Makalah MDG's

download Makalah MDG's

of 45

description

Makalah MDG's

Transcript of Makalah MDG's

45

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di penghujung abad lalu, Indonesia mengalami perubahan besar yaitu proses reformasi ekonomi dan demokratisasi dalam bidang politik. Tidak begitu lama kemudian, tepatnya pada tahun 2000, para pimpinan dunia bertemu di New York dan menandatangani Deklarasi Milennium yang berisi komitmen untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan. Komitmen tersebut diterjemahkan menjadi beberapa tujuan dan target yang dikenal sebagai Millennium Development Goals (MDGs). MDGs adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia dan akan menjadi landasan pembangunan di abad millennium. Pencapaian sasaran MDGs menjadi salah satu prioritas utama bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan dan target tersebut bukanlah semata-mata tugas pemerintah tetapi merupakan tugas seluruh komponen bangsa (Bappenas, 2008).

Komitmen Indonesia untuk mencapai tujuan MDGs mencerminkan komitmen negara untuk menyejahterakan rakyatnya sekaligus menyumbang pada kesejahteraan masyarakat dunia. Berkenaan dengan itu maka MDGs merupakan acuan penting dalam penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009 dan 2010-2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahunan, dan dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (Bappenas, 2011).

Dalam memenuhi komitmen tersebut Indonesia menghadapi tantangan global yang tidak ringan. Perdagangan bebas, harga minyak yang masih meningkat yang diikuti oleh subsidi BBM yang semakin membengkak, perubahan iklim dan pemanasan global dan dampaknya pada harga pangan yang semakin mahal, mewarnai dinamika sosial dan ekonomi pembangunan nasional (Bappenas, 2011).

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat dan berperilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk mengjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat yang setinggi-tingginya di seluruh republik Indonesia. Gambaran masyarakat di Indonesia di masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai INDONESIA SEHAT 2015.

Indonesia Sehat 2015 merupakan rumusan yang dibuat dalam rangka mewujudkan Tujuan Pembangunan Milenium (Milennium Development Goals) bidang kesehatan. Melihat komitmen dari berbagai bangsa terkait MDGs, pembangunan kesehatan di Indonesia juga menitikberatkan sasaran terhadap acuan yang digarap pada MDGs. Sehingga visi Indonesia 2015 dengan misi yang dirumuskan dalam empat komponen misi pembangunan, telah merumuskan tujuan kebijakan pembangunan kesehatan melalui paket program MDGs. Sehingga dalam makalah ini kami mengangkat topik mengenai menuju Indonesia sehat 2015/ Millenium Development Goals yang akan membahas secara rinci mengenai sasaran, waktu dan target yang terukur mengenai delapan paket rumusan pembangunan (Bappenas, 2008).

1.2 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:1. Mengetahui sejarah singkat MDGs di dunia dan di Indonesia.2. Mengetahui tujuan, target, dan indikator delapan rumusan pembangunan dalam MDGs.3. Mengetahui pencapaian sasaran, strategi, dan status pencapaian MDGs di Indonesia.

BAB IIISI

2.1. Sejarah singkat MDGsBelakangan ini sering disuarakan kembali istilahMDGs.MDGs adalah kependekan dariMillennium Development Goalsatau bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti Sasaran Pembangunan Millennium. Millenium Development Goals(MDGs) pada dasarnya mewujudkan komitmen internasional yang dibuat di Perserikatan Bangsa-Bangsa Dunia pada konferensi Summits dan global sepanjang tahun 1990-an, seperti KTT Dunia untuk Anak, Konferensi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua 1990 di Jomtien, Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan 1992 di Rio de Janeiro, dan KTT Dunia untuk Pembangunan Sosial 1995 di Copenhagen. Kemudian, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000 di New York, sebanyak 189 negara anggota PBB yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan, termasuk presiden Indonesia, sepakat untuk menandatangi Deklarasi Milenium yang diadopsi dari komitmen sebelumnya. Deklarasi Milenium inilah yang berisiMillenium Development Goals (MDGs) (Supriyadi A, 2009). Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia yang tidak pernah ada sebelumnya untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Dalam konteks inilah, negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs). Setiap tujuan memiliki satu atau beberapa target beserta indikatornya. MDG menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, memiliki tenggat waktu dan kemajuan yang terukur. MDG didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka, sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut (Asmanto P, 2008).

2.2. Tujuan , target, dan indikator MDGs

MDGs terdiri dari 8 tujuan, 20 target, serta 60 indikator. Berikut ini adalah isi MDGs secara keseluruhan : (Supriyadi A, 2009)

Gambar 1. Delapan Tujuan MDGsA. Tujuan 1 : Mengentaskan Kemiskinan Ekstrim dan Kelaparan Target 1a: Menurunkan proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan menjadi setengahnya antara 1990-2015. Indikator:1.1. Proporsi pendapatan penduduk di bawah $ 1 (PPP) per hari1.2. Rasio Kesenjangan Kemiskinan1.3. Kontribusi kuantil pertama penduduk berpendapatan terendah terhadap konsumsi nasional.

Target 1b: Menyediakan seutuhnya Pekerjaan yang produktif dan layak, terutama untuk perempuan dan kaum muda. Indikator:1.4. Laju Pertumbuhan PDB per orang dipekerjakan1.5. Rasio pekerjaan terhadap populasi1.6. Proporsi pekerja yang hidup dengan kurang dari $1 per-hari/ pekerja miski1.7. Proporsi pekerja yang memiliki rekening pribadi dan anggota keluarga bekerja terhadap jumlah pekerja total/ pekerja rentan. Target 1c: Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990 dan 2015 Indikator :1.8 Prevalensi berat badan anak di bawah usia lima tahun1.9 Proporsi penduduk di bawah tingkat diet konsumsi minimum (2.100 kkal/per kapita/hari).B. Tujuan 2.Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 2a: Memastikan bahwa pada 2015 semua anak di manapun, laki laki maupun perempuan akan bisa menyelesaikan pendidikan dasar secara penuh. Indikator:2.1 Rasio partisipasi pendidikan dasar2.2 Proporsi murid mulai kelas 1 yang mencapai kelas terakhir primer2.3 Melek Huruf-anak usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki

C. Tujuan 3:Mendukung Kesetaraan Gender dan Memberdayakan Perempuan Target 3a: Menghapus perbedaan gender dalam pendidikan dasar dan menengah pada 2005, dan di semua jenjang pendidikan paling lambat tahun 2015 . Dengan Indikator:3.1 Rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di pendidikan primer, sekunder dan tersier.3.2 Proporsi perempuan dalam upah kerja di sektor non-pertanian3.3 Proporsi kursi dipegang oleh perempuan di parlemen nasionalYang menjadi indikator utama adalah rasio anak perempuan terhadap anak laki-laki di pendidikan dasar, lanjutan dan tinggi. Disini Indonesia tampaknya sudah mencapai target, dengan rasio 100% di sekolah dasar, 99,4% di sekolah lanjutan pertama, 100,0% di sekolah lanjutan atas, dan 102,5% di pendidikan tinggi.

