Makalah Logika MM Elementer
-
Upload
deroowahidah -
Category
Documents
-
view
289 -
download
14
description
Transcript of Makalah Logika MM Elementer
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak sekali argumen-argumen yang valid, namun validasinya tak dapat kita
uji dengan hanya menggunakan metode yang telah di pelajari. Sebagai contoh, kita
tak dapat memeriksa validasi argumen berikut dengan bukti formal :
Semua kucing adalah hewan menyusui
Pupy adalah seekor kucing
Jadi Puppy adalah hewan menyusui
Validasi argumen yang demikian tergantung pada sturktur logis pernyataan
non majemuk tersebut dan pada makna yang terkandung di dalamnya. Untuk
menguji argumen yang demikian, kita harus mengembangkan suatu metode baru.
Premis kedua pada argumen diatas merupakan pernyatan tunggal (singular
proposisi). Pada pernyataan ini “Puppy” merupakan subyek, sedangkan “adalah
seekor kucing” merupakan predikat. Setiap pernyataan tunggal, masing-masing
bagiannya (subjek dan predikat) mempunyai tafsiran yang tergantung pada
hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lainnya, misalnya bagaimana
subjek dijelaskan oleh predikatnya.
Dalam memberi simbol terhadap pernyataan tunggal, kita menggunakan huruf
kecil dari a sampai z, dan biasanya kita gunakan huruf pertama dari bagian
pernyataan yang sedang dibicarakan. Bagi ciri-ciri khusus penyataan itu sendiri
kita gunakan huruf kapital (huruf balok). Untuk argumen diatas, kita menyatakan
“Puppy “ dengan “P” sedangkan “seeokor kucing” dengan “K” dan hewan
menyusui” dengan “H”.
Untuk memberi simbol pada pernyataan tunggal, kita dapat memberi notasi
bagi predikatnya, dengan meletakkan simbol predikat ini di sebelah kiri
subyeknya.
Contoh 1 :
1. “Puppy adalah seekor kucing” dinotasikan dengan “Kp”.
2. “Puppy adalah hewan menyusui” dinotasikan dengan “Hp”.
3. “California adalah manusia” dinotasikan dengan “Mc”.
4. Misalkan “Aryanti” dilambangakan “a” , “Bram” dengan “b” dan “Chica”
dengan “c” , serta “manusia” dengan “M” . maka notasi untuk penyataan
tunggal berikut :
1
a) Aryanti adalah manusia.
b) Bram adalah manusia.
c) Chica adalah manusia.
Adalah :
a) Ma
b) Mb
c) Mc
Pada contoh ini ketiga pernyataan tunggal tersebut dilambangkan dengan dua
huruf, huruf pertama dengan “M” yang dinyatakan dengan “seorang manusia” dan
huruf kedua yakni “a” , “b” , dan “c” yang menyatakan siapa yang menjadi
manusia tesebut, yang berfungsi sebagai subjek dengan dijelaskan oleh predikat M
itu sendiri. Lambang umum untuk ketiga pernyataan tunggal ini dapat kita
nyatakan dengan ‘Mx” , dimana x adalah variabel individual yang dapat kita ganti
dengan konstanta individual. Ma, Mb, dan Mc pada contoh diatas adalah bentuk
khusus sebagai hasil sustitusi dari mx untuk x=a,x=b,x=c.
Pernyataan tunggal Ma, Mb, Mc dan sebagainya mempunyai nilai kebenaran
B (benar) atau S (salah), sedangkan “Mx” bukan pernyataan, sebab tidak benar dan
salah pun tidak. Ungkapan seperti “Hx” dinamakan fungsi proposisi” (dalam
buku ini untuk fungsi pernyataan digunakan istilah proposisi, sedangkan
pernyataan dan proposisi dianggap sama). Bentuk “Hx” akan menjadi
pernyataan jika variabel individualnya diganti dengan konstanta individual.
Suatu pernyataan tunggal dapat dianggap sebagai “substitucion instance” dari
fungsi proposisi yang diperoleh dengan cara mensubtitusikan konstanta individual
terhadap variabel-variabel individualnya dalam fungsi proposisi tersebut. Proses
untuk memperoleh sebuah pernyataan dari fungsi proposisi yang diperoleh dengan
cara mensubtitusikan sebuah konstanta individual pada variabel individualnya
dinamakan instatiasi (instantiation).
Kita dapat melakukan Instatiasi dari unkapan Hx, misalnya :
a) Aryanti adalah bukan manusia.
b) Bram adalah bukan manusia.
a) Chica adalah bukan manusia
Dengan simbul masing-masing : “ Ma , Mb ,Mc
2
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian Kalimat Berkuantor ?
