Makalah LUPUS

45
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit lupus eritematosus termasuk penyakit kolagen, penyakit kolagenosis, penyakit mesenkhim. Menurut klasifikasi oleh KLEMPERER, yang termasuk golongan tersebut selain lupus eritematosus antara lain ; skleroderma, dermatomiositis, arthritis rematika, demam rematik dan poliarthritis. Klasifikasi tersebut berdasarkan atas degenerasi fibrinoid serat-serat kolagen yang luas yang terdapat di dalam jaringan mesenkhikm. Kelainan serat kolagen dan serat fibrin menimbulkan manifestasi klinis yang berlainan. Yang sama ialah, bahwa semua penyakit pada golongan ini merupakan satu kompleks respon autoimun, disini hanya akan dibahas lupus eritematosus sistemik . Lupus sebernanya telah dikenal kurang dari seabad lalu. Kala itu, penyakit itu dikira gigitan anjing hutan. Dugaan itulah yang menyebabkan penyakit ini kemudian disebut lupus yang berarti anjing hutan dalam bahasa latin. Dalam perkembangan selanjutnya, lupus menyebar ke seluruh organ di dalam tubuh, maka muncullah sebutan lupus eritematosus sistemik (LES) itu . Perjalanan penyakit ini dapat ringan atau berat, secara terus menerus, dengan kekambuhan yang menimbulkan kerusakan jaringan akibat proses radang yang ditimbulkannya. Sekitar 80 % kelainan melibatkan jaringan persendian, kulit dan darah ; 30-50 % menyebabkan Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 1

Transcript of Makalah LUPUS

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit lupus eritematosus termasuk penyakit kolagen, penyakit kolagenosis,

penyakit mesenkhim. Menurut klasifikasi oleh KLEMPERER, yang termasuk

golongan tersebut selain lupus eritematosus antara lain ; skleroderma,

dermatomiositis, arthritis rematika, demam rematik dan poliarthritis. Klasifikasi

tersebut berdasarkan atas degenerasi fibrinoid serat-serat kolagen yang luas yang

terdapat di dalam jaringan mesenkhikm. Kelainan serat kolagen dan serat fibrin

menimbulkan manifestasi klinis yang berlainan. Yang sama ialah, bahwa semua

penyakit pada golongan ini merupakan satu kompleks respon autoimun, disini hanya

akan dibahas lupus eritematosus sistemik .

Lupus sebernanya telah dikenal kurang dari seabad lalu. Kala itu, penyakit itu

dikira gigitan anjing hutan. Dugaan itulah yang menyebabkan penyakit ini kemudian

disebut lupus yang berarti anjing hutan dalam bahasa latin. Dalam perkembangan

selanjutnya, lupus menyebar ke seluruh organ di dalam tubuh, maka muncullah

sebutan lupus eritematosus sistemik (LES) itu .

Perjalanan penyakit ini dapat ringan atau berat, secara terus menerus, dengan

kekambuhan yang menimbulkan kerusakan jaringan akibat proses radang yang

ditimbulkannya. Sekitar 80 % kelainan melibatkan jaringan persendian, kulit dan

darah ; 30-50 % menyebabkan kelainan ginjal, jantung dan sistem saraf, serta 10-20

% menyebabkan trombosis arteri dan vena yang berhubungan dengan anti-bodi anti-

kardiolipin 1,2,4,5 α. Prevalensi lupus eritematosus sistemik di antara etnik adalah

wanita kulit hitam 1 : 250, wanita kulit putih 1 : 4300 dan wanita cina 1 : 10001,2 α .

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui apa itu penyakit lupus eritematosus sistemik  (LES).

b. Mahasiswa mengetahui etiologi,manifestasi klinis,klasifikiasi,pengobatan

serta pemeriksaan penunjang pada penyakit lupus eritematosus sistemik  .

c. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan keperawatan untuk pasien

dengan penyakit lupus eritematosus sistemik .

d. Mahasiswa mampu membuat diagnosa yang tepat bagi pasien dengan penyakit

lupus eritematosus sistemik .

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 1

1.3 Identifikasi Masalah

Ny.M beumur 39 tahun mengeluhkan mata dan muka terasa panas dan gatal disertai

nyeri pada bibir dan mulut,timbul bintik-bintik pada muka dan badan. Keluhan gatal

tersebut semakin jelas apabila terkena matahari. Terdapat kotoran pada mata terutama

pada pagi hari. Selain itu mulut dirasakan panas dan pecah-pecah dan terkadang

mengeluarkan darah. Nyeri sendi sudah lama di rasakan . Dari hasil pemeriksaan fisik

didapatkan data : Tekanan darah = 100/60 mmHg,Nadi = 96x/menit, Suhu = 36,3 ˚c,

Pernafasan = 24x/menit, Rambut : Rontok,mudah di cabut, Wajah : Butterfly Rash,

Mata : Nyeri,sekret (+),injeksi konjunctiva (+), Konjunctiva anemis, Mulut : Ulser

mulut,bibir terasa terbakar,dada dan perut ditemukan makula eritema. Hasil

pemeriksaan lab darah rutin ditemukan nilai Hb = 7,6 gr/dl, LED = 62 mm/jam,

Leukosit = 2400/ul.