Indikator kedua adalah rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki untuk usia 15-24 tahun. Disini pun, tampaknya kita telah mencapai target dengan rasio 99,9%. Indikator ketiga adalah sumbangan perempuan dalam kerja berupah di sektor non-pertanian. Disini kita masih jauh dari kesetaraan. Nilainya saat ini hanya 33%. Indikator keempat adalah proporsi perempuan di dalam parlemen, dimana proporsinya saat ini hanya 11,3%.

D. Tujuan 4. Mengurangi Tingkat Kematian Anak Target 4a: Menurunkan angka kematian balita sebesar dua pertiganya antara 1990 dan 2015. Dengan Indikator:4.1. Angka kematian balita4.2. Proporsi anak-anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak

E. Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 5a: Menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990 dan 2015. Indikator :5.1 Rasio kematian ibu5.2 Proporsi kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan terampil Target 5b: Mencapai dan menyediakan akses kesehatan reproduksi untuk semua pada 2015. Indikator:5.3 Prevalensi kontrasepsi5.4 Tingkat kelahiran remaja.5.5 Cakupan kehamilan (setidaknya satu kunjungan dan setidaknya empat dilihat).5.6 Belum terpenuhi kebutuhan keluarga berencana.

F. Tujuan6: Memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya Target 6a: Menghentikan dan mulai membalikkan penyebaran HIV / AIDS Indikator:6.1 Prevalensi HIV di antara penduduk usia 15-24 tahun.6.2 Penggunaan kondom pada seks berisiko tinggi.6.3 Proporsi penduduk berusia 15-24 tahun dengan pengetahuan yang benar dan komprehensif tentang HIV / AIDS6.4 Perbandingan kehadiran disekolah anak yatim dan sekolah non-anak yatim berusia 10-14. Target 6b: Mencapai akses universal terhadap pengobatan untuk HIV / AIDS bagi semua orang yang membutuhkannya pada tahun 2010

Indikator:6.5 Proporsi penduduk dengan infeksi HIV lanjut dengan akses terhadap obat antiretroviral. Target 6c: Menghentikan dan mulai membalikkan insiden malaria dan penyakit utama lainnya. Indikator:6.6 Insidensi dan angka kematian yang terkait dengan malaria6.7 Proporsi anak-anak di bawah 5 tidur di bawah diperlakukan insektisida dan kelambu.6.8 Proporsi anak-anak di bawah 5 dengan demam yang tepat diobati dengan obat anti-malaria.6.9 Insiden, prevalensi dan tingkat kematian yang terkait dengan TBC6.10 Proporsi kasus TBC yang terdeteksi dan sembuh di bawah G. Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Target Target 7a: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program negaraserta mengakhiri kerusakan sumber daya alam Indikator pertama adalah proporsi lahan berupa tutupan hutan. Indikator lain adalah rasio kawasan lindung untuk mempertahankan keragaman hayati dan proporsi rumah tangga yang menggunakan bahan bakar padat. Target 7b: Mengurangi laju hilangnya keragaman hayati, dan mencapai pengurangan yang signifikan pada 2010 Indikator:7.1 Proporsi luas daratan ditutupi oleh hutan7.2 Emisi CO2, total, per kapita dan setiap $ 1 PDB (PPP)7.3 Konsumsi zat-zat pengurang ozon7.4 Proporsi stok ikan dalam batas-batas biologis yang aman7.5 Proporsi dari total sumber daya air yang digunakan7.6 Proporsi darat dan wilayah laut yang dilindungi7.7 Proporsi spesies terancam punah Target 7c: Menurunkan separuh proporsi penduduk yang tidak memiliki akses yang berkelanjutan terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar pada 2015 Indikator:7.8. Perbaikan proporsi penduduk menggunakan sumber air minum 7.9. Proporsi penduduk menggunakan fasilitas sanitasi yang baik Target 7d: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta di daerah kumuh di tahun 2020 Indikator :7.10. Proporsi penduduk perkotaan yang tinggal di daerah kumuh

H. Tujuan 8: Mengembangkan Kemitraan untuk Pembangunan Target 8a: Mengembangkan lebih jauh lagi terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi, non-diskriminatif perdagangan dan sistem keuangan. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik, pembangunan dan pengentasan kemiskinan baik nasional dan internasional Target 8b: Membantu kebutuhan khusus dari negara-negara kurang berkembang termasuk tarif dan kuota bebas akses bagi negara berkembang , ekspor, program peningkatan hutang untuk negara-negara miskin berutang banyak (HIPC) dan pembatalan utang bilateral resmi dan lebih murah hati ODA bagi negara-negara berkomitmen untuk pengentasan kemiskinan Target 8c: Membantu kebutuhan khusus negara-negara berkembang dan daratan pulau kecil berkembang Serikat (melalui Program Aksi untuk Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Kecil Mengembangkan Serikat dan hasil dari kedua puluh dua sidang khusus Majelis Umum) Target 8d: Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah utang dengan negara-negara berkembang melalui upaya nasional dan internasional untuk membuat utang berkelanjutan dalam jangka panjang.Beberapa indikator yang tercantum di bawah ini dimonitor secara terpisah untuk negara-negara kurang berkembang (LDCs), Afrika, negara-negara berkembang yang terkurung daratan dan kepulauan kecil yang sedang bekembang. Official development assistance (ODA)/Bantuan pembangunan resmi (ODA)8.1 Net ODA, total dan untuk negara berkembang, sebagai persentase OECD / DAC donor pendapatan nasional bruto8.2 Proporsi dari total bilateral, sektor-ODA dapat diperuntukkan OECD / DAC donor untuk pelayanan sosial dasar (pendidikan dasar, perawatan kesehatan primer, gizi, air bersih dan sanitasi)8.3 Proporsi bantuan pembangunan bilateral resmi OECD / DAC donor yang tidak mengikat8.4 ODA yang diterima di daratan negara-negara berkembang sebagai proporsi dari pendapatan nasional bruto mereka8.5 ODA yang diterima di kepulauan kecil yang sedang bekembang sebagai proporsi dari pendapatan nasional bruto mereka

Akses pasar8.6 Proporsi dari total impor negara maju (dengan nilai dan tidak termasuk senjata) dari negara-negara berkembang dan negara sedang berkembang, mengaku bebas dari kewajiban8.7 Rata-rata tarif yang diberlakukan oleh negara-negara maju pada produk-produk pertanian dan tekstil dan pakaian dari negara-negara berkembang8.8 Dukungan Pertanian perkiraan untuk negara-negara OECD sebagai persentase dari produk domestik bruto mereka8.9 Proporsi ODA yang disediakan untuk membantu membangun kapasitas perdagangan.

