Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

download Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

of 8

Transcript of Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    1/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 1

    APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG

    TUNGGAL MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN BATAS

     Masagus Ahmad Azizi1) & Dr.Ir.Suseno Kramadibrata2) Dr. Ir. Ridho K.Wattimena3)

    Prof.Dr.Ir. Irwandy Arif 4)

    1) Jurusan Teknik Pertambangan FTKE Universitas Trisakti & Mahasiswa Program Doktor

    Program Studi Rekayasa Pertambangan ITB2,3,4)Program Studi Teknik Pertambangan ITB

    ABSTRAK

    Industri pertambangan mineral dan batubara merupakan bisnis yang unik, padat modal dan padatrisiko. Salah satu risiko yang dihadapi industri pertambangan adalah risiko longsoran lereng

     penambangan, yang dapat mengakibatkan kerugian perusahaan tambang berupa risikocidera/fatalitas pekerja, kehilangan waktu kerja, kehilangan cadangan batubara maupun

    kerusakan/kehilangan peralatan tambang.

    Untuk menghindari timbulnya risiko longsoran tersebut, maka penting bagi pengambil keputusan di

    lapangan melakukan analisis statistik terhadap data lapangan, yang dilanjutkan dengan analisis

     probabilitas terhadap disain lereng penambangan. Pendekatan tersebut dapat mengidentifikasi parameter masukan yang paling mempengaruhi kestabilan lereng penambangan.

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng penambangan antara lain : sifat fisik(densitas, porositas) dan mekanik batuan (kohesi, sudut gesek dalam), tekanan air tanah, percepatan

    horizontal peledakan, dan lain-lain.

    Studi kasus yang diteliti mengambil lokasi di PT. Adaro Indonesia, salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia, yang mempunyai karakteristik unik dari masing-masing jenis batuan.

    Perhitungan yang dilakukan juga relatif lebih sederhana, dan metode ini menghasilkan suatu estimasi

     probabilitas kelongsoran ( probability of failure) dari suatu disain lereng, yang memudahkan pengambil keputusan di lapangan untuk memilih suatu disain berdasarkan optimasi nilai faktor

    keamanan lereng penambangan.

    Kata Kunci : statistic, analisis probabilitas, Lereng penambangan, geoteknik, batubara

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    2/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 2

    A. LATAR BELAKANG

    Industri pertambangan merupakan bisnis yang unik, padat modal dan padat risiko. Dalam

     periode 10 tahun terakhir kegiatan industri pertambangan semakin meningkat dan diminati. Hal ini

    dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya perusahaan tambang yang telah mengantongi ijin

     produksi, dan bahkan peningkatan produksi mineral dan batubara (Minerba).

    Adanya peningkatan produksi minerba tersebut tentunya akan turut meningkatkan potensi risiko

     pada proses penambangan minerba. Salah satu risiko yang perlu diperhatikan dalam kegiatan

     penambangan minerba adalah risiko longsoran lereng penambangan, karena akibat yang ditimbulkan

    akan merugikan perusahaan tambang berupa risiko cidera/fatalitas pekerja, maupun kerusakan

     peralatan tambang.

    Untuk menghindari timbulnya risiko longsoran tersebut, maka penting bagi pengambil

    keputusan di lapangan memperoleh informasi analisis probabilitas terhadap disain lereng

     penambangan. Selain itu perlu juga diketahui bahwa resiko merupakan produk dari peluang terjadinya

    resiko dan dampak resiko longsoran tsb. Namun demikian, tulisan ini akan menjelaskan aplikasi

     pendekatan probabilitas dalam analisis kestabilan lereng penambangan.

    Pendekatan analisis probabilitas yang digunakan adalah metode Monte Carlo, di mana metode

    ini memberikan suatu metodologi yang cukup baik dalam mengevaluasi stabilitas lereng

     penambangan selain nilai faktor keamanan (FK). Perhitungan yang dilakukan juga relatif lebih

    sederhana, dan metode ini menghasilkan suatu estimasi probabilitas kelongsoran ( probability of

     failure).

