makalah limbah B3.docx
-
Upload
febri-awan-fardani -
Category
Documents
-
view
118 -
download
1
Transcript of makalah limbah B3.docx
makalah limbah B3
LIMBAH B3
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
Kata pengantar
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena rahmat dan karunianya-Nya, akhirnya
“Makalah Limbah B3” ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Malakah limbah B3 merupakan salah satu makalah tugas biologi. Atas penyusunan makalah ini
saya berharap dapat mengupas tetang Limbah B3 yang ada disekitar kita. Hal ini semata-mata
untuk menambah pengetahuan siswa akan bahaya limabah B3. Sebagaimana dimaklumi bahwa
banyak siswa yang tidak mengetahui apa itu Limbah B3 dan bagaimana cara pengolahannya.
Saya ucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Drs. ANANG SANTOSO selaku guru biologi
saya yang telah membantu saya dalam menyusun makalah ini.
Meskipun sudah diupayakan dengan maksimal, makalah ini pastilah tidak lepas dari kekurangan,
sebagaimana pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, saran dan masukan dari
berbagai pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, saya ucapkan semoga makalah ini bermanfaat.
Kediri, juni 2013
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul……………………………………..
Kata Pengantar…………………………………….i
Daftar Isi…………………………………………..ii
Bab I pendahuluan
1) Latar Belakang……………………………1
2) Tujuan Penulisan…………………………1
3) Rumusan Masalah………………………..1
Bab II Isi…………………………………………2
Bab III Penutup
1) Kritik dan Saran…………………………..8
2) Kesimpulan……………………………….8
Daftar Pusaka……………………………………..9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah merupaka hal yang lumrah dalam kehidupan manusia. Taukan anda berasal dari
manakah limbah disekita kita? Limbah berasal dari berbagai sumber, contohnya : rumah tangga
dan industry atau pabrik. Limbah bisa berupa padatan, cairan ataupun gas. Ketiga limbah
tersebut sama-sama berbahaya. Tidak hanya isinya namun juga wadah atau kemasannya juga
menjadi limbah, seperti : plastic, kertas ataupun kaleng.
Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Limbah
sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya. Banyak orang
membuang, menimbun, bahkan menyimpan limbah dengan jumlah yang banyak serta tidak
dikelola dengan baik. Ternyata limbah-limbah tersebut termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun). Pada penulisan makalah ini, akan mengupas semua tentang limbah B3 dan
bagaimana system pembuangannya yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud Limbah B3?
b) Apa saja karakteristik Limbah B3?
c) Bahan-bahan apa saja yang mengandung limbah B3?
d) Bagaimana system pembuangan Limbah B3?
1.3 Tujuan penulisan
a) Untuk mengetahui karakteristik Limbah B3
b) Untuk memberitahukan bahan apa saja yang mengandung limbah B3
c) Memberikan informasi system pembuangan limbah B3
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Limbah B3
2.1.1 Pengertian
Limbah adalah bahan sisa dari suatu kegiatan atau prosuksi, baik dalam skala kecil (rumah
tangga) maupun skala besar (pabrik). Dalam PP 18/1999 Jo. PP 85/1999, Pasal 1 (ayat 2)
dijelaskan pengertian Limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan beracun, disingkat limbah B3,
adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun karena
sifat konsentrasi atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkanatau merusak lingkungan hidup, dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu total solids residu (TSR),
kandungan fixed residu (FR), kandungan volatile solids residue (VSR), kadar air (sludge
moisture content), volume padatan, dan karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat
mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, dan sifat kimia serta kandungan senyawa kimia).
Contoh limbah B3 adalah logam berat, spt Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pd, Mn, Hg, dan Zn serta zat
kimia, seperti pestisida, sianida, sulfide dan fenol. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industry
kimia tertentu. Hg dihasilkan dari industry klor-alkali, industry cat, kegiatan pertambangan,
industry kertas, dan pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan
accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah.
Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber, uji karakteristik, dan uji toksikologi.
