Makalah Leptospirosis

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditemukan di seluruh dunia, disebabkan oleh genus Leptospira yang pathogen. Namun, adanya gejala dan tanda leptospirosis yang tidak khas seperti demam, nyeri kepala, mual, dan muntah sering dianggap sebagai penyakit infeksi virus. Sembilan puluh persen (90 %) kasus leptospirosis bermanifestasi sebagai penyakit demam akut dan mempunyai prognosis baik, sedangkan 10 % kasus lainnya mempunyai gambaran klinis lebih berat sehingga menyebabkan kematian pada 10 % kasus. Manifestasi leptospira yang berat dan seringkali fatal dikenal sebagai penyakit Weil atau leptospirosis ikterik, dengan gambaran klasik berupa demam, ikterus, gagal ginjal, dan perdarahan. Organ lain yang dapat pula terkena adalah jantung, paru, dan susunan syaraf pusat (Bobby dkk, 2001). Titik sentral penyebab leptospirosis adalah urin hewan terinfeksi leptospira yang mencemari lingkungan. Gejala klinis penyakit ini sangat bervariasi dari ringan hingga berat bahkan dapat menyebabkan kematian penderitanya. Gejala klinis yang tidak spesifik 1

description

LEPTOSPIROSIS

Transcript of Makalah Leptospirosis

Page 1: Makalah Leptospirosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditemukan di seluruh

dunia, disebabkan oleh genus Leptospira yang pathogen. Namun, adanya gejala dan

tanda leptospirosis yang tidak khas seperti demam, nyeri kepala, mual, dan muntah

sering dianggap sebagai penyakit infeksi virus. Sembilan puluh persen (90 %)

kasus leptospirosis bermanifestasi sebagai penyakit demam akut dan mempunyai

prognosis baik, sedangkan 10 % kasus lainnya mempunyai gambaran klinis lebih

berat sehingga menyebabkan kematian pada 10 % kasus. Manifestasi leptospira

yang berat dan seringkali fatal dikenal sebagai penyakit Weil atau leptospirosis

ikterik, dengan gambaran klasik berupa demam, ikterus, gagal ginjal, dan

perdarahan. Organ lain yang dapat pula terkena adalah jantung, paru, dan susunan

syaraf pusat (Bobby dkk, 2001).

Titik sentral penyebab leptospirosis adalah urin hewan terinfeksi leptospira

yang mencemari lingkungan. Gejala klinis penyakit ini sangat bervariasi dari ringan

hingga berat bahkan dapat menyebabkan kematian penderitanya. Gejala klinis yang

tidak spesifik memerlukan uji laboratorium untuk mendukung penentuan

diagnosanya. Upaya mengisolasi dan mengidentifikasi leptospira sangat memakan

waktu. Diagnosis leptospira yang utama dilakukan secara serologis. Uji serologis

merupakan uji standart untuk konfirmasi diagnosis, menentukan prevalensi dan

studi epidemiologi. Vaksinasi pada hewan merupakan salah satu cara pengendalian

leptospirosis. Pengembangan vaksin untuk hewan masih terus dilakukan di

Indonesia untuk memperoleh vaksin multivalent yang efektif karena leptospira

terdiri dari banyak serovar. Penggunaaan vaksin yang sesuai dikombinasikan

dengan perbaikan sanitasi lingkungan merupakan upaya pengendalian leptospirosis

pada hewan di masa datang (Kusmiyati dkk, 2005).

1

Page 2: Makalah Leptospirosis

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari penyakit Leptospirosis?

2. Bagaimana etiologi dari penyakit Leptospirosis?

3. Bagaimana tanda dan gejala penyakit Leptospirosis?

4. Bagaimana patofisiologi penyakit Leptospirosis?

5. Bagaimana epidemiologi penyakit Leptospirosis?

6. Bagaimanakah pengobatan dan pencegahan penyakit Leptospirosis?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Menganalis tentang penyakit Leptospirosis.

2. Menganalisis etiologi dari penyakit Letospirosis.

3. Mengaalisis tanda dan gejala penyakit Leptospirosis.

4. Mengaalisis perubahan patofisiologia hewan yang terserang penyakit

Leptospirosis.

