makalah msdm
-
Upload
emon-gar-emon-gom -
Category
Documents
-
view
457 -
download
6
Transcript of makalah msdm
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
“Menetapkan Rencana Upah Strategis”Makalah Pembanding
Kelas B
Benny Pamungkas ( 105030400111000)
Inggar Ajeng PR ( 105030400111070 )
Dita Amalia ( 105030400111000 )
Aditya Putra ( 105030400111000 )
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
MARET 2012
BAB I
PEMBAHASAN
A. Faktor Dasar yang Mempengaruhi Tingkat Upah
Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan tingkat upah dan yang dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Meskipun hukum ekonomi tidaklah bisa ditetapkan secara mutlak dalam masalah
tenaga kerja, tetapi tidak bisa diingkari bahwa penawaran dan permintaan tetap
mempengaruhi. Untuk pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan ( skill ) tinggi dan
jumlah tenaga kerjanya, jabatan-jabatan “ penawaran “ yang melimpah, upah
cenderung rendah.
2. Organisasi Buruh
Ada tidaknya organisasi buruh, serta kuatnya organisasi buruh akan ikut
mempengaruhi terbentuknya tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat, akan
menaikkan tingkat upah, demikian pula sebaliknya.
3. Kemampuan perusahaan untuk membayar
Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi akhirnya
realisasi pemberian upah akan tergantung pula kemampuan membayar oleh
perusahaan.
4. Produktivitas
Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi karyawan, semakin tinggi
prestasi karyawan semakin besar pula upah yang akan diterima. Prestasi ini
biasanya nyatakan sebagai produktivitas hanya yang menjadi masalah nampaknya
belum ada kesepakatan dalam tujuan produktivitas.
5. Biaya Hidup
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan juga adanya biaya hidup. Di kota-kota
besar, dimana biaya hidup tinggi, upah cenderung tinggi. Bagaimanapun
nampaknya biaya hidup tinggi, bagaianapun nampaknya biaya hidup merupakan
batas penerimaan upah dari para karyawan.
6. Pemerintah
Pemerintah dengan peraturan-peraturannya akan mempengaruhi tinggi rendahnya
upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah
yang akan dibayar.
B. Menetapkan Tingkat Upah
Dalam menentukan kompensasi diperlukan asas keadilan, dimana pemberian
kompensasi harus berdasarka kontribusi dan prestasi yang dicapai oleh karyawan.
Menurut Gary Dessler (2003, p307) ada lima tahap untuk menentukan nilai
kompensasi yang akan diberikan yaitu:
2.1 Survei Gaji
Survei gaji adalah survey yang bertujuan untuk menentukan tingkat upa
yang sesuai (Dessler, 2003, p307). Survei gaji yang baik dilakukuan dengan
menentukan tingkat upah sesuai dengan spesifikasi pekerjaan dari masing-masing
karyawan. Memang sulit membuat taraf gaji bila anda tidak mengetahui seberapa
jumlah yang dibayar oleh orang lain. Maka survei gaji berperan besar dalam
memberi harga berbagai pekerjaan. Hampir setiap pengusaha paling tidak
melakukan satu kali survei gaji melalui telepon informal, surat kabar, atau melalui
internet. Para pengusaha menggunakan survei ini dengan tiga cara.
Pengusaha menggunakan data survey untuk memberi harga pada
pekerjaan-pekerjaan yang menjadi pokok ukur (benchmark jobs) dimana
perusahaan mengklasifikasikan pekerjaan lainnya berdasarkan pada nilai
relative mereka bagi perusahaan. (evaluasi pekerjaan yang diterangkan
berikutnya membantu menentukan nilai relatif setiap pekerjaan)
Biasanya pengusaha memberi harga 20% atau lebih atas posisi mereka
secara langsung dipasar (bukannya relative terhadap pekerjaan yang
menjadi tolok ukur) berdasarka pada survei formal atau informal tentang
berapa jumlah yang dibayarkan perusahaan yang di bandingkan terhadap
pekerjaan yang dibandingkan. (sebuah perusahaan dot.com melakukan
pekerjaan ini untuk pekerjaan seperti memprogram Web. Yang gajinya
sering berfluktuasi)
Survey juga mengumpulkan data untuk tunjangan seperti asuransi, cuti
sakit, dan liburan untuk, menyediakan dasar bagi keputusan mengenai
tunjangan karyawan
Survei gaji bisa formal atau informal baik untuk memeriksa sejumlah kecil
pekerjaan yang relatif mudah dan cepat diidentifikasi, seperti saat direktur SDM
sebuah bank yang ingin mengonfirmasikan gaji untuk mengiklankan pekerjaan kasir
yang baru dibuka. Teknik informal demikian juga baik untuk memeriksa
ketidakcocokan, seperti saat direktur SDM ingin mengetahui apakah beberapa bank
benar-benar membayarkan jenis rencana insentif pada teller. Barangkali 20% dari
pengusaha besar menggunakan kuisioner formal mereka sendiri untuk
mengumpulkan informasi kompensasi dari pengusaha lainnya sebagian besar
menanyakan tentang hal-hal seperti jumlah karyawan, kebijakan waktu lembur, gaji
awal, dan liburan yang dibayar.
Survei Gaji Komersial, dan Pemerintah banyak pengusaha ynag menggunakan
survei yang dikeluarkan oleh perusahaan konsultasi, asosiasi profesional, atau
lembaga pemerintah, misalnya, Biro Statistik Pekerja (Bureau of Labor
statistic/BLS) melakukan 3 survei tahunan: (1) survei upah wilayah (2) survei upah
industri, (3) survei profesional, administratif, teknis, dan klerikal (PATC)
Sekitar 200 survei upah wilayah tahunan memberikan data untuk berbagai pekerjaan
klerikal dan manual yang mencakup dari sekretaris hingga pesuruh dan pegawai
kantor. Survei upah wilayah juga memberikan upah wilayah juga memberikan
tentang data kerja mingguan, hari libur, dan liburan yang dibayar, asuransi
kesehatan, dan rencana pensiun, juga tentang operasi giliran kerja dan perbedaan.
Survei upah industri menyediakan data serupa, tetapi per industri. Survey tersebut
menyediakan data pembayaran nasional untuk para pekerja dalam pekerjaan yang
dipilih untuk industru seperti bangunan, truk, dan percetakan, survey PATC
mengumpulkan data atas 80 pekerjaan termasuk akunting, pelayanan legal,
manajemen personalia, teknik, kimia, pembelian, supervise klerikal, bagian gambar
dan klerikal, mereka memberikan informasi tentang pendapatan dan juga bonus
produksi, komisi, dan kenaikan biaya hidup.
2.2 Evaluasi pekerjaan
Evaluasi pekerjaan adalah perbandingan sistematis yang dilakukan untuk
menentukan nilai dari suatu pekerjaan (Dessler, 2003, p310). Evaluasi
pekerjaan perlu dilakukan untuk menilai kinerja dari seorang karyawan dalam
melakukan tugas- tugasnya dalam suatu organisasi. Semakin baik hasil pekerjaan
yang karyawan tersebut lakukan, maka akan semakin besar pula apresiasi yang akan
diberikan oleh suatu organisasi terhadap dirinya. Prinsip dasarnya adalah : pekerjaan
yang memerlukan kualifikasi yang lebih besar, lebih banyak tanggung jawab, dan
kewajiban pekerjaan yang lebih rumit harus dibayar lebih tinggi dari pada yang
persyaratannya lebih rendah. Prosedur dasarnya adalah membandingkan pekerjaan
dalam hubungan satu dengan yang lain – misalnya, dalam upaya yang dibutuhkan
tanggung jawab dan keterampilan yang diminta umpamanya anda mengetahui
bagaimana anda memberi harga suatu pekerjaan yang dijadikan sebagai tolok ukur
kunci (berdasarkan survei gaji anda), dan kemudian menggunakan evaluasi
pekerjaan untuk menentukan nilai relatif dari semua pekerjaan lainnya diperusahaan
relatif terhadap pekerjaan kunci tersebut. Maka anda akan mampu memberi harga
semua pekerjaan diperusahaan anda secara setara.