    B. DASAR TEORI

    B.1. Falsafah Kestabilan Lereng

    Pengertian lereng adalah bagian dari permukaan bumi yang berbentuk miring. Sedang

    kestabilan lereng didefinisikan sebagai suatu kondisi atau keadaan yang stabil terhadap suatu bentuk 

    dan dimensi lereng.

    Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), massa batuan umumnya berada dalam keadaan

    seimbang terhadap gaya-gaya yang timbul dari dalam. Tetapi bila terjadi gangguan tertentu sampai

    menyebabkan lereng mengalami perubahan keseimbangan misalnya akibat aktivitas penggalian,

     peledakan, erosi atau aktivitas lain, maka batuan tersebut akan berusaha untuk mencapai keadaan

    keseimbangan yang baru secara alamiah.

    Kemantapan suatu lereng tergantung pada gaya-gaya penggerak dan gaya penahan

    yang ada pada lereng tersebut. Gaya-gaya penggerak berupa gaya berat, gaya tiris atau

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    3/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 3

    muatan, sedangkan gaya-gaya penahan berupa gaya gesekan atau geseran, kohesi dan kuat

    geser. Apabila gaya penggerak lebih besar dibandingkan dengan gaya penahan maka akan

    menyebabkan terjadinya kelongsoran. Tetapi bila gaya penahan ini lebih besar dari gaya

     penggerak, maka lereng tersebut tidak akan mengalami kelongsoran atau lereng dalam

    keadaan stabil.

    Kestabilan lereng biasa dinyatakan dalam bentuk faktor keamanan (FK) yang

    didefisikan sebagai berikut :

      =

    Di mana untuk keadaan-keadaan :

    FK > 1.0 : lereng dianggap stabil

    FK = 1.0 : lereng dalam keadaan seimbang dan siap untuk bergerak apabila adasedikit gangguan

    FK < 1.0 : lereng dianggap tidak stabil

    B.2. Metode Analisis Kestabilan Lereng

    Analisis kestabilan lereng dilakukan untuk mengevaluasi kondisi kestabilan dan unjuk kerja

    dari lereng galian, lereng timbunan maupun lereng alami. Secara umum tujuan analisis kestabilan

    lereng sebagai berikut :

    Menentukan kondisi kestabilan suatu lereng.

    Memperkirakan bentuk keruntuhan atau longsoran yang mungkin terjadi.

    Menentukan tingkat kerawanan lereng terhadap longsoran.

    Menentukan metode perkuatan atau perbaikan lereng yang sesuai.

    Merancang suatu lereng galian atau timbunan yang optimal dan memenuhi kriteria keamanan

    dan kelayakan ekonomis.

    Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk menganalisis kestabilan lereng yakni

    metode kesetimbangan batas (limit equilibrium method ).

    Metode kesetimbangan batas merupakan metode yang sangat popular, relatif sederhana, mudah

    digunakan serta telah terbukti kehandalannya dalam praktek rekayasa geoteknik selama bertahun-

    tahun.

    Dalam perhitungan analisis kestabilan lereng dengan metode ini hanya digunakan kondisi

    kesetimbangan statik saja serta mengabaikan adanya hubungan regangan-tegangan yang ada dalam

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    4/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 4

    lereng. Asumsi lainnya yaitu geometri dari bentuk bidang runtuh harus diketahui atau ditentukan

    terlebih dahulu.

    Kondisi kestabilan lereng dalam metode kesetimbangan batas dinyatakan dalam indeks Faktor

    Keamanan (FK). FK dihitung menggunakan kesetimbangan gaya atau kesetimbangan momen, atau

    menggunakan kedua kondisi kesetimbangan tersebut tergantung dari metode perhitungan yang

    dipakai.

    Dalam menentukan nilai FK terdapat beberapa persamaan statis yang digunakan meliputi :

    a. Penjumlahan gaya pada arah vertical untuk setiap irisan yang digunakan untuk menghitung

    gaya normal pada bagian dasar irisan.

     b. Penjumlahan gaya pada arah horizontal untuk setiap irisan yang digunakan untuk

    menghitung gaya normal antar irisan.

    c. Penjumlahan momen untuk keseluruhan irisan yang bertumpu pada satu titik.

    d. Penjumlahan gaya pada arah horizontal untuk seluruh irisan.