2. Jelaskan Kuantor Umum ?
3. Jelaskan Kuantor Khusus ?
4. Jelaskan Negasi Pernyataan Berkuantor ?
5. Kemukakan 4 (empat) Pernyataan dalam Logika Tradisional ?
6. Jelaskan Pernyataan yang mengandung Relasi?
7. Jelaskan Pembuktian Validitas Argumen Berkuantor ?
8. Jelaskan kekecualian pada aturan Inferensi ?
9. Jelaskan Pembuktian Invaliditas Argumen berkuantor ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Kalimat Berkuantor
2. Mahasiswa dapat mengetahui Kuantor Umum
3. Mahasiswa dapat mengetahui Kuantor Khusus
4. Mahasiswa dapat mengetahui Negasi Pernyataan Berkuantor
5. Mahasiswa dapat mengetahui 4 (empat) Pernyataan dalam Logika Tradisional
6. Mahasiswa dapat mengetahui Pernyataan yang mengandung Relasi
7. Mahasiswa dapat mengetahui Pembuktian Validitas Argumen Berkuantor
8. Mahasiswa dapat mengetahui kekecualian pada aturan Inferensi
9. Mahasiswa dapat mengetahui Pembuktian Invaliditas Argumen berkuantor
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. KALIMAT BERKUANTOR
Kalimat Berkuantor adalah kalimat yang memuat ekspresi kuantitas
obyek yang terlibat, misalnya : semua, ada, beberapa, tidak semua, dan lain-
lain.
2.2. KUANTOR UMUM
Pernyataan “Semua manusia adalah fana” dapat dinyatakan dengan
“untuk setiap obyek, obyek itu fana”
Kata “obyek itu” adalah sebagai ganti “obyek” sebelumnya kata ini
dinamakan variabel individual, yang dapat kita ganti dengan lambang “x” ,
sehingga kita peroleh :
“Untuk setiap x, x adalah fana”
Lebih singkat lagi sesuai dengan cara pemberian simul pada pernyataan
tunggal,, kita peroleh “
“Untuk setiap x, Mx”.
Ungkapan “Untuk setiap (semua) x” disebut Kuantor Universal atau Kuantor
Umum (Universal Quantifier), dan diberi simbul dengan “( x). Dengan simbul
baru ini kita dapat melengkapi simbulasi pernyataan umum pertama tadi
dengan notasi : ( x) Mx .
Notasi ( x) Mx, di baca “untuk setiap x, x mempunyai sifat “M”, atau
“untuk setiap x,berlaku Mx”. Akibat adanya Kuantor x, maka Mx menjadi
kalimat tertutup.
Contoh :
1. Misalkan Mx : x + 2 > 0, Maka M ( - ½ + 2 > 0 adalah pernyataan
benar (B).
2. Misalkan X adalah bilangan Real, maka ( x) [ x2 + 2 > 0 ] mempunyai
nilai kebenaran B (benar).
3. Misalkan X adalah bilangan Real, maka ( x) [ x2 + 2 = 0 ] mempunyai
nilai kebenaran salah (S).
4
2.3. KUANTOR KHUSUS
Seperti halnya dalam menyusun ungkapan pernyatan umum pada Kuantor
umum , kita dapat melakukan hal yang serupa untuk pernyataan “ sesuatu adalah
fana”, dengan “
Ada paling sedikit satu yang fana.
Ada sekurang-kurangnya satu yang fana.
Ada paling sedikit satu obyek, sedemikian rupa sehingga obyek itu adalah
fana.
Ada paling sdikit satu x, sedemikian sehingga x adalah fana.
Lebih singkat lagi , dapat di tulis :
Ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga Mx.
Pernyataan “ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa sehingga” , atau “ada
sekurang-kurangnya satu x, sedemikian rupa sehingga “dinamakan “Kuantor
Khusus” atau “Kuantor Eksistensial (Existential Quantifier), dan diberi simbul “
( x) Mx.
Pernyataan “( x) Mx. Di baca : ada paling sedikit satu x, sedemikian rupa
sehinnga Mx, atau beberapa x, sehingga berlaku Mx.
Contoh :
1. (x) [ x2 + 1 = 0], di baca “ada paling sedikit satu x, sehingga x2 + 2 = 1”,
nilai kebenaran pernyataan ini adalah (S)
contoh
2. (x) [2 x + 5 ≠ 2 + 2x], dibaca “ada paling sedikit satu x, sehingga
2 x + 5 ≠ 2 + 2x” , nilai kebenarannya adalah benar (B).
