MAKALAH KRITIK SASTRA

29
MAKALAH KRITIK SASTRA DISUSUN OLEH KELOMPOK : 2 1. AHMAD NURSALIM 1488201002 2. MUHAMMAD ZULKARNAIN 1488201041 3. NOVIA TRI SUSANTI 1488201046 4. RIA KHOMALA SARI 1488201056 5. RIZKI PRATIWI 1488201059 SEMESTER: III DOSEN : HERNI FITRIANI, M.Pd.

description

makalah tentang kritik sastra

Transcript of MAKALAH KRITIK SASTRA

Page 1: MAKALAH KRITIK SASTRA

MAKALAH

KRITIK SASTRA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK : 2

1. AHMAD NURSALIM 1488201002

2. MUHAMMAD ZULKARNAIN 1488201041

3. NOVIA TRI SUSANTI 1488201046

4. RIA KHOMALA SARI 1488201056

5. RIZKI PRATIWI 1488201059

SEMESTER: III

DOSEN : HERNI FITRIANI, M.Pd.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN NURUL HUDA TANAH MERAH

KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMURTAHUN AKADEMIK 2015-2016

Page 2: MAKALAH KRITIK SASTRA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kritik merupakan salah satu dari cabang ilmu sastra. Kritik sastra

menganalisis teks karya sastra itu sendiri. Kritik dapat diterapkan pada semua

bentuk karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa maupun drama. Kritik adalah

karangan yang menguraikan tentang pertimbangan baik atau buruk suatu karya

sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis .

Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan,

kebenaran, dan kesalahan sebuah karya sastra berdasarkan sudut tertentu, tetapi

mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi dan untuk

mengapresiasi karya sastra secara lebih baik. Tugas kritik sastra adalah

menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu karya sastra . Kehadiran kritik sastra

akan membuat sastra yang dihasilkan berikutnya menjadi lebih baik dan berbobot

karena kritik sastra akan menunjukkan kekurangan sekaligus memberikan

perbaikan.

Menurut pelaksanaanya kritik sastra terbagi atas kritik judisial (judicial

criticism) dan impresionistik (impressionistic criticism). Kritik yudisial adalah

kritik sastra yang melakukan analisis, interprestasi, dan penilaiannya berdasarkan

ukuran-ukuran, hukum-hukum dan standar-standar tertentu. Kritikus judisal

melakukan kritik sastra berdasarkan ukuran-ukuran tersebut. Jenis sifatnya

deduktif. Dapat dikatakan kritik ini merupakan kebalikan dari kritik yang sifatnya

induktif.

Dalam kritik yang induktif, seorang kritikus tidak menerapkan standar-

standar tertentu dalam mengkritik karya sastra. Ia berangkat dari fenomena yang

ada dalam karya sastra itu secara objektif. Sedangkan kritik impresionik adalah

kritik yang dibuat kritikus dengan mengemukakan kesan-kesan kritikus tentang

objek kritiknya, tanggapan-tanggapan tentang kara sastra itu berdasarkan apa yang

dirasakan kritikus tersebut. Dalam kritik yang impresionik, seorang kritikus

Page 3: MAKALAH KRITIK SASTRA

menggunakan tafsiran untuk mengagumkan pembaca. Dalam kritik jenis ini

kritikus jarang menggunakan penilaian.

Kritik sastra menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi kritik teori

(thoeritical criticism), dan kritik terapan (applied criticism). Kritik teori adalah

bidang kritik sastra yang bekerja untuk menerapkan istilah-istilah, kategori-

kategori dan kriteria-kriteria untuk diterapkan dalam pertimbangan dan

interprestasi karya sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya

dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori

kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa materi tentang kritik sastra ?

b. Apa jenis-jenis kritik sastra pengertiannya ?

c. Bagaimana periodesasi kritik sastra Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui materi tentang kritik sastra ?

b. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Aliran kritik sastra pengertiannya ?

c. Untuk mengetahui bagaimana periodesasi kritik sastra Indonesia?

