Contoh Teks Naskah Pembawa Acara (Mc) Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW _ Jurnal Terbaik
Makalah Maulid Nabi
-
Upload
nur-agni-alvina -
Category
Documents
-
view
609 -
download
86
description
Transcript of Makalah Maulid Nabi
SEMINAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
MAULID NABI MUHAMMAD SAW DAN INDONESIA BARU
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Seminar Pendidikan
Agama Islam Kan Yang Diampu oleh Prof. Dr. H. Abd. Majid, M.A.
Disusun oleh:
Iis Sa’diah 1305447
Nida Awalia Hanifah 1300626
Nur Agni Alvina 1306829
Utari Nur Amalia 1300751
Kelompok 3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan hanya bagi Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang
berjudul “Maulid Nabi Muhammad dan Indonesia Baru” pada bidang studi
Seminar Pendidikan Agama Islam. Shalawa dan salam diperuntukkan pula bagi
Rasulullah SAW dan semoga selalu tercurahkan pula bagi keluarga dan para
sahabat beliau.
Makalah ini membehas mengenai Maulid Nabi Muhammad dan hikmah
dalam meneladani pribadi Nabi Muhammad. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan baik dari segi
penulisan maupun dalam isinya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
kepada semua pihak terutama kepada Dosen Mata Kuliah kami guna perbaikan
untuk di masa yang akan datang.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Seminar Pendidikan Agama Islam atas tugas yang telah diberikan sehingga
menambah pemahaman penulis, dan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pembacanya.
Bandung, Desember 2015
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Sejarah Maulid Nabi.......................................................................................3
2.2 Nabi Muhammad SAW sebagai Suri Tauladan Umat Manusia.....................5
2.3 Hikmah Maulid Nabi......................................................................................7
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1 Kesimpulan...................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
LAMPIRAN...........................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Rasulullaah SAW merupakan suri tauladan bagi seluruh umat. Seringkali
kecintaan umat terhadapnya diwujudkan pada suatu peringatan yang dinamakan
Maulid Nabi. Maulid Nabi Muhammad SAW atau seringkali Maulid
Nabi atau Maulud saja (bahasa Arab: الن���بي mawlid ,مول���د an-nabī), adalah
peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW, yang di Indonesia perayaannya jatuh
pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.
Kata maulid atau milad dalam bahasa Arab berarti hari lahir. Perayaan Maulid
Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi
Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi
kegembiraan dan penghormatan kepada Nabi Muhammad.
Allah SWT berfirman dalam Q.s al-Qalam 68:4 “Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung”. Dalam hal ini, Muhammad telah
menunjukkan pribadinya membangun kehidupan masyarakat dari lapis bawah
(botton up) lewat dua pendekatan insaniyah dan ilahiyah. Beberapa perilaku
Rosulullah yang patut kita contoh diantaranya adalah beramal ilmiah, sesuai
kebenaran wahyu, data dan ilmu pengetahuan; mengadakan perubahan-perubahan
perilaku (tarbiyah), menyeru ke jalan Allah (dakwah) dengan hikmah dan nasehat
khasanah, menebarkan rahmat kasih sayang dan mengelola ummat, bangsa dan
negara (siyasah) dengan adil dan dengan kesabaran dan kegigihannya akhirnya
beliau dapat membentuk masyarakat madani.
Umat Islam Indonesia sebagai komponen dari kekuatan sosio-politik
terbesar di negeri ini dituntut untuk memainkan peran positif dan lebih
konstruktif. Salah satu upaya untuk mencapai hal tersebut adalah dengan tidak
menempatkan kepentingan-kepentingan sesaat, eksklusifisme kelompok dan
arogansi kekuasaan, di atas kepentingan bersama sebagai bangsa dan negara
kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan beberapa hal yang diungkapkan di atas,
maka pada makalah ini akan dibahas mengenai maulid Nabi Muhammad SAW
dan hikmah dalam meneladani pribadi beliau.
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang disusun pada makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana sejarah terjadinya Maulid Nabi?
2. Bagaimana peran Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat
manusia?
3. Bagaimana hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dengan meneladani
Rasulullah?
1.3 TujuanBerikut merupakan tujuan dalam penulisan makalah ini:
1. Untuk mengetahui sejarah terjadinya Maulid Nabi.
2. Untuk mengetahui peran Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan
umat manusia.