2.1 Faktor yang Dapat Dikompensasikan
Anda dapat menggunakan dua pendekatan dasar untuk membandingkan
beberapa pekerjaan. Pertama, anda dapat melakukan pendekatan intuitif. Anda
dapat memutuskan bahwa satu pekerjaan adalah lebih penting dari pada yang
lainnya dan tidak menggali lebih dalam mengenai penyebabnya. Sebagai
alternatifnya anda dapat membandingkan pekerjaan tersebut dengan
memperhatikan beberapa faktor dasar tertentu yang sama-sama dimiliki oleh
pekerjaan itu. Pakar manajemen kompensasi menyebutnya faktor-faktor yang
dapat dikompensasikan (faktor kompensasi). Terdapat beberapa faktor yang
menetapkan bagaimana pekerjaan dibandingkan satu sama lain, dan yang
menetapkan pembayaran untuk setiap pekerjaan.
Beberapa pengusaha mengembangkan faktor-faktor kompensasinya sendiri.
Namun, kebanyakan dari perusahaan tersebut menggunakan faktor-faktor yang
dipopulerkan oleh paket sistem evaluasi pekerjaan, atau oleh peraturan federal.
Sebagai contoh, UU pembayaran yang sama memperhatikan empat faktor
kompensasi keterampilan, upaya, tanggung jawab, dan kondisi-kondisi kerja.
Metode yang dipopulerkan oleh perusahaan konsultan Hay memberi perhatian
kepada tiga faktor, yaitu: pengetahuan tentang cara (Know-how), pemecahan
masalah, dan akuntabilitas pada tahun 2004, Wal-Mart melembagakan sebuah
struktur penggajian yang berbasis pada kebutuhan-kebutuhan tentang
pengetahuan kemampuan pemecahan masalah dan akuntabilitas.
Identifikasi faktor-faktor kompensasi memainkan sebuah peran utama dalam
evaluasi pekerjaan. Biasanya anda membandingkan setiap pekerjaan dengan
semua pekerjaan yang dapat dibandingkan menggunakan faktor-faktor yang
sama. Namun faktor-faktor yang dapat dibandingkan yang anda gunakan
bergantung pada pekerjaan dan metode evalusi pekerjaan. Sebagai contoh, anda
dapat memilih menyertakan “ pembuatan keputusan” untuk pekerjaan seorang
manajer, walaupun mungkin hal ini tidak tepat bagi pekerjaan bagian
kebersihan.
Menyiapkan Evaluasi Evaluasi pekerjaan sebagain besar merupakan proses
penilaian, yang menurut kerja sama yang dekat antar penyelia, pakar SDM, dan
perwakilan karyawan dan serikat pekerja. Langkah utamanya meliputi
mengenali akan kebutuhan program, mendapatkan kerja sama, dan kemudian
memilih sebuah komite evaluasi. Komite itu nantinya melakukan evaluasi
sebenarnya.
Mengenali kebutuhan akan evaluasi pekerjaan tidaklah sulit. Sebagai contoh,
ketidakpuasan yang tercermin dalam pergantian karyawan yang tinggi,
penghentian pekerjaan, atau perdebatan yang mungkin dari taraf upah yang
berbeda dari pekerjaan yang sama. Para manjer dapat menyatakan
ketidaknyamanan secara informal dengan memberikan taraf pembayaran untuk
pekerjaan, yang secara akurat menyatakan bahwa penugasan yang lebih
sistematis akan lebih sesuai.
Berikutnya (karena karyawan mungkin takut jika sebuah evaluasi sistematis dari
pekerjaan benar-benar dapat mengurangi taraf-taraf pembayaran mereka)
membuat karyawan bekerja sama dalam evaluasi menjadi langkah penting yang
kedua anda dapat mengatakan kepada karyawan bahwa sebagai hasil dari
program evaluasi pekerjaan taraf pembayaran yang akan datang tidak lagi
dilakukan hanya berdasarkan keinginan pihak manajemen, bahwa evaluasi
pekerjaan akan memberikan mekanisme untuk mempertimbangkan keluhan
mereka, dan bahwa tidak ada taraf upah karyawan saat ini yang akan terkena
dampak negative dari evaluasi pekerjaan ini.
Berikutnya, pilihlah sebuah komite evaluasi pekerjaan ada dua alasan untuk
melakukannya. Pertama, komite harus menyertakan beberapa orang yang telah
mengenal pekerjaan tersebut, yang masing-masing memiliki perspektif berbeda
mengenai sifat pekerjaan itu. Kedua, jika komite terdiri dari sebagian karyawan,
pendekatan komite dapat membantu memastikan penerimaan yang lebih besar
atas hasil evaluasi pekerjaan itu.
Komposisi komite adalah hal yang penting. Kelompok itu biasanya terdiri dari 5
anggota yang sebagian besar adalah karyawan. Manajemen memillikim hak
untuk menjabat dalam komite ini, tetapi karyaawan dapat mencurigai hal ini.
Meskipun demikian, seorang pakar SDM biasanya dapat dibenarkan dalam
komite ini dengan dasar pertimbangan bahwa orang tersebut lebih memiliki
pandangan yang tidak memihak daripada manajer ini, dan dapat memberikan
bantuan pandangan dari seorang ahli. Pilihan lainnya dalah membuat pakar
SDM ini berfungsi melayani dalam kapasitas yang tidak memiliki hak suara.
Walaupun dalam banyak kasus. Posisi serikat adalah menerima evaluasi
pekerjaan sebagai teknik keputusan awal saja dan menjaga hak untuk memohon
keputusan penentuan harga pekerjaan sebenarnya melalui keluhan atau sarana
negoisasi. Setelah ditunjuk, setiap anggota komite harus menerima sebuah
pedoman yang menjelaskan sebuah proses avaluasi pekerjaan, dan instruksi
khusus yang menjelaskan bagaimana melakukan sebuah evaluasi pekerjaan
komite evaluasi melakukan tiga buah fungsi utama. Pertama biasanya mereka
mengidentifikasikan 20 hingga 15 pekerjaan yang menjadi tolok ukur
(benchmark). Ini akan menjadi pekerjaan pertama yang akan dievaluasi sdan
yang berfungsi sebagai jangkar atau tolok ukur dimana kepentingan atau nilai
relatif dari semua pekerjaan lainnnya dapat dibandingkan. Berikutnya komite
dapat memilih faktor-faktor kompensas (walaupun departemen SDM biasanya
akan memilih ini sebagai bagian dari proses menentukan teknik evaluasi
pekerjaan khusus yang akan digunakan perusahaan) akhirnya, komite
melakukan fungsi utamanya – mengevaluasi nilai dari setiap pekerjaan. Untuk
hal ini, mungkin komite akan menggunakan salah satu dari metode berikut:
pembuatan peringkat, pengklasifikasian pekerajaan, metode poin, atau
perbandinngan faktor.
