Makalah Memori

50
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memori merupakan elemen pokok dalam sebagian besar proses kognitif. Proses dari ingatan melalui pengkodean, penyimpanan, dan pengeluaran informasi. Sistem yang dibangun untuk ingatan agar sebuah informasi tetap diingat harus melalui ingatan sensori, ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang (Atkinson & Shiffrin, 1971 dalam Sarwono, 2010). Informasi yang baru didapat disimpan dalam memori jangka pendek dengan kemampuan jumlah dan waktu penyimpanan yang terbatas. Ingatan jangka pendek dapat bertahan selama beberapa menit sampai beberapa jam. Kapasitas memori jangka pendek terbatas, lima sampai sembilan unit informasi. Informasi bisa berupa angka, huruf atau kata (Sarwono, 2010). Informasi dapat hilang bila terjadi distraksi. Sebagian informasi akan terlupakan, sebagian lain akan ditransfer ke dalam memori jangka panjang yang lebih permanen (Solso, dkk, 2007). Informasi dari memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori jangka pendek untuk digunakan. Informasi dari memori jangka panjang sering tidak ditemukan kembali sehingga terjadi lupa (Wade & Travris, 2007).

description

hj

Transcript of Makalah Memori

Page 1: Makalah Memori

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memori merupakan elemen pokok dalam sebagian besar proses

kognitif. Proses dari ingatan melalui pengkodean, penyimpanan, dan

pengeluaran informasi. Sistem yang dibangun untuk ingatan agar sebuah

informasi tetap diingat harus melalui ingatan sensori, ingatan jangka

pendek dan ingatan jangka panjang (Atkinson & Shiffrin, 1971 dalam

Sarwono, 2010).

Informasi yang baru didapat disimpan dalam memori jangka

pendek dengan kemampuan jumlah dan waktu penyimpanan yang terbatas.

Ingatan jangka pendek dapat bertahan selama beberapa menit sampai

beberapa jam. Kapasitas memori jangka pendek terbatas, lima sampai

sembilan unit informasi. Informasi bisa berupa angka, huruf atau kata

(Sarwono, 2010). Informasi dapat hilang bila terjadi distraksi. Sebagian

informasi akan terlupakan, sebagian lain akan ditransfer ke dalam memori

jangka panjang yang lebih permanen (Solso, dkk, 2007). Informasi dari

memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori jangka pendek

untuk digunakan. Informasi dari memori jangka panjang sering tidak

ditemukan kembali sehingga terjadi lupa (Wade & Travris, 2007).

Page 2: Makalah Memori

2

Aspek intelegensi, memori, dan bentuk-bentuk lain dari fungsi

mental menurun seiring bertambahnya usia. Orang lanjut usia memiliki

skor lebih rendah dalam tes-tes penalaran, kemampuan ruang, dan

pemecahan masalah yang kompleks jika dibandingkan dengan orang-orang

dewasa yang lebih muda (Wade & Travris, 2007). Kondisi yang dihadapi

orang lanjut usia merupakan gangguan memori ringan yang dapat

digolongkan sebagai sindrom predemensia dan dapat berkembang menjadi

demensia. World Alzheimer Reports mencatat demensia akan menjadi

krisis kesehatan terbesar di abad ini yang jumlah penderitanya terus

bertambah. Data WHO tahun 2010 menunjukkan, di tahun 2010 jumlah

penduduk dunia yang terkena demensia sebanyak 36 juta orang.

Jumlah penderitanya diprediksi akan melonjak dua kali lipat di tahun 2030

sebanyak 66 juta orang (Gustia, 2010). Angka kejadian demensia di Asia

Pasifik sekitar 4,3 juta pada tahun 2005 yang akan meningkat menjadi 19,7

juta per tahun pada 2050. Jumlah penyandang demensia di Indonesia

hampir satu juta orang pada tahun 2011 (Gitahafas, 2011).

Gangguan memori pada lansia jika tidak diatasi dengan baik akan

mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari dan kesehatan lansia secara

menyeluruh. Perlu adanya suatu pelayanan untuk mengatasi masalah

kesehatan pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Pelayanan

lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan

lembaga. Unit Rehabilitasi Sosial merupakan pelayanan lansia berbasis

lembaga yang umum dikenal masyarakat.

Page 3: Makalah Memori

3

Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap merawat 90 lansia

terdiri dari laki-laki 35 orang dan perempuan 55 orang dengan usia rata-

rata 72 tahun. Beberapa disebabkan karena tidak mempunyai keluarga dan

banyak yang sengaja dititipkan oleh anggota keluarganya. Hasil

wawancara langsung dengan 20 lansia di “Unit Rehabilitasi Sosial

Dewanata” Cilacap, penulis menemukan beberapa kasus yang

berhubungan dengan gejala demensia, 10 dari lansia tidak mampu

mengingat nama anak-anaknya, 15 dari lansia mengalami kesulitan untuk

menghitung mundur (dari angka 20 mundur 3 angka), 15 dari lansia tidak

dapat mengingat kembali tiga objek.

Hasil wawancara memberikan gambaran bahwa memori lansia

mengalami kemunduran secara progresif, sehingga mereka mengalami

kesulitan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Namun, tidak semua

orang lanjut usia sama. Ada yang secara mental kemampuannya menurun,

tetapi ada juga yang tetap memiliki kemampuan mental yang tajam.

Perbedaan ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang

mempengaruhi memori individu salah satunya yaitu stres dan depresi

(Wade & Travris, 2007). Menurut Lubis (2009), lansia berada pada tahap

perkembangan emosi, lansia mempunyai banyak masalah seperti masalah

keuangan, masalah kesehatan, dan kesepian karena anak-anak tidak

mempunyai waktu untuk mengurus mereka akhirnya ditempatkan di unit

rehabilitasi sosial sehingga dapat memicu terjadinya stres bahkan depresi.

Page 4: Makalah Memori

4

Orang lanjut usia yang mengalami gangguan memori sebenarnya

tidak menderita penyakit demensia. Lansia cenderung mengalami

kehilangan memori akibat depresi (Wade & Travris, 2007). Maka untuk

itu perlu adanya metode-metode yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan memori dengan cara meningkatkan stimulasi

otak, kegiatan seperti membaca, menonton televisi sebaiknya di jadikan

sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus

menerus. Brain gym dan olahraga (jogging) juga merupakan salah satu

cara menjaga daya ingat yang bisa di lakukan para lansia, terapi humor

juga diduga mampu mempertahankankan bahkan meningkatkan

kemampuan memori lansia sekaligus menurunkan level stres. Terapi

humor merupakan latihan ideal bagi lansia yang mempunyai keterbatasan

fisik dan mudah dijangkau oleh kalangan lansia (Rafdi, 2008).

Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menyatakan bahwa

penggunaan humor dapat meningkatkan memori jangka pendek lansia.

Penelitian yang dilakukan oleh Bains (2012) menunjukkan bahwa orang

tua (usia rata-rata 74 tahun) setelah menonton video 30 menit humoris,

kemampuan belajar dan kemampuan mengingat meningkat dengan hasil

masing-masing 38,7% dan 36,1%. Humor dan tertawa riang dapat

mengurangi stres dan mengurangi hormon stres termasuk kortisol dan

katekolamin. Kortisol, misalnya, dapat merusak sel-sel saraf dari

hippocampus, yang merupakan bagian dari otak yang bertanggung jawab

untuk mengubah informasi sementara menjadi informasi yang permanen

Page 5: Makalah Memori

5

(Bains, 2012 dalam Reifsnyder, 2012). Sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Simon (1988) menyatakan bahwa humor dapat digunakan

sebagai mekanisme koping dalam menghadapi kecemasan dan ketegangan

(Vergeer, 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Martin dan Lefcourt

(1983) mengenai hubungan antara stres, mood, dan pandangan akan

humor, didapatkan hasil bahwa humor dapat menurunkan angka

kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup (Martin, 2001).

