Makalah Lengkap ASKEP Hipertensi

60
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang System kardiovaskular merupakan suatu system transport tertutup yang terdiri atas jantung, komponen darah, dan pembuluh darah (Muttaqin, 2009). Fungsi system kardiovaskuler adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. System kardiovaskular yang berfungsi sebagai system regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara system sirkulasi organ tersebut. Jantung berfungsi melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Proses sirkulasi ini akan bekerja dengan baik jika proses pemompaan berlangsung dengan baik. Jika pemompaan ini tidak sempurna, distribusi oksigen akan menurun yang dikompensasi oleh jantung dengan meningkatkan kecepatan respirasi. Apabila proses kompensasi terjadi terus menerus, pada akhirnya jantung akan gagal melakukan pemompaaan. Pompa

Transcript of Makalah Lengkap ASKEP Hipertensi

39

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSystem kardiovaskular merupakan suatu system transport tertutup yang terdiri atas jantung, komponen darah, dan pembuluh darah (Muttaqin, 2009). Fungsi system kardiovaskuler adalah memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi ke seluruh jaringan dan organ tubuh yang diperlukan dalam proses metabolisme. Secara normal setiap jaringan dan organ tubuh akan menerima aliran darah dalam jumlah yang cukup sehingga jaringan dan organ tubuh menerima nutrisi dengan adekuat. System kardiovaskular yang berfungsi sebagai system regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespons seluruh aktivitas tubuh. Pada keadaan tertentu, darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak untuk memelihara system sirkulasi organ tersebut.Jantung berfungsi melakukan sirkulasi darah ke seluruh tubuh. Proses sirkulasi ini akan bekerja dengan baik jika proses pemompaan berlangsung dengan baik. Jika pemompaan ini tidak sempurna, distribusi oksigen akan menurun yang dikompensasi oleh jantung dengan meningkatkan kecepatan respirasi. Apabila proses kompensasi terjadi terus menerus, pada akhirnya jantung akan gagal melakukan pemompaaan. Pompa jantung bekerja melalui tahapan yang disebut siklus jantung yang terdiri dari sistol dan diatol (Ronny,dkk., 2008).Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncuo (sistol). Adapaun tekanan darah diastolic adalah tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali(diastole). Tekanan darah manusia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu tekanan darah rendah(hipotensi), normal(normotensi), dan tinggi (hipertensi)(Gunawan, 2001).

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Apa definisi hipertensi?;1.2.2 Apa etiologi hipertensi?;1.2.3 Bagaimana patofisiologi hipertensi?;1.2.4 Apa saja tanda dan gejala hipertensi?;1.2.5 Bagaimana prosedur diagnostik penyakit hipertensi?;1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan penyakit hipertensi?;1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi?.

1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui definisi hipertensi;1.3.2 Mengetahui etiologi hipertensi;1.3.3 Mengetahui patofisiologi hipertensi;1.3.4 Mengetahui tanda dan gejala penyakit hipertensi;1.3.5 Mengetahui prosedur diagnostik hipertensi;1.3.6 Mengetahui penatalaksanaan penyakit hipertensi;1.3.7 Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hipertensi.

BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT

2.1 Pengertian HipertensiHipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Disebut sebagai pembunuh diam-diam karena orang dengan hipertensi sering tidak menampakkan gejala. Separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus dipantau dengan interval teratur karena hipertensi merupakan kondisi seumur hidup.

2.2 Etiologi HipertensiBerdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu: 1. Hipertensi esensial atau hipertensi primerHipertensi ini merupakan hipertensi yang tidak diketahui peyebabnya atau disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus (Smeltzer&Bare, 2001). Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, genetik, usia, lingkungan, sistem reninangiotensin dan sistem saraf otonom.Faktor-faktor lainya yaitu merokok, konsumsi garam berlebih, alkohol, obesitas, stres dan kurang berolahraga/aktivitas fisik. (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011). 2. Hipertensi sekunderHipertensi ini terdapat sekitar 5% kasus dari semua prevalensi hipertensi. Penyebab spesifiknya diketahui, misalnya; penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta, hipertensi pada kehamilan, kelainan neurologi, obat-obat dan zat-zat lain (Lauralee, 2001; dalamRahmadani, 2011).