2.2 Metode Evaluasi Pekerjaan
2.2.1 Pembuatan Peringkat
Metode Pembuatan Peringkat yang paling sederhana dengan
membuat peringkat dari sebuah pekerjaan relatif terhadap semua pekerjaan
lainnya, yang biasanya didasarkan pada suatu faktor menyeluruh seperti
“dibawah ini adalah beberapa langkah dalam metode pembuatan peringkat.
Mendapatkan informasi pekerjaan. Analisis pekerjaan merupakan
langkah pertama diskripsi pekerjaan bagi setiap pekerjaan harus disiapkan
dan biasanya dasar untuk membuat peringkat pekerjaan (terkadang
spesifikasi pekerjaan juga harus disiapkan, tetapi metode peringkat
pekerjaan biasanya membuat peringkat menurut seluruh pekerjaan,
bukannya sejumlah faktor kompensasi. Oleh karenanya, spesifikasi
pekerjaan – misalnya yang menyebutkan tuntutan pekerjaan dalam hal
penyelesaiaan masalah, pembuatan keputusan, dan keterampilan, tidak
terlalu penting dalam metode ini, seperti bagi metode evaluasi pekerjaan
yang lainnya.
Memilih pekerjaan seringkali tidaklah praktis untuk membuat peringkat
tunggal bagi semua pekerjaan dalam sebuah organisasi perusahaan.
Prosedur yang biasa dilakukan adalah dengan membuat peringkat
pekerjaan per departemen atau dalam kelompok pekerjaan (seperti pekerja
pabrik atau pekerja klerikal). Hal ini menghilangkan kebutuhan untuk
membandingkan langsung, misalnya, pekerjaan pabrik atau pekerjaan
klerikal.
Memilih faktor-faktor yang yang dapat diperbandingkan. Dalam
metode pembuatan peringkat, biasa digunakan dalam satu faktor (seperti
kesulitan pekerjaan) dan membuat peringkat pekerjaan berdasarkan pada
keseluruhan pekerjaan. Pengabaian jumlah faktor yang anda pilih,
disarankan untuk menjelasakan definisi dari faktor-faktor terhadap
evaluator sehingga mereka mengevaluasi pekerjaan-pekerjaan itu secara
konsisten.
Membuat Peringkat Pekerjaan. Sebagai contoh berikan setiap penilai
peringkat, seperangkat kartu indeks, yang setiap kartu tersebut
mengandung sebuah penjelasan tentang sebuah pekerjaan kemudian
mereka membuat kartu peringkat dari kartu ini dari yang terendah hingga
yang tertinggi.beberapa manjer menggunakan “metode peringkat
pergantian” untuk mebuat prosedur tersebut lebih akurat. Disini anda dapat
mengambil kartu, dengan menentukan lebih dulu yang tertinggi dan yang
terendah, kemudian tertinggi dan terendah berikutnya, dan seterusnya
hingga anda telah membuat peringkat semua kartu tersebut. Pekerjaan
dalam fasilitas kesehatan kecil ini diberikan peringkat dari mantri ningga
manajer kantor. Skala pembayaran terkait ada disebelah kanan. Setelah
pemberian peringkat, hal ini memungkinkan menggolongkan pekerjaan
tambahan antara pekerjaan yang telah berperingkat dan memberikan taraf
yang tepat.
Mengombinasikan peringkat. Biasanya, beberapa penilai peringkat
membuat peringkat pekerjan secara independen. Kemudian komite
peringkat (atau pengusaha ) dapat hanya membuat rata-rata peringkat
tersebut.
Ini merupakan metode evaluasi yang paling sederhana, dan yang
paling mudah dijelaskan dan biasanya membutuhkan waktu yang lebih
sedikit dari pada metode lainnya.
Beberapa kekurangannya lebih diturunkan darimana cara pemberian
peringkat ini digunakan daripada dari metode itu sendiri. Sebagai contoh,
terdapat kecenderungan untuk terlalu tergantung pada “perkiraan” serupa
dengan itu, peringkat tidak memberikan ukuran untuk mengukur dari nilai
suatu pekerjaan relatif terhadap pekerjaan lainnya, sebagai contoh,
pekerjaan yang ke empat mungkin lima kali “lebih berharga” dari pada
pekerjaan nomor lima, tetapi dengan sistem peringkat yang anda ketahui
hanyalah bahwa suatu pekerjaan mempunyai tingkat yang tinggi dari pada
yang lainnya. Peringkat biasanya yang lebih tepat untuk organisasi yang
kecil yang tidak memiliki waktu atau pengeluaran utnuk mengembangkan
sebuah sistem yang lebih rumit.
2.2.2 Metode Evaluasi Pekerjaan : Klasifikasi Pekerjaan
Klasifikasi pekerjaan (atau penyusunan kelas pekerjaan ) adalah
sebuah metode sederhana, dan banyak digunakan dimana para pemberi
peringkat menggolongkan setiap pekerjaan ke dalam kelompok-
kekompok, dimana seluruh pekerjaan di dalam setiap kelompok secara
kasar memiliki nilai yang sama dalam sudut pandang keperluan
penggajiannya. Kelompok-kelompok tersebut disebut kelas-kelas apabila
mereka berisi pekerjaan yang serupa, atau tingkatan jika mereka berisi
pekerjaan yang serupa kesulitannya, tetapi berbeda pekerjaannya. Jadi,
dalam sistem tingkatan pembayaran pemerintah federal, “sekretaris pers”
dan “kepala pemadam kebakaran” keduanya dapat diberikan tingkatan
“GS-100” (GS singkatan dari “General Schedule”/daftar umum). Disisi
lain, dalam sistem kelas pekerjaan ini, negara bagian florida bisa
menngolongkan semua “sekretaris II” dalam satun kelas, semua “insinyur
pemeliharaan” dalam kelas lainnya, dan seterusnya.
Ada beberapa cara untuk menggolongkan pekerjaan. Salah sarunya
membuat gambaran kelas atau tingkatan (serupa dalam gambaran
pekewrjaan) dan memasukkan pekerjaan ke dalam kelas atau tingkatan
berdasarkan pada bagaimana baiknya mereka cocok dengan gambaran
tersebut. Lainnya adalah membuat sekumpulan aturan untuk setiap kelas
(misalnya, berapa penilaian independen, keterampilan, upaya fisik, dan
lainnya, yang diminta kelas pekerjaan tersebut). Kemudian golongkan
pekerjaan itu menurut aturan lain ini.
Mungkin prosedur yang paling umum adalah memilih faktor-faktor
kompensasi dan kemudian mengembangkan gambaran kelas atau
tingkatan untuk setiap kelas dalam hal jumlah atau level faktor
kompensasi dari pekerjaan tersebut. Sistem klasifikasi federaldi Amerika
Serikat, misalnya menggunakan faktor-faktor berikut : (1) kesulitan dan
ragam pekerjaan
(2) pengawasan yang diterima dan dilaksanakan
(3) penilaian yng antar pribadi
(4) keaslian yang dibutuhkan
(5) dan dan tujuan hugbungan kerja antar pribadi
(6) tnggung jawab
(7) pengalaman dan
(8) pengetahuan yang dibutuhkan.