2.1.2 Sumber limbah B3
Limbah b3 dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari dari rumah tangga, pasar, apotik,
pabrik, rumah sakit, dan laboratorium. Menurut PP 85/1999, jenis limbah b3 dapat dibedakan
berdasarkan sumbernya. Dalam lampiran PP 85/1999, dijelakan jenis limbah b3 menurut
sumbernya sebagai berikut
2.1.2.1 Limbah b3 dari sumber tidak spesifik
Limbah b3 ini pada umumnya bukan berasal dari proses utamanya, tetapi berasal dari kegiatan
pemeliharaan alat, pencucian, pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarutan kerak, atau
pengemasan. Contohnya adalah asap kendaraan bermotor dan asap dari cerobong pabrik.
2.1.2.2
Limbah b3 dari sumber spesifik
Limbah ini berasal dari sisa proses suatau industry atau kegiatan yang secara spesifik dapat
ditentukan berdasarkan kajian ilmiah. Contohnya mercuri, arsen, dan deterjen.
2.1.2.3 Limbah b3 dari bahan kimia kedaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi
Limbah ini berasal dari produk yang tidak memenuhi spesifikasi yang ditentukan atau tidak
dapat dimanfaatkan kembali. Limbah ini memerlukan pengolahan, hal yang sama juga berlaku
2.2 Karakteristik Limbah B3
Sebelum membahas karakteristik limbah B3, kita perlu mengetahui mengapa limbah tersebut
sangat berbahaya. Diantara alasannya adalah
i) Dapat menyebabkan pengaruh buruk terhadap terjadinya atau meningkatnya kematian dan
sakit yang serius
ii) Berpotensi menimbulkan bahaya bterhadap kesehatan manusia dan lingkungan apabila
disimpan, diangkut, dimanfaatkan, diolah, ditimbun dan dibung dengan tidak benar atau tidak
dikelola
Adapun karakteristik limbah B3 ada enam, yaitu mudah meledak, mudah terbakar, bersifat
reaktif, bersifat beracun, menyebabkan infeksi, dan bersifat korosif
2.2.1 Mudah meledak
Limbah yang mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan standar (25oC,
760mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan
suhu dan tekanan tinggi dengan cepat dapat merusak lingkungan.
2.2.2 Mudah terbakar
Limbah yang mudah terbakar adalah limbah-limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat
sebagai berikut
(a) Limbah yang berupa cairan
Limbah yang berupa cairan akan mudah terbakar apabila
(i) Mengandung alcohol kurang dari 24% volume dan mempunyai titik nyala kurang dari 60oC
(ii) Terjadi kontak dengan api, percikan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760mmHg
(b) Limbah berupa padatan
Limbah pada termperatur dan terkanan standar (25oC, 760mmHg) mudah menyebabkan
kebakaran, seperti melalui gesekan, penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan.
Limbah padat apabila terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam waktu
lama. Apabila nilai titik nyala limbah < 40oC, berarti karakteristik mudah terbakar
(c) Limbah yang bertekanan mudah terbakar
(d) Limbah pengoksidasi
Apabila waktu pembakaran limbah sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran senyawa
standar, berarti karakteristik mudah terbakar.
2.2.3 Bersifat reaktif
Limbah rektif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima
oksigen atau limbah organic peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. Limbah ini
mempunyai sifat-sifat berikut:
i) Pada keadaan normal, tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan
ii) Dapat bereaksi hebat dengan air
iii) Apabila bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilakn gas,
uap, atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan
lingkungan
iv) Merupakan limbah sianida, sulfide, atau amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan
12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan
kesehatan manusia dan lingkungan
v) Mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar (25oC, 760mmHg)
vi) Menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau limbah organic
peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi
2.2.4 Bersifat beracun
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemaran dan bersifat beracun bagi
manusia atau lingkungan. Limbah B3 dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan, kulit, maupun mulut
2.2.5 Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau
limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan tubuh manusia yang terkena infeksi
2.2.6 Bersifat korosif
Limbah korosif adalah limbah yang mempunyai salah satu sifat-sifat berikut:
i)
4
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
ii) Menyebabkan proses pengaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi
lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian 55oC
iii) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam atau lebih besar
dari 12,5 untuk yang bersifat basa
2.3 Bahan bahan yang mengandung B3 dalam rumah tangga
Pada mulanya, banyak orang yang menyambut gembira dengan penemuan bahan-bahan dan
senyawa kimia. Dengan berjalannya waktu, ternyata ditemukan pula dampak negatifnya. Untuk
itu, limbah B3 dan B3 perlu dikelola dengan baik dan benar, baik pada saat masih digunakan
maupun setelah tidak digunakan lagi.
