Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

25
MAKALAH KELOMPOK MAKALAH THT RINITIS ALERGI Dosen Pembimbing : dr. Fahzi Fitri, Sp.THT, KL DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 UNIVERSITAS BAITURRAHMAH THT Page 1

description

tht

Transcript of Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

Page 1: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

MAKALAH THT

RINITIS ALERGI

Dosen Pembimbing : dr. Fahzi Fitri, Sp.THT, KL

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

PADANG

2013

THT Page 1

Page 2: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ Rinitis

Alergi “, dengan rahmat-Nya kami sebagai penulis bisa menulis makalah ini, apabila

tidak ada rahmat-Nya maka penulisan makalah ini tidak bisa terlaksana dengan baik.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W

yang telah membawa kita dari alam kebodohan serta bahkan alam kegelapan dan

menuju ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Dengan

adanya pejuang masa depan ini kita dapat memperoleh ilmu yang memadai pada

masa kita sekarang ini.

Serta dalam penulisan makalah ini banyak pihak-pihak yang terkait dalam

menulis makalah ini serta penulis mengucapkan terima kasih banyak terhadap pihak –

pihak yang terkait antara lain :

1. Dosen pembimbing bidang studi Rinitis Alergi dr. Fahzi Fitri, Sp.THT,

KL yang telah memberikan arahan.

2. Teman – teman yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah

ini.

Semoga makalah yang ditulis ini bisa bermanfaat dengan baik, dan digunakan

apabila diperlukan.

Padang, April 2013

Penulis

THT Page 2

Page 3: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I. PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Batasan Masalah 5

1.3 Tujuan Khusus 5

1.4 Tujuan Umum 5

1.5 Manfaat 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6

BAB III. PEMBAHASAN 7

BAB IV. PENUTUP 14

4.1 Kesimpulan 14

4.2 Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

THT Page 3

Page 4: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai

dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin,

hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga

dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis.

Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi

peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung

cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili

permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 – 25% populasi dunia, dengan

peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi merupakan kondisi

kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai

konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan

komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi

dianggap sebagai gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan rinitis alergi

diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup seseorang.

Diagnosis rinitis alergi melibatkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat,

lokal dan sistemik khususnya saluran nafas bawah.

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien

yang atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta

dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen

spesifik tersebut. Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and It’s Impact on

Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,

rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai

oleh IgE.

Prevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta pen-

derita dari seluruh etnis dan usia.2 Di Amerika Serikat, lebih dari 40 juta warganya

menderita rinitis alergi. Rinitis alergi pada anak lebih sering terjadi pada anak laki-

laki dibandingkan anak perempuan, sedangkan pada dewasa prevalensi rinitis alergi

THT Page 4

Page 5: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

laki-laki sama dengan perempuan. Sekitar 80% kasus rinitis alergi berkembang mulai

usia 20 tahun. Insidensi rinitis alergi pada anak-anak 40% dan menurun sejalan den-

gan usia.3 Di Indonesia belum ada angka yang pasti, tetapi di Bandung prevalensi rini-

tis alergi pada usia 10 tahun ditemukan cukup tinggi (5,8%)

1.2 Batasan Masalah

Adapun Batasan masalah yang akan di uraikan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana definisi rhinitis alergi ?

2. Bagaimana etiologi rhinitis alergi ?

3. Bagaimana klasifikasi rhinitis alergi ?

4. Bagaimana Patofisiologi rhinitis alergi ?

5. Bagaimana Manifestasi rhinitis alergi

6. Bagaimana insiden rhinitis alergi terjadi ?

7. Bagaimana evaluasi diagnostik rinitis? Dll

1.3 Tujuan Umum

Dalam makalah ini penulis mempunyai tujuan umum yang ingin dicapai untuk

kesempurnaan pembahasan makalah ini, adapun tujuan umum dari makalah ini

adalah mengetahui secara garis besar rhinitis alergi.