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder (Gunawan, 2001). Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :1. Faktor keturunanDari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.2. Ciri perseoranganCiri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)

Pada umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:1. Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atautransport Na.2. Obesitas, terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.3. Stress Lingkungan.4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterisklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan - perubahan pada :1. Elastisitas dinding aorta menurun2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.4. Kehilangan elastisitas pembuluh darahHal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

2.3 Patofisiologi HipertensiMenurut Smeltzer & Bare (2002:898) mengatakan bahwa mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor pada medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke ganglia simpatis di torax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis . Pada titik ganglion ini neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya norepinefrine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktif yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang ke ginjal menjadi berkurang atau menurun dan berakibat diproduksinya renin, renin akan merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi angiostensin II yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal dimana hormon aldosteron ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyebabkan peningkatan volume cairan intra vaskuler yang menyebabkan hipertensi. Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :1. Curah jantung dan tahanan periferMempertahankan tekanan darah yang normal bergantung kepada keseimbangan antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal, namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008). Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga menginduksi perubahan sruktural dengan penebalan dinding pembuluh darah arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah jantung, yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan tahanan peifer yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel secara substansial (Lumbantobing, 2008).2. Sistem renin-angiotensinSistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008). Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin (angiotensinogen) menjadi angotensin II di paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah (Lumbantobing, 2008).3. Sistem saraf otonomStimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi arteriola. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik (Lumbantobing, 2008).4. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic pept ide /ANP)ANP merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai jawaban terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal, jadi sebagai semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi (Lumbantobing, 2008).

2.4 Tanda dan Gejala HipertensiManifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2. Sakit kepala 3. Epistaksis 4. Pusing / migrain 5. Rasa berat ditengkuk 6. Sukar tidur 7. Mata berkunang kunang 8. Lemah dan lelah 9. Muka pucat 10. Suhu tubuh rendah

Sebagian besar pasien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai gejala spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya diidentifikasi dengan pemeriksaan tekanan darah saja (Kurt, 2000; dalam Sari 2011). Seseorang dapat menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakantanda-tanda meningkatnya tekanan darah, padahal gejala tersebut hanya sebagian kecil yangterjadi akibat hipertensi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011).Sebuah penelitian menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepaladengan meningkatnya tekanan darah, bahkan sebagian orang tidak merasakan tanda atau gejala apapun. Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyutjantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005; dalam Sari, 2011). Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002; dalam Sagala, 2010). Kushartanti (2008) menyebutkan gejala hipertensi yakni meliputi pusing, kaku tengkuk, kaku bahu, kesemutan, mual, lemas, sakit pinggang dan sesak nafas.Menurut Smeltzer&Bare (2001) faktor yang mempengaruhi gejala hipertensi yaitu adanya kerusakan/gangguan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan sistem organ yang divaskularisasi.Gejala hipertensi merupakan manifestasi klinis dari gangguan kenyamanan yang dirasakan pasien. Pasien dapat menganggap sebuah gejala hipertensi sebagai sebuah gangguan kenyamanan atau tidak bergantung dari beberapa faktor. Menurut Potter&Perry (2005) beberapa faktor tersebut yaitu; usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, koping dan dukungan sosial keluarga.

