi Muhammad SAW yang menghadapi tekanan kaumnya seperti tergambar pada situasi yang dihadapi oleh Musa As dan Muhammad SAW, serta jaminan Allah bahwa mereka akan memperoleh kemenangan.

7. Munasabah antara Penutup Suatu Surah dengan Awal Surah Berikutnya.Misalnya akhir surah al-Waqiah / 96 : Maka bertasbihlah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu Yang Maha Besar.Lalu surah berikutnya, yakni surah al-Hadid / 57 ayat 1 : Semua yang berada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah ( menyatakan kebesaran Allah ). Dan Dia-lah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

8. Munasabah Antar Ayat tentang Satu Tema.Munasabah antar ayat tentang satu tema ini, sebagaimana dijelaskan oleh al-Sayuthi, pertama-tama dirintis oleh al-KisaI dan al-Sakhawi. Sementara al-Kirmani menggunakan metodologi munasabah dalam membahas mutasyabih al-Quran dengan karyanya yang berjudul al-Burhan fi Mutasyabih al-Quran. Karya yang dinilainya paling bagus adalah Durrah al-Tanzil wa Gharrat al-Tawil oleh Abu Abd Allah al-Razi dan Malak al-Tawil oleh Abu Jafar Ibn al-Zubair.Munasabah ini sebagai contoh dapat dikemukakan tentang tema qiwamah ( tegaknya suatu kepemimpinan ). Paling tidak terdapat dua ayat yang saling bermunasabah, yakni Q.S al-Nisa ( 4 ) : 34 : .Dan Q.S al-Mujadalah ( 58 ) : 11 : .Tegaknya qiwamah ( konteks parsialnya qiwamat al-rijal ala al-nisa ) erat sekali kaitannya dengan faktor Ilmu pengetahuan / teknologi dan faktor ekonomi. Q.S al-Nisa menunjuk kata kunci Bima Fadhdhala dan al-Ilm . Antara Bima fadhdhala dengan yarfa terdapat kaitan dan keserasian arti dalam kata kunci nilai lebih yang muncul karena faktor Ilm. Munasabah al-Quran diketahui berdasarkan ijtihad, bukan melalui petunjuk Nabi ( tawqifi ). Setiap orang bisa saja menghubung-hubungkan antara berbagai hal dalam Kitab al-Quran.

2.4 Urgensi Kegunaan Mempelajari MunasabahMengenai hubungan antara suatu ayat / surah dengan ayat / surah lain ( sebelum / sesudahnya ), tidaklah kalah pentingnya dengan mengetahui sebab nuzulul ayat. Sebab mengetahui adanya hubungan antara ayat-ayat dan surah itu dapat pula membantu kita memahami dengan tepat ayat-ayat dan surah-surah yang bersangkutan. Ilmu al-Quran mengenai masalah ini disebut : Ilmu ini dapat berpesan mengganti Ilmu Asbabun Nuzul, apabila kita tidak dapat mengetahui sebab turunnya suatu ayat, tetapi kita bisa mengetahui adanya relevansi ayat itu dengan ayat lainnya. Sehingga dikalangan ulama timbul masalah : mana yang didahulukan antara mengetahui sebab turunnya ayat dengan mengetahui hubungan antara ayat itu dengan ayat lain. Seorang ulama bernama Burhanuddin al-Biqai menyusun kitab yang sangat berharga dalam ilmu ini, yang diberi nama : Ada beberapa pendapat diklangan ulama tentang : ini. Ada yang berpendapat, bahwa setiap ayat / surah selalu ada relevansinya dengan ayat / surah lain. Adapula yang berpendapat, bahwa hubungan itu tidak selalu ada hanya memang sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah ada hubungannya satu sama lain. Di samping itu, ada yang berpendapat, bahwa mudah mencari hubungan antara suatu ayat dengan ayat lain, tetapi sukar sekali mencari hubungan antara suatu surah dengan surah lain.Segolongan dari antara para ulama Islam ada yang berpendapat, bahwa ayat-ayat Al-Quran itu satu dengan yang lain tidak ada hubungannya. Tetapi segolongan dari antara para ulama Islam ada yang berpendapat, bahwa ayat-ayat Al-Quran itu satu dengan yang lain ada