Page 4: MAKALAH KRITIK SASTRA

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kritik Sastra

Kritik merupakan salah satu dari cabang ilmu sastra. Kritik sastra

menganalisis teks karya sastra itu sendiri. Kritik dapat diterapkan pada semua

bentuk karya sastra, baik yang berupa puisi, prosa maupun drama.

Kritik adalah karangan yang menguraikan tentang pertimbangan baik atau

buruk suatu karya sastra. Kritik biasanya diakhiri dengan kesimpulan analisis .

Tujuan kritik bukan hanya menunjukkan keunggulan, kelemahan,

kebenaran, dan kesalahan sebuah karya sastra berdasarkan sudut tertentu, tetapi

mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra tertinggi dan untuk

mengapresiasi karya sastra secara lebih baik.

Tugas kritik sastra adalah menganalisis, menafsirkan, dan menilai suatu

karya sastra .

Kehadiran kritik sastra akan membuat sastra yang dihasilkan berikutnya

menjadi lebih baik dan berbobot karena kritik sastra akan menunjukkan

kekurangan sekaligus memberikan perbaikan.

1. Ciri-ciri Kritik Sastra

Kritik sastara mempunyai beberapa ciri, yaitu sebagai berikut :

a. Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.

b. Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan )

sebuah karya sastra

c. Pertimbangan bersifat obyektif

d. Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra

e. Memberikan alternatif perbaikan atau penyerpurnaan

f. Tidak berprasangka

g. Tidak terpengaruh siapa penulisnya

Page 5: MAKALAH KRITIK SASTRA

2. Pentingnya Kritik/ Fungsi Kritik

a. Bagi Pembaca

Bagi pembaca merupakan penuntun untuk dapat menikmati ciptaan yang

dikritik itu, sehingga dapat   memberikan pandangannya dan

menghargainya

b. Bagi Seniman atau Pengarangnya

Bagi pengarangnya merupekan petunjuk yang berharga yang wajib

dipertimbangkan untuk kebaikan ciptaan yang akan datang.

3. Prinsip-Prinsip Penulisan Kritik

a. Penulis harus secara terbuka mengemukakan dari sisi  mana ia menilai

karya sastra tersebut.

b. Penulis harus obyktif dalam menilai

c. Penulis harus menyertakan bukti dari teks yang dikritik

4. Jenis-Jenis Kritik

a. Kritik sastra intrinsik, yaitu menganalisis karya sastra berdasarkan

unsur intrinsiknya, sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan

yang ada dalam karya sastra

b. Kritik sastra ekstrinsik, yaitu menganalisis dengan cara

menghubungkan karya sastra dengan penulisnya, pembacanya , atau

masyarakatnya. Disamping itu juga melibatkan faktor ekstinsik lain

seperti sejarah, psikologi, relegius, pendidikan dan sebagainya

c. Kritik deduktif , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada

sebuah ukuran yang dipercayainya dan dipergunakan secara konsekuen

d. Kritik Induktif, yaitu menganalisis dengan cara melepaskan semua

hukum atau aturan yang berlaku

e. Kritik impresionik, yaiti menganalisis hasil karya berdasarkan kesan

pribadi secara subyektif terhadap karya sastra

f. Kritik penghakiman , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh

pada ukuran atau aturan tertentu untuk menentukan apakah sebuah

karya sastra baik atau buruk

Page 6: MAKALAH KRITIK SASTRA

g. Kritik teknis, yaitu kritik yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja

5. Contoh kritik sastra

a. ” Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Essay” , oleh H.B.