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 2

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Kasus

Ny.M beumur 39 tahun mengeluhkan mata dan muka terasa panas dan gatal disertai

nyeri pada bibir dan mulut,timbul bintik-bintik pada muka dan badan. Keluhan gatal

tersebut semakin jelas apabila terkena matahari. Terdapat kotoran pada mata terutama

pada pagi hari. Selain itu mulut dirasakan panas dan pecah-pecah dan terkadang

mengeluarkan darah. Nyeri sendi sudah lama di rasakan . Dari hasil pemeriksaan fisik

didapatkan data : Tekanan darah = 100/60 mmHg,Nadi = 96x/menit, Suhu = 36,3 ˚c,

Pernafasan = 24x/menit, Rambut : Rontok,mudah di cabut, Wajah : Butterfly Rash,

Mata : Nyeri,sekret (+),injeksi konjunctiva (+), Konjunctiva anemis, Mulut : Ulser

mulut,bibir terasa terbakar,dada dan perut ditemukan makula eritema. Hasil

pemeriksaan lab darah rutin ditemukan nilai Hb = 7,6 gr/dl, LED = 62 mm/jam,

Leukosit = 2400/ul.

2.2 Step 1

1. Makula eritema =

2. Ulser mulut = borok di mulut

3. LED = laju endap darah

4. Infeksi konjunctiva = ada luka di konjunctiva

5. Konjunctiva anemis = terlihat pucat seperti kurang darah

6. Butterfly rash = adanya kemerahan pada pipi

2.3 Step 2

1. -Mengapa keluhannya timbul ketika terkena sinar matahari?

-Apabila pada malam hari timbul atau tidak?

2. Mengapa mulut terasa panas dan pecah-pecah juga mengeluarkan darah?

3. Apa yang menyebabkan nyeri sendi menjadi bintik-bintik dan panas pada mulut?

4. Diagnosa apakah yang kira-kira timbul pada kasus tersebut?

5. Mengapa rambut menjadi rontok dan mudah dicabut?

6. Apa yang menyebabkan sekret di pagi hari?

7. Mengapa butterfly rash terjadi di muka?

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 3

8. Keluhan pasien pada kasus sudah berat,perawatan apa saja yang harus diberikan?

9. Ada zat apa saja pada sinar matahari yang menyebabkan keluhan utama pada

pasien semakin terasa?

10. Apa saja tanda dan gejalanya?

11. Ada kemungkinan atau tidak tanda dan gejala menyebar kebagian tubuh lain?

12. Apa hubungan nyeri pada bibir dan mulut timbul bintik-bintik pada muka dengan

nyeri sendi?

13. Apa yang menyebabkan konjunctiva anemis infeksi?

14. Pemeriksaan diagnostik tambahan?

15. Ada kemungkinan atau tidak penyakit tersebut terjadi pada laki-laki atau ibu?

16. Pendidikan kesehatan yang di butuhkan?

2.4 Step 3

1. - Efek dari sinar UV,Kalau malam hari tidak timbul.

-Karena proses metabolisme disiang hari lebih banyak di bandingkan pada malam

hari,pada malam hari bisa timbul tetapi tidak terlalu terlihat.

2. Karena sistem imun menurun dan pasien kekurangan vitamin C

3. Karena sistem imunnya menurun

4. SLE (sistemik lupus erimatrosis)

5. Karena di bagian kulit kepala kurang nutrisi,menyebabkan panas dan rambut

menjadi rontok.

6. Karena adanya infeksi konjuctiva.

7.

8. - di berikan penkes: nutrisi di perbaiki,tidak boleh terkena sinar matahari,olahraga

ringan.

- Perawatan tergantung parahnya penyakit,kalau sudah parah pasien harus

dirawat di Rumah Sakit karena sistem imun terganggu atau melemah.

9. Terdapat sinar UV (ultraviolet).

10. Nyeri sendi,anemia,mudah lelah,tekanan nafas berat,badan gatal dan panas,bintik-

bintik disekitar muka dan mulut pecah-pecah.

11. Memungkinkan,karena sistem imun terganggu maka dampaknya keseluruh tubuh.

12. Karena melemahnya sistem imun

13. Dilihat dari : TD = 100/60 mmHg Hb = 7,6 gr/dl

14. ANA (antinuclear antibodi)

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 4

15. Mungkin,90 % wanita usia produktif.

16. Makan makanan yang bergizi,Olah raga ringan,tidak keluar siang hari,memakai

payung,masker,memakai pakaian tertutup,menjaga kebersihan mulut.

2.5 Step 4 (Mind Map)

2.6 Step 5 (Learning Objective)

1. Makula eritema?

2. Mengapa butterfly rash terjadi di muka?

3. Mind map

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 5

SLE

Pemeriksaan ANA

ASKEPPATOFISIOLOGI

PENKES

Prinsip legal etik Pemeriksaan penunjang

KONSEP

Definisi

Etiologi

Pengobatan

Tanda dan gejala Klasifikasi

Komplikasi

2.7 Step 7 (Reporting)

LO ( Learning Objection)

1. Makula eritema adalah suatu kondisi kulit akut,selft limited dan kadang-kadang

rekuren karena reaksi hipersensitivitas tive IV yang berhubungan dengan

infeksi,medikasi,dan berbagai pemicu lain yang menyebabkan kulit kemerahan.