    B.3. TEORI PROBABILITAS

     B.3.1. Fungsi Distribusi Probabilitas

    Fungsi distribusi probabilitas merupakan salah satu cara yang digunakan untuk

    memperkirakan nilai probabilitas kemunculan suatu parameter. Fungsi distribusi probabilitas

    memiliki sifat-sifat penyebaran yang khas dan unik yang menjadikan fungsi yang satu akan berbeda

    dengan fungsi yang lainnya. Tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa suatu fungsi distribusi

    merupakan turunan dari fungsi yang lainnya. Misalnya fungsi distribusi eksponensial merupakan

     bentuk khusus dari fungsi distribusi gamma yang memiliki parameter bentuk (a) bernilai 1.

    Gambar 1. Fungsi Densitas

    Probabilitas (PDF)

    Gambar 2. Fungsi Distribusi Kumulatif

    (CDF)

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    5/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 5

    Secara grafik, fungsi distribusi probabilitas dapat digambarkan dengan 2 cara yakni dalam

     bentuk fungsi densitas probabilitas (PDF Probability Density Function) dan fungsi distribusi

    kumulatif (CDF Cumulative Distribution Function). Fungsi densitas probabilitas (gambar 1)

    mendeskripsikan daerah kemungkinan relatif di mana suatu bilangan acak dapat diasumsikan sebagai

    suatu nilai unik dibandingkan nilai lainnya. Untuk kurva distribusi factor keamanan, maka luas kurva

    yang diarsir merupakan probabilitas kelongsoran lereng. Sementara fungsi distribusi kumulatif

    (gambar 2) menggambarkan hal yang sama tetapi dalam bentuk kurva kumulatif dari f x(x).

     b. Simulasi Monte Carlo

    Simulasi Monte Carlo adalah sebuah nama kode untuk algoritma yang ditemukan oleh John

    von Newmann (1946) atas perintah Stanislaw Ulam. Nama  Monte Carlo diambil dari nama kasino

    Monte Carlo di Monaco, yang pertama kali digunakan untuk pengembangan bom hidrogen.

    Dalam penerapannya, tidak ada cara umum dalam penggunaan simulasi ini. Algoritma ini

    dapat diaplikasikan secara luas dengan cara yang berbeda-beda tetapi memiliki pola yang sama seperti

    di bawah ini :

    1. Definisikan domain (daerah asal) dari masukan data yang memungkinkan

    2. Munculkan masukan secara acak dari domain yang sudah ditentukan menggunakan distribusi

     probabilitas tertentu

    3. Lakukan perhitungan secara deterministic menggunakan data masukan

    4. Gabungkan hasil dari setiap perhitungan individual kepada hasil akhir.

    Algoritma ini digunakan sebagai landasan simulasi bilangan acak untuk menentukan fungsidistribusi probabilitas yang sesuai.

     B.3.2. Pencocokan (Fitting) Fungsi Probabilitas

    a. Kurtosis dan Skewness pada beberapa fungsi distribusi

    Skewness dan kurtosis merupakan dua parameter statistic deskriptif yang membantu dalam

     proses penentuan tipe fungsi distribusi. Data yang memiliki skewness mendekati nilai nol

    dapat dimodelkan menggunakan distribusi normal dengan baik karena tidak condong ke arah

    kiri maupun kanan.

    Skewness atau ukuran kemiringan kurva adalah kecenderungan distribusi data dilihat dari

    ukuran simetris atau tidaknya suatu kurva histogram.Skewness positif menyatakan distribusi

    data lebih banyak berada pada nilai yang lebih rendah sedangkan skewness negative

    menyatakan data terdistribusi lebih banyak pada nilai yang lebih tinggi. Data yang

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    6/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 6

    terdistribusi normal secara sempurna memiliki nilai skewness mendekati nol. Skewness

    dinyatakan dengan persamaan:

    =

    ∑   ( )

    Kurtosis merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kecenderungan keruncingan puncakdata dibandingkan dengan distribusi normal yang memiliki variansi yang sama (Pearson

    1905). Dalam teori yang dikemukakan, Pearson membagi jenis kurtosis data menjadi

     platykurtic(  2< 0) yang dicirikan dengan puncak kurva yang agak runcing, leptokurtic(  2> 0)

    yang dicirikan dengan puncak kurva yang lebih rata daripada platykurtic, dan mesokurtic(  2