Kuantifikasi eksistensial dalam fungsi proposisi adalah benar jika dan hanya
jika sekurang-kurangnya satu subtitution instancenya benar. Jika ( x) Mx benar,
maka (x) Mx benar pula.
2.4. NEGASI PERNYATAAN BERKUANTOR
Perhatikan 2 pernyataan di bawah ini :
1) Beberapa mahasiswa menganggap Kalkulus sukar.
2) Tak ada mahasiswa yang suka menyontek.
Pernyataan (1) merupakan negasi dari “semua mahasiswa tak menganggap
kalkulus sukar”, sedangkan pernyataan (2) merupakan negasi dari “beberapa
mahasiswa suka menyontek”.
5
Pada pernyataan-pernyataan diatas , yakni pernyataan (2) merupakan negasi
dari “beberapa mahasiswa suka menyontek”.
Pada pernyataan-pertanyaan diatas, pertanyaan (2), yakni “tak ada mahasiswa
yang suka menyontek” sama dengan “semua mahasiswa tak suka menyontek”. Ini
berarti pernyataan (2) sebenarnya masih mempunyai bentuk Kuantor ( x) Mx.
Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa negasi Kuantor mempunyai
sifat-sifat berikut :
a) Negasi dari Kuantor Universal sebuah fungsi proposisi adalah logically
equivalent dengan kuantor universal dari negasi fungsi proposisinya.
b) Negasi dari Kuantor Eksistensial sebuah fungsi proposisi adalah logically
equivalent dengan kuantor universal dari negasi funsi proposisini
Dalam bentuk lambang, dapat kita nyatakan dengan :
c) ( x) Mx (x) Mx
d) (x) Mx ( x) Mx
Contoh
Tentukan negasi dari pernyataan berikut :dari pernyataan berikut :
1. Semua bilangan Cacah adalah bukan Bilangan Real.
2. Beberapa bilangan asli adalah bilangan Rasional.
3. Tak ada bilangan prima yang genap
4. Semua mahasiswa tak suka menganggur.
5. Tak ada guru yang senang jaipongan.
6. (x) (cos x0 + sin x0 = 1)
7. ( x) [ ( x + 1)2 = x2 + 2x + 1 ]
Jawab :
1. Beberapa bilangan Cacah adalah bukan bilangan Real.
2. Semua bilangan asli adalah bukan bilangan Rasional.
3. Beberapa bilangan prima ada yang genap.
4. Ada paling sedikit satu mahasiswa (seorang mahasiswa) yang suka
menganggur.
5. Beberapa guru ada yang suka jaipongan.
6. (x) (cos x0 + sin x0 ≠ 1)
7. (x) [ ( x + 1)2 ≠ x2 + 2x + 1 ]
6
2.5. EMPAT PERNYATAAN DALAM LOGIKA TRADISIONAL
Logika Tradisional menekankan 4 tipe pernyataan yang di ilustrasikan sebagai
berikut :
A : Semua ikan paus adalah hewan menyusui.
E : Tak ada ikan paus yang termasuk hewan menyusui.
I : Beberapa ikan paus adalah hewan menyusui .
O : Beberapa ikan paus tak termasuk hewan menyusui.
Pernyataan-pernyataan A, E, I, O berturut-turut di namakan “Affirmatif
Umum” (Universal Affirmatif), Negatif Umum” (Universal Negative), Affirmatif
Khusus” (Perticular Affirmative), dan “Negatif Khusus” (Perticular Negative).
a) Affirmatif Umum (Universal Affirmatif)
Perhatikan pernyataan di bawah ini :
A : Semua ikan paus adalah hewan menyusui.
“Untuk setiap (semua) obyek, jika obyek tersebut adalah ikan paus,
maka obyek tersebut adalah hewan menyusui”.
Kata “Obyek” dan “obyek tersebut” pada pernyataan diatas mewakili
sesuatu yang sama. Oleh karena itu dapat kita ganti dengan “x” sebagai
variabel, sehingga kita peroleh:
“Untuk setiap x, jika x adalah ikan paus, maka x adalah hewan menyusui”.
Dalam logika proposisi, pernyataan seperti seperti ini dapat ditulis
dengan :
“Untuk setiap x, x adalah ikan paus, maka x adalah hewan menyusui”.
Dapat dinotasikan : (x) (Hx Mx)
b) Negatif Umum” (Universal Negative)
Perhatikan pernyataan di bawah ini :
“Semua ikan paus, tak termasuk hewan menyusui”.