hubungannya.Golongan yang pertama beralasan : oleh karena ayat-ayat Al-Quran itu di dalam surah-surahnya tidak dijadikan berbab-bab dan berpasal-pasal dan pada nampaknya memang tidak teratur, bahkan kadang didapati satu ayat yang berisi perintah dengan satu ayat lain yang berisi larangan, yang di antaranya sudah diselingi ayat lain yang berisi qisshah, maka tidak mungkin jadi ayat-ayat itu satu dengan yang lain ada hubungannya. Selanjutnya dikatakan pula oleh mereka : Bahwa perbuatan orang yang memperhubungkan satu ayat dengan ayat yang lain itu, adalah suatu perbuatan yang memberatkan diri sendiri.Golongan yang kedua beralasan : oleh karena letak tiap-tiap ayat dan surah Al-Quran itu dari sejak diturunkan sudah diatur dan ditertibkan oleh Allah dan Nabi SAW, tinggal memerintahkan kepada para penulisnya pada waktu ayat-ayat itu diturunkan tentang letak dan tempatnya tiap-tiap ayat dan surah, maka sudah barang tentu pimpinan yang sedemikian itu mengandung arti, bahwa tiap-tiap ayat di dalam Al-Quran itu satu dengan lainnya ada hubungannya. Selanjutnya oleh mereka dikatakan : Bahwa sekalipun pada lahirnya ayat-ayat Al-Quran itu tidak teratur dan tidak tersusun, tetapi dalam hakikatnya sangat teratur dan tersusun rapi.Kedua pendapat itu baiknya kita pikirkan bersama, karena kedua-duanya adalah dari buah pikiran mereka masing-masing. Hanya kami berpendapat dan berpendirian, bahwa kemungkinan besar ayat-ayat yang tertulis di dalam tiap-tiap surah Al-Quran itu ada hubungannya satu dengan yang lain.Mengingat pentingnya ilmu ini, kami rasa perlu menambah penjelasan-penjelasan sebagai berikut :1. Abu Bakar al-Naisabury ( wafat tahun 324 H ) adalah ulama yang pertama-tama memperkenalkan : di Baghdad Iraq. Ia mencela / mengeritik ulama Baghdad, karena mereka tidak tahu adanya relevansi antara ayat-ayat dan antara surat-surat. Ia selalu berkata ( apabila dibacakan kepadanya suatu ayat atau suatu surat ) : Artinya : Mengapa ayat ini dibuat ( diletakkan ) di dekat ayat itu ? Dan apa hikmahnya membuat / meletakkan surah ini dekat dengan surat itu ?2. Muhammad Izah Daruzah menyatakan, bahwa semula orang mengira tidak ada hubungan antara satu ayat / surah dengan ayat / surah lain. Tetapi sebenarnya ternyata, bahwa sebagian besar ayat-ayat dan surah-surah itu ada hubungan antara satu dengan yang lain. Untuk jelasnya kami ambilkan contoh-contoh surah-surah yang ada hubungannya satu sama lain, ialah surah al-Fath, ada hubungannya dengan surah sebelumnya ( surah al-Qital / Muhammad ) dan juga dengan surah sesudahnya ( al-Hujarat ).3. Dr. Shubi al-Shalih dalam kitabnya : Mengemukakan bahwa mencari hubungan antara satu surah dengan surah lainnya adalah sesuatu yang sulit dan sesuatu yang dicari-cari tanpa ada pedoman / petunjuk, kecuali hanya didasarkan atas tertib surah-surah yang tauqifi itu. Padahal tertib surah-surah yang tauqifi tidaklah berarti harus ada hubungan antara ayat-ayat yang tauqifi itupun tidak berarti harus ada relevansi antara ayat-ayat al-Quran itu, apabila ayat-ayat itu mempunyai sebab-sebab nuzul Quran itu, apabila ayat-ayat itu mempunyai sebab-sebab nuzul Quran yang berbeda-beda. Hanya biasanya, tiap surat itu mempunyai maudhu ( topik ) yang menonjol dan bersifat umum, yang kemudian di atas maudlu itu tersusun bagian-bagian surat itu, yang ada hubungannya antara semua bagiannya itu. Tetapi itu tidaklah berarti ada kesatuan atau persamaan maudlu pada semua surah al-Quran.Kriteria / ukuran untuk menetapkan ada / tidaknya