makalah lingkungan

download makalah lingkungan

of 19

Transcript of makalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Padang merupakan kota besar yang merupakan pusat pemerintahan Provinsi Sumatera Barat, Kota ini mempunyai penduduk 900 ribuan jiwa yang pada siang hari dihuni lebih dari 1 juta penduduk dan pendatang yang bekerja di Kota Padang. Sebagai kota besar, pembangunan infrastruktur baik oleh pemerintah maupun pihak swasta cukup berkembang dengan pesat di Kota Padang, mulai dari kantor-kantor pemerintah, swasta, sampai pusat perbelanjaan dan hiburan. Seiring dengan perkembangan tersebut, Kota Padang menjadi sangat rawan terhadap kerusakan lingkungan. Saat ini daerah resapan air di Kota Padang sudah berkurang dan jumlah lahan tani dan hutan sudah banyak yang berubah fungsi menjadi pemukiman penduduk maupun bangunan kantor. Dalam kemajuan pembangunan Kota juga berdampak besar pada kerusakan hutan dengan banyaknya penebangan liar yang terjadi di daerah pinggiran Kota Padang yang mempunyai kontur perbukitan. Sehingga sering mengakibatkan luapan air sungai pada saat hujan lebat. Sementara curah hujan di Kota Padang bisa dikatakan cukup tinggi berdasarkan data Bapedalda Kota Padang tahun 2008 Hujan turun di kota Padang hampir turun sepanjang tahun. Tingkat curah hujan di kota Padang mencapai rata-rata 367,70 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 (tujuh belas) hari per bulan pada tahun 2008. Suhu udaranya cukup tinggi yaitu antara 22,5 sampai 31,5 C. Kelembabannya berkisar antara 73 84 persen. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi banjir di Kota Padang. Kerusakan sungai juga cukup parah, di salah satu sungai di Kota Padang, yaitu sungai batang arau, sudah terjadi pendangkalan sungai yang jika air surut maka tidak dapat dilalui oleh kapal-kapal nelayan dan kapal-kapal kecil milik masyarakat. Padahal sungai batang arau merupakan salah satu pelabuhan kapal kecil yang ada di Kota Padang. Di Kota Padang ada beberapa sungai besar yang mengalir melewati pusat kota padang, yaitu sungai batang arau, batang kuranji, dan batang air dingin dan batang kandis. Keempat sungai ini sudah dilakukan normalisasi walau tidak sampai ke hulu sungai. Pada tanggal 30 September 2009, kota ini mengalami gempa berkekuatan 7.6 skala Richter dengan titik pusat gempa di laut pada 0.84 LS dan 99.65 BT dengan kedalaman 71 km, yang menyebabkan kehancuran 25 % infrastruktur yang ada di kota ini. Gempa tidak hanya menyebabkan kerusakan infrastruktur saja,1

namun juga menyebabkan kerusakan terhdapa lingkungan alam, seperti longsor yang terjadi hampir di semua wilayah bukit Kota Padang, serta kerusakan infastruktur aliran sungai, sehingga terjadi banjir di beberapa wilayah. Dalam kunjungan serta mengawasi secara langsung proses evakuasi dan pemulihan karena bencana ini, presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh aparat pemerintah untuk mengutamakan kegiatan tanggap darurat kemudian dilanjutkan dengan rehabilitasi serta rekonstruksi. 1.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Padang dalam Upaya menjaga hutan dan pohon pelindung di Kota Padang 2. Bagaimana Upaya Pemerintah Kota Padang dalam mengelola sungai sebagai sumber daya air yang potensial di Kota Padang. 1.3. Tujuan Penulisan 1. tulisan ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan pemerintah Kota Padang dalam menjaga hutan dan pohon lindung di Kota Padang 2. untuk mengetahui bagaimana upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang dalam mengelola dan menjaga sungai sebagai sumber daya air yang potensial di Kota Padang.

BAB II ISI 2.1 landasan Teori Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 20091 pasal 2 dikatakan

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, penegakan pemanfaatan, Maka pengendalian, dalam hal ini pemeliharaan, pemerintah pengawasan, daerah dan

hukum.

diharuskan

memperhatikan lingkungan hidup, tidak hanya dengan perencanaan saja, namun juga harus meliputi pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Penegakan hukum dipandang sangat penting, terutama agar menimbulkan efek jera kepada para perusak lingkungan, serta agar masyarakat menjadi takut untuk melakukan perusakan, namun tentu saja tetap diperlukan bentuk