Dapat dinotasikan : (x) (Hx Mx)
c) Affirmatif Khusus” (Perticular Affirmative)
Perhatikan pernyataan berikut ini :
Beberapa ikan paus adalah hewan menyusui
Dapat dinyatakan dengan : “Paling sedikit ada satu obyek, sedemikian rupa
sehingga obyek tersebut adalah ikan paus dan termasuk hewan menyusui”.
Kata suatu obyek atau obyek ganti dengan variabel x :
7
“Paling sedikit ada satu x, sedemikian rupa sehingga x tersebut adalah ikan
paus dan termasuk hewan menyusui”.
Dapat dinotasikan dengan : (x) (Hx Mx)
d) Negatif Khusus” (Perticular Negative)
Perhatikan pernyataan berikut ini :
Beberapa ikan paus tak termasuk hewan menyusui
“Paling sedikit ada satu x, sedemikian rupa sehingga x tersebut adalah ikan
paus x tak termasuk hewan menyusui”. Dapat dinotasikan sebagai berikut
: (x) (Hx Mx).
2.6. PERNYATAAN YANG MENGANDUNG RELASI
Peryataan-pernyataan yang sanagt sulit untuk dinyatakan dengan bentuk
lambang secara tepat adalah pernyataan-pernyataan yang mengandung beberapa
relasi antara 2 obyek atau lebih.
Perhatikanlah pernyataan yang mengandung relasi tunggal berikut:
“Mahmud mencintai karlina”.
Atau
“Karlina mencintai Mahmud”.
Jika kita misalkan “a” sebagai lambing untuk “Mahmud”, “b” sebagai
lambing untuk “Karlina”, sedangkan “P” menyatakan relasi “mencintai”, maka kita
dapat membuat notasi untuk pernyataan diatas, yaitu Pab, dan yang mengandung
dengan Pba.
Beberapa pernyataan yang lebih rumit, perhatikan pernyataan-pernyataan yang
dinyatakan dengan:
(a) Mahmud mencintai semua gadis, da
(b) Semua gadis mencintai Mahmud.
Misalkan:
Qx : x adalah seorang gadis.
Maka pernyataan-pernyataan diatas dapat dilambnagkan dengan
(a) ( ∀x ) (Qx ∋ Pax), dan yang kedua dengan
(b) ( ∀x ) (Qx ∋ Pxa).
Catatan: jika penulisan x dan a tertukar, maka artinya akan berbeda pula.
Pernyataan-pernyataan yang jauh lebih rumit dan cara membuat lambangnya:
(a) Semua pria mencintai wanita;
(b) Semua wanita mencintai semua pria;
8
(c) Beberapa pria mencintai beberapa wanita;
(d) Beberapa wanita mencintai beberapa wanita.
Misalkan Rx : x adalah pria, dan Qy : y adalah wanita.
Maka kita dapat membuat lambing keempat pernyataan di atas sebagai berikut:
(a) ( ∀ x) ( ∀ y) [ (Rx ∩ Qy) ∋ (Pxy)];
(b) ( ∀ x) ( ∀ y) [ (Rx ∩ Qy) ∋ (Pyx)];
(c) ( ∃ x) (∃ y) (Rx ∩ Qy ∩ Pxy);
(d) ( ∃ x) (∃ y) (Rx ∩ Qy ∩ Pyx).
Ada pernyataan-pernyataan yang hamper mirip dengan pernyataan di atas, yakni:
(a) Semua pria mencintai beberapa wanita;
(b) Beberapa pria mencintai semua wanita.
Pernyataan (a) mengandung arti “paling sedikt ada seorang wanita, sedemikian
rupa sehingga setiap pria mencintainya”. Pernyataan ini dilambangkan dengan:
( ∃ x) [Qx ∩ ( ∀ y) (Ry ∋ Pyx)].
Namun pernyataan ini mengandung arti yang sama pula dengan “Semua pria
mencintai paling sedikit seorang gadis”, yang justru simbulnya:
( ∀ x) [Ry ∋ ( ∃ x) (Qx ∩ Pyx)].
Dengan cara yang sejenis, beberapa pria mencintai semua wanita” pada
pernyataan (b), mengandung arti yang sama dengan “Ada paling sedikit seorang pria
sedemikian rupa sehingga mencintai semua wanita”, yang simbulnya:
( ∃ y) [Ry ∩ ( ∀ x) (Qx ∋ Pyx)].
Pernyataan ini dapat pula ditafsirkan “Semua wanita adalah sedemikian rupa
sehingga beberapa pria mencintainya”, yang diberi lambang:
( ∀ x) [Qx ∋ ( ∃ y) (Ry ∩ Pyx)].