2.5 Prosedur Diagnostik1. Pemeriksaan Laboratorium :a. Hb atau Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti: hipokoagulabilitas dan anemiab. BUN atau kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjalc. Glukosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin. Hipertensi yang disertai dengan diabetes ataupun diabetes yang disertai hipertensi dapat menimbulkan risiko pada organorgan penting. Oleh karena itu diperlukan pemantauan untuk kadar glukosa dalam darahd. Urinalisa: mengkaji pada darah, protein, glukosa, menunjukkan ada disfungsi pada ginjal dan adanya DM2. CT Scan: untuk mengkaji adanya tumor cerebral dan encelopati3. EKG: dapat menunjukan pola regangan, dimana letak dan berapa luasnya, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi4. IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi, seperti: batu ginjal dan perbaikan ginjal5. Foto Thorax: dapat menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup dan pembesaran jantung

2.6 Penatalaksanaan HipertensiPenatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan:1. Terapi nonfarmakologi2. Terapi farmakologi

1. Terapi nonfarmakologiMenerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup. Perubahan yang sudah terlihat menurunkan tekanan darah dapat terlihat pada tabel 4 sesuai dengan rekomendasi dari JNC VII. Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi.12 Modifikasi gaya hidup yang penting yang terlihat menurunkan tekanan darah adalah mengurangi berat badan untuk individu yang obes atau gemuk; mengadopsi pola makan DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang kaya akan kalium dan kalsium; diet rendah natrium; aktifitas fisik; dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi; mengurangi garam dan berat badan dapat membebaskan pasien dari menggunakan obat. 10 Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol. Untuk ini diperlukan pendidikan ke pasien, dan dorongan moril. Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet:a. Hipertensi 2 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat badan idealb. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight)c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemukd. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2, dislipidemia, dan selanjutnya ke penyakit kardiovaskular.e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium. JNC VII menyarankan pola makan DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.

2. Terapi FarmakologiAda 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB).Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 20/10 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik, dan lansia.

BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian3.1.1 Riwayat KesehatanRiwayat kesehatan merupakan pengkajian status kesehatan, baik status kesehatan saat ini (riwayat penyakit sekarang), status kesehatan masa lalu (riwayat penyakit dahulu), dan status kesehatan keluarga (riwayat penyakit keluarga).a. Riwayat Penyakit SekarangMerupakan proses atau alur bagaimana keluhan bisa terjadi. Bila di dalam keluhan utama tidak dijelaskan bagaiman bisa keluhan utama dalam hipertensi itu muncul, maka di dalam riwayat penyakit sekarang dimunculkan. Pada pengkajian ini bisa muncul berbagai keluhan yang lainnya. Yang perlu ditanyakan pada klien adalah bagaimana proses keluhan menyangkut hipertensi itu bisa terjadi, tindakan yang telah dilakukan pasien dan keluarga untuk meringankan keluhan yang muncul akibat hipertensi (termasuk pengobatan yang telah dilakukan), bagaimana prosesnya sampai pasien dibawa ke rumah sakit. Misalnya jika dalam hipertensi ini biasanya pasien merasa pusing. Hal-hal yang ditanyakan meliputi:1) Gambaran pusing atau sakit kepala yang dirasakan oleh pasien2) Kapan rasa pusing itu muncul?3) Apakah yang menyebabkan pusing akibat kenaikan tekanan darah yang dialami oleh pasien bertambah parah?4) Apakah pasien telah menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan gejala dari hipertensi tersebut?5) Apakah efek samping dari obat yang dikonsumsi baik atau tidak terhadap rasa pusing atau sakit kepala yang dirasakan?6) Dan sebagainya.b. Riwayat Penyakit DahuluMengkaji apakah ada penyakit yang pernah pasien derita di masa lalu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah penyakit terdahulu yang pernah diderita berdampak pada penyakit yang muncul pada pasien saat ini. Hal yang perlu dikaji apakah dulunya pasien punya riwayat hipertensi dan pernah MRS dengan keluhan yang sama. Selain itu perlu ditanyakan pula apakah pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler lainnya.c. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat kesehatan keluarga ditujukan untuk mencari apakah ada factor keturunan atau pun bawaan. Hal yang ditanyakan adalah adakah anggota keluarga yang pernah menderita penyakit hipertensi sebelumnya. Pengkajian pada riwayat kesehatan keluarga ini jangan lupa sertakan genogram.