1

http://landspatial.bappenas.go.id/peraturan/the_file/UU_32_Tahun_2009.pdf

2

pemberian pemahaman yang baik kepada masyarakat, sehingga lebih sadar akan pentingnya pelestarian lingkungan, karena dampak yang dirasakan tidak hanya pada masa jauh dari masa sekarang, namun bisa berdampak dalam waktu dekat. Sementara pada pasal 13 ayat 3 dinyatakan bahwa pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing. Jadi Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam upaya pelestarian lingkungan pada masing-masing daerah. Kemudian pada pasal 15 dikatakan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS (kajian lingkungan hidup strategis) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. Dalam hal ini pemeintah daerah harus benar-benar memperhatikan pentingnya pengendalian kerusakan lingkungan, agar dalam proses pembangunan pemerintah daerah tidak hanya memperhatikan pembangunan infrastruktur saja, namun melupakan pelestarian lingkungan, karena banyak pemerintah daerah yang dalam pemberian izin pembangunan kepada berbagai pihak tidak melaksanakan kajian amdal dengan baik. Dalam Pasal 63 ayat 3 Dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, dijelaskan tugas dan wewenang pemerintah kabupaten/kota, dalam hal ini juga termasuk dalam penerbitan izin lingkungan di daerahnya, dalam UndangUndang ini sangat jelas dinyatakan pentingnya peran pemerintah Kabupaten/Kota dalam pelestarian lingkungan . 2.2 Upaya Yang Dilakukan Pemerintah Kota Padang 2.2.1 Dalam upaya pelestarian Hutan dan pohon pelindung di Kota Padang Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah (diantaranya yaitu pulau Sikuai dengan luas 4.4 Ha di kecamatan Bungus Teluk Kabung, pulau Toran seluas 25 Ha dan pulau Pisang Gadang di kecamatan Padang Selatan). Daerah perbukitan membentang dibagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di kota Padang di antaranya adalah Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran2. Berdasarkan data dari Dinas

2

http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang

3

Kehutanan Provinsi Sumatera Barat tahun 2007 luas wilayah hutan di Kota Padang 69896,1 Ha yang terdiri dari 23.655,10 ha taman wisata, 250 ha Taman Hutan Raya, 240 ha Hutan Lindung, 12.850 ha hutan produksi dan 32991 ha hutan produksi. Dari semua hutan ini banyak terjadi penebangan pohon secara illegal (illegal logging), pada tahun 2005 terjadi banjir bandang (galodo) besar yang menyebabkan banyak warga kehilangan rumah dan kehilangan nyawa. Walikota padang mengakui adanya penebangan liar yang dilakukan warga di daerah hulu sungai batang arau, sehingga menyebabkan lima kelurahan di Kecamatan Lubuk kilangan terendam banjir3. Dalam wawancara dengan Koran kompas tanggal 3 maret 2005 walikota padang mengatakan Betul ada aktivitas penebangan liar dan pembukaan ladang di kawasan hulu Sungai (Batang) Arau. Itulah salah satu yang memicu terjadinya bencana galodo yang luar biasa, yang menyebabkan kerugian material yang dialami masyarakat dan rusaknya sejumlah fasilitas umum sedikitnya Rp 7,5 milyar,". Dalam berita ini juga disampaikan hasil investigasi Walhi Sumatera Barat dua tahun lalu, menemukan titik-titik penebangan liar dan pembukaan ladang di kawasan hulu Batang Arau. Padahal, kawasan itu merupakan Hutan Lindung dan Suaka Alam Bukit Barisan Satu. Selain itu, galodo yang menimpa lima kelurahan di Kecamatan Lubuk Kilangan, juga dipicu semakin luasnya kawasan penambangan bahan baku PT Semen Padang di Bukit Ngalau dan Bukit Karang Putih. Masyarakat penebang pohon cenderung cukup pintar dalam menghindari pemeriksaan petugas kehutanan dengan bergerak dini hari sampai menjelang subuh. Termasuk di daerah hulu sungai batang arau tersebut yang merupakan jalur perlintasan keluarnya kayu tebangan liar. Hal ini terlihat dari banyaknya potongan dan sisa-sisa kayu hasil tebangan liar yang berserakan di lokasi bencana di Kelurahan Batu Gadang, Indarung, Padang Basi, Baringin, dan Kelurahan Tarantang, tak dapat dipungkiri bahwa itulah pertanda aktivitas penebangan liar dan pembukaan ladang. Menurut Walikota Padang pada saat itu, kondisi kerusakan lingkungan yang mengancam warga Kota Padang ini tak bisa dibiarkan. Harus ada tindakan tegas. Karena itu, Pemerintah Kota Padang akan mendirikan Posko Pengamanan di daerah-daerah yang selama ini menjadi perlintasan dan jalan keluar kayu-kayu hasil tebangan liar. Tentang pemicu lain, yakni semakin meluasnya kawasan gundul di