Rumah adalam tempat tinggal dan berfungsi sebagai tempat pembinaan anggota. Segala hal yang
berkaitan dengan aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di rumah tanggga
diharapkan dapat dikelola dengan baik. Dengan demikian, dampak dari limbah B3 di dalam
rumah tangga dapat dikelola dengan baik. Oleh karena itu, setiap orang mempunyai hak yang
sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Sumber sampah di dalam rumah tangga
Kamar tidur: kaleng hairspray, kaleng obat
nyamuk, lampu TL, tisu, kapas, botol/wadah
kosmetik, abu, dan debu
Kamar mandi/cuci: pembungkus sabun, wadah
sabun cair, pembungkus shampoo, wadah pasta
gigi, wadah deterjen, dan wadah pemutih
pakaian
Ruang keluarga: bekas beterai, spidol/tinta
bekas, kaleng obat nyamuk, lampu TL, abu,
debu, sisa dan pembungkus makanan, kertas,
serta obat kadaluarsa
Ruang tamu: lampu TL, abu, debu, sisa dan
pembungkus makanan serta kertas
Dapur: sisa dan pembungkus makanan, lampu
TL, botol/wadah sabun cuci, wadah minyak
tanah dan debu
Garasi: oli bekas, kaleng/wadah pembersih
mobil, debu, aki bekas
Ruang makan: sisa dan pembungkus makanan
dan debu
Taman/kebun: daun-daun, kertas, plastic, dan
pembungkus makanan
2.4 Sistem pembuangan limbah B3
5
System pembuangan limbah B3 melalui beberapa tahap. Hal ini disebabkan limbah B3 sangat
berbahaya jika terkontaminasi dengan manusia atau makhluk hidup yang lain. Pengelolaan
limbah B3 adalah serangkaian kegiatan yang mencangkup penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pengolahan limbah B3, dan menimbun hasil pengolahan.
Penyimpanan adalah enyimpanan sementara limbah B3 di dalam lokasi kegiatannya sebelum
diserahkan kepada pengumpul atau pengolahan limbah B3. Penyimpanan ini dilakukan oleh
penghasil limbah B3, baik perorangan maupun badan usaha.
Syarat tempat penyimpanan limbah B3 adalah
i) Dibuat dengan kapasitas yang sesui dengan jumlah B3 yang akan disimpan
ii) Tempat penyimpanan bebas banjir
iii) Secara geologi, dinyatakan stabil
iv) Perancangan bangunan disesuaikan dengan karakteristik limbah
v) Perencanaan upaya pengendalian pencemaran lingkungan
Pengumpulan adalah proses mengumpulan limbah B3. Proses ini dapat dilakukan oleh
perorangan atau badan usaha dari penghasil limbah B3 dengan maksud menyimpan untuk
kemudian diserahkan kepada pengolah limbah B3.
Syarat-syarat sebagai pengumpul limbah B3 adalah
i) Memperhatikan karakteristik limbah B3
ii) Mempunyai laboratorium yang dapat mendeteksi karakteristik limbah B3
iii) Mempunyai lahan minimum satu hektar
iv) Memiliki fasilitas untuk penanggulangan terjadinya kecelakaan
v) Konstruksi dan bahan bangunan disesuaikan dengan karateristik limbah B3
vi) Jauh dari sumber air
vii) Bukan merupakan daaerah tangkapan air
viii)Jauh dari fasilitas pemukiman penduduk atau fasilitas umum
Pengangkutan adalah proses untuk memindahkan limbah B3 dari penghasil ke pengumpul atau
ke pengolahan termasuk ke tempat penimbun akhir dengan menggunakan alat angkut yang
dilakukan oleh suatu badan usaha
Pengolahan adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah B3 menjadi tidak
berbahaya dan tidak beracun. Jika memungkinkan, mengolah agar limbah B3 dimurnikan atau di
daur ulang
Persyaratan pengolahan limbah B3 meliputi;
i) Lokasi pengolahan limbah
ii) Fasilitas pengolahan limbah
iii) Penanganan limbah B3 sebelum diolah
iv) Pengolahan limbah B3
v) Hasil pengolahan limbah B3
6
Sebelum melakukan pengolahan terhadap limbah B3, dilakukan uji analisa kandungan/parameter
fisika atau kimia dan biologi guna menetapkan prosedur yang tepat dalam pengolahannya.
