Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian
-
Upload
sisca-yudistira -
Category
Documents
-
view
40 -
download
0
description
Transcript of Makalah Metode Dan Rancangan Penelitian
MAKALAH KELOMPOK
MAKALAH THT
RINITIS ALERGI
Dosen Pembimbing : dr. Fahzi Fitri, Sp.THT, KL
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
PADANG
2013
THT Page 1
MAKALAH KELOMPOK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ Rinitis
Alergi “, dengan rahmat-Nya kami sebagai penulis bisa menulis makalah ini, apabila
tidak ada rahmat-Nya maka penulisan makalah ini tidak bisa terlaksana dengan baik.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W
yang telah membawa kita dari alam kebodohan serta bahkan alam kegelapan dan
menuju ke alam yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan saat ini. Dengan
adanya pejuang masa depan ini kita dapat memperoleh ilmu yang memadai pada
masa kita sekarang ini.
Serta dalam penulisan makalah ini banyak pihak-pihak yang terkait dalam
menulis makalah ini serta penulis mengucapkan terima kasih banyak terhadap pihak –
pihak yang terkait antara lain :
1. Dosen pembimbing bidang studi Rinitis Alergi dr. Fahzi Fitri, Sp.THT,
KL yang telah memberikan arahan.
2. Teman – teman yang telah ikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah
ini.
Semoga makalah yang ditulis ini bisa bermanfaat dengan baik, dan digunakan
apabila diperlukan.
Padang, April 2013
Penulis
THT Page 2
MAKALAH KELOMPOK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Batasan Masalah 5
1.3 Tujuan Khusus 5
1.4 Tujuan Umum 5
1.5 Manfaat 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 6
BAB III. PEMBAHASAN 7
BAB IV. PENUTUP 14
4.1 Kesimpulan 14
4.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA 15
THT Page 3
MAKALAH KELOMPOK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rinitis didefinisikan sebagai peradangan dari membran hidung yang ditandai
dengan gejala kompleks yang terdiri dari kombinasi beberapa gejala berikut : bersin,
hidung tersumbat, hidung gatal dan rinore. Mata, telinga, sinus dan tenggorokan juga
dapat terlibat. Rinitis alergi merupakan penyebab tersering dari rinitis.
Rinitis alergi adalah peradangan pada membran mukosa hidung, reaksi
peradangan yang diperantarai IgE, ditandai dengan obstruksi hidung, sekret hidung
cair, bersin-bersin, dan gatal pada hidung dan mata. Rinitis alergi mewakili
permasalahan kesehatan dunia mengenai sekitar 10 – 25% populasi dunia, dengan
peningkatan prevalensi selama dekade terakhir. Rinitis alergi merupakan kondisi
kronik tersering pada anak dan diperkirakan mempengaruhi 40% anak-anak. Sebagai
konsekuensinya, rinitis alergi berpengaruh pada kualitas hidup, bersama-sama dengan
komorbiditas beragam dan pertimbangan beban sosial-ekonomi, rinitis alergi
dianggap sebagai gangguan pernafasan utama. Tingkat keparahan rinitis alergi
diklasifikasikan berdasarkan pengaruh penyakit terhadap kualitas hidup seseorang.
Diagnosis rinitis alergi melibatkan anamnesa dan pemeriksaan klinis yang cermat,
lokal dan sistemik khususnya saluran nafas bawah.
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien
yang atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
spesifik tersebut. Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and It’s Impact on
Asthma) tahun 2001 adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai
oleh IgE.
Prevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta pen-
derita dari seluruh etnis dan usia.2 Di Amerika Serikat, lebih dari 40 juta warganya
menderita rinitis alergi. Rinitis alergi pada anak lebih sering terjadi pada anak laki-
laki dibandingkan anak perempuan, sedangkan pada dewasa prevalensi rinitis alergi
THT Page 4
MAKALAH KELOMPOK
laki-laki sama dengan perempuan. Sekitar 80% kasus rinitis alergi berkembang mulai
usia 20 tahun. Insidensi rinitis alergi pada anak-anak 40% dan menurun sejalan den-
gan usia.3 Di Indonesia belum ada angka yang pasti, tetapi di Bandung prevalensi rini-
tis alergi pada usia 10 tahun ditemukan cukup tinggi (5,8%)
1.2 Batasan Masalah
Adapun Batasan masalah yang akan di uraikan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi rhinitis alergi ?
2. Bagaimana etiologi rhinitis alergi ?
3. Bagaimana klasifikasi rhinitis alergi ?
4. Bagaimana Patofisiologi rhinitis alergi ?
5. Bagaimana Manifestasi rhinitis alergi
6. Bagaimana insiden rhinitis alergi terjadi ?
7. Bagaimana evaluasi diagnostik rinitis? Dll
1.3 Tujuan Umum
Dalam makalah ini penulis mempunyai tujuan umum yang ingin dicapai untuk
kesempurnaan pembahasan makalah ini, adapun tujuan umum dari makalah ini
adalah mengetahui secara garis besar rhinitis alergi.