Debt sustainability Keberlanjutan hutang8.10 Total jumlah negara-negara yang telah mencapai titik keputusan HIPC dan jumlah yang telah mencapai penyelesaian HIPC poin (kumulatif)8.11 Penghapusan utang berkomitmen di bawah Inisiatif HIPC dan MDRI8.12 Utang layanan sebagai persentase dari ekspor barang dan jasaTarget 8e: Dalam kerjasama dengan perusahaan farmasi, menyediakan akses ke obat-obatan penting yang terjangkau di negara-negara berkembang8.13 Proporsi penduduk dengan akses ke obat-obatan penting yang terjangkau atas dasar yang berkelanjutan

Target 8F: Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi dan komunikasi. Indikator8.14 Jaringan telepon per 100 penduduk8.15 Pelanggan telepon seluler per 100 penduduk8.16 Pengguna internet per 100 penduduk

2.3. Capaian Sasaran MDGs di IndonesiaDari delapan tujuan yang ditetapkan, lima tujuan MDG yaitu MDG 1, 4, 5, 6 dan 7 terkait erat dengan kesehatan. Kesepakatan untuk mencapai MDG bertujuan meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Untuk Indonesia, sasaran MDG tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dan Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2014 . Untuk mencapai sasaran-sasaran MDG tersebut, perlu kerja keras dan kerja cerdas, meninggalkan cara kerja yang bersifat bisnis bisaa . Harus ada inovasi dan terobosan serta fokus pada kegiatan prioritas. Implementasi kebijakan ini hanya mungkin terjadi bila didukung seluruh jajaran lintas sektor, pemerintah daerah, seluruh masyarakat, dan stakeholders lainnya (Sedyaningsih E.R, 2012).Bappenas melaporkan pada tahun 2011, pencapaian tujuan MDGs dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, tujuan yang telah berhasil dicapai. Kedua, tujuan yang menunjukkan kemajuan bermakna dan diharapkan dapat dicapai pada atau sebelum tahun 2015. Ketiga, tujuan yang masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya. a) Tujuan-tujuan MDGs yang telah tercapai adalah: MDG 1, yaitu proporsi penduduk dengan pendapatan kurang dari USD 1,00 (PPP) per kapita per hari. MDG 3, yaitu rasio APM perempuan terhadap laki-laki SMA/ MA/Paket C dan rasio angka melek huruf perempuan terhadap laki-laki umur 15-24 tahun. MDG 6, yaitu pengendalian penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru tuberkulosis (TB). Pencapaian ini diindikasikan oleh angka kejadian dan tingkat kematian, serta proporsi tuberkulosis yang ditemukan, diobati dan disembuhkan dalam program DOTS.b) Tujuan-tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan signifikan dan diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015 (on-track) adalah: MDG 1, yaitu terdapat kemajuan yang sangat besar dari indeks kedalaman kemiskinan, proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri dan pekerja bebas keluarga terhadap total kesempatan kerja, dan prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi. MDG 2, yaitu APM SD, proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar, serta angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan dan laki-laki yang semuanya sudah mendekati 100 persen. MDG 3, yaitu rasio APM perempuan/laki-laki di tingkat SD/MI/Paket A, SMP/MTs/Paket B, dan pendidikan tinggi yang hampir mendekati 100 persen serta kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian, dan proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR yang meningkat. MDG 4, yaitu penurunan yang sudah mendekati dua pertiga angka kematian neonatal, bayi, dan balita serta proporsi anak usia 1 tahun yang mendapat imunisasi campak yang meningkat pesat. MDG 5, yaitu berupa peningkatan angka pemakaian kontrasepsi bagi perempuan menikah dengan menggunakan cara modern, penurunan angka kelahiran remaja perempuan umur 15-19 tahun, peningkatan cakupan pelayanan antenatal baik 1 maupun 4 kali kunjungan, dan penurunan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi (unmet need). MDG 6, yaitu mengendalikan penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru HIV dan AIDS berupa peningkatan proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan Antiretroviral (ARV). Selain itu, pengendalian penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru malaria yang diindikasikan oleh peningkatan proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida belum memadai dalam rangka menurunkan jumlah kasus baru malaria. MDG 7, yaitu berupa penurunan konsumsi bahan perusak ozon, proporsi tangkapan ikan yang tidak melebihi batas biologis yang aman, serta rasio luas kawasan lindung untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas kawasan hutan dan rasio rasio kawasan lindung perairan terhadap total luas perairan teritorial yang keduanya meningkat. MDG 8, yaitu berupa keberhasilan pengembangan sistem keuangan dan perdagangan yang terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif yang diindikasikan oleh rasio ekspor dan impor terhadap PDB, rasio pinjaman terhadap simpanan di bank umum, dan rasio pinjaman terhadap simpanan di BPR yang semuanya meningkat pesat. Selain itu juga keberhasilan dalam menangani utang untuk dapat mengelola utang dalam jangka panjang yang diindikasikan oleh rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB dan rasio pembayaran pokok utang dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor yang menurun tajam. Keberhasilan selanjutnya adalah dalam hal pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, yang diindikasikan oleh peningkatan proporsi penduduk yang memiliki jaringan telepon tetap dan telepon seluler. c) Tujuan-tujuan MDGs yang telah menunjukkan kemajuan namun masih diperlukan kerja keras untuk mencapainya adalah: MDG 1, yaitu berupa penurunan hingga setengahnya persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional. MDG 5, yaitu berupa penurunan hingga tiga perempatnya angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. MDG 6, yaitu mengendalikan penyebaran dan penurunan jumlah kasus baru HIV dan AIDS berupa penurunan prevalensi HIV dan AIDS, penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi, dan peningkatan proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV dan AIDS, baik laki-laki maupun perempuan menikah dan belum menikah. MDG 7, yaitu berupa rasio luas kawasan tertutup pepohonan, jumlah emisi CO, konsumsi energiprimer per kapita, elastisitas energi, serta proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitasi sanitasi dasar layak di perkotaan dan perdesaan. MDG 8, yaitu berupa peningkatan proporsi rumah tangga dengan akses internet dan kepemilikan komputer pribadi yang belum memadai.