Setelah hasilnya diketahui, tahap selanjutnya adalah menentukan pilihan proses pengolahan
limbah B3 yang dapat memenuhi kualitas dab baku mutu pem,buangan atau lingkungan yang
ditetapkan
Ada banyak metode pengolahan limbah B3 di industry. Tiga diantaranya yang paling popular
adalah chemical conditioning, solidification/stabilization, dan incineration.
2.4.1 Chemical Conditioning
Tahapan yang harus dilalui adalah mengurangi volume limbah dengan cara meningkatkan
kandungan padatan, menstabilkan senyawa organic dan menghancurkan pathogen, serta
menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur.
Setelah itu, limbah dibuang ke tempat pembuangan akhir, yaitu sanitary landfill, crop land, atau
injection.
2.4.2 Solidification/Stabilization
Stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses penghancuran limbah dengan bahan tambahan (zat
aditif). Tujuannya adalah untuk menurunkan kadar zat pencemar dari limbah dan mengurangi
toksinasi limbah tersebut. Adapun solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu
bahan berbahaya dengan penambahan zat aditif. Kedua proses tersebut sering kali terkait
sehingga dianggap mempunyai arti yang sama
2.4.3 Incineration
Teknologi insenerasi (pembakaran) adalah alternatifyang menarik dalam pengolahan limbah B3.
Insenerasi mengurangi volume san massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari system pengolahan limbah padat. Pada
dasarnya, proses ini hanya memindahkan limbah dari bentuk gas yang tidak kasat mata. Prosses
ini menghasilkan energy dalam bentuk panas. Kelebihan alat insenerasi adalahg dapat
menghancurkan sebagian besar komponen limbah B3, limbah berkurang dengan cepat, dan
menggunakan lahan yanf relating kecil.
Aspek terpenting dalam system isenerasi adalah nilai kandungan energy (heating value) limbah.
Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya prose pembakaran,
heating value juga menentukan banyaknya energy yang diperoleh dari system ini. Banyak jenis
insenerator (alat insenerasi), diantaranya rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit,
single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit
Dari jenis insenerastor tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan daripada yang lainnya. Alat ini
dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
7
BAB III PENUTUP
3.1 Kritik dan Saran
Demikian paparan mengenai Limbah B3 yang menjadi pokok bahasan makalah saya, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya pengetahuandan kurangnya
rujukan atau resensi yang ada hubungannya dengan makalah ini.
Saya berharap pembacamau memberikan kritik dan saran yang membangun kepada saya demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi saya pada khususnya juga para
pembaca.
3.2 Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) banyak
disekitar kita, seperti: plastic, kaleng ataupun kertas. Limbah B3 berbahaya karena mempunyai
karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, bersifat beracun, menyebabkan
infeksi dan bersifat korosif. Oleh karena itu, menyimpan, menimbun atau menggunakan daur
ulang dari limbah B3 harus dikelola dengan baik serta ngengan volume yang pas. Kalau tidak
begitu, limbah tersebut akan menyebabkan penyakit yang sangat merugikan masyarakat. Ada
beberapa system penanggulangan, yaitu: chemical conditioning, solidification/stabilization, dan
incineration.
8
Daftar Pusaka
Supardi, Imam.2003.Lingkungan Hidup Kelestariannya.Bandung: PT ALUMNI
Memanik, Karden Eddy Sontang. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta: Jambatan
Syamsudin dkk.2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Gersik: Tiga Serangkai
Polusi
Agus
Sutondo
Aku Tetap Sayang dan Cinta Indonesia
TERVERIFIKASIJadikan Teman | Kirim Pesan
0inShare
Sungai Ciliwung Tercemar Limbah B3REP | 16 March 2012 | 01:56 Dibaca: 8006 Komentar: 6 2
Meningkatnya pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di aliran sungai Ciliwung yang melewati wilayah Kota Depok tentu akan sangat berbahaya bagi warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai ciliwung, terutama warga yang mempergunakan air sungai ciliwung tersebut untuk konsumsi kebutuhan rumah tangga, misalkan untuk minum, masak dan mandi. Hal ini dikatakan oleh Stap Khusus Badan lingkungan hidup Kota Depok Sario Sabani, ketika mengawasi pembersihan bantaran Sungai Ciliwung dibawah Jembatan Panus Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok.