3. Untuk mengetahui hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dengan
meneladani Rasulullah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Maulid Nabi
Maulid Nabi Muhammad SAW terkadang Maulid Nabi atau Maulud
saja (bahasa Arab: النبي مولد ,(مولد، adalah peringatan hari lahir Nabi
Muhammad SAW, yang dalam tahun Hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul
Awal. Kata maulid atau milad adalah dalam bahasa Arab berarti hari lahir.
Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat
Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara subtansi, peringatan
ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah
Muhammad SAW.
Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh
Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan
Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Adapula yang berpendapat bahwa
idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah
untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta
meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat
dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya
memperebutkan kota Yerusalem dimana saa itu Masjid Al-Aqsha akan diubah
menjadi gereja. Ketika itu dunia Islam seperti kehilangan semangat jihad dan
ukhuwah, sebab secara politis terpecah belah dalam beberapa kerajaan dan
kesultanan meskipun khalifahnya satu, yaitu Khalifah Bani Abbas di
Baghdad, Iraq.
Melihat suasana lesu itu, Shalahuddin berusaha untuk membangkitkan
semangat jihad kaum muslimin dengan menggelar Maulid Nabi pada 12
Rabiul Awwal. Menurutnya, semangat jihad itu harus dibangkitkan kembali
dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Rasulullah SAW. Namun
gagasan itu sebenarnya bukan usulan dia, tetapi usulan dari saudara iparnya,
Muzaffaruddin Gekburi, yaitu seorang atabeg (bupati) di Irbil, Suriah Utara.
3
Awalnya, gagasan Shalahuddin ditentang para ulama, sebab sejak
zaman Nabi perayaan maulid itu tidak ada. Apalagi, di dalam agama islam
hari raya resmi cuma ada 2 yaitu, Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Namun
Shalahuddin menegaskan bahwa perayaan Maulid hanyalah semarak syiar
Islam, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dikategorikan
sebagai bid’ah. Kebetulan Khlaifah An Nashir di Baghdad pun
menyetujuinya.
Maka, di tengah musim haji pada 579 Hijriah atau 1183 Masehi,
shalahuddin mengimbau seluruh jamaah hajji agar setiap tahun merayakan
maulid Nabi di kampong halaman masing-masing. Salah satu kegiatan yang
dalam maulid yang pertama kali digelar oleh Shalahuddin pada 580 H/1184
M adalah sayembara menulis riwayat Nabi yang diikuti oleh sejumlah ulama
dan sasterawan.
Setelah diseleksi, pemenang pertamanya dalahSyaikh Ja’far Al-
Barzanji-yang menulis riwayat Rasulullah SAW dan keluhuran akhlaknya
dalam bentuk syair yang panjang, yaitu Maulid Barzanji.
Ternyata, peringatan Maulid Nabi yang digagas oleh Shalahuddin al-
Ayyubi mampu menggelorakan semangat jihad kaum muslim dalam
menghadapi serangan agresi Barat dalam Perang salib. Shalahuddin berhasil
menghimpun kekuatan, sehingga Yerusalem berhasil direbut pada 583 H atau
1187 M.
Pada zaman sekarang, kebanyakan muslim di Negara-negara Islam
merayakan Maulid Nabi, diantaranya: Mesir, Syria, Lebanon, Yordania,
Palestina, Iraq, Kuwait, Uni Emirat Arab (tidak secra resmi karena mereka
menyambut secara sembunyi-sembunyi di rumah masing-masing), Sudan,
Yaman, Libya, Tunisia, Algeria, Maroko, Mauritania, Djibouti, Somalia,
Turki, Pakistan, India, Sri Lanka, Iran, Afghanistan, Azerbaidjan, Uzbekistan,
Turkistan, Bosnia, Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, dan kebanyakan
Negara islam yang lain. Di kebanyakan Negara Arab, Maulidurrasul Saw
merupakan hari cuti umum.
4
Oleh karena itu, sangatlah pantas bagi kita untuk selalu memperingati
kelahiran beliau sebagai bentuk syukur dan terima kasih yang dalam kepada
Allah SWT atas karunia-Nya yang agung dengan lahirnya Rasulullah SAW.
2.2 Nabi Muhammad SAW sebagai Suri Tauladan Umat Manusia
2.2.1 Nabi Muhammad SAW Diutus untuk Semua Umat Manusia
Artinya : Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya’ : 107)
Muhammad Saw diutus oleh Allah untuk semua umat manusia.
