MAKALAH METALURGI
description
Transcript of MAKALAH METALURGI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aluminium merupakan unsur dengan lambang Al, bernomor atom 13 dan
merupakan unsur golongan III A. Secara fisik aluminium merupakan logam putih
keperakan dengan karakter seperti logam pada umumnya, logam aluminium dapat
memantulkan sinar, tidak beracun, non-magnetik dan tidak berkilau. Aluminimum
merupakan salah satu dari 8 besar elemen pada kerak bumi, merupakan unsur ke-
3 yang paling melimpah di alam yaitu sekitar 8,1% berat.
Aluminium di alam tidak ditemukan dalam bentuk logam murninya tetapi
dalam bentuk bauksit yang masih mengandung Fe2O3, serta Si2O3. Sehingga
dibutuhkan proses lebih lanjut untuk mendapatkan aluminium murni yang biasa
dimanfaatkan dan dijual secara komersial
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, tahan panas serta tahan
korosi. Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan digunakan sebagai
Kabel bertegangan tinggi, bahan kontruksi pesawat serta peralatan rumah tangga
seperti panci, botol minuman ringan serta tutup botol susu. Aluminium biasanya
juga digunakan untuk melapisi lampu dan compact disk. Persenyawaan
aluminium juga memiliki aplikasi yang sangat luas. Misalnya aluminium sulfat
digunakan untuk pemurnian air.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun Permasalahan yang kami angkat pada makalah ini adalah :
1. Bagaimana keseluruhan proses yang dilakukan untuk medapatkan aluminium
dari bauksit ?
1
II. PEMBAHASAN
2.1 Proses Pembuatan Aluminium
Sebelum menjadi Aluminium. Bijih bauksit melewati proses fisika dan kimia.
Proses fisika dilakukan dengan cara mereduksi ukuran bijih bauksit (size
reduction) yang akan dijadikan feed dengan cara digerus sampai berukuran
kurang dari 35 mesh. Kemudian proses kimia dengan menambahkan bahan kimia
tertentu untuk mendapatkan aluminium murni. Proses pembuatan aluminium
dibagi menjadi 3 tahap besar yaitu:
2.1.1 Proses Penambangan
Aluminium didapatkan dari bijih bauksit yang ditambah terlebih dahulu.
Pada tahap awal di lakukan land clearing. Land clearing bertujuan untuk
membersihkan tumbuhan – tumbuhan yang terdapat diatas permukaan
endapan bijih bauksit. Lapisan bijih bauksit kemudian digali dengan shovel
loader yang sekaligus memuat bijih bauksit tersebut kedalam dump
truck untuk diangkut ke instalansi pencucian. Bijih bauksit dari tambang
dilakukan pencucian dimaksudkan untuk meningkatkan kualitasnya dengan
cara mencuci dan memisahkan bijih bauksit tersebut dari unsur lain yang tidak
diinginkan, misal kuarsa, lempung dan pengotor lainnya. Partikel yang halus
ini dapat dibebaskan dari yang besar melalui pancaran air (water jet) yang
kemudian dibebaskan melalui penyaringan (screening). Disamping itu
sekaligus melakukan proses pemecahan (size reduction) dengan menggunakan
jaw crusher.
2.1.2 Proses Pemurnian (Bayer Cycle)
Setelah proses penambangan, Bijih bauksit dimurnikan dengan
menggunakan proses Bayer Cycle. Ada 2 macam produk alumina yang bisa
dihasilkan yaitu Smelter Grade Alumina (SGA) dan Chemical Grade Alumina
(CGA). 90% pengolahan bijih bauksit di dunia ini dilakukan untuk
2
menghasilkan Smelter Grade Alumina yang bisa dilanjutkan untuk
menghasilkan Aluminium. Pada proses ini terdapat 4 tahap besar pemurnian,
yaitu:
1. Digestion
Pertama, bijih bauksit secara mekanik hancur. Kemudian, bijih
dihancurkan dicampur dengan soda kaustik dan diproses di pabrik
penggilingan untuk menghasilkan bubur (suspensi berair) yang mengandung
partikel sangat halus dari bijih. Kemudian bubur ini dipompa ke digester,
tangki yang berfungsi seperti pressure cooker. Bubur dipanaskan sampai 230-
520° F (110-270° C) di bawah tekanan dari 50 lb / in2 (340 kPa). Kondisi ini
dipertahankan untuk waktu mulai dari setengah jam untuk beberapa jam. Soda
api tambahan dapat ditambahkan untuk memastikan bahwa semua aluminium
yang mengandung senyawa dilarutkan. Kemudian Bubur panas, yang
sekarang menjadi larutan natrium aluminat, melewati serangkaian tangki flash
yang mengurangi tekanan dan kembali panas yang dapat digunakan kembali
dalam proses pemurnian.
2. Clarification
Pengotor tak larut (RM) yang terdapat dalam suspensi kemudian
dipisahkan dengan menyaring dari kotoran padat, selanjutnya didinginkan di
heat exchangers, untuk meningkatkan derajat jenuh dari alumina terlarut, dan
dipompa menuju tempat yang lebih tinggi yaitu presipitator silolike untuk
proses precipitation (pengendapan).