5. Menganalisis epidemiologi penyakit Leptospirosis

6. Menganalisis pengobatan dan pencegahan untuk penyakit Leptospirosis.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut

:

1 Dapat mengetahui lebih banyak tentang penyakit Leptospirosis.

2 Dapat mengetahui faktor, penanganan dan pencegahan dari penyakit

leptospirosis.

2

Page 3: Makalah Leptospirosis

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leptospirosis

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh infeksi bakteri yang

berbentuk spiral dari genus Leptospira. Leptospira tersebar luas di seluruh dunia,

terutama pada daerah tropis. Penularan leptospirosis pada manusia terjadi secara

kontak langsung melalui genangan air yang terkontaminasi urin yang terinfeksi

leptospira. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau

membrane mukosa. Gejala penyakit ini sangat bervariasi mulai dari demam,

ikterus, hemoglobinuria, pada hewan yang bunting dapat terjadi abortus dan janin

lahir mati, bahkan dapat menyebabkan kematian penderitanya. Tingkat keganasan

serangan Leptospirosis tergantung dari serovar Leptospira dan spesies hewan

yang terinfeksi pada daerah tertentu (Kusmiyati, 2005).

Gambar : Anjing yang terserang penyakit Leptospirosis

3

Page 4: Makalah Leptospirosis

2.2 Etiologi Leptospirosis

Gambar : bakteri Leptospira

Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira yang Berbentuk spiral, tipis,

lentur dengan panjang 10-20 tm dan tebal 0,1 gin serta memiliki dua lapis

membran. Kedua ujungnya mempunyai kait berupa flagelum periplasmik.

Bergerak aktif maju mundur dengan gerakan memutar sepanjang sumbunya.

Bentuk dan gerakannya dapat dilihat dengan mikroskop medan gelap atau

mikroskop fase kontras (Faine, 1982).

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh infeksi dari

spesies Leptospira, famili Leprospiraceae ordo Spirochaetales yang patogen,

bermanifestasi sebagai demam akut. Infeksi pada manusia pada umumnya

disebabkan oleh roden (misalnya tikus), kadang-kadang babi dan anjing.

Organisme ini hidup di air sehingga air merupakan sarana penular pada manusia.

Sebagian besar kasus leptospirosis akan sembuh sempurna, walaupun sekitar

sepuluh persen diantaranya dapat bersifat fatal. Mortalitas meningkat apabila

didapatkan gejala ikterus, gagal ginjal, dan perdarahan. Diagnosis ditegakkan

berdasarkan gejala klinis, diagnosis pasti apabila ditemukan organisme dalam

darah atau urin pada pemeriksaan dark-groun microscope, biakan darah dan urin,

uji aglutinasi, serta imunoglobuln.. Antibiotik golongan penisilin dapat diberikan

4

Page 5: Makalah Leptospirosis

untuk pengobatan leptospirosis. Perawatan diperlukan apabila terdapat komplikasi

(Hickey, 2002).

Leptospirosis merupakan penyakit zoonosis yang dapat ditemukan di seluruh

dunia. Namun, adanya gejala dan tanda leptospirosis yang tidak khas seperti

demam, nyeri kepala, mual, dan muntah sering dianggap sebagai penyakit infeksi

virus. Sembilan puluh persen kasus leptospirosis bermanifestasi sebagai penyakit

demam akut dan mempunyai prognosis baik, sedangkan 10% kasus lainnya

mempunyai gambaran klinis lebih berat sehingga menyebabkan kematian pada

10% kasus. Manifestasi leptospira yang berat dan seringkali fatal dikenal sebagai

penyakit Weil atau leptospirosis ikterik, dengan gambaran klasik berupa demam,

ikterus, gagal ginjal, dan perdarahan. Organ lain yang dapat pula terkena adalah

jantung, paru, dan susunan syaraf pusat.(Heath, 1994).

Gambar : serovar Leptospira

5

Page 6: Makalah Leptospirosis

Bakteri ini termasuk dalam ordo Spirochaetales, Famili Leptospiraceae,genus

Leptospira. Leptospira dapat tumbuh di dalam media dasar yang diperkaya

dengan vitamin, asam lemak rantai panjang sebagai sumber karbon dan garam

amonium; tumbuh optimal pada suhu 28-30°C dalam kondisi obligat aerob (Adler

et al.,1986 ;Faine, 1982).