Humor merupakan sesuatu yang lucu dan dapat membuat individu

tertawa secara spontan, tidak dipaksakan dan merasa senang (Lubis, 2009).

Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan terapi diperlukan karena

beberapa orang mengalami kesulitan untuk memulai tertawa tanpa adanya

alasan yang jelas. Humor yang di berikan sebagai satu-satunya stimulus

untuk menghasilkan tawa dalam bentuk terapi akan disebut sebagai terapi

humor, namun jika di kombinasikan dengan hal-hal lain dalam rangka

untuk menciptakan tawa (misalnya dengan yoga atau meditasi), akan

disebut sebagai terapi tawa (Dian, 2006).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti menganggap penting untuk

meneliti pengaruh terapi humor terhadap memori jangka pendek lansia di

Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap.

Page 6: Makalah Memori

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diketahui bahwa orang lanjut

usia memiliki skor lebih rendah dalam tes-tes penalaran, kemampuan

ruang, dan pemecahan masalah yang kompleks jika dibandingkan dengan

orang-orang dewasa yang lebih muda. Terapi humor akan memberikan

pengalaman emosional positif.

Dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut “ Adakah

pengaruh terapi humor terhadap memori jangka pendek lansia di Unit

Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap.

C. Tujuan Penelitan

1. Tujuan Umum:

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh terapi humor

terhadap memori jangka pendek lansia di Unit Rehabilitasi Sosial

Dewanata Cilacap.

2. Tujuan Khusus:

a. Mengetahui karakteristik responden yaitu usia dan jenis kelamin.

b. Mengetahui skor memori jangka pendek lansia sebelum

mendapatkan terapi humor.

c. Mengetahui skor memori jangka pendek lansia sesudah

mendapatkan terapi humor.

d. Mengetahui perbedaan memori jangka pendek lansia sebelum

dan sesudah mendapatkan terapi humor.

Page 7: Makalah Memori

7

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk masyarakat umum

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang

pengaruh terapi humor terhadap peningkatan memori jangka pendek

lansia.

2. Untuk profesi keperawatan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian / informasi dalam

mengkaji, menganalisa dan memberikan intervensi untuk

memperlambat terjadinya demensia pada lansia.

3. Untuk responden

Lansia dapat mengetahui tingkat memori lansia sehingga dapat

menjadi dasar pengembangan kemampuan mengingat sehingga dapat

mandiri dalam aktivitas sehari-hari.

4. Untuk Unit Rehabilitasi Sosial

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan ilmu pengetahuan

tentang gangguan memori pada lansia sehingga dapat menggunakan

intervensi yang tepat dalam melakukan pengelolaan sedini mungkin

agar gangguan memori tidak berkembang ke arah demensia.

5. Untuk peneliti

Dapat menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman tentang

pengaruh terapi humor terhadap peningkatan memori jangka pendek

lansia.

Page 8: Makalah Memori

8

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini diajukan berdasarkan penelitian-penelitian yang

hampir serupa pernah dilakukan, yaitu:

1. Rafdi (2008) dengan judul pengaruh terapi humor terhadap

penurunan tekanan darah sistolik pada lansia dengan hipertensi ringan

di PSTW Kasih Sayang Ibu Batusangkar. Penelitian ini menggunakan

rancangan penelitian quasi ekperimental (pre test-post test) with

control group design. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 22

responden. Sampel dalam penelitian ini adalah 11 orang hipertensi

ringan dan 11 orang untuk kontrol. Pengambilan data tekanan darah

sistolik menggunakan spigmomanometer. Pengolahan data

menggunakan program komputer dan data dianalisis dengan

menggunakan uji Wilcoxon dan Man-Whitney. Hasil uji t tes

berpasangan menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah sistolik

yang bermakna pada kelompok perlakuan (p= 0,002). Pada kelompok

kontrol tidak terjadi penurunan tekanan darah sistolik (p= 1). Uji

Mann-Whithney menunjukkan bahwa terapi humor memiliki

pengaruh yang bermakna terhadap penurunan tekanan darah sistolik

lansia dengan hipertensi ringan (p= 0,002).

Page 9: Makalah Memori

9

Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel terikat dan

tempat penelitiannya. Variabel terikat pada penelitian ini yaitu

memori jangka pendek serta tempat yang akan dilakukan penelitian

adalah di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Persamaan

penelitian ini terdapat pada variabel bebas yaitu terapi humor.

2. Susanto, dkk (2009) dengan judul pengaruh olahraga ringan terhadap

memori jangka pendek wanita dewasa. Menggunakan rancangan

penelitian pre eksperimental (pre test-post test) one group design.

Populasi dalam penelitian ini sebanyak 22 wanita dewasa usia 19-23

tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah 22 wanita yang melakukan

olahraga (jogging) selama 30 menit selama 7 hari. Pengambilan data

memori jangka pendek menggunakan tes Nonsense Syllabels tipe A

dan B (tes terdiri dari 20 kata baru, diawali huruf konsonan dan

mengandung minimal 2 vokal). Pengolahan data menggunakan

program komputer dan data dianalisis dengan menggunakan uji t tes

berpasangan. Dari hasil uji “t” berpasangan diperoleh t hitung = -

3,703 dengan nilai p = 0,001. Dengan demikian peningkatan

persentase skor sesudah olahraga ringan perbedaannya sangat

signifikan (p < 0,01) dibandingkan persentase skor sebelum

melakukan olahraga ringan. Hal ini berarti sesudah melakukan

olahraga ringan, memori jangka pendek lebih meningkat

dibandingkan dengan sebelum melakukan olahraga ringan.

Page 10: Makalah Memori

10

Perbedaan penelitian ini adalah pada variabel bebas dan

tempat penelitiannya. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu terapi

humor, serta tempat yang akan dilakukan penelitian adalah di Unit

Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap. Persamaan penelitian ini

terdapat pada variabel terikat yaitu memori jangka pendek dan

penelitian menggunakan pre eksperimental (pre test-post test) one

group design.

Page 11: Makalah Memori

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Memori

a. Definisi Memori

Memori merujuk pada kemampuan seseorang memiliki dan

mengambil suatu informasi. Sumadikarya (1999) menyatakan bahwa

memori merupakan kemampuan untuk mengingat peristiwa yang telah

lalu pada tingkat sadar maupun tidak sadar. Memori sebagai recall

eksplisit atau informasi implisit dikodekan dalam masa lalu atau jauh

(Brickman & Stern, 2009). Tulving dan Craik (2000) mendefinisikan

memori sebagai kemampuan untuk mengingat peristiwa masa lalu dan

membawa fakta belajar dan ide-ide kembali ke pikiran.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa memori

adalah kemampuan mengambil informasi yang telah lalu dan membawa

informasi tersebut kembali dalam pikiran.

b. Pemrosesan Informasi dalam Memori

Ada tiga proses pengolahan informasi yang dilakukan di dalam

memori (Wade & Travis, 2007), yaitu, encoding, merupakan proses

yang bertujuan untuk mengubah informasi menjadi bentuk yang dapat

diproses dan digunakan oleh otak. Pemrosesan kedua adalah

penyimpanan (storage) yang berfungsi untuk mempertahankan

Page 12: Makalah Memori

12

informasi dan pemrosesan ketiga pemanggilan (Retrieval) merupakan

pemanggilan kembali informasi tersebut untuk digunakan.

Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah

diketahui sebelumnya (Sarwono, 2010), yaitu:

1). Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali dalam ingatan suatu

peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi

disekitar tempat peristiwa itu dahulu terjadi.

2). Pembaruan ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatan

hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu.

3). Memanggil kembali ingatan (recall), yaitu mengingat kembali suatu

hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain dimasa lalu.