2. Pada lupus Diskoid,secara khas hanya kulit yang terlibat.kulit yang memerah (skin

rash) pada lupus diskoid sering kali ditemukan pada kulit muka dan kulit

kepala,karena kepekaan yang tidak biasa oleh sinar matahari ( sinar ultraviolet) atau

photosensitivitas.

MIND MAP

Definisi :

Lupus adalah suatu kondisi inflamasi kronik yang disebabkan oleh penyakit

autoimun.

Penyakit lupus merupakan penyakit kelebihan kekebalan tubuh. Penyakit lupus terjadi

akibat produksi anti-bodi yang berlebihan, sehingga tidak berfungsi menyerang virus,

kuman atau bakteri yang ada di tubuh, melainkan justru menyerang sistem kekebalan

sel dan jaringan tubuh sendiri. Jika jaringan kulit saja yang terlibat, disebut diskoid

lupus, jika organ-organ dalam turut terlibat, ia dikenali sebagai lupus eritematosus

sistemik.

Etiologi:

Hingga kini, faktor penyebab hadirnya lupus di tubuh belum diketahui secara

pasti. Namun beberapa penelitian kemungkinan lupus hadir melalui beberapa faktor

diantaranya  :

1. Faktor Lingkungan

- Infeksi

- Stress

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 6

- Makanan

- Antibiotik (khususnya kelompok sulfa & penisilin)

- Ultraviolet

- Penggunaan obat-obat tertentu .

2. Faktor Genetik

Sampai saat ini, tidak diketahui gen-gen yang menjadi penyebabnya, lupus diturunkan

angkanya relatif kecil, kemungkinan hanya 10 % .

3. Faktor Hormon

Faktor hormonal bisa menjelaskan mengapa kaum hawa lebih sering terkena lupus

dibanding pria. Meningkatnya angka pertumbuhan penyakit lupus sebelum periode

menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung keyakinan bahwa hormon,

khususnya estrogen, menjadi pencetus lupus .

4. Faktor Sinar Matahari

Sinar matahari memancarkan sinar ultraviolet yang dapat merangsang peningkatan

hormon estrogen yang cukup banyak sehingga mempermudah terjadinya reaksi

autoimun .

Klasifikasi, Tanda dan Gejala :

1. Lupus Eritematosus Diskoid

 Paling sering menyerang dan merupakan lupus kulit dengan manifestasi beberapa

jenis kelainan kulit .

 Kelainan biasanya berlokalisasi simetrik di muka (terutama hidung, pipi), telinga

atau leher .

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 7

 Ruam kulit berupa makula eritem, berbatas jelas dengan sumbatan keratin pada

folikel-folikel rambut (follicular plugs). Bila ruam atau lesi di atas hidung dan pipi

berkonfluensi dapat seperti kupu-kupu (Butterfly Erythema) .

 Ruam biasanya tidak nyeri dan bukan penyakit gatal, tetapi bekasnya dapat

menyebabkan hilangnya rambut permanen. 5-10 % pasien dengan lupus diskoid

dapat berkembang menjadi lupus eritematosus sistemik .

 Ruam ini pulih dengan meninggalkan parut, diskoid lupus tidak serius dan jarang

sekali melibatkan organ-organ lain .

2. Lupus Eritematosus Sistemik

 Kriteria A.R.A (The American Rheumatism Association) 1982 :

1. Eritema fasial (butterfly rash)

2. Lesi diskoid

3. Fotosensitivitas

4. Ulserasi di mulut dan rinofaring

5. Arthritis (non erosif, mengenai dua atau lebih sendi perifer)

6. Serositis (pleuritis, pericarditis)

7. Kelainan ginjal :

- Proteinuri 0,5 g/dl atau > 3+

- Cellular cast : sel darah merah, Hb, granular, tubular atau mix

8. Kelainan neurologi : (kelelahan, psikosis)

9. Kelainan darah :

- Hemolitik anemia dengan retikulosit

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 8

- Leukopenia : <>L

- Trombositopenia <>L

10. Kelainan imunologi :

- Anti- DNA

- Anti-Sm

- Positif semu test serologik untuk sifilis

11. Anti-bodi antinuklear .

 Gejala atau Simptom

1. Sakit pada sendi (arthralgia) 95 %

2. Demam di atas 38oC 90 %

3. Bengkak pada sendi (arthritis) 90 %

4. Penderita sering merasa lemah, kelelahan (fatigue)

berkepanjangan 81 %

5. Ruam pada kulit 74 %

6. Anemia 71 %

7. Gangguan ginjal 50 %

8. Sakit di dada jika menghirup nafas dalam 45 %

9. Ruam bebentuk kupu-kupu melintang pada pipi dan hidung 42 %

10. Sensitif terhadap cahaya sinar matahari 30 %

11. Rambut rontok 27 %

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 9

12. Gangguan abnormal pembekuan darah 20 %

13. Jari menjadi putih/biru saat dingin (Fenomena Raynaud’s) 17 %

14. Stroke 15 %

15. Sariawan pada rongga mulut dan tenggorokan 12 %

16. Selera makan hilang > 60 % 

3. Lupus Obat

 Timbul akibat efek samping obat akan sembuh sendiri dengan memberhentikan

obat terkait, biasanya pemakaian obat hydralazine (obat hipertensi) dan

procanamide (untuk mengobati detak jantung yang tidak teratur).