3

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/03/sumbagut/1598377.htm

4

Bukit Ngalau dan Bukit Karang Putih, Wali Kota akan mengkaji kembali soal Amdal. Sebab, dengan terjadinya galodo, berarti Amdalnya perlu dikaji kembali. Manajer Kampanye Walhi Sumbar, Heri Prasetyo, mengatakan, Bukit Ngalau dan Bukit Karang Putih yang semakin gundul dan berada di hulu sungai, turut memicu galodo. Pihaknya mendesak Pemkot Padang mengaudit amdal penambangan dua bukit itu. Jika dilihat dari pengalaman yang terjadi dapat dikatakan pengawasan dalam pelestarian hutan masih kurang maksimal, sehingga masih terdapatnya penebangan liar di daerah hulu sungai maupun di daerah perbukitan yang susah untuk diawasi, kurang maksimalnya kinerja polisi hutan serta personil yang terbatas juga menyebabkan para penebang liar masih bisa kucing-kucingan dengan aparat. Setelah maraknya penangkapan dan pemeriksaan terhadap kayu illegal, jumlah kerusakan di hulu sungai lumayan berkurang, namun diindikasi para penebang liar masih beroperasi pada daerah pedalaman hutan, dan mencari kesempatan saat aparat lengah, seperti pada malam hari. Berdasarkan laporan masyarakat, ada kemungkinan ada aparat yang juga bermain dengan para penebang liar. Karena dengan kerasnya aturan dan pengawasan saat ini ternyata masih ada ditemukan kayu-kayu illegal. Saat ini Walikota Padang sudah memerintahkan dengan tegas meminta Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Padang untuk lebih meningkatkan pengawasan dan melakukan antisipasi segera terhadap kawasan hutan yang dibabat oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab itu. Masyarakat juga diminta melaporkan oknum yang membabat hutan tersebut karena bahaya yang akan ditimbulkan dari aktivitas penebangan hutan cukup fatal. Hal ini dilakukan setelah walikota meninjau lansung daerah yang diperkirakan menjadi tempat penebangan hutan.dan ternyata ditemukan adanya kayu illegal. Maka ini membuktikan laporan masyarakat sebelumnya bahwa penebangan illegal sudah berlansung cukup lama dan melibatkan sejumlah oknum aparat. Saat ini Kota Padang sudah cukup memperhatikan kelestarian hutan Kota dan dengan banyaknya penangkapan kayu illegal, namun sepertinya masih ada oknum yang melakukan beking terhadap kegiatan ini. Karena masih ada yang berani melakukan penebangan liar, menurut laporan masyarakat, kegiatan ini ada oknum polisi dan TNI yang membeking. Hal ini kemudian terbukti pada saat ada razia dari aparat polisi hutan yang nyaris bentrok dengan oknum TNI yang tidak mau kayu ilegalnya disita. Namun juga ada kemungkinan oknum aparat polisi hutan sendiri juga5

terlibat, karena pada saat diadakan razia, sering sudah diketahui oleh para penebang liar, sehingga tidak ditemui barang bukti kayu illegal. Untuk pelestarian hutan Kota sepertinya Pemko Padang sudah cukup serius, hal ini dilihat dari ditetapkannya lapangan Imam Bonjol di alun-alun kota sebagai Ruang terbuka Hijau, yang banyak terdapat pohon-pohon rindang yang dilindungi dan tidak boleh ditebang oleh siapapun, serta dengan penanaman bunga-bunga yang semakin mempercantik pemandangan dan mampu menyediakan oksigen ditengah-tengah kota yang padat. Ismayadi Samsoedian dan Endro Subiandono dalam makalah mereka dalam Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006 menyatakan, Kota merupakan tempat para warga melangsungkan berbagai aktivitasnya, sehingga pengembangannya mestinya diarahkan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan fisik dan spiritual. Tapi banyak ditemukan suatu kota yang perencanaannya dilakukan secara kurang memadai, sehingga menjadi lesu, sakit, dan semrawut. Langkah Pemerintah Kota Padang yang kini bernaksud mengembangkan Hutan Kota termasuk Ruang Terbuka Hijau (RTH), karenanya perlu mendapat apresiasi. Dengan dibentuknya ruang-ruang terbuka hijau tersebut, dapat disusun suatu jaringan RTH-kota yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, sehat, dan indah. Di samping memperhitungkan aspek luas, bentuk, dan tipe Hutan Kota, keberhasilan pengembangan Hutan Kota ini akan sangat ditentukan oleh adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat serta pengaturannya dituangkan dalam Peraturan Daerah. Hutan Kota sendiri adalah pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika4.Sementara dalam hasil rumusan Rapat Teknis Kementerian Kependudukan dan Lingkungan Hidup di Jakarta pada bulan Februari 1991, dinyatakan bahwa Hutan Kota adalah suatu lahan yang tumbuh pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid merupakan ruang4

Ismayadi Samsoedian dan Endro Subiandono dalam makalah mereka dalam Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006