Mantan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja kota Depok tersebut menegaskan, pihaknya telah berulang kali mengingatkan warga agar tidak membuang sampah di sungai ciliwung namun tetap saja terjadi. Limbah B3 yang ditemukan misalnya adalah lampu dan bekas kaleng oli dan juga yang memiliki kandungan kimia berbahaya dan berdampak buruk terhadap lingkungan. Lebih jauh Sario mengatakan, Aparat Pemkot Depok setiap sebulan sekali rutin membersihkan sampah dibantaran sungai ciliwung tetapi setiap kali pula Limbah B3 tetap banyak ditemui, bahwa sampah yang berhasil diangkut setiap kali pembersihan mencapai satu truk kemudian diangkut petugas kebersihan dan pertamanan untuk dibuang ketempat pembuangan akhir di cipayung.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok, Ulis Sumardi menuturkan, bahwa jumlah penduduk Kota Depok yang mencapai 1.7 Juta Jiwa, Produksi sampah di Kota Depok setiap harinya mencapai 4.250 M3 perhari, kemampuan DKP hanya mencapai 38 persen atau sebanyak 1.615 kubik perharinya.
Menurut pengamatan penulis dilapangan, persoalan pencemaran limbah B3 ini tentu bukan hanya tanggung jawab Pemerintah Kota Depok saja namun juga partisipasi dari Masyarakat terutama kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Namun mengingat aliran sungai ini juga mengalir ke Jakarta tentu dampak buruknya bukan hanya menimpa masyarakat disekitar bantaran sungai ciliwung di wilayah Kota Depok saja tapi juga seluruh masyarakat yang tinggal disekitar bantaran sungai ciliwung sampai pintu air terakhir yaitu di wilayah Manggarai Jakarta Selatan akan terkena dampak dari pencemaran Limbah B3.
Apalagi sekarang ini kalau kita melihat kondisi sepanjang aliran sungai ciliwung setelah keluar dari perbatasan wilayah Kota Depok hingga sampai pintu air terakhir di manggarai, kondisi lingkungannya benar-benar sudah sangat memprihatinkan, sampah menumpuk dimana-mana disepanjang aliran sungai. Langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok dengan melakukan tindakan setiap sebulan sekali rutin membersihkan sampah dibantaran sungai ciliwung tentu harus di apresiasi semua pihak hingga tidak menjadi persoalan dikemudian hari.
Kondisi seperti ini tentunya juga harus mendapat perhatian dari Pemerintah Propinsi DKI Jakarta, mengingat Kota Depok dengan Sumber Daya Manusia dan Sumber Penghasilan Daerah yang sangat kecil tentu tidak akan mampu melaksanakannya sendirian, tentunya diharapkan adanya kepedulian dari Pemerintah Propinsi DKI Jakarta untuk bisa memberikan bantuan agar dapat mengatasi permasalahan Limbah B3 itu secara bersama-sama. Karena bila ini tidak dilakukan, bukan hanya masalah pencemaran Limbah B3 saja yang akan terjadi namun dampak lain yang lebih mengkhawatirkan adalah masalah banjir akibat banyaknya sampah-sampah yang mengalir disungai Ciliwung yang dapat mengakibatkan bertumpuknya sampah pada saluran air, hingga terjadi penyumbatan pada saluran air, apalagi penyumbatan sampah ini juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir.
Kota Depok memang secara Administratif bagian dari Wilayah Propinsi Jawa Barat namun secara Geografis Kota Depok adalah sebagai Pintu gerbang perbatasan antara Propinsi Jawa Barat dan Propinsi DKI Jakarta. Apalagi hampir 70 persen penduduk Kota Depok justru lebih banyak bekerja di DKI Jakarta.
Sobat GPS, seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki beribu pulau yang tersebar, selain itu hamparan laut yang luas kaya akan biota yang ada , hidup, dan tumbuh di sana, aka penting bagi kita sebagai generasi muda untuk ikut serta dalam menjaga dan juga melesterikannya. Secara langsung ataupun tidak langsung kerusakan alam baik darat maupun perairan lambat laun akan berdampak buruk bagi kehidupan manusia, dan itu dominan disebabkan oleh ulah dan tingkah dari manusia itu sendiri, maka diperlukan kesadaran dari setiap individu untuk bisa mengurangi kerusakan itu.Hmmm... seperti contoh Berita GPS berikut ini yang membahas tentang pencemaran limbah B3 yaitu Bahan Beracun Berbahaya. Seperti apa limbah Bahan Beracun Berbahaya itu ?? Berikut sedikit penjelasan mengenai B3..