 Hanya 4 % dari orang yang mengkonsumsi obat-obat yang bakal membentuk anti-

bodi penyebab lupus .

Komplikasi :

1. Serangan pada Ginjal

 Kelainan ginjal ringan (infeksi ginjal)

 Kelainan ginjal berat (gagal ginjal)

 Kebocoran ginjal (protein terbuang secara berlebihan melalui urin) .

2. Serangan pada Jantung dan Paru

 Pleuritis

 Pericarditis

 Efusi pleura

 Efusi pericard

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 10

 Radang otot jantung atau Miocarditis

 Gagal jantung

 Perdarahan paru (batuk darah) .

3. Serangan Sistem Saraf

a. Sistem saraf pusat

 Cognitive dysfunction

 Sakit kepala pada lupus

 Sindrom anti-phospholipid

 Sindrom otak

 Fibromyalgia .

b. Sistem saraf tepi

 Mati rasa atau kesemutan di lengan dan kaki

c. Sistem saraf otonom

 Gangguan suplai darah ke otak dapat menyebabkan kerusakan jaringan

otak, dapat menyebabkan kematian sel-sel otak dan kerusakan otak yang

sifatnya permanen (stroke). Stroke dapat menimbulkan pengaruh sistem

saraf otonom .

4. Serangan pada Kulit

 Lesi parut berbentuk koin pada daerah kulit yang terkena langsung cahaya

disebut lesi diskoid

 Ciri-ciri lesi spesifik ditemukan oleh Sonthiemer dan Gilliam pada akhir 70-

an :

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 11

- Berparut, berwarna merah (erythematosus), berbentuk koin sangat

sensitif terhadap sengatan matahari. Jenis lesi ini berupa lupus kult

subakut/cutaneus lupus subacute. Kadang menyerupai luka psoriasis

atau lesi tidak berparut berbentuk koin.

- Lesi dapat terjadi di wajah dengan pola kupu-kupu atau dapat mencakup

area yang luas di bagian tubuh

 Lesi non spesifik

- Rambut rontok (alopecia)

- Vaskullitis : berupa garis kecil warna merah pada ujung lipatan kuku dan

ujung jari. Selain itu, bisa berupa benjolan merah di kaki yang dapat

menjadi borok .

- Fotosensitivitas : pipi menjadi kemerahan jika terkena matahari dan

kadang di sertai pusing.

5. Serangan pada Sendi dan Otot

- Radang sendi pada lupus

- Radang otot pada lupus

6. Serangan pada Mata

7. Serangan pada Darah

 Anemia

 Trombositopenia

 Gangguan pembekuan

 Limfositopenia

7. Serangan pada Hati

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 12

Pengobatan:

Penatalaksanaan berdasarkan lokasi serangan :

1. Serangan pada Ginjal

Therapi :

Kortikosteroid (Prednison, Prednisolone, Metilprednisolone)

Sitostatik/Imunosupresif (Azatioprin, Siklofosfamide)

Hemodialisa

2. Serangan Sistem Saraf

Pengobatan dapat menggunakan : steroid, imunosupresan, anti

koagulan, antibiotik, anti konvulsan, anti depresi, konsultasi dengan

psikiater, atau operasi pembedahan.

3. Serangan pada Kulit

Pengobatan penyakit kulit akibat lupus eritematosus sistemik dapat

menggunakan : cream steroid, plester steroid untuk menutup luka

lupus, atau dengan suntikan steroid dosis tinggi.

Untuk luka akibat lupus yang menyebar luas, sering diobati dengan

hidroksikhloroquin (plaquenil) atau di kombinasi dengan steroid oral

dosis tinggi untuk waktu yang singkat.

Cream pelindung matahari digunakan untuk mencegah luka kulit

lupus.

Sebaiknya odapus menghindari paparan sinar matahari secara langsung

dalam waktu yang lama.

4. Serangan pada Sendi dan Otot

Radang sendi pada lupus dapat diobati : NSAIDs, seperti aspirin,

ibuprofen, dan naproxen.

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 13

Bila tidak efektif dapat digunakan obat-obatan anti malaria seperti

hidroksihloroquin (plaquenil) efektif untuk mengobati gejala kulit dan

sendi yang biasa terjadi pada lupus eritematosus sistemik.

Anti malaria juga dapat meredakan gejala ruam kulit dan sendi pada

pasien lupus

Penatalaksanaan secara umum :

Terapi Farmakologi

1. Kortikosteroid (prednison 1-2 mg/kg/hr s/d 6 bulan postpartum)

(metilprednisolon 1000 mg/24jam dengan pulse steroid th/ selama 3 hr, jika

membaik dilakukan tapering off).

2. AINS (Aspirin 80 mg/hr sampai 2 minggu sebelum TP).

3. Imunosupresan (Azethiprine 2-3 mg/kg per oral).

4. Siklofospamid, diberikan pada kasus yang mengancam jiwa 700-1000 mg/m

luas permukaan tubuh, bersama dengan steroid selama 3 bulan setiap 3

minggu.

5.Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama

kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.

6. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringanSL

7. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun

Penderita SLE tidak dapat sembuh sempurna (sangat jarang didapatkanremisi yang

sempurna).

Terapi Non-Farmakologi

Terapi terdiri dari terapi suportif yaitu diet tinggi kalori tinggi protein dan pemberian vitamin.

Beberapa prinsip dasar tindakan pencegahan eksaserbasi pada SLE, yaitu:

1. Monitoring teratur 

2. Penghematan energi dengan istirahat terjadwal dan tidur cukup

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 14

3. fotoproteksi dengan menghindari kontak sinar matahari atau dengan pemberian sun screen

lotion untuk mengurangi kontak dengan sinar matahari

4. Atasi infeksi dengan terapi pencegahan pemberian vaksin dan antibiotik

yangadekuat.

5. Rencanakan kehamilan/hindari kehamilan .

Pemeriksaan Penunjang :

1. Patologi Anatomi

 Epidermis atrofi

 Degenerasi pada junction dermal-epidermal

 Dermis edema

 Infiltrat limfositosis dermal

 Degeneratif fibrinoid dari jaringan konektif dan dinding pembuluh darah.

2. Imunofloresensi Kulit

 LBT (lupus band test)

 Direct imunofloresensi demonstrasi IgG, IgM, C3 .

3. Serologi

 ANA positif

 Anti double strand DNA antibodies

 Anti-Sm antibodies dan rRNP antibodies specific

 Anti-kardiolipin auto anti-bodi .

4. Hematologi

 Anemia

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 15

 Limpopenia

 Trombositopenia

 Elevasi ESR

5. Urinalisa

 Proteinuria .

Pemeriksaan ANA (anti-nuclear antibodies) :

Anti-nuklir antibodi (juga dikenal sebagai anti-nuclear factor atau ANF) adalah

autoantibodi yang mempunyai kemampuan mengikat pada struktur-struktur tertentu didalam

inti (nukleus) dari sel-sel lekosit. ANA yang merupakan imunoglobulin (IgM, IgG, dan IgA)

bereaksi dengan inti lekosit menyebabkan terbentuknya antibodi, yaitu anti-DNA dan anti-D-

nukleoprotein (anti-DNP). Anti-DNA dan anti-DNP hampir selalu dijumpai pada penderita

SLE. Temuan anti-DNA akan berfluktuasi bergantung pada proses penyakit ini, yang disertai

dengan remisi dan eksaserbasi. Anti-DNA 95% dapat ditemukan pada penderita nefritis

lupus.

Uji ANA merupakan skrining untuk lupus eritematosus sistemik (SLE) dan penyakit

kolagen lainnya. Kadar total ANA juga dapat meningkat pada penyakit skleroderma,

rheumatoid arthritis, sirosis, leukemia, mononukleosis infeksiosa, dan malignansi. Untuk

mendiagnosis lupus, temuan uji ANA harus dibandingkan dengan hasil uji lupus lainnya.

Masalah Klinis :

ANA ditemukan pada pasien dengan sejumlah penyakit autoimun, seperti SLE

(penyebab tersering), sklerosis sistemik progresif (PSS), sindrom Sjörgen, sindrom CREST,

rheumatoid arthritis, skleroderma, mononukleosis infeksiosa, polymyositis, 's tiroiditis

Hashimoto, juvenile diabetes mellitus, penyakit Addison, vitiligo, anemia pernisiosa,

glomerulonefritis, dan fibrosis paru.

ANA juga dapat ditemukan pada pasien dengan kondisi yang tidak dianggap sebagai

penyakit autoimun klasik, seperti infeksi kronis (virus, bakteri), penyakit paru (fibrosis paru

primer, hipertensi paru), penyakit gastrointestinal (kolitis ulseratif, penyakit Crohn, sirosis

bilier primer, penyakit hati alkoholik), kanker (melanoma, payudara, paru-paru, ginjal,

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 16

ovarium dan lain-lain), penyakit darah (idiopatik trombositopenik purpura, anemia

hemolitik), penyakit kulit (psoriasis, pemphigus), serta orang tua dan orang-orang dengan

keluarga dengan riwayat penyakit reumatik.

Banyak obat yang bisa merangsang produksi ANA, seperti prokainamid (Procan SR),

antihipertensi (hidralazin), dilantin, antibiotik (penisilin, streptomisin, tetrasiklin), metildopa,

anti-TB (asam p-aminosalisilat, isoniazid), diuretik (asetazolamid, tiazid), kontrasepsi oral,

trimetadion, fenitoin. ANA yang dipicu oleh obat-obatan disebut sebagai drug-induced ANA.

Prosedur:

Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk menguji ANA. Salah satu metode yang

dipakai adalah imunofluorensensi tak langsung yang dinamakan Fluorescent Antinuclear

Antibodi Test atau FANA. Prosedur ini dapat mengidentifikasi autoantibodi terhadap DNA,

histon, atau antigen nuklear yang dapat larut. Antibodi yang dilekati zat fluorenscen diamati

di bawah mikroskop dan menentukan pola dan intensitas fluoresensinya. Pada uji ini, serum

diinkubasi pada suatu slide berisi sel epitel manusia monolayer (Hep-2 cell line). Jika

terdapat antibodi, ia mengikat inti sel. Ikatan antibodi dideteksi dengan menambahkan anti-

human IgG fluorescent. Sel yang positif menunjukkan fluoresensi hijau terang dengan pola

pewarnaan yang berbeda. Sampel awalnya diuji pada pengenceran 1:160. Sampel yang positif

kemudian diencerkan dan pola fluoresensi dan titer dilaporkan. Titer adalah pengenceran

tertinggi dari serum yang masih menunjukkan pewarnaan imunofluoresensiinti.