6

terbuka hijau, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai Hutan Kota. Adapun di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, disebutkan bahwa Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah Perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwenang. Sesuai dengan peruntukannya, Hutan Kota dapat dibangun dalam beberapa bentuk, di antaranya : Ruang hijau pertamanan kota Ruang hijau rekreasi kota Ruang hijau stadion olah raga Ruang hijau pemakaman Ruang hijau pertanian Ruang jalur hijau (green belt) Ruang hijau taman hutan raya Ruang hijau kebun binatang Ruang hijau hutan lindung Ruang hijau areal penggunaan lain (APL) Ruang hijau kebun raya Ruang hijau kebun dan halaman di lingkungan perumahan, perkantoran, pertokoan, pabrik, terminal dan, sebagainya. Dengan dibentuknya ruang-ruang terbuka hijau tersebut, maka dapat disusun suatu jaringan RTH kota sebagai pendukung ekosistem lingkungan perkotaan yang berfungsi meningkatkan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang nyaman, segar, bersih, sehat, dan indah. 1. Tipe Hutan Kota Tipe Hutan Kota yang akan dibangun di suatu kawasan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat serta tujuan dari dibangunnya Hutan Kota. Berdasarkan kriteria tersebut maka tipe Hutan Kota dapat dibedakan menjadi : a. Tipe Pemukiman Hutan Kota di daerah pemukiman dapat berupa taman dengan komposisi tanaman pepohonan yang tinggi yang dikombinasikan dengan semak dan rerumputan. b. Tipe Kawasan Industri Hutan Kota yang dikembangkan di kawasan industri hendaknya memilih jenis-jenis7

tanaman yang tahan dan mampu menyerap serta menjerap polutan. c. Tipe Rekreasi dan Keindahan Rekreasi pada kawasan Hutan Kota bertujuan menyegarkan kembali kondisi yang jenuh dengan kegiatan rutin melalui sajian alam yang indah, segar, dan penuh ketenangan. d. Tipe Pelestarian Plasma Nutfah Hutan konservasi mengandung tujuan untuk mencegah kerusakan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam. Bentuk Hutan Kota yang memenuhi kriteria ini antara lain taman hutan raya, kebun raya, dan kebun binatang. Ada dua sasaran pembangunan Hutan Kota untuk pelestarian plasma nutfah, yaitu : 1. Sebagai koleksi plasma nutfah, khususnya pengembangan vegetasi secara exsitu. 2. Sebagai habitat, khususnya untuk satwa yang dilindungi atau yang akan dikembangkan sesuai dengan perkembangan vegetasi. e. Tipe Perlindungan Areal kota dengan mintakat kelima yaitu daerah dengan kemiringan yang cukup tinggi dan ditandai oleh adanya tebing-tebing curam ataupun daerah tepian sungai, yang perlu dijaga dengan membangun Hutan Kota agar terhindar dari bahaya erosi dan tanah longsor. f. Tipe Pengaman Hutan Kota tipe pengaman berbentuk jalur hijau di sepanjang tepi jalan bebas hambatan. Tanaman perdu yang liat dan dilengkapi dengan jalur pohon pisang dan tanaman merambat dari legum secara berlapis-lapis, akan dapat menahan kendaraan yang keluar dari jalur jalan karena pecah ban, patah stir atau pengemudi mengantuk. 2. Peranan Hutan Kota Hutan Kota mempunyai beberapa peranan penting di antaranya : a. Identitas Kota Hutan Kota dapat menggambarkan identitas kota melalui koleksi jenis tanaman dan hewan yang merupakan simbol atau lambang suatu kota di areal Hutan Kota tersebut. b. Pelestarian Plasma Nutfah Hutan Kota dapat dijadikan tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan Hutan Kota dapat dipandang sebagai8

areal pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal tersebut dapat dilestarikan flora dan fauna secara ex-situ. c. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara Tajuk pohon yang ada di areal Hutan Kota dapat membersihkan partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi melalui proses jerapan dan serapan, sehingga udara kota menjadi lebih bersih. Partikel padat yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan mempunyai permukaan yang kasar, seperti daun bunga matahari, waru, Ficus sp., dan kersen. Sebagian lagi akan terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Selain di daun, maka partikel padat ini juga akan menempel pada kulit batang, ranting, dan cabang. d. Penyerap dan Penjerap Partikel Timbal dan Debu Industri Hutan Kota dengan jenis-jenis tanaman yang sesuai mempunyai kemampuan untuk menyerap dan menjerap partikel timbal dan debu industri sepertiPembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota (I.Samsoedin dan E. Subiandono) 17

Gambar 1. Contoh pengaturan ruang terbuka hijau dalam sistem zonasi kawasan Hutan Kota Delta Malvinas, Kota Padang