2.4. Strategi dalam percepatan pencapaian MDGs di IndonesiaUntuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs, Presiden telah menetapkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Salah satu amanat yang tercantum dalam Inpres tersebut adalah agar setiap Kementerian/Lembaga, Gubernur, dan Para Bupati/Walikota mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan, antara lain meliputi program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development GoalsMDGs).Implementasi dari Inpres No. 3 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:1. Pengintegrasian tujuan, target, dan indikator MDGs ke dalam sistem perencanaan dan penganggaran Pemerintah baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota baik jangka menengah (5 tahunan) maupun jangka pendek (tahunan); 2. Penyusunan Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs di Indonesia 2010 2015 yang digunakan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi berbagai program dan kegiatan dalam rangka percepatan pencapaian MDGs; 3. Pembentukan Tim Koordinasi MDGs Nasional di bawah koordinasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan beranggotakan seluruh Kementerian/Lembaga yang terkait dalam upaya percepatan pencapaian MDGs. Tugas pokok dari tim tersebut adalah bertanggung jawab dalam koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring-evaluasi pencapaian sasaran MDGs; 4. Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) percepatan pencapaian MDGs di 33 Provinsi dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:a. Penyusunan pedoman teknis Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi tentang percepatan pencapaian tujuan MDGs untuk memberikan panduan bagi daerah, khususnya provinsi dalam menyusun dokumen rencana aksi percepatan pencapaian target MDGs di daerah, sehingga dapat dihasilkan dokumen rencana aksi yang jelas, operasional dan selaras dengan kebijakan nasional;b. Pelaksanaan fasilitasi penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi oleh Tim Koordinasi MDGs Nasional kepada Tim Koordinasi MDGs Provinsi untuk menyamakan persepsi dalam penyusunan target dan indikator MDGs di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, menyusun langkah-langkah penyusunan RAD MDGs Provinsi, dan melakukan exercise penyusunan draft RAD Percepatan Pencapaian Target MDGs di Provinsi termasuk penyusunan target, sasaran dan indikator; c. Penyusunan pedoman teknis Definisi Operasional Indikator MDGs yang berisikan tentang daftar tujuan, target, dan indikator MDGs, konsep definisi, manfaat, metode perhitungan, dan sumber data yang digunakan untuk menyamakan persepsi sehingga data dan informasi MDGs dapat dibandingkan antarprovinsi; d. Penyusunan pedoman teknis Review RAD MDGs Provinsi sebagai acuan dalam mereview RAD MDGs Provinsi yang sejalan dengan kebijakan program, dan sasaran MDGs Nasional; e. Penyusunan pedoman teknis Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan RAD MDGs Provinsi untuk memastikan pelaksanaan program dan kegiatan MDGs yang tertuang didalam RAD MDGs Provinsi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, mengidentifikasi dan mengantisipasi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program percepatan pencapaian MDGs sehingga dapat diatasi, dan merumuskan langkah tindak lanjut percepatan pencapaian target MDGs; 5. Penetapan Surat Edaran Kementerian PPN dan Kemendagri Nomor: 0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor: 050/583/SJ tentang Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) Tahun 2011-2015 antara lain untuk mendorong agar daerah menyusun program dan kegiatan serta pengalokasian anggaran dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah agar mengacu pada RAD MDGs dimasing-masing provinsi untuk percepatan pencapaian tujuan target dan indikator MDGs. 6. Peningkatan dukungan pembiayaan untuk percepatan pencapaian MDGs, yaitu :a. Penyusunan kerangka kebijakan pendanaan percepatan sasaran MDGs melalui Public Private Partnership (PPP) untuk mendorong pihak swasta bermitra dengan Pemerintah dalam upaya percepatan pencapaian MDGs; b. Penyusunan pedoman harmonisasi Pelaksanaan Corporate Social Responsibilities (CSR) untuk mensinergikan pelaksanaan kegiatan CSR dengan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian MDG yang mencakup upaya (i) pencapaian keselarasan antara tujuan pelaksanaan CSR dengan MDG, (ii) keselarasan targeting atau sasaran kelompok masyarakat, (iii) keselarasan lokasi pelaksanaan CSR dengan lokasi target pencapaian MDG; dan, (iv) keselarasan indikator kinerja yang dipakai dalam pencapaian MDG dengan kegiatan CSR; 7. Penyusunan pedoman pemberian insentif bagi daerah untuk mendukung percepatan pencapaian MDGs sebagai panduan dalam penetapan, pelaksanaan dan pemantauan pemberian insentif daerah yang memiliki kinerja baik dalam upaya pencapaian tujuan MDGs. 8. Pelaksanaan diseminasi dan advokasi percepatan pencapaian MDGs kepada seluruh stakeholders meliputi DPR, organisasi profesi, perguruan tinggi, media masa, lembaga swadaya masyarakat, Kementerian/Lembaga di tingkat Pusat, dan SKPD; 9. Pemberian MDGs Award dengan tujuan memberikan apresiasi kepada para pemangku kepentingan dan pelaku pembangunan yang telah menghasilkan prestasi terbaik dalam upaya mendorong percepatan pencapaian MDGs di Indonesia dan membangun sistem insentif dan disinsentif berkesinambungan yang dapat menjadi katalis bagi upaya percepatan pencapaian MDGs di Indonesia. Kegiatan ini dikoordinasikan oleh Kantor Utusan Khusus Presiden (KUKP) RI untuk Millennium Development Goals; 10. Penguatan ketersediaan data dan informasi mengenai indikator-indikator MDGs untuk memperkuat sistem perencanaan, monitoring, dan evaluasi kinerja pencapaian MDGs. Kegiatannya merupakan kerjasama antara Badan Pusat Statistik (BPS) dengan KemenPPN/Bappenas. 11. Dalam lingkup regional, khususnya ASEAN, Indonesia juga berperan aktif dalam mendukung upaya peningkatan kerjasama MDGs dalam rangka mengurangi kesenjangan pembangunan di kawasan. Diadopsinya ASEAN Roadmap for the Attainment of the Millennium Development Goals selama Keketuaan Indonesia untuk untuk ASEAN pada tahun 2011 mencerminkan komitmen dan kontribusi signifikan Indonesia untuk turut mendukung penetapan kebijakan regional terkait dengan upaya percepatan pencapaian MDGs.