Tipe pernyataan yang mengandung arti ganda (ambiguity) ini sangat penting kita
ketahui, agar kita dapat membubuhkan kuantor pada sebuah pernyataan sekaligus.
Untuk memperjelas cara penulisan kuantor pernyataan biasa dan pernyataan yang
berelasi, perhatikan table dibawah ini:
No Bentuk pernyataan Notasi1.2.3.4.5.6.7.8.
Semua P adalah QSemua P dan Q atau RSemua P dan Q adalah R atau STak ada P yang merupakan QBeberapa P adalah QBeberapa P tak merupakan Qa berelasi dengan bb berelasi dengan a
(∀ x) (Px ∋ Qx)(∀ x) [Px ∋ (Qx ∪ Rx)](∀ x) [(Px ∩ Qx) ∋ (Rx ∪ Sx)](∀ x) (Px ∋ Qx)(∃ x) (Px ∩ Qx)(∃ x) (Px ∩ Qx)RabRba
9
9.10.11.12.13.14.15.
16.
a berelasi dengna semua PSemua P berelasi dengan semua QSemua P berelasi dengan aSemua Q berelasi dengan semua PBeberapa P berelasi dengan beberapa QBeberapa Q berelasi dengan beberapa PSemua P berelasi dengan beberapa Q
Beberapa P berelasi dengan semua Q
(∀ x) (Px ∋ Rax)(∀ x) (∀ y) [(Px ∩ Qy) ∋ Rxy](∀ x) (Px ∋ Rxa)(∀ x) (∀ y) [(Px ∩ Qy) ∋ Ryx](∃ x) (∃ y) (Px ∩ Qy ∩ Rxy)(∃ x) (∃ y) (Px ∩ Qy ∩ Ryx)(∀ x) [Px ∋ (∃ x) (Qy ∩ Rxy)]atau:(∃ y) [Qy ∩ (∀ x) (Px ∋Rxy)](∃ y) [Px ∩ (∀ y) (Qy ∋Rxy)]atau:(∀ x) [Qx ∋ (∃ y) (Py ∩ Rxy)]
2.7. PEMBUKTIAN VALIDITAS ARGUMEN BERKUANTOR
Untuk menyusun bukti langsung validitas sebuah argument yang mengandung
kuantor dan fungsi proposisi, kita memerlukan aturan tambahan yang baru, yaitu:
(1) Universal Instation (UI)
Kuantor Umum sebuah fungsi proposisi hanya benar jika dan hanya jika semua
substation instance fungsi proposisinya benar. Dapat menyatakan aturan ini dengan
notasi:
(∀ x ) Mx∴Ma
di mana a adalah lambing individual
Contoh:
Perhatikanlah bukti langsung pembuktian validitas argument berikut:
Semua kucing adalah hewan menyusui.
Puppy adalah seekor kucing.
Jadi, Puppy adalah hewan menyusui.
Pembuktiannya dapat dilakukan sebagai berikut:
1. ( ∀ x) (Kx ∋ Hx)2. Kp / ∴ Hp.3. Kp ∋ Hp 1, UI.4. Hp 3, 2, MP.
(Pada contoh ini dimisalkan Kx : x adalah seekor kucing dan Hx : x adalah hewan
menyusui, sedangkan “p” sebagai wakil dari Puppy).
(2) Universeral Generelitation (UG)
Dalam rumus (aturan) Universeral Generelitation (UG), kita dapat menarik
konklusi generalisasi secara umum. Dengan demikian, jika “a” sebagai lambing
individual, maka “Ma” yang benar akan mengakibatkan adanya Mx yang benar pula.
10
Dalam bentuk lambing, UG dinotasikan dengan:
Ma∴ (∀ x ) Mx
(a adalah lambing individual)
Contoh:
Perhatikanlah argument di bawah ini.
Semua mahasiswa Matematika adalah manusia.
Tak ada manusia yang hidup seribu tahun.
Jadi, tak ada manusia Matematika yang hidup seribu tahun.
Penyusunan bukti formalnya dapat dilakukan sebagai berikut:
Misalkan Ax : x adalah orang mahasiswa matematika,
Bx : x adalah manusia,
Cx : x hidup seribu tahun.
1. ( ∀ x) (Ax ∋ Bx) Pr.2. ( ∀ x) (Bx ∋ Cx) Pr./∴ ( ∀ x) (Ax ∋ Cx).3. Aa ∋ Ba 1, UI.4. Ba ∋ Ca 2, UI.5. Aa ∋ Ca 3, 4, HS.6. ( ∀ x) (Ax ∋ Cx) 5, UG.