3. Precipitation
Selanjutnya aluminium diendapkan dari filtratnya dengan cara
mengalirkan gas CO2 dan pengenceran. Reaksi yang terjadi:
2NaAl(OH)3 (aq) + CO2 (g) 2Al(OH)3 (s) + Na2CO3 (aq) + H2O (l)
3
Campuran dari kotoran padat disebut RM, Selanjutnya, larutan hidroksida
didinginkan, dan aluminium hidroksida dilarutkan presipitat dengan fasa putih
solid halus.
4. Calcination
Kemudian dipanaskan sampai 1050 °C (dikalsinasi), aluminium
hidroksida terurai menjadi alumina, memancarkan uap air dalam proses.
Reaksi yang terjadi:
2Al(OH)3 (s) Al2O3 (s) + 3H2O (g)
Dan dihasilkan aluminium oksida murni (Al2O3) yang selanjutnya menuju
proses peleburan dengan proses Hall-Héroult untuk menghasilkan material
aluminium.
2.1.3 Proses Peleburan (Hall – Heroult)
Proses Hall-Heroult didasarkan pada prinsip elektrolisa lelehan garam
alumina pada temperatur tinggi (2050o C). Lelehan garam alumina merupakan
campuran alumina (Al2O3) dengan kryolite (Na3AlF6) dengan titik leleh 1010o
C. Bejana yang diperlukan dalam proses peleburan alumunium dengan proses
Hall-Heroult disebut bejana sel elektrolisa rectangular yang mempunyai dua
elektroda, yaitu anoda (elektroda positif) dan katoda (elektroda negatif).
Dalam proses Hall-Heroult, aluminum oksida Al2O3 dilarutkan dalam lelehan
kriolit (Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit yang sekaligus berfungsi
sebagai katode (-). Sebagai anode (+) digunakan batang grafit. Selanjutnya
elektrolisis dilakukan pada suhu 950 oC. Dalam proses elektrolisis dihasilkan
aluminium di katode dan di anode terbentuk gas O2 dan CO2. Dalam proses
Hall-Heroult, aluminum oksida Al2O3 dilarutkan dalam lelehan kriolit
(Na3AlF6) dalam bejana baja berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai
katode (-). Sebagai anode (+) digunakan batang grafit. Selanjutnya elektrolisis
dilakukan pada suhu 950 oC. Dalam proses elektrolisis dihasilkan aluminium
di katode dan di anode terbentuk gas O2 dan CO2. Bahan utama lain yang
digunakan dalam operasi peleburan adalah karbon. Elektroda karbon
4
mengirimkan arus listrik melalui elektrolit. Selama operasi peleburan,
beberapa karbon dikonsumsi karena menggabungkan dengan oksigen untuk
membentuk karbon dioksida. Bahkan, sekitar setengah pon (0.2 kg) karbon
digunakan untuk setiap pon (2.2 kg) dari aluminium yang dihasilkan.
Beberapa karbon yang digunakan dalam peleburan aluminium adalah produk
sampingan dari penyulingan minyak, karbon tambahan diperoleh dari
batubara.
Aluminium yang terbentuk berupa zat cair dan terkumpul di dasar
wadah lalu dikeluarkan secara periodik ke dalam cetakan untuk mendapat
aluminium batangan (ingot). Jadi, selama elektrolisis, Anode grafit terus
menerus dihabiskan karena bereaksi dengan O2 sehingga harus diganti dari
waktu ke waktu.
Produk limbah terbesar yang dihasilkan dalam pemurnian bauksit
adalah tailing (sampah bijih) yang disebut “lumpur merah”. Sebuah kilang
menghasilkan sekitar jumlah yang sama lumpur merah seperti halnya alumina
(dalam hal berat kering). Ini berisi beberapa zat yang berguna, seperti besi,
titanium, soda, dan alumina, tapi belum ada yang mampu mengembangkan
proses ekonomis untuk memulihkan mereka. Selain sejumlah kecil lumpur
merah yang digunakan secara komersial untuk batu mewarnai, ini benar-benar
produk limbah. Kilang paling hanya mengumpulkan lumpur merah di sebuah
kolam terbuka yang memungkinkan beberapa kelembaban menguap, ketika
lumpur telah kering untuk konsistensi yang cukup padat, yang mungkin
membutuhkan beberapa tahun, itu ditutupi dengan kotoran atau dicampur
dengan tanah.
5
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Aluminium merupakan salah satu unsure yang sangat melimpah di alam.
Meskipun sangat melimpah, aluminium tidak pernah ditemukan dalam bentuk
murni logamnya, melainkan selalu bersenyawa dengan unsur – unsur lain
membentuk persenyawaan mineral. Mineral dari aluminium yang paling umum
ditemukan adalah bauksit. Dimana bauaksit ini mengandung aluminium oksida
dan beberapa trace elemen yang berikatan secara kimia. Untuk mendapatkan
logam murni aluminium dari mineralnya, diperlukan pemrosesan lebih lanjut.
Proses yang paling umum untuk mendapatkan logam aluminium dari mineral
bauksit adalah melalui 2 tahapan proses utama. Yaitu Proses Bayer untuk
menghasilkan aluminium oksida murni (alumina) dari bauksit. Proses selanjutnya
disebut Hall-Heroult Proses dimana pada proses ini dilakukan elektrolisis dengan
modifikasi termokimia untuk menghasilkan aluminium murni dari alumina.
6