Walaupun target MDG-1 yaitu menurunkan prevalensi gizi kurang pada anak balita dalam posisi on track, namun beberapa provinsi masih menunjukkan prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di atas angka nasional. Di samping itu ada masalah stunting prevalensinya mencapai 35,8% (Sedyaningsih E.R, 2012). Puskesmas Karang Anyar sebagai sarana kesehatan primer tingkat kecamatan turut andil dalam mewujudkan target MDGs terkhusus di wilayah kerjanya. Persentase bayi dan balita dengan gizi buruk mencapai target < 15%, yakni hanya terdapat dua kasus. Sedangkan, 85% merupakan bayi dan balita yang timbangannya naik atau dapat dikatakan bergizi cukup dan baik. Program yang dilakukan oleh Puskesmas Karang Anyar untuk meminimalisasi kejadian gizi buruk dan gizi kurang pada bayi dan balita sudah banyak dilakukan diantaranya dengan kegiatan posyandu rutin (penimbangan berat badan, penyuluhan , dan pemberian makanan tambahan).

Strategi terkait MDG-4 untuk menurunkan angka kematian balita 2/3 dari kondisi tahun 1990 dalam posisi on track. Harus disadari adanya disparitas angka kematian anak baik antar Provinsi maupun Kabupaten/Kota, pada anak yang dilahirkan dari keluarga yang memiliki sosio-ekonomi yang rendah serta mereka yang tinggal di pedesaan. Kesenjangan ini terkait dengan; kemudahan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas; keterbukaan daerah terhadap pembangunan ekonomi; ketersediaan sumber daya, serta; kebijakan masing-masing daerah. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah angka kematian neonatal cenderung stagnan. Faktor infeksi dan masalah gizi sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup anak. Riskesdas 2007 menunjukkan, penyebab kematian balita sebesar 36% adalah masalah neonatal (Asfiksia, Berat Badan Lahir Rendah dan Infeksi), 17,2% karena Diare dan 13,2% oleh Pneumonia (Sedyaningsih E.R, 2012).

Di wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar pada tahun 2014 dari bulan Januari sampai dengan Juni tidak ditemukan bayi yang meninggal, sehingga angka kematian bayi sampai dengan saat ini adalah 0%. Angka ini menurun dibandingkan tahun 2013, dimana didapatkan 9 bayi meninggal sepanjang tahun 2013. Program yang dilakukan Puskesmas Karang Anyar untuk menekan angka kematian bayi adalah dengan ANC terpadu selama bayi dalam kandungan, pemeriksaan dan kunjungan terhadap bayi baru lahir.

Terkait MDGS-5 yaitu Menurunkan Angka Kematian Ibu, masih diperlukan kerja keras dan kerja cerdas untuk menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan melakukan langkah-langkah yaitu meningkatkan pengetahuan dan peran aktif keluarga dan masyarakat melalui penerapan buku KIA; Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K); Program rumah tunggu; Program kemitraan bidan dan dukun; Peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan dan persalinan di fasilitas kesehatan, serta mengatasi masalah emergensi melalui Puskesmas PONED dan Rumah sakit PONEK (Sedyaningsih E.R, 2012).

Sejak tahun 2011 diluncurkan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) untuk percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir (neonatal). Program ini diperuntukkan bagi ibu hamil yang tidak memiliki jaminan persalinan (Sedyaningsih E.R, 2012).

Angka kematian ibu di wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar juga sejak Januari-Juni 2014 belum ditemukan adanya kasus. Namun sepanjang tahun 2013, terdapat dua ibu yang meninggal karena kehamilan dengan risiko, yakni kehamilan dengan B21 serta kehamilan dengan ruptur uteri.Tindakan atau program yang dilakukan oleh Puskesmas Karang Anyar dalam menekan angka kematian ibu, antara lain dengan pemeriksaan terhadap ibu hamil dengan ANC terpadu mulai dari K1-K4, ibu bersalin dengan ditolong oleh bidan sebagai tenaga kesehatan yang ada di setiap desa di wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar, dan ibu nifas dengan pemberian Vitamin A dan tablet zat besi.

Terkait MDG-6 untuk HIV-AIDS, TB dan Malaria masih dalam posisi off track. Kemenkes masih menghadapi kendala khususnya pengendalian penyebaran dan penurunan jumlah kasus HIV-AIDS; Penggunaan kondom pada kelompok risiko tinggi; Peningkatan pengetahuan tentang HIV-AIDS. Dalam kata lain, pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS masih rendah. Strategi yang dilakukan untuk mencapai target MDG 6 adalah peningkatan sosialisasi; Peningkatan akses pengobatan HIV-AIDS; Implementasi program, PMTCT; Pengurangan dampak buruk pada penyalahguna NAPZA suntik atau Penasun (Sedyaningsih E.R, 2012).

Sementara terkait Pengendalian Malaria, dalam posisi on track karena angka kejadian malaria per 1000 penduduk menunjukkan kecenderungan menurun. Sedangkan, untuk pengendalian TB, sasaran menurunkan kasus baru tuberkulosis justru sudah tercapai (Sedyaningsih E.R, 2012).Program untuk HIV/AIDS di Puskesmas Karang Anyar belum dapat berjalan karena belum tersedianya prasarana yang mendukung dan hingga saat ini belum tercatat mengenai penderita HIV/AIDS yang ada di wilayah kerja Puskesmas Karang Anyar. Sedangkan untuk malaria, tidak pernah ditemukan kasus dikarenakan Karang Anyar bukan daerah endemis malaria. Oleh karena itu, dalam setiap pelaporan selalu ditulis nihil.