4). Rekognisi, yaitu mengingat kembali sesuatu hal setelah menjumpai

sebagian dari hal tersebut.

5). Mempelajari kembali, terjadi kalau mempelajari sesuatu yang dulu

pernah dipelajari.

c. Tahapan Memori

Model Atkinson dan Shiffrin, 1971 (dalam Wade & Travis, 2007),

memori memiliki tiga tahap, yaitu register sensorik, memori jangka

pendek, dan memori jangka panjang.

Page 13: Makalah Memori

13

Skema 2.1. Model Tahapan Memori Atkinson dan Shiffrin

Semua informasi baru yang diterima indera harus menjalani

pemberhentian singkat di register sensorik, gerbang masuk ke dalam

memori. Register sensorik menahan informasi dengan tingkat akurasi

tinggi, hingga dipilih informasi yang perlu diperhatikan atau tidak.

Informasi selanjutnya dikirim ke memori jangka pendek. Informasi yang

tidak cepat dikirim ke memori jangka pendek akan menghilang selamanya

(Wade & Travis, 2007).

Dalam memori jangka pendek, informasi tidak berbentuk kesan

sensorik harafiah, melainkan diubah menjadi suatu bentuk penyandian,

seperti dalam bentuk kata atau frase. Materi ini kemudian dikirim ke

memori jangka panjang, atau jika tidak dikirim memori ini akan

menghilang untuk selamanya (Wade & Travis, 2007).

Register

sensorik

Visual,

auditori,

sentuhan

Memori jangka

pendek

Pengulangan,

coding,

pemanggilan

Memori

jangka

panjang

penyimpanan

permanen

Respon

Informasi dari

lingkungan

Page 14: Makalah Memori

14

Apabila seseorang tidak melakukan pengulangan (rehearsal),

informasi yang terdapat di memori jangka pendek akan menghilang dengan

cepat. Tiga mekanisme yang menyebabkan manusia melupakan sesuatu

(Petersen & Peterseon, 1959 dalam Wade & Travis, 2007) yaitu:

1). Kemunduran (Decay)

Teori kemunduran (decay theory) merupakan salah satu

pandangan awam yang menyatakan bahwa sejalan dengan berlalunya

waktu, jejak ingatan akan mengalami penurunan.

2). Tergantinya memori lama dengan memori baru (Replacement)

Teori ini menekankan bahwa masuknya informasi baru dalam

memori dapat menyebabkan terhapusnya memori lama yang sudah

terlebih dulu dalam memori.

3). Interferensi

Teori interferensi menyatakan penyebab terjadinya kehilangan

ingatan adalah interferensi yang terjadi diantara objek-objek dari suatu

informasi yang memiliki kemiripan, baik pada proses penyimpanan

maupun pada proses pemanggilan kembali. Informasi tersebut

sebenarnya sudah masuk dalam memori namun sulit membedakan

informasi tersebut dengan informasi lainnya.

Page 15: Makalah Memori

15

Baddeley, 1992 (dalam Wade & Travis, 2007) mengemukakan

suatu model memori kerja (working memory) dari memori jangka pendek

yang terdiri dari tiga komponen, yaitu:

1). Putaran fonologis (phonological loop) yang berisi penyimpanan

fonologis dan proses alkulatoris, yang merupakan kemampuan

mengingat informasi sebanyak yang dapat diulangi dalam durasi

terbatas.

2). Alas sketsa visuospasial (visuospatial sketchpad) yang memiliki

kemiripan dengan putaran fonologis, namun berperan dalam

mengendalikan kinerja visual dan spasial, yakni yang meliputi

tindakan mengingat bentuk dan ukuran atau mengingat kecepatan dan

arah objek yang bergerak.

3). Eksekutif sentral (central executive) berperan dalam menentukan

informasi yang harus diperhatikan, diabaikan atau digabungkan.

Tahap ketiga adalah memori jangka panjang, yang meliputi

kapasitas penyimpanan yang tidak terbatas, informasi disimpan beberapa

menit dan beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun sampai seumur hidup.

Informasi dari memori jangka panjang dapat kembali lagi ke memori

jangka pendek untuk digunakan. Tulving, 1985 (dalam Wade & Travis,

2007) mengemukakan tiga jenis memori jangka panjang, yaitu:

1). Memori prosedural merupakan memori mengenai cara melakukan

sesuatu, seperti mengetahui cara menyisir rambut, menggunakan

pensil, menjahit, atau berenang.

Page 16: Makalah Memori

16

2). Memori semantik merupakan representasi internal dari dunia di sekitar

dan tidak bergantung pada berbagai macam konteks. Memori semantik

meliputi fakta, peraturan dan konsep unsur-unsur yang mendasari

pengetahuan umum. Contoh: saat seseorang menjelaskan konsep kucing

berdasarkan memori semantik, dapat dijelaskan kucing sebagai mamalia

mungil yang berbulu, makan, berkeliaran. Seseorang dapat menjelaskan

dengan runtut dan tidak mengetahui kapan dan bagaimana pertama kali

mempelajari informasi tersebut.

3). Memori episodik merupakan representasi internal dari sebuah peristiwa

yang dialami secara lansung. Contoh: saat seseorang mengingat kala

kucing mengejutkannya di tengah malam dengan melompat

keranjangnya, orang tersebut telah memanggil kembali memori

episodik.

Memori jangka panjang efektif dalam menyimpan memori

prosedural dan semantik namun kurang efektif dalam menyimpan memori

episodik. Hal ini terjadi karena struktur fisik dari informasi (memori

episodik) telah dilupakan sejak didalam memori jangka pendek.

Kemerosotan dalam memori episodik, sering menimbulkan perubahan-

perubahan dalam kehidupan orang tua. Misalnya, seseorang yang

memasuki masa pensiun, yang mungkin tidak lagi menghadapi bermacam-

macam tantangan penyesuain intelektual sehubungan dengan pekerjaan,

dan mungkin lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang

termotivasi untuk mengingat berbagai hal, jelas akan mengalami

Page 17: Makalah Memori

17

kemunduran dalam memorinya. Untuk itu, latihan menggunakan

bermacam-macam strategi mnemonic (strategi penghafalan) bagi orang tua,

tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran memori jangka

panjang, melainkan sekaligus memungkinkan dapat meningkatkan

kekuatan memori mereka (Desmita, 2010).

d. Tes Memori

Mengukur kecerdasan lansia merupakan hal yang kompleks.

Sejumlah faktor fisik dan psikologis dapat menurunkan nilai kecerdasan

dan mengarah kepada kesalahan penilaian atas kecerdasan mereka.

Masalah neurofisiologis, tekanan darah tinggi atau gangguan

kardiovaskuler lain, yang dapat mempengaruhi aliran darah ke otak, dapat

mengganggu performa kognitif. Penurunan penglihatan dan pendengaran

dapat menyulitkan pemahaman atas instruksi pengujian. Batas waktu pada

sebagian besar uji kecerdasan amat berat bagi lansia. Karena baik proses

fisik maupun psikologis, termasuk kemampuan perseptual, cenderung

menurun seiring usia, maka lansia akan bekerja dengan lebih baik apabila

mereka diberikan kebebasan waktu sesuai dengan kebutuhan mereka

(Papalia, 2008).

Untuk mengukur keceradan lansia, para periset sering kali

menggunakan Wechsler Adult Intelligence Scale (WAIS). Para riset

menilai memori jangka pendek dengan meminta seseorang mengulang

rangkaian angka, baik dalam urutan depan maupun terbalik (digit span

forward & backward) (Papalia, 2008). Wechsler Adult Intelligene Scale

Page 18: Makalah Memori

18

merupakan suatu alat ukur inteligensi yang dirancang khusus bagi orang

dewasa oleh David Wechsler pada tahun 1955, kemudian direvisi dan

diterbitkan pada tahun 1981 (Fudyartanta, 2004).