Ada empat pola pewarnaan fluorescen mikroskopik dalam nukleus sel yang umumnya

digunakan, yaitu homogen, berbintik, nukleolar, dan sentromer, yang menunjukkan distribusi

karakteristik. Pola homogen ditunjukkan dengan pewarnaan yang seragam di seluruh nukleus,

pola ini disebabkan oleh antibodi melawan DNA atau histon, atau kombinasi keduanya.

Pola berbintik atau berbercak adalah pola pewarnaan yang terletak pada nukleus,

tetapi terdiri dari globul-globul interseksi kecil. Pola ini disebabkan karena antibodi melawan

antigen selain DNA dan histon. Antigen-antigen ini disebut soluble atau extractable nuclear

antigen (ENA), yang mencakup Sm (awalnya sesuai dengan nama pasien Smith yang

menderita SLE) dan RNP (ribonukleoprotein). Titer tinggi antibodi anti-Sm mendukung SLE,

sedangkan antibodi anti-RNP mendukung penyakit jaringan ikat campuran (MTCD) serta

SLE, sindrom Sjörgen dan beberapa gangguan reumatik lain. Varian lain dari pola berbercak

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 17

adalah antibodi melawan antigen nuklear sel yang berproliferasi (PCNA). Antibodi PCNA

sangat spesifik untuk SLE, tetapi hanya sekitar 3% pasien SLE memiliki antibodi PCNA.

Pola nukleolar melengkapi pola berbercak sesungguhnya, yaitu memperlihatkan

deposisi daerah yang tepat yang negatif pada pola berbercak. Antigen pada kasus ini adalah

RNA nukleolar. Walaupun bisa terjadi pada SLE, pola nukleolar lebih spesifik untuk

skleroderma yang juga disebut sklerosis sistemik progresif (PSS), suatu gangguan progresif

yang melibatkan fibrosis dan degenerasi kulit, pembuluh darah, otot, sendi dan organ lain

(visera).

Selain bereaksi dengan antigen nukleolar, autoantibodi yang khas untuk PSS juga

bereaksi dengan sentromer dari tiap kromosom. Pola sentromer terdiri dari titik-titik positif

kecil multipel yang tersebar merat di seluruh nukleus sel interfase, tetapi segaris dengan

kromosom pada sel metafase. Pola sentromer spesifik untuk sindrom CREST.

Namun, beberapa tahun terakhir, pemakaian pola pewarnaan tersebut untuk

kepentingan klinis telah berkurang. Hal ini karena reaktivitas antigenik (pola fluoresens) yang

berbeda dan klasifikasi penyakit rematik sangat tumpang tindih, disamping telah tersedianya

tes autoantibodi yang lebih spesifik. Penting bagi laboratorium yang mengerjakan

pemeriksaan ANA untuk mengenali antibodi dengan baik dan mengklasifikasikannya dengan

tepat untuk mencegah kerancuan dengan autoantibodi yang bermakna klinis sesungguhnya.

Selain dengan FANA, uji ANA juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode ELISA

(Enzyme Linked Immunosorbent Assay) yang dianggap sensitif dengan biaya yang lebih

rendah.

Sampel untuk pengujian ANA adalah serum. Kumpulkan 3-5 ml darah vena dalam

tabung bertutup merah. Lakukan pemusingan dan pisahkan serumnya. Hindari terjadinya

hemolisis. Tidak ada pembatasan asupan makanan atau minuman sebelum dilakukan

sampling. Catat obat yang dikonsumsi pasien yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium.

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 18

Nilai Rujukan :

HASIL NORMAL : Negatif ( kurang dari 20 Units)

HASIL ABNORMAL : Equivocal : 20 – 60 Units, Positif : lebih dari 60 Units atau titer

1/160 atau lebih.

Nilai rujukan untuk tiap laboratorium mungkin bisa berbeda.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Hasil Laboratorium :

• Obat-obatan tertentu yang mempengaruhi hasil pengujian (lihat pengaruh obat)

• Proses penuaan dapat menyebabkan peningkatan kadar ANA.

Penkes:

1. Menyarankan untuk menghindari perubahan cuaca karena mempengaruhi proses

inflamasi.

2. Menyarankan untuk menghindari stress dan trauma fisik.

3. Menganjurkan untuk menghindari pajanan matahari pada pukul 10.00 – 15.00 ,dan

apabila ke luar rumah sarankan untuk memakai baju yang tertutup,menggunakan

payung,kaca mata,masker dan tabir surya.

4. Menganjurkan untuk menghindari kontrasepsi atau obat lain yang mengandung

hormon estrogen.