1.4 Tujuan Khusus

Dalam makalah ini, juga mempunyai tujuan khusus yaitu tujuan yang lebih

menjelaskan secara detail dari tujuan umum itu sendiri, adapun tujuan khusus dari

penulisan makalah ini antara lain ingin mengetahui definisi rhinitis alergi, menge-

tahui etiologi rhinitis alergi, untuk mengetahui klasifikasi rhinitis alergi, dll.

1.5 Manfaat

Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengetahui definisi rhinitis alergi

2. Mahasiswa mengetahui etiologi rhinitis alergi

3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi rhinitis alergi

THT Page 5

Page 6: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rinitis Alergi

Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi

pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama

serta dilepaskannya suatu mediator kimia  ketika terjadi paparan ulangan dengan

alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis

and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung

dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung

terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.

Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering

ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitive

I). Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.

(Dipiro, 2005 ). Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ).

THT Page 6

Page 7: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

BAB III

PEMBAHASAN

Definisi rhinitis alergi

Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering

ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitive

I). Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.

(Dipiro, 2005 ). Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )

Sedangkan menurut WHO ARIA 2001adalah kelainan pada hidung dengan

gejala bersin-bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpa-

par alergen yang diperantari oleh IgE.

Etiologi

Rinitis Alergi

     Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien

yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas

memiliki peran penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak

semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih

besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen,

yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang

secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi.

     Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk

bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu

binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain.

Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap

sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen

hingga 1 jam setelahnya Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada

dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat

berlangsung hingga 24 jam.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

THT Page 7

Page 8: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya

debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur

- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya

susu, telur, coklat, ikan dan udang

- Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya

penisilin atau sengatan lebah

- Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan

mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga

tahap besar :

- Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik

- Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system

humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,

jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen

masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka

berlanjut ke respon tersier

- Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan

Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut guideline dari ARIA, 2001

(Allergic Rhinitis  and  its  Impact  on  Asthma)

berdasarkan pada  waktu  terjadinya  gejala  dan keparahannya adalah:

Berdasarkan lamanya terjadi gejala

Klasifikasi  Gejala dialami selama

Intermitten Kurang dari 4 hari seminggu, atau kurang dari 4 minggu

setiap saat kambuh.

Persisten Lebih  dari  4  hari  seminggu,  atau lebih  dari  4  minggu 

 setiap saat kambuh.

Berdasarkan keparahan dan kualitas hidup

Ringan  Tidak  mengganggu  tidur,  aktivitas harian,  olahraga,  sekol

THT Page 8

Page 9: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

ah atau pekerjaan. Tidak ada gejala yang mengganggu.

Sedang

sampai berat

Terjadi satu atau lebih kejadian di bawah ini:

1.      Gangguan tidur

2.      gangguan aktivitas harian, kesenangan, atau olah raga

3.      gangguan pada sekolah atau pekerjaan

4.      gejala yang mengganggu

Klasifikasi rhinitis alergi

Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:

- Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran

mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus

dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu

waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi

pada awal musim hujan dan musim semi.

- Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang

disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis

vasomotor. 

Rhinitis berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :

Rhinitis alergi

                 Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh

perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa

saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,

serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang

mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat

mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang

menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan

semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis.

THT Page 9

Page 10: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi

alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman

Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:

Rinitis alergi musiman (Hay Fever)

            Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan

allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin

untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.

Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)

            Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang

masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di

rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang

menyengat.

Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis alergi berdasarkan sifat

berlangsungnya dibagi menjadi:

1. Intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang

dari 4 minggu.

2. Persisten/ menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:

1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akivitas harian, bersantai,

berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.

2. Sedang-berat bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.

Patogenesis

Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap

sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari

2 fase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC)

THT Page 10

Page 11: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai satu jam setelahnya dan Late

Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4

jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat

berlangsung sampai 24-48 jam.

Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau

monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan

menangkap allergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses,

antigen akan membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul

HLA kelas II membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility

Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T Helper (Th0). Kemudian sel

penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL1) yang akan mengaktifkan Th0

untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilakan berbagai sitokin

seperti IL3, IL4, IL5, dan IL13. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di

permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan

memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh

reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel

ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang

tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan allergen yang

sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat allergen spesifik dan terjadi degranulasi

(pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia

yang sudah terbentuk (Preformed Mediators) terutama histamine. Selain itu juga

dikeluarkan Newly Formed Mediators, antara lain prostaglandin D2 (PGD2),

Leukotrein D4 (LTD4), Leukotrein C4 (LTC4), bradikinin, Platelet Activating Factor

(PAF) dan berbagai sitokin. Inilah yang disebut sebagai reaksi alergi fase cepat

(RAFC).

Histamine akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga

menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamine juga akan

menyebabkan sel mukosa dan sel goblet megalami hipersekresi dan permeabilitas

kapiler meningkat sehingga terjadi rinorea. Gejala lain dalah hidung tersumbat akibat

vasodilatasi sinusoid. Selain histamine merangsang ujung saraf vidianus, juga

THT Page 11

Page 12: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter

Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM1).

Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang

menyebabkan akumulasi sel eusinofil dan noutrofil di jaringan target. Timbulnya

gejala hiperaktif atau hiper responsive hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan

mediator inflamasi dari granulnya seperti ECP, EDP, MBP, EPO. Pada fase ini, selain

factor spesifik (allergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala

seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca, dan kelembaban udara

yang tinggi.1

Gambar 3: Patogenesis Rinitis Alergi

Manifestasi Klinis

- Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari

(umumnya bersin lebih dari 6 kali).

- Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan yang obstruksi

dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik

berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua,

dapat pula pucat. Permukaanya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung

THT Page 12

Page 13: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit, namun pada golongan rinorea, sekret

yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak.

- Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi

biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau

kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi

sinus.

- Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.

- Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

- Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu

yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.        

- Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau

(sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau,

gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat. Pada penderita

THT ditemukan ronnga hidung sangat lapang, kinka inferiordan media

hipotrofi atau atrofi, sekret purulen hijau, dan krusta berwarna hijau.

Komplikasi

Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah:

- Polip hidung

- Otitis media

- Sinusitis paranasal

- Gangguan fungsi tuba eustachius

THT Page 13

Page 14: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.

(Dipiro, 2005).Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ).

Rintis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,

rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai

oleh IgE. Alergen dapat berupa Alergen inhalan misalnya tungau debu rumah, kecoa,

serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur, alergen ingestan yang masuk

ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang

kepiting, dan kacang-kacangan, alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau

tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah, dan alergen kontaktan, yang masuk

melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.

4.2 SARAN

Dalam suatu karya tulis tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan

adalah milikNya, jadi saran penulis untuk pembaca yang ingin menyadur dari

makalah ini bisa dibaca dan memahami terlebih dahulu makalah ini, barulah

menyadurnya. Harapan penulis selanjutnya lebih baik dari pada makalah ini.

THT Page 14

Page 15: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

DAFTAR PUSTAKA

Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. Rinitis Alergi. Dalam: Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telonga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi keenam. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI; 2007; 128-134.

Adams, G., Boies, L R., Higler, P A. Penyakit Hidung. Dalam : Boies Buku

Ajar Penyakit THT Edisi keenam. Jakarta: EGC; 1997; 210-218.

scribd.com/doc/68896547/Rinitis-Alergi(diakses tanggal 26 april 2013)

dianalmira.blogspot.com/2013/04/rinitis-alergi-makalah-kelompok-4b(diakses

tanggal 26 april 2013)

THT Page 15

Page 16: Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian

MAKALAH KELOMPOK

Lampiran Nama Kelompok

1. M. Taufiq Handani N 10 – 036

2. Oka Indra Sakti 002

3. Dini Fitri 004

4. Jeffry Kurniawan 006

5. Muhammad Ridho Saputra 008

6. Akbar Fitrio 010

7. Irma Susanti 012

8. Helni Rahma Yulia 014

9. Mega Rahmawati 016

10. Mega Afriyani 018

11. Muhammar Qadafi 020

12. Risa Nanda 022

13. Niwa Hafrina 024

14. Rezki Alfurqan 026

15. Sovia Herlina 028

16. Fiani Ramayesa 030

THT Page 16