Yassin

b. ” Pokok dan Tokoh”, oleh Dr.A.Teeuw

c. “Buku dan Penulis”, oleh Amal Hamzah

6. Tujuan penulisan kritik sastra antara lain:

a. Memberikan panduan yang benar cara memahami karya sastra

b. Berguna untuk penyusunan teori sastra an sejarah  sastra

c. Membantu perkembangan kesusastraan suatu bangsa karena

memberikan penjelasan baik buruknya suatu karya sastra

d. Memberikan manfaat kepada masyrakat tentang pemahaman dan

apresiasi sastra

2.2. Jenis-jenis Aliran Kritik Sastra

a. Menurut bentuknya

Kritik sastra menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi kritik teori

(thoeritical criticism), dan kritik terapan (applied criticism). Kritik teori adalah

bidang kritik sastra yang bekerja untuk menerapkan istilah-istilah, kategori-

kategori dan kriteria-kriteria untuk diterapkan dalam pertimbangan dan

interprestasi karya sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya

dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori

kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.

b. Menurut pelaksanaannya

Menurut pelaksanaanya kritik sastra terbagi atas kritik judisial (judicial

criticism) dan impresionistik (impressionistic criticism). Kritik judisial adalah

kritik sastra yang melakukan analisis, interprestasi, dan penilaiannya berdasarkan

ukuran-ukuran, hukum-hukum dan standar-standar tertentu. Kritikus judisal

Page 7: MAKALAH KRITIK SASTRA

melakukan kritik sastra berdasarkan ukuran-ukuran tersebut. Jenis sifatnya

deduktif. Dapat dikatakan kritik ini merupakan kebalikan dari kritik yang sifatnya

induktif.

Dalam kritik yang induktif, seorang kritikus tidak menerapkan standar-

standar tertentu dalam mengkritik karya sastra. Ia berangkat dari fenomena yang

ada dalam karya sastra itu secara objektif.

Sedangkan kritik impresionik adalah kritik yang dibuat kritikus dengan

mengemukakan kesan-kesan kritikus tentang objek kritiknya, tanggapan-

tanggapan tentang kara sastra itu berdasarkan apa yang dirasakan kritikus tersebut.

Dalam kritik yang impresionik, seorang kritikus menggunakan tafsiran

untuk mengagumkan pembaca. Dalam kritik jenis ini kritikus jarang

menggunakan penilaian.

c. Menurut orientasi kritik

Abram (David Logde, 1972:5-21) membagi jenis kritik berdasarkan

orientasinya, yaitu kritik mimetik, kritik ekspresif, kritik pragmatik dan kritik

objektif.

1. Kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai

pencerminan kenyataan kehidupan manusia. Menurut Abrams, kritikus pada

jenis ini memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-aspek alam. Sastra

merupakan pencerminan/penggambaran dunia kehidupan. Sehingga kriteria

yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra mampu menggambarkan

objek yang sebenarnya. Semakin jelas karya sastra menggambarkan realita

semakin baguslah karya sastra itu. Kritik jenis ini jelas dipengaruhi oleh

paham Aristoteles dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah tiruan

kenyataan.

2. Kritik ekspresif adalah kritik sastra yang memandang karya sastra sebagai

ekspresi, curahan perasaan, atau imajinasi pengarang. Kritik ekspresif

menitikberatkan pada pengarang. Kritikus ekspresif meyakini bahwa

sastrawan (pengarang) karya sastra merupakan unsur pokok yang

melahirkan pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan perasaan yang

Page 8: MAKALAH KRITIK SASTRA

dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus dalam hal ini cenderung

menimba karya sastra berdasarkan kemulusan, kesejatian, kecocokan

pengelihatan mata batin pengarang/keadaan pikirannya. Pendekatan ini

sering mencari fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman

sastrawan yang sadar/tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya.

3. Kritik pragmatik memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun

untuk mencapai efek-efek tertentu pada audien (pendengar dan pembaca),

baik berupa efek kesenangan, estetis, pendidikan maupun efek lainnya.