Berdasarkan pada faktor-faktor kompensasi ini. Kemudia komite
evaluasi meninjau semua gambaran pekerjaan dan menggolongkan setiap
pekerjaan ke dalam tingkatannya yang sesuai. Sistem pemerintah federal
misalnya, menggolongkan posisi mekanik otomotif, tukang las, ahli
listrik, dan ahli mesin ke dalam tingkatan GS-10.
Metode klasifikasi memiliki beberapa keuntungan. Satu keuntungan yang
utama adalah bahwa sebagian besar pengusaha memang menggolongkan
pekerjaan, apapun metode pekerjaan yang mereka gunakan, mereka
melakukan ini untuk menghindari bekerja dan memberi harga sejumlah
pekerjaan yang tidak dapat dikelola. Tentu saja klasifikasi pekerjaan
secara otomatis mengelompokkan semua pekerjaan ke dalam kelas-kelas.
Kerugiannya adalah sulitnya menemukan gambaran kelas atau tingkatan,
dan penilaian yang cukup besar untuk menerapkannya, namun, banyak
pengusaha (termasuk pemerintah AS) berhasil menggunakan metode ini.
2.2.3 Metode Evaluasi Pekerjaan : Metode Poin
Metode poin adalah sebuah teknik yang lebih kuantitif. Metode ini
melibatkan identifikasi dari (1) beberapa faktor kompensasi, yang
masing-masing memiliki beberapa tingkatan (2) tingkatan dimana
masing-masing faktor tadi terdapat dalam pekerjaan yang dinilai.
Asumsikan bahwa terdapat lima tingkatan “tanggung jawab” yang dapat
dikandung oleh sebuah pekerjaan. Asumsikan juga bahwa anda
memberikan sejumlah poin kepada setiap tingkatan dari setiap faktor. Saat
komite evaluasi menentukan tingkatan dimana setiap faktor kompensasi
( seperti “tanggung jawab”) itu ada dalam pekerjaan tersebut. Mereka
dapat menghitung total nilai poin untuk pekerjaan tadi dengan
menambahkan poin yang sesuai bagi setiap faktor. Hasilnya adalah
peringkat poin kuatitatif untuk setiap pekerjaan. Metode poin
kelihatannya merupakan metode avaluasi pekerjaan yang paling banyak
digunakan, lampiran untuk bab ini (ditemukan dalam situs Web buku ini)
mencakup semua secara rinci.
2.2.4 Metode Evaluasi Pekerjaan : Perbandingan Faktor
Sebenarnya, metode pembandingan faktor adalah sebuah perbaikan
dari metode ranking. Dengan metode ranking, secara umum anda melihat
pada setiap pekerjaan sebagai sebuah entitas dan membuat peringkat
pekerjaan-pekerjaan tersebut berdasarkan pada beberapa buah faktor
seperti tingkat kesulitan pekerjaan. Dengan metode perbandingan faktor,
anda membuat peringkat pekerjaan beberapa kali? Satu kali untuk setiap
faktor kompensasi. Sebagai contoh, pertama anda dapat membuat
peringkat pekerjaan dalam hal faktor kompensasi yaitu “keterampilan”
setelah itu, berikan peringkat menurut “persyaratan mental” mereka, dan
seterusnya. Kemudian kombinasikan peringkat untuk tiap pekerjaan ke
dalam sebuah peringkat numerik keseluruhan untuk pekerjaan itu. Hal ini
juga metode yang sering digunakan, juga ditemukan lebih rinci dalam
lampiran bab ini.
2.2.5 Evaluasi Pekerjaan Terkomputerisasi
Menggunakan metode-metode evaluasi pekerjaan secara kuantitatif
seperti nilai atau rencana-rencana perbandingan faktor bisa memakan
waktu rencana-rencana perbandingan faktor bisa memakan waktu
mengakumulasikan informasi tentang “berapa banyak” dari masing-
masing faktor kompensasi yang dimiliki oleh suatu pekerjaan biasanya
melibatkan proses yang membosankan dimana komite evakuasi akan
berdebat tenbtang tingkat dari setiap faktor kompensasi dari pekerjaan
tersebut. Kemudian mereka menuliskan penilaian konsensus mereka dan
secara manual menghitung nilai poin setiap pekerjaan.
CAJE – computer – aided job evaluation atau avaluasi pekerjaan dengan
bantuan komputer – dapat merampingkan proses ini. Menurut seorang
pakar CAJE dapat menyederhanakan analisis pekerjaan membatu agar
deskripsi pekerjaan tetap mengikuti zaman, menaikkan objektifitas
evaluasi, mengurangi waktu yang dihabiskan dalam pertemuan komite,
dan memudahkan beban pemeliharaan sistem. CAJE meliputi masukan
data elektronik, pemerikasaan terkomputerisasi atas respon kuisioner
faktor kompenssasi, dan autput otomatisdari evaluasi pekerjaan, dan
berbagai laporan kompensasi.
Sebagian besar sistem ini memiliki dua komponen utama. Pertama,
terdapat sebuah kuisioner terstruktur, yang berisi hal-hal seperti “masukan
total jumlah karyawan yang melapor secara fungsional terhadap posisi
ini” kedua sistem CAJE menggunakan model statistik hal ini
mengizinkan pada program komputer untuk memberi harga
pekerjaankurang lebih secara otomatis. Berdasarkan pada informasi atas
hal-hal seperti jumlah karyawan yang melapor untuk posisi tersebut,
menberi pekerjaan tolok ukur, pembayaran saat ini.
2.3 Membagi kelas sesuai pekerjaan
Membagi kelas dimaksudkan untuk menentukan tingkat kesulitan pekerj
aan yang mana nantinya akan membutuhkan skill dan keterampilan ekstra dari
karyawan tersebut sesuai dengan klasifikasi pekerjaan mereka.
Sekali evaluasi pekerjaan digunakan untuk menentukan nilai relatif sebuah
pekerjaan, komite dapat beralih pada tugas pemberian taraf upah pada setiap
pekerjaan, namun biasanya mereka ingin terlebih dahulu mengelompokkan ke
dalam pekerjaan ke dalam tingkatan pembayaran. Hal itu, tentu saja, dapat
dilakukan hanya dengan menyusun taraf pembayaran kepada setiap pekerjaan.
Tetapi untuk pengusaha yang lebih besar rencana demikian akan sulit dilakukan,
karena mungkin terdapat taraf pembayaran berbeda untuk ratusan atau bahkan
ribuan pekerjaan. Dan bahkan untuk organisasi yang lebih kecil, terdapat
kecenderungan untuk berusaha sebanyak mungkin menyederhanakan struktur
upah gaji, oleh karena itu komite barang kali akan mengelompokkan pekerjaan-
pekerjaan yang serupa (misalnya dalam hal peringkat jumlah poin) ke dalam
beberapa tingkatan upah. Jadi, mereka tidak harus menghadapi ratusan taraf
pembayaran, tetapi mungkin hanya 10 hingga 12 tingkat.,
Sebuah tingkatan pembayaran terdiri dari beberapa pekerjaan yang kesulitan
atau kepentingannya atau sama seperti yang dinyatakan oleh evaluasi pekerjaan.