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Memori

Menurut Susanto, dkk (2009), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi memori, yaitu:

1) Jenis kelamin

Faktor jenis kelamin mempengaruhi ingatan seseorang, wanita

diduga lebih banyak dan cenderung untuk menjadi pelupa. Hal ini

disebabkan karena pengaruh hormonal, stres yang menyebabkan

ingatan berkurang, akhirnya mudah lupa.

2). Usia

Aspek intelegensi, memori, dan bentuk-bentuk lain dari fungsi

mental menurun seiring bertambahnya usia. Secara alamiah, penurunan

daya ingat umumnya karena beberapa sel otak terutama sel dentate

gyrus yang berangsur-angsur mulai mati, juga karena berkurangnya

daya elastisitas pembuluh darah. Sel otak yang mulai mati tersebut

tidak akan mengalami regenerasi, sehingga hal ini yang menyebabkan

seseorang menjadi mudah lupa (Wade & Travis, 2007).

3). Latihan rutin fisik dan memori

Bila kerja otak kurang aktif, maka sel-sel yang jarang

dirangsang tersebut akan mengalami kemunduran dan menyebabkan

mudah lupa.

Page 19: Makalah Memori

19

4). Stres dan depresi

Saat dalam kondisi stres, hipotalamus melepaskan pesan-pesan

kimiawi yang berkomunikasi dengan kelenjar pituitary, yang

selanjutnya akan mengirim pesan-pesan ke korteks adrenal untuk

mengeluarkan kortisol (Wade & Travris, 2007). Di otak, kortisol akan

menghambat fungsi hipokampus yang sangat berperan dalam

pembentukan memori. Hipokampus merupakan bagian dari sistem

limbik yang berperan penting dalam pemrosesan dan penguatan

memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Stres yang

berkepanjangan menyebabkan hilangnya neuron pada hipokampus dan

akhirnya memgakibatkan kerusakan memori (Rossman,2010).

5). Kondisi fisik

Kondisi fisik yang terlalu lelah dapat mengganggu pencapaian

informasi. Orang yang mudah sekali merasa kelelahan mungkin

memiliki masalah pada kelenjar tiroidnya. Hormon tiroid berfungsi

mengontrol metabolisme, tapi jika kadarnya terlalu banyak atau terlalu

sedikit dapat mengganggu fungsi normal sel-sel otak dalam

menyimpan memori. Tiroid yang terlalu aktif dapat menyebabkan otak

melewatkan memori yang seharusnya disimpan, sementara tiroid yang

lamban dapat menyebabkan otak membutuhkan waktu yang lebih lama

dalam merespon pesan yang masuk ke otak.

Tingginya kadar gula darah juga mempengaruhi memori. Darah

bertugas menyuplai nutrisi ke seluruh tubuh termasuk otak, sehingga

Page 20: Makalah Memori

20

mampu menjalankan fungsinya dengan baik. Tetapi jika kadar gula

dalam darah terlalu tinggi, hal ini dapat mengganggu kinerja otak dan

menurunkan kemampuan otak dalam menyimpan memori.

6). Kondisi lingkungan

Kondisi lingkungan yang tidak kondusif, misalnya kebisingan,

ruangan yang gelap dan panas dapat mengganggu pencapaian

informasi.

f. Metode-Metode Untuk Meningkatkan Memori

1) Olahraga

Penelitian yang dilakukan oleh Susanto, dkk (2009)

menyatakan bahwa wanita dewasa (usia rata-rata 23 tahun) setelah

olahraga ringan (jogging) selama 7 hari, memori jangka pendek

meningkat dengan rerata presentase skor 52,27. Sesudah melakukan

olahraga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan peningkatan denyut

jantung, sehingga sirkulasi darah mencapai seluruh tubuh, termasuk

otak. Dengan adanya peningkatan sirkulasi darah, maka suplai nutrisi

dan oksigen juga lancar, fungsi otak optimal, dan akhirnya kemampuan

daya ingat/memori jangka pendek meningkat.

2) Brain Gym

Penelitian yang dilakukan oleh Festi (2010) menyatakan bahwa

orang tua (usia rata-rata 60 tahun) setelah melakukan brain gym 2 kali

sehari yakni menjelang dan setelah bangun tidur dengan durasi ± 15

menit, fungsi kognitif meningkat 70%. Gerakan-gerakan pada brain

Page 21: Makalah Memori

21

gym memberikan rangsangan pada otak sehingga mampu

meningkatkan kemampuan kognitif (kewaspadaan, konsentrasi,

belajar, memori, pemecahan masalah dan kretifitas).

3) Terapi Humor

Penelitian yang dilakukan oleh Bains (2012) menyatakan

bahwa orang tua (usia rata-rata 74 tahun) setelah menonton video 30

menit humoris, kemampuan belajar dan kemampuan mengingat

meningkat dengan hasil masig-masing 38,7% dan 36,1%. Humor dan

tertawa riang dapat mengurangi stres dan mengurangi hormon stres

termasuk kortisol dan katekolamin.

2. Humor

a. Definisi Humor

Humor berasal dari bahas inggris yangg berarti kelucuan atau

kejelakaan. Humor didefinisikan oleh The Oxford English Dictionary

sebagai kualitas tindakan, ucapan, atau tulisan yang menggairahkan.

Humor merupakan sebuah aspek afektif, kognitif, atau estetika dari

seseorang, stimulus, atau peristiwa yang membangkitkan, seperti

hiburan, sukacita, kegembiraan atau sebagai tertawa, tersenyum

(Wasylowich, 2011).

Dari perspektif psikologis, secara teoritis dan secara operasional,

humor didefinisikan dalam beberapa cara melibatkan kognitif, emosi,

perilaku, psychophysiological, dan sosial. Istilah humor dapat digunakan

untuk merujuk ke stimulus (misalnya, sebuah film komedi), suatu proses

Page 22: Makalah Memori

22

mental (misalnya, persepsi atau penciptaan incongruities lucu). Tertawa

adalah ekspresi perilaku yang paling umum dari pengalaman lucu dan

tawa juga biasanya dikaitkan dengan emosi yang menyenangkan

(Martin, 2001).

Humor dapat didefinisikan secara luas sebagai pendekatan untuk

diri sendiri dan orang lain yang ditandai dengan pandangan yang

fleksibel yang memungkinkan seseorang untuk menemukan,

mengekspresikan atau menghargai segala sesuatu yang bersifat lucu

(Hood, 2009). Secara emosional, humor merupakan jalan untuk

menghilangkan konflik yang terpendam dan menyedihkan (seperti

dikutip dalam Rosenheim dan Golan, 1986).

Dari beberapa definsi di atas, dapat disimpulkan bahwa humor

adalah segala sesuatu (tindakan, ucapan, tulisan, peristiwa serta

stimulus-stimulus lainnya) yang membangkitkan rasa senang.

b. Fungsi Humor

James Danandjaya (dalam artikel yang berjudul Sejarah, Teori

dan Fungsi Humor, 2007), mengatakan bahwa fungsi humor yang paling

menonjol, yaitu sebagai sarana penyalur perasaan yang menekan diri

seseorang. Fungsi humor yang lain adalah sebagai rekreasi. Dalam hal

ini, humor berfungsi untuk menghilangkan kejenuhan dalam hidup

sehari-hari yang bersifat rutin. Sifatnya hanya sebagai hiburan semata.

Selain itu, humor juga berfungsi untuk menghilangkan stres akibat

tekanan jiwa atau batin (Rahmanadji, 2007). Emil Salim (dalam artikel

Page 23: Makalah Memori

23

yang berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, 2007) berpendapat

bahwa dalam bidang sosial, humor merupakan stimulus sosial yang

menyenangkan dan dapat mengembangkan hubungan dengan teman.

American Association for Humor Terapy (AATH) (dalam Meyer,

2007), menyatakan bahwa humor dapat dijadikan intervensi terapeutik

menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi senang.

Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau digunakan sebagai

pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi penyembuhan

atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial, atau spiritual.

c. Tipe-Tipe Humor

Jenis humor menurut Arwah Setiawan (dalam Rahmanadji, 2007)

dapat dibedakan menurut kriterium bentuk ekspresi. Sebagai bentuk

ekspresi dalam kehidupan kita, humor dibagi menjadi tiga jenis yakni:

1) Humor personal, yaitu kecenderungan tertawa pada diri kita, misalnya

bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang sedang

buang air besar.

2) Humor dalam pergaulan, mislnya senda gurau di antara teman, kelucuan

yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum.

3).Humor dalam kesenian, atau seni humor.

Humor dalam kesenian, diantaranya humor lakuan, misalnya, lawak, tari

humor, dan pantomim lucu, humor grafis, misalnya, kartun, karikatur,

foto jenaka, dan patung lucu, humor literatur, misalnya, cerpen lucu, esei

satiris, dan semacamnya.

Page 24: Makalah Memori

24

d. Teori Humor

Teori humor menurut Setiawan (1990) dalam artikel yang

berjudul Sejarah, Teori dan Fungsi Humor, dapat digolongkan menjadi

tiga macam, yaitu:

1) Teori keunggulan; seseorang akan tertawa jika ia secara tiba-tiba

memperoleh perasaan unggul atau lebih sempurna dihadapkan pada

pihak lain yang melakukan kesalahan, kekurangan atau mengalami

ke-adaan yang tidak menguntungkan. Contoh, seseorang dapat

tertawa terbahak-bahak pada waktu melihat pelawak terjatuh,

terinjak kaki temannya serta melakukan berbagai kekeliruan dan

ketololan.

2) Teori ketaksesuaian; perasaan lucu timbul karena kita dihadapkan

pada situasi yang sama sekali tak terduga atau tidak pada tempatnya

secara mendadak, sebagai perubahan atas situasi yang sangat

diharapkan. Harapan dikacaukan, kita dibawa pada suatu sikap

mental yang sama sekali berbeda. Sebagai contoh adalah rasa humor

yang timbul karena kita melihat kartun yang menggambarkan

seseorang yang sedang mancing.

3) Teori kelegaan atau kebebasan; inti humor adalah pelepasan atas

kekangan-kekangan yang terdapat pada diri seseorang. Bila

dorongan-dorongan batin alamiah mendapat kekangan, dapat

dilepaskan atau dikendorkan, misalnya lewat lelucon seks, sindiran

jenaka atau umpatan, meledaklah perasaan menjadi tertawa.

Page 25: Makalah Memori

25

e. Definisi Terapi Humor

American Association for Humor Terapy (AATH) (dalam

Meyer, 2007), menyatakan bahwa terapi humor adalah intervensi

terapeutik menggunakan stimulus-stimulus yang merangsang ekspresi

senang. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan atau digunakan

sebagai pengobatan komplementer penyakit untuk memfasilitasi

penyembuhan atau mengatasi, baik fisik, emosional, kognitif, sosial,

atau spiritual.

3. Lansia

Kelompok lanjut usia menurut WHO, dapat diklasifikasikan menjadi

empat kelompok yaitu middle age (45 – 59 tahun), elderly (60 – 70 tahun),

old (70 – 90 tahun), very old (di atas 90 tahun) (Azizah, 2011). Sepanjang

tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh lebih dari 795.000 setiap bulan

dan diperkirakan lebih dari dua kali lipatnya pada 2025. Pada saat itu akan

terdapat lebih dari 800 juta orang berusia di atas 65 tahun, dua pertiga dari

mereka berada di Negara berkembang (Papalia, 2008).

Pada lansia normal dan sehat, perubahan otak biasanya bersifat

rendah dan hanya membuat sedikit perbedaan. Setelah usia 30 tahun, otak

kehilangan beratnya, pertama-tama sedikit, kemudian menjadi lebih cepat.

Sehingga, pada usia 90 tahun, otak kehilangan 10 persen dari beratnya.

Kehilangan berat ini lebih kepada hilangnya neuron di cerebal cortex,

bagian yang menangani sebagian besar tugas kognitif. Riset terbaru

menyatakan bahwa penyebabnya bukan luasnya penurunan jumlah neuron,

Page 26: Makalah Memori

26

tetapi lebih kepada penciutan ukuran neuron berkaitan dengan kehilangan

jaringan konektif axon, dendrite, dan sinaps. Penyusutan tersebut mulai

berlangsung lebih awal dan bergerak paling cepat pada frontal cortex, yang

merupakan bagian penting bagi ingatan dan fungsi kognitif tingkat tinggi

(Papalia, 2008).

Psikolog telah membuat terobosan dalam memisahkan kondisi-

kondisi yang dahulu dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dihindari

dari usia lanjut dengan kondisi-kondisi yang dapat dicegah atau diobati

(Wade & Travris, 2007), yaitu:

a. Kepikunan yang muncul pada orang lanjut usia seringkali disebabkan

oleh kekuranag gizi, obat-obat yang diresepkan oleh dokter, gabungan

berbahaya dari pengobatan, dan bahkan obat-obat yang dijual bebas

(misalnya obat tidur dan antihistamin), semua dapat membahayakan

kesehatan orang lanjut usia.

b. Depresi, kepasifan, dan masalah ingatan dapat muncul karena

hilangnya aktivitas yang berarti bagi orang lanjut usia, hilangnya

tujuan yang dapat dicapai, dan kehilangan kendali terhadap kejadian-

kejadian disekitarnya

c. Kelemahan tubuh, kerentanan, dan bahkan penyakit yang dihubungkan

dengan usia lanjut seringkali disebabkan oleh kondisi tidak aktif dan

banyak berdiam diri.

Page 27: Makalah Memori

27

Lansia berada pada tahap perkembangan emosi, dimana mereka

mempunyai banyak masalah seperti masalah keuangan, kesepian karena

anak-anak tidak mempunyai waktu untuk mengurus mereka dan masalah

kesehatan yang semakin banyak dialami oleh lansia dapat memicu

terjadinya kecemasan bahkan depresi (Lubis, 2009). Gangguan

kecemasan merupakan jenis gangguan mental yang paling umum

menyerang orang tua. Kurang lebih 1 dari 10 orang dewasa berusia lebih

dari 55 tahun menderita gangguan kecemasan yang dapat didiagnosis.

Perempuan tua lebih cenderung terpengaruh gangguan kecemasan

daripada laki-laki tua, dengan rasio dua banding satu (Nevid, 2005).

Orang lanjut usia yang mengalami gangguan memori sebenarnya

tidak menderita demensia. Mereka cenderung mengalami kehilangan

memori akibat depresi atau faktor-faktor lain seperti penggunaan alkohol

yang kronis atau dampak dari stroke kecil. Berita baiknya adalah periode

penurunan ingatan yang menyertai depresi pada banyak orang lanjut usia

sering kali hilang apabila depresi yang mendasarinya disembuhkan

(Nevid, 2005). Penyandang demensia selain mengalami kelemahan

kognisi secara bertahap, juga akan mengalami kemunduran aktivitas

hidup sehari-hari.

Untuk menskrinning fungsi kognitif lansia, para riset sering kali

menggunakan mini mental status examination (MMSE). MMSE

merupakan pemeriksaan status mental singkat dan mudah diaplikasikan

yang telah dibuktikan sebagai instrumen yang dapat dipercaya serta valid

Page 28: Makalah Memori

28

untuk mendeteksi dan mengikuti perkembangan gangguan kognitif yang

berkaitan dengan penyakit neurodegenerative (Papalia, 2008).