1.4 Tujuan Khusus
Dalam makalah ini, juga mempunyai tujuan khusus yaitu tujuan yang lebih
menjelaskan secara detail dari tujuan umum itu sendiri, adapun tujuan khusus dari
penulisan makalah ini antara lain ingin mengetahui definisi rhinitis alergi, menge-
tahui etiologi rhinitis alergi, untuk mengetahui klasifikasi rhinitis alergi, dll.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mengetahui definisi rhinitis alergi
2. Mahasiswa mengetahui etiologi rhinitis alergi
3. Mahasiswa mengetahui klasifikasi rhinitis alergi
THT Page 5
MAKALAH KELOMPOK
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Rinitis Alergi
Rinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama
serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan
alergen spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis
and its Impact on Asthma) tahun 2001, rinitis alergi adalah kelainan pada hidung
dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.
Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering
ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitive
I). Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.
(Dipiro, 2005 ). Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ).
THT Page 6
MAKALAH KELOMPOK
BAB III
PEMBAHASAN
Definisi rhinitis alergi
Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang paling sering
ditemukan dan diperkirakan diantarai oleh reaksi imunologi cepat (hipersensitive
I). Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.
(Dipiro, 2005 ). Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
Sedangkan menurut WHO ARIA 2001adalah kelainan pada hidung dengan
gejala bersin-bersin, rhinore, rasa gatal, dan tersumbat setelah mukosa hidung terpa-
par alergen yang diperantari oleh IgE.
Etiologi
Rinitis Alergi
Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien
yang secara genetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas
memiliki peran penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak
semuanya atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih
besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen,
yang terdapat di seluruh lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang
secara genetik telah memiliki kecenderungan alergi.
Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk
bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu
binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain.
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap
sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan allergen
hingga 1 jam setelahnya Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada
dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat
berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
THT Page 7
MAKALAH KELOMPOK
- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya
debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya
susu, telur, coklat, ikan dan udang
- Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya
penisilin atau sengatan lebah
- Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga
tahap besar :
- Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
- Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,
jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen
masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka
berlanjut ke respon tersier
- Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan
Sedangkan klasifikasi yang lebih baru menurut guideline dari ARIA, 2001
(Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)
berdasarkan pada waktu terjadinya gejala dan keparahannya adalah:
Berdasarkan lamanya terjadi gejala
Klasifikasi Gejala dialami selama
Intermitten Kurang dari 4 hari seminggu, atau kurang dari 4 minggu
setiap saat kambuh.
Persisten Lebih dari 4 hari seminggu, atau lebih dari 4 minggu
setiap saat kambuh.
Berdasarkan keparahan dan kualitas hidup
Ringan Tidak mengganggu tidur, aktivitas harian, olahraga, sekol
THT Page 8
MAKALAH KELOMPOK
ah atau pekerjaan. Tidak ada gejala yang mengganggu.
Sedang
sampai berat
Terjadi satu atau lebih kejadian di bawah ini:
1. Gangguan tidur
2. gangguan aktivitas harian, kesenangan, atau olah raga
3. gangguan pada sekolah atau pekerjaan
4. gejala yang mengganggu
Klasifikasi rhinitis alergi
Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:
- Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran
mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus
dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu
waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi
pada awal musim hujan dan musim semi.
- Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.
Rhinitis berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi :
Rhinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh
perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa
saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap,
serbuk/tepung sari yang ada di udara. Meskipun bukan penyakit berbahaya yang
mematikan, rinitis alergi harus dianggap penyakit yang serius karena karena dapat
mempengaruhi kualitas hidup penderitanya. Tak hanya aktivitas sehari-hari yang
menjadi terganggu, biaya yang akan dikeluarkan untuk mengobatinya pun akan
semakin mahal apabila penyakit ini tidak segera diatasi karena telah menjadi kronis.
THT Page 9
MAKALAH KELOMPOK
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi
alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman
Berdasarkan waktunya, Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi. Umumnya disebabkan kontak dengan
allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin
untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang
masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di
rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang
menyengat.
Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis alergi berdasarkan sifat
berlangsungnya dibagi menjadi:
1. Intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang
dari 4 minggu.
2. Persisten/ menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:
1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan akivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
2. Sedang-berat bila terdapat salah satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas.
Patogenesis
Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap
sensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari
2 fase yaitu Immediate Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase cepat (RAFC)
THT Page 10
MAKALAH KELOMPOK
yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai satu jam setelahnya dan Late
Phase Allergic Reaction atau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4
jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat
berlangsung sampai 24-48 jam.
Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau
monosit yang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan
menangkap allergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses,
antigen akan membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul
HLA kelas II membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility
Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T Helper (Th0). Kemudian sel
penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL1) yang akan mengaktifkan Th0
untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilakan berbagai sitokin
seperti IL3, IL4, IL5, dan IL13. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di
permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan
memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh
reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel
ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang
tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan allergen yang
sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat allergen spesifik dan terjadi degranulasi
(pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia
yang sudah terbentuk (Preformed Mediators) terutama histamine. Selain itu juga
dikeluarkan Newly Formed Mediators, antara lain prostaglandin D2 (PGD2),
Leukotrein D4 (LTD4), Leukotrein C4 (LTC4), bradikinin, Platelet Activating Factor
(PAF) dan berbagai sitokin. Inilah yang disebut sebagai reaksi alergi fase cepat
(RAFC).
Histamine akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga
menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamine juga akan
menyebabkan sel mukosa dan sel goblet megalami hipersekresi dan permeabilitas
kapiler meningkat sehingga terjadi rinorea. Gejala lain dalah hidung tersumbat akibat
vasodilatasi sinusoid. Selain histamine merangsang ujung saraf vidianus, juga
THT Page 11
MAKALAH KELOMPOK
menyebabkan rangsangan pada mukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter
Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM1).
Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang
menyebabkan akumulasi sel eusinofil dan noutrofil di jaringan target. Timbulnya
gejala hiperaktif atau hiper responsive hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan
mediator inflamasi dari granulnya seperti ECP, EDP, MBP, EPO. Pada fase ini, selain
factor spesifik (allergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala
seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca, dan kelembaban udara
yang tinggi.1
Gambar 3: Patogenesis Rinitis Alergi
Manifestasi Klinis
- Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
(umumnya bersin lebih dari 6 kali).
- Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan yang obstruksi
dan rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik
berupa edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua,
dapat pula pucat. Permukaanya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung
THT Page 12
MAKALAH KELOMPOK
terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit, namun pada golongan rinorea, sekret
yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak.
- Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi
biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau
kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi
sinus.
- Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
- Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
- Gejala memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu
yang ekstrim, udara lembab, juga karena asap rokok dan sebagainya.
- Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya napas berbau
(sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta hijau,
gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat. Pada penderita
THT ditemukan ronnga hidung sangat lapang, kinka inferiordan media
hipotrofi atau atrofi, sekret purulen hijau, dan krusta berwarna hijau.
Komplikasi
Komplikasi rinitis alergi yang sering ialah:
- Polip hidung
- Otitis media
- Sinusitis paranasal
- Gangguan fungsi tuba eustachius
THT Page 13
MAKALAH KELOMPOK
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.
(Dipiro, 2005).Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 ).
Rintis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore,
rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai
oleh IgE. Alergen dapat berupa Alergen inhalan misalnya tungau debu rumah, kecoa,
serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur, alergen ingestan yang masuk
ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang
kepiting, dan kacang-kacangan, alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau
tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah, dan alergen kontaktan, yang masuk
melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.
4.2 SARAN
Dalam suatu karya tulis tidak ada yang sempurna, karena kesempurnaan
adalah milikNya, jadi saran penulis untuk pembaca yang ingin menyadur dari
makalah ini bisa dibaca dan memahami terlebih dahulu makalah ini, barulah
menyadurnya. Harapan penulis selanjutnya lebih baik dari pada makalah ini.
THT Page 14
MAKALAH KELOMPOK
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, N., Kasakeyan, E., Rusmono, N. Rinitis Alergi. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telonga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi keenam. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI; 2007; 128-134.
Adams, G., Boies, L R., Higler, P A. Penyakit Hidung. Dalam : Boies Buku
Ajar Penyakit THT Edisi keenam. Jakarta: EGC; 1997; 210-218.
scribd.com/doc/68896547/Rinitis-Alergi(diakses tanggal 26 april 2013)
dianalmira.blogspot.com/2013/04/rinitis-alergi-makalah-kelompok-4b(diakses
tanggal 26 april 2013)
THT Page 15
MAKALAH KELOMPOK
Lampiran Nama Kelompok
1. M. Taufiq Handani N 10 – 036
2. Oka Indra Sakti 002
3. Dini Fitri 004
4. Jeffry Kurniawan 006
5. Muhammad Ridho Saputra 008
6. Akbar Fitrio 010
7. Irma Susanti 012
8. Helni Rahma Yulia 014
9. Mega Rahmawati 016
10. Mega Afriyani 018
11. Muhammar Qadafi 020
12. Risa Nanda 022
13. Niwa Hafrina 024
14. Rezki Alfurqan 026
15. Sovia Herlina 028
16. Fiani Ramayesa 030
THT Page 16