Kritik ini cenderung menilai karya sastra menurut berhasil tidaknya karya

tersebut mencapai tujuan tersebut (Pradopo, 199:26). Kritik ini memandang

karya sastra sebagai sesuatau yang dibangun untuk mencapai efek-efek

tertentu pada audien (pendengar dan pembaca), baik berupa efek

kesenangan, estetis, pendidikan maupun efek lainnya. Sementara tujuan

karya sastra pada umumnya: edukatif, estetis, atau politis. Dengan kata lain,

kritik ini cenderung menilai karya sastra atas keberhasilannya mencapai

tujuan. Ada yang berpendapat, bahwa kritik jenis ini lebih bergantung pada

pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini berkembang pada Angkatan Balai

Pustaka. Sutan Takdir Alisjabana pernah menulis kritik jenis ini yang

dibukukan dengan judul “Perjuangan dan Tanggung Jawab” dalam

Kesusastraan.

4. Kritik objektif memandang karya satra hendaknya tidak dikaitkan dengan

hal-hal di luar karya sastra itu. Ia harus dipandang dsebagai teks yang utuh

dan otonom, bebas dari hal-hal yang melatarbelakanginya, seperti

pengarang, kenyataan, maupun pembaca. Objek kritik adalah teks satra:

unsur-unsur interinsik karya tersebut.

d. Menurut objek kritik

Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama.

Artinya, kritik sastra dapat menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama sebagai

objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat dibagi lagi menjadi berdasarkan

Page 9: MAKALAH KRITIK SASTRA

objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik drama. Selain itu, kritik satra itu

sendiri dapat dijadikan kritik sehingga dinamakan kritik atas kritik.

Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya,

tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan

mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik

berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan

saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya. Jadi, unsur intrinsik

(objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup

kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra

jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri.

Kritik jenis ini mulai berkembang sejak tahun 20-an dan melahirkan teori-

teori:

1. New Critics (Kritikus Baru di AS)

2. Kritikus formalis di Eropa

3. Para strukturalis Perancis

e. Menurut sifatnya

Dalam dunia kritik sastra sering terjadi pertentang antara kritik sastra yang

ditulis kalangan akademik dan nonakademik. Hal ini misalnya terlihat pada

polemik antara kritikus sastra yang mengusung apa yang dinamakan metode

Ganzheit dengan tokoh antara lain Goenawan Mohamad dan Arif Budiman versus

kritikus sastra yang kemudian diistilahkan dengan aliran Rawamangun dengan

tokoh-tokohnya antaralain M.S Hutagalung.

Dapat dikatakan kritik aliran Rawamangun mewakili jenis kritik sasta

kalangan akademik. Sedangkan kritik sasta aliran Ganzheti mewakili kalangan

nonakdemik.

Ada perbedaan antara dua kritik sastra dua liran tersebut. Kritik sastra

nonakemik tidak terpaku pada format seperti yang terdapat pada petunjuk Tekhnik

Penulisan Ilmiah; teori dan metode sastra meskipun digunakan ─ tidak

diekspilitkan, dan menggunakan bahasa ilmiah populer.

Page 10: MAKALAH KRITIK SASTRA

Jenis-jenis tulisannya berupa esai dan artikel yang dipublikasikan lewat

koran, majalah, atau buku-buku yang merupakan kumpulan kritik sastra. Para

penulisnya umumnya sastrawan, wartawan atau kalangan umum yang tertarik

mendalam dunia sastra. (Perkuliahan).

2.3. Periodisasi Aliran Kritik Sastra

a. Aliran Kritik Sastra Pada Zaman Balai Pustaka

Kegiatan kritik sastra Indonesia baru dimulai pada periode Balai Pustaka.

Yang menulis kritik sastra pada waktu itu adalah para sastrawan. Di samping

menulis karya sastra, mereka terkadang juga menulis kritik sastra. Adapun yang

boleh dikatakan kritik sastra pertama ialah terkenal dengan nama Nota Rinkes,

yakni Nota over de Vlkslectuur pada zaman Balai Pustaka (tahun 1920-an) yanh

memuat aturan-aturan untuk buku yang diterbitkan oleh balai pustaka.