4. Pengaruh Terapi Humor Terhadap Peningkatan Memori Jangka Pendek

Lansia

Penelitian mengenai humor secara positif mempengaruhi penyakit

di tahun 1964 ketika Norman Cousins menerbitkan “Anatomy of an

Illness”. Professional medis pertama kali mengetahui bahwa humor

menyembuhkan penyakit ankylosing spondylitis cousins, sebuah penyakit

menyakitkan yang menyebabkan terpisahnya jaringan penghubung sum-

sum. Cousins memutuskan untuk memberi terapi humor pada dirinya

sendiri. Dia menemukan bahwa 15 menit tertawa dapat menghasilkan dua

jam tidur tanpa rasa sakit. Sampel darah juga menunjukkan bahwa tingkat

kerusakan menurun setelah treatment humor. Akhirnya, Cousins berhasil

mengobati penyakitnya (Lubis, 2009).

Menurut Lubis (2009), lansia berada pada tahap perkembangan

emosi, dimana mereka mempunyai banyak masalah seperti masalah

keuangan, masalah kesehatan, dan kesepian karena anak-anak tidak

mempunyai waktu untuk mengurus mereka akhirnya ditempatkan di unit

rehabilitasi sosial sehingga dapat memicu terjadinya stres bahkan depresi.

Orang lanjut usia yang mengalami gangguan memori sebenarnya tidak

menderita penyakit demensia. Mereka cenderung mengalami kehilangan

memori akibat depresi (Wade & Travris, 2007). Proporsi lanjut usia yang

mengalami depresi meningkat seiring bertambahnya usia, baik pada lanjut

Page 29: Makalah Memori

29

usia yang tinggal di panti wredha maupun di komunitas. Dukungan sosial

yang kurang maupun isolasi sosial merupakan faktor risiko depresi.

Saat dalam kondisi stres dan depresi, hipotalamus mengirimkan

pesan ke kelenjar endokrin dalam dua jalur besar. Salah satunya,

mengaktifkan bagian simpatetik pada sistem saraf otonom untuk

melakukan respon, hasilnya berupa pelepasan epinephrine dan

norepinephrine dari bagian dalam (medulla) kelenjar adrenal.

Hypothalamus juga memicu aktivitas sepanjang aksis hypothalamus

pituitary adrenal cortex (HPA), dan melepaskan pesan-pesan kimiawi

yang berkomunikasi dengan kelenjar pituitary, yang selanjutnya akan

mengirim pesan-pesan ke bagian luar (korteks) dari kelenjar adrenal.

Korteks adrenal mengeluarkan kortisol dan hormon-hormon lain (Wade

& Travris, 2007). Di otak, kortisol bekerja pada dua jenis reseptor,

reseptor mineralokortikoid dan reseptor glukokortikoid, dan ini

diungkapkan oleh berbagai jenis neuron. Salah satu target penting dari

glukokortikoid adalah hippocampus, yang merupakan pusat pengendali

utama dari sumbu hypothalamus pituitary adrenal cortex (HPA)

(Rossman, 2010).

Kortisol akan menghambat fungsi hipokampus yang sangat

berperan dalam pembentukan memori. Hipokampus merupakan bagian

dari sistem limbik yang berperan penting dalam pemrosesan dan

penguatan memori jangka pendek menjadi memori jangka panjang. Stres

yang berkepanjangan menyebabkan hilangnya neuron pada hipokampus

Page 30: Makalah Memori

30

dan akhirnya memgakibatkan kerusakan memori. Namun, kerusakan

memori pada otak tersebut bersifat reversibel dan bisa diperbaiki

(Rossman, 2010). Maka untuk itu perlu adanya metode-metode yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan memori, dengan cara

meningkatkan stimulasi otak sekaligus menurunkan level stres, salah

satunya dengan menggunakan terapi humor.

Beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menyatakan bahwa

penggunaan humor dapat meningkatkan memori jangka pendek lansia.

Penelitian yang dilakukan oleh Bains (2012) menyatakan bahwa orang

tua (usia rata-rata 74 tahun) setelah menonton video 30 menit humoris,

kemampuan belajar dan kemampuan mengingat, meningkat dengan hasil

masig-masing 38,7% dan 36,1%. Humor dan tertawa riang dapat

mengurangi stres dan mengurangi hormon stres termasuk kortisol dan

katekolamin. Kortisol, misalnya, dapat merusak sel-sel saraf dari

hippocampus, yang merupakan bagian dari otak yang bertanggung jawab

untuk mengubah informasi sementara menjadi informasi yang permanen.

(Bains, 2012 dalam Reifsynder, 2012). Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Simon (1988) menyatakan bahwa humor dapat

digunakan sebagai mekanisme koping dalam menghadapi kecemasan dan

ketegangan (Vergeer, 1992). Penelitian yang dilakukan oleh Martin dan

Lefcourt (1983) mengenai hubungan antara stres, mood, dan pandangan

akan humor, didapatkan hasil bahwa humor dapat menurunkan angka

kecemasan dan meningkatkan kualitas hidup (Martin, 2001).

Page 31: Makalah Memori

31

Humor merupakan sesuatu yang lucu dan dapat membuat individu

tertawa dan merasa senang. Humor memberikan perspektif yang berbeda

dari suatu masalah sehingga dapat membuat situasi menjadi ringan

(Lubis, 2009). Pemberian stimulasi humor dalam pelaksanaan terapi

diperlukan karena beberapa orang mengalami kesulitan untuk memulai

tertawa tanpa adanya alasan yang jelas. Apabila humor di berikan

sebagai satu-satunya stimulus untuk menghasilkan tawa dalam bentuk

terapi akan disebut sebagai terapi humor, namun jika di kombinasikan

dengan hal-hal lain dalam rangka untuk menciptakan tawa alami

(misalnya dengan yoga atau meditasi), akan disebut sebagai terapi tawa

(Dian, 2006). Pemberian terapi sebaiknya dilakukan sesering mungkin,

karena idealnya terapi humor diberikan setiap hari. Pemberian terapi

humor dengan frekuensi lebih banyak akan dapat meningkatkan sense of

humor pada lansia (Fahruliana, 2008).

Terapi humor dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk humor

audiovisual dan termasuk dalam kategori cerita ringkas. Humor yang

disajikan secara audiovisual merupakan input sensori yang akan masuk ke

dalam thalamus yang berfungsi mengirimkan input sensori ke serebral

korteks. Serebral korteks berhubungan dengan hipothalamus, amygdala

dan hippocampus. Impuls sensori akan masuk ke dalam amygdala yang

berfungsi untuk membentuk pengalaman emosional. Amygdala bekerja

dengan cepat mengevaluasi informasi dan kemudian dengan cepat

menentukan kepentingan emosionalnya. Terapi humor akan memberikan

Page 32: Makalah Memori

32

pengalaman emosional positif. Arousal yang diakibatkan oleh emosi

positif akan menstimulasi hypothalamus untuk mengontrol sistem

endokrin yang bertugas untuk mengeluarkan hormon epinephrine yang

akan meningkatkan kadar glukosa pada otak dan berguna dalam

peningkatan memori (Wade & Travis, 2007).

Penelitian ini menggunakan satu kelompok penelitian. Pada hari

pertama kemampuan memori jangka pendek responden penelitian diukur.

Responden mendapatkan perlakuan terapi humor menonton film humor ±

30 menit 4 kali dalam 7 hari. Setelah 7 hari kemampuan memori jangka

pendek responden penelitian diukur. Data yang diukur adalah skor yang

menyatakan jumlah angka yang dapat diingat dan di recall dengan benar,

dari 17 angka yang terdapat dalam lembaran tes, sebelum terapi humor

dan sesudah terapi humor.

Page 33: Makalah Memori

33

B. Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian merupakan kumpulan teori yang mendasari

topik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam

tinjauan teori dan mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono,

2011).