3.1.2 Pengkajian : NANDA, Pola GordonPola NANDAa. Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi KesehatanYang perlu dikaji: Bagaimana klien dan keluarga menangani permasalahan hipertensi yang ada misalnya obat apa yang diberikan saat tekanan darah pasien meningkat Bagaimana pasien dan keluarganya mengontrol lingkungan yang mendukung kesembuhan penderita hipertensi Apakah pasien telah memeriksakan diri secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan Riwayat hospitalisasi dan pembedahan Apakah pasien sering memeriksakan tekanan darahnya Sejauh mana pasien dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh pasien Factor resiko yang berhubungan dengan kesehatan misalnya gaya hidup dan status social ekonomib. Pola Metabolik-NutrisiYang perlu dikaji: Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan yang dikonsumsi oleh pasien Jenis makanan dan minuman yang sering dikonsumsi Jelaskan makanan dan minuman yang baik dikonsumsi untuk penderita selama 24 jam Adakah peningkatan atau penurunan berat badan Adakah perubahan nafsu makan Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhirc. Pola EliminasiYang perlu dikaji: Kebiasaan pola BAK selama hipertensi Kebiasaan pola BAB selama hipertensi Penggunaan bantuan obat-obatan untuk ekskresid. Pola Aktivitas-LatihanYang perlu dikaji: Aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh pasien Apakah klien suka melakukan olahraga Jenis olahraga yang sering dilakukan pasien Kemampuan untuk merawat diri sendiri akibat adanya hipertensi saat ini Apakah klien menggunakan alat bantu seperti kruk atau tongkat akibat hipertensi yang dialami Apakah tingkat energy menurun selama mengalami hipertensi Lingkungan kerja pasiene. Pola Istirahat-TidurYang perlu dikaji: Kebiasaan tidur passion sehari-hari Keyakinan budaya Apakah pasien menggunakan obat-obatan yang mempermudahkan pasien untuk istirahat atau tidur Jadwal istirahat dan relaksasi yang dilakukan oleh pasien Apakah ada gejala gangguan pola tidur yang muncul Kaji factor yang berhubungan misalnya proses penuaanf. Pola Persepsi-KognitifYang perlu dikaji: Gambaran panca indra pasien Apakah ada pengaruh hipertensi dengan gambaran panca indera Penggunaan alat bantu pendukung panca indera misalnya kacamata, alat bantu dengar, dsb. Persepsi ketidaknyamanan Tingkat pendidikan Kemampuan pasien dan keluarganya dalam mengambil keputusan Saat mana pasien merasakan pusingg. Pola Konsep Diri-Persepsi DiriYang perlu dikaji: Keadaan social: pekerjaan, situasi keluarga, kelompok social Identitas personal: penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Keadaan fisik: segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh, yang disukai atau yang tidak disukai Harga diri: perasaan mengenai diri sendiri Ancaman terhadap diri sendiri akibat hipertensi yang dialami misalnya perubahan peran Apa yang pasien rasakan saat menderita hipertensih. Pola Hubungan-PeranYang perlu dikaji: Gambaran tentang peran berkaitan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja Kepuasan atau ketidakpuasan menjalankan peran Efek terhadap perubahan status kesehatan Pentingnya dukungan keluarga kepada pasien yang menderita hipertensi Hubungan pasien dengan orang lain Apakah masalah kesehatan yang dialami pasien mempengaruhi perubahan peran dan tanggung jawab dalam keluarga, sahabat, dalam pekerjaan, atau aktifitas sosial.i. Pola Reproduktif-SeksualitasYang perlu dikaji: Masalah atau perhatian seksual Gambaran perilaku seksual Apakah hiperensi yang diderita pasien mengganggu aktivitas seksualnya Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi Riwayat menstruasi dan reproduksi Apakah masalah hipertensi yang sedang pasien alami mengganggu peran pasien sebagai seorang wanita atau priaj. Pola Toleransi terhadap Stress-KopingYang perlu dikaji: Sifat pencetus stress yang dialami baru-baru ini Tingkat stress yang dipersepsikan Gambaran respon umum dan khusus terhadap stress yang muncul Strategi yang biasa digunakan untuk mengatasi stress serta keefektifannya Perubahan kehidupan dan kehilangan Strategi koping yang biasa digunakan Penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian yang dialami oleh pasien Pengetahuan dan penggunaan manajemen stress Hubungan manajemen stress dengan dinamika keluarga pasien Riwayat yang berhubungan dengan masalah psikologis Siapa yang membantu pasien dalam penyesuaian diri terhadap penyakit hipertensi yang dialaminya saat ini Apakah pasien mengalami stress karena menderita hipertensik. Pola Keyakinan-NilaiYang perlu dikaji: Latar belakang budaya atau etnik Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik Tujuan kehidupan pasien Apa yang dijadikan penting bagi pasien dan keluarganya Dampak kesehatan terhadap spiritualisasi Harapan ke depannya terkait dengan masalah yang pasien hadapi