5. Meningkatkan pola hidup sehat dan memotong kuku secara teratur.

Prinsip Legal dan Etik:

TEORI ETIK

a. Utilitarian

Kebenaran atau kesalahan dari tindakan tergantung dari konsekwensi atau akibat tindakan

Contoh : Mempertahankan kehamilan yang beresiko tinggi dapat menyebabkan hal yang

tidak menyenangkan, nyeri atau penderitaan pada semua hal yang terlibat, tetapi pada

dasarnya hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya.

b. Deontologi

Pendekatan deontologi berarti juga aturan atau prinsip. Prinsip-prinsip tersebut antara lain

autonomy, informed consent, alokasi sumber-sumber, dan euthanasia.

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 19

PRINSIP-PRINSIP ETIK

a. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan

mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki

kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang

harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap

seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara

rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut

pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai

hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan

pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan

peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan

kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang

menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam

prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar

praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi

pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk

meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan

kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi

akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan

materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu

yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun

demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran

seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya

hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 20

mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran

merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

f. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap

orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia

klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen

yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang

menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan

kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

g. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi

klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh

dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh

informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi

tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang

klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat

dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 21

Patofisiologi :

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 22

Pengkajian:

-Biodata :

Nama : Ny.M

Jenis Kelamin : Perempuan

-Keluhan Utama : Mata dan muka terasa panas dan gatal disertai nyeri pada bibir dan

mulut,timbul bintik-bintik pada muka dan badan pada muka dan badan,keluhan gatal tersebut

semakin jelas apabila terkena sinar matahari.

-Riwayat Kesehatan Sekarang : Terdapat kotoran pada mata terutama pada pagi hari,mulut

dirasakan dirasakan panas dan pecah-pecah dan terkadang mengeluarkan darah.

-Riwayat Kesehatan Masalalu : Nyeri sendi sudah lama di rasakan.

-Riwayat Kesehatan Keluarga : -

-Pemeriksaan Fisik : TD = 100/60

Nadi = 96 x/menit

Suhu = 36,4˚C

RR = 24 x/menit

Rambut = Rontok,mudah dicabut

Wajah = Butterfly Rash

Mata = Nyeri,sekret (+),injeksi konjictiva (+),konjunctiva anemis.

-Pemeriksaan Laboratorium : Hb = 7,6 gr/dl

LED = 62 mm/jam

Leukosit = 2400/ml

-Pengobatan : -

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 23

Analisa Data :

Data yang menyimpang Etiologi Masalah

DO:

-Mata dan muka terasa panas

dan gatal disertai nyeri pada

bibir dan mulut,timbul

bintik-bintik pada muka dan

badan pada muka dan

badan,keluhan gatal tersebut

semakin jelas apabila terkena

sinar matahari.

- mulut dirasakan dirasakan

panas dan pecah-pecah dan

terkadang mengeluarkan

darah.

DS:

wajah butterfly rash,bibir

terasa terbakar,dada dan

perut ditemukan makula

eritema. Hb= 7,6 gr/dl,LED =

62 mm/jam

Inflamasi

Pelepasan mediator kimia (histamin)

Relaksasi otot polos

Vasodilatasi

Hiperemia

Kemerahan – cahaya matahari

Gatal-gatal,butterfly rash,dan ruam diseluruh

tubuh

Gangguan integritas kulit

Gangguan integritas kulit

DS :

Nyeri pada bibir dan

mulut,mulut terkadang

Mengeluarkan darah ,nyeri

sendi sudah lama dirasakan.

DO:

Mata nyeri

Inflamasi pada sendi

Pelepasan mediator kimia (PG dan BK)

Mengiritasi saraf sensorik

Dipersepsikan sebagai nyeri

Gangguan citra diri

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 24

(butterfly rash,gatal-gatal,dan ruam diseluruh

tubuh)

Perubahan fisik

Gangguan citra diri

DS :

Nyeri pada bibir dan

mulut,mata dan muka terasa

panas.

DO :

Mata : nyeri

Sistem muskuloskeletal

Degradasi jaringan

Terbentuk endapan pada sendi

Atralgia atritis

Pembengkakan sendi

Nyeri tekan ,nyeri ketika gerak

Nyeri

Nyeri

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 25

Asuhan Keperawatan :

N

o

Diagnosa

Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan

integritas kulit

b.d perubahan

fungsi baner

kulit,penumpuka

n kompleks

imun

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan pasien

dapat menunjukan

peningkatan

penyembuhan dan

mencegaaah

komplikasi dengan

kriteria hasil :

-menjaga

kebersihan di

daerah lesi

-memakai alat

pelindung kulit

yang

menyebabkan

iritasi / infeksi

berulang

-kaji setiap hari ,catat

warna,turgor,sirkulasi

dan sensasi

-instruksikan dalam

hygiene kulit

-ajarkan klien untuk

melindungi kulit sehat

terhadap kemungkinan

maserasi

-nasehati pasien untuk

menggunakan preparat

tabir surya

Kolaborasi :

Berikan obat sesuai

indikasi misalnya NSAID

dan kortikosteroid

-menentukan garis

dasar

-mempertahankan

kebersihan kulit

agar tidak tidak

terjadi infeksi

berulang

-dapat mengurangi

resiko akibat

paparan sinar

matahari

-dapat mengurangi

kontaminasi

bakteri,meningkatk

an proses

penyembuhan.