Skema 2.2. Kerangka Teori

Meningkat Menurun

Register

sensorik

Visual,

auditori,

sentuhan

Memori jangka

pendek

Pengulangan,

coding,

pemanggilan

Memori

jangka

panjang

penyimpanan

permanen

Respon memori

jangka pendek

Informasi dari

lingkungan

1. Terapi

humor 2. Olahraga

(jogging)

3. Brain gym

1. Stress

2. Jenis kelamin

3. Usia

4. Latihan rutin

fisik dan

memori

5. Kondisi fisik

6. Kondisi

lingkungan

Tetap

Emosional

positif

Stimulasi

hypothalamus

Kontrol

hormon adrenal

1. Kortisol&katekolamin

(dapat merusak sel-sel

saraf di hippocampus)

diturunkan

2. Epinephrine

ditingkatkan sehingga

glukosa pada otak

meningkat

Page 34: Makalah Memori

34

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat digambarkan suatu

kerangka konsep penelitian pada Skema 2.3. sebagai berikut :

Variabel Perancu

Keterangan :

D. : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Terapi humor

Film-film humor

Skor Memori jangka pendek

(0 – 17)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

memori jangka pendek:

1. Lingkungan

(kebisingan, keadaan ruangan)

2. Penyakit seperti diabetes

3. Kondisi fisik (terlalu lelah)

Memori jangka pendek

Page 35: Makalah Memori

35

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara atau jawaban sementara

dari suatu penelitian yang akan dibuktikan dalam penelitian (Notoatmodjo,

2005). Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Ha : Ada pengaruh terapi humor terhadap memori jangka pendek lansia di

Unit Rehabilitasi Dewanata Cilacap.

Page 36: Makalah Memori

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pre experiment dengan

pendekatan pre test - post test one group design, suatu penelitian untuk

menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara

memberikan satu perlakuan terapi humor kepada satu kelompok

eksperimental dan membandingkan hasil sebelum diberikan perlakuan

terapi humor dan sesudah diberikan perlakuan terapi humor. Pengukuran

dilakukan pada responden, sebelum dan sesudah perlakuan sehingga

diperoleh dua hasil pengukuran.

Keterangan:

= Skor memori jangka pendek sebelum perlakuan (pretest)

= Skor memori jangka pendek setelah perlakuan (posttest)

= Perlakuan pertama pada kelompok perlakuan

= Perlakuan kedua pada kelompok perlakuan

= Perlakuan ketiga pada kelompok perlakuan

= Perlakuan keempat pada kelompok perlakuan

Page 37: Makalah Memori

37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap

2. Waktu penelitian

Kegiatan penelitian ini bulan Januari 2013.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Saryono (2009), populasi merupakan keseluruhan

sumber data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Sumber data dalam

suatu penelitian sangat penting dan menentukan keakuratan hasil

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia usia 60 tahun

keatas di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap yang berjumlah 90

lansia.

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek

yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo,

2003). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling.

Purposive sampling adalah sampel yang dipilih tidak secara acak tetapi

berdasarkan pertimbangan tertentu seperti waktu, biaya, tenaga, sehingga

tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah besar (Saryono, 2001).

Supaya hasil penelitian sesuai dengan tujuan, maka peneliti menyeleksi

dan mempelajari persamaan responden kemudian menyeleksi dan

mempelajari perbedaan responden (berdasarkan kriteria inklusi dan

eksklusi) dengan tujuan supaya mendapatkan sampel yang representative

(Notoatmodjo, 2003).

Page 38: Makalah Memori

38

Adapun kriteria yang menjadi responden adalah :

a. Kriteria inklusi :

1) Lansia yang tinggal di Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap

dan bersedia menjadi responden.

2) Usia 60 tahun keatas

3) Mampu berkomunikasi dengan baik

4) Lansia dengan aspek kognitif dari fungsi mental baik (Skor

MMSE > 23) dan Lansia dengan Kerusakan aspek fungsi mental

ringan (Skor MMSE 18-22).

b. Kriteria eksklusi :

1) Lansia dengan komplikasi mata (katarak)

2) Sedang menderita penyakit (Diabetes Mellitus)

3) Kondisi fisik terlalu lelah

Besar sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus Solvin (Nursalam, 2003). Adapun rumus Solvin adalah :

( )

Keterangan :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

Page 39: Makalah Memori

39

Z : Nilai standarnormal untuk α = 0,1 (1,64)

p : Proporsi kejadian, jika belum diketahui, dianggap 50%

q : Proporsi selain kejadian yang diteliti, q=1-p

d : Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,1)

n = ( )

( ) ( ) ( )

=

= 38,73

= 39

Dari perhitungan rumus di atas didapatkan hasil akhir 39 lansia.

Jadi dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan yaitu 39

responden.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (variabel Bebas)

Terapi humor

2. Variabel dependent (tergantung)

Memori jangka pendek

3. Variabel pengganggu

Lingkungan (kebisingan, keadaan ruangan), penyakit seperti diabetes

dan kondisi fisik.

Page 40: Makalah Memori

40

E. Definisi Operasional

Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional

Alat

Ukur

Hasil

Ukur Skala

1. 1.

Memori

jangka

pendek

Memori jangka

pendek

merupakan

kemampuan

mengingat lansia

dalam waktu 15

detik yang akan

dilihat melalui

total skor tes

yang diperoleh

responden.

Setiap jawaban

yang benar akan

mendapat nilai

satu dan jawaban

yang salah akan

mendapatkan

nilai nol

Tes

Digit Span

Forward

(7 soal)

dan

Backward

(7

soal) WA

IS IV

(Wechsler

Adult

Intelligene

Scale

Edisi IV)

Skor memori

jangka pendek

(0-17)

Rasio

2. 2.

Terapi

humor

Terapi humor

merupakan

intervensi

terapeutik

menggunakan

film-film humor

yang

menampilkan

aktivitas fisik,

raut muka dan

permainan kata

yang bersifat

lucu dan dapat

membangkitkan

ekspresi senang.

Terapi

humor

disajikan

secara

audiovisul

(Vidio),

termasuk

kategori

cerita

ringkas

durasi

minimal

30 menit,

4 kali

dalam 7

hari

Kelompok

perlakuan

(terapi

humor)

-

Page 41: Makalah Memori

41

No. Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

3. Jenis

kelamin

Salah satu dari dua

bentuk utama

individu yang

membedakan

masing-masing

sebagai laki-laki

atau perempuan

Data dari

Panti

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

4. Umur Usia Individu yang

terhitung mulai

saat dilahirkan

sampai tanggal

penelitian.

Data dari

Panti

1. 60-70

tahun

(elderly).

2. 70-90

tahun (old)

3. diatas 90

tahun

(very old)

Ordinal

F. Instrumen Penelitian

1. Peralatan audiovisual, seperti:

a. LCD

b. Laptop

c. Loud Speaker

d. Vidio Terapi Humor

2. Alat ukur, yaitu tes digit span forward & backward Wechsler Adult

Intelligene Scale Edisi IV, terdiri dari angka maju (digit forward) dan

angka mundur (digit backward) yang masing-masing berjumlah 7 soal

dan diberikan secara terpisah. Angka-angka dikatakan dengan jarak 1

detik, tidak dikelompok-kelompokan yang dihafal selama 15 detik.

Page 42: Makalah Memori

42

G. Validitas dan Realibilitas

Validitas merupakan indeks yang menunjukan alat ukur tersebut

benar-benar mengukur apa yang diukur. Ciri validitas adalah ketepatan

ukuran, yaitu mengukur apa yang akan diukur (sensitivitas) dan tidak

terukur hal lain selain yang akan diukur (spesifitas) (Saryono, 2011).

Validitas dan reliabilitas untuk alat ukur memori jangka pendek lansia

berupa tes rentang memori angka maju dan mundur (digit span forward &

backward) yang diambil dari subtes Wechsler Adult Intelligene Scale.