Pola Gordon1. Pola Persepsi dan Pemeliharaab kesehatanPasien mengatakan tahu tentang pentingnya kesehatan sehingga apabila ada salah satu keluarganya yang sakit langsung dibawa ke RS.2. Pola Nutrisia. Sebelum sakit1) Makan: 3 x 1 sehari (Nasi, sayur, lauk) habis 1 porsi2) Minum: 6-7 gelas sehari (air putih dan teh)b. Selama sakit1) Makan: 2 x 1 sehari, diit BKRG dari RS, habis porsi2) Minum: 5-6 gelas ukuran 200 cc, infus 900 cc jenis RI3. Pola Eliminasia. Sebelum sakit1) BAB normal 2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning.2) BAK normal 6-8 kali sehari, warna kekuning-kuningan.b. Selama sakit1) BAB cair 1-2 kali sehari, bentuk padat, warna kuning, bau khas.2) BAK cair 6-8 kali sehari, bau khas.4. Pola Aktivitas dan Latihan1) Sebelum sakitKemampuan Perawatan Diri01234

Makan/ Minum

Mandi

Torleting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi/ Rom

2) Selama sakitKemampuan Perawatan Diri01234

Makan/ Minum

Mandi

Torleting

Berpakaian

Mobilitas di tempat tidur

Berpindah

Ambulasi

*Keterangan:0: Mandiri1: Dibantu alat2: Dibantu orang lain3: Dibantu orang lain dan alat4: Tergantung

5. Pola Istirahat dan Tidur1) Sebelum sakitPasien mengatakan sebelum sakit tidur 7-8 jam / hari2) Selama sakitPasien hanya tidur 3-5 jam / hari karena sering pusing.6. Pola perseptual( penglihatan, pendengaran, pengecapan, sensasi)1) Sebelum sakita. Pendengaran pasien sudah agak terganggub. Penglihatan pasien sudah kaburc. Pengecapan pasien masih baikd. Sensasi pasien masih baik2) Selama sakita. Pendengaran pasien sudah agak terganggu karena sudah tuab. Penglihatan pasien sudah kaburc. Pengecapan pasien kurang baik karena bibir pasien terasa pahitd. Sensasi pasien masih baik7. Pola Persepsi Diri1) Sebelum sakita) Kecemasan:Tidak ada kecemasan atau kegelisahanb) Konsep Diri:-2) Selama sakita) Klien terlihat lemah dan pucatb) Tingkat kecemasan klien dapat dilihat saat pasien akan dilakukan tindakan keperawatan, sering bertanya sesuatu tentang penyakitnya8. Pola Peran Hubungana. Komunikasi : Dalam berkomunikasi pasien berkomunikasi baik dengan keluarganya.b. Hubungan dengan orang lain : Pasien bersosialisasi baik dengan lingkungan dan keluarganya, terbukti banyak saudara ataupun kerabat yang menjenguknya.c. Kemampuan keuangan : Keluarga pasien dapat digolongkan dalam kelompok sosial kelas menengah.9. Pola Seksual dan Reproduksi1) Sebelum sakitPasien sudah menopouse2) Selama sakitPasien tidak memiliki gairah seksual10. Pola Toleransi Stres1) Sebelum sakitPasien mengatakan senang bergaul dengan warga sekitar2) Selama sakitPasien terlihat jenuh karena ruang gerak pasien diabatasi.11. Pola Keyakinan1) Sebelum sakitPasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah2) Selama sakitPasien tidak melaksanakan ibadah sholat seperti biasanya karena penyakitnya, tetapi pasien selalu berdoa untuk kesembuhanya.