2. Gangguan citra

diri b.d

perubahan dan

ketergantunagn

fisik

Klien dapat

rekonsiliasi antara

konsep diri dan

perubahan fisik

serta psikologis

yang di akibat kan

penyakit kronik.

-bantu klien untuk

mengenali unsur-unsur

pengendalian gejala

penyakit dan

penanganannay

-dorong verbalisasi

perasaan,persepsi,dan

rasa takut

-bantu kenali koping

-hal tersebut dapat

membantu klien

agar dapat mandiri

dalam mengatasi

masalah

kesehatannya

sendiri

-dengan

mengungkapkan

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 26

klien yang efektif semua

perasaan,rasa takut

dan lainnya dapat

teratasi

-koping efektif

mengurangi cemas

pada klien

3. Nyeri b.d

inflamasi

/kerusakan

jaringan

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan pasien

dapat menunjukan

peningkatan

kesembuhan,deng

an kriteria :

-mengungkapkan

keluhan dan

keluhannya hilang

-menunjukan

wajah rileks

-dapat istirahat

dan pola tidur

adekuat

-kaji keluhan

nyeri,perhatikan

lokasi/karakter dan

intensitas (skala 0-10)

-dorong ekspresi

perasaan tentang nyeri

-gunakan manajemen

stress

Kolaborasi:

Berikan obat sesuai

indikasi,misalnya:analges

ik

-sebagai penunjang

intervensi

selanjutnya

-dapat menunjukan

penurunan distres

fisik dan emosi dan

dapat meningkatkan

relaksasi dan rasa

kontrol yang dapat

-memberikan

kenyamanan dan

meningkatkan

mekanisme koping

-diberikan untuk

nyeri ringan dan

tidak hilang dengan

tindakan

kenyamanan

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 27

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lupus merupakan suatu kondisi inflamasi kronik yang disebabkan oleh penyakit

autoimun. Ia muncul karena adanya aktivitas sistem kekebalan tubuh (zat anti-bodi) yang

berlebihan. Anti-bodi yang sebenarnya adalah benteng pertahanan terhadap berbagai

gangguan penyakit, pada lupus justru bertingkah “aneh”. Salah satu faktor di bagian kulit

adalah pengaruh cahaya sinar matahahari.

Tahap awal gejala yang ditimbulkan mirip gejala penyakit pada umumnya,

misalkan demam tinggi, peradangan pada kulit, sariawan, radang sendi atau radang pada

sendi dan otot. Tidak heran jika banyak orang yang menduga bahwa dirinya hanya

sekedar mengalami gangguan kesehatan biasa, seperti rematik, tifus atau gejala penyakit

lain. Oleh karena itu, lupus kerap dijuluki sebagai “si peniru ulung”.

Menghadapi kasus lupus diperlukan banyak penanganan berbeda. Namun yang

terpenting, jika seseorang diketahui telah menemukan empat dari sebelas kriteria lupus

diatas, hendaknya segera memeriksakan diri secara seksama ke dokter untuk mendapat

perawatan intensif serta pengobatan yang cepat dan tepat guna.

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 28

DAFTAR PUSAKA

1. Doenger,Maylih .E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.EGC:Jakarta.

2. http://www.medicinet.com/systemiclupus

3. http://www.scrib.com/doc/62400839/askep-kita-SLE

4. Betz,Cecily L.2002.Buku Saku Keperawatan Pediatric e/3.EGC:Jakarta.

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 29

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkann rahmat dan karunia-Nya karena penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan SGD kasus 2 ‘SLE (sistemik lupus erimatrosis). Disusun untuk memenuhi standar

proses pembelajaran pada mata kuliah Immune and Hematology System II.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Eriati,S.Kp.,M.Kep., selaku koordinator mata kuliah Immune and Hematology

System II;

2. Ibu Restuning Widiasih,S.Kp.,M.Kep. , selaku Tutor yang membimbing dalam proses

Small Group Disscution pada kasus 6;

3. Pihak lain yang tidak dapat penulis kemukakan satu per satu, terima kasih atas

dukungannya. Semoga Tuhan Yang maha Esa memberikan balasan yang lebih baik.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan di

hari kemudian.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses

pembelajaran di Fakultas Keperawatan.

Jatinangor, Oktober 2012

Penulis

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 30

DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................... i

Daftar isi............................................................................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan......................................................................................................................... 1

1.3 Identifikasi Masalah.................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Kasus.................................................................................................................... 3

2.2 Step 1..................................................................................................................... 3

2.3 Step 2.................................................................................................................... 3

2.4 Step 3................................................................................................................... 4

2.5 Step 4.................................................................................................................. 5

2.6 Step 5................................................................................................................... 5

2.7 Step 7.................................................................................................................

- LO- MIND MAP (definisi,etiologi,klasifikasi,tanda dan

gejala,komplikasi,pengobatan,pemeriksaan penunjang,pemeriksaan ANA,penkes,prinsif egal dan etik,patofisiologi,asuhan keperawatan)

6

BAB 3 PENUTUP

3.1 Simpulan..................................................................................................................... 28

Daftar Pustaka................................................................................................................... 29

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 31

Makalah Immune and hematology System II| Tutor 4 32