9

semen. Sumber utama timbal yang mencemari udara berasal dari kendaraan bermotor. Jenis-jenis tanaman yang mempunyai kemampuan yang sedang hingga tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara adalah dammar (Agathis alba), mahoni (Swietenia macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus), pala (Myristica fragrans), asam landi (Pithecelobium dulce), dan johar (Cassia siamea). Sedangkan tanaman yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorbsi) dan menyerap (absorbsi) debu semen adalah mahoni, bisbul, kenari, meranti merah, kere paying, dan kayu hitam. e. Peredam Kebisingan Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk tebal dengan daun yang rindang. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95% (Greyand Deneke, 1978). Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang sumbernya berasal dari bawah. f. Mengurangi Bahaya Hujan Asam Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu mengatasi dampak negative Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 18 hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi, yang menghasilkan beberapa unsur-unsur seperti Ca, Na, Mg, K, dan bahan organik seperti glutamin dan gula (Smith, 1981). Menurut Henderson et at. (1977) bahan inorganik diturunkan ke lantai hutan dari tajuk daun lebar maupun daun jarum melalui proses through fall dengan urutan K > Ca > Mg >Na. Hujan yang mengandung H2SO4 atau HNO3 jika tiba di permukaan daun akan mengalami reaksi. Pada saat permukaan daun mulai basah, maka asam seperti H2SO4 akan bereaksi dengan Ca pada daun membentuk garam CaSO4 yang bersifat netral. Adanya proses intersepsi dan gutasi oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan menjadi tidak berbahaya lagi bagi lingkungan. g. Penyerap Karbon-monoksida Mikroorganisme dan tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam menyerap gas ini. Inman et al. dalam Smith (1981) mengemukakan, tanah10

dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm menjadi hampir mendekati nol dalam tiga jam. h. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen Hutan (termasuk di dalamnya Hutan Kota) merupakan penyerap gas CO2 dan penghasil 02 yang cukup penting, selain fitoplankton, ganggang, dan rumput laut di samudera. Cahaya matahari akan dimanfaatkan oleh tumbuhan di areal Hutan Kota melalui proses fotosintesis untuk merubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan oksigen. Tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil O2 adalah damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtorogung (Leucaena leococephala), akasia (Acasiaauriculiformis), dan beringin (Ficus benjamina) (Widyastarna, 1991). i. Penahan Angin Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin berupa Hutan Kota (Panfilov dalam Robinette, 1983). j. Penyerap dan Penapis Bau Tanaman dapat menyerap bau secara langsung atau menahan angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik hasilnya jika ditanam tanaman yang menghasilkan bau harum yang dapat menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum, seperti cempaka, dan tanjung. k. Mengatasi Penggenangan Daerah yang sering digenangi air perlu ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai kemampuan evapotranspirasi tinggi, yaitu tanaman berdaun banyak sehingga luas permukaan daunnya tinggi dan mempunyai banyak stomata (mulut daun). Tanaman yang memenuhi kriteria tersebut di antaranya nangka (Artocarpus integra), albizia (Paraserianthes falcataria), Acacia vilosa, lndigera galegoides, Dalbergia spp., mahoni (Swietenia spp.), jati (Tectonagrandis), kihujan (Samanea saman), dan lamtoro (Leucaena leucocephala). l. Mengatasi lntrusi Air Laut Intrusi air laut dapat diatasi dengan upaya peningkatan kandungan air tanah melalui pembangunan hutan lindung kota pada daerah resapan air dengan Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kota (I.Samsoedin dan E. Subiandono) 19 tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah. m. Produksi Terbatas

11

Hutan Kota dapat ditanami dengan jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan buah, bunga, daun, dan kayunya untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan penghasilan masyarakat secara terbatas. n. Ameliorasi Iklim Salah satu masalah yang cukup merisaukan penduduk kota adalah berkurangnya kenyamanan akibat meningkatnya suhu udara di perkotaan. Untuk mengatasi hal itu, Hutan Kota dapat dibangun agar pada siang hari tidak terlalu panas sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung bertingkat, jembatan layang, dan sebagainya; dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pohon dapat menahan radiasi balik dari bumi (Grey dan Deneke,1978). Jumlah pantulan radiasi matahari suatu Hutan Kota sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca, dan posisi lintang (Robinette, 1983). o. Pengelolaan Sampah Hutan Kota dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan sampah, antara lain sebagai penyekat bau, penyerap bau, pelindung tanah hasil bentukan dekomposisi dari sampah, dan penyerap zat berbahaya yang mungkin terdapat dalam sampah seperti logam berat, pestisida, dan lain-lain. p. Pelestarian Air Tanah Pada daerah hulu yang berfungsi sebagai daerah resapan air, hendaknya ditanami dengan tanaman yang mempunyai daya evapotranspirasi yang rendah, dengan sistem perakaran dan serasah yang dapat memperbesar porositas tanah. Jika terjadi hujan lebat, maka air hujan akan masuk ke dalam tanah sebagai air infiltrasi dan air tanah serta hanya sedikit yang menjadi air limpasan. Dengan demikian Hutan Kota dapat membantu mengatasi masalah pelestarian air tanah. Jenis tanaman yang sesuai di antaranya cemara laut (Casuarina equisetifolia), Ficus elastica, karet (Hevea brasiliensis), manggis (Garcinia mangostana), bungur (Lagerstroemia speciosa), Fragraea fragrans, dan kelapa (Cocos nucifera). q. Penapis Cahaya Silau Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut bergantung pada ukuran dan kerapatannya. Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian maupun kerimbunan tajuknya. r. Meningkatkan Keindahan