Untuk program TB, Puskesmas Karang Anyar sudah memiliki sistem yang cukup baik. Namun, target penjaringan pasien dengan TB sebesar 70% belum terpenuhi hingga Mei 2014, baru 24 % yakni dari 1128 pasien suspek TB, didapatkan 118 pasien dengan BTA (+). Program pengobatan TB bagi pasien dengan BTA (+) juga sudah berlangsung cukup baik. Didukung pula dengan Unit PAL yang dimiliki oleh Puskesmas Karang Anyar sebagai prasarana konsultasi dan edukasi pasien dan keluarganya.

Terkait target MDG-7 yaitu Akses Air Bersih Pada Rumah Tangga, Menkes menyatakan masih dalam posisi off track. Pencapaian MDG-7 ini sangat penting bagi kesehatan masyarakat, karena kualitas air dan sanitasi merupakan faktor risiko berbagai penyakit menular (Endang Rahayu Sedyaningsih, 2012).

2.5. Ringkasan Status Pencapaian MDGs di IndonesiaA. TUJUAN 1: MENANGGULANGI KEMISKINAN DAN KELAPARAN Upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia menunjukkan kemajuan yang berarti dan ini sudah sesuai dengan target MDGs yang ditunjukkan dengan menurunnya proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional dari 15,10 persen (tahun 1990) menjadi 12,49 persen (2011) dan Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 2,70 menjadi 2,08 pada periode yang sama. Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja meningkat dari 3,52 persen (tahun 1990) menjadi 5,04 persen (tahun 2011). Di samping itu, terjadi penurunan proporsi penduduk yang menderita kelaparan dari tahun 1989 ke tahun 2010 yang ditunjukkan dengan prevalensi balita dengan berat badan rendah dari 31,00 persen menjadi 17,91 persen, serta proporsi penduduk dengan asupan kalori kurang dari 1400 Kkal/kapita/hari dari 17,00 persen (tahun 1990) menjadi 14,65 persen (tahun 2011).

B. TUJUAN 2: MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR UNTUK SEMUA Upaya pencapaian pendidikan dasar untuk semua telah sejalan dengan sasaran MDGs, hal ini ditunjukkan dengan sudah diterapkannya pendidikan dasar 9 tahun di Indonesia. Pada tahun 2011, angka partisipasi murni SD telah mencapai 95,55 persen; proporsi murid kelas I yang berhasil mencapai kelas VI adalah 96,58 persen; dan angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun, perempuan sudah mencapai 98,75 persen dan laki-laki mencapai 98,80 persen.

C. TUJUAN 3: MENDORONG KESETARAAN GENDER DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN Upaya untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan sebagian besar telah mencapai sasaran MDGs tahun 2015. Pada tahun 2011, Rasio APM perempuan/laki-laki di tingkat SD adalah 98,80; di tingkat SMP adalah 103,45; dan di tingkat pendidikan tinggi adalah 97,82. Rasio melek huruf perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 telah mencapai 99,95 persen pada tahun yang sama. Sementara sasaran yang sejalan dengan target MDGs adalah untuk rasio APM perempuan/laki-laki di SMA telah mencapai 101,40 pada tahun 2011. Di bidang ketenagakerjaan, terlihat adanya peningkatan kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan di sektor nonpertanian, yaitu 36,67 persen pada tahun 2011. Di samping itu, proporsi kursi yang diduduki perempuan di DPR juga mengalami peningkatan, menjadi 18,4 persen (2011).

D. TUJUAN 4: MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK Upaya untuk menurunkan angka kematian anak sudah sejalan dengan sasaran MDGs. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan angka kematian balita dari 97 (tahun 1991) menjadi 44 per seribu kelahiran hidup (tahun 2007); penurunan angka kematian bayi dari 68 menjadi 34 per seribu kelahiran; dan neonatal dari 32 menjadi 19 per seribu kelahiran. Sedangkan proporsi anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak meningkat dari 44,50 persen (tahun 1991) menjadi 87,30 persen (tahun 2011).

E. TUJUAN 5: MENINGKATKAN KESEHATAN IBU Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih telah berhasil ditingkatkan dari 40,70 persen (tahun 1992) menjadi 81,25 persen (tahun 2011), namun di sisi lain angka kematian ibu baru dapat ditekan dari 390 (tahun 1991) menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup (tahun 2007). Sementara itu angka pemakaian kontrasepsi bagi perempuan menikah usia 15-49 tahun dengan cara modern meningkat dari 47,10 persen (tahun 1991) menjadi 60,42 persen (tahun 2011).

F. TUJUAN 6: MEMERANGI HIV DAN AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT MENULAR LAINNYA Upaya mengendalikan penyebaran, menurunkan jumlah kasus baru dan mewujudkan akses terhadap pengobatan HIV dan AIDS masih memerlukan upaya keras, inovatif, dan kreatif untuk mencapainya. Prevalensi HIV dan AIDS masih cukup tinggi yaitu 0,30 persen pada tahun 2011, selain itu akses terhadap ARV sudah mencapai 84,10 persen dari penduduk terinfeksi HIV dan AIDs lanjut.Angka kejadian malaria menurun pesat dari 4,68 (tahun 1990) menjadi 1,75 per 1.000 penduduk (tahun 2011). Sementara itu, angka kejadian Tuberkulosis sudah berhasil mencapai target MDGs 2015 pada tahun 2011 yaitu dari 343 (1990) menjadi 189 kasus per 100.000 penduduk/tahun.

G. TUJUAN 7: MEMASTIKAN KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUPSebagian besar sasaran untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya. Rasio luas kawasan tertutup pepohonan terhadap luas daratan menurun dari 59,97 persen pada tahun 1990 menjadi 52,52 persen pada 2010, sedangkan jumlah emisi CO meningkat dari 1.377.983 Gg CO2e (2000) menjadi 1.791.372 GgCOe (2005). Lebih lanjut, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73 persen (1993) menjadi 42,76 persen (2011), sedangkan untuk fasilitasi sanitasi dasar layak dari 24,81 persen (1993) menjadi 55,60 persen (2011).

H. TUJUAN 8: MEMBANGUN KEMITRAAN GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN Sistem keuangan dan perdagangan Indonesia kini semakin terbuka, berbasis peraturan, dapat diprediksi dan tidak diskriminatif. Hal ini diukur dari indikator keterbukaan ekonomi yang ditunjukkan dengan peningkatan rasio ekspor dan impor terhadap PDB dari 41,60 persen tahun 1990 menjadi 45,00 persen tahun 2011. Sedangkan rasio pinjaman luar negeri terhadap PDB menurun dari 24,59 persen pada tahun 1996 menjadi 8,28 persen pada tahun 2011.