Didalam diri beliau terdapat suri tauladan yang baik bagi umatnya. Allah juga
telah menerangkan di dalam kitab-Nya bahwa Nabi Muhammad diutus tidak
lain adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Dalam Tafsir Ibnu Katsir Juz 5 Halaman 385, Penjelasannya : Allah
mengabarkan bahwa dia telah menjadikan Muhammad saw sebagai Rahmat
bagi semesta Alam, yaitu Dia mengutusnya sebagai Rahmat untuk kalian
semua, barang siapa yang menirima Rahmat dan mensyukuri nikmat ini,
niscaya dia akan berbahagia didunia dan di akhirat. Sedangkan barangsiapa
yang menolak dan menentangnya, niscaya dia akan merugi di dunia dan di
akhirat.
2.2.2. Nabi Muhammad SAW Diutus sebagai Saksi dan Pembawa Kabar
Gembira
Artinya : Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan
pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, (QS. Al-Ahzab : 45)
5
Nabi Muhammad SAW memberikan kabar gembira bagi orang-orang
yang beriman kepada Allah SWT, serta pengikutnya. Sebaliknya beliau
mengingatkan kepada manusia yang berbuat kejahatan, kemusyrikan, dan
kemaksiatan agar menghentikan perbuatan-perbuatan yang merupakan
larangan-Nya.
Nabi Muhammad SAW juga diutus sebagai saksi, yakni saksi yang
menyaksikan keesaan Allah dan bahwa tiada Tuhan selain Allah, juga sebagai
saksi terhadap umat manusia tentang amal perbuatan mereka kelak di hari
kiamat, Perihalnya sama dengan pengertian yang terdaapat di dalam ayat lain
melalui firman-Nya dalam surat Al-baqarah ayat 143 :
شهيدا عليكم سول الر ويكون اس الن على شهداء تكونوا ل وسطا أمة جعلناكم وكذلك
عقبيه على ينقلب ممن سول الر بع يت من لنعلم إال عليها كنت تي ال القبلة جعلنا وما
اس بالن الله إن إيمانكم ليضيع الله كان وما الله هدى ذين ال على إال لكبيرة كانت وإن
حيم ر لرؤوف
Artinya : Dan demikianlah , telah Kami jadikan kamu suatu ummat yang di
tengah, supaya kamu menjadi saksi-saksi atas manusia, dan adalah Rasul
menjadi saksi(pula) atas kamu. Dan tidaklah Kami jadikan kiblat yang telah
ada engkau atasnya, melainkan supaya Kami ketahui siapa yang mengikut
Rasul dari siapa yang berpaling atas dua tumitnya. Dan memanglah berat itu
kecuali atas orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan tidaklah Allah
akan menyia-nyiakan iman kamu. Sesungguhnya Allah terhadap manusia
adalah Penyantun lagi Penyayang.
2.2.3. Nabi Muhammad SAW Diutus untuk Menyempurnakan Akhlak
Manusia
6
Artinya : “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak
berdzikir kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan dan
memperbaiki akhlak umat manusia, sekaligus sebagai contoh teladan baik.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad 2/381) .Keluhuran akhlak
Nabi Muhammad saw tercermin di seluruh aspek kehidupan beliau.
Kecintaan pada masyarakat yang dipimpinnya menunjukkan kasih sayang
yang tulus.
2.2.4 Nabi Muhammad SAW sebagai Penutup Para Nabi
Artinya : Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu,
tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. QS. (Al-Ahzab : 40 )
Dalam tafsir Ibnu Katsir : “Ayat ini merupakan nash bahwa tidak ada
Nabi setelah beliau. Jika tidak ada nabi setelah beliau, maka lebih utama dan
lebih patut untuk tidak ada rasul setelahnya. Sebab kedudukan rasul lebih
khusus dari kedudukan nabi, sebab setiap rasul adalah nabi dan tidak
sebaliknya.
2.3 Hikmah Maulid Nabi
2.3.1 Makna Maulid Nabi
Maulid dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah
pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Nabi Muhammad SAW.