3.1.3 Pemeriksaan Fisik1. Berat badan dan tinggi badan: ada peningkatan berat badan 2. Rambut: distribusi rambut normal, rambut kuat, rambut bersih, tidak ada lesi, ada nyeri tekan pada kepala3. Mata: Asimetris, bulu mata berdistribusi normal, pemeriksaan funduskopi untuk penyempitan retinal arteriol, perdarahan, eksudat dan edema, ada nyeri tekan didaerah mata, konjungtiva merah muda, seklera mata berwarna putih ada kemerahan, pupil mengecil4. Kulit: kulit bersih, ada perubahan warna kulit 5. Hidung: simetris, lubang hidung tidak ada deformitas, tidak ada nyeri tekan6. Telinga: simetris, tidak ada nyeri tekan7. Leher: tidak ada jejas, ada pemingkatan pada JVP, bising pada arteri karotis dan pembesaran thyroid8. Mulut: simetris, warna bibir hitam keunguan9. Paru-paru: Inspeksi (Asimetris, aerola mamae terlihat bersih dan berwarna hitam, tidak ada jejas, ), palpasi (pergerakan dada asimetris, vokal fremitus teraba di dua sisi, tidak nyeri tekan), perkusi (sonor), auskultasi (irama ireguler, takipneu, suara nafas weziing)10. Jantung: inspeksi (Asimetris, tidak ada jejas di thorak), palpasi (pergerakan dada asimetris, vokal fremitus teraba di dua sisi, tidak nyeri tekan), pekusi (pekak), auskultasi (ada suara jantung di S3 dan S4, ada bising jantung, TD >120)11. Abdomen: ada bising, ada pembesaran ginjal12. Ekstremitas: lemahnya atau hilangnya nadi parifer dan edema13. Neurologi: tanda thrombosis cerebral dan perdarahan

3.1.4 Analisa Data dan MasalahDS: - pasien mengatakan kepalnya terasa sakit dan lehernya terasa kaku. Pasien mengatakan pendangannya terlihat kabur dan berkunang-kunang saat berdiri dan berjalan pasien mengatakan badannya terasa lemas dan susah untuk melakukan aktivitasnya secara mandiriDO: - pasien terlihat menahan nyeri skala nyeri 7 pasien terlihat sempoyongan saat berjalan dan selalu berpegangan- pasien terlihat bedres- Pasien terlihat dibantu orang lain saat melakukan aktivitas karena lelah

3.1.5 Pathway

3.2 Diagnosa Keperawatana. Penurunan curah jantung b.d. peningkatan afterloadb. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan yang dialami oleh pasien akibat hipertensic. Nyeri akut b.d sakit kepalad. Kebutuhan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. obesitas

3.3 Perencanaan Keperawatana. Diagnosa Keperawatan 1Tujuan:Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam aktifitas yang menurunkan Td/beban kerja jantung. Mempertahankan TD dalam rentang individu yang dapat diterima. Memperhatikan irama dan frekuensi jantung stabildalam rentang normal pasien.b. Diagnosa Keperawatan 2Tujuan:Kriteria Hasil: Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologic. Diagnosa Keperawatan 3Tujuan:Kriteria Hasil: Melaporkan nyeri atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol Mengungkapkan metode yang memberikan pengurangan Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.d. Diagnosa Keperawatan 4Tujuan:Kriteria Hasil: Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan Menunjukkan perubahan pola makan (misalnya pilihan makanan, kuantitas, dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal. Melakukan atau mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.