Proporsi penduduk yang memiliki telepon seluler meningkat dari 14,79 persen pada tahun 2004 menjadi 103,90 persen pada tahun 2010. Namun pada tahun 2011 proporsi rumah tangga dengan akses internet baru mencapai 26,21 persen dan proporsi rumah tangga yang memiliki komputer pribadi baru mencapai 12,30 persen pada tahun 2011.

Tinjauan Status Pencapaian MDGs di Indonesia

Untuk mewujudkan tercapainya target MDGs, terutama di bidang kesehatan, dirumuskanlah INDONESIA SEHAT 2015. Sasaran pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2015 adalah : (Syafrudin, 2009)a. Perilaku hidup sehat.Meningkatnya secara bermakna jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri dan melahirkan ditolonh oleh tenaga kesehatan, jumlah bayi yang memperoleh imunisasi lengkap, jumlah yang memperoleh ASI eksklusif, jumlah anak balita yang ditimbang setiap bulan, jumlah pasangan usia subur (PUS), peserta keluarga berencana (KB), jumlah penduduk dengan makan dengan gizi seimbang, jumlah penduduk yang memperoleh air bersih, jumlah penduduk buang air besar dijamban, jumlah pemukiman bebas vector dan rodent, jumlah rumah yang mempunyai syarat kesehatan, jumlah penduduk berolahraga, dan istirahat teratur, jumlah keluarga dengan komunikasi internal dan eksternal, jumlah keluarga yang menjalankan ajaran agama dengan baik, jumlah penduduk yang tidak merokok dan tidak minum-minuman keras, jumlah penduduk yang tidak berhubungan seks diluar nikah serta jumlah penduduk yang menjadi peserta JPKM.

b. Lingkungan sehatMeningkatnya secara bermakna jumlah wilayah/kawasa sehat, tempat-tempat umu sehat, tempat pariwisata sehat, tempat kerja sehat, rumah dan banguna sehat, sarana sanitasi, sarana air minum,sarana pembungan limbah, serta berbagai standard an peraturan perundang-undangan yang mendukung terwujudnya lingkungan sehat.

c. Upaya kesehatanMeningkatkan secara bermakna jumlah sarana kesehatan yang bermutu, jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara rasional, memanfaatkan pelayanan promotif dan preventif, biaya kesehatan yang dikelola secara efisien, serta ketersediaan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

d. Manajemen pembangunan kesehatanMeningkatnya secara bermakna sistem informasi pembangunan kesehatan, kemampuan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, pembangunan kesehatan, kepemimpinan dan manajemen kesehatan, peraturan perundang-undangan yang mendukung pembangunan kesehatan, kerjasama lintas program dan sektor.

e. Derajat kesehatanMeningkatnya secara bermakna umur harapan hidup, menurunya angka kematian ibu dan bayi, menurunnya angka kesakitan beberapa penyakit penting, menurunya angka kecacatan dan ketergantungan serta meningkatnya status gizi masyarakat, menurunya angka infertilitas. (Syafrudin, 2009)

Untuk dapat mencapai tujuan pembangunan kesehatan dan melandaskan pada dasar-dasar tersebut diatas, maka penyelenggaraan tersebut diatas, maka penyelenggaraan upaya kesehatan perlu memperhatikan kebijakan umum yang dikelompokkan sebagai berikut: a. Meningkatkan kerjasama lintas sektor Untuk optimalisasi hasil pembangunan berwawasan kesehatan, kerjasama lintas sektor merupakan hal yang utama, dan karena itu perlu digalang serta mantapkan secara seksama, sosialisasi masalah-masalah kesehatan kepada sektor lain perlu dilakukan secara intensif dan berkala. Kerjasama lintas sektor haus mencakup pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta melandaskan dengan seksama pada dasar-dasar pembangunan kesehatan.

b. Peningkatan perilaku, pemberdayaan masyarakat dan kemitraan swastaMasyarakat dan swasta perlu berperan aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Dalam kaitan ini perilaku hidup manusia sejak usia dini melalui berbagai kegiatan-kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatan, sehingga menjadi bagian dari norma hidup dan budaya masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kemandirian untuk hidup sehat. Peran masyarakat dalam pembangunan kesehatan terutama melalui penerapan konsep pembangunan kesehatan masyarakat tetap didorong atau bahkan dikembangkan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan serta kesinambungan upaya kesehatan.

c. Peningkatan kesehatan lingkungan Kesehatan lingkungan perlu diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan, lingkungan yang sehat, yaitu keadaan lingkungan yang bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia. Upaya ini perlu untuk meningkatkan kemauan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat dalam merencanakan pembangunan berwawasan kesehatan. Kesehatan lingkungan pemukiman, tempat kerja dan tempat-tempat umum serta tempat pariwisata ditingkatkan melalui penyediaan serta pengawasan mutu air yang memenuhi persyaratan terutama perpipaan, penerbitan tempat pembuangan sampah, penyediaan sarana pembuangan air limbah serta berbagai sarana sanitasi lingkunan lainnya. Kualitas air, udara dan tanah ditingkatkan untuk menjamin hidup sehat dan produktif sehingga masyarakat terhindar dari keadaan yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Untuk itu diperlukan peningkatan dan perbaikan peraturan perundang-undangan, pendidikan lingkungan sehat sejak dari usia muda serta pembakuan standar lingkungan.

d. Peningkatan upaya kesehatan Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan serta upaya khusus melalui pelayanan kemanusiaan dan darurat atau krisis. Selanjutnya, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan perlu terus menerus diupayakan. Dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat selama krisis ekonomi, upaya kesehatan diprioritaskan untuk mengatasi dampak krisis disamping tetap mempertahankan peningkatan pembangunan kesehatan. Perhatian khusus dalam mengatasi dampak krisis diberikan kepada kelompok berisiko dari keluarga-keluarga miskin agar derajat kesehatannya tidak memburuk dan tetap hidup produktif. Pemerintah bertanggungjawab terhadap biaya pelayanan kesehatan untuk penduduk miskin.Setelah melewati krisis ekonomi status kesehatan masyarakat diusahakan ditingkatkan melaui pencegahan dan pengurangan morbiditas, mortalitas dan kecacatan dalam masyarakat terutama pada bayi, anak balita, dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas, melalui upaya peningkatan (promosi) hidup sehat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan serta pengobatan penyakit dan rehabilitasi. Prioritas utama diberikan kepada penanggulangan penyakit menular dan wabah cenderung meningkat.