munasabah / relevansi antara ayat-ayat dan antara surah-surah adalah tamatsul atau tasyabuh ( persamaan / persesuaian ) antara maudlu-maudlunya. Maka apabila ayat-ayat / surah-surah itu mengenai hal-hal yang ada kesamaan / kesatuan yang berhubungan ayat-ayat permulaannya dengan ayat-ayat / surah-surah secara logis dan dapat diterima. Tetapi apabila mengenai ayat-ayat / surah-surah yang berbeda-beda sebab turunnya dan tentang hal-hal yang tidak sama atau serupa, maka sudah tentu tidak ada munasabah / relevansi antara ayat-ayat / surah-surah itu.Dengan kriteria tersebut, maka dapat dibayangkan bahwa letak / titik persesuaian ( munasabah / relevansi ) antara ayat-ayat dan antara surat-surat itu kadang-kadang tampak jelas dan kadang-kadang tidak nampak dan bahwa jelasnya letak munasabah antara ayat-ayat itu sedikit kemungkinannya, sebaliknya terlihatnya dengan jelas letak munasabah antara surat-surat itu jarang sekali kemungkinannya. Dan hal ini disebabkan karena pembicaraan mengenai suatu hal, jarang bisa sempurna hanya dengan satu ayat saja. Karena itu berturut-turut beberapa ayat mengenai satu maudlu untuk menguatkan dan menerangkan , atau untuk menghubungkan dan memberi penjelasan , atau untuk mengecualikan dan mengkhususkan , atau untuk menengahi dan mengakhiri pembicaraan , sehingga ayat-ayat beriring-iringan itu merupakan satu kelompok ayat yang sebanding dan serupa.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanMengkaji munasabah al-Quran dapat dianggap penting, karena akan diperoleh faedah memperoleh pemahaman yang lebih sempurna dari teks al-Quran. Karena persoalan munasabah termasuk dalam kategori ijtihad, maka kaidah-kaidahnya pun bersifat ijtihadi. Namun secara umum mereka sepakat bahwa kaidah Ilmu Mantiq serta Ilmu Bahasa mutlak diperlukan. Dengan demikian analisis filosofis serta analisis bahasa menjadi penting dalam metodologi penelitian munasabah al-Quran. Munasabah al-Quran dengan demikian dapat pula menjadi salah satu cabang Ilmu Al-Quran yang penting dan strategis. Ilmu Munasabah ini sekaligus menjadi sebuah perangkat yang melengkapi metodologi pemahaman al-Quran secara konprehensif.Tentang ini para ulama yang ahli Ilmu Bahasa Arab dan bahasa Al-Quran tidak kurang-kurang yang telah mengupas dan menjelaskannya. Dan Syekh Muhammad Abduh serta Said Muhammad Rasyid Ridha dalam kitab tafsirnya Al-Manar tidak sedikit menjelaskan tentang hubungan ayat satu dengan ayat lainnya dalam menafsiri dan mengupas ayat-ayat yang ditafsiri.

3.2 SaranDengan melihat secara seksama mengenai isi dari makalah ini, penulis berharap kiranya makalah ini dapat menjadi salah satu acuan yang nantinya dapat menambah pengetahuan tentang kajian munasabah yang terdapat dapat dalam Ulumul Qur`an, selain itu untuk dapat dijadikan sebagai salah satu referensi para pembaca untuk keperluan yang bertalian dengan Ilmu Munasabah itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan Ulum al-Qur`an, (Jakarta: Pustaka Setia, 2008).Departemen Agama RI, al-Qur`an dan terjemahnya, (Jakarta: Pustaka Setia, 2009).Gazali, Ulumul Quran. (Banjarmasin: Indra Media, 2003).Khalil, Moenawar. Al-Quran Dari Masa Ke Masa. ( Solo : Ramadhani, 1985 ).Zuhdi, Masjfuk. Pengantar Ulumul Quran. ( Surabaya : Bina Ilmu, 1982 )http://titin88.blogdetik.com/2010/06/15/munasabah-di-dalam-al-quran/\ diakses Senin 3 Oktober 2011 pukul 18.24 WIBhttp://pemikiranislam.wordpress.com/2007/08/23/teori-munasabah-al-quran/diakses 3 Oktober 2011 pukul 18.56 WIB