Jika komite menggunakan metode poin, maka tingkat pembayaran terdiri dari
beberapa pekerjaan yang jatuh ke dalam dua ataun tiga peringkat. Metode
klasifikasi secara otomatis menggolongkan pekerjaan kedalam kelas atau
tingkatan. (dengan metode perbandingan faktor, tingkatan terdiri dari kisaran
taraf pembayaran tertentuseperrti yang dijelaskan dalam lampiran bab ini, yang
dtemukan dalam situs Web buku ini). Sudah umum bila terdapat 10 hingga 16
tingkatan per “kelompok pekerjaan” (cluster/kelompok adalah sebuah
pengelompokan logis, seperti pekerjaan pabrik, pekerjaan klerikal, dan
seterusnya). Namun, seperti yang akan kami jelaskan secara ringkas, terdapat
sebuah kecenderungan untuk mengurangi jumlah tingkatan pekerjaan dalam
setiap kelompok sehingga setiap tingkatan akan meliputi lebih banyak
pekerjaan.
2.4 Membayar setiap kelas pekerjaan sesuai upah
Organisasi akan melakukan pembayaran upah kepada setiap karyawan atas
pekerjaan yang telah mereka hasilkan sesuai dengan kelas atau divisi yang telah
ditentukan sebelumnya. Biasanya perusahaan akan menggunakan kurva upah
untuk membantu mengalokasikan tingkat upah ke setiap tingkatan pembayaran
(atau kepada setiap pekerjaan).
Kurva upah memperlihatkan taraf pembayaran bagi pekerjaan, relatif
terhadap poin atau peringkat yang diberikan kepada masing-masing pekerjaan
oleh tingkatan evaluasi pekerjaan.
Taraf pembayaran pada kurva upah biasanya merupakan upah yang sekarang
dibayarkan oleh pengusaha. Namun, jika ada alasan untuk menyakini bahwa
taraf pembayaran saat ini berada diluar taraf pasar untuk pekerjaan ini. Pilihlah
pekerjaan yang menjadi tolok ukur di dalam setiap tingkatan pembayaran dan
berikan harga melalui sebuah survei kompensasi. Taraf pembayaran baru yang
berbasis pasar ini nantinya menggantikan taraf saat ini pada kurva upah.
Kemudian golongkanlah pekerjaan anda yang lain (dan taraf pembayaran
mereka ) disekitar pekerjaan tolok ukur tersebut.
2.5 Menyempurnakan pembayaran upah
Menyempurnakan pembayaran upah dimaksudkan untuk membayar u
pah sesuai dengan kontribusi yang telah diberikan oleh perusahaan. Misalnya:
masa kerja, tingkat pendidikan, dan tingkat kesulitan pekerjaan.
Perbaikan melibatkan pengembangan kisaran pembayaran dan memperbaiki
taraf yang diluar garis.
Mengembangkan kisaran Pembayaran. Sebagian besar pengusaha tidak
membayar satu taraf untuk semua pekerjaan dalam tingkatan pembayaran
tertentu. Sebagai contohnya, GE Medical tidak akan ingin membayar seluruh
pekerja klerk akuntingnya, dari tingkatan pemula hingga yang penuh
pengalaman, dan taraf pembayaran yang sama. Namun, mereka
mengembangkan kisaran pembayaran vertikal (atau “taraf”) untuk masing-
masing tingkat upah tingkat upah horizontal. Kisaran pembayaran ini mungkin
terlihat seperti kotak vertikal di dalam setiap tingkatan yang memperlihatkan
taraf pembayaran minimum, maksimum, dan titik tengah untuk tingkat tertentu.
Terdapat beberapa alasan untuk menggunakan kisaran pembayaran untuk setiap
tingkatan pembayaran. Pertama, kisaran pembayaran memungkinkan pengusaha
untuk lebih fleksibel dalampasar tenaga kerja, misalnya, hal ini memudahkan
untuk menarik karyaawan berpengalaman yang digaji tinggi ketingkat atas
kisaran pembayaran jika gaji awal untuk tahapan terendah mungkin terlalu
rendah untuk menarik minat mereka kisaran pembayaran juga memungkinkan
perusahaan membedakan kinerja karyawan dalam tingkatan yang sama atau
antar karyawan dengan senioritas berbeda. Kebanyakan pengusaha membuat
struktur kisaran pembayaran yang agak tumpah tindih, sehingga seorang
karyawan yang memiliki lebih banyak pengalaman atau senioritas bisa
mendapatkan upah yang lebih besar daripada posisi awal dalam tingkat
pembayaran tahap berikutnya.
Garis atau upah biasanya menjadi pembanding setiap kisaran pembayaran.
Sehingga kemudian perusahaan dapat secara semabarang memutuskan taraf
maksimum dan minimum untuk setiap tingkatan, seperti 15 % diatas dan
dibawah garis upah. Sebagai alternatif, beberapa pengusaha mengizinkan
kisaran pembayaran untuk setiap tingkatan untuk menjadi luas untuk kisaran
yang lebih tinggi, yang mencerminkan tuntutan yang lebih besar dan keragaman
kinerja yang menjadi sifat dari pekerjaan yang lebih rumit.
Memperbaiki Taraf-Taraf Pembayaran yang berada di Luar Garis. Taraf
upah untuk sebuah pekerjaan tertentu bisa berada jauh diluar garis upah atau
jauh diluar kisaran taraf untuk tingkatannya, seperti yang diperlihatkan dalam
gambar . ini berarti bahwa pembayaran rata-rata untuk pekerjaan itu saat ini
terlalu tinggi atau terlalu rendah, relatif terhadap pekerjaan lain dalam
perusahaan. Anda harus menaikkan upah karyawan yang terlalu rendah hingga
batas minimum kisaran pembayaran mereka.
C. MEMBERI HARGA PEKERJAAN MANAJERIA DAN PROFESIONAL
Membangun rencana-rencana kompensasi bagi manajer dan profesional dalam
banyak hal juga serupa dengan membangun rencana-rencana untuk karyawan lainnya.
Sasaran utamanya adalah sama untuk menarik dan mempertahankan karyawan yang
baik. Dan kepada pekerjaan-pekerjaan tersebut – dapat diterapkan pada pekerjaan
manajerial dan profesional sama dengan pada pekerjan produksi dan klerikal.
Namun, terdapat perbedaan besar. Salah satunya, evaluasi pekerjaan hanya
memberikan sebagian jawaban terhadap bagaimana menggaji manajer dan profesional.
Pekerjaan ini cinderung lebih menekankan pengukuran faktor seperti saham dari usulan
pembayarn dewan. Pemerintah juga mengubah peraturan pajak federal pada awal tahun
1990-an untuk membuat pembayaran CEO di atas $ 1juta setahun tanpa dikurangi
sebagai pengeluaran bisnis perusahaan jika pembayaran itu tidak berhubungan dengan
kinerja.
Pada pemegang saham semakin tidak setuju dengan kenaikan gaji para eksekutif
yang dinilai tidak perlu, khususnya saat perusahaan sedang tidak sukses sebagai contoh
para pemegang saham dalam perusahaan farmasi GlaxoSmithKline memilih menolak
rekomendasi dari dewan direksi untuk membeyar pimpinan eksekutifnya $35 juta bila
dia diberhentikan dari pekerjaannya dan menolak utnuk mengukuhkan rencana pensiun
bagi dia dan istrinya.