Sistem penggolongan Leptospira yang tradisional genus Leptospira dibagi

menjadi dua yaitu L.interrogans yang patogen dan L.biflexa yang nonpatogen.

L.interrogans dibagi menjadi serogrup dan serovar berdasarkan antigen.

Klasifikasi terbaru dari Leptospira yaitu L.interrogans dibagi menjadi 7 spesies

yaitu L.interrogans, L.weilii, L.santarosai, L.noguchii, L.borgpetersenii, L.inadai,

L.kirschneri dan 5 spesies yang tidak bertitel yaitu spesies 1, 2, 3, 4, dan 5.

L.biflexa dibagi menjadi 5spesies barn (Hickey dan Deemeks, 2003).

2.3 Tanda dan Gejala Leptospirosis

Pada anjing, infeksi serovar icterohaemorrhagica dapat bersifat hiper akut

pada anak anjing, namun umumnya bersifat subakut. Gejala mula – mula berupa

demam yang diikuti perdarahan tersebar luas pada selaput lendir dan kulit.

Kematian terjadi secara cepat. Selaput lendir berwarna kekuning – kuningan

(Soeharsono, 2002).

Gejala klinis penyakit leptospirosis antara lain muntah – muntah, demam,

depresi, haus, mulut bau, selaput lendir di mata, putih mata, kulit berubah kuning,

urine kuning sampai kecoklatan, lemah, dan koma. Bila tidak segera diambil

tindakan maka anjing yang terserang penyakit dipastikan mati. Perawatan intensif

penyakit ini dapat dilakukan dokter hewan. Cara penularan penyakit Leptospirosis

melalui kontak langsung dengan anjing penderita. Anjing yang dikawinkan

dengan anjing penderita juga bisa tertular. Demikian pula induk yang menderita

leptospirosis dapat menginfeksi ke anaknya yang masih dalam kandungan. Pakan

dan minuman yang tercemar mudah menginfeksi ke tubuh anjing. Padaha, anjing

memiliki kebiasaan menjilati air kencing dan kotoran anjing lain sehingga mudah

6

Page 7: Makalah Leptospirosis

terinfeksi. Air liur yang terciprat saat menyalak dapat menular anjing lainnya.

Binatang yang menjadi vektor diantara lainnya caplak dan tikus. Tikus adalah

sumber utama dari penularan penyakit ini (N.S Budiana, 2008).

2.4 Patofisiologis Leptospirosis

Patofisiologi penyakit leptospira ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

1. Pre Patogenesis

Infeksi oleh Leptospira umumnya didapat karena kontak kulit atau

selaput lendir (mucous membrane) misalnya, konjuktiva (mata) karena

kecipratan selaput lendir vagina atau lecet-lecet kulit dengan urin atau

cemaran oleh keluaran urogenitalis lainnya atau mengkonsumsi makanan atau

minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Apabila hewan korban

terinfeksi bakteri Leptospira ini, maka segeralah mikroorganisme ini merasuk

ke dalam jaringan tubuh penderita (Hauser dkk, 2005).

2. Patogenesis

Masuknya bakteri Leptospirosis pada tubuh hospes melalui selaput

lendir, luka-luka lecet maupun melalui kulit menjadi lebih lunak karena

terkena air. Kemudian, bakteri akan dibawa ke berbagai bagian tubuh dan

memperbanyak diri terutama di dalam hati, ginjal, kelenjar mamae dan

selaput otak. Bakteri tersebut dapat ditemukan di dalam atau di luar sel-sel

jaringan yang terkena. Pada beberapa tingkatan penyakit dapat ditemukan

Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis   156fase leptospiremia, yang

biasanya terjadi pada minggu pertama setelah infeksi.

Bakteri leptospira masuk ke dalam tubuh penjamu melalui luka

iris/luka abrasi pada kulit, konjungtiva atau mukosa utuh yang melapisi

mulut, faring, osofagus, bronkus, alveolus dan dapat masuk melalui inhalasi

droplet infeksius dan minum air yang terkontaminasi. Meski jarang

ditemukan, leptospirosis pernah dilaporkan penetrasi bakteri leptospira

melalui kulit utuh yang lama terendam air, saat banjir. Infeksi melalui selaput

lendir lambung jarang terjadi, karena ada asam lambung yang mematikan

bakteri leptospira. Bakteri leptospira yang tidak virulen gagal bermultiplikasi

7

Page 8: Makalah Leptospirosis

dan dimusnahkan oleh sistem kekebalan dari aliran darah setelah 1 atau 2 hari

infeksi. Organisme virulen mengalami mengalami multiplikasi di darah dan

jaringan, dan bakteri leptospira dapat diisolasi dari darah dan cairan

serebrospinal pada hari ke 4 sampai 10 perjalanan penyakit.