Limbah B3 (Bahan Beracun Berbahaya)
Menurut PP No. 18 th 1999, Limbah B3 adalah:
"sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.Itinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, makhluk hudup dan lingkunga, apapun jenis sisa bahannya."
Sedangkan menurut BAPEDAL (1995), definisi limbah B3 adalah:
"setiap bahan sisa (limbah) suatu proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicty, flammability, reactiviti, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia."
Untuk mengidentifikasi limbah B3, digolongkan menjadi 2(dua) kriteria, yaitu:
1. Berdasarkan Sumber 2. Berdasarkan Karakteristik
Penjelasannya:
1. Kriteria berdasarkan Sumber, di bagi menjadi 3(tiga), yaitu Limbah B3 dari sumber spesifik; limbah B3 dari sumber tidak spesifik; dan limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
2. Sedangkan kriteria berdasarkan Karakteristik, yaitu ditentukan dengan ketentuan:Dari PP No. 18 tahun 1999, dimana pada awalnya hanya mencantumkan 6(enam) kriteria saja.
1) Mudah meledak;2) Mudah terbakar;3) Bersifat reaktif;4) Beracun;5) Menyebabkan infeksi;
6) Bersifat korosif.Namun pada saat ini kriteria tersebut mengalami penambahan, yaitu:
1) Mudah meledak;2) Pengoksidasi;3) Sangat mudah sekali menyala;4) Mudah menyala;5) Amat sangat beracun;6) Sangat beracun;7) Beracun;8) Berbahaya;9) Korosif;10) Bersifat iritasi;11) Berbahaya bagi lingkungan;12) Karsinogenik;13) Teratogenik;14) Mutagenik.
Penambahan kriteria limbah B3 berdasarkan Karakteristik ini menunjukan bahwa sebenarnya pemerintah telah memberikan perhatian khusus terhadap pengelolaan lingkungan indonesia, namun masih kurangnya pengimplementasian dari peraturanlah yang masih sangat kurang di negara ini.
Nahh... itu sedikit ulasan mengenai limbah B3. Sekarang kita lihat berita tentang pencemaran perairan oleh limbah B3 berikut ini, langsung menuju ke- T....K....P.... !!
check it out
Ribuan Ton Limbah Berisiko
Ribuan ton limbah, di antaranya terkontaminasi bahan beracun dan berbahaya, mencemari daratan dan perairan Indonesia. Sebagian limbah diimpor dari sejumlah negara, yang berisiko bagi lingkungan dan kesehatan.
Di perairan utara Jakarta, misalnya, gumpalan minyak secara berkala mengapung di laut terbawa angin ke pulau-pulau di Kepulauan Seribu. Tak hanya mengganggu pemandangan, limbah cucian lambung kapal tanker itu juga merusak lingkungan dan mengancam biota laut.
Hal yang sama ditemui di perairan sekitar Pulau Batam, Kepulauan Riau. Batam tergolong rentan dimasuki limbah karena posisinya yang terbuka dan berbatasan langsung dengan negara lain.
Salah satu kasus yang hingga kini belum tuntas adalah timbunan 3.800 ton ampas tembaga di samping Kantor Camat Sagulung, Batam, yang diimpor dari Korea Selatan tahun 2009. Dua warga negara Korsel dan satu warga negara Indonesia menjadi tersangka. Hingga kini, pihak
perusahaan bersikukuh limbah itu adalah pasir besi, bahan pembersih karat kapal.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota Batam Dendi Purnomo mengatakan, tumpukan limbah ditangani Kejaksaan Agung dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). ”Kami hanya menunggu,” katanya, akhir pekan lalu.
Pihak KLH sudah menyatakan, ampas tembaga itu terkontaminasi limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) yang harus direekspor. Material itu bukan pasir besi. ”Rembesannya berwarna biru kehijauan. Jelas limbah B3,” kata Deputi Pengelolaan B3, Limbah B3, dan Sampah KLH Masnellyarti Hilman, Senin (30/4), di Jakarta.