    0) yang memiliki nilai kerataan antara platykurtic dan mesokurtic.Kurtosis dinyatakan dengan

     persamaan:

    =

    ∑   ( )

    b. Standar Error Skewness dan Standar Error Kurtosis

    Menurut Tabachnick  (1996), terdapat suatu cara penentuan fungsi distribusi probabilitas

    secara umum berdasarkan nilai kurtosis dan skewness dari data yang diteliti. Dijelaskan

    dalam bukunya yang berjudul “Using Multivariate Statistics”, apabila nilai skewness dan

    kurtosis yang dimiliki fungsi distribusi tertentu terletak pada range error data penelitian, maka

    data penelitian dapat dimodelkan menggunakan fungsi distribusi tersebut.

    Adapun Standard Error Skewness dirumuskan sebagai berikut :

    =

    Dan standard Error Kurtosis dirumuskan sebagai berikut :

    =

    Dimana n adalah jumlah data penelitian.

    Secara matematis, sebuah fungsi distribusi dapat memodelkan suatu data penelitian jika :

    − ≤ ≤ Dan − ≤ ≤

    Apabila salah satu dari syarat tersebut tidak terpenuhi maka fungsi distribusi tersebut

    dikatakan tidak dapat memodelkan data penelitian.

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    7/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 7

    Rangkaian data penelitian yang memiliki jumlah data pengamatan yang banyak akan

    memperkecil jangkauan error dari kurtosis dan skewness yang berarti memperbesar tingkat

    kepercayaan terhadap hasil pencocokan tipe distribusi.

    C. DATA OLAHAN

    Penelitian ini mengambil studi kasus di lereng penambangan PT Adaro Indonesia, Tanjung,

    Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel batuan dilakukan pada 3 jenis batuan, yakni batubara, batu

    lumpur (mudstone), dan batu pasir (sandstone). Sampel batuan tersebut kemudian dilakukan

     pengujian laboratorium guna memperoleh sifat fisik (densitas) dan sifat mekanik (kohesi dan sudut

    gesek dalam) batuan.

    Berikut data parameter material yang diperoleh dari analisis statistic data hasil pengujian

    laboratorium mekanika batuan yang mencakup sifat fisik dan mekanik batuan :

    Tabel 1. Hasil Analisis Statistik Sifat Fisik dan Mekanik Batuan

    LithologiStatistik 

    Parameter 

    Densitas

    (kN/m3)

    C

    (kN/m2)

    φ

    (0)

    Batubara

    Rata-rata

    13.25

    92.87 22.01

    Maks 96.57 24.85

    Min 88.09 15.20

    Stand. Deviasi 4.14 4.56

    Batu Lumpur 

    Rata-rata

    22.94

    119.35 20.54

    Maks 194.73 33.37

    Min 73.46 13.06

    Stand. Deviasi 40.55 6.37

    Batu Pasir 

    Rata-rata

    20.97

    264.90 31.42

    Maks 408.86 36.64

    Min 89.03 25.37

    Stand. Deviasi 111.32 3.76

    Untuk selanjutnya kohesi dan sudut gesek dalam menjadi parameter acak dalam penentuan

    kestabilan lereng tunggal penambangan PT. Adaro Indonesia. Sementara parameter-parameter lain

    seperti kemiringan dan sudut lereng, tekanan/tinggi muka air tanah, dan seismic loading diasumsikan

    menjadi parameter deterministic.

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    8/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 8

    D. PEMBAHASAN

    D.1. Model Distribusi Kohesi Dan Sudut Gesek Dalam

    Studi ini dimulai dengan menggunakan data hasil uji laboratorium yang dilanjutkan

    dengan memunculkan bilangan acak parameter kohesi (c) dan sudut gesek dalam   (φ)  pada

    masing-masing jenis batuan dengan jenis distribusi yang berbeda. Skema pemunculan

     bilangan acak di atas dilakukan dengan menggunakan 6 set bilangan acak untuk setiap jenis

    tipe distribusi pada penampang 8 dan satu set bilangan acak untuk penampang 10, 11, dan 13.

    Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa penampang 8 memiliki jumlah data yang

     paling banyak. Pemunculan bilangan acak untuk penampang 10, 11 dan 13 dilakukan untuk

    membantu dalam pertimbangan pemilihan pola distribusi yang tepat.

    Berdasarkan hasil validasi pada Tabel 2, pengambilan keputusan pemilihan tipe

    distribusi dititikberatkan kepada hasil validasi data dari section 8. Hasil validasi dari section

    10,11,13 digunakan sebagai acuan untuk memperbesar tingkat keyakinan semata dikarenakan

    kurangnya data pengamatan pada penampang tersebut. Parameter batuan dengan hasil

    validasi sempurna (nilai dari 4 section menunjukkan semua “YA”) menjadi prioritas utama

     pertimbangan pemilihan.

    Tabel 3. memperlihatkan sebaran data pada penampang 8, 10, 11 dan 13 pada masing-

    masing jenis batuan. Sebaran data terbesar terdapat pada penampang 8, yang secara teoritis

    akan memiliki error yang kecil dibandingkan penampang lainnya. Bila error semakin kecil,

    maka jangkauan nilai SES dan SEK semakin kecil yang berarti adanya peningkatan tingkatkepercayaan pada hasil validasi.

    Tabel 4 menggambarkan nilai error yang dihasilkan untuk setiap set bilangan acak pada

     penampang 8. Berdasarkan data hasil pemunculan 5 set bilangan dapat dilihat tingkat kemungkinan

    50 bilangan acak menghasilkan nilai validasi yang tidak tepat. Terdapat kemungkinan kesalahan

    sebesar 20% - 40% untuk menghasilkan nilai kurtosis dan skewness yang tidak tepat.

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    9/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 9

    Tabel 2. Hasil Validasi Kurva Distribusi

    Material Parameter Penampang

    Validasi Distribusi

     Normal Uniform Gamma Exponential Lognormal Beta

    Batulumpur 

    Kohesi

    8 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak Ya

    10 Ya Ya Ya Tidak Ya Ya

    11 Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya

    13 Ya Ya Tidak Tidak Ya Ya

    Phi

    8 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak -

    10 Ya Ya Tidak Tidak Tidak -

    11 Ya Ya Tidak Tidak Tidak -

    13 Tidak Ya Ya Tidak Tidak -

    Batu Pasir 

    Kohesi

    8 Ya Ya Ya Tidak Ya Ya

    10 Ya Ya Ya Tidak Ya Ya

    11 Ya Ya Ya Tidak Ya Ya

    13 Tidak Ya Ya Tidak Ya Ya

    Phi

    8 Ya Tidak Tidak Tidak Tidak -

    10 Ya Ya Ya Tidak Ya -

    11 Ya Ya Ya Ya Tidak -

    13 Ya Ya Ya Ya Tidak -

    Batubara

    Kohesi

    8 Ya Tidak Tidak Tidak Ya Ya

    10 Ya Ya Ya Tidak Ya Ya11 Tidak Ya Ya Ya Ya Ya

    13 Ya Tidak Ya Ya Ya Ya

    Phi

    8 Ya Tidak Ya Tidak Tidak -

    10 Ya Ya Ya Tidak Tidak -

    11 Ya Ya Ya Tidak Tidak -

    13 Ya Tidak Ya Tidak Tidak -

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    10/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 10

    Tabel 3. Perbandingan Jumlah Data Setiap Penampang

    Jenis Batuan

    Jumlah Data Pengamatan

    Section 8 Section 10 Section 11 Section 13

    Batu Lumpur 46 14 16 15Batu Pasir 26 5 6 6

    Batu Bara 27 13 12 14

    Tabel 4. Nilai Error Kurva Distribusi

    Jenis

    MaterialParameter 

    Persentase Error Distribusi

     Normal Uniform Gamma Eksponensial Lognormal Beta

    Batulumpur Kohesi 20% 0% 20% 0% 20% 20%

    Phi 20% 0% 40% 0% 0% 0%

    Batu Pasir  Kohesi 0% 40% 40% 0% 20% 0%Phi 20% 0% 20% 20% 0% 0%

    BatubaraKohesi 20% 20% 40% 0% 0% 40%

    Phi 0% 0% 20% 0% 0% 0%

    Dalam hal perbedaan jenis fungsi distribusi, pada penelitian ini diambil fungsi distribusi yang