Nota rinkes dapat dikatakan sebagai kritik sastra karena menjadi pedoman

penulisan karya sastra yang antara lain berisi aturan tentang keharusan bersikap

netral terhadap agama, memperhatikan syarat-syarat budi pekerti yang baik,

menjaga ketertiban dan tidak boleh berpolitik melawan pemerintah sesuai dengan

Politik Balas Budi.

Oleh Karena itu, teori kritik sastra ini merupakan kritik normatif dan

pragmatik. Hasilnya kelihatan dalam roman yang diterbitkan oleh balai pustaka,

yaitu roman yang berorientasi pragmatik (memiliki tujuan tertentu) untuk

memajukan dan mendidik rakyat untuk bebudi pekerti yang baik dan taat pada

pemerintah. Di luar Balai pustaka, pada zaman itu ada juga penulisan kritik sastra

yang meskipun sederhana oleh Mohammad Yamin. Kritik tersebut merupakan

kritik sastra Indonesia yang pertama walaupun mengkritik karya sastra lama.

b. Aliran Kritik Sastra Pada Zaman Pujangga Baru

Kritik Sastra zaman Pujangga Baru memiliki beberapa kritikus yang

berorientasi pada ekspresif dan romantik. Para kritikus tersebut adalah Sutan

Takdir Alisyahbana, Armijn Pane, Sutan Syahrir dan J.E. Tatenkeng. Mereka

menetujui adanya konsep sastra ‘ seni untuk seni’ (l’ art pour l’art).

Page 11: MAKALAH KRITIK SASTRA

Sebagai kritikus sastrawan pujangga baru, Armijn Pane mengungkapakan

bahwa, dalam kesusasteraan yang terpenting adalah isi dari karya sastra.

Sementara rupa dan bentuk hanya sebagai penarik perhatian. Ia menambahkan,

bila hasil karya sastra seorang pengarang dikritik, iut menjadi ukuran

pengarangnya sendiri, karena dialah cermin masyarakat dan zamannya.

Kritikus pujangga baru lainnya yaitu , J.E Tatenkeng juga berorientasi yang

sama, ekspresif. Selain itu, Sutan Takdir Alisyahbana, tokoh kritikus yang

produktif pada zaman itu, menambahkan bahwa tujuan sastra adalah untuk

membangun bangsa. Serta karya sastra harus mengandung optimisme perjuangan ,

semangat jangan sampai ada karya satra lembek, yang hanya akan melemahkan

pembaca (masyarakat).

Sedangkan Sutan Syahrir, agak berbeda dengan Takdir, ia lebih

mengarahkan kesusasteraan Indonesia kearah kiri sosialis-politis. Yaitu pragmatik

sektoral, bukan pragmatik nasional. Namun keduanya memiliki kesamaan,yaitu 

sastra untuk pendidikan dan bertendens.

W.J.S Poerwadaminta mengatakan bahwa sastrawan Pujangga Baru,

berorientasi ekspresif karena mendasarkan karya sastra sebagai curahan perasaan,

pikiran, jiwa sastrawan dan gerak sukma sebagai pertimbangan dan gerak

intrepertasi.

c. Aliran Kritik Sastra Pada Periode Angkatan 45’

Dalam periode ini, kritik sastra berupa esai dan terapan kritik. Dan di antara

para kritikus zaman ini, HB Jassin muncul sebagai kritikus yang paling menonjol.

Aliran sastra realisme, naturalisme dengan gaya ekspresionalisme adalah aliran

yang terkenal pada zaman ini. Kritik sastra beraliran realisme dan naturalisme

dilaksanakan pertama kali oleh HB Jassin pada periode ini sebagai suatu teori

kritik.

Pada saat itu juga timbul paham individualisme dan humanisme universal.

Paham individualisme baru tampak dalam karya ‘Aku’ Chairil anwar sastrawan

angkatan 45. Dan sajak itu kemudian menjadi lambang individulisme angkatan

’45.