Hal itu senada dengan ungkapan warga di sekitar tempat penimbunan material itu.
Lapangan penimbunan limbah dipagari batako setinggi 2 meter.
Risiko kesehatan
Paparan limbah B3 berisiko bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Di lingkungan, kontaminasi merkuri, misalnya, bisa tertransportasi ke tubuh manusia secara langsung ataupun tidak. ”Jika akumulasi berlebih di tubuh manusia, saraf dan otak bisa terganggu,” kata Masnellyarti.
Akumulasi merkuri ke dalam tubuh manusia di antaranya melalui rantai makanan, seperti pada hewan-hewan laut.
Sementara kandungan timbal berlebih di alam akan mengganggu kualitas air dan udara. Kadar timbal berlebih dalam darah manusia di antaranya menyebabkan gangguan kecerdasan dan secara langsung memengaruhi tinggi badan seseorang.
Pada kasus impor limbah B3, limbah yang sering kali dijumpai adalah sirkuit elektronik, seperti PCB. Di lingkungan industri, PCB relatif mudah dijumpai teronggok di tanah. Secara langsung, pembakaran PCB bisa menghasilkan dioksin yang mengganggu pernapasan.
Secara perlahan, material dalam PCB yang terurai dan terakumulasi bisa bersifat karsinogen atau memicu kanker.
Menurut Masnellyarti, masih banyak jenis limbah beracun dan berbahaya yang harus dikelola secara benar. Persoalannya, karena dampaknya yang kadangkala perlahan-lahan, masyarakat tidak menyadari bahwa penyakit tertentu yang mereka alami terkait dengan keberadaan limbah di sekitar mereka.
Mempertimbangkan dampak serius limbah B3 di dunia, maka disepakati keberadaan Konvensi Basel. Konvensi tersebut merupakan perjanjian internasional yang mengatur perpindahan limbah B3 antarnegara.
Proses dan pelaksanaan reekspor limbah B3, seperti yang sudah dan sedang dilakukan pemerintah saat ini, terikat dengan Konvensi Basel itu. Negara pengirim wajib memberitahukan
isi dan jalur lewat kapal kepada negara-negara yang dilintasi.
Seruan Menperin
Di Jakarta, Menteri Perindustrian Mohammad S Hidayat menegaskan, pemeriksaan dan penahanan ribuan kontainer berisi besi bekas oleh KLH dan Kantor Bea dan Cukai hendaknya tak mengganggu proses produksi industri besi baja domestik. Salah satu caranya adalah memeriksa dengan cepat.
Ia menanggapi penahanan ribuan peti kemas rongsokan besi baja yang diduga mengandung B3 di pelabuhan besar di Tanah Air.
Beberapa kali, KLH serta Bea dan Cukai menegaskan bahwa mereka tak bermaksud memperlambat proses, apalagi mematikan industri baja Indonesia. ”Kami melepaskan ribuan kontainer yang terbukti bersih,” kata Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Kantor Bea dan Cukai Tanjung Priok Agus Yulianto.
Menurut Hidayat, ketentuan impor limbah non-B3, termasuk scrap besi baja, diatur melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 39 Tahun 2009 yang mengikat tanggung jawab. Importir di dalam negeri wajib mengirim kembali dan eksportir bersedia menerima kembali apabila terjadi kesalahan. Pihak surveyor, dalam hal ini kerja sama operasional (KSO) PT Sucofindo, bertanggung jawab terhadap hasil verifikasi.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno yang juga Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia mengatakan, hingga kini belum ada kesepakatan tentang definisi produk terkontaminasi B3. Bukan sekadar zero tolerance yang dipegang KLH.
”Seharusnya ada kesepakatan Kemenperin dan KLH tentang apa itu deskripsi B3. Bagaimana aturan internasionalnya? Jadi, tidak sekadar berhenti pada perdebatan saja,” ujar Benny.
Di halaman Istana Negara, Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, pemerintah berkomitmen mencegah masuknya limbah bahan beracun dan berbahaya ke Indonesia. Namun, perlu disadari tidak semua kontainer berisi besi bekas mengandung limbah berbahaya.
Sumber: (Kompas, 1 Mei 2012/ humasristek)
(GPS News)