Hal mendasar adalah, dewan mengurangi kepentingan relatif gaji pokok dan
meningkatkan penekanan pada pembayaran berdasarkan pada kinerja masalah utama
disini adalah mengidentifikasi standar kinerja yang proposional lalu menetukan
bagimana menghubungkan dengan gaji. Jenis pengukuranb jangka pendek nilai
pemegang saham termasuk tingkat pengembalian di atas pokok yang telah ditetapkan
dan apa ynag dikenal dengan nama nilai tambah ekonomi.
Pembayaran berdasarkan kinerja dapat memfokuskan perhatian seorang manajer.
Saat produksi truk berat turun drastis baru-baru ini, CEO Joseph Magliochetti melihat
penjualan dana Cor, pembuat suku cadang mobil miliknya jatuh sebesar 6% dan
keuntungannya turun sebesar $850.000. tetapi, dewan direksi menghilangkan bonus dan
hadiah sahamnya, yang tahun sebelumnya diterimanya sebesar $1,8 juta. Dewan
mengatakan bahwa ia telah gagal mencapai sasaran keuangan yang telah ditetapkan
sebagai tugasnya.
3.1 Evaluasi Pekerjaan Manajerial.
Diluar pertanyaan tentang rasionalitas pembayaran eksekutif, evaluasi pekerjaan
masih penting menilai harga pekerjaan eksekutif dan manajerial pada sebagian besar
perusahaan besar. Pendekatan dasarnya adalah dengan menggolongkan semua posisi
eksekutif dan manajerial ke dalam serangkaian tingkatan, - dimana terlampir
serangkaian kisaran gaji.
Dengan pekerjaan bukan – manajerial, satu alternatif adalah dengan membuat
peringkat posisi eksekutif dan manajemen dalam hubungannya satu sama lain,
mengelompokkan yang memikili nilai sama. Namun perusahaan juga menggunakan
klasifikasi pekerjaaan dan metode evaluasi poin, dengan faktor kompemsasi seperti
cakupan posisi, kerumitan, kesulitan dan tuntutan kreatif. Analisa pekerjaan survei
gaji, dan perbaikan level gaji disekitar kurva upah juga memainkan peran utama.
3.2 Memberikan Kompensasi Karyawan Profesional
Memberikan kompensasi kepada karyawan profesional yang tidak diawasi seperti
para insinyur dan para ilmuwan merupakan suatu permasalahan yang unik.
Pekerjaan analisis seperti ini menekankan kreatifitas dan pemecahan masalah faktor
kompensasi tidak dapat dibandingkan atau diukur dengan mudah. Lagipula,
bagaimana anda mengukur kinerja? Dampak ekonomis profesional pada perusahaan
seringkali hanya berhubungan tidak langsung dengan upaya aktual mereka. Sebagai
contoh, keberhasilan penemuan seorang insinyur bergantung pada banyak faktor,
seperti seberapa baiknya perusahaan memasarkan. Pengusaha dapat menggunakan
evaluasi pekerjaan untuk pekerjaan profesional. Faktor kompensasi disini cinderung
untuk berfokus pada pemecahan masalah, kreatifitas, cakupan pekerjaan dan
pengetahuan serta keahlian teknis. Perusahaan menggunakan metode poin dan
metode perbandingan faktor, walaupun klasifikasi pekerjaan mungkin yang paling
populer. (disini, anda menggolongkan pekerjaan kedalam tingkatan berdasarkan
pada deskripsi tingkatan). Namun pada praktiknya perusahaan jarang menggunakan
metode evaluasi pekerjaan tradisional untuk pekerjaan profesional , karena sangat
sulit untuk mengukur faktor yang membuat adanya perbedaan dalam pekerjaan
profesional.
Sebagian besar pengusaha menggunakan pendekatan pemberian harga pasar mereka
memberikan harga perusahaan profesional dipasaran sebaik yang mereka bisa,
untuk membuat nilai untuk pekerjaan tolok ukur. Kemudian mereka menggolongkan
pekerjaan tolok ukur dan pekerjaan profesional mereka menjadi sebuah struktur
gaji. Setiap disiplin profesional (seperti teknik atau R&D) biasanya memiliki 4
hingga 6 level tingkatan yang masing-masing memiliki kisaran gaji yang luas ini
membentu para pengusaha untuk tetap kompetitif saat memberikan p[enawaran
kepada para profesional yang keterampilan dan kemapuannya sangat berfariasi,
yang secara harfiah memiliki peluang-peluang pekerjaan yang bersifat global
D. Kecenderungan Kompensasi Lainnya
Gerakan menuju penggajian berbasis kompetensi adalah salah satu tren penting
kompensasi. Bagian ini akan melihat tiga tren lainnya: broadbanding, kompetensi
srtatejik dan nilai yang dapat di perbandingkan.
4.1 Broadbanding
Sebagian besar perusahaan berakhir pada rencana-rencana penggajian yang
dilelompokkan ke dalam sejumlah kelas atau tingkatan, yang masing-masing
memiliki rentang tingkat penggajian yang vertikalnya sendiri. Sebagai contoh,
rencana penggajian pemerintah AS terdiri dari 18 tingkatan utama (GS- 1 hingga
GS-18), yang masing-masing memiliki kisaran tarafnya sendiri. Untuk para
karyawan yang pekerjaannnya berada dalam salah satu kelompok ini, kisaran gaji
untuk tingkatan tersebut menentukan gaji minimum dan maksimumnya.
Yang menjadi pertanyaannya adalah “seberapa luas seharusnya tingkatan gaji itu
dalam hal jumlah poin evaluasi pekerjaan yang mereka sertakan?” sebagai contoh,
apakah pemerintah Amerika Serikat ingin mengurangi 18 tingkatan penggajiaannya
kepada 6 atau tujuh broadband yang lebih lebar. Terdapat kekurangan bila memiliki
tingkatan yang sempit. Misalnya, jika anda ingin seseorang yang dengan pekerjaan
tingkat 2 untuk mengisi sementara sebuah pekerjaan tingkat 1, akan sulit
menugaskan pekerjaan tingkat itu tanpa mengurangi gajinya. Hal serupa, jika anda
ingin mempelajari pekerjaan yang ternyata berada ditingkat 3, karyawan bisa
keberatan dengan penempatan tersebut tanpa kenaiakn gaji sesuai dengan gaji
tingkat 3. rencana-rencana penggajian tradisional memberikan ketidak-fleksibelan.
Itulah sebabnya beberapa karyawan melakukan boardbanding pada recana
penggajian mereka. Broadbanding berarti mengombinasikan tingkatan dan kisaran
gaji menjadi hanya dalam beberapa level atau area yang luas. Dalam kasus ini 6
tingkatan penggajian sebelumnya digabungkan menjadi 2 broadband.
Sebuah perusahaan bisa menciptakan broadband bagi semua pekerjaan, atau bagi
kelompok khusus seperti para manajer atau profesional. Kisaran taraf bagi
broadband menjadi relatif luas, karena berkisar dari penggajian minimum dari
tingkatan terendah yang digabungkan perusahaan ke dalam broadband hingga
penggajian maksimum dari tingkatan tertinggi yang digabungkan. Oleh karena itu,
untuk pekerjaan yang berada dalam broadband ini lebih mudah tanpa
menghawatirkan tentang karyawan yang bergerak keluar kisaran taraf yang relatif
sempit yang terkait dengan tingkatan penggajian tunggal karenanya broadband
menghasilkan fleksibilitas.