    memiliki tingkat ketidakpastian terkecil. Ketidakpastian ini dapat muncul karena penentuan parameter

    fungsi yang menggunakan nilai yang didekati seperti pada distribusi gamma dan beta. Pada kedua

    distribusi tersebut harus ditentukan nilai dari parameter bentuk dan parameter angka yang belum dapat

    ditentukan secara tepat. Penentuan parameter bentuk dan parameter skala bersifat empirik dan spesifik

    untuk setiap kasus, maka diperlukan kajian lebih mendalam untuk mendapatkan parameter bentuk dan

    skala yang tepat untuk penelitian ini. Berdasarkan analisa tersebut, terdapat suatu ketidakpastian

    terhadap nilai masukan yang akan diolah dalam proses pemunculan bilangan acak. Ketidakpastian ini

    dapat berpengaruh terhadap ketidaktepatan hasil validasi. Distribusi yang terlalu sederhana (seperti

    distribusi seragam) juga dieliminasi dalam proses pertimbangan karena fungsi distribusi seragam tidak

    cocok untuk memodelkan parameter dalam bidang geoteknik yang hamper sebagian besar merupakan

     parameter yang kompleks.

    Hal lain yang dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan fungsi distribusi adalah

     persentase error yang dihasilkan dari pemunculan 5 set bilangan acak pada penampang 8. Masing-

    masing set bilangan acak pada penampang 8 dimunculkan satu kali tanpa ada pengulangan. Jadi,

    dapat disimpulkan bahwa error yang terjadi adalah error alami.

    Berdasarkan pertimbangan di atas, maka ditetapkan fungsi distribusi untuk setiap parameter

    sebagai berikut

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    11/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 11

    Tabel 5. Tipe distribusi untuk masing-masing parameter

    Parameter Fungsi distribusi

    Kohesi batu lumpur Normal

    Sudut gesek dalam batu lumpur Normal

    Kohesi batu pasir Lognormal

    Sudut gesek dalam batu pasir Normal

    Kohesi batubara Lognormal

    Sudut gesek dalam batubara Normal

    Bentuk grafik untuk masing-masing parameter digambarkan seperti berikut :

    Gambar 3. Grafik PDF Kohesi Batu

    Lumpur

    Gambar 4. Grafik PDF Sudut Gesek Dalam

    Batu Lumpur

    Gambar 5. Grafik PDF Kohesi Batu Pasir Gambar 6. Grafik PDF Sudut Gesek Dalam

    Batu Pasir

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    12/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 12

    Gambar 7. Grafik PDF Kohesi Batubara Gambar 8. Grafik PDF Sudut Gesek

    Dalam Batubara

    Parameter penting yang dapat diambil dari masing-masing grafik adalah nilai tingkat

    kepercayaan dan nilai minimum serta maksimum untuk setiap parameter. Nilai dari tingkat

    kepercayaan ditentukan dengan menyesuaikan bentuk kurva sesuai dengan tipe distribusi yang

    ditentukan. Terutama untuk distribusi normal, kurva dengan probabilitas kemunculan 90% memiliki

     bentuk mirip dengan distribusi lognormal dengan “kaki” di sebelah kanan lebih panjang. Oleh karenaitu, batas maksimum di sebelah kanan digeser mendekati puncak kurva sehingga kurva memiliki

     bentuk yang simetris.

    Dasar penentuan tingkat kepercayaan ( Level of Confidence) tidak memiliki aturan yang kaku.

    Penentuan tingkat kepercayaan lebih cenderung bersifat subjektif dan mungkin saja individu yang

    satu memiliki pertimbangan pemilihan tingkat kepercayaan yang berbeda dengan individu yang

    lainnya. Sebagai pembanding Pathak, 2006 menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 67% untuk

    memodelkan sudut gesek dalam.

    D.2. Analisis Kestabilan Lereng

     D.2.1. Input Data

    Dalam analisis kestabilan lereng penambangan ini hanya mengkaji kestabilan lereng tunggal

    (single slope) pada masing-masing batuan.