Page 12: MAKALAH KRITIK SASTRA

d. Aliran Teori Sastra Kelompok Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat)

Lekra didirikan pada 17 Agustus 1950 atas inisiatif para tokoh PKI , antara

lain Aidit, Nyoto, Henk Ngantung, A.S. sehingga tak heran jika corak Lekra

adalah komunistis. Para seniman dan simpatisannya menganut paham realisme

sosialis yang berkonsep ‘seni untuk rakyat’ dan menolak ‘seni untuk seni’ konsep

dari zaman pujangga baru. Saat itu tokoh sastrawan Lekra Pramoedya Ananta

Toer mempertentangkan realisme sosialis dengan realisme barat meskipun tidak

tampak jelas perbedaan antara keduanya. Iaa juga menjelaskan sastra, politik dan

filsafat itu tidak dapt dipisahkan. Akan tetapi, intinya seluruhnya selalu

bernapaskan perlawanan terhadap segala yang berbau ‘humanisme Borjuis’ dan

untuk memenangkan ‘humanisme proletar’. Dan jelaslah kritik sastra Lekra

bertipe juga pragmatik

e. Teori Kritik Sastra Revolusioner

Teori Kritik Sastra Revolusioner adalah varian dari Teori Lekra. Teori ini

berkembang pada saat Dekrit Presiden Juli 1959 dan berpusat pada gagasan Sitor

Situmorang dalam bukunya Sastra Revolusioner yang mengatakan bahwa teori

revolusioner berorientasi pragmatik. Menurut Sitor, untuk mengambil peran

dalam revolusi serta mendapat isi revolusionernya, tradisi sastra perjuangan masa

lalu harus dibangkitkan, untuk mencapai sastra nasional dan bukan sastra

internasional yang diindonesiakan. Karena sesungguhnya sastra adalah milik

rakyat tidak ada kelas-kelas dalam sastra. Pada hakikatnya teori lekra dan

reviolusioner sama, teori pragmatik yang mengarahkan sasarannya pada penulisan

sastra bagi tujuan politik.

f. Teori Kritik Sastra Akademik

Pada sekitar pertengahan tahun 1950-an timbul kritik sastra corak baru,

yaitu kritik sastra akademik. Disebut demikian karena kritik sastra ini ditulis oleh

kritikus dari kampus universitas dan mendominasi kurun waktu 1950-1988. Kritik

akademik ini berlangsung dari tahun 1956-1975. Munculnya corak kritik baru ini

Page 13: MAKALAH KRITIK SASTRA

menimbulkan reaksi sampai akhirnya timbul perdebatan. Dan kemudian periode

ini cepat berakhir.

g. Teori Kritik Sastra Periode 1956-1975

Dari kelompok sastrawan, teori kritik sastra dalam periode ini diwakili oleh

Rustandi Kartakusumah, Harijadi S. Hrtowardoyo dan Ajib Rosidi.

Rustandi Kartakusumah mengatakan kunci selera sastra adalah pengajaran.

Pengajaran di kuliah sastra, mempengaruhi penciptaan sastra dan akhirnya

mempengaruhi selera sastra di Indonesia. Adapun jenis kritik sastranya adalah

judisial, atau memberi penilaian.

Berbeda dengan Rustandi, Harijadi menyatakan membaca adalah menggali

hikmahnya. Atau, menemukan diri penyair dalam karangannya.kritik sastra harus

mampu menyelidiki sampai mana penyair dapat mengungkapkan isi hatinya.

Kritik Ajib Rosidi adalah kritik judisial. Ia mengemukakan bahwa untuk

memahami karya sastra seseorang, diperlukan pembicaraan dan penelitian latar

belakang sosio-budaya pengarang.

R.H Lome dalam kritik sastra, ia melakukan pendekatan objektif, bersifat

induktif dan mimetik. Sedangkan Umar Junus mengemukakan teori penciptaan,

yaitu teoripenilaian yang intinya menyatakan bahwa suatu ciptaan harus bisa

menimbulkan emosi pembaca. Atau juga bisa dikenal dengan teori induktif.

Kritik Subagyo Sastrowardoyo termasuk dalam kelompok kritik ilmiah.