12

Tanaman dengan bentuk, warna, dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-benda buatan seperti gedung, jalan, dan sebagainya untuk mendapatkan komposisi yang baik sehingga menghasilkan keindahan. s. Habitat Burung Hutan Kota dapat dikembangkan sebagai habitat burung. Beberapa jenis burung sangat membutuhkan pohon sebagai tempat mencari makan maupun sebagai tempat bersarang dan bertelur. Beberapa jenis pohon yang disukai oleh burung karena buah, nektar, bunga, ijuk, dan batangnya yang menarik di antaranya kiara, caringin, loa (Ficus spp.), dadap (Erythrina variegata), aren Prosiding Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 20 (Arenga pinnata), bambu (Bambusa spp.), dan lain-lain. t. Mengurangi Stress Hutan Kota dapat membantu mengurangi stress yang diderita masyarakat kota akibat kerasnya kehidupan kota melalui kesejukan dan keindahan alam yang diciptakan selain adanya kicau burung dan hal-hal menarik lainnya dari Hutan Kota. u. Mengamankan Pantai terhadap Abrasi Hutan Kota berupa formasi hutan mangrove dapat meredam gempuran ombak dan dapat membantu proses pengendapan lumpur di pantai. v. Merupakan Daya Tarik Wisatawan Domestik Maupun Mancanegara Hutan Kota yang di dalamnya ditanami dengan pohon yang langka dan unik (misalnya bunga bangkai) akan menjadi daya tarik bagi wisatawan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. w. Sarana Hobi dan Pengisi Waktu Luang Monotonitas, rutinitas, dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi dengan kegiatan yang bersifat rekreatif. Hutan Kota dapat merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi dan masalah tersebut. Hutan Kota Oleh karena itu, dalam perlu

pembangunan

pengembangan

tersebut

tentunya

dipertimbangkan berbagai aspek seperti luas, bentuk, dan tipe Hutan Kota. Di samping itu keberhasilan pembangunan dan pengelolaan Hutan Kota tersebut akan sangat ditentukan oleh adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat serta pengaturannya didasarkan melalui Peraturan Daerah, sebagaimana yang telah ditempuh oleh Pemerintah Kota Padang dengan menerbitkan Perda I/1985

13

tentang Kebersihan Kota, Perda No. 1/1990 tentang Tata Bangunan, dan Perda 5/1995 tentang Ruang Terbuka Hijau Kota Padang. 2.2.2 Upaya yang Dilakukan Oleh Pemerintah Kota Padang dalam Upaya Pelestarian Sungai Sebagai Sumber Daya Air yang Potensial Sebagai kota besar, Kota Padang yang penduduknya sudah cukup padat sangat rawan terjadinya pencemaran air, saat ini kadar air dipusat Kota terutama pada aliran sungai Batang Arau dan Bandar Bekali, kadar pencemaran air sudah cukup tinggi. Untuk batang arau sendiri airnya sudah tercemar berbagai limbah rumah tangga, pabrik, sehingga terjadi penumpukan sedimen di dasar sungai sehingga terjadi pendangkalan sungai, padahal di muara sungai tersebut merupakan pelabuhan kecil untuk kapal-kapal kecil, seperti kapal nelayan, kapal pesiar dan kapal ke kepulauan mentawai. Saat ini sudah dilakukan upaya pengerukan terhadap endapan sedimen yang berada di dasar sungai, namun hal ini tidak akan membantu apabila tidak ada kesadaran masyarakat dan penegakan aturan yang ketat terhadap perlindungan daerah aliran sungai tersebut. Sebagian masyarakat pinggiran sungai masih cenderung senang membuang sampah di sungai karena malas, padahal biasanya di sekitar pinggiran sungai dalam jarak 1 km sudah disediakan tempat sampah umum. Kedua sungai ini tercemar parah pada daerah pusat kota, yang sudah padat pemukiman, saat ini Pemerintah Kota Padang sudah berupaya untuk menyadarkan masyarakat dengan berbagai cara, seperti dengan kampanye anti buang sampah sembarangan, menyediakan tong sampah besar yang diangkut oleh truk sampah setiap paginya, serta dengan membuat perda larangan buang sampah sembarangan dengan denda yang cukup tinggi, yaitu 1 juta rupiah, namun dikarenakan, tidak adanya penegakan hukum yang tegas terhadap pelanggar, sehingga masih banyak juga masyarakat yang suka membuang sampah disungai. Salah satu upaya pemerintah Kota padang dalam upaya pelestarian air sungai, yaitu dengan kampanye ikan larangan yang dibentuk oleh berbagai organisasi masyarakat di setiap kelurahan yang mempunyai aliran sungai kecil maupun besar, hal ini cukup efektif, dikarenakan adanya ikan-ikan yang dipelihara oleh masyarakat itu sendiri, sehingga mereka sendiri yang mengawasi agar tidak ada yang membuang sampah ke sungai, karena dapat mematikan ikan peliharaan mereka. Ikan-ikan ini setelah besar, maka diadakan perlombaan memancing, sehingga juga membantu perekonomian masyarakat. Kebijakan ini sangat diperhatikan oleh14