3.4 Intervensi Keperawatana. Diagnosa Keperawatan 1Intervensi Keperawatan:Mandiri : pantau TD. Ukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal. Gunakan ukuran menset yang tepat dan tehnik yang akurat. Catat keberadaan , kualitas denyutan sentral dan parifer. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas. Amati warna kulit,kelembaban,suhu, dan masa pengisian kapiler. Catat edema umum/tertentu. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan. Batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal priode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman; seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi,aktivitas pengalihan.

Kolaborasi: Berikan obat-obat sesuai dengan indikasi, contoh:1. Diuretik tiazid, mis. Klorotiazid (diuril); hidroklorotiazid (Esidrix/hidroDIURIL);bendroflumentiiazid (naturetin);2. Diuretik loop, mis. Furosemid (lasix); asam etakrinic (edecrin);bumetanid (burmex);3. Diuritik hemat kalium, mis, spironolakton (aldactone); triamterene (dyrenium); amilioride (midamore);4. Inhibitor simpatis, mis, propanolol (inderal); metroponol (lepressor);atenolol (ternomin); nadolol (corgard); metildopa (aldomet); reserpine (serpasil); klonidin (catapres);5. Vasodilator,mis, minoksidil (loniten); hidralazin (apresoline); bloker saluran kalsium, mis, nifedipin (procardia); verapamil (calan);6. Agen-agen antiadrenergik; alfa-1 blocker prazosin (minipres); tetazosin (hytrin);7. Bloker nuron adrenergik: guanadrel (Hyloree) quanetidin (Ismelin); reserpin (Serpasil);8. Inhibitor adrenergik yang kerja secara sentral: klonidin: (Catapres); guanabens (Wytension); metildopa (Aldomet)9. Vasolidator kerja-langsung: hidralazin (Apresoline); minoksidil; (Loniten)10. Vasolidator oral yang bekerja langsung: diazoksid (Hyperstat); nitroprusid; (Nipride, Nitropess)11. Bloker ganglion mis., guanetidin (Ismelin); trimetapan (Arfonad). ACE inhibitor, mis., kaptopril (Capoten)12. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi13. Siapkan untuk pembedaan bila ada indikasi

b. Diagnosa Keperawatan 2Intervensi Keperawatan:1. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, perhatiakn frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frekuensi istirahat; peningkatan tekanan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40mm/Hg atau tekan diastolik meningkat 20mm/Hg); dispnea atau nyeri nada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan.2. Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, mis., menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditolenransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan

c. Diagnosa Keperawatan 3Intervensi Keperawatan:Mandiri:1. Mempertahankan tirah baring selama fase akut2. Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya; kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.3. Hilangkan atau minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.4. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan5. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan mulut yang teratur bila terjadi pendarahan hidung atau kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan pendarahan.KolaborasiBerikan sesuai indikasi : analgesik; antiansietas, misalnya; lorazepam (ativan), diazepam (valium).

d. Diagnosa Keperawatan 4Intervensi Keperawatan:Mandiri1. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan kegemukan.2. Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak, garam, dan gula sesuai indikasi.3. Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan4. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet5. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistik dengan pasien, misalnya penurunan berat badan 0,5 kg per minggu.6. Dorong pasien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.7. Instruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan, jeroan)KolaboratifRujuk ke ahli gizi sesuai indikasi

3.5 Evaluasi KeperawatanNo. DxTgl/ JamTindakanTT PerawatTgl/ JamCatatan PerkembanganTT Perawat

1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap peningkatan afterload, vasokontrik- si.

2. Intoleransi Aktivitas

3. Nyeri akut berhubungan dengan sakit kepala

4. Perubahan Nutrisi Lebih dari Kebutuhan Tubuh

Telah dipantau TD, diukur pada kedua tangan/paha untuk evaluasi awal, diunakan ukuran menset yang tepat dan tehnik yang akurat.

Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas/keributan lingkungan, dibatasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.

Telah dipertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat di tempat tidur/kursi; jadwal priode istirahat tanpa gangguan; bantu pasien melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

Telah dilakukan tindakan-tindakan yang nyaman; seperti pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.