(3) Existensial Generalization (EG)
Kuantor Eksistensial sebuah fungsi proposisi adalah jika dan hanya jika fungsi
proposisi tersebut mempunyai paling sedikit sebuah substitution instance yang benar.
Inferensi dari suatu substitution instance yang benar yang menghasilkan Kuantor
Eksistensial sebuah fungsi proposisi yang benar pula. Aturan ini dinamakan
Existensial Generalization (EG), dan ditulis dengan:
Ma∴ (∃ x ) Mx
( a adalah lambing individual)
Dari uraian di atas kita dapat menarik kesimpulan, bahwa sebuah hasil substitusi
yang benar mengakibatkan adanya subuah fungsi proposisi yang benar pula dengan
melewati proses Generalisasi Khusus.
Contoh:
Perhatikan sebuah argument di bawah ini.
Setiap bilangan prima adalah bilangan asli.
Jadi, jika 2 adalah bilangan prima, maka beberapa bilangan prima adalah bilangan
asli.
Misalkan: Px : x adalah bilangan prima;
11
Ax : x adalah bilangan asli;
dan “2” dilambangkan dengan “d”,
maka validitas argumen di atas dapat disusun sebagai berikut:
1. ( ∀ x) (Px ∋ Ax) Pr./∴ Pd ∋ ( ∃ x) (Px ∩ Ax).2. Pd /∴ ( ∃ x) (Px ∩ Ax) (CP).3. Pd ∋ Ad 1, UI.4. Ad 3, 2, MP.5. Pd ∩ Ad 2, 4, Conj.6. ( ∃ x) (Px ∩ Ax) 5, EG.
(4) Existential Instantiation (EI)
Pada sebuah Kuantor Eksistensial sebuah fungsi proposisi paling sedikit ada
sebuah substitusi tertentu yang dapat menggantikan variable “x” pada fungsi
proposisi tersebut, yang akan menghasilkan sebuah substitution instance. Aturan yang
digunakan di dalamnya yaitu:
(∃ x ) Mx∴My
(y adalah sebuah konstanta individual selain “a” yang tak pernah muncul dalam
pembuktian yang sedang kita lakukan).
Aturan ini dikenal dengan nama Existential Instantiation (EI).
Contoh:
Perhatikan argumen berikut:
Semua mahasiswa pemenang bea siswa adalah mahasiswa yang berprestasi.
Beberapa mahasiswa matematika adalah pemenang beasiswa.
Jadi, beberapa mahasiswa Matematika adalah mahasiswa yang berprestasi.
Dalam lambang, pembuktian argumen ini dapat disajikan seperti berikut:
1. ( ∀ x) (Px ∋ Bx) Pr2. ( ∃ x) (Mx ∩ Px) Pr./∴ ( ∃ x) (Mx ∩ Bx) 3. My ∩ Py 2, EI.4. Py ∋ By 1, UI.5. Py ∩ My 3, Comm.6. Py 5, Simp.7. By 4, 6, MP.8. My 3, Simp.9. My ∩ By 8, 7, Conj.10. ( ∃ x) (Mx ∩ Bx) 9, EI.
12
2.8. KEKECUALIAN PADA ATURAN INFERENSI
Ada syarat-syarat tertentu yang harus diperhatikan pada saat menggunakan aturan
kuantor eksistensial (EI). Perhatikan 2 pernyataan berikut :
Ada beberapa orang Babakan Ciparay yang pernah berenang di danau Saguling.
Ada beberapa orang Babakan Ciparay yang belum pernah berenang di danau
Saguling.
Misalkan pernyataan tersebut dinyatakan dengan lambang seperti di bawah ini :
1. (∃ x ¿(B x∧S x)
2. (∃ x )(B x∧∼S x)
3. Ba ∧ Sa 1, EI.
4. Ba ∧∼ Sa 2, EI.
5. Sa ∧ Ba 3, Comm.
6. Sa 5, Simp.
7. Ba ∧∼ Sa∧ Sa 4,6, Conj.
8. (∃ x )(B x∧∼S x∧S x ) 7, EG.
Konklusi pada baris kedelapan di atas jelas keliru, sebab dari premis-premis yang
benar yakni ”Ada beberapa orang Babakan Ciparay yang pernah berenang di danau
Saguling” dan ”Ada beberapa orang Babakan Ciparay yang belum pernah berenang di
danau Saguling” telah ditarik sebuah konklusi lanjutan yang keliru, yaitu sebuah
kontradiksi (∃ x )(B x∧∼S x∧S x ).