Perusahaan melakukan broadband karena beberapa alasan, yang paling penting
adalah untuk mendukung inisiatif stratejik. Keuntungan dasar broadbanding adalah
bahwa hal ini menghasilakan fleksibilitas yang lebih besar ke dalam kompensasi
karyawan. Hal ini masuk akal khususnya saat perusahaan mendatarkan jenjang
mereka dan mengelolanya ke dalam beberapa kelompok yang mengatur sendiri.
Kategori gaji baru yang luas dapat meliputi menyelia dan bawahan dan
memudahkan karyawan yang hanya sedikit bergeser naik atau turun sepanjang skala
gaji, tanpa memasukkannya ke dalam kisaran gaji yang baru. Sebagai contoh,
“karyawn yang harus menghabiskan waktu dalam pekerjaan yang levelnya lebih
rendah untuk mengembangkan keterampilan tertentu dapat menerima penggajian
yang lebih tinggi dari biasanya untuk pekerjaan tersebut, sebuah keadaan yang
dianggap tidak mungkin dengan sistem penggajian trasdisional. Seorang ahli
menyatakan bahwa rencana evaluasi kuantitatif tradisional sebenarnya memberi
penghargaan ketidakmampuan beradaptasi. Ia menyatakan bahwa pekerjaan yang
didefinisikan secara sempit dengan faktor kompensasi seperti “tahu bagaimana”
adalah tidak mungkin mendorong para pemegang jabatan untuk menjadi fleksibel.
Malahan, kecenderungannya mungkin membuat sikap para pekerja seperti “itu
bukan pekerjaanku” dan berkonsentrasi pada tugas mereka saja.
Namun, broadbanding dapat menimbulkan ganggunan, khususnya bagi karyawan
baru. Sebagai contoh, Home Depot telah menggunakan broadbanding sekitar 10
tahun, dan “saat karyawan ingin mempelajari sesuatu yang baru, ujar
seorangbkepala sistem informasiperusahaan. Hal ini akan memotivasi saat anda
telah terbiasadengannya. Namun, hal ini dapat membuat seorang karyawan baru
merasa sedikit terhanyut : “ seringkali timbul rasa permanen dalam satu tanggung
jawab tertentu yang melekat pad jabatan pekerjaan tertentu.” Rasa permanen
tersebut tidaklah sejelas saat karyawan dapat dan diharapkan untuk sering berpindah
darai satu proyek ke proyek lainnya dan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya.
Sebuah survei terbaru pada tahun 783 pengusaha menemukan bahwa 15%
pengusaha menggunakan broadbanding, 60% hingga 70% perusashaan AS masih
menggunakan poin dan rencana perbandingan faktor. Alasan utamanya adalah
karena evaluasi pekerjaan tersebut relatif mudah dan telah mereka kenal baik
penggajian berdasarkan keterampilan ataupun broadbanding tidak ada yang
menghilangkan kebutuhan untuk mengevaluasi nilai dari satu pekerjaan relatif
terhadap pekerjaan lainnya.
Broadbanding melibatkan beberapa langkah. Pertama, anda harus memutuskan
jumlah band dan berapa banyak poin yang mereka sertakan, dan memberikan
sebuah kisaran gaji yang luas dan bertumpah tindih cukup besar. Sebuah kategori
dapat terdiri dari sejumlah pekerjaan, yang masing-masing memiliki taraf upah
pasar sendiri. Yang lebih sering, kategori terdiri beberapa level, keterampilan. Para
pekerja harus meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka untuk
mendapatkan kenaikan gaji.
4.2 Kompensasi Stratejik
Seperti yang diketahui hampir semua orang saat ini, IBM adalah sebuah contoh
klasik dari sebuah perbaikan organisatoris. Mereka mendominasi industri melalui
awal 1980-an. Tetapi pada tahun 1990-an, mereka gagal menggunakan teknologi
baru dan kehilangan hubungan dengan para pelanggannya. Dewan direksinya
memperkerjakan Louis Gerster. Strategi utamanya adalah mengubah IBM dari
raksasa yang lemah menjadi pemenang yang efisien.
Mencapai hal ini berarti melakukan lebih banyak perampingan dan melakukan
reorganisasi perusahaan, Gerster harus mengubah budaya IBM – nilai bersama,
sikap dan prilaku yang membimbing perilaku karyawan. Ia berusaha menekankan
kemenangan, pelaksanaan, pelaksanan, ketepatan, kecepatan, dan sifat tegas. Dia
tahu bahwa dia harus menggunakan rencana kompensasi untuk mendukung
pencapaian rencana stratejik IBM.
Rencana pembayaran kompensasi yang ada di IBM melakukan hal sebaliknya.
Semua orang dalam raksasa ini berada pada sebuah pekerjaan yang nilai relatifnya
di dasarkan pada evaluasi pekerjaan yang berbasis faktor poin yang berumur
beberapa dekade. Apakah sebagian implikasinya? salah satunya, memelihara sistem
poin bagi lebih dari 10.000 karyawan membutuhkan karyawan “masih dan tidak
praktis” menjadi evakuasi faktor poin berbasis manual. Struktur ini juga melatih
keasyikan dengan kesetaraan internal bukannya taraf pembayaran pasar yang
kompetitif. Gerstner mengetahui bahwa ia harus mengubah rencana pembayaran
untuk memicu budaya baru yang berusaha di ciptakannya.
Untuk mengubah situasi ini. Tim Gerstner membuat 4 perubahan utama dalam
rencana kompensasi IBM :
Aturan Pasar. Perusahaan berubah dari sistem gaji tunggal sebelumnya (untuk
karyawan yang bukan penjualan) menjaadi strukutr gaji berbeda dan anggaran
tunjangan untuk kelompok pekerjaan berbeda. Hal ini membuat IBM mampu
menerapkan kompensasi berbeda (misalnya, bagi akuntan, insinyur, pemrogram dan
sebagainya). Hal ini membuat IBM mampu untuk berkonsentrasi membayar
karyawan dalam kelompok pekerjaan berbeda dengan cara yang lebih berorientaasi
pasar. Pendekatan baru ini mengirimkan tanda budaya yang kuat bahwa
“perusahaan yang dipicu pasar harus memerhatikan pasar secara ketat dan bertindak
sesuai dengan itu.”
Lebih sedikit pekerjaan, dievaluasi secara berbeda, dalam broadband. Kedua, IBM
mengesampingkan sistem evaluasi pekerjaan faktor poin dan tingkatan gaji
tradisional mereka. Sistem yang baru tidak memiliki poin sama sekali. Sistem lama
berisi 10 faktor berbeda yang dapat dikompensasikan sistem yang baru
menggolongkan pekerjaan yang hanya berdasarkan pada 3 kategori (keterampilan,
persyaratan kepemimpinan, dan cakupan/dampak).
Di AS jumlah jabatan pekerjaan terpisah turun dari lebih 5.000 menjadi lebih
sedikit dari 1.200 dan 24 tingkaytan gaji turun menjadi 10 broadband. Ini
menyampaikan sebuahmodel pengorganisasian yang baru : IBM menjadi organisasi
yang lebih landai sehingga dapat memberikan barang dan jasa ke pasar dengan lebih
cepat.