    Data yang diperlukan untuk analisis ini terdiri atas 2 variabel :

    1. Variabel tetap

    Tinggi dan sudut lereng

    Tinggi muka air tanah

    Seismic loading

    Bobot Isi

    2. Variabel Acak 

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    13/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 13

    Kohesi

    Sudut Gesek Dalam

     D.2.2. Faktor Keamanan dan Probabilitas Kelongsoran

    Analisis Faktor keamanan dilakukan menggunakan salah satu metode kesetimbangan batas

    yang mana memperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada seluruh lereng dengan membagi bidang

    lereng yang longsor menjadi beberapa irisan.

    a. Lereng Tunggal Batubara

    Disain yang digunakan dalam analisis ini mengacu pada disain lereng yang sudah ada

    (existing design). Lereng terlihat stabil meskipun dalam kondisi jenuh, bahkan dengan

    mencuramkan lereng hingga mencapai sudut 600 (Gambar 9). Secara umum nilai factor

    keamanan lereng tunggal batubara dibandingkan dengan lereng tunggal batu lumpur dan

     batu pasir masih lebih rendah.

    Probabilitas kelongsoran (PK) lereng tunggal batubara sangatlah kecil (hampir pasti

    dengan kondisi ini lereng sangat aman).

    b. Lereng Tunggal Batu Lumpur

    Lereng tunggal ini juga terlihat relative lebih stabil dibandingkan lereng batubara dalam

    kondisi kering maupun jenuh (Tabel 6).

    c. Lereng Tunggal Batu Pasir

    Lereng tunggal ini menghasilkan factor keamanan paling tinggi dibandingkan 2 jenis

     batuan lainnya. Namun belum menjawab tingkat probabilitas kelongsoran lereng (Tabel 6).

    d. Lereng Keseluruhan

    Untuk melihat kelongsoran lereng dalam skala lebih besar, maka dilakukan analisis

    kelongsoran lereng keseluruhan (overall slope). Bila membandingkan kondisi lereng

    dalam kondisi kering dan kondisi jenuh terlihat perbedaan yang besar terhadap factor

    keamanan dan tingkat probabilitas kelongsoran lereng. Lereng menjadi sangat tidak aman

     pada kondisi jenuh yakni pada factor keamanan < 1 dan probabilitas kelongsoran 52%.

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    14/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 14

    Gambar 9. Disain Lereng Tunggal Batubara Kondisi Kering

    Gambar 10. Disain Lereng Tunggal Batubara Kondisi Jenuh

    Rekapitulasi hasil perhitungan factor keamanan dan probabilitas kelongsoran lereng tunggal

    dan lereng keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 6.

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    15/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 15

    Tabel 6. Rekapitulasi Faktor Keamanan dan Probabilitas Kelongsoran

    Jenis

    Batuan

    Tinggi

    Lereng

    (m)

    Sudut

    Lereng

    (0)

    Lereng Kering Lereng Jenuh

    FK d FK r  PK FK  d FK r  PK 

    Batubara18 38 3.16 3.01 0.000% 2.29 2.28 0.000%

    18 60 - - - 1.84 1.84 0.000%Batu

    Lumpur 10 47 3.57 3.78 0.000% 3.13 3.31 0.000%

    Batu Pasir 26 38 4.17 3.92 0.000% 3.40 3.16 0.000%

    Overall 141.8 18 1.63 1.66 0.3% 0.97 0.99 52%

     D.232. Analisis Sensitivitas Faktor Keamanan

    Proses ini merupakan salah satu cara untuk melihat variable acak yang sangat berpengaruh

    terhadap factor keamanan. Mengingat pada analisis ini hanya ada 2 variabel acak yang digunakan

    yakni kohesi dan sudut gesek dalam, maka sensitivitas factor keamanan ditentukan hanya oleh 2

    faktor ini.

    Pada Lereng tunggal meskipun variable kohesi lebih sensitive daripada sudut gesek dalam,

    namun tidak berpengaruh signifikan terhadap factor keamanan.