Bakteri leptospira merusak dinding pembuluh darah kecil; sehingga

menimbulkan vaskulitis disertai kebocoran dan ekstravasasi sel. Patogenitas

bakteri leptospira yang paling penting adalah perlekatannya pada permukaan

sel dan toksisitas selluler. Lipopolysaccharide (LPS) pada bakteri leptospira

mempunyai aktivitas endotoksin yang berbeda dengan endotoksin bakteri

gram negatif, dan aktivitas lainnya yaitu stimulasi perlekatan netrofil pada sel

endotel dan trombosit, sehingga terjadi agregasi trombosit disertai

trombositopenia. Bakteri leptospira mempunyai fosfolipase yaitu hemolisin

yang mengakibatkan lisisnya eritrosit dan membran sel lain yang

mengandung fosfolipid. Beberapa strain serovar Pomona dan Copenhageni

mengeluarkan protein sitotoksin. In vivo, toksin in mengakibatkan perubahan

histopatologik berupa infiltrasi makrofag dan sel polimorfonuklear. Organ

utama yang terinfeksi bakteri leptospira adalah ginjal dan hati. Di dalam

ginjal bakteri leptospira bermigrasi ke interstisium, tubulus ginjal, dan lumen

tubulus.

Pada leptospirosis berat, vaskulitis akan menghambat sirkulasi mikro

dan meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga menyebabkan kebocoran

cairan dan hipovolemia. Ikterik disebabkan oleh kerusakan sel-sel hati yang

ringan, pelepasan bilirubin darah dari jaringan yang mengalami hemolisis

intravaskular, kolestasis intrahepatik sampai berkurangnya sekresi bilirubin.

Conjungtival suffusion khususnya perikorneal; terjadi karena dilatasi

pembuluh darah, kelainan ini sering dijumpai pada patognomonik pada

stadium dini. Komplikasi lain berupa uveitis, iritis dan iridosiklitis yang

sering disertai kekeruhan vitreus dan lentikular. Keberadaan bakteri

leptospira di aqueous humor kadang menimbulkan uveitis kronik berulang.

Bakteri leptospira difagosit oleh sel-sel sistem retikuloendotelial serta

mekanisme pertahanan tubuh. Jumlah organisme semakin berkurang dengan

8

Page 9: Makalah Leptospirosis

meningkatnya kadar antibodi spesifik dalam darah. Bakteri leptospira akan

dieleminasi dari semua organ kecuali mata, tubulus proksimal ginjal, dan

mungkin otak dimana bakteri leptospira dapat menetap selama beberapa

minggu atau bulan.

Secara umum dapat di paparkan patogenesis perjalanan penyakit

leptospirosis sebagai berikut :

 -   Produksi toksin

Beberapa serovar leptospira patogen mampu memproduksi toksin.

Beberapa endotoksin yang diproduksi diantaranya hemolisin,

sphingomyelinase, phospholipase C. Selain itu beberapa serovar juga

memproduksi protein cytotoxin yang mampu menghambat Na-K

ATPase.

-    Attachment (perlekatan)

Leptospira mengadakan perlekatan pada sel epitelial, diantaranya

melekat pada sel epital renalis dan perlekatan ini dibantu oleh konsentrasi

subagglutinasi dari antibodi homolog. Selain itu lipopolisakarida (LPS)

leptospira merangsang perlekatan netrofil ke sel endotel dan platelet,

menimbulkan aggregasi platelet dan menyebabkan trombositopenia.

-    Mekanisme imun dan immunitas leptospirosis

Aspek imunologis pada infeksi leptospirosis akan dijelaskan di

sub bagian khusus.

-   Surface protein

Membran terluar dari leptospira tersusun oleh LPS dan beberapa

lipoprotein (Outer Membran Proteins / OMPs). LPS bersifat sangat

immunogenik dan menentukan spesifisitas masing-masing serovar.