Para manajer mengelola. Rencana kompensasi sebelumnya mendasarkan kenaikan
pada sebuah perbandingan rumit yang menghubungkan nilai penilaian kinerja
dengan penilaian gaji yang di ukur dalam super sepuluh persen. Sistem baru ini
dirampingkan para manajer mendapatkan sebuah anggaran dan beberapa latihan,
yang intinya adalah : memberikan pembayaran yang anda berikan kepada para
bintang versus pembuat kinerja yang dapat diterima atau para bintang tidak akan
tinggal terlalu lama.” Pendekatan baru memungkinkan manajer memeringkat para
karyawan beradasarkan banyak faktor (seperti keterampilan kritis, dan hasil). Para
manajer memutusklan faktor apa yang digunakan dan berapa bobot yang mereka
berikan.
Resiko besar bagi pemegang saham. Saat IBM mengalami kesulitan pada awal
1990-an, kompensasi tunai setiap karyawan non-eksekutif (diuar fisi penjualan
terdiri dari gaji pokok (ditambah lembur, premio shift, dan beberapa penyesuain
lain). Pembayaran berdasarkan kinerja saat itu merupakan satu konsep yang asing.
Pada tahun 1997 , sebagian besar IBM diseluruh dunia “mendapatkan 10% atau
lebih kompensasi tunai mereka telah dihubungkan dengan kinerja.” Dalam sistem
baru, hanya ada 3 peringkat penilaian kinerja. “Karyawan peringkat atas menerima
dua setengah kali peringkat penilaian kinerja. ”Karyawan peringkat atas menerima 2
setengah kali penghargaan dari seorang karyawan peringkat terendah. (penghargaan
di kalibrasikan sebagai presentase pendapatan yang dapat di pensiunkan).
Perubahan di IBM ini mengilustrasikan bagaimana sebuah perusahaan
menggunakan rencana kompensasinya untuk mendukung sasaran strateji. Rencana
pembayaran yang baru membuat perhatian terfokus kembali pada nilai kemenangan
pelaksanaan dan kecepatan, dan menjadi lebih baik, lebih cepat serta lebih
kompetitif. Fitur “Kartu Nilai SDM” menunjukkan bagaimana Hotel Paris
mengaplikasikan prinsip seperti ini dalam menciptakan rencana kompensasi strategi
milik mereka.
4.3 Nilai yang Dapat Diperbandingkan
Nilai yang diperbandingkan (comperable wortth) mengacu pada persyaratan untuk
membayar pria dan wanita dengan upah yang sama bagi pekerjaan yang nilainya
dapat dibandingkan (bukannya hanya sekedar sama) bagi pengusaha. Dalam makna
yang lebih luas, nilai yang dapat dibandingkan berarti menbandingkan pekerjaan
yang cukup tidak serupa, seperti perawat dengan mekanik truk pemadam kebakaran
atas sekretasis dengan teknisi. Masalahnya adalah wanita seringkali mempunyai
pekerjaan yang sama dengan pria atau hanya dapat membandingkan dengan pria itu
dengan bayaran yang sama seperti pria? Inilah masalah dasar dalam nilai yang dapat
diperbandingkan.
Selama bertahun-tahun, “sama” merupakan srandar di Amerika Serikat walaupun
“dapat diperbandingkan” telah dan memang digunakan di Kanada dan banyak
negara Eropa. Sebagai hasil dari keputusan pengadilan, beberapa pakar kini yakin
bahwa nilai yang dapat diperbandingkan dapat menjadi lebih penting di Amerika
Serika. Masalah ini tidak hilang begitu saja. Sebagai contoh, perwakilan Eleanor
Holmes Norton (D-DC) mendukung “undang-undang pembayaran adil” yang baru
dimana pengusaha harus menyediakan pembayaran yang sama bagi pekerjaan yang
berbeda, tapi dapat diperbandingkan.
Country of Washington vcs. Gunther (1981) merupakan sebuah kasus yang sangat
penting bagi nilai yang dapat dibandingkan. Kasus ini melibatkan para penjaga
penjara di Whasington Country, Oregon, yang mengajukan tuntutan diskriminasi
jenis kelamin. Kota (country) tersebut telah mengevaluasi pekerjaan pria yang dapat
dibandingkan, tetapi tidak sama yang memiliki “isi” pekerjaan 5% lebih banyak
berdasarkan pada sebuah sistem evaluasi poin) daripada pekerjaan wanita, tetapi
pria dibayar 35% dibayar lebih banyak.setelah mundur maju melalui banyak
pengadilan hingga Mahkamah Agung AS, Washington Country ahirnya setuju
untuk membayar 5.000 karyawan dalam pekerjaan yang didominasi wanita dengan
jumlah hampir $500 juta kenaikan gaji selama tujuh tahun untuk memenuhi tuntutan
tesebut.
Nilai yang dapat dperbandingkan memiliki impllikasi bagi evaluasi pekerjaan.
Hampir semua kasus nilai yang dapat diperbandingkan yang sampai ke pengadilan
melibatkan pemanfaatan metode poin evaluasi pekerjaan. (disini, anda akan
mengingat kembali bahwa setiap pekerjaan dievaluasi berkenaan dengan beberapa
faktor seperti upaya, keahlian, tanggung jawab, dan penunjukan penugasan
berdasarkan tingkat setiap faktor yang ada dalam pekerjaan). Oleh karena itu
rencana poin memfasilitasi peringkat perbandingan dalam berbagai pekerjaan yang
berbeda.
Jadi, dapatkah perusahaan tetap menggunakan jenis rencana poin? Mungkin
pendekatan yang paling bijaksana bagi pengusaha adalah menilai harga pekerjaan
mereka yang melihat kita sesuai (dengan atau tanpa rencana poin pekerjaan), tapi
untuk memastikan bahwa perempuan memiliki kesetaraan akses untuk semua
pekerjaan. Dengan kata lain, menghilangkan diskriminasi upah dengan
mengeliminasi segregasi jenis kelamin dalam pekerjaan.
Meskipun dengan semua ini, kenyataannya adalah bahwa wanita di Amerika Serikat
masih hanya mendapatkan sekitar 77% dibanding pria. Wanita generasi X yang
berusia antara 25 sampai 34 tahun berpenghasilan sekitar 82% dari yang dihasilkan
laki-laki dalam kelompok yang sama tahun 2000, meningkat dari 70% di tahun
1979. para wanita tersebut juga meningkatkan keberadaan mereka dalam jajaran
eksekutif, administratif, dan manajerial dari sekitar 9% tahun 1983 menjadi 16
tahun 2000.
Apa yang dipertimbangkan dalam hasil yang aneh ini? Seorang pakar menyatakan
empat faktor: gaji awal wanita secara tradisional lebih rendah karena pengusaha
secara tradisional memandang mereka memiliki lebih sedikit kelebihan, kenaikan
gaji yang lebih besar dalam pekerjaan kerah putih. Pria cinderung untuk lebih sering
mengubah pekerjaan, yang membuat mereka mampu dipromosikan ke pekerjaan
yang levelnya lebih tinggi di atas wanita yang lebih senior, dan dalam pekerjaan
kerah biru, wanita cinderung ditempatkan dalam depertemen yang memiliki
pekerjaan yang bayarannya lebih rendah. Pengusaha dapat dan harus membuat
prosedur untuk menghindari praktik yang tidak adil seperti ini.
Untuk sebagian perusahaan, mengintegrasiakan program kompensasi dengan HRIS
adalah tren yang terkini dan yang paling butuh tindak lanjut segera. Fitur
“produktifitas melalui HRIS” menunjukkan bagaimana perusahaan melakukan hal
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Herawati, Popon. 2011. MSDM Strategik