7
Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-
Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari
kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Tujuannya adalah untuk mengembalikan semangat juang kaum
muslimin dalam perjuangan membebaskan Masjid al-Aqsha di Palestina dari
cengkraman kaum Salibis. Yang kemudian, menghasilkan efek besar berupa
semangat jihad umat Islam menggelora pada saat itu. Secara subtansial,
perayaan Maulid Nabi adalah sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan
keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam.
Tercatat dalam sepanjang sejarah kehidupan, bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah pemimipn besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan
agung bagi umatnya.
Dalam konteks ini, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu
upaya transformasi diri atas kesalehan umat. Yakni, sebagai semangat baru
untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (Civil
Society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi,
transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme,
keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme. Dalam tatanan
sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan
dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi.
Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW
dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam
tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW
sebagai sosok manusia sakral yang merupakan wakil Tuhan di dunia yang
bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk
pesan “suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal.
Kedua, dalam perspektif sosial-politik, Beliau dilihat dan dipahami
sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW yang
identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta
non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan
masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang
sejahtera dan tentram. Tentu, sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami
8
dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental, sehingga
kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari
kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-
ritual sakralistik-simbolik keislaman semata, namun menjadikannya sebagai
kelahiran sosok pemimpin. Karena bukan menjadi rahasia lagi bila kita
sedang membutuhkan sosok pemimpin bangsa yang mampu
merekonstruksikan suatu citra kepemimpinan dan masyarakat sosial yang
ideal, egaliter, toleran, humanis dan nondiskriminatif, sebagaimana dilakukan
Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia. Kontekstualisasi
peringatan Maulid tidak lagi dipahami dari perspektif keislaman saja,
melainkan harus dipahami dari berbagai perspektif yang menyangkut segala
persoalan. Misal, politik, budaya, ekonomi, maupun agama.
2.3.2 Meneladani Tauhid dan Akhlak Rasulullah Saw
Bulan Rabí’ul Awwál, bulan yang didalamnya telah terjadi sebuah
peristiwa bersejarah dan sangat dimuliakan segenap umat Islam sebab di
bulan Rabi’ul Awwal 14 abad yang silam; telah lahir seorang manusia mulia
yang kemudian diangkat oleh ALLÁH sebagai utusan-Nya untuk membawa
syiar Islam.
Nabi Muhammad SAW yang dilahirkan di tengah-tengah kejahiliyaan
bangsa Arab, harus menerima kenyataan dilahirkan dalam keadaan yatim.
Bahkan sepeninggal ayahnya, Abdullah; dalam usia yang sangat belia, ibunya
pun Aminah meninggal dunia, sehingga dia harus dirawat oleh
Khalimatussa’diyah dan kakeknya Abdul Mutthalib; yang kemudian
keduanya juga harus menyusul menghadap ke panggilan ALLÁH.
Dalamkeadaan demikian, sehingga saat itu dikenal dengan tahun kesedihan.
Akan tetapi, dibalik kesedihan dan cobaan yang dialami itu, ALLÁH telah
menyiapkan suatu paket tanggungjawab keumatan yang akan diemban Nabi
Muhammad SAW. Hal ini menunjukkan betapa ALLÁH SWT mengingatkan
kita semua bahwa sesungguhnya dibalik cobaan kesulitan yang ALLÁH
berikan, niscaya terhimpun makna dan hikmah.
ALLÁH SWT berfirman :
9
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu, (pasti) ada kemudahan.
Sesungguhnya di antara kesulitan itu, (pasti) ada kemudahan.” (QS. Al-
Insyirah; 5-6) Pada dasarnya, peristiwa maulid atau kelahiran Nabi
Muhammad SAW yang kita peringati setiap tahun, seharusnya tidak sekedar
kita peringati dalam bentuk seremonial belaka, namun mutlak bagi segenap
umat Islam untuk menghayati bahkan mengamalkan seluruh makna dan
hikmah yang terkandung dari peringatan mauled tersebut sehingga
terbentuklah kepribadian muslim sejati.