Telah dikaji respons pasien terhadap aktivitas, diperhatiakan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit diatas frekuensi istirahat; peningkatan tekanan darah yang nyata selama atau sesudah aktivitas (tekanan sistolik meningkat 40mm/Hg atau tekan diastolik meningkat 20mm/Hg); dispnea atau nyeri nada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan. Telah diinstruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, mis., menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktivitas dengan perlahan.

Telah diberikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika dapat ditolenransi, diberikan bantuan sesuai kebutuhan.

Telah diberikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya; kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, tenang, redupkan lampu kamar, teknik relaksasi (panduan imajinasi, distraksi) dan aktivitas waktu senggang.

Telah dihilangkan atau minimalkan aktifitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya; mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk.

Telah ditunjukkan perubahan pola makan (misalnya pilihan makanan, kuantitas, dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.

Telah diinstrksikan Melakukan atau mempertahankan program olahraga yang tepat secara individual.S: Pasien mengatakan sudah tidak sakit kepala lagiO: Tekanan darah pasien 140/100 mmHgA : Pasien telah telah teratasi sebagianP : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan istirahatnya sudah bisa maksimalO : Kondisi lingkungan pasien kondusif sesuai yang diinginkanA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan kondisi dirinya membaik, dan lebih entengO : Periode istirahat pasien tidak terganggu, pasien kooperatifA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dilanjutkan

S : Pasein mengatakan nyaman ketika mendapatkan pijatan dari perawat.O : Pasien terlihat nyamanA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dihentikan

S : Pasien mengatakan baik-baik saja setelah aktivitasO : Pasien terlihat baik-baik saja, TD 140/100 mmHgA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dihentikan

S : Pasien mengatakan telah melakukan yang diinsruksikan perawatO : Pasein terlihat baikA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan telah mencoba melakukan aktivitas serta perawatan diri sendiri.O : Pasien terlihat baikA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dihentikan

S : Pasien mengatakan merasa nyaman setelah perawat melakukan tindakanO : Pasien terlihat membaikA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan telah melakukan apa yang diinsruksikan perawatO : Pasien terlihat membaikA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dilanjutkan

S : Pasien mengatakan paham mengenai pola makan yang baikO : Pasien terlihat kooperatifA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dihentikan

S : Pasien mengatakan akan bersaha olahragaO : Pasein kooperatifA : Teratasi seluruhnyaP : Intervensi dihentikan

3.6 Discharge PlanningAjarkan pasien dan keluarga tentang penatalaksanaan hipertensi selanjutnya :a. penjelasan menganai hipertensib. pengobatan hipertensic. batasan diet dan pengendalian berat badand.masukan garame.latihan aktivitas

BAB 4. PENUTUP

4.1 kesimpulanHipertensi dapat didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah di atas normal atau tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg. Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2, yaitu hipertensi primer atau merupakan hipertensi dengan penyebab yang tidak diketahui secara pasti. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab spesifik tertentu, misalnya penyakit ginjal (glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliartritis, diabetes nefropati), penyakit endokrin (hipotiroid, hiperkalsemia, akromegali), koarktasioaorta.

4.2 SaranAdapun saran yang dapat kami berikan adalah Pengobatan hipertensi dimulai dengan perubahan-perubahan gaya hidup untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi resiko terkena penyakit jantung. Jika perubahan-perubahan itu tidak memberikan hasil, mungkin anda perlu mengkonsumsi obat-obat untuk penderita hipertensi, tentu saja dengan berkonsultasi dengan dokter. Bahkan jika harus mengkonsumsi obat-obatan, lebih baik jika disertai dengan perubahan gaya hidup yang dapat membantu anda mengurangi jumlah atau dosis obat-obatan yang anda konsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCCarpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGCDalmartha, Setiawan dan Nova Sutarina. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta: Penebar PlusDongoes,Marlynn.E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGCNANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Yoyakarta: Prima Medika Rilantono, L dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Universitas Indonesia