Keduanya, baik LPS maupun OMPs, penting dalam patogenesis dari

nefritis interstitiil.

9

Page 10: Makalah Leptospirosis

(Kayser dkk, 2005)

3. Pasca Patogenesis

Pada proses infeksi yang berkepanjangan reaksi imunologik yang

timbul dapat memperburuk keadaan hingga kerusakan jaringan makin parah.

Leptospira hidup dengan baik didalam tubulus kontortus ginjal.

Kemungkinan bakteri tersebut akan dibebaskan melalui air kemih untuk

jangka waktu yang lama. Kematian terjadi karena septimia, anemia

hemolitika, kerusakan hati karena terjadinya uremia. keparahan penderita

bervariasi tergantung pada umur serta servoar leptospira penyebab infeksi

(Sandra dkk, 2008).

2.5 Epidemiologi Leptospirosis

Secara epidemiologi, wilayah penyebaran leptospirosis umumnya pada

daerah tropis dan subtropics. Sebagian besar negara di Asia Tenggara dinyatakan

sebagai daerah endemis leptospirosis. Penyakit yang disebut re-emerging

infectious disease ini dalam perkembangannya dipengaruhi oleh kondisi iklim,

terutama pada musim penghujan serta kemungkinan adanya kontak dengan

lingkungan yang terkontaminasi leptospira. Penyakit ini secara tradisional

dihubungkan dengan penularan melalui tikus yang disebabkan oleh reservoar

icterohemorrhagiae dan copenhageni. Pada saat ini semua infeksi Leptospira lebih

sering disebut sebagai leptospirosis dengan mengabaikan gejala dan tanda klinik.

Sejarah perkembangan penyakit leptospirosis dimulai ketika pada tahun 1914

Inada berhasil mengisolasi family spirochaeta dari spesies Spirochaeta

icterohemorrhagiae. Pada tahun itu juga, Wolbach dan Binger mengisolasi

Spirochaeta biflexa. Pada tahun 1915 bakteri leptospira berhasil dideteksi oleh

Inada dan Ido dari darah orang Jepang yang bekerja sebagai penambang dan

disertai penyakit kuning, juga dideteksi di Jerman oleh Unlenhuth dan Fromme.

Kemudian pada tahun 1918 Noguchi mengisolasi famili Spirochaeta dengan

Genus Spirochaeta, Genus Cristispira, Genus Treponema, Genus Borrelia dan

Genus Leptospira. (Widoyono,2005).

10

Page 11: Makalah Leptospirosis

Penyakit infeksi akut leptospirosis dapat menular langsung atau tidak

langsung dari hewan ke manusia. Leptospirosis merupakan penyakit dengan

gejala klinis tidak spesifik dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji

laboratorium. Gejala klinis leptospirosis dapat menyerupai penyakit lain yang

sering dijumpai pada daerah endemis, misalnya infeksi dengue, hanta virus,

thypoid, hepatitis, malaria, meningitis. Hal ini menyebabkan leptospirosis sering

tidak terdiagnosis. (Menurut WHO,2006),

Berdasarkan aspek lingkungan, insiden leptospirosis lebih banyak terjadi

pada negara beriklim tropis dan subtropis dengan curah hujan yang tinggi.

Kondisi lingkungan pada daerah tersebut menjadi sangat optimal bagi

pertumbuhan Leptospira. Berdasarkan aspek umur,nleptospirosis termasuk

penyakit infeksi yang menyerang semua golongan umur,  namun 50% kasus pada

umumnya berada pada kelompok umur 10 – 39 tahun. Kelompok umur tersebut

merupakan kelompok yang paling banyak kontak dengan faktor risiko. (Depkes

RI,2008),

Lingkungan kumuh dengan sanitasi buruk terkait erat dengan kejadian

leptospirois, hal mana disebabkan karena peningkatan populasi tikus sehingga

memperbesar kemungkinan kontak antara manusia dengan hewan terinfeksi.

Manusia dapat terinfeksi leptospira melalui kontak dengan air, tanah atau lumpur

yang terkontaminasi oleh urine hewan yang terinfeksi. Infeksi ini terjadi karena

adanya luka/erosi pada kulit maupun selaput lendir. Air tergenang dan mengalir

lambat yang terkontaminasi urin hewan infektif berperan dalam penularan

leptospirosis. Paparan yang relatif lama pada genangan air yang terkontaminasi

leptospira terhadap kulit yang utuh dapat juga menularkan leptospira.