Kesalahan ini muncul karena menggunakan lambang ”a” bagi pernyataan
pertama dan sekaligus juga pada pernyataan kedua. Untuk menghindari inferensi
yang keliru seperti ini, pemberian lambang individual khusus harus digunakan jika
menggunakan aplikasi EI berturut-turut. Hal ini berarti perlunya menambahkan
sebuah lambang individual seperti ”y” yang tak pernah muncul sebelumnya, seperti
yang telah dinyatakan pada aturan EI.
Karena kekecualian ini tak berlaku bagi kuantor universal (UI), maka perlunya
menggunakan EI sebelum UI, jika penggunaan EI dan UI dilakukan secara bersama-
sama dalam penarikan validitas sebuah argumen.
Untuk mengetahui kekecualian selanjutnya perhatikan beberapa penarikan
kesimpulan seperti di bawah ini :
Beberapa fungsi kuadrat adalah fungsi yang kontinu pada selang (−∞ , ∞ ) .
Semua fungsi kuadrat yang grafiknya berbentuk parabola adalah kontinu pada
selang (−∞ , ∞ ) .
Jadi, tak ada fungsi kuadrat yang grafik fungsinya berbentuk parabola.
13
Argumen ini jelas merupakan argumen invalid.
Perhatikan pembuktian di bawah ini :
1. (∃ x ¿(F x∧K x ) Pr.
2. (∃ x ¿ (F x∧P x )⊃K x Pr./∴ (∀ x¿ (F x∧P x ).
3. Fa ∧∼ Ka 1, EI.
4. (Fa ∧Pa)⊃Ka 2, UI.
5. ∼ Ka∧ Fa 3, Comm.
6. ∼ Ka 5, Simp.
7. ∼ Ka ⊃∼(Fa∧Pa) 4, Trans.
8. ∼(Fa∧Pa) 6, 7, MP.
9. (∀ x¿ (F x∧P x ) 8, UG.
Ternyata diperoleh sebuah konklusi yang merupakan sebuah kontradiksi karena
terdapat kesalahan yakni menggunakan aturan UG dari baris (8) yang menghasilkan
baris (9), padahal baris (8) diperoleh dari baris-baris sebelumnya yang menggunakan
aturan EI.
2.9. PEMBUKTIAN INVALIDITAS ARGUMEN BERKUANTOR
Jika sebuah argumen tidak valid, maka tidaklah mungkin untuk membentuk
langkah pembuktian seperti pada argumen yang valid. Untuk membuktikan
invaliditas sebuah argumen, dikembangkanlah suatu metode khusus bagi pernyataan
berkuantor yang termasuk dalam sebuah argumen invalid.
Jika dalam fungsi proposisi berikut ada individu ”a”, maka :
(∀ x )F x dan (∃ x ) F x keduanya ekuivalen dengan Fa.
(∀ x ) (∃ y )(F x∧G y ) ekuivalen dengan Fa∧Ga.
(∃ x ) (∀ y ) (∃ z )[F x⊃ (G y∧H z )] ekuivalen dengan Fa ⊃ (Ga∧Ha ).
Jika 3 individu a, b dan c disubstitusikan pada fungsi proposisi Fx, maka :
(∀ x )F x ekuivalen dengan Fa ∧ Fb ∧ Fc.
(∃ x ) F x ekuivalen dengan Fa ∨ Fb ∨ Fc.
Prinsip ini dapat diperluas menjadi :
(∀ x )F x ekuivalen dengan F(1) ∧ F(2) ∧ … ∧F(n).
(∃ x ) F x ekuivalen dengan F(1) ∨ F(2) ∨ … ∨F(n).
Selanjutnya, (∀ x ) (∃ y )(F x∧G y ) mempunyai arti ”Bagi setiap x, maka ada
beberapa y, sedemikian rupa sehingga berlaku F x∧G y”. Jika 2 individu ”a” dan ”b”
disubstitusikan pada fungsi proposisi ini, maka diperoleh kesamaan
(∀ x ) (∃ y ) (F x∧G y )≡ (∃ y )(Fa∧G y)∧ (∃ y )(Fb∧G y)
14
≡¿
Sebuah argumen yang mengandung pernyataan berkuantor adalah invalid jika
dalam fungsi proposisinya ada paling sedikit satu individu sedemikian rupa sehingga
premisnya dapat dinyatakan dengan nilai kebenaran benar (B), sedangkan
konklusinya dengan kebenaran salah (S), maka akan muncul suatu hal yang
kontradiktif (suatu hal yang mustahil terjadi) jika argumen yang diperiksa
invaliditasnya merupakan argumen valid. Sebaliknya, jika argumen yang dibuktikan
merupakan argumen invalid maka tidak muncul hal-hal yang kontradiktif.