Tugas sastra adalah mengorganisasikan dunia seni menjadi dunia pemikiran.

Kesusasteraan tidak terpisah dari penilaian, dan dalam penilaian, subaqgyo

menggunakan kriteria estetik.

Aliran Rawamangun adalah kelompok sastra dari Univ. Indonesia yang lahir

di daerah Rawamangun. Diprakarsai oleh M.S Hutagalung tahun 1975. dasar

kritik aliran ini adalah teori objektif.

h. Teori kritik Sastra Periode 1976-1988

Pada tahun 1980-an teori sastra dan  kritik sastra Barat yang bermacam

coraknya itu diterapkan di Indonesia oleh para sastrawan dan akademik. Seperti

Page 14: MAKALAH KRITIK SASTRA

kritik sastra teori semiotik, kritik sastra kontekstual, realisme sosialis. Teori sastra

yang dirasakan kurang sesuai dengan karya sastra Indonesia yang bercorak latar

budayanya sendiri oleh sastrawan Indonesia dilakukan penyaringan. Para tokoh

kritikus pada periode ini adalahKorrie Layun Rampan, Budi Darma, Pamusuk

Eneste.

i. Teori Kritik Sastra Indonesia/Nusantara Lama/Kuno

Banyak bemunculan kajian dan kritik sastra Indonesia / Nusantara Lama/

Kuna yang menerapkan teori sastra Barat sekirtar tahun 1980-an. Beberapa

mahasiswa mengedisikannya seprti naskah bali, Babad Buleleng oleh P.J Wrsley,

Hikayat Sri Rama oleh Univ Indonesia, Hikayat Hang Tuah dari Fakultas sastra

UGM, Kakawin Gajah Mada oleh Univ. Padjajaran, disertsi Merong Mahawangsa

berbahasa Melayu Kuno, dan disertasi Hikayat Iskandar Zulkarnaen oleh UGM.

Demikianlah bukti bahwa teori modern Barat bisa di adaptasi hingga kritik sastra

Nusantara Lama.

Page 15: MAKALAH KRITIK SASTRA

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Kritik sastra menurut bentuknya dapat digolongkan menjadi kritik teori

(thoeritical criticism), dan kritik terapan (applied criticism). Kritik teori adalah

bidang kritik sastra yang bekerja untuk menerapkan istilah-istilah, kategori-

kategori dan kriteria-kriteria untuk diterapkan dalam pertimbangan dan

interprestasi karya sastra, yang dengannya karya sastra dan para sastrawannya

dinilai. Adapun kritik terapan adalah pelaksanaan dalam penerapan teori-teori

kritik sastra sastra baik secara eksplisit, maupun implisit.

Menurut pelaksanaanya kritik sastra terbagi atas kritik judisial (judicial

criticism) dan impresionistik (impressionistic criticism). Kritik judisial adalah

kritik sastra yang melakukan analisis, interprestasi, dan penilaiannya berdasarkan

ukuran-ukuran, hukum-hukum dan standar-standar tertentu. Kritikus judisal

melakukan kritik sastra berdasarkan ukuran-ukuran tersebut. Jenis sifatnya

deduktif.

Dapat dikatakan kritik ini merupakan kebalikan dari kritik yang sifatnya

induktif. Dalam kritik yang induktif, seorang kritikus tidak menerapkan standar-

standar tertentu dalam mengkritik karya sastra. Ia berangkat dari fenomena yang

ada dalam karya sastra itu secara objektif. Sedangkan kritik impresionik adalah

kritik yang dibuat kritikus dengan mengemukakan kesan-kesan kritikus tentang

objek kritiknya, tanggapan-tanggapan tentang kara sastra itu berdasarkan apa yang

dirasakan kritikus tersebut.

Dalam kritik yang impresionik, seorang kritikus menggunakan tafsiran

untuk mengagumkan pembaca. Dalam kritik jenis ini kritikus jarang

menggunakan penilaian.