Dalam kaitan itu, sepatutnya kita merenungkan salah satu hadits Nabi
SAW yang artinya: “Sesungguhnya aku diutus oleh ALLÁH untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Sabda Nabi tersebut sejalan dengan penegasan ALLÁH SWT melalui
firman-Nya, bahwa : “Sungguh telah ada bagimu (contoh) keteladanan pada
diri Rasulullah (Muhammad).” (QS. Al Ahzab; 21)
Berdasarkan rangkaian ayat dan hadits di atas, maka minimal ada dua
makna ataupun hikmah yang dapat kita petik dari peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW, yaitu:
Pertama, Nabi Muhammad SAW lahir dan diangkat sebagai pembawa
risalah syiar kebenaran (al Islam) sebagai ajaran Tauhid atau ‘Aqidah yang
Haq, sehingga setiap muslim dituntut untuk selalu melakukan evaluasi atau
koreksi terhadap keikhlasan tauhidnya. Sebagai Aqidah yang haq, Islam
muncul dan dibawa Nabi Muhammad SAW di tengah masyarakat Arab yang
diliputi dan sangat akrab dengan kehidupan Jahiliyah yang disebabkan
keyakinan sesembahan berhala yang diyakini sebagai tuhan berupa patung
serta tempat-tempat tertentu yang dipandang angker atau syakral.
Ajaran Islam yang diturunkan ALLÁH sebagai wahyu-Nya kepada
Rasulullah Muhammad SAW merupakan ajaran kebenaran Tauhid kepada
ALLÁH sebagai satu-satunya Zat yang patut disembah dan hanya kepada-
Nyalah memohon segala pertolongan. Oleh karena itu, sebagai wujud
kecintaan kepada Nabiyullah SAW sekaligus bentuk ketaatan kepada
ALLÁH SWT, maka seharusnya setiap insan berupaya semaksimal mungkin
untuk memperbaiki dan mengikhlaskan Tauhidnya serta mengamalkan ibadah
10
secara ikhlas dan berusaha agar tidak menodai ibadahnya dengan berbagai
bentuk kemusyrikan, misalnya; berkeyakinan bahwa ada tempat-tempat atau
benda-benda tertentu yang dianggap angker, keramat atau memiliki keajaiban
sehingga menggiring hatinya untuk melakukan sesajian. Tegasnya bahwa
hanya ALLÁH semata Tuhan kita serta hanya kepada-Nya kita berserah diri.
Kedua, Rasululah SAW diutus sebagai Uswatun Hasanah (panutan
atau teladan yang baik) bagi segenap manusia. Selaku pembawa risalah Islam,
Nabi Muhammad SAW dinobatkan sebagai Rasul ALLÁH; telah dimodali
dengan karakter sikap kepribadian dan keteladanan yang sangat mulia,
sehingga sepatutnya dari peringatan Maulid itu, setiap insan Mu’min dituntut
untuk merefleksikan, menghayati dan mengamalkan berbagai sifat dan
perbuatan mulia yang dimiliki Nabi Muhammad SAW, antara lain:
1. Shiddiq, artinya jujur/berkata benar;
2. Amanah, yakni terpercaya/memegang teguh kepercayaan;
3. Tabligh, artinya senantiasa menyampaikan kebenaran sekalipun terasa
pahit atau berat; serta
4. Fathanah, yang berarti cerdas karena ketekunan dan keuletan.
Suatu hal yang mutlak kita yakini dengan sungguh-sungguh dan
ikhlas bahwa ALLÁH memilih dan mengutus Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul-Nya bukan semata-mata bagi suatu kelompok umat saja,
namun sesungguhnya Rasulullah merupakan figure terbaik yang
diperuntukkan bagi segenap umat manusia. Hal ini didasarkan pada firman
ALLÁH SWT : “Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad), kecuali
untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al Anbiyá: 107). Oleh
karenanya, adalah sebuah kerugian bahkan merupakan pengingkaran apabila
ada sekelompok manusia yang enggan atau tidak pernah mengakui kerasulan
Muhammad SAW; termasuk bagi umat Islam yang kikir bershalawat
kepadanya.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan dalam
makalah ini, yaitu:
1. Memperingati maulid Nabi yaitu hari kelahiran Nabi Muhammad SAW
adalah sebagai bentuk syukur dan terima kasih yang dalam kepada Allah
SWT atas karunia-Nya yang agung dengan lahirnya Rasulullah SAW dan
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, dan pengagungan
terhadap Rasulullah termasuk dari ibadah.
2. Sebagai rasul yang terakhir dan penutup para nabi, Nabi Muhammad Saw.
diutus oleh Allah Swt. untuk seluruh umat manusia tanpa melihat asal
suku dan bangsanya. Misi Nabi Muhammad Saw. antara lain membawa
ajaran Islam, menyempurnakan akhlak manusia, memberi kabar gembira
dan peringatan kepada umat manusia, dan menyampaikan ajaran dari
Allah Swt. kepada umat manusia.