Untuk membuktikan invaliditas argumen yang memuat pernyataan berkuantor,
perhatikan argumen di bawah ini :
Semua fungsi kosinus termasuk fungsi yang dapat diturunkan.
Ada beberapa fungsi yang dapat diturunkan tapi tidak termasuk fungsi sinus.
Jadi, ada beberapa fungsi kosinus yang tidak termasuk fungsi sinus.
Argumen-argumen di atas dapat dinotasikan dengan :
(∀ x ) (K x⊃D x )
(∃ x ) (D x∧∼S x ) /∴ (∃ x ) (K x∧∼S x ) .
Jika disubstitusikan sebuah individu ”a”, maka akan diperoleh :
Ka ⊃ Da
Da ∧∼Sa /∴ Ka∧∼Sa.
Jika ditetapkan nilai kebenaran Ka dengan S, Da dan Sa dengan B maka akan
tercipta premis yang benar, serta konklusi yang salah. Ternyata dengan menciptakan
premis dan konklusi yang demikian, tidak mengakibatkan munculnya hal-hal yang
sifatnya kontradiktif. Hal ini berarti argumen yang dibuktikan merupakan argumen
invalid.
Agar memperoleh sebuah fungsi proposisi yang tepat dalam sebuah argumen
dengan pernyataan berkuantor, harus menguji dengan mensubstitusikan satu individu,
yang dilanjutkan dengan dua individu sehingga memunculkan hal-hal yang
kontradiktif, jika memang argumen tersebut valid. Sebaliknya, jika argumen yang
diperiksa tidak menampakkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa argumen yang
dibuktikan adalah invalid.
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kalimat Berkuantor adalah kalimat yang memuat ekspresi kuantitas obyek
yang terlibat, misalnya : semua, ada, beberapa, tidak semua, dan lain-lain.
2. Kalimat berkuantor terbagi 2 macam, yaitu Kuantor Umum simbolnya ()
dan Kuantor Khusus simbolnya ().
3. Untuk menyusun bukti langsung validitas sebuah argument yang
mengandung kuantor dan fungsi proposisi, kita memerlukan aturan tambahan
yang baru, yaitu:
Universal Instation (UI)
Kuantor Umum sebuah fungsi proposisi hanya benar jika dan hanya
jika semua substation instance fungsi proposisinya benar. Dapat
menyatakan aturan ini dengan notasi:
(∀ x ) Mx∴Ma
di mana a adalah lambing individual
Universeral Generelitation (UG)
Dalam rumus (aturan) Universeral Generelitation (UG), kita dapat
menarik konklusi generalisasi secara umum. Dengan demikian, jika “a”
sebagai lambing individual, maka “Ma” yang benar akan mengakibatkan
adanya Mx yang benar pula.
Dalam bentuk lambing, UG dinotasikan dengan:
Ma∴ (∀ x ) Mx
(a adalah lambing individual)
Existensial Generalization (EG)
Kuantor Eksistensial sebuah fungsi proposisi adalah jika dan
hanya jika fungsi proposisi tersebut mempunyai paling sedikit sebuah
substitution instance yang benar. Inferensi dari suatu substitution instance
yang benar yang menghasilkan Kuantor Eksistensial sebuah fungsi
proposisi yang benar pula. Aturan ini dinamakan Existensial
Generalization (EG), dan ditulis dengan:
Ma∴ (∃ x ) Mx
( a adalah lambing individual)
16
Existential Instantiation (EI)
Pada sebuah Kuantor Eksistensial sebuah fungsi proposisi paling
sedikit ada sebuah substitusi tertentu yang dapat menggantikan variable
“x” pada fungsi proposisi tersebut, yang akan menghasilkan sebuah
substitution instance. Aturan yang digunakan di dalamnya yaitu:
(∃ x ) Mx∴My
(y adalah sebuah konstanta individual selain “a” yang tak pernah
muncul dalam pembuktian yang sedang kita lakukan).
B. SARAN – SARAN
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
dosen pembimbing dan teman-teman.
17
DAFTAR PUSTAKA
Kusumah, Yaya S. Logika Matematika Elementer. Tarsito, Bandung. 1986.
Theresia M H. Tirta Seputro. 1992. Pengantar Dasar Matematika (Logika dan Teori
Himpunan). Jakarta : Erlannga.
18