Dalam dunia kritik sastra sering terjadi pertentang antara kritik sastra yang

ditulis kalangan akademik dan nonakademik. Hal ini misalnya terlihat pada

polemik antara kritikus sastra yang mengusung apa yang dinamakan metode

Ganzheit dengan tokoh antara lain Goenawan Mohamad dan Arif Budiman versus

Page 16: MAKALAH KRITIK SASTRA

kritikus sastra yang kemudian diistilahkan dengan aliran Rawamangun dengan

tokoh-tokohnya antaralain M.S Hutagalung. Dapat dikatakan kritik aliran

Rawamangun mewakili jenis kritik sasta kalangan akademik. Sedangkan kritik

sasta aliran Ganzheti mewakili kalangan nonakdemik.

Ada perbedaan antara dua kritik sastra dua liran tersebut. Kritik sastra

nonakemik tidak terpaku pada format seperti yang terdapat pada petunjuk Tekhnik

Penulisan Ilmiah; teori dan metode sastra meskipun digunakan ─ tidak

diekspilitkan, dan menggunakan bahasa ilmiah populer. Jenis-jenis tulisannya

berupa esai dan artikel yang dipublikasikan lewat koran, majalah, atau buku-buku

yang merupakan kumpulan kritik sastra. Para penulisnya umumnya sastrawan,

wartawan atau kalangan umum yang tertarik mendalam dunia sastra.

3.2. Saran

Karya sastra terdiri atas beragam jenis, yaitu puisi, prosa dan drama.

Artinya, kritik sastra dapat menjadikan puisi, puisi, prosa atau drama sebagai

objeknya. Dengan demikain, jenis kritik ini dapat dibagi lagi menjadi berdasarkan

objeknya, yakni kritik puisi, kritik prosa, kritik drama. Selain itu, kritik satra itu

sendiri dapat dijadikan kritik sehingga dinamakan kritik atas kritik.

Karya sastra merupakan sebuah keseluruhan yang mencakupi dirinya,

tersusun dari bagian-bagian yang saling berjalinan erat secara batiniah dan

mengehendaki pertimbangan dan analitis dengan kriteria-kriteria intrinsik

berdasarkan keberadaan (kompleksitas, koherensi, keseimbangan, integritas, dan

saling berhubungan antarunsur-unsur pembentuknya. Jadi, unsur intrinsik

(objektif)) tidak hanya terbatas pada alur, tema, tokoh, dsb; tetapi juga mencakup

kompleksitas, koherensi, kesinambungan, integritas, dsb. Pendekatan kritik sastra

jenis ini menitikberatkan pada karya-karya itu sendiri.

Page 17: MAKALAH KRITIK SASTRA

DAFTAR PUSTAKA

Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta : Grasindo.

Ulfah, Suroto. 2000. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Layun Rampan, Korrie. 1999. Aliran-Jenis Cerita Pendek. Jakarta : Balai Pustaka.

Sardjono Pradotokusumo, Partini. 2005. Pengkajian  Sastra. Jakarta : Gramedia.

The gau’ 2011 : Makalah Kritik Sastra_www.muhsakirmsg.blogspot.com/

Page 18: MAKALAH KRITIK SASTRA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,

hidayat-Nya serta kekuatan  yang diberikan sehingga penyusun dapat

menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Sastra. Dalam proses penyusunan tulisan ini,

penyusun banyak mendapat bantuan, bimbingan, arahan serta motivasi dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena

itu, penyusun mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua yang telah

membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih belum sempurna.

Untuk itu dengan segala kerendahan hati penyusun mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan penyusun

berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

OKU Timur, Oktober 2015

Penyusun

Page 19: MAKALAH KRITIK SASTRA

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 2

1.3. Tujuan Penulisan ................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

2.1. Pengertian Kritik Sastra ...................................................... 3

2.2. Jenis-Jenis Aliran kritik Sastra ........................................... 5

2.3. Periodesasi Aliran Kritik Sastra ......................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................... 14

3.1. Kesimpulan ......................................................................... 14

3.2. Saran ................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 16