    Gambar 11. Grafik Sensitivitas Faktor Keamanan Batubara Pada Kondisi Jenuh

    2.15

    2.2

    2.25

    2.3

    2.35

    2.4

    0 20 40 60 80 100

       F   a   c   t   o   r   o    f   S   a    f   e   t   y  -

        b   i   s    h   o   p   s   i   m   p    l   i    f   i   e    d

    Percent of Range (mean = 50%)

    Batubara : Cohesion

    (kN/m2)Batubara : Phi (deg)

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    16/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 16

    Pada Lereng keseluruhan pada kondisi jenuh terlihat pengaruh perubahan nilai sudut gesek

    dalam terhadap factor keamanan sangat sensitive dibandingkan dengan variable lain.

    Gambar 12. Grafik Sensitivitas Faktor Keamanan Lereng Keseluruhan Pada Kondisi Jenuh

    E. KESIMPULAN1. Karakterisasi parameter masukan kohesi dan sudut gesek dalam diperlukan untuk menentukan

    range nilai yang digunakan dalam disain dan jenis distribusi keduanya.

    2. Lereng tunggal pada seluruh jenis batuan relative lebih stabil, dengan hanya memperhatikan

     pengaruh perubahan kohesi dan sudut gesek dalam. Namun kondisi ini belum memperhatikan

     parameter masukan lainnya seperti tekanan air tanah, struktur lapisan batuan, seismic loading,

    dan kondisi densitas batuan.

    3. Analisis kestabilan lereng keseluruhan pada kondisi jenuh menggambarkan tingkat

     probabilitas kelongsoran yang sangat tinggi sebesar 25% yang berarti dari 100 lereng yang

    sama, 25 lereng akan longsor. Bila factor ini sangat berarti maka proses mitigasi berupa drain

    hole diperlukan guna mengurangi beban lereng akibat tekanan air.

    4. Berdasarkan analisis sensitivitas pada lereng tunggal, maka kohesi lebih sensitive terhadapfactor keamanan dibandingkan dengan sudut gesek dalam pada seluruh batuan.

    5. Untuk mendapatkan hasil lebih akurat, penambahan data pengamatan diperlukan untuk

    memperkecil error.

    0

    0.5

    1

    1.5

    2

    2.5

    0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

       F   a   c   t   o   r   o    f   S   a    f   e   t   y  -

        b   i   s    h   o   p   s   i   m   p    l   i    f   i   e    d

    Percent of Range (mean = 50%)

    Batupasir : Cohesion (kN/m2)

    Batupasir : Phi (deg)

    Batulumpur : Cohesion (kN/m2)

    Batulumpur : Phi (deg)

    Batubara : Cohesion (kN/m2)

    Batubara : Phi (deg)

    Batulumpur karbonan : Cohesion

    (kN/m2)

    Batulumpur karbonan : Phi (deg)

  • 8/19/2019 Makalah Lengkap SEMNAS Statistik 2011_masagus Dkk

    17/17

    Masagus dkk | Dipresentasikan Pada Seminar Nasional Statistik di UNDIP, 19 Mei 2011 17

    F. PUSTAKA

    1. @risk Software, www.palisade.com

    2. E. Hoek, Factor of safety and probability of failure, Rock Engineering, 8 : 105-114, 1998

    3. Masagus A.A. et.al, 2010, Penerapan Pendekatan Probabilitas Pada Analisis Kemantapan

    Lereng, TPT XIX PERHAPI 2010, Balikpapan.

    4. Shubh Pathak,Ram Krishna Poudel and Bhagawan Ratna Kansakar, 2006, Application ofProbabilistic Approach in Rock Slope Stability Analysis — An Experience from Nepal, pp.

    797–802, Universal Academy Press, Inc. - Tokyo, Japan

    5. Steffen, O.K.H. et.al, 2008, A risk evaluation approach for pit slope design.

    6. Tabachnick, B. G., Fidell, L. S., Using Multivariate Statistics (3rd ed.), New York: Harper

    Collins, 1996

    7. Terbrugge P.J.et.al., 2006, A risk consequence approach to open pit slope design.

    8. Whitman, R.V., 1981, Evaluating Calculated Risk In Geotechnical Engineering, AmericanSociety of Civil Engineers, pp 144-188