H. Jalannya Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Prosedur penelitian yang dikerjakan dalam penelitian ini dibagi ke

dalam empat tahap, yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Persiapan materi dan konsep yang mendukung jalannya penelitian.

b. Studi pendahuluan untuk memperoleh data tentang jumlah lansia

yang masuk dalam kriteria inklusi dan wawancara dengan lansia

tentang pandangan mereka tentang humor serta data lain yang

mendukung penelitian. Peneliti juga menyeleksi empat buah vidio

humor yang mendapat peringkat tinggi dari masyarakat, yaitu

“Warkop DKI”, “Kadir & Doyok”, “Dagelan Banyumasan”,

“Overa Van Java”. Setelah menyeleksi vidio humor, peneliti

mengujicobakan vidio humor tersebut pada sepuluh orang di Unit

Page 43: Makalah Memori

43

Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap dan meminta pendapat

mereka tentang vidio humor yang mana yang mudah dipahami dan

paling membangkitkan rasa senang. Berdasarkan hasil coba, maka

disimpulkan bahwa “Overa Van Java” merupakan vidio humor

yang mudah dipahami dan paling membangkitkan rasa senang.

c. Konsultasi dengan pembimbing

d. Menyusun proposal penelitian

e. Menyusun lembar tes digit span forward & backward

f. Menyusun jadwal kerja

g. Mengurus perijinan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dan

Unit Rehabilitasi Sosial Dewanata Cilacap

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan skrinning tingkat kognitif lansia menggunakan Mini

Mental Status Exam (MMSE) untuk menghomogenkan sampel

penelitian.

b. Memberikan penjelasan kepada calon responden mengenai maksud

dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, yakni memberikan

pemahaman kepada lansia tentang film humor yang akan

ditayangkan.

c. Mengajukan lembar persetujuan atau informed consent sebagai

bentuk persetujuan lansia menjadi responden.

d. Pada hari pertama, semua responden dibacakan deretan angka maju

dan angka mundur (tes digit span forward & backward), diberikan

Page 44: Makalah Memori

44

secara terpisah. Angka-angka dikatakan dengan jarak 1 detik, dan

tidak dikelompok-kelompokkan. Setelah 15 detik, responden

diminta mengucapkan kembali deretan angka yang telah dibacakan

sebelumnya.

e. Responden mendapat terapi humor yaitu menonton video humor

minimal 30 menit, 4 kali dalam 1 minggu, waktu menyesuaikan

dengan kegiatan lansia di Unit Rehabilitasi Sosial.

f. Pada hari ke-7 setelah mendapat terapi humor seperti poin (e),

semua responden mengerjakan kembali tes digit span forward dan

backward seperti poin (d).

3. Tahap pengolahan dan analisis data

Mengumpulkan hasil tes digit span forward & backward,

memasukkan data hasil tes, serta menganalisis hasil data yang telah

dimasukkan.

4. Tahap penyusunan laporan.

Konsultasi dengan pembimbing dan presentasi hasil laporan.

I. Metode Analisis

1. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan komputer menggunakan program

SPSS versi 17 for windows. Menurut Hastono (2001), pengolahan

data dilakukan dengan melewati beberapa tahapan yaitu :

Page 45: Makalah Memori

45

a. Editing

Editing meliputi kegiatan seleksi dan menyusun data yang

telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini dilakukan kegiatan

pengecekan isian tes digit span forward & backward. Tujuan

kegiatan ini adalah untuk menilai kembali jawaban yang telah

diberikan oleh responden sehingga mendapatkan data yang benar.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk

huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan yaitu

pemberian kode pada data untuk meringkas data. Data yang

dikode adalah data dengan skala rasio dari hasil tes digit span

forward & backward yang selanjutnya mengklasifikasikannya ke

dalam kategori. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mempermudah

analisis dan mempercepat entry data.

c. Entry data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data dari tes

digit span forward & backward ke dalam komputer agar data

dapat dianalisis, entry data dilakukan dengan menggunakan

program SPSS 17.0 for Windows.

d. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan meringkas jawaban dari

tes digit span forward & backward menjadi tabel yang memuat

Page 46: Makalah Memori

46

semua jawaban responden. Jawaban responden dikumpulkan

dalam bentuk kode-kode yang disepakati untuk memudahkan

pengolahan data selanjutnya.

2. Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis data univariat dilakukan terhadap tiap variabel

dari hasil penelitian. Pada analisis univariat, data yang diperoleh

dari hasil pengumpulan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan ukuran tendensi sentral. Jika data mempunyai

distribusi normal, maka mean dapat digunakan sebagai ukuran

pemusatan dan standar deviasi (SD) sebagai ukuran penyebaran.

Jika distribusi tidak normal maka sebaiknya menggunakan

median sebagai ukuran pemusatan dan minimum-maksimum

sebagai ukuran penyebaran (Saryono, 2011).

Data dengan skala nominal (jenis kelamin) dan ordinal

(umur) dianalisis dengan frekuensi dan presentase. Data dalam

bentuk skala rasio (skor memori jangka pendek lansia sebelum

dan sesudah diberi terapi humor) dapat dihitung nilai rerata dan

standar deviasi.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui

interaksi dua variabel. Pada tahap ini diteliti hubungan antara

dua variabel yang meliputi variabel bebas dan terikat. Untuk

Page 47: Makalah Memori

47

membuktikan adanya pengaruh sebelum dan sesudah dilakukan

terapi humor terhadap memori jangka pendek, digunakan uji t

berpasangan. Uji statistik t berpasangan dipilih karena skala data

yang digunakan adalah rasio dengan pelaksanaan penelitian

dilakukan dengan berpasangan (pretest dan posttest) (Saryono,

2011).

Uji t merupakan statistik parametrik yang mensyaratkan

data setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal.

Sehingga perlu adanya uji normalitas data sebelum dilakukan

pengujian hipotesis. Uji normalitas data menggunakan metode

Kolmogorov-Smirnov. Penelitian yang dilakukan akan menguji

normalitas data memori jangka pendek sebelum dilakukan

intervensi dan setelah dilakukan intervensi. Rumus uji

kenormalan data Kolmogorov-Smirnov.

Z = Xi – X

SD

Keterangan:

Xi = Angka pada data

Z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal

SD = Standar Deviasi

X = Rerata/ Mean

Hasil uji normalitas menunjukkan data terdistribusi

normal sehingga peneliti tetap menggunakan analisis uji t

Page 48: Makalah Memori

48

berpasangan untuk mengetahui perbedaan skor memori jangka

pendek sebelum dan sesudah diberikan terapi humor. Hasil

analisis data dikatakan bermakna ketika p < 0,05.

J. Masalah Etika

Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia

maka peneliti harus memahami hak dasar manusia. Beberapa prinsip

penelitian pada manusia yang harus dipahami adalah :

1. Prinsip manfaat

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil risiko

dan memaksimalkan manfaat (Saryono, 2011). Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat untuk lansia, unit rehabilitasi

sosial dan masyarakat secara keseluruhan.

2. Prinsip Menghargai Hak Asasi Manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self-

determination).

Lansia diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia

atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure).

Peneliti memberikan penjelasan secara rinci kepada lansia

tentang pelaksanaan terapi humor yang akan diberikan dan

bertanggung jawab ketika pelaksanaan terapi dan sesudah

pelaksanaan terapi.

Page 49: Makalah Memori

49

c. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan lansia yang akan menjadi responden penelitian

dengan dihadirkan saksi yakni petugas unit rehabilitasi sosial.

Diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed

consent adalah supaya responden mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa

data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.

3. Prinsip Keadilan (Right to Justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment).

Lansia harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama

dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped

out sebagai tesponden.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy).

Responden mempunyai hak untuk meminta bahwa data

yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya

anonymity (tanpa nama) yaitu tidak mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode dan

Page 50: Makalah Memori

50

confidentiality (rahasia) merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya (Nursalam, 2003).