Walikota sendiri, dengan memotivasi masyarakat dengan menghadiri hampir setiap perlombaan memancing yang diadakan masyarakat. Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya kedalam air sehingga menyebabkan kualitas air terganggu. Kualitas air yang terganggu ditandai dengan perubahan bau, rasa, dan warna. Ditinjau dari asal polutan dansumber pencemarannya, pencemaran air dapat dibedakan antara lain : 1. Limbah Pertanian Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk

organik.Insektisida dapat mematikan biota sungai. Jika biota sungai tidak mati kemudian dimakan hewan atau manusia orang yang memakannya akan keracunan. Untuk mencegahnya, upayakan agar memilih insektisida yang berspektrum sempit (khusus membunuh hewan sasaran) serta bersifat biodegradabel (dapat terurai olehmikroba) dan melakukan penyemprotan sesuai dengan aturan. Jangan membuang sisa obat kesungai. Sedangkan pupuk organik yang larut dalam air dapat menyuburkan lingkungan air (eutrofikasi). Karena air kaya nutrisi, ganggang dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Hal yang demikian akan mengancam kelestarian bendungan. bendungan akan cepat dangkal dan biota air akan mati karenanya. 2. Limbah Rumah Tangga Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organic (misal sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit, kemudian ikut aliran sungai. Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur. Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah pemukiman. Dikota-kota, air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang menyengat. Didalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali bakteri dan jamur. Dibandingkan15

dengan limbah industri, limbah rumah tangga di daerah perkotaan di Indonesia mencapai 60% dari seluruh limbah yang ada. 3. Limbah Industri Adanya sebagian industri yang membuang limbahnya ke air. Macam polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industri. Mungkin berupa polutan organic (berbau busuk), polutan anorganik (berbuih, berwarna), atau mungkin berupa polutan yang mengandung asam belerang (berbau busuk), atau berupa suhu (air menjadi panas). Pemerintah menetapkan tata aturan untuk mengendalikan pencemaran air oleh limbah industri. Misalnya, limbah industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai agar tidak terjadi pencemaran. Dilaut, sering terjadi kebocoran tangker minyak karena bertabrakan dengan kapal lain. Minyak yang ada di dalam kapal tumpah menggenangi lautan dalam jarak ratusan kilometer. Ikan,terumbu karang, burung laut, dan hewan-hewan laut banyak yang mati karenanya.Untuk mengatasinya, polutan dibatasi dengan pipa mengapung agar tidak

tersebar,kemudian permukaan polutan ditaburi dengan zat yang dapat menguraikan minyak. 4. Penangkapan Ikan Menggunakan racun Sebagian penduduk dan nelayan ada yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan atau potas (racun)untuk menangkap ikan tangkapan, melainkan juga semua biota air. Racun tersebut tidak hanya membunuh hewan-hewan dewasa, tetapi juga hewan-hewan yang masih kecil. Dengan demikian racun yang disebarkan akan memusnahkan jenis makluk hidup yang ada didalamnya. Kegiatan penangkapan ikan dengan cara tersebut mengakibatkan pencemaran di lingkungan perairan dan menurunkan sumber daya perairan. Akibat yang dtimbulkan oleh pencemaran air antara lain: a. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan oksigen. b. Terjadinya ledakan populasi ganggang dan tumbuhan air (eutrofikasi, dan c. Pendangkalan Dasar perairan. d. Punahnya biota air, misalnya ikan, yuyu, udang, dan serangga air. e. Munculnya banjir akibat got tersumbat sampah. f. Menjalarnya wabah muntaber.