3. Rasulullah memiliki akhlak terpuji dalam setiap perilaku kehidupannya
dan setiap perilakunya menjadi contoh bagi umatnya untuk diteladani.
Rasulullah adalah manusia pilihan untuk menyeru umat manusia untuk
beriman kepada Allah dan melaksanakan segala perintah-Nya serta
menjauhi larangan-Nya. Setiap kisah mengandung hikmah yang dapat
diambil pelajaran, dengan meneladani Rasulullah Saw. maka dapat
membawa kita menuju jalan takwa.
3.2 Saran
Maulid Nabi Muhammad Saw. merupakan momen yang strategis dan
konstruktif untuk menumbuhkembangkan kesadaran dan kecintaan terhadap
Rasululllah. Namun dimensi keistimewaan pribadi Rasulullah tidak
semestinya hanya dikaji dan dihayati pada momen ini saja. Semoga upaya
12
menemukenali sosok idola yang sejati dan sebenarnya yakni Rasulullah dapat
diakomodir dalam berbagai event diluar momen maulid Nabi Saw.
13
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qayim, Ibnu a-Jauziyah. 2009. Indahnya Sabar. Jakarta: Magfirah Pustaka.
Al-Wahsy Muhammad Asyraf. 2009. Kisah Para Syuhada di Sekitar Rasulullah Saw. Jakarta: Gema Insani Press.
Antonio, Syafii Muhammad. 2007. Muhammad Saw, The Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia Multimedia.
Kabbani, Syekh M. Hisyam. 2007. Ensiklopedi Akidah Ahlusanah: Maulid dan Ziarah Ke Makam Nabi. Penerbit Serambi.
Muthohar Ahmad. 2011. Maulid Nabi: Menggapai Keteladan Rasullah SAW. LKIS.
Khalid al Juaraisy, Syaikh. 1424 H. Majmu’ fatawa wa Maqolaat al-Mutanawwi’ah Edisi Fatwa Terkini Jilid 2, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Darul Haq.
Shihab, Quraish M. 2011. Membaca Sirah Nabi Muhammad Saw Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Haditsh-Hadits Shahih. Jakarta: Lentera Hati.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1. Diskusi
Moderator : Debby Rawuh Gantina
1. Penanya 1 : Isnaeni Apriliani
Pertanyaan : Bagaimana hukum memperingati Maulid Nabi?
Jawaban : Memperingati maulid Nabi yaitu hari kelahiran Nabi Muhammad
SAW adalah sebagai bentuk syukur dan terima kasih yang dalam kepada Allah
SWT atas karunia-Nya yang agung dengan lahirnya Rasulullah SAW dan
bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah ta’ala, dan pengagungan
terhadap Rasulullah termasuk dari ibadah. Jika ia termasuk ibadah maka kita
tidak diperbolehkan untuk mengadakan perkara baru pada agama Allah
(bid’ah) yang bukan syari’at-Nya. Maka peringatan maulid Nabi yang
berlebihan akan termasuk bid’ah dalam agama dan termasuk yang diharamkan.
2. Penanya 2 : Faizah Khoirunnisa
Pertanyaan : Sipakah orang yang pertama kali memperingati hari kelahiran
Nabi
Muhammad sebagai hari Maulid Nabi?
Jawaban : Perayaan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan
oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa
pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Tujuannya adalah
untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta
meningkatkan semangat juang kaum muslimin saat itu, yang sedang terlibat
dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya
memperebutkan kota Yerusalem dimana saa itu Masjid Al-Aqsha akan diubah
menjadi gereja. Ketika itu dunia Islam seperti kehilangan semangat jihad dan
ukhuwah, sebab secara politis terpecah belah dalam beberapa kerajaan dan
kesultanan meskipun khalifahnya satu, yaitu Khalifah Bani Abbas di Baghdad,
Iraq. Melihat suasana lesu itu, Shalahuddin berusaha untuk membangkitkan
semangat jihad kaum muslimin dengan menggelar Maulid Nabi pada 12 Rabiul
Awwal. Menurutnya, semangat jihad itu harus dibangkitkan kembali dengan
cara mempertebal kecintaan umat kepada Rasulullah SAW.
15
16