e. Peningkatan sumber daya kesehatanPeningkatan tenaga kesehatan harus menunjang seluruh upaya pembangunan kesehatan dan diarahkan untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan terampil sesuai pengembangan ilmu dan tekhnologi, beriamn dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, seta berpegang teguh pada pengabdian bangsa dan Negara dan etika prfesi. Pengembangan tenaga kesehatan bertujuan untuk meningkatkan pemberdayaan atau daya guna tenaga dan penyediaan jumlah serta mutu tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah yang mampu melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam perencanaan tenaga kesehatan perlu diutamakan penentuan kebutuhan tenaga di berbagai Negara diluar negri dalam rangka globalisasi. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), yakni cara pelayanan kesehatan melaui pembayaran secara praupaya dikembangkan terus untuk menjamin terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang lebih merata dan bermutu dengan raga yang terkendali. JPKM diselenggarakan sebagai upaya bersama antara masyarakat, swasta, dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan biaya pelayanan kesehatan yang terus meningkat.Tarif pelayanan kesehatan perlu disesuaikan atas dasar nilai jasa dan barang yang diterima oleh anggot masyarakat yang memperoleh pelayanan. Masyarakat yang tidak mampu akan dibantu melalui system JPKM yang disubsidi oleh pemerintah bersamaan dengan itu dikembangkan pula asuransi sebagai pelengkap / pendamping JPKM. Pengembangan asuransi kesehatan berada dibawah pembinaan pemerintah dan asosiasi peransuran. Secara bertahap puskesmas dan rumah sakit milik pemerintah akan dikelola secara swadana.

f. Peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan perlu makin ditingkatkan terutama melalui peningkatan secara strategis dalam kerja sama antara sektor kesehatan dan sektor lain yang terkait, dan antara berbagai program kesehatan serta antara para pelaku dalam pembangunan kesehatan sendiri. Manajemen upaya kesehatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan penilaian diselengarakan secara sistematik untuk menjamin upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh. Manajemen terebut didukung oleh sistem informasi yang handal guna menghasilkan pengambilan keputusan dan cara kerja yang efisien. Sistem informasi tersebut dikembangkan secara komprehensif diberbagai tingkat administrasi kesehatan sebagai bagian dari pengembangan administrasi modern. Organisasi departemen kesehatan perlu disesuaikan kembali dengan fungsi fungsi : regulasi, perencanaan nasional, pembinaan dan pengawasan.

g. Peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatanPenelitian dan pengembangan dibidang kesehatan akan terus dikembangkan secara terarah dan bertahap dalam rangka menunjang upaya kesehatan, utamanya untuk mendukung perumusan kebijaksanaan, membantu memecahkan masalah kesehatan dan mengatasi kendala didalam pelaksanaan program kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan akan terus dikembangkan melalui jaringan kemitraan dan di desentralisasikan sehingga menjadi bagian penting dari pembanguna kesehatan daerah.Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi didorong untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, gizi, pendayagunan obat, pengembangan obat asli Indonesia, pemberantasan penyakit dan perbaikan lingkungan. Penelitian yang berkaitan dengan ekonomi kesehatan dikembangkan unutuk mengoptimalkan pemanfaatan pebiayaan kesehatan dari pemerintah dan swasta, serta meningkatkan kontribusi pemerintah dalam pembiayaan kesehatan yang masih terbatas.

h. Peningkatan lingkungan sosial budaya Selain berpengaruh positif globalisai juga menimbulkan perubahan sosial dan budaya masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap pembangunan kesehatan. Untuk itu sangat diperlukan peningkatan kesehatan sosial dan budaya masyarakat melalui penungkatan sosio-ekonomi masyarakat, sehingga dapat mengambil manfaat yang sebesar besarnya sekaligus meminimalkan dampak negatif dari globalisasi.

BAB IIIKESIMPULAN

1. Millenium Development Goals(MDGs) merupakan perwujudan dari komitmen internasional pada konferensi Summits dan global sepanjang tahun 1990-an yang kemudian disepakati dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) bulan September 2000 di New York oleh sebanyak 189 negara anggota PBB.2. MDGs terdiri dari 8 tujuan, 20 target, serta 60 indikator. 3. Delapan tujuan pokok MDGs adalah pengetasan kemiskinan dan kelaparan, pemerataan pendidikan dasar, mendukung persamaan gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi angka kematian anak, mengurangi angka kematian ibu, perlawanan terhadsp HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya, menjamin daya dukung lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.4. Pencapaian tujuan MDGs dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, tujuan yang telah berhasil dicapai . Kedua, tujuan yang menunjukkan kemajuan bermakna dan diharapkan dapat dicapai pada atau sebelum tahun 2015. Ketiga, tujuan yang masih memerlukan upaya keras untuk mencapainya.5. Strategi untuk mewujudkan tercapainya target MDGs merupakan implementasi dari Inpres No. 3 Tahun 2010, dan terutama di bidang kesehatan, dirumuskanlah INDONESIA SEHAT 2015.

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas. 2008. Laporan Millenium Development Goals (MDG) Indonesia. http://www.bappenas.go.id/node/44/942/laporan-millenium-development-goals-mdg-indonesia/. Diakses tanggal 02 Juli 2014.

Bappenas. 2011. Laporan Millenium Development Goals (MDG) Indonesia.. http://www.bappenas.go.id/laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia-2011__20130517105523__3790__0. Diakses tanggal 02 Juli 2014

Sedyaningsih, Endang Rahayu. 2012. Capai Target MDGs Demi Terwujudnya Derajat Kesehatan Masyarakat Yang Tinggi. http://www.depkes.go.id/ index.php/berita/press-release/1802-capai-target-mdgs-demi-terwujudnya-derajat-kesehatan-masyarakat-yang-tinggi.html. . Diakses tanggal 02 Juli 2014.

Supriyadi, A. 2009. MDG,Kesehatan Masyarakat serta keadaannya diIndonesia. http://recyclearea.wordpress.com/2009/10/05/mdgkesehatan-masyarakat-serta-keadaannya-di-indonesia/. Diakses tanggal 02 Juli 2014.

Syafrudin, SKM. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Trans Info Media : Jakarta.

UNV. 2011. Tujuan Pembangunan Milenium. http://www.undp.or.id /unv/id/resources_mdg.html .Diakses tanggal 02 Juli 2014.