16

BAB III KESIMPULAN Dalam upaya pemberdayaan hutan di Kota Padang dan Hutan dalam Kota, Pemerintah Kota Padang sudah cukup perhatian terhadap masalah ini, namun perlu adanya peningkatan pengawasan terhadap daerah-daerah hutan lindung yang berada di pinggir-pinggir Kota Padang, hal ini dikarenakan masih adanya terdapat upaya penebangan hutan secara diam-diam dan tersembunyi oleh pihak-pihak yang kadang-kadang juga di beking oleh oknum-oknum aparat, maka masih juga perlu pengawasan dan kerja sama yang baik antara Pemerintah Kota Padang dan jajaran Kepolisian maupun TNI dalam mengawasi kawasan hutan yang merupakan salah satu potensi sumber air Kota Padang yang sangat potensial. Sementara itu, untuk hutan kota dalam hal pengawasan sudah cukup baik, begitu juga dalam penyediaan lahan untuk jadi wilayah hutan kota. Bentuk keseriusan Pemerintah Kota Padang dalam hal ini, Walikota sering meninjau lansung bagaimana keadaan pohon-pohon di hutan Kota, maupun pohon-pohon pelindung yang berada di sepanjang jalan di Kota Padang, sudah sering Walikota menegur pihak-pihak yang sengaja memotong pohon pelindung di sekitar rumahnya, bahkan sampai memberikan sanksi keras. Salah satu bentuk sanksi yang diberikan Walikota Padang kepada pihak yang sengaja menebang pohon adalah dengan mengajukan gugatan kepada pihak KFC yang berada di jalan A.yani Kota Padang, yang kebetulan berada tidak jauh dari kediaman resmi Walikota Padang. Pihak KFC dicurigai meracun pohon pelindung yang dianggap menghalangi jalan masuk ke KFC. Pohon itu tiba-tiba saja mati setelah pihak pemko Padang tidak menyetujui izin penebangan pohon oleh pihak KFC. Kemudian ditemukannya tindakan perusakan trotoar oleh pihak KFC. Setelah melakukan peninjauan lansung, Walikota lansung mencabut izin SITU KFC A.Yani dan tidak diperbolehkan beroperasi sampai terbukti bersalah atau tidaknya, kemudian Walikota berencana menuntut KFC 1 miliar apabila terbukti bersalah, namun belakangan kedua pihak dikabarkan sepakat bahwa KFC diwajibkan mengganti dengan 1000 bibit pohon kepada Pemko Padang5. Dalam upaya pelestarian sungai, Pemko Padang sudah mengupayakan pengawasan terhadap hulu-hulu sungai agar tidak terjadi penebangan liar yang dapat menyebabkan banjir dan kerusakan yang lebih parah. Namun harus tetap lebih

5

http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=138

17

ditingkatkan lagi dalam pengawasan tersebut, karena masih terindikasi masih adanya pebengan liar di hulu sungai yang kucing-kucingan dengan aparat. Salah satu bentuk upaya pelestarian sungai sebagai sumber daya strategis di Kota Padang adalah dengan mencanangkan program ikan larangan yang dikelola lansung oleh masyarakat disekitar wilayah sungai, dan memeberikan bantuan bibit ikan serta penyuluhan pemeliharaan ikan. Kemudian mengadakan perlombaan memancing pada daerah-daerah yang ikannya sudah siap panen. Hal ini cukup berhasil dikarenakan sungai-sungai tersebut lansung dijaga oleh masyarakat setempat, sehingga mengurangi jumlah polusi sungai yang terjadi di wilayah-wilayah yang mempunyai ikan larangan tersebut. Sampai saat ini program tersebut masih berjalan. Upaya lain yang cukup berhasil adalah dengan mengadakan perlombaan perhau naga pada sungai Bandar bekali, sehingga sungai tersebut cukup terjaga dari sampah-sampah. Selain itu dengan adanya perlombaan ini masyarakat juga menjadi sadar untuk menjaga kebersihan sungai, sehingga bisa dipakai untuk kegiatan olha raga air maupun pariwisata. Dari semua upaya tersebut, hal yang paling penting diperhatikan adalah upaya pengawasan dan kesadaran masyarakat sendiri dalam melestarikan hutan dan sungai itu sendiri.

18

DAFTAR PUSTAKA http://landspatial.bappenas.go.id/peraturan/the_file/UU_32_Tahun_2009.pdf http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang http://www.kompas.com/kompas-cetak/0503/03/sumbagut/1598377.htm Ismayadi Samsoedian dan Endro Subiandono dalam makalah mereka dalam Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Peraturan Pemerintah RI No. 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota. Pemerintah Kota Padang. 1985. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1985 tentang Kebersihan Kota. Pemerintah Kota Padang. 1990. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1990 tentang Tata Bangunan. Pemerintah Kota Padang. 1995. Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1995 tentang Ruang Terbuka Hijau Kota Padang. http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=138 Seminar Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. 1998. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Wahana Pengembangan Keanekaragaman Puspa dan Satwa di Perkotaan, Jakarta. Smith, W.H. 1981. Air Pollution and Forest : Interaction between Air Contaminants and Forest Ecosystems. Springer-Verlag, New York. 379 p. _____. 1985. Forest and Air Quality. J. Forestry. February, 1985 : 84-92. Widyastama, R. 1991. Jenis Tanaman Berpotensi untuk Penghijauan Kota. Kompas 11 Juli 1991.

19