2.6 Pengobatan dan Pencegahan Leptospirosis

Pengobatan anjing yang terserang Leptospirosis bisa dilakukan dengan

membawanya ke dokter hewan. Biasanya dokter hewan akan memberikan

penisilin yang cukup ampuh jika serangan masih pada tahap awal. Namun, jika

serangannya sudah parah, kemungkinan anjing akan diberi chlorampenicol,

11

Page 12: Makalah Leptospirosis

streptomycin, chlortetracycline, tertracycline, atau erythromycin. Saat perawatan,

anjing harus diisolasi dan kotorannya tidak boleh terjilat anjing yang sehat.

Wadah pakan dan minum juga harus selalu dibersihkan untuk memperkecil resiko

penularan. Pencegahan paling baik adalah vaksinasi yang dilakukan sedini

mungkin (drh. Prajanto dkk, 2004).

12

Page 13: Makalah Leptospirosis

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh infeksi bakteri yang

berbentuk spiral dari genus Leptospira. Leptospira tersebar luas di seluruh dunia,

terutama pada daerah tropis. Penularan leptospirosis pada manusia terjadi secara

kontak langsung melalui genangan air yang terkontaminasi urin yang terinfeksi

leptospira. Pada anjing, infeksi serovar icterohaemorrhagica dapat bersifat hiper

akut pada anak anjing, namun umumnya bersifat subakut. Gejala mula – mula

berupa demam yang diikuti perdarahan tersebar luas pada selaput lendir dan kulit.

Kematian terjadi secara cepat. Selaput lendir berwarna kekuning – kuningan. Cara

pengobatannya yati dapat di bawa ke dokter hewan dan pencegahanya yaitu

divaksin sedini mungkin.

3.2 Saran

Semoga makalah ini berguna untuk pembuatan makalah selanjutnya dan

berguna untuk para pembaca sebagai referensi kesehatan hewan.

13

Page 14: Makalah Leptospirosis

DAFTAR PUSTAKA

Adler B., S. faine, W.L. Christopher and R.J Chappel. 1986. Development of an Improved

Selective Medium for Isolation of Leptospires from Clinical Material. Vet

Microbial. 12 : 377 – 381

Bobby Setadi, Andi Setiawan, Daniel Effendi, Sri Rezeki, S. Hadinegoro. 2001.

Leptospirosis. PPDS Bagian Ilmu Kesehatann Anak FKUI – RSCM : Jakarta

Depkes RI. 2008. Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan Penanggulangan Kasus

Leptospirosis di Indonesia

Drh Prajanto dan Drs. Agus Andoko. 2004. Membuat Anjing Sehat dan Pintar.

Agromedia Pustaka : Jakarta Selatan

Faine, S. 1982. Guidelines for the Control of Leptospirosis World Health Organization,

Geneva. 171 P

Hauser, Kasper et al, 2005, Harrison’s Principles of Internal Medicine 16 editions, Mc

Graw Hill. New York. Page 988-990.

Heath, S.E and R. Johnson. 1994. Leptospirosis. JAVMA 205 (11) : 1518 – 1523

Hickey P. W and D. Deemeks. 2003. Leptospirosis. Emedicine. PP. 1 – 9

Hickey P.W, Denners D. 2002. Leptospirosis Medicine J : H 1 – 17

Kayser, et al, 2005, Medical Microbiology, thieme. Page 328-330.

Kusmiyati, Susan M. Noor dan supar. 2005. Leptospirosis pada Hewan dan Manusia di

Indonesia. Balai Penelitian veteriner : Bogor

N. S Budiana. 2008. Anjing. Penebar Swadya : Depok

Sandra, Gompf, 2008, Leptospirosis, last up date August, 11, 2008. Download from

www.emedicine.com/leptospirosis.html. sorces :

14

Page 15: Makalah Leptospirosis

http://sanirachman.blogspot.com/2009/08/all-about-

leptospirosis_9366.html#ixzz2wPziluZ3 Under Creative Commons License:

Attribution Non-Commercial

Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia Volume 1.

Kanisius : Yogyakarta

WHO. 2003. Human Leptospirosis Gudana for Diagnosis, Surveillance and Control

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan

Pemberantasan

15